Anda di halaman 1dari 3

Zaakwaarneming

I. Pengertian Zaakwaarneming
KUHPerdata tidak secara tegas memberikan rumusan pengertian dari zaakwaarneming,
namun maksud dari zaakwaarneming dapat dilihat dari Pasal 1354 KUHPerdata, yaitu suatu
keadaan jika seseorang secara sukarela, dengan tidak mendapat perintah untuk itu, mewakili
urusan orang lain dengan atau tanpa pengetahuan orang ini, maka ia secara diam-diam
mengikatkan dirinya untuk meneruskan serta menyelesaikan urusan tersebut, hingga orang yang
diwakili kepentingannya dapat mengerjakan sendiri urusan tersebut.
Pengertian di dalam Pasal 1354 KUHPerdata pun disempurnakan di dalam Nieuw Burgerlijk
Wetboek (NBW) pada pasal 6:198, yang mengartikan zaakwaarneming sebagai mengurus
kepentingan orang lain dengan sengaja karena didasari atas alasan yang layak tanpa ada
kewenangan pengurusan baik kewenangan dari suatu tindakan hukum atau dari undang-undang.
Dari kedua pengertian diatas, dapat disimpulkan beberapa poin unsur dari zaakwaarneming yaitu
sebagai berikut:
 atas kepentingan orang lain;
 secara sengaja dan suka rela;
 tidak mendapat perintah untuk itu;
 dengan atau tanpa pengetahuan orang yang diurus kepentingannya;
 adanya alasan yang layak; dan
 bukan berdasarkan suatu tindakan hukum atau undang-undang.

II. Pengaturan Zaakwaarneming


Pengaturan mengenai zaakwaarneming di dalam KUHPerdata diatur di dalam Pasal 1354
sampai dengan Pasal 1358. Di Belanda, pengaturan ini disempurnakan dalam pasal 6:198 sampai
dengan 6:202 NBW.

III. Para Pihak dalam Zaakwaarneming


Di dalam zaakwaarneming terdapat 2 (dua) pihak, yaitu gestor dan dominus.
1. Gestor, yaitu pihak yang melakukan atau mengurus kepentingan orang lain secara sukarela
tanpa ada kewenangan yang baik berasal dari suatu tindakan hukum maupun undang-undang.
2. Dominus, yaitu pihak yang diurus kepentingannya oleh orang lain (gestor).

IV. Syarat-syarat Terjadinya Zaakwaarneming


Dalam zaakwaarneming, terdapat beberapa syarat yang menandakan bahwa peristiwa
tersebut merupakan zaakwaarneming.
1. Urusan atau kepentingan orang lain
Yang harus menjadi syarat zaakwaarneming adalah gestor harus dengan sadar, memiliki
niat, dan menghendaki untuk mengurus benda atau kepentingan orang lain. Harus dibedakan
antara mengurus benda atau kepentingan sendiri yang kebetulan secara sekaligus juga
bermanfaat bagi benda atau kepentingan orang lain dengan mengurus benda atau kepentingan

FC – 19 Agustus 2016
orang lain yang sekaligus juga menguntungkan benda atau kepentingan diri sendiri. Dalam
peristiwa yang pertama, tujuan pokoknya adalah benda atau kepentingan sendiri sehingga hal
tersebut tidak dapat dikatakan sebagai zaakwaarneming. Sedangkan dalam peristiwa yang
kedua justru tujuan pokoknya adalah mengurus benda atau kepentingan orang lain, sehingga
apabila syarat-syarat lainnya terpenuhi, keadaan kedua dapat dikatakan sebagai
zaakwaarneming.
Atas kepentingan orang lain ini, Pasal 1354 KUHPerdata maupun NBW tidak mengatur
mengenai apakah gestor yang melakukan tindakan tersebut harus dengan atas nama dominus
atau dapat mengatasnamakan dirinya sendiri. Sehingga, dalam zaakwaarneming tindakan yang
dilakukan gestor untuk mengurus kepentingan dominus dapat dilakukan atas nama dirinya
sendiri maupun atas nama dominus. Namun, Pasal 1357 KUHPerdata mengatur 2 (dua) hal,
yaitu:
 dominus harus memenuhi perikatan-perikatan yang muncul dari tindakan pengurusan
gestor yang dilakukan atas nama dominus; dan
 dominus mengganti rugi pengeluaran untuk perikatan yang dilakukan atas nama gestor
dalam rangka mewakili kepentingan dominus.

2. Secara sukarela
Zaakwaarneming harus dilakukan secara sukarela. Tindakan mengurus kepentingan orang
lain tersebut harus dilakukan atas kemauannya sendiri pada saat pertama kali gestor
melakukannya. Tindakan ini tanpa didasari oleh kewajiban untuk melakukan hal tersebut
maupun adanya ketentuan undang-undang dan perjanjian yang mendasari tindakan tersebut.
Sesudah adanya tindakan sukarela yang pertama, maka undang-undang mewajibkan
gestor untuk meneruskannya sampai dominus dapat mengurus kepetingannya sendiri.
Sehingga sesudah tindakan pertama, timbul kewajiban untuk meneruskan tindakan tersebut.
Kewajiban yang dimaksud disini adalah kewajiban hukum, baik yang berdasarkan undang-
undang maupun perjanjian, bukan kewajiban moril yang mungkin ada dan mendasari
perbuataan zaakwaarneming.
Unsur tidak ada kewajiban hukum inilah yang membedakan zaakwaarneming dengan
perjanjian pemberian kuasa ataupun perjanjian pemberian perintah (lastgeving). Walaupun
demikian, seorang kuasa atau lasthebber dapat juga melakukan tindakan zaakwaarneming
apabila hal yang dilakukannya tidak termasuk dalam tindakan-tindakan yang dikuasakan oleh
pemberi kuasa atau lastgever.

3. Dengan tidak mendapat perintah


Tidak mendapat perintah dan secara sukarela tidak selalu sama. Seseorang dapat
mendapatkan perintah tetapi ia menerima kewajiban tersebut secara sukarela. Syarat ini harus
ditekankan karena jika seseorang melakukan urusan orang lain berdasarkan kewajiban yang
ada padanya, hal tersebut merupakan lastgeving (jika berdasarkan perjanjian) atau tindakan
berdasarkan undang-undang, bukan zaakwaarneming.

FC – 19 Agustus 2016
4. Dengan atau tanpa sepengetahuan dominus
Zaakwaarneming dapat dilakukan dengan atau tanpa sepengetahuan dominus. Untuk
keadaan tanpa sepengetahuan dominus, tidak terdapat perdebatan mengenai ada atau
tidaknya zaakwaarneming. Karena gestor berarti memang secara sukarela mengurus benda
atau kepentingan dominus. Namun berbeda halnya dengan zaakwaarneming yang terjadi
dengan sepengetahuan dominus. Apabila zaakwaarneming terjadi dengan sepengetahuan
dominus, akan sulit membedakan apakah hal tersebut memang zaakwaarneming atau
lastgeving. Letak perbedaannya adalah dalam lastgeving, terdapat perjanjian dan ada
penyataan kehendak untuk menyetujuinya.
Menurut Pitlo, zaakwaarneming yang dilakukan dengan sepengetahuan dominus biasanya
sesudah berjalan beberapa waktu, lalu berubah menjadi perjanjian lastgeving. Menurut Brakel,
kalaupun zaakwaarneming dengan sepengetahuan dominus dapat terjadi, perbedaan antara
zaakwaarneming dan lastgeving adalah dalam zaakwaarneming, pengurusan itu hanyalah
dibiarkan atau ditolerir, sedangkan dalam lastgeving pengurusan itu memang dikehendaki dan
kehendak itu walaupun tidak secara langsung, telah dinyatakan.
Apabila zaakwaarneming terjadi dengan pengetahuan si dominus, namun yang terjadi
adalah dominus telah menyatakan ketidaksetujuannya dengan pengurusan tersebut, maka
zaakwaarneming tersebut tidaklah sah.

5. Adanya alasan yang layak


Berdasarkan NBW, hal lainnya yang penting dari zaakwaarneming adalah adanya alasan
yang layak untuk melakukan hal tersebut. Ketiadaan alasan yang layak dapat berakibat
tindakan tersebut merupakan tindakan melawan hukum yang mewajibkan gestor untuk
memberikan ganti rugi kepada dominus yang dirugikan akibat tindakan itu. Selain itu, gestor
juga tidak berhak untuk menuntut penggantian biaya yang sudah ia keluarkan.
Gestor berhak untuk menetapkan jangka waktu yang pantas kepada dominus untuk
menilai apakah perbuatan gestor untuk mengurus kepentingan dominus didasarkan atas
adanya alasan yang layak atau tidak.

6. Wujud Tindakan
Baik KUHPerdata maupun NBW tidak merinci wujud tindakan pengurusan dalam
zaakwaarneming. Tindakan zaakwaarneming dapat meliputi tindakan nyata maupun tindakan
hukum.

Sumber:

1. Hukum Perikatan (Perikatan Yang Lahir Dari Undang-Undang), J. Satrio, S.H.


2. Hukum Perwakilan dan Kuasa, Rachmad Setiawan.

FC – 19 Agustus 2016

Anda mungkin juga menyukai