by Damang, S.H. September 23, 2012 Dalam hukum laut internasional selain menentukan jarak laut yang dapat diklaim oleh suatu Negara. uga diperlukan dari mana atau metode apa yang dapat digunakan untuk melakukan penarikan garis pangkal. !ntuk mengetahui a"al mun#ulnya metode penarikan itu, maka perlu diuraikan sengketa perikanan antara Nor"egia dan $nggris yang dikenal dengan Anglo Norwegian Fisheries Case. %erkara antara $nggris dan Nor"egia mengenai batas perikanan Nor"egia ini timbul karena $nggris menggugat sahnya penetapan batas perikanan eksklusi& yang ditetapkan oleh Nor"egia dalam &irman 'aja ('oyal De#ree) tahun 1*3+ menurut hukum internasional. ,ang digugat oleh $nggris bukan lebar jaur "ilayah Nor"egia sebesar - mil, akan tetapi #ara penarikan garis pangkal yang menghubungkan titik.titik terluar pada garis pangkal yang menghubungkan pada pantai Nor"egia. Dalam #ara penarikan garis pangkal lurus yang dilakukan Nor"egia ini deretan pulau di muka pantai (skjaergaard) dianggap sebagai bagaian dari pantai Nor"egia. /kibat ketidaksepakatan Negara $nggris terhadap penarikan garis pangkal lurus tersebut sebagaimana 0irman raja 'oyal tahun 1*3+, maka diba"alah perkara ini ke 1ahkamah $nternasional ($2). 1ahkamah internasional dalam keputusannya menyatakan tidak sependapat dengan pihak $nggris bah"a penarikan garis pangkal lurus oleh Nor"egia hanya dapat dibenarkan sebagai suatu penge#ualian. 2ara penarikan garis pangkal lurus oleh Nor"gia tidak lain daripada suatu penetrapan dari pada (suatu kaidah) hukum internasional yang berlaku umum pada suatu keadaan khusus. 3erdasarkan kasus tersebut di atas maka dapat diurai tiga ma#am #ara penarikan garis pangkal yang didasarkan atas a4as pasang surut yakni5 (1) #ara trace paralle di mana garis batas luar mengikuti segala liku dari pada garis pasang surut6 (2) #ara arcs of circles dimana langsung ditetapkan batas luar tanpa adanya garis pangkal terlebih dahulu. Dan (3) #ara straight base line, dimana garis pangkal ditarik tidak tepat menurut garis pasang surut dengan segala likunya, melainkan ditarik garis.garis lurus yang menghubungkan titik.titik tertentu yang berada pada garis pasang surut. 3agaimana halnya dengan garis pangkal yang berlaku di $ndonesia 7 $ndonesia juga menggunakan penarika garis pangkal lurus. 1elalui deklarasi Djuanda pada tanggal 13 Desember 1*+85 9Bahwa segala perairan di sekitar, diantara dan yang menghubungkn pulau-pulau atau bagian-bagian pulau-pulau yang termasuk daratan Negara RI dengan tidak memandang luas atau lebarnya adalah bagian yang wajar dari pada wilayah daratan Negara RI dan demikian merupakan bagian dari pada perairan nasional yang berada dibawah kedaulatan mutlak dari Negara RI Salah satu alasan: pertimbangan yang mendorong pemerintah $ndonesia mengeluarkan dekalarsi tersebut bah"a penetapan batas.batas laut territorial yang di"arisi dari pemerintah kolonial sebagaimana termaktub dalam 9;erritorialle <ee on 1aritime =ringen >rdonantie 1*3* %asal 1 ayat 1 tidak sesuai lagi dengan kepentingan dan keselamatan dan keamanan Negara '$ Dalam perkembangannya kemudian deklarasi tersebut dituangkan dalam bentuk %?'%!, kemudian pada tahun1*@0 ditingkatkan dalam bentuk !ndang.undang Nomor -: %rp:1*@0. Se#ara tegas dalam %asal 1 ayat (2) menegaskan bah"a Laut ilayah Indonsia adalah lajur laut selebar dua belas mil laut (12 mil), yang garis luarnya diukur dari tegak lurus atas garis dasar atau titik pada garis dasar yang terdiri dari garis.garis lurus yang menghubungkan titik terluar pada garis air rendah dari pulau.pulau terluar dalam "ilayah $ndonesia. Sedangkan perairan pedalaman ditegaskan dalam %asal 1 ayat 1, bah"a perairan pedalaman sebagai perairan territorial yang berada pada sisi darat territorial dan perairan yang terletak di bagian dalam garis yang menghubungkan titik.titik terluar pada pulau.pulau bagian pulau.pulau.