Moh.Heri
Riza Vanisa
Andinie Desliana
Nanda Anisa Bella
Ramdani Husein Renngur
Ananda Nafrah Fadma Merukh
Kasus di atas merupakan salah satu contoh perilaku profesi hukum atau dalam hal ini yang kelompok kami bahas adalah
jaksa, sebagai mana yang telah dibacakan tadi dalam kasus tersebut jaksa telah menggunakan kekuatan nya untuk melakukan
tindakan yang tidak terpuji. Jaksa tersebut menggunakan kewenangan nya untuk menguntungkan diri nya sendiri dan orang
lain, yang mana telah melanggar kode etik jaksa. Padahal jelas-jelas dalam kode etik jaksa pasal 10 ayat 2, dimana jaksa telah
bersumpah untuk setia kepada Negara dengan cara menjunjung tinggi dan menegakkan hukum yang ada di Indonesia. Itu
sangat disayangkan ketika ada jaksa yang melanggar kode etik yang seharusnya dia tahu sebagai orang hukum bahwa hukum
dibuat untuk dipatuhi bukan untuk dilanggar.
Faizal telah terbukti melakukan tindak penyuapan, dan dapat dikenai sanksi administratif, Dan sanksi administratif yang
tepat untuk dijatuhkan kepada Faizal adalah pembebasan dari tugas-tugas jaksa, paling singkat 3 bulan dan paling lama 1 tahun.
tinggal sekarang bagaimana agar kasus diatas tersebut tidak sampai terulang kembali yang akan mencoreng nama hukum dan
membuat masyarakat semakin tidak percaya terhadap hukum yang ada di Indonesia. Salah satu bentuk sebagai pencegahan agar
kasus ini tidak terulang adalah dengan memberikan sebuah pendidikan karakter yang lebih baik dari yang sebelumnya dan
mengadakan pelatihan atau semacam seminar bagi jaksa-jaksa muda agar tindakan diatas tidak dilakukan oleh jaksa-jaksa
lainnya, serta diharapkan agar Komisi Kejaksaan bertindak lebih tegas dalam menangani Jaksa – Jaksa yang terbukti
melakukan pelanggaran kode etik.
Saran
Dengan semakin maraknya kasus pelanggaran kode etik yang terjadi secara
massif makan saran kami dalam hal ini adalah melalui 2 teori yaitu preventive
dan Represic, Secara Preventif yaitu dengan cara memberikan pendidikan
karakter kepada seluruh warga Kejaksaan mengenai pentingnya kode etik jaksa
dalam menjalankan tugasnya, tidak hanya dibekali Technical Aspect
(Pertanggung jawaban secara ilmiah) tetapi juga Ethical Aspect (Pertanggung
jawaban lahiriah), karena seorang Penegak Hukum haruslah mempunyai dua
aspek penting tersebut. Hal itu perlu dilakukan agar semua warga kejaksaan
tetap berpegang kepada kode etik jaksa ketika ia bertugas. Kemudian secara
represif yaitu Komisi Kejaksaan harus aktif dalam menindak Jaksa-Jaksa yang
terbukti melanggar kode etik, berilah mereka hukuman yang setimpal dengan
apa yang telah mereka perbuat. Dengan dua cara tersebut diharapkan bahwa
kedepannya Warga Kejaksaan tidak lagi melakukan pelanggaran kode etik