Anda di halaman 1dari 4

Bapak Ibu, perlu difahami bersama bahwa hidup di dunia ini hanyalah sebentar dan sementara,

sebagaimana orang yang sedang melancong dan berhenti sejenak untuk istirahat, setelah itu kita harus
melajutkan perjalanannya lagi menuju ke tujuan yang sebenarnya yaitu alam akhirat, alam pembalasan
yang abadi. Dan di dalam pemberhentian di dunia yang hanya sesaat ini, janganlah kalian beranggapan
bahwa dunia ini sebagai satu-satunya kehidupan yang harus dinikmati, sebab dunia ini sebenarnya
merupakan daarul ‘amal yang pendek waktunya, sebagai tempat ujian untuk dibalasi di akhirat kelak.
Sedangkan alam akhirat adalah “daarul jaza’, alam pembalasan yang panjang (abadi), sebagaimana Qs.
21 ayat 35 :” Kami akan mengujimu dengan keburukan & kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-
benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu akan dikembalikan”.

Ibnu Mas'ud berkata : "Manusia tidak menjalankan aktivitasnya kecuali hanya seorang tamu, dan harta
yang dicaripun hanya sebuah pinjaman. Tentunya tamu akan pulang dan pinjaman pasti dikembalikan".

Dan Ibnu Abbas RA berkata : "Sungguh Allah SWT menjadikan dunia pada 3(tiga) bagian : sebagian
untuk orang mukmin, sebagian untuk orang munafik dan sebagian lagi buat orang kafir. Orang mukmin
jelas untuk mempersiapkan bekal, orang munafik dipakai untuk berhias dan orang kafir untuk
bersenang-senang".

Tinggal kita merasa sebagai seorang mukmin atau tidak, jika kita merasa sebagai seorang mukmin tentu
carilah harta yang halal, karena bekal akhirat hanya diterima manakala bekal itu bersumber dari
harta/barang yang halal.

Dalam sebuah hadits dijelaskan, bahwa Jabir bin Abdillah ra bekata, “Rasulullah SAW pernah
memasuki sebuah pasar yang di kanan kirinya dipadati manusia. Ketika itu beliau melewati seekor
kambing kuper (telinganya kecil) yang telah menjadi bangkai. Lantas Beliau menenteng telinga kambing
itu seraya berseru, “Siapakah yang mau membeli kambing ini dengan harga satu dirham?” Pengunjung
pasar menjawab, “Sedikitpun kami tidak menginginkannya“. Beliau bertanya lagi, “Apakah kalian mau
jika anak kambing ini kuberikan cuma-cuma kepada kalian?” Mereka menjawab, “Demi Allah, kalaupun
anak kambing itu hidup, kami tidak akan menerimanya karena cacat, maka bagaimana kami mau
menerimanya setelah menjadi bangkai?” Mendengar hal ini Rasulullah saw bersabda, “Demi Allah,
sesungguhnya dunia itu lebih hina dalam pandangan Allah daripada bangkai kambing kuper ini dalam
pandangan kalian” (HR. Muslim).

Diriwayatkan lagi bahwa “Sesungguhnya Nabi SAW berdiri di dekat tempat sampah, beliau SAW
bersabda : "Mari kita lihat dunia". Kemudian beliau SAW mengambil pakaian usang dan rusak di bak
sampah itu, berikut beberapa tulang yang hancur. Beliau SAW bersabda : "Inilah dunia, sebagai lambang
bahwa perhiasan dunia akan rusak seperti tulang-tulang ini".

Kalau ada orang sayang atau memakan bangkai, maka ia dianggap tidak siuman. Tetapi sekiranya ia
gunakan bangkai untuk menyuburkan tanamannya dan hasilnya menjadi buah subur yang dapat
dimakan, itulah orang cerdik dan siuman. Demikian juga dengan dunia, ia cuma ‘tempat tanaman’ atau
‘alat’ untuk menyuburkan amalan yang diperintahkan dan sesudah itu hasilnya akan dipungut dan
diambil faedahnya (pahala) di akhirat nanti.

Demi Allah, dunia ini dibanding akhirat ibarat seseorang yang mencelupkan jarinya ke laut, air yang
tersisa di jarinya ketika diangkat itulah nilai dunia” (dari Al-Mustaurid ibn Syaddad r.a, Hadits Riwayat
Muslim). Artinya dunia yang saat ini direbutkan oleh banyak manusia itu jumlahnya sangat sedikit sekali
dan terbatas, sementara akhirat yang jumlah kenikmatannya tak terbatas kenapa kita tidak mau
berebut.

Bahkan, para nabi dan orang-orang shaleh, memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak memiliki nilai
sama sekali dan mencintai dunia merupakan sumber malapetaka (HR. Baihaqi dalam Syu'abul Iman).
Sehingga segala macam kerusakan yang terjadi di muka bumi ini, sebagian besarnya disebabkan oleh
sikap kita yang terlalu cinta terhadap dunia. Hingga muncul pembunuhan, perampokan, pemerkosaan,
permusuhan sesama saudara, mendzalimi saudaranya sendiri dan kerusakan-kerusakan lainnya
merupakan buah dari menipisnya keimanan terhadap hari akhir dan kecintaan kita terhadap dunia yang
berlebihan.

Lukman berkata : "Wahai anakku, dunia ibarat laut yang dalam, dia telah menenggelamkan banyak
manusia. Maka perahumu ialah takwa kepada Allah 'Azza Wa Jalla, muatannya iman kepada Allah SWT,
dan layarnya berupa tawakkal pada-Nya agar kamu selamat. Dan aku melihatmu saat ini bukan orang
yang selamat".

Inilah penggambaran luar biasa yang menunjukkan betapa tak ada nilainya dunia ini dibanding
keluarbiasaan alam akhirat yang sering dilupakan oleh manusia.

Bapak ibu yang sedang diuji masalah oleh Allah SWT, pesan Rasulullah yang jelas seperti itu kenapa kita
tidak sikapi saja dengan baik untuk keselamatan hidup kita ke depan, supaya hidup menjadi berkah
dengan harta yang halal dan di akhirat akan lepas dari keadilan Allah SWT. Sebab barang siapa yang
mempermudah urusan di dunia, maka Allah akan mempermudah urusannya di Akhirat kelak. Dan siapa
saja yang mempersulit atau merugikan saudara kita di dunia, maka di akhirat kelak kita juga akan
dipersulit dan akan mengalami kerugian besar yang sulit untuk ditebus dengan apapun.

Oleh karena itu saya menghimbau kepada bapak dan ibu alangkah indahnya hidup kita kalau perkara ini
kita akhiri dengan perdamaian secara kekeluargaan, sehingga hubungan sillaturrahim tetap terjalin,
hidup menjadi berkah, dijauhkan dari bala’ dan bencana/musibah baik di dunia maupun di akhirat.
Apalah artinya kita menang hanya mendapat keuntungan secara kasat mata katakanlah sejumlah Rp.
100.000.000,- (seratus juta rupiah), tetapi ternyata hukuman Allah lebih besar dari jumlah itu, apalagi
kalau kemenangan kita hanya dibawah dari jumlah itu.

Ingatlah, bahwa sebaiknya jauhkan nafsu kita dan kedepankan akal dan hati kita, sebab nafsu akan
selalu ambisi untuk mengeruk dunia yang sebanyak-banyaknya, hingga dikatakan dalam sebuah hadits :
“Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda, “Seandainya anak keturunan Adam diberi satu
lembah penuh dengan emas, niscaya dia masih akan menginginkan yang kedua. Jika diberi lembah emas
yang kedua, maka dia menginginkan lembah emas yang ketiga. Tidak akan pernah menyumbat rongga
anak Adam selain tanah, dan Allah menerima taubat bagi siapa pun yang mau bertaubat.” (HR. Al-
Bukhari No.6438). Dari hadits ini, bisa kita katakan untuk apa kita mengumpulkan harta yang banyak
kalau akhirnya nanti akan menjadi rebutan anak-anak kita yang tidak mau mendo’akan kita sebagai
pahala jariyah (anak shaleh yang selalu mendo’akan orang tuanya).

Bapak Ibu, perlu diketahui bahwa dalam berperkara, boleh saja yang pintar akal, kuat ekonomi dan kuat
bukti akan selalu menang dalam peradilan di dunia, karena pengadilan manusia sifatnya terbatas tidak
dapat menjangkau kebenaran yang hakiki, tapi kita harus ingat bahwa masih ada peradilan di akhirat
yang pasti akan ditegakkan keadilan yang hakiki. Dan ingat pula bahwa kemenangan secara curang
adalah termasuk golongan orang-orang yang sangat mencintai dunia dan orang yang mencintai dunai
tidak akan membawa pada kesenangan hidup, karena Nabi SAW juga bersabda : "Barangsiapa yang
mencintai dunia, Allah tidak akan menolongnya dalam urusan apapun. Selain itu Allah akan
menempatkan 4 hal dalam hatinya: 1. Selamanya dirundung kesusahan, 2. Diberikan kesibukan yang tak
pernah berhenti, 3. Selamanya akan merasakan fakir, tidak pernah merasa cukup (selalu butuh dan
butuh, bahkan kurang dan kurang), dan 4.Khayalannya tidak akan berhenti untuk selamanya.

Apalagi kalau kecintaan kita terhadap dunia hingga sampai berbuat meandzalimi saudara kita
maupun orang lain, dengan cara batil sehingga dapat memenangkan perkaranya di pengadilan dengan
cara mendzalimi saudaranya, merampas hak orang lain, maka kemenangan itu akan dijauhkan dari
keberkahan dan lebih bahaya lagi do’anya orang yang terdzalimi itu akan dikabulkan oleh Allah SWT.
Apa itu yang dimaksud tidak berkah, yang dimaksud adalah tidak memberikan dampak positif bagi kita
baik di dunia maupun di akhirat, seperti misalnya :

dengan kebangkrutan dalam usaha, atau dengan berbagai musibah kecelakaan yang dikehendaki oleh
Allah SWT.

Akhirnya kami hanya bisa mengajak pada kalian semua, bahwa hukum Allah pasti akan terjadi dan
mesti akan berlaku secara adil pada kalian semua. Kalau kalian percaya pada hukum Allah, maka
sebaiknya kalian saling bersikap jujur dan bersikap adil dan selanjutnya perkara ini bisa kita akhiri
dengan pembagian secara semestinya, secara adil dan secara kekeluargaan, dan hal seperti ini lebih
dekat kepada kebaikan serta akan terjaga tali silatuirrahim diantara kalian semua dan akan menjadi
harta yang diberkahi Allah SWT.

Akan tetapi sebaliknya, jika kalian terus mengikuti nafsu serakah sebagai manusia, maka tidak mustahil
hubungan persaudaraan kalian akan terjadi putus hubungan, dan ingat do’anya orang yang kalah karena
terdzalimi oleh salah satu dari kalian adalah maqbul dan siapa yang telah memutuskan tali sillatur rahim,
maka rizkinya di dunia akan sulit dan di akhirat akan mendapat siksa yang berat dari Allah SWT.
Na’udzubillahi min dzaalik.

Bapak ibu yang saya hormati, kalau masalah harta gono gini, maka menurut aturan undang-undang
sperti ini....dan pembagiannya seperti ini, jadi sudah jelas. Begitu juga masalah harta waris, maka
pembagiannya menurut ilmu faro’id ahli warisnya adalah ini dan ini, lalu pembagiaannya adalah seperti
ini.... jadi sebenarnya bisa dikatakan “alhalaalu bayyinun wal haroomu bayyinun”. Artinya kecurangan
atau keculasan dalam pembagian nanti, yang mengetahui adalah kalian berdua, saya tidak
mengetahuinya, kecuali hanya pesan saran kepada kalian semua hati-hati hidup yang hanya sekali ini
jangan kita kotori dengan hal-hal yang berdosa, karena penyesalan di akhirat tidak ada gunanya.

Anda mungkin juga menyukai