Kelas V A
Dosen Pembimbing: Jupman Hadi,SH.,M.HI
penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemeriksaan di sidang pengadilan?
2. Bagaimana putusan pengadilan didalam KUHAP?
C. Tujuam Masalah
1. Untuk mengetahui bagaimana sidan pemeriksaan di siding pengadilan.
2. Dan mengetahui putusan pengadilan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Andi Hamzah, 2019. KUHP dan KUHAP, Jakarta:Rineka Cipta, Hal.286
2
Berkaitan dengan pelimpahan berkas acara pemeriksaan dari penuntut ke
pengadilan diatur dalam pasal 152 ayat (1) dan (2) KUHAP, yang
berbunyi:
(1) Dalam hal pengadilan negeri menerima surat pelimpahan perkara
dan berpendapat bahwa perkara itu termasuk wewenangnya, ketua
pengadilan menunjuk hakim yang akan menyidangkan perkara tersebut
dan hakim yang ditunjuk itu menetapkan hari siding.
(2)Hakim dalam menetapkan hari sidang sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) memerintahkan kepada penuntut umum supaya memanggil
terdakwa dan saksi untuk datang di sidang pengadilan.2
Menurut pasal 16 ayat (1) UU No. 14 tahun 2004 tentang ketentuan
pokok kekuasaan kehakiman mengatur:
“Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan
memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak
ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan
mengadilinya”
Dalam pemeriksaan di sidang pengadilan menganut system
akusator, bahwa terdakwa mempunyai hak yang sama dengan penuntut
umum. Pertama-tama hakim ketua membuka sidang, dan sidang
dinyatakan terbuka untuk umum selanjutnya menanyakan identitas
terdakwa dan sesudah itu penuntut umum membacakan surat dakwaan
dan sesudah itu penuntut umum membacakan identitas terdakwa dan
sesudah itu penuntut umum membacakan surat dakwaan baru sampai
pada tahap pemeriksaan perkara.
Pada permulaan sidang, pertama-tama yang didengar keterangan
saksi korban, keterangan terdakwa baru didengar setelah saksi-saksi
yang lain didengar keterangannya. Bahwa memeriksa suatu perkara di
muka pengadilan adalah untuk mencari dan menemukan kebenaran
2
Andi Hamzah, 2019. KUHP dan KUHAP, Jakarta:Rineka Cipta, Hal.292
3
materiil dari tindak pidana yang di dakwakan apakah telah terjadi dan
dapat dinyatakan bersalah.
Dalam hukum acara pidana sistem hukum pembuktian dengan
sebutan “Sistem negatif menurut Undang-undang” seperti yang diatur
dalam pasal 183 KUHAP sebagai berikut:
“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali
dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh
keyakinan bahwa suatu tindakan pidana benar-benar terjadi dan
terdakwalah yang bersalah melakukannya”3
Sistem menurut undang-undang tersebut mempunyai maksud:
a. Supaya terdakwa dapat dinyatakan salah diperlukan bukti
minimum yang ditetapkan oleh undang-undang (pasal 183
KUHAP)
b. Namun demikian biarpun alat bukti melebihi minimum yang
ditetapkan undang-undang apabila hakim tidak yakin tentang
kesalahan terdakwa ia tidak boleh menjatuhkan pidana.
Dalam hal memutuskan perkara di sidang pengadilan peranan hakim
besar sekali, sebab meskipun alat bukti yang diajukan penuntut umum
berlebih dari bukti minimum apabila hakim tidak yakin bahwa terdakwa
salah ia harus dibebaskan.
3
Andi Hamzah, 2019. KUHP dan KUHAP, Jakarta:Rineka Cipta, Hal.306
4
Berdasarkan rumusan di atas maka acara pemeriksaan singkat
adalah pemeriksaan perkara yang oleh penuntut umum pembuktian dan
penerapan hukum mudah dan sifatnya sederhana serta bukan tindak
pidana ringan atau perkara pelanggaran lalu lintas jalan.
Dengan demikian, pembuktian dan penerapan hukum gampang,
tidak sukar, tidak memerlukan banyak pikiran dalam mengerjakannya.
Pelimpahan perkara dalam acara pemeriksaan singkat tanpa disertai
surat dakwaan hanya dicatat dalam berita acara dan dalam berita acara
tindak pidana yang didakwakan antara lain:
a. Unsur tindak pidana yang didakwakan
b. Menyebut tempat dan waktu tindak pidana dilakukan
c. Perbuatan materiil yang dilakukan terdakwa
5
a. Acara Pemeriksaan Tindak Pidana Ringan
Menurut pasal 205 ayat (1), ialah perkara yang diancam dendan
pidana penjara atau kurungan paling lama 3 bulan dan atau denda
sebanyak-banyaknya Rp. 7500, dan penghinaan ringan kecuali yang
ditentukan dalam paragraph II (pelangaran Lalu Lintas jalan).
Bahwa setiap pengadilan negeri telah menetapkan jadwal dalam
memeriksa perkara tindak pidana ringan pada hari yang telah
ditentukan dalam satu bulan dan frekuensinya tergantung banyak
sedikitnya perkara yang dilimpahkan ke pengadilan negeri. Dalam
pasal 206 KUHAP, berbunyi: “Pengadilan menetapka hari tertentu
dalam tujuh hari untuk mengadili perkara dengan acara pemeriksaan
tindak pidana ringan.”
Penyidik memberitahukan secara tertulis kepada terdakwa tentang
hari tanggal, jam dan tempat ia harus menghadap sidang pengadilan
dan hal tersebut dicatat dengan baik oleh penyidik, selanjutnya
catatan bersama berkas dikirim ke pengadilan.
Pemberitahuan tersebut dimaksudkan agar terdakwa dapat
memenuhi kewajibannya untuk datang ke sidang pengadilan pada
hari, jam, tanggal, dan tempat yang ditentukan. Perkara dengan acara
pemeriksaan tindak pidana ringan yang di terima harus segera
disidangkan hari itu juga.
Pemeriksaan perkara tanpa berita acara pemeriksaan sidang dan
dakwaan cukup dicatat dalam buku register yang sekaligus dianggap
dan dijadikan berita acara pemeriksaan sidang. Dalam pasal 205 ayat
(3) yang berbunyi:“Dalam Acara Pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (10, pengadilan mengadili dengan hakim
tunggal pada tingkat pertama dan terakhir, kecuali dalam hal
dijatuhkan pidana perampasan kemerdekan terdakwa dapat minta
banding.”
6
b. Acara Pemeriksaan Perkara Pelangaran Lalu lintas Jalan
Acara pemeriksaan cepat yang kedua ialah acara pemeriksaan
perkara lalu lintas jalan yang diatur dalam pasal 211 KUHAP yang
berbunyi:
“Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan pada paragraph ini ialah
perkara pelanggaran tertentu terhadap peraturan perundang-undang
lalu lintas jalan.”4
Jika dibandingkan dengan acara pemeriksaan tindak pidana ringan
maka acara pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas jalan, lebih
mudah. Untuk perkara pelanggaran lalu lintas jalan tidak diperlukan
berita acara pemeriksaan. Hal tersebut diatur dalam pasal 207 ayat (1)
KUHAP, yang berbunyi:
Penyidik memberitahukan secara tertulis kepada terdakwa
tentang hari, tanggal, jam dan tempat ia harus menghadap
sidang pengadilan dan hal tersebut dicatat dengan baik oleh
penyidik, selanjutnya catatan bersama berkas dikirim ke
pengadilan.
Perkara dengan acara pemeriksaan tindak pidana ringan
yang diterima harus segera di sidangkan pada hari itu juga.
Dalam acara pemeriksaan tindak pidana pelangaran lalu lintas
tidak perlu dibuat berita acara pemeriksaan cukup dibuat berita
acara pemeriksaan cukup dibuat catatan dalam catatan pemeriksaan
memuat dakwaan dan pemberitahuan yang harus segera diserahkan
kepada pengadilan selambat-lambanya pada kesempatan hari
sidang pertama berikutnya.
Dalam pemeriksaan sidang pengadilan apabila terdakwa tidak
hadir karena suatu halangan, maka terdakwa dapat menunjuk
seseorang dengan surat kuasa untuk mewakili di sidang
pengadilan. Hal tersebut diatur dalam pasal 213 KUHAP yang
4
Andi Hamzah, 2019. KUHP dan KUHAP, Jakarta:Rineka Cipta, Hal.318
7
berbunyi: “Terdakwa dapat menunjuk seorang dengan surat untuk
mewakilinya di sidang.”
B. PUTUSAN PENGADILAN
Berdasarkan Pasal 1 butir 11 KUHAP, putusan pengadilan adalah
pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka untuk
umum yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau Lepas dari segala
tuntutan hukum, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam UU ini.
Dalam hal menjatuhkan putusan, berdasarkan Pasal 183 KUHAP yang
menyatakan bahwa :
“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila
dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh
keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa
terdakwalah yang bersalah melakukannya”.
Berdasarkan Pasal tersebut, maka sebagai konsekuensi dianutnya
sistem pembuktian Negatief Wetelijk Stelsel dalam perkara pidana
Indonesia, yang berarti bahwa sistem pembuktian yang berpedoman pada
alat bukti yang telah ditentukan oleh undang-undang dan keyakinan
hakim dalam memberikan putusan tentang terbukti atau tidak terbuktinya
kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa. sistem ini jelas menitik
beratkan antara alat bukti yang sah berdasarkan Undang-Undang dan dari
alat bukti yang sah tersebut terbentuklah keyakinan hakim, yang harus
didasarkan atas surat dakwaan dan segala sesuatu yang terbukti dalam
pemeriksaan sidang (Pasal 182 ayat (4) KUHAP).
Jenis-jenis putusan:
1. Putusan bebas/Vrijspraak (Pasal 191 ayat (1) KUHAP, karena :
Tidak terbukti adanya kesalahan
Tidak adanya 2 alat bukti
Tidak adanya keyakinan hakim
Tidak terpenuhinya unsur tindak pidana
8
2. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum/onslaag van alle (Pasal
191 ayat (2) KUHAP), karena :
Terbukti tetapi bukan tindak pidana
Adanya alasan pemaaf, pembenar atau keadaan darurat
3. Putusan pemidanaan, dijatuhkan oleh hakim jika ia telah
memperoleh keyakinan bahwa terdakwa melakukan perbuatan
yang didakwakan dan ia menganggap bahwa perbuatan dan
terdakwa dapat dipidana.
Syarat sahnya putusan pengadilan, yaitu :
1. Diucapkan terbuka untuk umum
2. Hadirnya terdakwa
3. Wajib diberitahukan hak-hak terdakwa
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
11