LANDASAN TEORI
Kadang-kadang dalam gadai terlibat tiga pihak, yaitu debitur “pihak yang
dan pemegang gadai yaitu kreditur yang menguasai benda gadai sebagai
jaminan piutangnya.2
atau oleh seorang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan
1
Johannes Gunawan, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit (Termasuk Hak
Tanggungan) Menurut Hukum Indonesia, Cet. 6, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,1996), hal. 61
2
Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Cet. 19,
(Jakarta:PradyaParamita, 1985), hal. 297-298
11
12
umum yang terdapat dalam pasal 1320 KUH Perdata. Dalam pasal tersebut
subyektif, dimana apabila syarat itu tidak dipenuhi, perjanjian batal demi
hukum, artinya sejak semula perjanjian itu batal. Sedangkan syarat ketiga
dan keempat merupakan syarat obyektif, dimana jika syarat itu tidak
membatalkannya.4
Dalam konteksnya dengan gadai, maka hak gadai itu pun diadakan
3
Ibid.,hal. 270
4
R. Subekti, Hukum Perjanjian…, hal. 15
13
jenis barangnya. Kalau yang digadaikan itu adalah benda bergerak yang
oleh karenanya bentuk perjanjian gadai itu dapat bebas tak terikat oleh
tertulis ataupun secara lisan saja. Dan yang secara tertulis itu bisa
gadai. Bahkan ada ketentuan dalam KUHPerdata bahwa gadai itu tidak
gadai.5
pemberi gadai, misalnya untuk mencari nafkah. Maka akan sangat sulit
bagi pemberi gadai jika barang yang penting untuk mencari nafkah itu
5
Sri Soedewi Masjchoen Sofwam, Hukum Perdata: Hukum Benda, Cet. 4,
(Yogyakarta: Liberti, 1981), hal. 99
14
yang kedua antara para pihak dan hutang yang kedua ini sudah
6
Ibid.,hal. 99
7
Ibid.,hal. 101-102
15
ayat 1 KUHPerdata).
b) Benda bergerak yang tak berwujud, yaitu yang berupa berbagai hak
sebagai jaminan atas suatu hutang. Dari uraian di atas dapat ditarik
8
Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum…, hal. 299
9
Masjchoen Sofwam, Hukum Perdata: Hukum Benda…, hal. 98.
16
benda bergerak.
1. Pengertian Gadai
seluruh atau sebagian utang dapat diterima, hal ini, berdasarkan firman
Yang artinya: “Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah
diperbuatnya”.
dalam kata al-habsu, yang berarti menahan. Kata ini merupakan makna
yang bersifat materiil. Karena itu, secara Bahasa kata ar-rahn berarti
10
Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal. 1
17
membayar utangnya”.
tetap (mengikat)”.
diterima.
pengertian gadai atau rahn adalah menahan barang jaminan yang bersifat
membayar utang pada waktu yang telah ditentukan. Karena itu, tampak
tanda terima dengan jumlah masimal 90% dari nilai taksir terhadap
11
Ibid, hal. 2
19
ulama.
Yang Artinya: “Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak
memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan yang
dipegang. Tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya)
dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah, Rabbnya. Dan janganlah kamu
menyembunyikan kesaksian, karena barang siapa menyembunyikannya,
sungguh, hatinya kotor (berdosa). Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. (Q.S. al-Baqarah ayat 283).13
Dari kalimat “hendaklah ada barang tanggungan” dapat diartikan sebagai
“gadai”.14
ketentuan hadits yang diriwayatkan oleh bukhari dari aisyah r.a berkata:
yang artinya : ” Bercerita pada kami Qutaibah bercerita pada kami Jarir dari
12
Ibid, hal. 3
13
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV, Al-wa‟ah, 1997),
hal. 60
14
Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hal. 141
20
ْشتَرَي رَسُىلُ الّلَهِ صَّلًَ الّلَهُ عََّليْهِ وَسَّلَمَ ِمنْ َيهُىدٌٍِ طَعَامًا وَرَ َهنَهُ دِرْعًا مِن
ْ عنْ عَائِشَةَ قَالَتْ ا
َ
ٍح ِديْد
َ Yang Artinya: “Rasulullah SAW pernah membeli makanan dari orang
bertentangan pendapat.
Adapun yang menjadi rukun dan syarat gadai adalah sebagai berikut:
adanya perjanjian gadai diantara para pihak, seperti orang berkata; “aku
gadaikan mejaku ini dengan harga Rp. 10.000,00” dan yang satu lagi
menjawab, “Aku terima gadai mejamu seharga Rp. 10.000,00” atau bisa pula
dilakukan selain dengan kata-kata, seperti dengan surat, isyarat, atau yang
lainnya.
telah sah untuk jual-beli, yakni berakal dan mumayyiz, tetapi tidak
15
Imam Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Semarang: Toha Putra, 2008), Jilid III, hal.167
21
memenuhi hak murtahin, adapun syarat bagi yang berakad adalah ahli
dijadikan jaminan ialah keadaan barang itu tidak rusak sebelum janji
16
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 107
17
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hal. 108
18
Ibid, hal. 108
22
dimanfaatkan, jika tidak bermanfaat maka tidak sah; (c) barang tersebut
4. Barang Jaminan
besarnya utang
spesifik);
e. Agunan itu tidak terikat dengan hak orang lain (bukan milik
19
Zainuddin Ali, Hukum Gadai…, hal. 22
23
Dan seandainya izin ini tidak diberikan oleh si pemberi gadai maka si
20
Ibid., hal. 22-23
24
penerima gadai untuk menjual barang gadai tersebut. Akad rahn berkahir
F. Penelitian Terdahulu
sebagai berikut:
skripsi “Praktik Gadai Tanah Sawah Ditinjau dari Hukum Islam” (Studi
21
Ibid., hal. 39
22
Isti‟anah, Praktik Gadai Tanah Sawah Ditinjau dari Hukum Islam (Studi didea
Harjawinangun Kec. Balapulang Kab. Tegal), skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2009.
25
yaitu penelitian Kualitatif studi lapangan akan tetapi jenis gadai yang akan
membahas tentang praktik gadai sepeda motor ditinjau dari hukum perdata
dan hukum islam studi kasus pada pegadaian Rika Jaya Motor 2 Desa
sepeda motor ditinjau dari hukum perdata dan hukum islam studi kasus pada
23
Supriadi, Gadai Tanah Pada Masyarakat Bugis dalam Perspektif Hukum Islam, skripsi
fakultas Sariah UIN Sunan Kalijag Yogyakarta 2004.
26
dengan penelitian yang akan di lakukan oleh peneliti karena subjek dan objek
dari hukum perdata dan hukum islam studi kasus di pegadaian Rika Jaya
Tulungagung.
Barang Gadai Oleh Pemberi Gadai (Rahin) Dalam Perspektif Hukum Islam
pemanfaatan barang gadai oleh Rahin ditinjau dari Hukum Islam serta Pasal
1150 KUH Perdata. Dari penelitian ini dijelaskan bahwa baik ditinjau dari
yaitu penelitian Kualitatif studi lapangan akan tetapi objek dan subjek yang
akan diteliti berbeda, karena peneliti membahas tentang praktik gadai sepeda
24
Laila Isnawati, Pemanfaatan Gadai Sawah di Dukuh Brunggang Sangen, Desa Krajan
Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo (Sebuah Kajian Normatif dan Sosiologi Hukum Islam,
Skripsi Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008.
25
Nur Asiah, Pemanfaatan Barang Gadai Oleh Pemberi Gadai (Rahin) Dalam
Perspektif Hukum Islam Dan KUH-Perdata, Skrispi Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang
2010.
27
motor ditinjau dari hukum perdata dan hukum islamstudi kasus di pegadaian
Tulungagung.
Yang kelima yaitu Penelitian oleh Siti Zainab yang berjudul “Analisis
dan keterangan dari pemegang gadai, hal ini seperti dijelaskan dalam
dengan penelitian yang akan di lakukan oleh peneliti karena subjek dan objek
dari hukum perdata dan hukum islam studi kasus di pegadaian Rika Jaya
Tulungagung.
26
Siti Zainab, Analisis Pendapat Imam Malik Tentang Penyelesaian Perselisihan
Antara Yang Menggadaikan Dengan Penerima Gadai Terhadap Barang Yang Rusak, Skrispi
Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang 2008.
28
pemanfaatan tersebut.27
yaitu penelitian Kualitatif studi lapangan akan tetapi objek dan subjek yang
akan diteliti berbeda, karena peneliti membahas tentang praktik gadai sepeda
motor ditinjau dari hukum perdata dan hukum islamstudi kasus di pegadaian
Tulungagung.
27
Uswatul Kusna, Pemanfaatan Barang Gadai Sawah ditinjau dari Hukum Ekonomi
Islam (Studi di Desa Bancang Bandung Tulungagung), Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN
Tulungagung, 2015.