Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TENTANG
HAL – HAL YANG MENGOTORI AQIDAH
Dosen Pengampu: Akmal, M.Pd

OLEH :
KELOMPOK 5
1. NIAWASIH
2. ELI ERNAWATI

FAKULTAS TARBIYAH
S1 PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
INSTITUT AGAMA ISLAM QAMARUL HUDA BAGU
TAHUN 2023

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna, agama mengatur dengan jelas
tata cara menjalani kehidupan dengan baik dan benar. Kehidupan seseorang
berbeda dengan kehidupan orang lain. Masalah silih berganti, cobaan
semakin merapuhkan badan, rintangan semakin di depan dan setiap orang
mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menyelesaikan setiap masalah
nya. Ada yang sesuai dengan akidah seperti tetap berusaha, sabar, tawakal,
dan berdo’a. Begitu pun sebaliknya ada yang menyelesaikan masalah nya
dengan cara-cara yang merusak dan mengotori akidah diantara nya: syirik,
kufur, murtad, iri hati, sombong dan sebagai nya.
Di zaman sekarang ini banyak orang-orang yang memilih cara-cara
yang bertentangan dengan akidah islam. Yang mereka inginkan adalah
bagaimana masalah tersebut dapat selesai dengan cepat tanpa memikirkan
bertentangan tidak nya degan akidah islam. Misalkan mereka datang ke
seorang dukun, menggunakan jimat dan sebagai nya. Mereka seakan lupa
dengan hakikat dirinya sebagai hamba Allah yang harus menyembah dan
meminta pertolongan hanya kepada Nya.
Allah swt melarang dengan keras perbuatan-perbuatan yang dapat
merusak dan mngotori akidah islamiyah diantaranya melakukan perbuatan
syirik, kufur, Bid’ah,takhayul,khurafat,dan nifak karena perbuatan tersebut
akan menjerumuskan manusia dalam neraka.

B. Rumusan Masalah
Apa sajakah hal-hal yang mengotori akidah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hal-hal mengotori akidah
2. untuk memahami hal-hal yang mengotori aqidah.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Aqidah dalam islam sering disebut dengan tauhid. Aqidah islam
sebagai ilmu tauhid yang muncul pada abad ke 3 Hijriyah, bukanlah suatu
hasil penemuan berdasarkan emperis eksperimen, akan tetapi ia
merupakan hasil panggilan para ulama’ dari isi yang tersirat dan tersurat
dalam Al Qur’an dan Al Hadist. Keyakinan akan adanya Allah merupakan
bagian dari hidup manusia yang mana selalu diikuti dengan percaya
kepada malaikat, kitab, rasul, hari kiamat dan takdir (rukun iman). Dalam
konsep itulah lahirlah ibadah manusia mengabdikan dirinya dengan ibadah
sebagai jalan untuk memperdalam keimanan.
Tidak ada seoarangpun yang dapat menilai tinggi rendahnya
keimanan seseorang akan tetapi yang menjadi indicator keimanan
seseorang dengan melihat sikap dan tingkah lakunya, aqidah yang dimiliki
yang tertanam di dalam hatinya. Bila ketauhidan tertanam dalam jiwanya
diikuti dengan amal ibadah dan ditunjang dengan sikap yang
mencerminkan nilai-nilai ketauhidan maka itulah orang yang dinamakan
muttaqin.
Bila keimanan seseorang benar-benar tertanam dalam jiwanya
maka itu akan menjadi kekuatan bagi manusia itu sendiri. Sehingga
hatinya tidak mudah terkotori oleh akidah-akidah yang sudah tidak murni.
Dengan tauhid terisilah hati seseorang dengan mengakui dan percaya
adanya Dzat Yang Maha Esa. Berikut akan dibahas mengenai hal-hal
dapat mengotori akidah.

B. Syirik
1. Definisi Syirik
Syirik yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah swt dalam
hal-hal yang menjadi kekhususan-Nya, misalnya berdo’a kepada Allah
dengan memalingkan suatu bentuk ibadah kepada selain
Allah swt, seperti; menyembelih, bernadzar, berdo’a dan lainnya.
Barang siapa menyembah kepada selain Allah berarti ia telah
meletakkan ibadah bukan pada tempatnya serta memberikan kepada
yang tidak berhak mendapatkannya, dan itu adalah kezhaliman yang
paling besar. Allah berfirman :
١٣ ‫م‬ٞ‫ِإَّن ٱلِّشۡر َك َلُظۡل ٌم َع ِظ ي‬
”Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-
benar kezhaliman yang besar”. (QS. Al-Lukman 31: 13).
Allah swt tidak mengampuni pelaku syirik yang meninggal
dalam kesyirikannya, firman Allah swt :
٤٨ ‫ِإَّن ٱَهَّلل اَل َيۡغ ِفُر َأن ُيۡش َر َك ِبِهۦ َو َيۡغ ِفُر َم ا ُد وَن َٰذ ِلَك ِلَم ن َيَش ٓاُۚء َو َم ن ُيۡش ِرۡك ِبٱِهَّلل َفَقِد ٱۡف َتَر ٰٓى ِإۡث ًم ا َع ِظ يًم ا‬
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan
Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa
yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah,
maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An-Nisa 4: 48).
Surga di haramkan bagi orang musyrik. Firman Allah swt :
‫َلَقۡد َكَفَر ٱَّلِذ يَن َقاُلٓو ْا ِإَّن ٱَهَّلل ُهَو ٱۡل َم ِس يُح ٱۡب ُن َم ۡر َيَۖم َو َق اَل ٱۡل َم ِس يُح َٰي َبِنٓي ِإۡس َٰٓر ِء يَل ٱۡع ُب ُدوْا ٱَهَّلل َر ِّبي َو َر َّبُك ۖۡم ِإَّن ۥُه‬
‫َّٰظ‬
٧٢ ‫َم ن ُيۡش ِرۡك ِبٱِهَّلل َفَقۡد َح َّر َم ٱُهَّلل َع َلۡي ِه ٱۡل َج َّنَة َو َم ۡأ َو ٰى ُه ٱلَّناُۖر َو َم ا ِلل ِلِم يَن ِم ۡن َأنَص اٖر‬
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:
"Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam", padahal Al-
Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku
dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu
dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan
tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu
seorang penolong pun”.(QS. Al-Maidah 5:72).
Dosa syirik akan menghapuskan semua amal, Allah swt
berfirman:
٨٨ ‫َو َلۡو َأۡش َر ُك وْا َلَح ِبَط َع ۡن ُهم َّم ا َك اُنوْا َيۡع َم ُلوَن‬
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya
lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan”.(QS. al-
An’am 6: 88).
Syirik adalah dosa yang paling besar.
Rasulullah bersabda: “Maukah kalian aku beritahu tentang dosa yang
paling besar?” Kami menjawab: ”ya, Rasulullah!” Beliau bersabda:
”Berbuat syirik kepada Allah swt dan durhaka kepada kedua orang
tua”. (HR.Bukhari dan Muslim).
Sesungguhnya syirik adalah sebuah kekurangan dan aib di
mana Allah swt menyucikan diri-Nya dari hal tersebut. Barangsiapa
menyekutukan Allah swt berarti dia telah menyematkan kepada Allah
sesuatu yang Dia menyucikan diri daripadanya. Dan ini adalah puncak
dari pembangkangan, kesombongan dan permusuhan terhadap Allah
swt.

2. Jenis-Jenis Syirik
a. Syirik Besar (syirik Akbar)
Syirik besar dapat mengeluarkan pelakunya dari agama Islam,
dan menjadikannya kekal di neraka jika meninggal dalam keadaan
belum bertaubat darinya. Syirik besar yaitu, memalingkan sesuatu
bentuk ibadah kepada selain Allah swt, seperti; berdo’a kepada selain
Allah swt, mendekatkan diri kepada selain Allah dengan menyembelih
kurban, bernadzar untuk dipersembahkan kepada kuburan, jin dan
setan. Termasuk syirik besar pula, takut kepada orang yang telah
meninggal, jin dan setan kalau-kalau mereka memberikan mudharat
atau membuatnya sakit. Begitu pula, berharap kepada selain Allah swt
atas sesuatu yang tidak mampu dilakukan kecuali hanya Allah swt
berupa harapan untuk memenuhi kebutuhan ataupun menghilangkan
kesusahan, yang mana hal ini sekarang dilakukan di sekeliling kubah-
kubah yang dibangun di atas kuburan para wali dan orang-orang shalih
di sebagian wilayah negeri – negeri kaum muslimin.
Allah swt berfirman :
١٨ .... ‫َو َيۡع ُبُد وَن ِم ن ُدوِن ٱِهَّلل َم ا اَل َيُضُّر ُهۡم َو اَل َينَفُع ُهۡم َو َيُقوُلوَن َٰٓهُؤٓاَل ِء ُشَفَٰٓع ُؤَنا ِع نَد ٱِۚهَّلل‬
“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat
mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula)
kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa´at
kepada kami di sisi Allah,....”.(QS. Yunus 10:18).
Syirik Besar ada empat macam :
1) Syirik dalam berdo’a
Yaitu, seseorang menyertakan selain-Nya bersamaan dalam
berdo’a kepada Allah swt. Allah berfirman :
٦٥ ‫َفِإَذ ا َرِكُبوْا ِفي ٱۡل ُفۡل ِك َدَعُو ْا ٱَهَّلل ُم ۡخ ِلِص يَن َلُه ٱلِّد يَن َفَلَّم ا َنَّج ٰى ُهۡم ِإَلى ٱۡل َبِّر ِإَذ ا ُهۡم ُيۡش ِر ُك وَن‬

”Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan
mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan
(Allah)’’. (QA. Al-Ankabut 29:65).
Sebelumnya harus diketahui, doa terbagi menjadi dua, yaitu
Pertama: Do’a Ibadah, seperti: sholat, puasa, zakat, haji dan ibadah-
ibadah lainnya. Ibadah-ibadah ini teranggap sebagai do’a, yaitu agar
dimasukkan surga dan dijauhkan dari Neraka dengan sebab
mengerjakan amalan tersebut. Dan do’a ibadah ini tidak boleh ditujukan
kecuali hanya kepada Allah semata, apabila ditujukan kepada selainnya
maka pelakunya telah terjatuh dalam perbuatan syirik akbar atau syirik
besar. Seperti perbuatan seseorang yang bersujud kepada selain Allah
atau berpuasa dengan tidak mengharap pahala Allah tapi dengan niat
memperoleh ilmu kekebalan dsb.
Kedua: Do’a Masalah, seperti meminta rezeki, meminta keturunan atau
meminta dilepaskan dari suatu kesulitan. Perbuatan syirik dalam doa
masalah ini sebagaian orang yang berdoa kepada selain Allah dengan
memohon perkara-perkara yang kemampuan tersebut tidak dimiliki
kecuali oleh Allah, seperti berdoa kepada jin, batu, atau dukun untuk
diberi keturunan atau rezeki atau dipanjangkan umur. Sebagian lagi
berdoa dan memohon kepada jin-jin penunggu laut dan gunung
meminta agar hasil tangkapan laut atau hasil pertaniannya melimpah.
Maka semua perbuatan ini dan jenisnya adalah tergolong perbuatan
syirik akbar atau syirik besar.
Allah swt berfirman :

‫َّٰظ‬ ‫ۡل‬ ‫َۖك‬


‫ َو ِإن َيۡم َس ۡس َك ٱُهَّلل ِبُض ّٖر‬١٠٦ ‫َو اَل َتۡد ُع ِم ن ُدوِن ٱِهَّلل َم ا اَل َينَفُعَك َو اَل َيُض ُّر َف ِإن َفَع َت َفِإَّن َك ِإٗذ ا ِّم َن ٱل ِلِم يَن‬
١٠٧ ‫ِدِه َو ُهَو ٱۡل َغ ُفوُر ٱلَّر ِح يُم‬
‫َفاَل َك اِش َف َل ٓۥُه ِإاَّل ُهَۖو َو ِإن ُيِرۡد َك ِبَخ ۡي ٖر َفاَل َر ٓاَّد ِلَفۡض ۚۦِلِه ُيِص يُب ِبِهۦ َم ن َيَش ٓاُء ِم ۡن ِعَبا ۚۦ‬
“Dan janganlah kamu memohon/berdo’a kepada selain Allah yang tidak
memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain
Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya
kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim, jika Allah
menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang
dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki
kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia
memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara
hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”.(QS. Yunus : 107).
2) Syirik Niat, Keinginan, dan Tujuan
Yaitu, seseorang menunjukkan suatu bentuk ibadah niat awal,
keinginan, dan tujuan kita kepada selain Allah swt, Allah berfirman :

‫َٰٓل‬
‫ ُأْو ِئَك ٱَّلِذ يَن َلۡي َس َلُهۡم‬١٥ ‫َم ن َك اَن ُيِريُد ٱۡل َحَيٰو َة ٱلُّد ۡن َيا َو ِزيَنَتَها ُنَو ِّف ِإَلۡي ِه ۡم َأۡع َٰم َلُهۡم ِفيَها َو ُهۡم ِفيَها اَل ُيۡب َخ ُسوَن‬
١٦ ‫ل َّم ا َك اُنوْا َيۡع َم ُلوَن‬ٞ ‫ِفي ٱٓأۡلِخَرِة ِإاَّل ٱلَّناُۖر َو َح ِبَط َم ا َص َنُعوْا ِفيَها َو َٰب ِط‬
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya,
niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia
dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan itulah
orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan
lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-
sialah apa yang telah mereka kerjakan”.(QS. Hud 11:15-16).
3) Syirik Dalam ketaatan
Yaitu, seseorang menaati selain Allah swt dalam hal bermaksiat
kepada Nya. Allah swt berfirman:

‫ٱَّتَخ ُذ ٓو ْا َأۡح َباَر ُهۡم َو ُر ۡه َٰب َنُهۡم َأۡر َباٗب ا ِّم ن ُدوِن ٱِهَّلل َو ٱۡل َم ِس يَح ٱۡب َن َم ۡر َيَم َو َم ٓا ُأِم ُر ٓو ْا ِإاَّل ِلَيۡع ُبُد ٓو ْا ِإَٰل ٗه ا َٰو ِح ٗد ۖا ٓاَّل ِإَٰل َه ِإاَّل‬
٣١ ‫ُهَۚو ُس ۡب َٰح َن ۥُه َع َّم ا ُيۡش ِر ُك وَن‬
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka
sebagai tuhan selain Allah d an (juga mereka mempertuhankan) Al
Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah
Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia.
Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”. (QS. At-Taubah 9
: 31).
Dan tafsir ayat ini yang maknanya sudah jelas yaitu ketaatan
kepada ulama dan ahli dalam perkara maksiat, dan bukanlah yang
dimaksud mereka berdoa (beribadah) kepada mereka. Sebagaimana Nabi
menafsirkan ayat ini kepada Adibin Hatim Radhiyallahu anhu ketika
beliau bertanya kepada Rasulullah, beliau Radhiyallahu anhu berkata :
”Tidaklah kami beribadah kepada mereka” maka Rasullulah mengatakan
kepadanya :”yang dimaksud dengan beribadah kepada mereka yaitu
menaati mereka dalam kemaksiatan”.(Hadits dari Adi bin Hatim
Radhiyallahu anhu. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (3/378) Tirmidzi
(2954) Ibnu Hibban (7206). Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam
Shohih Sunan Tirmidzi (31/56).
Dan pada kenyataannya hal ini sering kita temui di sekitar kita,
suatu perkara yang sudah jelas dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah
tentang keharaman atau kehalalannya dengan enteng bisa dibantah
seseorang dengan kalimat “tapi kata kyai saya gak haram kok” atau
dengan kata – kata yang lebih halus “maknanya bukan seperti itu, kata
ustadz saya....” Dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dikalahkan dengan
ucapan ustadz, kyai,guru atau syaikhnya.
4) Syirik Dalam Kecintaan (Mahabbah)
Yaitu, seseorang menyamakan kecintaannya kepada selain Allah
swt dengan Nya. Allah swt berfirman :
١٦٥.... ‫َوِم َن ٱلَّناِس َم ن َيَّتِخ ُذ ِم ن ُدوِن ٱِهَّلل َأنَد اٗد ا ُيِح ُّبوَنُهۡم َك ُحِّب ٱِۖهَّلل‬
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-
tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah”.(QS. Al-Baqarah 2 : 165).
b. Syirik Kecil (Syirik Asghor)
Syirik kecil tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari agama
Islam, akan tetapi dapat mengurangi kesempurnaan tauhid. Dan ia bisa
menjadi perantara menuju syirik besar.
Syirik kecil ada dua macam :
1) Syirik Zahir (Nampak)
Yaitu, syirik yang nampak dengan ucapan misalnya, bersumpah
dengan nama selain Allah swt. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :
“Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah swt, maka dia telah
berbuat kufur atau syirik. (HR. At-Tirmidzi dan beliau menghukuminya
Hasan dan di shahihkan oleh Al-Hakim).
Dan termasuk didalamnya ucapan seseorang: ”Atas kehendak
Allah swt dan kehendak mu”. Berdasarkan sabda
Rasullulah ‫ ﷺ‬ketika ada seorang laki – laki yang berkata kepada
beliau, ”Atas kehendak Allah swt dan kehendakmu”. Lantas beliau
bersabda :”Apakah kamu hendak menjadikanku tandingan bagi Allah
swt? Ucapkan atas kehendak Allah saja”.(HR.An-Nasa’i).
Adapun yang berbentuk perbuatan, seperti: memakai kalung dan
tali untuk tujuan mengusir atau menangkal mara bahaya. Termasuk
syirik pula, menggantungkan jimat karena takut terkena ‘ain’ atau yang
lainnya. Jika dia meyakini bahwa perbuatannya itu menjadi sebab
(perantara) diangkatnya mara bahaya atau bisa menangkalnya,maka hal
itu termasuk syirik kecil. Karena Allah tidak menjadikan perbuatan-
perbuatan di atas menjadi sebab (hilangnya bala’ dan mara bahaya).
Adapun jika ia meyakini bahwa benda-benda itu dengan sendirinya
dapat mengusir dan menangkal mara bahaya,maka ini adalah syirik
besar, sebab dia telah menggantungkan diri kepada selain Allah swt.
2) Syirik Khafi (Tersembunyi)
Yaitu, syirik dalam hal keinginan dan niat, seperti: riya’,
misalnya melakukan suatu amalan tertentu untuk mendekatkan diri
kepada Allah swt akan tetapi dia mengharapkan darinya pujian orang
seperti membagus-baguskan shalat, bersedekah supaya mendapat pujian
dan sanjungan, selalu melafazhkan dzikir dan memperindah bacaan
qur’annya supaya di dengar orang sehingga mereka mamuji dan
menyanjungnya. Riya’ itu jika mencampuri suatu amalan pasti akan
menjadikannya batal dan rusak, maka ikhlas dalam beramal adalah
sebuah keharusan.[5] Allah swt berfirman :
١١٠ ‫َفَم ن َك اَن َيۡر ُجوْا ِلَقٓاَء َر ِّبِهۦ َفۡل َيۡع َم ۡل َع َم اٗل َٰص ِلٗح ا َو اَل ُيۡش ِرۡك ِبِع َباَد ِة َر ِّبِهٓۦ َأَح َۢد ا‬

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya,


maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabbnya".
(QS. Al-Kahfi 18:110).
Rasulullah bersabda :”Yang paling aku takutkan atas kalian
adalah syirik kecil”, para sahabat bertanya, ”wahai Rasulullah! Apakah
syirik kecil itu?” Beliau menjawab,” yaitu Riya”. (HR.Ath-Thabrani dan
Al-Baghawi dalam Syarh As-Sunnah).
Salah satu contoh syirik dilarang keras memakai gelang, benang
dan sejenisnya untuk maksud-maksud tertentu.
Rasulullah bersabda :”Barangsiapa menggantungkan tamimah
(sesuatu yang dikalungkan di leher anak – anak sebagai
penangkal/pengusir penyakit,pengaruh jahat yang disebabkan dengki
seseorang,dll. Semoga Allah tidak mengabulkan keinginannya dan
barangsiapa menggantungkan mada’ah (suatu yang diambil dari laut
menyerupai rumah kerang; menurut anggapan orang – orang jahiliyah
dapat digunakan sebagai penangkal penyakit. Semoga Allah tidak
memberi ketenangan pada dirinya ,dan maka dia telah berbuat syirik.
(HR.Ahmad).

C. Kufur
1. Definisi Kufur
Kufur secara bahasa artinya adalah ‘menutupi’. Adapun secara
istilah, kufur adalah tidak beriman kepada Allah swt dan Rasul Nya
baik disertai dengan mendustakannya ataupun tidak.
Kufur menurut syariat adalah menolak kebenaran setelah
mengetahuinya. Ini berarti bahwa dia telah melakukan sesuatu yang
tidak bertentangan ajaran islam dan tidak membatalkan iman, maka
orang yang demikian tidak dianggap kufur, kecuali bila telah sampai
kepadanya keterangan yang hak, tetapi ia masih tetap menolak nya,
sebagaimana telah diterangkan dalam definisi iman, tuntutan, dan hal
hal yang membatalkannya.
Demikian juga tidak di anggap kufur orang yang mengucapkan
dua kalimat syahadat, kemudian dia melakukan hal hal yang
membatalkan iman karena bodoh. Tetapi jika dia mengetahui bahwa
hal hal yang dilakukan nya itu mengeluarkan dia dari landasan
iman, namun dia masih ingkar, berarti dia telah kufur. Dalam hal ini,
kita memohon perlindungan Allah dari hal hal yang demikian.
Sebagian sahabat telah melakukan perkara yang membatalkan
iman itu, karena mereka sebelum nya tidak mengetahui hukum nya.
Rasullulah saw murka terhadap mereka, tetapi beliau tidak
menganggap mereka telah keluar dari landasan iman.

2. Jenis-Jenis Kufur
a. Kufur Besar
Kufur besar dapat mengeluarkan pelakunya dari agama Islam.
Kufur besar ada lima macam, yaitu :
1) Kufur karena mendustakan
Dalilnya adalah firman Allah swt :
٦٨ ‫َءُه َأَلۡي َس ِفي َجَهَّنَم َم ۡث ٗو ى ِّلۡل َٰك ِفِريَن‬
‫َو َم ۡن َأۡظ َلُم ِمَّم ِن ٱۡف َتَر ٰى َع َلى ٱِهَّلل َك ِذ ًبا َأۡو َك َّذ َب ِبٱۡل َح ِّق َلَّم ا َج ٓا ۚٓۥ‬
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang
mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang
hak tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam
neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir”.(QS.
Al-Ankabut 29:68).
2) Kufur karena Enggan dan Sombong meskipun membenarkannya.
Dalilnya adalah firman Allah swt :
‫َٰٓل‬
٣٤ ‫َو ِإۡذ ُقۡل َنا ِلۡل َم ِئَك ِة ٱۡس ُجُدوْا ٓأِلَد َم َفَسَج ُد ٓو ْا ِإٓاَّل ِإۡب ِليَس َأَبٰى َو ٱۡس َتۡك َبَر َو َك اَن ِم َن ٱۡل َٰك ِفِريَن‬

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para


malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka
kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk
golongan orang-orang yang kafir”.(QS. Al-Baqarah 2:34).
3) Kufur karena ragu – ragu, yaitu prasangka
Dalilnya adalah firman Allah swt :
‫ َو َم ٓا َأُظُّن ٱلَّس اَع َة َقٓاِئَم ٗة َو َلِئن ُّر ِد دُّت ِإَلٰى‬٣٥ ‫م ِّلَنۡف ِس ِهۦ َقاَل َم ٓا َأُظُّن َأن َتِبيَد َٰه ِذِهٓۦ َأَب ٗد ا‬ٞ‫َو َد َخ َل َج َّنَت ۥُه َو ُهَو َظاِل‬
‫ َقاَل َل ۥُه َص اِح ُب ۥُه َو ُهَو ُيَح اِو ُر ٓۥُه َأَك َفۡر َت ِبٱَّلِذ ي َخ َلَقَك ِم ن ُتَر اٖب ُثَّم ِم ن ُّنۡط َفٖة‬٣٦ ‫َر ِّبي َأَلِج َد َّن َخ ۡي ٗر ا ِّم ۡن َها ُم نَقَلٗب ا‬
‫َّٰل‬
٣٨ ‫ ِكَّن۠ا ُهَو ٱُهَّلل َر ِّبي َو ٓاَل ُأۡش ِر ُك ِبَر ِّبٓي َأَح ٗد ا‬٣٧ ‫ُثَّم َسَّو ٰى َك َر ُج اٗل‬
“Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap
dirinya sendiri; ia berkata: "Aku kira kebun ini tidak akan binasa
selama-lamanya. Dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan
datang, dan jika sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti
aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada
kebun-kebun itu". Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya --
sedang dia bercakap-cakap dengannya: "Apakah kamu kafir
kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang
sempurna. Tetapi aku (percaya bahwa): Dialah Allah, Tuhanku,
dan aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku”.
(QS. Al-Kahfi 18:35-38).
4) Kufur karena Berpaling
Dalilnya firman Allah swt :
٣ ‫َو ٱَّلِذ يَن َكَفُروْا َع َّم ٓا ُأنِذ ُروْا ُم ۡع ِر ُضوَن‬
“Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang
diperingatkan kepada mereka”.(QS. Al-Ahqaf 46:3).
5) Kufur karena Nifaq
Dalilnya firman Allah swt :
٣ ‫َٰذ ِلَك ِبَأَّنُهۡم َء اَم ُنوْا ُثَّم َكَفُروْا َفُطِبَع َع َلٰى ُقُلوِبِهۡم َفُهۡم اَل َيۡف َقُهوَن‬
“Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya
mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati
mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti”.
(QS. Al-Munafiqun 63:3).
b. Kufur kecil
Kufur kecil, yaitu kufur yang tidak menjadikan pelakunya
keluar dari agama islam. Disebut juga dengan kufur amali, yaitu
seluruh dosa yang disebutkan dalam Al-Kitab dan As-Sunnah dengan
nama kufur namun tidak sampai pada tingkatan kufur besar, misalnya
adalah kufur nikmat yang sebutkan dalam firman Allah swt :
٨٣ ‫َيۡع ِر ُفوَن ِنۡع َم َت ٱِهَّلل ُثَّم ُينِك ُروَنَها َو َأۡك َثُر ُهُم ٱۡل َٰك ِفُروَن‬
“Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir”. (QS. An-Nahl
16:83).

D. Nifaq (Munafik)
1. Definisi Nifak
Nifaq secara bahasa berasal dari kata nafiqa’, yakni sebuah
lubang tempat keluarnya yarbu’ (hewan sejenis tikus) dari sarangnya,
di mana jika dikejar dari salah satu lubang maka ia akan lari keluar dari
arah lubang yang lainnya. Ada juga yang mengatakan bahwa nifaq
berasal dari kata nafaq yang berarti lubang tempet bersembunyi.
Adapun secara istilah, nifaq yaitu menampakkan keislaman dan
kebaikan akan tetapi menyembunyikan kekufuran dan keburukan.

2. Jenis-Jenis Nifaq
1) Nifaq I’tiqadi (Keyakinan)
Nifaq I’tiqad (keyakinan) adalah nifaq besar, yaitu
seseorang menampakkan keislaman dan menyembunyikan
kekufuran. Jenis nifaq ini menyebabkan keluar dari agama islam
dan pelakunya akan berada di tempat paling dasar di neraka. Allah
swt telah menyifati mereka dengan sifat-sifat yang buruk seperti:
kufur, tidak beriman, mengolok-olok agama islam dan
pemeluknya, menghina orang beriman, condong kepada musuh dan
ikut bergabung bersama mereka dalam menerangi agama islam.
Orang munafik dengan sifat-sifat seperti itu akan senantiasa
ada setiap zaman. Terlebih ketika kejayaan islam mulai nampak
dan mereka tidak mampu melawannya secara terang-terangan.
Pada keadaan seperti ini mereka akan berpura-pura masuk islam
dengan tujuan membuat tipu daya kepada kaum muslimin dengan
sembunyi-sembunyi. Juga supaya mereka bisa hidup tenang
bersama kaum muslimin dan terlindungi nyawa dan hartanya. Oleh
karena itu, mereka menampakkan keimanan kepada Allah swt,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari
kiamat, namun pada hakikatnya mereka berlepas dari dari semua
itu dan mendustakannya.
Nifaq I’tiqad ada empat macam:
a) Mendustakan Rasulullah atau mendustakan sebagian dari ajaran
yang beliau bawa.
b) Membenci Rasulullah atau membenci sebagian atau dari ajaran
yang beliau bawa.
c) Bergembira dengan kemunduran agama Rasulullah.
d) Tidak senang dengan kemenangan yang di peroleh agama
Rasulullah.
2) Nifaq Amali (Perbuatan)
Nifaq Amali yaitu melakukan perbuatan yang menjadi ciri
khas orang-orang munafik, dengan masih adanya keimanan pada
hatinya. Nifaq jenis ini tidak menjadikan pelakunya keluar dari
agama islam akan tetapi hal itu dapat menjadi perantara menuju ke
sana. Pelaku nifaq amali ini berada di antara iman dan nifaq, jika
unsur nifaq nya semakin banyak dan dominan maka bisa
menjadikannya jatuh dalam nifaq yang sejati, berdasarkan sabda
Rasulullah : “Empat perkara yang jika ada pada diri seseorang
maka ia menjadi seorang munafik sejati, dan jika hanya terdapat
salah satu darinya maka berarti pada dirinya terdapat bagian dari
sifat munafik, sampai dia meninggalkannya sama sekali: jika diberi
amanah dia berkhianat, jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia
mengingkari,jika berseteru dia curang. (HR. Bukhari dan Muslim).

E. Bid’ah
1. Definisi Bid’ah
Bid’ah berasal dari bahasa arab a-bad’u, yakni membuat
perkara baru yang tidak ada contoh sebelumnya. Bid’ah yang
dimaksudkan disini adalah dalam bidang akidah, ialah segala
keperayaan yang diada-adakan oeh manusia terhadap sesuatu yang
gaib. Seperti firman Allah swt :
١١٧ ‫َبِد يُع ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو ٱَأۡلۡر ِۖض َو ِإَذ ا َقَض ٰٓى َأۡم ٗر ا َفِإَّنَم ا َيُقوُل َل ۥُه ُك ن َفَيُك وُن‬
“Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk
menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan
kepadanya: "Jadilah!" Lalu jadilah ia. (QS. A-Baqarah:117).
Maksudnya, Allahlah yang menciptakan langit dan bumi tanpa
ada contoh sebelumnya. Firman Allah surah al-ahqaf ayat 9 berikut:
٩ ‫ن‬ٞ‫ر ُّم ِبي‬ٞ‫ُقۡل َم ا ُك نُت ِبۡد ٗع ا ِّم َن ٱلُّر ُس ِل َو َم ٓا َأۡد ِر ي َم ا ُيۡف َع ُل ِبي َو اَل ِبُك ۖۡم ِإۡن َأَّتِبُع ِإاَّل َم ا ُيوَح ٰٓى ِإَلَّي َو َم ٓا َأَن۠ا ِإاَّل َنِذ ي‬
“ Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul
dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan
tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang
diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi
peringatan yang menjelaskan. (QS.al-Ahqaf: 9)
Maksudnya aku bukanlah orang yang pertama kali membawa
risalah dari Allah swt kepada para hamba, akan tetapi sudah banyak
para rasul yang mendahuluiku.
Bid’ah ada dua jenis, yaitu bid’ah dalam perkara agama dan
bid’ah daam perkara dunia.
Pertama, Bid’ah dalam perkara dunia, seperti penemuan –
penemuan teknologi modern. Hal ini hukumnya boleh, karena hukum
asal dalam urusan dunia adalah boleh.
Kedua, Bid’ah dalam perkara Agama, ini hukumnya
haram,sebab hukum asal suatu ibadah adalah tauqifi(ada landasan
dalil). Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: ”barangsiapaa yang mengada –
ngada suatu hal yang baru dalam urusan kami ini (agama) yang bukan
bagian darinya, maka ia tertolak”.(HR. Bukhari dan Muslim).
2. Macam-macam Bid’ah dalam Agama
a. Bid’ah dalam ucapan dan keyakinan
b. Bid’ah dalam beribadah.
Seperti beribadah kepada Allah swt dengan bentuk ibadah yang
tidak dicontohkan. Bid’ah ini banyak jenisnya :
1) Bid’ah yang terjadi pada asal – usul atau sumber ibadah. Misalnya
membuat suatu bentuk ibadah yang tidak ada dasarnya dalam
syar’iat. Seperti shalat yang tidak di syar’iat kan dan membuat
puasa yang tidak ada landasan syar’iat nya.
2) Bid’ah berupa penambahan terhadap ibadah yang dasarnya di
syar’iatkan. Seperti mernambahi rakaat shalat zhuhur atau ashar
menjadi 5 rakaat.
3) Bid’ah yang terjadi pada tata cara pelaksanaan ibadah, misalnya
melakukan zdikir berjama’ah dengan suara dan nada yang sama.
4) Bid’ah berupa pengususan waktu tertentu waktu ibadah,seperti
mengususkan siang dan malam nisfu sya’ban (pertengahan bulan
sya’ban). Untuk melakukan puasa dan tahajud.
Bahaya bid’ah bagi agama, pribadi dan masyarakat Islam
antara lain adalah:
a) Bid’ah merusak kemurnian agama,
b) Bid’ah adalah sumber perpecahan,
c) Bid’an menyuburkan kejahilan,
d) Bid’ah adaah sesat dan menyesatkan pelaku bid’ah.

F. Takhayul
Takhayul adalah segala keperayaan dan pandangan terhadap
perkara gaib yang bersumber kepada khayalan, persangkaan-persangkaan
atau perkiraan-perkiraan yang sama sekali tidak ada keterangannya dari A-
Qur’an dan Hadits yang shaheh.
Contoh takhayul: wanita hamil harus selalu membawa gunting
sebagai penolak bala, jangan pernah memberikan hadiah saputangan
kepada tunangan karena ini akan menyebabkan putusnya hubungan, dan
jika wanita hamil ngidam makanan tertentu tidak dipenuhi kelak anak
yang ahir akan suka ngences.

G. Khurafat
Khurafat ini banyak ditemukan dalam masalah “kewalian” yang
sementara berkembang dimasyarakat kita. Banyak cerita yang
menggambarkan keramatnya para wali, seperti meramalkan nasib, bisa
terbang keangkasa, berangkat ke Mekah dengan sekejab, dll.
Contoh lainnya adalah kokok ayam di tengah malam bermakna
isyarat wanita hamil diluar nikah,selamatan tujuh bulan dalam kandungan,
dan musibah karena mendahului kakaknya menikah.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Aqidah berpangkal pada keyakinan “Tauhid” yaitu keyakinan tentang
wujud Allah,Tuhan yang Maha Esa, tidak ada yang menyekutui Nya,baik
dalam dzat,sifat-sifat maupun perbuatan Ny. Suatu Aqidah akan sempurna,dan
seseorang akan mempunyai aqidah hanya bila perbuatan,gerak-gerik,dan
seluruh tindakannya semata-mata bersumber dari aqidah itu. Sebaliknya
penyimpangan aqidah akan terjadi apabila antara ucapan dan perbuatan
berbeda. Untuk mencapai kesempurnaan Aqidah,seseorang harus
menghindarkan diri dari hal-hal yang mengotori Aqidah,diantaranya:
syirik,kufur,nifaq,bid’ah,takhayul,dan khurafat.

B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini
jauh dari I kata sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap adfanbya
masukan dan kritikan dalam menyempurnakan isi dari makalah kami diatas.
Semoga makalah ini bermaafaat bagi penulis, pembaca dan masyarakat
pada umumnnya.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Fauzan, Shalih bin Fauzan bin Abdullah. 2015. Kitab Tauhid. (Solo: Pustaka
Arafah).

Al-Tammi, Syaikh Muhammad. 1404 H. Kitab Tauhid. (Riyadh: Ar-Ri’asah Al-

Ammah Li Idarat Al-Buhuts Al-Ilmiyah Wal Ifta Wa-Da’wah Wal-Irsyad).

Al-Wajibat, dkk, http://assamarindy.com.

Rahman, Abdul & Abdul Khalid. 1996. Garis Pemisah antara Kufur dan
Iman. (Jakarta: Bumi Aksara).

Ya’qub, Hamzah. 1988. Pemurnian Akidah dan Syari’at Islam. (Jakarta: CV


Pedoman Ilmu Jaya).

Anda mungkin juga menyukai