DAN LANDAS KONTINEN Prepared by Erlies Septiana Nurbani SH., LL.M Hak Berdaulat Negara Rezim hak berdaulat negara atas landas kontinen dan zona ekonomi eksklusif tentunya berbeda dengan kedaulatan sebagaimana yg terdapat dalam perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut territorial. Hak Berdaulat Negara berarti negara memiliki hak-hak untuk mengeksploitasi, tetapi hak-hak negara pantai dapat berubah dalam pengertian jika negara pantai tidak mau mengeksplorasi dan mengeksploitasi, maka negara lain dapat menggunakannya, dengan izin negara pantai. Hak berdaulat tersebut tidak akan mengganggu penggunaan laut secara sah oleh negara-negara lain seperti pelayaran, penerbangan, dan pemasangan kabel dan pipa bawah laut. Sehingga, hak berdaulat yang dimaksud adalah hak-hak atas sumber-sumber kekayaan pada zona laut. Zona Ekonomi Eksklusif (Economic Eksklusif Zone) Pasal 57 UNCLOS 1982 menyatakan bahwa lebar zona ekonomi eksklusif tidak boleh melebihi 200 mil laut dari garis pangkal dari mana lebar laut wilayah diukur. Hak berdaulat negara pantai atas zona ekonomi eksklusif antara lain : a. Hak eksklusif untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi b. Menjalankan yurisdiksi yang berkaitan dengan pembuatan dan pemakaian pulau buatan, penelitian ilmiah c. Konservasi dan pengelolaan sumber kekayaan hayati dan non hayati Zona Ekonomi Eksklusif (Economic Eksklusif Zone) d. Menetapkan kapasitas tangkapan SDH e. Melakukan hot pursuit f. Melakukan pemeriksaan, penangkapan kapal-kapal maupun melakukan proses peradilan terhadap kapal-kapal yang melanggar hukum negara pantai Pasal 69 UNCLOS 1982 memberikan hak kepada negara tak berpantai untuk dapat mengambil kekayaan alam yg terdapat di dalam ZEE Zona Ekonomi Eksklusif (Economic Eksklusif Zone) Partisipasi negara tak berpantai diatur dengan perjanjian, baik bilateral maupun multilateral dengan negara berpantai. Yg dapat dieksploitasi oleh negara tak berpantai di ZEE hanya sumber-sumber biologis.
Delimitasi Zona Ekonomi Eksklusif Prinsip Delimitasi ZEE diatur dalam Pasal 74 UNCLOS 1982, dimana rumusan pasal ini secara mutatis mutandis sama dengan yg diatur dalam Pasal 83 ttg Delimitasi Landas Kontinen. Perjanjian ttg Batas ZEE RI Sebelum ZEE lahir, negara-negara pada umumnya mengenal konsepsi zona perikanan. Sehingga yg dibuat adalah perjanjian mengenai batas zona perikanan. Perj. Batas ZEE berdasarkan UNCLOS 1982 masih belum begitu banyak. Indonesia baru menetapkan perj. Batas ZEE hanya dengan Australia melalui Perjanjian antara Pem RI dan Pem Australia ttg Penetapan Batas ZEE Thn 1997. Landas Kontinen Landas Kontinen (Continental Shelf) Landas Kontinen suatu negara pantai terdiri dari dasar laut dan tanah dibawahnya yang berada di luar laut teritorial yang merupakan kelanjutan alamiah dari daratan sampai ke batas terluar tepian kontinen, atau sampai jarak 200 mil laut diukur dari garis pangkal yang digunakan untuk mengukur lebar laut teritorial. Kedaulatan negara atas landas kontinen adalah terbatas. Hanya hak untuk mengolah dan mengambil hasil dari sumber-sumber alam yg terkandung di dalamnya. Landas Kontinen (Continental Shelf) Pasal 77 UNCLOS 1982 menyatakan bahwa negara pantai hanya mempunyai hak berdaulat untuk mengeksploitasi dan mengeksplorasi kekayaan alam yang ada di landas kontinennya. Tetapi, hak negara pantai dapat berubah jika negara pantai tidak mau mengeksplorasi dan mengeksploitasi landas kontinennya, maka negara lain dapat menggunakannya, dengan persetujuan negara pantai tersebut. Landas Kontinen (Continental Shelf) Hak negara pantai atas landas kontinen tidak akan mempengaruhi status kolom air dan ruang udara diatasnya. Suatu negara dapat mengklaim landas kontinennya melebihi 200 mil, tetapi tidak dapat melebihi 350 mil. Syaratnya adalah, harus dapat dibuktikan adanya kelanjutan alamiah (natural prolongation) dari daratan suatu negara pantai. Landas Kontinen (Continental Shelf) Kekayaan alam yg berada di landas kontinen adalah mineral dan sumber2 non hayati lainnya, juga organisme silindris (sedentary species) yang hidup dengan menempel pada dasar laut atau lapisan tanah dibawahnya. Perang Udang Laut antara Brazil dan Perancis, yg diselesaikan dengan perjanjian. Dimana nelayan Perancis diwajibkan memberikan sebagian hasilnya in natura kepada Pemerintah Brazil.
Delimitasi Landas Kontinen Terhadap negara yang berhadapan atau berdampingan dimana jarak kedua pantainya kurang dari 200 mil laut. Pasal 83 UNCLOS 1982 sudah mengatur bahwa penetapan garis batas landas kontinen antara negara yang pantainya berhadapan atau berdampingan harus dilakukan dengan persetujuan atas dasar hukum internasional, sebagaimana yg tercantum dalam Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional, untuk mencapai suatu penyelesaian yg adil Delimitasi Landas Kontinen Prinsip umum yg digunakan adalah Prinsip Equidistance/Median Line-Special Circumstances yg menekankan kepada garis tengah sebagai dasar untuk melakukan pembagian landas kontinen. Namun, dalam sengketa antara Denmark dan Belanda, Mahkamah Internasional dalam putusannya 20 Februari 1969 menolak prinsip equidistance dan lebih mengutamkan prinsip keadilan (equitable). Sebagaimana yg diatur dalam Pasal 83 UNCLOS Batas ZEE dan Landas Kontinen Indonesia Perjanjian Batas Landas Kontinen RI Perj. RI dan Malaysia ttg Garis Batas Landas Kontinen di Selat Malaka dan Laut China Selatan Tahun 1969 Perj. RI dan Thailand ttg Garis Batas Landas Kontinen di Selat Malaka (bagian utara) dan Laut Andaman Tahun 1971 Perj. RI-Malaysia-Thailand ttg Garis Batas Landas Kontinen di Selat Malaka (bagian utara) 1971 Perj. RI-Australia ttg penetapan Garis Batas Dasar Laut Tertentu (Laut Arafura) 1971 Perj. RI-India ttg Penetapan Garis Batas Landas Kontinen antara Kedua Negara 1974 dan 1977 dll