Hukum Agraria
Kelas H
UNIVERSITAS PASUNDAN
Jl. Lengkong Besar No.68, Cikawao, Kec. Lengkong, Kota Bandung, Jawa Barat 40261
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk makalah matakuliah Hukum Agraria, dengan Judul: “Hak
Tanggungan”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa. Saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membaangun dari berbagaipihak. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
Pendidikan.
i
DAFTAR ISI
BAB 1 ( PENDAHULUAN)............................................................................................................. 1
ii
BAB 1 ( PENDAHULUAN)
Latar Belakang:
Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar PokokPokok Agraria (selanjutnya disebut UUPA), telah menyediakan lembaga hak jaminan
atas tanah yang diberi nama Hak Tanggungan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 51, yakni “Hak
Tanggungan yang dapat dibebankan pada Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, yang
disebut dalam Pasal 25, Pasal 33, Pasal39 diatur dengan Undang-Undang”.
Menurut Soedikno Mertokusumo bahwa: “undang-undang tidak mungkin lengkap, undang-undang
hanya merupakan satu tahap dalam proses pembentukanhukum dan terpaksa mencari
kelengkapannya dalam praktek hukum dan hakim”.
1
BAB 2 (PEMBAHASAN)
HAK TANGGUNGAN
Hak Tanggungan adalah hak jaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang
memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain. Hak
tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya disebut
Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang No.5 Th.1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau
tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan
utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap
kreditor-kreditor lain (Pasal 1 a(1) UUHT).
Tujuan Hak Tanggungan adalah Untuk menjamin kepastian hak pelunasan pembayaran
utang dari debitur kepada kredituryang juga memberikan kedudukan istimewa kepadanya untuk
didahulukan erhadap kreditur-kreditur lain. Hak ini disebut Hak Preference (tujuan hukum jaminan
pada umumnya) Pasal. 1131 KUHPdt)
a) Kreditor adalah : Pihak yang berpiutang dalam hubungan utang piutang tertentu
b) Debitur adalah : pihak yang berutang dalam suatu hubungan utang piutang tertentu
c) Hak Tanggungan merupakan rejim hukum lembaga jaminan disamping hipotok, pand dan
fiducia serta asuransi
2
Pasal 39 berbunyi :
Hak guna-bangunan dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak tanggungan.
UU No. 4 Tahun 1996 tentang Undang-undang Hak Tanggungan, dalam pasal 4 berisikan :
Hak atas tanah yang dapat dibebani Hak Tanggungan adalah :
a) Hak milik;
Hak milik adalah hak turun-menurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas
tanah. Hak ini dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.
b) Hak Guna Usaha;
Hak guna usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh
negara, dalam jangka waktu paling lama 25 tahun, guna perusahaan pertanian, perikanan
atau peternakan.
c) Hak Guna Bangunan
Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas
tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun.
Selain hak-hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Hak Pakai atas tanah
Negara yang menurut ketentuan yang berlaku wajib didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindah
tangankan dapat juga dibebani Hak Tanggungan. Pembebanan Hak Tanggungan pada Hak Pakai
atas tanah Hak Milik akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Hak Tanggungan dapat juga dibebankan pada hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan hasil
karya yang telah ada atau akan ada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut, dan yang
merupakan milik pemegang hak atas tanah yang pembebanannya dengan tegas dinyatakan di dalam
Akta Pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan.
Apabila bangunan, tanaman, dan hasil karya sebagaimana dimaksud pada ayat tidak
dimiliki oleh pemegang hak atas tanah, pembebanan Hak Tanggungan atas benda-benda tersebut
hanya dapat dilakukan dengan penandatanganan serta pada Akta Pemberian Hak Tanggungan yang
bersangkutan oleh pemiliknya atau yang diberi kuasa untuk itu olehnya dengan akta otentik.
3
2. Aturan Pelaksanaan
A. Peraturan Menteri Negara Agraria/Ka BPN No. 3 Tahun 1996, dalam pasal 1 berisikan :
Bentuk Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
15 ayat (1), bentuk Akta Pemberian Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 ayat (2), dan bentuk Buku tanah Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 ayat (3) Undang-Undang Hak Tanggungan adalah sebagaimana tercantum masing-
masing pada Lampiran I, Lampiran II, dan Lampiran III Peraturan ini. Sertipikat Hak
Tanggungan sebagaimana dimaksud Pasal 14 Undang-Undang Hak Tanggungan terdiri atas
salinan Buku Tanah Hak Tanggungan dan salinan Akta Pemberian Hak Tanggungan yang
bersangkutan, yang dibuat oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/ Kotamadya setempat
dan dijahit menjadi satu dalam sampul dokumen dengan bentuk sebagaimana tercantum
pada Lampiran IV Peraturan ini.
B. Peraturan Menteri Negara Agraria/Ka BPN No. 4 Tahun 1996, dalam pasal 1 berisikan :
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan yang diberikan untuk menjamin pelunasan
jenis-jenis Kredit Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia No. 26/24/KEP/Dir tanggal 29 Mei 1993 tersebut di bawah ini berlaku sampai
saat ini berakhirnya masa berlakunya perjanjian pokok yang bersangkutan :
1) Kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil, yang meliputi :
• Kredit kepada Koperasi Unit Desa;
• Kredit Usaha Tani;
• Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya.
3) Kredit produktif lain yang diberikan oleh Bank Umum dan Bank Perkre-ditan
Rakyat dengan plafond kredit tidak melebihi Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah), antara lain :
• Kredit Umum Pedesaan (BRI);
• Kredit Kelayakan Usaha (yang disalurkan oleh Bank Pemerintah);
C. Peraturan Menteri Negara Agraria/Ka BPN No. 5 Tahun 1996, dalam pasal 1 berisikan :
Untuk pendaftaran Hak Tanggungan yang obyeknya berupa hak atas tanah atau Hak Milik
Atas Satuan Rumah Susun yang sudah terdaftar atas nama pemberi Hak Tanggungan,
PPAT yang membuat Akta Pemberian Hak Tanggungan wajib selambat-lambatnya 7
(tujuh) hari kerja setelah penandatanganan Akta tersebut menyerahkan kepada Kantor
Pertanahan berkas yang diperlukan yang terdiri dari :
a. Surat Pengantar dari PPAT yang dibuat rangkap 2 (dua) dan memuat daftar jenis
suratsurat yang disampaikan;
b. Surat permohonan pendaftaran Hak Tanggungan dari penerima Hak Tanggungan;
c. Fotocopy surat bukti identitas pemberi dan pemegang Hak Tanggungan;
d. Sertipikat asli hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang
menjadi obyek Hak Tanggungan;
e. Lembar ke-2 Akta Pemberian Hak Tanggungan;
f. Salinan Akta Pemberian Hak Tanggungan yang sudah diparaf oleh PPAT yang
bersangkutan untuk disahkan sebagai salinan oleh Kepala Kantor Pertanahan untuk
pembuatan Sertipikat Hak Tanggungan;
g. Bukti pelunasan biaya pendaftaran Hak Tanggungan menurut Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1992;
Di daerah yang letak Kantor PPAT sebagaimana dimaksud ayat (1) jauh dari Kantor
Pertanahan dan menurut pendapat PPAT yang bersangkutan akan memerlukan biaya yang
mahal untuk menyerahkan berkas tersebut dengan cara datang di Kantor Pertanahan, berkas
tersebut dapat dikirim dengan Pos Tercatat selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah
penandatanganan Akta Pemberian Hak Tanggungan atau disampaikan melalui penerima
5
Hak Tanggungan yang bersedia menyerahkannya kepada Kantor Pertanahan tanpa
membebankan biaya penyampaian berkas tersebut pada pemberi Hak Tanggungan.
Petugas Kantor Pertanahan yang ditunjuk membubuhkan tanda tangan, cap, dan
tanggal penerimaan pada lembar kedua surat pengantar sebagaimana dimaksud Pasal 1 ayat
(1) huruf a sebagai tanda terima berkas tersebut dan mengembalikannya melalui petugas
yang menyerahkan berkas itu atau, dalam hal berkas tersebut diterima melalui Pos Tercatat,
menyampaikan tanda terima itu kepada PPAT yang bersangkutan melalui Pos Tercatat pula.
Apabila dalam pemeriksaan berkas ternyata bahwa berkas tersebut tidak lengkap,
baik karena jenis dokumen yang diterima tidak sesuai dengan jenis dokumen yang
disyaratkan dalam ayat (1) maupun karena pada dokumen yang sudah diserahkan terdapat
cacat materi, selambat lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sesudah tanggal penerimaan berkas
sebagaimana dimaksud ayat (3) Kepala Kantor Pertanahan memberitahukan secara tertulis
ketidak lengkapan berkas tersebut kepada PPAT yang bersangkutan dengan menyebutkan
jenis kekurang-an yang ditemukan.
Segera sesudah ternyata bahwa berkas yang bersangkut-an lengkap Kepala Kantor
Pertanahan mendaftar Hak Tanggungan yang bersangkutan dengan membuatkan Buku
tanah Hak Tanggungan dan mencatatnya pada Buku tanah dan Sertipikat hak atas tanah
atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang menjadi obyek Hak Tanggungan, yang
tanggalnya adalah tanggal hari ketujuh setelah tanggal tanda terima termaksud ayat (3),
dengan ketentuan bahwa apabila hari ketujuh tersebut jatuh pada hari libur, maka Buku
tanah Hak Tanggungan dan pencatatan di atas diberi bertanggal hari kerja berikutnya.
Dalam hal terdapat ketidak lengkapan berkas sebagai-mana dimaksud ayat (4),
maka tanggal Buku tanah Hak Tanggungan dan pencatatan sebagaimana dimaksud ayat (5)
adalah tanggal hari ketujuh setelah diterimanya kelengkapan berkas tersebut, dengan
ketentuan bahwa apabila hari ketujuh tersebut jatuh pada hari libur, maka Buku tanah Hak
Tanggungan dan pencatatan diatas diberi bertanggal hari kerja berikutnya.
Ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (3), (4), (5), dan (6) harus juga dilaksanakan
oleh Kantor Pertanahan, walaupun pengiriman berkas oleh PPAT dilakukan sesudah waktu
yang ditetapkan dalam ayat (1) dan ayat (2).
6
a) Pranata Hukum Perikatan (Perikatan Pokok dan Tambahan atau Principale conract &
Accessoir)
b) Pranata Hukum Utang-Piutang (schul and Haftung)
c) Pranata Hukum Perjanjian Khususnya Perjanjian Kredit
d) Pranata Hukum Benda (Van Verzaakent)
e) Pranata Hukum Tanah (Land Law)
d) Pranata Hukum Tanah (Land Law) PRANATA HUKUM TANAH (LAND LAW)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria (UUPA)
memberikan landasan hukum bahwa masyarakat hukum adat dapat melakukan pengelolaan
terhadap sumber daya hutan maupun sumber daya alam lainnya yang berada di wilayah
adat. Hal itu dapat dilihat di Pasal 2 ayat 4 UUPA yang menyatakan: “Hak menguasai dari
negara tersebut di atas pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada daerah-daerah swatantra
dan masyarakat-masyarakat hukum adat, sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan
kepentingan nasional, menurut ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah” Ketentuan ini
dapat dipahami bahwa hak masyarakat hukum adat terhadap sumberdaya hutan maupun
sumber daya alam lainnya yang berada di wilayah adat adalah hak yang bersumber dari
pendelegasian hak menguasai negara.
10
4. SEJARAH HAK TANGGUNGAN
Sejarah munculnya Hak Tanggungan tidak bisa dilepaskan dari ketentuan mengenai
hypotheek sebagaimana diatur dalam Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia
sepanjang mengenai tanah dan ketentuan Credietverbaand dalam staatsblad 1908-542 sebagaimana
telah diubah dengan staatsblad 1937-190. Berdasarkan pasal 57 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
Dengan berkembangnya tata ekonomi Bangsa Indonesia dan seluruh masyarakatnya
khususnya di bidang kegiatan perkreditan dan atau pembiayaan maka hypotheek (Hipotik) dan
Credietverbaand dipandang tidak lagi sesuai. Maka kemudian pemerintah menerbitkan
UndangUndang Nomor 4 Tahun 1996 tertanggal 9 April 1996 tentang Hak Tanggungan. Undang-
Undang ini melengkapi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria.
Khusus untuk Hipotik, pengikatan jaminan ini masih digunakan untuk kapal laut dengan
bobot sekuarng-kurangnya dua puluh meter kubik (20 Ton) yang telah didaftarkan di Syah bandar
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Departemen Perhubungan sebagaimana pasal 314 Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang.
Hak Tanggungan adalah sebagai hak jaminan atas tanah beserta benda-benda yang
berkaitandengan tanah untuk yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996. Adanya
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 diamanatkan dari Pasal 51 Undang-Undang Pokok Agraria
yang menyediakan lembaga hak jaminan yang kuat yang dapat dibebankan pada hak atas tanah
sebagai pengganti hipotik. Berdasarkan pada Undang-Undang Hak Tanggungan, objek hak
tanggungan adalah hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai. Lembaga hak
jaminan atas tanah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahulu kepada pemegangnya;
2) Selalu mengikuti objek yang dijaminkan dalam tangan siapapun objek itu berada;
3) Memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat pihak ketiga
11
danmemberikan kepastian hukum kepada pihak yang berkepentingan;
4) Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya.
2) Biaya
Rp. 0,- s.d. Rp. 250.000.000,-: Tarif Pendaftaran Hak Tanggungan: RP. 50.000,-
➢ Rp. 250.000.000,- s.d. Rp. 1.000.000.000,- Tarif Pendaftaran Hak Tanggungan: Rp.
200.000,-
➢ Rp. 1.000.000.000,- s.d. Rp. 10.000.000.000,- Tarif Pendaftaran Hak Tanggungan:
Rp. 2.500.000,-
➢ Rp. 10.000.000.000,- s.d. Rp. 1.000.000.000.000,- Tarif Pendaftaran Hak
Tanggungan: Rp. 25.000.000,-
➢ Rp. 1.000.000.000.000,- Tarif Pendaftaran Hak Tanggungan: Rp. 50.000.000,-
3) Waktu
Hari Ketujuh.
14
10. Unsur Hak Tanggungan
15
BAB 3 (PENUTUP)
KESIMPULAN
Hak Tanggungan adalah hak jaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan
kedudukan diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain. Hak Tanggungan
adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang No.5 Th.1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria,.
2. Aturan Pelaksana
a. Peraturan Menteri Negara Agraria/Ka BPN No. 3 Th. 1996 tentang Bentuk Surat
Kuasa Membebankan Hak Tanggungan, Akta Pemberian Hak Tanggungan, Buku
Tanah Hak Tanggungan dan Sertifikat Hak Tanggungan
b. Peraturan menteri Negara Agraria/Ka. BPN No. 4 Th. 1996 tentang Penetapan Batas
Waktu Penggunaan Surat Kuasa Pembebanan Hak Tanggungan Untuk Menjamin
Pelunasan Kredit-kredit Tertentu
c. Peraturan Menteri Negara Agraria/ Ka.BPN No.5 Th.1996 tentang Pendaftaran Hak
Tanggungan
16
2) Masa 1961 – 1996
a) Pemberlakuan PMA 15 Th. 1961 tentang Pembebanan dan Pendaftaran Hyphoteek
dan Credletverband yang tidak lagi membedakan antara kekuatan mengikat hipotik
dan kreditverband (UU No.7 Th. 1992)
b) Pemberlakuan Hak Pakai Privat sebagai obyek Hipotik dan kredit Verband
berdasarkan pasal 15 UU No. 16 Th. 1985 tentang Perumahan dan Pemukiman
c) Pemberlakuan pasal 15 UU No.4 Th. 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman,
bahwa pemilikan rumah dapat diagunkan sebagai jaminan dengan fidusia
d) Pemberlakuan UU No. 4 Th. 1996 tentang Undang-Undang Hak Tanggungan
(UUHT)
17
dari pemberi dan atau pemberi dan penerima hak tanggungan (Pasal 8 jo pasal 1 a
(2), (3) UUHT)
18
11. Unsur-Unsur Hak Tanggungan
a) HT merupakan jaminan bagi pelunasan utang
b) Obyek HT adalah Hak Atas Tanah sesuai UUPA dan benda-benda lain yang
merupakan satu kesatuan dengan tanahnya
c) Utang yang dijamin harus sesuatu utang tertentu
d) Kreditor memiliki hak istimewa (Prevelijkerecht)
12. Tujuan
Untuk menjamin kepastian hak pelunasan pembayaran utang dari debitur kepada
kreditur yang juga memberikan kedudukan istimewa kepadanya untuk didahulukan
erhadap kreditur-kreditur lain. Hak ini disebut Hak Preference (tujuan hukum
jaminan pada umumnya) Pasal. 1131 KUHPdt)
19
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-4-1996-hak-tanggungan-tanah-beserta-benda-benda-
berkaitan-tanah
2. Power Point Perkuliahan Hukum Agraria Materi Hak Tanggungan dari Bapak Yudi Prihartanto Soleh,
SH.,MH.
7. Djuhaendah Hasan, Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horizontal, Citra Aditya Bakti, Bandung,
1996
8. Mariam darus Badrulzaman, KUHPdt Buku III Hk Perikatan dengan Pnjelasan, Alumni, Bandung,
1993
9 --------------------------------- , Kompilasi Hk Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001
11 Ridwan Khairandi, Itikat Baik Dalam Kebebasan Berkontrak, UI FH, Jakarta, 2003
20