Anda di halaman 1dari 14

A.

ETIKA PADA SESAMA MANUSIA

Pada dasarnya tipe manusia ada beberapa yaitu 1) Tipe manusia yang memiliki
simbol gagal. Gagal di dunia dan di akhirat, 2) Tipe manusia yang memiliki simbol
sukses, tetapi tidak memiliki niat ikhlas. Sukses di dunia, tetapi gagal di akhirat dan 3)
Tipe manusia yang memiliki simbol sukses dan didasari oleh niat yang ikhlas. Sukses di
dunia dan di akhirat.

Dalam kehidupan didunia ini tidak terlepas dari hubungan segitiga antara Al-
Rabb, hamba dan alam. Hubungan antara Al rabb dengan hamba termaktub dalam QS
Al Baqorah ayat 43. Antara Hamba dengan alam (masyarakat dan lingkungan)
termaktub dalam QS Al Ma’un ayat 4-7 dan hubungan antara Al-Rabb dengan alam
termaktub dalam QS Luqman ayat 20. Ketiga hubungan segitiga tersebut adalah bagian
dari skema ibadah seperti pada bagan dibawah ini

Dalam menjalankan hidup di dunia ini dari waktu ke waktu semua manusia
meninginkan kesuksesan. Kesuksesan adalah impian bagi setiap orang. Namun setiap
orang memiliki persepsi yang berbeda-beda tentang kesuksesan. Ada yang
mengartikan kesuksesan dengan banyaknya harta, karir yang cemerlang, pendidikan
yang tinggi, dll. Perbedaan persepsi itu mengantarkan para pencari kesuksesan pada
titian jalan yang berbeda pula untuk menjemputnya. Menariknya, Allah Ta’ala yang
telah menciptakan manusia dan pola pikirnya, membuat sebuah pakem tentang arti
kesuksesan hakiki, kesuksesan dalam kehidupan dunia dan akhirat, dan kesuksesan
yang jauh dari kata rugi dan kegagalan.

Jalan kesuksesan itu telah Allah firmankan dalam satu surat di dalam Alquran,
yaitu surat al-Ashr. Dalam surat al ashr Inilah arti sebuah kesuksesan yang hakiki yang
diajarkan oleh Allah Ta’ala, yaitu dalam ayat ke 3 ada 4 hal yaitu beriman dan
mengerjakan amal shaleh serta saling menasihati dalamkebenaran dan kesabaran.
Adapun kesuksesan yang dipahami dengan harta, karir, pendidikan, status sosial, atau
hal-hal yang sifatnya duniawi lainnya adalah kesuksesan yang fana.
Pentingnya Akhlak Kepada Sesama Manusia :
1. Berkata baik kepada manusia. َ‫صل َة َ َو ُقولُوا ِلل َّنا ِس ُح ْس ًنا َوأ‬
َ َّ ‫“ وآ ُتوا ال َّز َكا َة قِي ُموا ال‬Dan bertutur
katalah yang baik kepada manusia, laksanakan salat dan tunaikanlah zakat.” (QS. Al-
Baqarah: 83).

2. Tidak boleh sombong terhadap sesama manusia ُ ‫ك‬ ُ ‫ف ْر ِض َم َرحا ً إِ َّن هلالَ ا َل‬
ُ ‫ي ِح ُّب‬ َ ‫ج ْور ٍل‬
َّ ُ ‫“ َّل ُم ْخ َتا ْم ِش فِي األ َل َوا َل‬Dan janganlah kamu memalingkan mukamu
َ ‫ت َصِ ع ْر َخ َّد َك ِللنا ِس َوا َل‬
‫ت‬
dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.” (QS. Luqman:18)

3. Tidak bolek tamak dan kasar dengan sesame manusia ‫ا ِر َق ْه ِل ال َّنا َ ِأ ِ ُر ُ ْكم ب ُ ْخب َل أ أ ا َل‬
َ ‫ُعت ٍّل لُوا َبلَى ق َج َّوا ٍّظ ُم‬
‫ْست ْك‬ ُ َ ‫ “ َ ُك ل‬Maukah kamu aku beritahu tentang penduduk neraka?
Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan
takabbur(sombong).“ (HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853).

4. Berbuat dzalim kepada sesama manusia akan bangkrut kelak di akherat


“Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang
dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan
harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya
diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis,
sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa
dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga
akhirnya ia dilemparkan ke neraka.” (HR Muslim)

5. Hablu mina Allah baik tetapi Hablu mina nass jelek maka akan rugi di akherat “Dari
Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata, seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, ada seorang wanita yg rajin shalat malam dan shiyam
sunnah, tetapi tetangganya tersiksa karena lisannya.” maka belau Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam bersabda, “Dia tidak memiliki kebaikkan sama sekali. Dia akan masuk
neraka.”

6. Setiap muslim ada saudara Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain
dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain” (QS Al Hujurat : 12)
“Setiap muslim itu saudara bagi muslim yang lain. Dia tidak akan menzhaliminya,
menghinakannya, dan tidak pula meremehkannya. Keburukan seseorang itu diukur dari
sejauh mana dia meremehkan saudaranya” (HR.Muslim)

Beberapa Contoh Etika Sesama Muslim :


1. Ucapkan Assalamulaikum….. “Apabila kamu diberi salam dengan ucapan salam,
maka balaslah salam tersebut dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang
serupa).” (QS. An-Nisa’ : 86) “Tidaklah dua orang Muslim kemudian keduanya berjabat
tangan, melainkan keduanya diampuni sebelum keduanya berpisah.” (Diriwayatkan Abu
Daud, Ibnu Majah, dan AtTirmidzi)

2. Tidak boleh berbohong Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari
Kiamat,berkatalah yang baik atau diam."(HR.Bukhari dan Muslim) Imam Ghazali :
bahaya lisan jika tidak benar ini akan berakibat tidak saja di dunia, tetapi juga di
akhirat.Sekali berbohong di dunia orang tidak akan mempercayainya lagi dan Allah
sangat murka terhadap orangyang mengatakan apa yang tidak dilakukannya. (QS.Ash-
Shaf:2-3)

3. Rendah hati dan tidak Sombong “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari
manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan
diri.” (QS. Luqman : 18) “Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian
tawadlu, hingga salah seorang dan kalian tidak sombong terhadap yang lain.”
(Diriwayatkan Abu Daud dan lbnu Majah. Hadits ini shahih)

4. Tidak mengunjing, menghina dll “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah


kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan
janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kalian
menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.”
(QS. Al-Hujuraat : 12) “Tinggalkan oleh kalian buruk sangka, karena buruk sangka
adalah perkataan yang paling dusta.” (Diriwayatkan Al-Bukhari)

5. Bersin Jika ia bersin dan membaca “alhamdulillah”, maka ia mendoakannya dengan


berkata, “yarmukallahu” (mudah-mudahan Allah merahmatimu), kemudian orang yang
bersin berkata, “yaghfirullahu lii wa laka” (semoga Allah memberi ampunan kepadaku
dan kepadamu, atau ia berkata, “yahdikumullahu wa yushlihu baalakum” (semoga Allah
memberi petunjuk kepadamu, dan memperbaiki hatimu)

6. Menjenguk dan berdoa untuk orang sakit

7. Merawat jenazah “Hak seorang Muslim atas Muslim lainnya adalah 5 (lima) :
Menjawab salamnya, menjenguk orang sakit, mengantar jenazahnya, memenuhi
undangan, dan mendoakan orang yang bersin.” (Muttafaq Alaih)

8. Menolong dan tidak menelantarkan “Orang Muslim adalah saudara Muslim lainnya.
ia tidak boleh menzhaliminya, tidak boleh menelantarkannya, dan tidak boleh
menghinanya.” (Diriwayatkan Muslim) “Barangsiapa melindungi kehormatan
saudaranya, maka Allah melindungi wajahnya dari neraka pada hari kiamat.”

9. Tidak menimpahkan keburukan kepada orang lain “Seorang Muslim atas Muslim
lainnya haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.” (Diriwayatkan Muslim) “Orang
Muslim tidak halal menakut-nakuti orang Muslim lainnya.” (Diriwayatkan Ahmad dan
Abu Daud)

10. Tidak membuat tipu daya “Dan orang-orang yang menyakiti laki-laki Mukmin dan
wanita wanita Mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya
mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. Al-Ahzab : 58) “Dan
barangsiapa mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya kepada
orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan
dosa yang nyata.” (QS. An-Nisa’ : 112)

11. Pemaaf “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma‘ruf,
serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raaf : 199) “Maka
barangsiapa mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan)
mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat)
kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula).” (QS. AlBaqarah : 178)
“Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan)
Allah.” (QS. Asy-Syura : 40) “Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada.
Apakah kalian tidak ingin Allah mengampuni kalian ?” (QS. An-Nuur : 22) “Allah tidak
menambahkan pada orang yang memaafkan, melainkan kemuliaannya.” (Diriwayatkan
Muslim) “Hendaklah engkau memaafkan orang yang menzhalimimu.”

12. Menganggap orang lain seperti diri sendiri “Barangsiapa ingin dijauhkan dan neraka
dan masuk surga, hendaklah ia mati dalam keadaan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan
Rasul-Nya, dan hendaklah ia menemui manusia dengan membawa sesuatu yang ia
sendiri senang jika diberi sesuatu tersebut.” (Diriwayatkan Al-Bukhari)

13. Pemaaf dan santun “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang
ma‘ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raaf : 199)
“Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada, tindaklanjutilah kesalahan
dengan kebaikan niscaya kebaikan tersebut menghapus kesalahan tersebut, dan
bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (Diriwayatkan Al-Hakim dan
AtTirmidzi yang meng-hasan-kannya)

B. ETIKA PADA LINGKUNGAN


A.     Pengertian dan Definisi Etika Lingkungan Hidup
            Etika merupakan pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran dan pandangan
moral. Etika lingkungan hidup dipahami sebagai refleksi kritis atas norma-norma atau
nilai moral dalam komunitas manusia untuk diterapkan secara lebih luas dalam
komunitas biotis dan komunitas ekologis.
            Etika lingkungan hidup merupakan petunjuk atau arah perilaku praktis manusia
dalam mengusahakan teruwujudnya moral dan upaya untuk mengendalikan alam agar
tetap berada pada batas kelestarian. Etika lingkungan hidup juga berbicara mengenai
relasi di antara semua kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia dengan manusia
yang mempunyai dampak pada alam dan antara manusia dengan makhluk lain atau
dengan alam secara keseluruhan.

B.      Paradigma Lingkungan Hidup


            Yang dimaksud dengan paradigma adalah suatu pandangan dasar yang dianut
atau diikuti pada kurun waktu tertentu, diakui kebenarannya serta berpengaruh
terhadap perkembangan ilmu dan kehidupan. Harvey dan Holly (1981) mengutip
batasan pengertian paradigma yang dikemukakan oleh Kuhn dalam The Structure of
Scientific Revolution (1970) yang mengartikan paradigma sebagai “keseluruhan
kumpulan (konstelasi) kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai, cara-cara (teknik)
mempelajari, menjelaskan, cakupan dan sasaran kajian, dan sebagainya yang dianut
oleh warga suatu komunitas tertentu”.
            Kebutuhan manusia selalu berkembang, seiring dengan berkembangnya
kebutuhan. Dalam menjawab kebutuhannya, manusia mulai memanfaatkan alam
secara intensif. Bersamaan dengan itu, ada perubahan dalam melihat hubungan
manusia dengan alam. Perubahan hubungan manusia dengan alam tersebut mulai dari
antroposentrisme, biosentrisme dan ekosentrisme.
            Antroposentrisme (antropos=manusia), adalah suatu etika yang memandang
manusia sebagai pusat dari alam semesta. Dalam antroposentrisme, etika nilai dan
prinsip moral hanya berlaku bagi manusia. Kepentingan manusia mempunyai nilai
tertinggi dibandingkan makhluk hidup yang lainnya. Manusia dianggap paling
berpengaruh dalam tatanan ekosistem. Segala sesuatu yang ada di alam semesta
dianggap mempunyai nilai sepanjang berfungsi dan berguna bagi kebutuhan manusia.
Alam hanya sebagai objek dan sarana sebagai pemenuh kebutuhan manusia tanpa
memperhatikan keadaan alam, dan akibat yang ditimbulkan karena pemanfaatannya.
Yang menjadi masalah adalah apabila antroposentrisme mengakibatkan manusia
mengeksploitasi alam secara berlebihan di luar batas toleransi ekosistem. Krisis
lingkungan hidup bukan diakibatkan oleh pendekatan antroposentrisme, tetapi oleh
antroposentrisme yang berlebihan.
            Biosentrisme memandang bahwa semua makhluk hidup dalam ekosistem
mempunyai nilai dan berharga, sehingga pantas mendapat pertimbangan dan
kepedulian moral.  Semua kehidupan di alam semesta adalah kesatuan moral. Segala
keputusan penggunaannya harus mempertimbangkan aspek moral. Etika dipahami
tidak hanya terbatas pada manusia, namun juga bagi seluruh makhluk hidup.
            Ekosentrisme mencakup cakupan yang lebih luas lagi, manusia, makhluk
hidup, dan lingkungannya. Etika diberlakukan tidak hanya kepada makhluk hidup, tapi
juga pada lingkungan. Secara ekologis, makhluk hidup dan lingkungannya terikat pada
satu kesatuan. Istilah untuk pendekatan ekosentrisme adalah deep ecology yang
dipopulerkan oleh Arne Naess, seorang filsuf Norwegia tahun 1973.

C.      Prinsip-Prinsip Etika Lingkungan


Prinsip etika lingkungan hidup dirumuskan dengan tujuan untuk dapat dipakai
sebagai pegangan dan tuntutan bagi perilaku manusia dalam berhadapan dengan
alam. Keraf memberikan minimal ada Sembilan prinsip dalam etika lingkungan hidup,
yaitu:
1.      Prinsip sikap hormat terhadap alam (respect for nature)
Manusia mempunyai kewajiban menghargai hak semua makhluk hidup untuk berada,
hidup, tumbuh, dan berkembang secara alamiah sesuai dengan tujuan penciptanya.
Untuk itu manusia perlu merawat, menjaga, melindungi, dan melestarikan alam beserta
seluruh isinya serta tidak diperbolehkan merusak alam tanpa alasan yang dapat
dibenarkan secara moral.
2.      Prinsip tanggung jawab (moral responsibility for nature)
Sejatinya alam adalah milik kita bersama. Jika alam dihargai sebagai bernilai pada
dirinya sendiri, maka rasa tanggung jawab akan muncul dengan sendirinya pada diri
manusia.
3.      Prinsip solidaritas kosmis (cosmic solidarity)
Solidaritas kosmis pada hakekatnya adalah sikap solidaritas manusia dengan alam.
Solidaritas kosmis berfungsi untuk mengontrol perilaku manusia dalam batas-batas
keseimbangan kosmis, serta mendorong manusia untuk mengambil kebijakan yang pro
alam dan tidak setuju terhadap tindakan yang merusak alam.
4.      Prinsip kasih saying dan kepedulian terhadap alam (caring for nature)
Prinsip ini merupakan prinsip moral satu arah yang artinya tanpa mengharap balasan
serta tidak didasarkan pada pertimbangan kepentingan pribadi melainkan untuk
kepentingan alam.
5.      Prinsip tidak merugikan (no harm)
Prinsip ini merupakan prinsip tidak merugikan alam secara tidak perlu. Bentuk minimal
berupa tidak perlu melakukan tindakan yang mrugikan atau mengancam eksistensi
makhluk hidup lain di alam semesta.
6.      Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam
Prinsip ini menekankan pada nilai, kualitas, cara hidup, dan bukan kekayaan,
sarana,standard material. Bukan rakus dan tamak mengumpulkan harta dan memiliki
sebanyak-banyaknya,mengeksploitasi alam, tetapi yang lebih penting adalah mutu
kehidupan yang baik. Prinsip moral hidup sederhana harus dapat diterim oleh semua
pihak sebagai prinsip pola hidup yang baru agar kita dapat berhasil menyelamatkan
lingkungan hidup.
7.      Prinsip keadilan
Prinsip keadilan sangat berbeda dengan prinsip-prinsip sebelumnya, Prinsip keadilan
lebih ditekankan pada bagaimana manusia harus berperilaku adil terhadap yang lain
dalam keterkaitan dengan alam semesta juga tentang sistem social yang harus diatur
agar berdampak positif bagi kelestarian lingkungan hidup. Prinsip keadilan terutama
berbicara tentang peluang dan akses yang sama bagi semua anggota masyarakat
dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan sumbar daya alam, dan dalam ikut
menikmati pemanfaatannya.
8.      Prinsip demokrasi
Demokrasi justru memberi tempat seluas-luasnya bagi perbedaan,
keanekaragaman, dan pluralitas. Oleh karena itu setiap orang yang peduli dengan
lingkungan adalah orang yang demokratis, sebaliknya orang yang demokratis sangat
mungkin bahwa dia seorang pemperhati lingkungan. Pemperhati lingkungan dapat
berupa multikulturalisme, diverivikasi pola tanam, diversivikasi pola makan, dan
sebagainya.
9.      Prinsip integrasi moral
Prinsip ini terutama ditujukan untuk pejabat, misalnya orang yang diberi
kepercayaan untuk melakukan analissi mengenai dampak lingkungan merupakan
orang-orang yang memiliki dedikasi moral yang tinggi  karena diharapkan dapat
menggunakan akses kepercayaan yang diberikan dalam melaksanakan tugasnya dan
tidak merugikan ingkungan hidup fisik dan non fisik atau manusia.
Kesembilan  prinsip etika lingkungan hidup tersebut diharapkan dapat menjadi
lingkungan hidup.

D.     Perilaku Manusia terhadap Lingkungan Hidup


Perilaku manusia terhadap lingkungan hidup telah dapat dilihat secara nyata
sejak manusia belum berperadaban, awal adanya peradaban,dan sampai sekarang
pada saat peradaban itu menjadi modern dan semakin canggih setelah didukung oleh
ilmu dan teknologi.Ironisnya perilaku manusia terhadap lingkungan hidup tidak semakin
arif tetapi sebaliknya.Kekeringan dan kelaparan berawal dari pertumbuhan penduduk
yang tinggi,penggundulan hutan,erosi tanah yang meluas,dan kurangnya dukungan
terhadap bidang pertanian,bencana longsor,banjir,terjadi berbagai ledakan bom,adalah
beberapa contoh kelalaian manusia terhadap lingkungan. Sebenarnya kemajuan ilmu
dan teknologi diciptakan manusia untuk membantu memecahkan masalah tetapi
sebaliknya malapetaka menjadi semakin banyak dan kompleks, oleh karena itu
dianjurkan untuk dapat berperilaku menjadi ilmuwan dan alamiah melalui amal yang
ilmiah. Sekecil apapun perilaku manusia terhadap lingkungan hidupnya harus segera
diperbuat untuk bumi yang lebih baik,bumi adalah warisan nenek moyang yang harus
dijaga dan diwariskan terhadap anak cucu kita sebagai generasi penerus pembangunan
yang berwawasan lingkungan berkelanjutan.Lingkungan hidup terbagi menjadi tiga
yaitu lingkungan alam fisik (tanah,air,udara) dan biologis (tumbuhan - hewan),
Lingkungan buatan (sarana prasarana),dan lingkungan manusia (hubungan sesama
manusia). Perilaku manusia terhadap lingkungan yang tepat antara lain tidak merusak
tanah,tidak menggunakan air secara berlebih,tidak membuang sampah
sembarangan.Dalam rangka usaha manusia untuk menjaga lingkungan hidup,telah
banyak bermunculan perilaku nyata berupa gerakan-gerakan peduli lingkungan hidup
baik bersifat individu,kelompok,swasta,maupun pemerintah. Tapi yang terpenting dari
itu semua adalah bentuk konkrit yang harus dilakukan oleh semua pihak dalam
berinteraksi dengan lingkungan hidup.

E.      Etika Keutamaan dan Etika Kewajiban


Dalam mencari dan memahami etika lingkungan hidup perlu diperhatikan dua
macam etika, yaitu etika keutamaan dan etika kewajiban. Manakah dari keduanya yang
lebih baik atau lebih “etis” dijadikan sebagai pola etika lingkungan hidup?
1.      Etika Keutamaan
Etika keutamaan tidak berhubungan dengan benar atau salahnya tindakan
manusia menurut prinsip-prinsip moral tertentu, melainkan dengan baik dan buruknya
perilaku atau watak manusia (B. Williams, 1985:1). Etika ini bertujuan mengarahkan
manusia kepada pengenalan akan tujuan hidupnya sendiri. Maksudnya, tujuan hidup
akan dicapai melalui keutamaan berupa keluhuran watak dan kualitas budi pekerti yang
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Fokus perhatian utama etika keutamaan ini
adalah watak dan mutu pribadi setiap manusia, dan bukan pada apakah orang sudah
melaksanakan semua kewajiban yang ditentukan baginya. Penganjur etika ini adalah
Aristoteles. Menurutnya keutamaan arete-lah yang menjadi keunggulan atau
keberhasilan dalam menjalankan fungsi khas sesuatu.
Berdasarkan etika itu, maka dalam konteks lingkungan hidup, manusia
mempunyai keutamaan, bila ia mampu memelihara, mengelola dan melestarikan
lingkungan hidupnya dengan baik. Sarana pencegahan pencemaran atau pengelolaan
limbah dikatakan mempunyai arete, jika dapat bekerja dengan semestinya dalam
mencegah atau menanggulangi pencemaran (rupanya di sini tidak hanya manusia yang
butuh etika, melainkan juga sarana atau alat?), bahkan juga norma hukum lingkungan
dikatakan mempunyai keutamaan, jika dapat berfungsi dengan baik dalam
penegakkannya. Jadi baik atau buruknya lingkungan hidup kita tergantung pada mutu
manusia atau kualitas pribadi yang unggul. Yang terutama paling ditekankan oleh
Aristoteles itu adalah manusia bukan sekedar alat atau bahkan ajaran moral.
Bagaimana ini semua dapat dicapai, menurut Aristoteles orang harus mewujudkan
kemungkinan-kemungkinan manusia yang positif, termasuk membuat sarana menjadi
berfungsi secara baik.
Etika keutamaan tersebut juga menuntut dimensi yang lain. Selain praksis
keutamaan dengan mewujudkan yang paling baik bagi lingkungan hidup, juga
dibutuhkan rasionalitas manusia dan dimensi spritual. Yang dimaksud adalah bahwa
orang perlu menjamin fungsi manusiawi pengelolaan lingkungan hidup menurut
kehendak-Nya, sebab Dialah Pencipta yang memelihara, bukan perusak (Pierre Leroy,
1966: 13-14).

2.       Etika Kewajiban
Etika ini disebut etika peraturan atau etika normatif (K. Bertens, 2000: 17), yaitu
etika yang mengacu kepada kewajiban moral yang mengikat manusia secara mutlak.
Baik buruknya perilaku atau benar dan salahnya tindakan secara moral diukur (dinilai)
dari sesuai tidaknya dengan prinsip moral yang wajib dipatuhi tanpa syarat. Fokus
perhatian etika ini diletakkan pada ajaran atau prinsip-prinsip moral tindakan (J.
Sudarminta, Basis, 1991:163). Maka, etika ini berhubungan dengan pertanyaan: “apa
yang harus atau wajib dilakukan, yang boleh dan tidak boleh dilakukan”. Karena itu
pengetahuan atau pengenalan akan ajaran-ajaran moral penting untuk etika ini.
Sifatnya lalu menjadi praktis, dapat diharapkan bagi suatu perilaku atau untuk
persoalan-persoalan konkret (etika terapan/ applied ethics). Sekedar contoh untuk
bidang lingkungan hidup: “jangan mencemari sungai, laut, dll”; buanglah sampah pada
tempatnya; peliharalah lingkungan hidup; tidak boleh membuang limbah melebihi
ketentuan BML,” dan seterusnya.
Menurut Imanuel Kant, tokoh utama etika ini, tindakan seseorang adalah baik
menurut ajaran moral, bukan karena tindakan itu dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu, melainkan demi memenuhi kewajiban semata-mata tanpa maksud yang lain.
Namun yang sulit adalah usaha untuk mengetahui motivasi apa yang mendorong orang
melakukan kewajibannya itu. Boleh jadi, orang melakukannya supaya mendapat hadiah
atau sekedar takut akan hukuman, bukan karena ia punya keunggulan perilaku untuk
itu, oleh Kohlberg disebut prakonvensional (Bertens: 2000: 81).

F.       Unsur Etika atau Moral Lingkungan


Beberapa unsur etika atau moral lingkungan yang perlu dipertimbangkan (H.
Rhiti: 1996:11-18) adalah sebagai berikut:
1.      Pertama, etika lingkungan hidup sebaiknya etika keutamaan atau kewajiban? Etika
keutamaan itu perlu karena yang kita butuhkan adalah manusia-manusia yang punya
keunggulan perilaku. Sementara itu etika kewajiban, dalam arti pelaksanaan kewajiban
moral, tidak bisa diabaikan begitu saja. Idealnya ialah, bahwa pelaksanaan keutamaan
manusia Indonesia, bukan hanya demi kewajiban semata-mata, apalagi sesuai
kewajiban. Rumusan-rumusan moral itu di satu pihak memang penting, namun di lain
pihak yang lebih penting lagi ialah bahwa orang mengikutinya karena keunggulan
perilaku.
2.      Kedua, bila etika lingkungan hidup adalah etika normatif plus etika terapan, maka
ada faktor lain yang mesti ikut dipertimbangkan, yaitu sikap awal orang terhadap
lingkungan hidup, informasi, termasuk kerja sama multidisipliner dan norma-norma
moral lingkungan hidup yang sudah diterima masyaraakat (ingat akan berbagai)
kearifan lingkungan hidup dalam masyarakat kita, yang dapat dikatakan sebagai “moral
lingkungan hidup” (Bertens, 2000:295-300). Dari sini pula muncul pertanyaan apakah
perlu disusun semacam kode etik pengelolaan lingkungan hidup?
3.       Ketiga, etika lingkungan hidup tidak bertujuan menciptakan apa yang disebut
sebagai eco-fascism (fasis lingkungan, pinjam istilah Ton Dietz, 1996). Artinya, dengan
dan atas nama etika seolah-olah lingkungan hidup adalah demi lingkungan hidup itu
sendiri. Dengan risiko apapun lingkungan hidup perlu dilindungi. Dari segi etika yang
bertujuan melindungi lingkungan dari semua malapetaka bikinan manusia, hal itu tentu
saja baik. Namun buruk secara etis, bila akibatnya membuat manusia tidak dapat
menggunakan lingkungan hidup itu lagi karena serba dilarang. Etika lingkungan tidak
hanya mengijinkan suatu perbuatan yang secara moral baik, melainkan juga melarang
setiap akibat buruknya terhadap manusia.
4.      Keempat, ciri-ciri etika lingkungan hidup yang perlu diperhatikan adalah sikap dasar
menguasai secara berpartisipasi, menggunakan sambil memlihara, belajar
menghormati lingkungan hidup dan kehidupan, kebebasan dan tanggung jawab
berdasarkan hati nurani yang bersih, baik untuk generasi sekarang maupun bagi
generasi yang akan datang. Yang juga penting adalah soal oreintasi dalam
pembangunan, yakni tidak hanya bersifat homosentri, yang sering tidak
memperhitungkan ecological externalities, melainkan juga ekosentris. Pembangunan
tidak hanya mementingkan manusia, melainkan kesatuan antara manusia dengan
keseluruhan ekosistem atau kosmos.
Nilai-nilai etika lingkungan sangat mudah dipahami oleh segenap lapisan
masyarakat, melalui penerapan konsep lingkungan hidup melalui pendidikan formal
yang terintegrasi dengan mata pelajaran lain misalnya PPKn, Pendidikan Agama,
Pendidikan Biologi, Pendidikan Geografi serta mata pelajaran lainnya yang relevan.
Kementerian Pendidikan Nasional melalui Biro Perencanaan ke Luar Negeri merupakan
institusi pemerintah yang sangat apresiasi dalam menjaga kualitas lingkungan hidup,
melalui peningkatan sumber daya manusia. Hal ini dilakukan agar tercipta intelektual-
intelektual muda yang lebih bermartabat, bersaing dan berdaya guna dalam
menyongsong era globalisasi transformasi, menuju Indonesia yang lebih baik, adil dan
makmur.

G.     Undang-Undang Tentang Etika Lingkungan Hidup


Undang-undang tentang lingkungan hidup terdapat pada “UNDANG-UNDANG
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.”
Pada bab X dibahas tentang hak, kewajiban, dan larangan tentang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup. Bagian pertama membahas tentang hak,kemudian
bagian kedua membahas tentangkewajiban yaitu:
Pasal 67
Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
Pasal 68
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:
a. memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu;
b. menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan
c. menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria
baku   kerusakan lingkungan hidup.

Bagian ketiga menjelaskan tentang larangan yaitu:


Pasal 69
Setiap orang dilarang:
a. melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup.
b. memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan perundang-undangan ke dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia ke media lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
e. membuang limbah ke media lingkungan hidup;
f. membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup;
g. melepaskan produk rekayasa genetic ke media lingkungan hidup yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan;
h. melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar;
i. menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal; dan/atau
j. memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi, merusak informasi,
atau memberikan keterangan yang tidak benar.
Pada bab XII dibahas tentang pengawasan dan sanksi administratif. Pada
bagian pertama dibahas tentang pengawasannya. Kemudian pada bagian kedua
dibahas tentang sanksi administratif yaitu:

Pasal 76
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi administratif kepada
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan ditemukan
pelanggaran terhadap izin lingkungan.
(2) Sanksi administratif terdiri atas:
a. teguran tertulis;
b. paksaan pemerintah;
c. pembekuan izin lingkungan; atau
d. pencabutan izin lingkungan.

Pasal 77
Menteri dapat menerapkan sanksi administrative terhadap penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan jika Pemerintah menganggap pemerintah daerah secara sengaja
tidak menerapkan sanksi administratif terhadap pelanggaran yang serius di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Pasal 78
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 tidak membebaskan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dari tanggung jawab pemulihan dan
pidana.

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dari mata kuliah Etika & Pengembangan Kepribadian dengan judul
“Etika Pada Sesama Manusia & Etika Pada Lingkungan”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
mata kuliah Etika & Pengembangan Diri kami Bapak Edi Bachtiar Syam yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Makassar, 11 Mei 2019

Penulis
MAKALAH ETIKA PADA SESAMA MANUSIA & ETIKA PADA
LINGKUNGAN
ETIKA & PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

LISA ARSITA ( 201830034 )


SRI RESKY SAVITRI ( 201830042 )
ADHAN KHALIQ ( 201830048 )

Anda mungkin juga menyukai