Anda di halaman 1dari 18

Ada 4 jenis persidangan :

1. Pemeriksaan Pendahuluan
2. Pemeriksaan Persidangan
3. Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH)
4. Pengucapan Putusan

Keempat persidangan dpt dilihat sbg tahapan


persidangan. Namun dlm perkara tertentu
dapat terjadi tdk semua jenis persidangan
dibutuhkan.
 Hal2 itu dpt terjadi sbg berikut :
1. Perkara yg dari sisi pemohon sdh dapat
ditentukan bahwa pemohon tidak memiliki hak
mengajukan permohonan (legal standing) atau
materi permohonan bukan merupakan
wewenang MK. Diputus dg Amar Putusan “tidak
dapat diterima” (niet ontvankelijk verklaard).
2. Pemohon memiliki legal standing dan materi
permohonannya merupakan wewenang MK
serta sudah sangat jelas dan dapat sgr diputus
untuk dikabulkan.
 Contoh : putusan No. 102/PUU-VII/2009
mengenai pengujian UU no. 42 th 2008 ttg
Pemilu Presiden. Terkait masalah
penggunaan KTP dalam memilih, untuk
pemilih yg tidak terdaftar dalam DPT.
 Merupakan persidangan yg dilakukan untuk
memeriksa kelengkapan dan kejelasan materi
permohonan sebelum memasuki pokok
perkara.
 Yg diperiksa :
- Kelengkapan administrasi
- Kejelasan materi
- Legal standing
- kompetensi MK
 Meliputi :
1. Identitas dan kualifikasi pemohon, kewenangan
bertindak dan surat2 kuasa
2. Kedudukan hukum pemohon
3. Isi permohonan
4. Perubahan permohonan
5. Alat2 bukti yg diajukan
6. Saksi dan ahli dan pokok keterangan yg
diberikan
7. Pengaturan jadwal sidang dan tertib
persidangan.
 Pemeriksaan pendahuluan dilakukan oleh
Majelis Hakim panel, untuk perkara tertentu
bisa Majelis Hakim Pleno.
 Nasihat Hakim
 Batas waktu 14 hari (sebelum, atau bahkan
sesaat setelah persidangan).
 Dlm PHPU tdk mungkin 14 hari.
 Terbuka untuk umum
 Bisa lebih dari sekali.
 Kmd dilaporkan kepada Majelis Hakim Pleno
 Bisa dilanjutkan atau NO (baca : en O)
 Pleno : 9 atau min. 7 Hakim Konstitusi.
 Adalah jenis persidangan untuk memeriksa :
 Permohonan
 Alat bukti
 Keterangan termohon
 Keterangan saksi
 Keterangan ahli
 Keterangan pihak terkait.
 Tahapan pemeriksaan persidangan adalah sbb :
a. Penyampaian pokok2 permohonan secara lisan
b. Penyampaian pokok2 jawaban termohon atau
keterangan pihak2 terkait secara lisan
c. Pemeriksaan alat bukti dari pemohon maupun dari
termohon dan pihak terkait
d. Penyampaian dan pemeriksaan keterangan saksi
dan/atau ahli yang diajukan pemohon
e. Penyampaian dan pemeriksaan keterangan saksi
dan/atau ahli yang diajukan oleh termohon atau
pihak terkait
f. Penyampaian kesimpulan oleh pemohon
g. Penyampaian kesimpulan oleh termohon
dan/atau pihak terkait.

Dalam persidangan MK, selain permohonan,


jawaban termohon dan keterangan pihak
terkait serta keterangan ahli juga
disampaikan secara tertulis.
Dalam persidangan dokumen tidak dibacakan
keseluruhan tetapi hanya pokok2nya saja.
 Pasal 40 ayat (1) UU 24/2003, menyatakan
bahwa sidang MK terbuka untuk umum,
kecuali rapat Permusyawaratan hakim.
 RPH merupakan salah satu jenis dari sidang
pleno, yg sifatnya tertutup. RPH yang
membahas perkara bersifat rahasia yg hanya
diikuti oleh para hakim konstitusi, panitera,
dan panitera pengganti.
 Sidang pengucapan putusan pada hakikatnya
adalah sidang pleno, namun berbeda dengan
sidang pleno pemeriksaan persidangan.
 Agendanya hanya satu : pembacaan putusan
 Putusan dibaca secara bergantian oleh majelis.
Diawali dari Ketua, kemd anggota, lalu pada
saat membaca kesimpulan, amar putusan dan
penutup kembali ketua sidang lagi.
 Dissenting opinion dan concurring opinion
 Terbuka untuk umum dan mengikat sejak selesai
dibacakan.
1. Putusan Provisi = putusan sela
2. Putusan Akhir
3. Ultra Petita
4. Sifat putusan
a. Declaratoir (apa yang menjadi hukum), ex :
menyatakan bertentangan dg UUD
b. Constitutief (meniadakan suatu keadaan hukum
dan menciptakan suatu keadaan hukum baru)
c. Condemnatoir (penghukuman), ex : melakukan
suatu prestasi.
 Ultra Petita
Dalam hk acara, khususnya Hk acara perdata ada prinsip
“ hakim dilarang memutus melebihi apa yg
dimohonkan (ultra petita)”
Pasal 178 ayat (2) dan (3) HIR serta pasal 189 (2) dan ayat
(3) RBg.
 Mengapa MK boleh membuat putusan Ultra Petita,
karena Karakteristik Kewenangan MK berbeda.
a. Kewenangan Pengujian UU bersifat publik. UU adalah
Norma yg bersifat abstrak dan mengikat secara
umum.
b. Akibat hukumnya mengikat semua orang (erga
omnes)
c. Hakim harus bersikap aktif dan harus
berusaha memberikan putusan yang benar2
menyelesaikan perkara.
d. Hakim harus menjatuhkan putusan yang
seadil-adilnya (ex aequo et bono).
 Putusan MK :
NIM (nomor akhir)
0, 1, 2 = PUU
3, 4, 5 = SKLN
6, 7, 8, 9 = PHPU
Cari putusan yang ada 3 hal (pilih salah satu) :
1. Putusan Sela.
2. Putusan Ultra Petita.
3. Putusan yang ada Disenting Opinion.
Email : rahmatmuhajir@uad.ac.id

Anda mungkin juga menyukai