Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fadhil Alfarisy

Nim : 19110029
Kelas : Pai A
Resume qurdist

AYAT AL-QURAN TENTANG PERILAKU BURUK QS. AL-HUMAZAH (104) DAN


QS. AT-TAKASSUR (102) DAN HADIST TENTANG PERILAKU KESEIMBANGAN
HIDUP DI DUNIA DAN AKHIRAT

Q.S. Al-Humazah dan At-Takatsr tentang Cinta Dunia dan Melupakan Kehidupan
Hakiki
Islam telah menyatakan bahwa hidup manusia di dunia ini bukanlah hidup yang
hakiki, hanya sementara saja. Orang yang melupakan kehidupan hakiki berarti berlebihan
dalam mencintai dunia. Orang yang demikian berarti memiliki sifat tamak atau rakus
terhadap dunia. Islam telah menyatakan bahwa hidup manusia di dunia ini bukanlah hidup
yang hakiki, hanya sementara saja. Orang yang melupakan kehidupan hakiki berarti
berlebihan dalam mencintai dunia. Orang yang demikian berarti memiliki sifat tamak atau
rakus terhadap dunia.
Q.S. al-Humazah
Artinya: “Celakalah bagi setiap pengumpat lagi pencela (1) yang mengumpul-kan harta dan
menghitung-hitung (2) dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya(3) sekali-kali
tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam (neraka) Huthamah (4) Dan
tahukah kamu apa (neraka) Huthamah itu ? (5) (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang
dinyalakan (6) yang (membakar) sampai ke hati (7) Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas
mereka (8) (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang (9)” (al-Humazah: 1-9).
Asbabun Nuzul
Surah al-Humazah diturunkan berkaitan dengan Ubay bin Khalaf, seorang tokoh kafir
Quraisy yang kaya raya. Ia selalu mengejek Nabi Muhammad saw. dengan kekayaannya.
Demikianlah yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Utsman dan Ibnu
Umar.4 c. Penjelasan Ayat Pada ayat pertama, Allah Swt menjelaskan bahwa orang yang
suka mengumpat dan mecela akan celaka. Hal ini sebagai bentuk jawaban atas ejekan-ejekan
orang kafir Quraisy terhadap Nabi Muhammad Saw. perbuatan mencela dan mengumpat
adalah perbuatan tercela.
Q.S. at-Takatsur
Artinya:“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu (1) sampai kamu masuk ke dalam kubur
(2) Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu) (3) dan
janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (4) Janganlah begitu, jika kamu mengetahui
dengan pengetahuan yang yakin (5) niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim
(6) dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ´ainul yaqin (7) kemudian
kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di
dunia itu) (8)” (At-Takathur: 1-8)
Asbabun Nuzul
Surah at-Takatasur turun berkaitan dengan dua kabilah Ansar (Bani Harisah dan Bani Hars).
Mereka saling menyombongkan diri dengan kekayaan dan keturunannya dengan saling
bertanya: “Apakah kalian mempunyai pahwalan segagah dan secekatan si Fulan?” Mereka
juga menyombongkan diri dengan kedudukan dan kekayaan orang-orang yang masih hidup.
Mereka mengajak pergi ke kuburan untuk menyombongkan kepahlawanan dari golongannya
yang sudah gugur dan menunjukkan kuburan mereka. Surah ini turun untuk memberi
peringatan kepada orangorang yang hidup bermegah-megahan sehingga ibadah mereka
terlalaikan.
Hadist :
Muslim yang baik dituntut untuk memikirkan dan mempersiapkan diri untuk mencari
bekal yang akan dibawa kealam akhirat kelak, pada saat yang sama dia tidak boleh
melupakan keberadaannya di dunia yang di jalaninya sebagaimana hadits yang diriwayatkan
oleh Ibnu ‘Asyikin dari Anas, Rasulullah Saw. Bersabda :
Artinya : “bukanlah suatu kebaikan bagi yang meninggalkan dunia untuk akhirat, begitupun
sebaliknya bukanlah suatu kebaikan bagi yang meninggalkan akhirat untuk dunia. Dan yang
baik adalah adalah bagi yang mengumpulkan keduanya, sebab sesungguhnya dunia itu jalan
untuk menuju akhirat, dan janganlah kalian menjadi beban untuk orang lain”. (HR. Ibnu
‘Asyikin dari Anas)
Dari hadist tersebut dijelaskan bahwa ada sebagian orang yang mengutamakan akhirat
dari pada kehidupan dunia, oleh karena itu dia akan terus berdzikir dan beribadah kepada
Allah dan melalaikan kehidupan dunia. Cara hidup seperti ini bukanlah cara hidup yang baik
menurut Rasulullah saw. Ada pula orang yang lebih mengutamakan kehidupan didunia dari
pada kehidupan akhirat, oleh karena itu dia akan terus bekerja untuk mengejar dunia,
sehingga ia lupa akan Allah. Cara hidup seperti ini juga bukanlah cara hidup yang baik
menurut Rasulullah. Kehidupan yang baik berdasarkan hadist ini ialah kehidupan seseorang
yang mampu menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhiratnya dengan menyadari bahwa
hidup didunia akan ada akhirnya, dan bekal hidup di akhirat hanyalah amal shaleh yang kita
lakukan selama hidup didunia.
Pada zaman sekarang ini, banyak sekali kita temukan manusia yang berlomba-
lomba untuk mencari kekayaan di dunia, sedangkan tidak sedikit dari mereka lupa
bahwasannya dunia ini hanyalah sementara. Seringkali manusia lupa apa sebenarnya tujuan
manusia hidup, dan bahkan lebih mirisnya lagi, banyak dari manusia merelakan hal- hal
mengenai akhirat hanya untuk mengejar dunia yang fana dan sementara ini. Orang- orang
seperti inilah orang- orang tamak, rakus, dan merugi. Adapun ciri dari orang tamak adalah
orang yang tidak pernah bersyukur atas apa yang telah Allah berikan dan titipkan kepadanya
di dunia, yang selalu merasa kurang, yang selalu mendedikasikan perbuatannya untuk materi
semata, yang tidak mau bersedekah, yang tidak mau mengeluarkan hartanya di jalan Allah.
Sedangkan Allah telah berfirman dalam al Quran supaya manusia tidaklah memelihara sifat
tamak atau rakus. Seperti firman Allah dalam surat al Humazah dan surat al Takassur.
Pada surat al Humazah ini berisi tentang ancaman kepada orang yang mengumpat
dan mencela, Allah mengatakan bahwa orang yang mengumpat dan mencela sudah pasti
celaka. Orang yang suka mengumpat dan mencela ini dikarenakan dia terlalu cinta kepada
harta bendanya, sehingga dia tidak mau menginfakkan hartanya ke jalan Allah, dan mereka
sering mengumpat serta mencela sesamanya. Orang yang seperti ini lupa bahwa dunia
hanyalah sementara, dan mereka beranggapan bahwa selamanya akan berkuasa, padalah
dunia bukanlah selamanya, namun akhiratlah kehidupan hakiki semua makhluk nanti. Dalam
surat ini, Allah berfirman bahwa Allah telah menyiapkan siksaan yang pedih bagi orang-
orang yang tamak, rakus, dan terlalu cinta kepada dunia. Siksaan ini akan diterima orang-
orang yang terlalu cinta dunia di akhirat nanti berupa neraka jahanam, yang di sana mereka
akan dibakar seluruh badannya dan juga hatinya yang mana menjadi tempat kemusyrikan.
Maka dari itu, firman Allah dalam surat al Humazah ini menginagatkan kita sebagai manusia
supaya tidak bersikap tamak dan terlalu cinta dunia, karena hakekatnya kehidupan yang
hakiki adalah kehidupan di akhirat. Sedangkan diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari
Utsman dan Ibnu Umar, dikatakan bahwa sebab turunnya surat al Humazah ini berkaitan
dengan seorang tokoh kafir Quraisy kaya raya, Ubay bin Khalaf yang selalu mengejek dan
merendahkan Nabi Muhammad dengan kekayaannya.
Yang kedua yaitu pada surat al Takassur yang berisi tentang manusia yang
bermegah- megah dengan hartanya dan mereka lalai terhadap akhiratnya. Mereka bangga
kepada harta dan apa yang mereka miliki, mereka tidak sadar bahwa semua adalah dari Allah,
namun mereka lalai dengan kekayaannya, sehingga mereka menganggap bahwa semua yang
dimiliki adalah kekal, padahal tidak. Dunia hanyalah sementara, sedang mereka lali terhadap
hartanya. Dan dalam surat ini, Allah berfirman bahwa balasan dari orang yang bermegah-
megahan dan membanggakan hartanya adalah neraka jahanam. Maka dari itu kita senantiasa
menjauhi sifat bermegah- megahan dan membanggakan harta kekayaan sehingga lalai dari
kehidupan akhirat. Sedangkan sebab diturunkannya surat ini adalah berkaitan dengan dua
kabilah Anshar yang mana mereka menyombongkan dan membanggakan harta dan
kekuasaan yang mereka punya. Mereka saling menyombongkan harta kekuasaannya, bahkan
kekuasaan orang yang telah meninggal dari golongan masing- masing.
Kita sebagai muslim, hendaknya dapat memilih jalan kehidupan sesuai dengan yang
diajarkan oleh Rasul dan sesuai dengan perintah Allah, karena kita telah mengerti, paham,
dan meyakini bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara, dan dunia ini adalah fana.
Hendaknya kita menjalani kehidupan kita dengan seimbang, antara kehidupan dunia dan
persiapan bekal hidup di akhirat. Karena jika kita hanya menjalankan salah satunya saja,
kehidupan kita akan hancur. Dengan kita tahu bahwa kehidupa yang hakiki adalah akhirat,
bukan berarti kita meninggalkan kehidupan dunia untuk kehidupan akhirat, karena bagaimana
pun juga, sebelum kita menjalani kehidupan di akhirat kita pasti menjalani kehidupan di
dunia terlebih dahulu. Maka dengan hal ini, hendaknya kita mejalani kehidupan dunia dengan
seratus persen, dan kehidupan akhirat pun seratus persen, sehingga seimbang antara dunia
dan akhirat. Rasul bersabda dalam hadis riwayat Ibnu ‘Asyikin dari Annas, yang artinya:
“bukanlah suatu kebaikan bagi yang meninggalkan dunia untuk akhirat, begitupun sebaliknya
bukanlah suatu kebaikan bagi yang meninggalkan akhirat untuk dunia. Dan yang baik adalah
adalah bagi yang mengumpulkan keduanya, sebab sesungguhnya dunia itu jalan untuk
menuju akhirat, dan janganlah kalian menjadi beban untuk orang lain”. Dalam hadis tersebut
disebutkan bahwa sebagian orang sangat fokus terhadap akhirat dengan terus berdzikir,
sehingga mereka meninggalkan kehidupan dunia. Hal ini tidaklah dibenarkan dalam Islam,
karena seperti yang telah saya sebutkan di atas, sebagaimana pun juga sebelum kita menemui
kehidupan akhirat, kita pasti akan melewati dan menjalani kehidupan dunia. Jadi kehidupan
dunia dan akhirat haruslah seimbang. Tidak dibernarkan untuk terlalu condong kepada
kehidupan dunia mau pun terlalu condong pada kehidupan akhirat. Semoga kita senantiasa
seimbang dalam menjalani kehidupan dunia dan mencari bekal untuk kehidupan yang hakiki
yaitu kehidupan akhirat. Dan semoga kita dijauhkan dari sifat tamak dan membanggakan
harta, benda, serta kekuasaan yang Allah titipkan kepada kita.

Anda mungkin juga menyukai