Anda di halaman 1dari 88

BUKU MATERI MOS

(MASA ORIENTASI SANTRI)


MUTAWASITHAH DAN I’DAD LUGHAWI

Surakarta-Jawa Tengah-Indonesia

Disusun oleh :
Wakil Rais Bidang Pengajaran
Program Mutawasithah dan I’dad Lughawi
Pondok Pesantren Imam Bukhari Surakarta
2
Daftar Isi

I. AQIDAH (Aqidah Dasar Seorang Muslim) .................................... 5


A. Kalimat Syahadat. ........................................................................................5
B. Hal-hal yang dapat membatalkan syahadat seorang muslim
dan menjatuhkannya ke dalam kekufuran. ......................................6
C. Tauhid dan macamnya. .............................................................................7

II. MANHAJ (Manhaj Ahlus Sunnah Wal Jama'ah) .........................10


A. Pengertian Manhaj Salaf dan Ahlus Sunnah wal Jama’ah ....... 10

III. AL-QUR’AN (Fadhilah Al-Qur'an) ...................................................13


A. Adab Terhadap Al-Qur’an ..................................................................... 13
B. Adab Membaca Al-Qur’an : ................................................................... 15
C. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an....................................................... 17

IV. ILMU (Fadhilah Ilmu) ........................................................................22


A. Ilmu Dan Kedudukannya Dalam Islam ............................................ 22
B. Keutamaan menuntut ilmu syar’i ...................................................... 23
C. Adab Menuntut Ilmu ............................................................................... 27

V. ADAB MUAMALAH ..............................................................................32


A. Adab Terhadap Orangtua. ..................................................................... 32
B. Adab terhadap guru................................................................................. 36
C. Adab Terhadap Teman. .......................................................................... 38

VI. ADAB KESEHARIAN ............................................................................43


A. Adab Makan dan Minum........................................................................ 43
B. Adab Berpakaian ...................................................................................... 45

3
C. Adab Tidur................................................................................................... 47
D. Adab Buang Hajat ..................................................................................... 48
E. Adab Berbicara .......................................................................................... 49

VII. FIQIH (Thoharoh) ............................................................................51


A. Fiqih Wudhu ............................................................................................... 51
B. Fiqih Tayammum ...................................................................................... 53
C. Fiqih Mandi ................................................................................................. 54
D. Fiqih Shalat dan Dzikir. .......................................................................... 56

VIII. KEUTAMAAN BAHASA ARAB .......................................................80


A. Keutamaan Bahasa Arab ....................................................................... 80
B. Keutamaan Mempelajari Bahasa Arab ............................................ 81

4
AQIDAH

A. Kalimat Syahadat.
َّ َ ُ َّ ّ َ َ ْ ُ ْ َ َ
a. Makna Syahadat ‫ ﻻ ﻪﻟ إﻻ اﷲ‬adalah ‫ ﻻ ﻣﻌﺒﻮد ِﺤﺑ ٍﻖ إِﻻ اﷲ‬yaitu : “Tiada
sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah”.
b. Syahadat laa ilaaha illallah mengandung dua unsur :
َْ َ َ
ٌ ‫( ﻏ‬na i) pada lafal ‫ ﻻ إ‬yang bermakna peniadaan,
Pertama : ‫ﻲﻔ‬
Maksudnya adalah meniadakan segala bentuk peribadatan kepada
selain Allah Ta’ala.
ٌ َْ َّ
Kedua : ‫( إﻋﺒﺎت‬itsbat) pada lafal ‫ إﻻ اﷲ‬yang bermakna
penetapan, Maksudnya adalah menetapkan dengan sebenar-
benarnya bahwa hanya Allah Ta’ala saja yang berhak disembah.
c. Syarat dari Syahadat laa ilaaha illallah adalah sebagai berikut :
ْ ْ
1. ‫( ْاﻟ ِﻌﻠ ُﻢ‬Ilmu)
‫ﻦﻴ‬ُ ْ ‫( ا َﻘ‬Keyakinan)
ُ ْ ُِ َ ْ
2.
3. ‫( اﻟﻘﺒﻮل‬Penerimaan)
ُ َ ْ
4. ‫( اﻻﻧ ِﻘﻴﺎد‬Tunduk)
ُ ْ ّْ
5. ‫ﺼﺪق‬ ‫( اﻟ‬Jujur)
ُ َِ ْ
6. ‫( اﻹﺧﻼص‬Ikhlas)
ُ َّ َ َ
7. ‫( اﻟـﻤﺤﺒﺔ‬Kecintaan)
ُ ْ ُ َ ٌ َّ َ ُ
d. Makna Syahadat ‫ ﺤﻣﻤﺪ رﺳﻮل اﷲ‬yaitu:
َّ ُ ُ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ َ َ َ ُ ْ َ َ ْ َ ََ َ َُُ َ
ُ َ‫اﺟﺘﻨ‬
‫اﷲ إﻻ‬ ‫ﺎب َﻣﺎ ﻧﻰﻬ ﻗﻨﻪ وزﺟﺮ وان ﻻ ﻓﻌﺒﺪ‬ ِ ‫ ﻃﺎﻗﺘﻪ ِﻓﻴﻤﺎ أﻣﺮ و‬--
َ َ َ
-- ‫ﺮﺷع‬ ‫ﺑِﻤﺎ‬

5
Menaati setiap apa yang beliau perintahkan, dan menjauhi apa
yang beliau larang dan mengecamnya, serta tidak beribadah
kepada Allah kecuali dengan cara yang beliau ajarkan.
Syahadat Muhammadur Rasulullah bagi seorang muslim memiliki
konsekwensi berikut ini :
1. Membenarkan semua yang beliau beritakan, termasuk perkara
ghaib berupa tanda-tanda hari kiamat, kejadian di alam akhirat,
kisah umat terdahulu, dan yang lainnya.
2. Menaati semua yang beliau perintahkan. Sebab tidaklah beliau
memerintahkan sesuatu, kecuali terdapat kebaikan dan manfaat
di dalamnya.
3. Meninggalkan semua yang beliau larang untuk dikerjakan. Karena
tidaklah beliau melarang sesuatu kecuali terdapat keburukan dan
bahaya di dalamnya.
4. Beribadah kepada Allah dengan syariat yang beliau ajarkan. Tidak
boleh beribadah dengan hawa nafsu dan bid’ah. Karena ibadah
adalah perkara tauqiϔiyyah (membutuhkan dalil), yang harus
berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah beliau.

B. Hal-hal yang dapat membatalkan syahadat seorang


muslim dan menjatuhkannya ke dalam kekufuran.
1. Menyekutukan Allah (syirik).
2. Orang yang membuat perantara antara dirinya dengan Allah, yaitu
dengan berdo’a, memohon syafa’at, serta bertawakkal kepada
mereka.
3. Tidak mengka irkan orang-orang musyrik, seperti Yahudi,
Nashrani, Majusi, Atheis dan sebagainya, atau meragukan
keka iran mereka, atau membenarkan keyakinan mereka
4. Meyakini adanya petunjuk yang lebih sempurna dari petunjuk dan
Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau orang meyakini

6
bahwa ada hukum lain yang lebih baik daripada hukum Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
5. Tidak senang dan membenci hal-hal yang dibawa oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, meskipun ia melaksanakannya,
6. Menghina Islam, yaitu orang yang mengolok-olok (merendahkan)
Allah dan Rasul-Nya, Al-Qur-an, agama Islam, Malaikat atau para
ulama karena ilmu yang mereka miliki.
7. Melakukan sihir, bermuamalah dengan praktek-praktek sihir dan
perdukunan
8. Memberikan pertolongan kepada orang ka ir dan membantu
mereka dalam rangka memerangi kaum Muslimin.
9. Meyakini bahwa manusia bebas keluar dari syari’at Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
10. Berpaling dari agama Allah Ta’ala, tidak mempelajarinya dan tidak
beramal dengannya

C. Tauhid dan macamnya.


1. Tauhid Rububiyah.
Artinya mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hal
perbuatanNya. Seperti mencipta, memberi rezeki, menghidupkan
dan mematikan, mendatangkan bahaya, memberi manfaat,
dan lain-lain yang merupakan perbuatan-perbuatan khusus
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seorang muslim haruslah meyakini
bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memiliki sekutu dalam
RububiyahNya.
Allah ber irman:
َٰ َ ْ ّ ُ ُ ُْ َ َ ْ َْ
‫اﻟﺴ َﻤﺂ ِء َواﻷ ْر ِض ﻵ ِإﻟﻪ‬
َّ ‫ﷲ ﻳَ ْﺮ ُزﻗﻜﻢ ِﻣ َﻦ‬
ِ ‫} ﻫﻞ ِﻣﻦ ﺧﺎ ِﻟ ٍﻖ ﻟﺮﻴ ا‬
َ ُ َ ْ ُ َّ َ َ ُ َّ
{‫ِإﻻﻫ َﻮ ﻓﻜ ﺗﺆﻓﻜﻮن‬

7
“Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki
kepada kamu dari langit dan dari bumi Tidak ada Ilah (yang
berhak disembah) selain Dia … “(QS.Fathir:3)
2. Tauhid Uluhiyah
Artinya mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam
jenis-jenis peribadahan yang telah disyariatkan. Seperti ;
shalat, puasa, zakat, haji, do’a, nadzar, sembelihan, berharap,
cemas, takut, dan sebagainya yang tergolong jenis ibadah.
Allah ber irman :
ََ َ ُ َّ َ َ ُ َّ َ َْ
ُ ‫ﻚ ﻣﻦ َّر‬ َْ َ ْ َ َ َ
‫ﻮل ِإﻻﻧﻮ ِ ِإ ْ ِﻪ ﻛﻧﻪ ﻵ ِإ َ ِإﻵ أﻧﺎ‬
ٍ ‫ﺳ‬ ِ ِ ‫ﻠ‬‫ﺒ‬‫ﻗ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬
ِ ‫} وﻣﺂأرﺳﻠﻨ‬
‫ﺎ‬
{ ‫ون‬ ُُْ َ
ِ ‫ﻓﺎﻗﺒﺪ‬
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu,
melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak
ada Ilah(yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu
sekalian akan Aku”. (QS. al-Anbiya:25)
3. Tauhid Asma wa sifat
Yaitu menetapkan nama-nama dan sifat-sifat untuk Allah
Subhanahu wa Ta’ala sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh
Allah untuk diriNya maupun yang telah ditetapkan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ; serta meniadakan kekurangan-
kekurangan dan aib-aib yang ditiadakan oleh Allah terhadap diriNya,
dan apa yang ditiadakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan Dzat-Nya
Allah telah ber irman:

ُ ‫اﻛﺼ‬ ْ ُ َّ َ ُ َ ٌ َ ْ َ َ ْ َ
{ ‫ﺮﻴ‬ ِ َ ‫} ﻟﻴﺲ ﻛ ِﻤﺜ ِﻠ ِﻪ ْ ء وﻫﻮ اﻟﺴ ِﻤﻴﻊ‬
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan, Dia-lah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura: 11)

8
Maraji’ :
- Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz / ma’na laa ilaaha illallah / www.
binbaz.org.sa
- Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al Abbad / Alqaulus sadid ir radd
‘ala man Ankara taqsimat tauhid / waqfeya.com
- Yazid bin Abdul Qadir Jawas / Pembatal – Pembatal Keislaman / Al
Manhaj.or.id
- Dan lain - lain

9
MANHAJ

Pengertian Manhaj Salaf dan Ahlus Sunnah wal Jama’ah


1. Secara bahasa:
a. Manhaj
Artinya jalan atau metode yang ditempuh dalam sebuah
perkara.
b. Salaf
Salaf artinya orang yang terdahulu (baik dari sisi ilmu,
keimanan, keutamaan atau jasa kebaikan). Oleh karenanya
maka generasi awal yang mengikuti para sahabat disebut
dengan salafush shalih (pendahulu yang baik).
c. Sunnah
Artinya jalan
d. Al Jama’ah
Artinya kumpulan orang yang bersepakat untuk suatu
perkara.
2. Secara Istilah :
a. Istilah Salaf dan sala iy
Menurut istilah, kata Salaf berarti generasi pertama dan
terbaik dari ummat (Islam) ini, yang terdiri dari para Sahabat,
Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in dan para Imam pembawa petunjuk
pada tiga kurun (generasi/masa) pertama yang dimuliakan
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Setiap orang yang meneladani
dan berjalan di atas manhaj mereka di sepanjang masa disebut
sebagai salaϐi sebagai bentuk penisbatan terhadap mereka.

10
Tidak ada yang meragukan bahwa merekalah orang-orang
yang paling memahami Islam yang diajarkan oleh Rasulullah
shallallahu ’alaihi wa sallam. Maka, apabila kita ingin memahami
Islam dengan benar, tentunya kita merujuk pada pemahaman
orang-orang yang ada pada 3 generasi tersebut. Seorang
sahabat yang mulia, Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu berkata,
“Seseorang yang mencari teladan, hendaknya ia meneladani
para sahabat Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam karena
mereka adalah orang-orang yang paling mulia hatinya, paling
mendalam ilmunya, paling sedikit takalluf-nya, paling benar
bimbingannya, paling baik keadaannya. Mereka adalah orang-
orang yang dipilih oleh Allah untuk menjadi sahabat Nabi-
Nya, dan untuk menegakkan agama-Nya. Kenalilah keutamaan
mereka. Ikutilah jalan hidup mereka karena sungguh mereka
berada pada jalan yang lurus.” (Lihat Limaadza Ikhtartu Al
Manhaj As Salaϔi Faqot, Salim bin ‘Ied Al Hilaly)
Jadi, manhaj salaf dapat diartikan sebagai metode yang
ditempuh dalam memahami serta mengamalkan Islam
sebagaimana yang diajarkan oleh generasi Sahabat,
Tabi’in serta orang-orang yang berpegang teguh dengan
jalan mereka.
b. Istilah Ahlus sunnah waljamaah
Secara istilah As Sunnah adalah ajaran Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta para sahabatnya, baik
berupa keyakinan, perkataan maupun perbuatan. Dalam hal
ini Sunnah menjadi lawan dari bid’ah, (Bukan sunnah dalam
istilah ikih. Karena sunnah menurut istilah ikih adalah segala
perbuatan ibadah yang bila dikerjakan berpahala akan tetapi
bila ditinggalkan tidak berdosa).
Adapun Al Jama’ah berarti orang-orang yang bersatu di
atas kebenaran, yaitu jama’ah para sahabat beserta orang-
orang sesudah mereka hingga Hari Kiamat yang meniti jejak

11
mereka dalam beragama di atas Al Kitab dan As Sunnah secara
lahir maupun batin meskipun ia seorang diri. Oleh karena itu
seorang Sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu pernah mengatakan, “Al Jama’ah adalah segala yang
sesuai dengan al haq walaupun engkau seorang diri.”
Jadi Ahlus Sunnah wal jama’ah dapat diartikan sebagai :
orang-orang yang berpegang teguh dengan Sunnah Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Sunnah para sahabatnya
dan juga orang-orang yang mengikuti mereka dan
menempuh jalan hidup mereka dalam berkeyakinan,
berucap dan mengerjakan amalan, demikian pula orang-
orang yang konsisten di atas jalur ittiba’ (mengikuti
Sunnah) dan menjauhi jalur ibtida’ (mereka-reka bid’ah).

Maraji’:
- Yazid bin Abdul Qadir Jawaz / Pengertian Aqiadah Ahlus Sunnah
Wal Jamaah / almanhaj.or.id
- Yazid bin Abdul Qadir Jawaz / buku : mulia dengan manhaj salaf
- ummu maryam ismiyanti (murajaah ust muslih ari wahyudi) /
Mengenal manhaj salaf / www.muslimah.or.id
- Yulian purnama / apa makna salaf, salafy atau sala iyyun / www.
muslim.or.id & ustkhalid.com
- Dan lain - lain

12
AL-QUR’AN

A. Adab Terhadap Al-Qur’an


Seorang Mukmin meyakini bahwa al-Qur’ân adalah kalâm
(perkataan; ucapan) Allah Azza wa Jalla. Huruf dan maknanya
bukanlah makhluk, serta diturunkan oleh malaikat Jibril kepada
Nabi Muhammad. Al-Qur’ân adalah petunjuk bagi orang-orang
yang bertakwa dan Al-Qur’an adalah rahmat bagi orang-orang yang
beriman dan sebenar- benar perkataan, tidak ada kedustaan padanya,
baik pada saat diturunkan maupun sesudahnya.
Oleh karena itu, seorang Muslim yang baik selalu beradab terhadap
al-Qur’ân dengan adab-adab yang utama, di antaranya:
1. Beriman terhadap Al Qur’an
Ini adalah adab dan kewajiban terbesar dan yang paling
utama. Beriman kepada al-Qur’ân artinya meyakini segala
beritanya, mentaati segala perintahnya, dan meninggalkan segala
larangannya. Allah Azza wa Jalla ber irman:
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan
kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya.
Barangsiapa yang kaϔir kepada Allah, malaikat-malaikat-
Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan hari kemudian,
maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. [an-
Nisâ’/4:136]
2. Bertilawah atau Membacanya dengan tartil
Sesungguhnya membaca al-Qur’ân merupakan salah satu
bentuk ibadah yang agung. Banyak sekali ayat dan hadits shahı̂h
yang menunjukkan hal ini.

13
Dan bacalah al-Qur`ân itu dengan perlahan-lahan. [al-
Muzammil/73:4]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah, maka dia
mendapatkan satu kebaikan dengannya. Dan satu kebaikan itu
(dibalas) sepuluh lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lâm mîm
satu huruf. Tetapi alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu
huruf.”
3. Mempelajari dan mentadaburi Al Quran
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menurunkan al-Qur’ân
antara lain dengan tujuan agar manusia memperhatikan ayat-
ayatnya, menggali ilmunya, dan merenungkan rahasianya. Allah
Azza wa Jalla ber irman:
Ini adalah sebuah kitab yang penuh dengan berkah, Kami
turunkan kepadamu supaya mereka memperhatikan ayat-
ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang
mempunyai ϔikiran. [Shad/38:29]
4. Mengikuti Kandungan Al Quran
Setiap orang sangat membutuhkan rahmat Allah Azza wa
Jalla. Namun, apa sarana untuk meraih rahmat-Nya? Mengikuti
kandungan al-Qur’ân itulah cara mendapatkan rahmat Allah Azza
wa Jalla, sebagaimana irman-Nya:
Dan al-Qur`ân itu adalah kitab yang Kami turunkan, yang
diberkati, maka ikutilah ia dan bertakwalah agar kamu diberi
rahmat. [al-An’âm/6:155]
5. Berhukum dengan Al Quran
Sesungguhnya kewajiban pemimpin umat adalah mene-
rapkan hukum Allah Azza wa Jalla, yaitu berdasarkan al-Qur’ân
dan Sunnah. Dan kewajiban rakyat adalah berhukum kepada
hukum Allah Azza wa Jalla.

14
Allah Azza wa Jalla ber irman:
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang
mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan
kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu?
Mereka hendak berhakim kepada thâghût, padahal mereka
telah diperintah mengingkari thâghût itu, dan setan bermaksud
menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-
jauhnya. [an-Nisâ’/4:60]
6. Meyakini Al Quran sebagai satu satunya pedoman hidup untuk
keselamatan di dunia maupun di akhirat.
Allah Azza wa Jalla yang menurunkan kitab al-Qur’ân,
memiliki sifat-sifat sempurna. Oleh karena itu, kitab suci-Nya juga
sempurna, sehingga cukup di jadikan sebagai pedoman untuk
meraih kebaikan-kebaikan di dunia dan akhirat. Allah Azza wa
Jalla ber irman:
Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah
menurunkan kepadamu al-kitab (al –Qur`ân) sedang ia (al-
Qur’ân) dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (al-
Qur`ân) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi
orang-orang yang beriman. [al-‘Ankabût/29: 51]

B. Adab Membaca Al-Qur’an :


1. Membaca dalam keadaan suci, dengan duduk yang sopan dan
tenang.
Dalam membaca Al-Qur’an seseorang dianjurkan dalam
keadaan suci. Namun, diperbolehkan apabila dia membaca dalam
keadaan terkena najis. Imam Haromain berkata, “Orang yang
membaca Al-Qur’an dalam keadaan najis, dia tidak dikatakan
mengerjakan hal yang makruh, akan tetapi dia meninggalkan
sesuatu yang utama.” (At-Tibyan, hal. 58-59)
2. Membacanya dengan perlahan (tartil) sesuai dengan kaedah

15
tajwid dan tidak cepat, agar dapat menghayati ayat yang dibaca.
Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja
yang membaca Al-Qur’an (khatam) kurang dari tiga hari, berarti
dia tidak memahami.” (HR. Ahmad dan para penyusun kitab-kitab
Sunan)
3. Membaca Al-Qur’an dengan khusyu’, dengan menangis, karena
sentuhan pengaruh ayat yang dibaca bisa menyentuh jiwa dan
perasaan.
Allah Ta’ala menjelaskan sebagian dari sifat-sifat hamba-Nya
yang shalih, “Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil
menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (QS. Al-Isra’: 109).
Namun demikian tidaklah disyariatkan bagi seseorang untuk
pura-pura menangis dengan tangisan yang dibuat-buat.
4. Membaguskan suara ketika membacanya.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah
dan Al-Hakim). Di dalam hadits lain dijelaskan, “Tidak termasuk
umatku orang yang tidak melagukan Al-Qur’an.” (HR. Bukhari dan
Muslim). Maksud hadits ini adalah membaca Al-Qur’an dengan
susunan bacaan yang jelas dan terang makhroj hurufnya, panjang
pendeknya bacaan, tidak sampai keluar dari ketentuan kaidah
tajwid. Dan seseorang tidak perlu melenggok-lenggokkan suara di
luar kemampuannya.
5. Membaca Al-Qur’an dimulai dengan isti’adzah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala ber irman yang artinya, “Dan bila
kamu akan membaca Al-Qur’an, maka mintalah perlindungan
kepada Allah dari (godaan-godaan) syaithan yang terkutuk.” (QS.
An-Nahl: 98)
6. Membaca Al-Qur’an dengan tidak mengganggu orang yang sedang
shalat, dan tidak perlu membacanya dengan suara yang terlalu
keras atau di tempat yang banyak orang. Bacalah dengan suara

16
yang lirih secara khusyu’.
Rasulullah shollallahu ‘alaihiwasallam bersabda, “Ingatlah
bahwasanya setiap dari kalian bermunajat kepada Rabbnya, maka
janganlah salah satu dari kamu mengganggu yang lain, dan salah
satu dari kamu tidak boleh bersuara lebih keras daripada yang lain
pada saat membaca (Al-Qur’an).” (HR. Abu Dawud, Nasa’i, Baihaqi
dan Hakim)

C. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an


1. Hati seorang individu Muslim tidak kosong dari sesuatu bagian
dari kitab Allah ‘Azza wa Jalla.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas secara marfu:
“Orang yang tidak mempunyai hafalan Al Quran sedikitpun adalah
seperti rumah kumuh yang mau runtuh”. (Hadits diriwayatkan oleh
Tirmizi dari Ibnu Abbas (2914), ia berkata hadits ini hasan sahih).
2. Memperoleh penghormatan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam.
Dari Abi Hurairah Radiyallahu ‘anhu. ia berkata: Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus satu utusan yang terdiri dari
beberapa orang. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
mengecek kemampuan membaca dan hafalan Al Qur’an mereka.
Setiap laki-laki dari mereka ditanyakan sejauh mana hafalan
Al-Qur’an-nya. Kemudian seseorang yang paling muda ditanya
oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam :”Berapa banyak
AlQuran yang telah engkau hafal, hai Fulan?” ia menjawab: aku
telah menghafal surah ini dan surah ini, serta surah Al-Baqarah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kembali bertanya:
“Apakah engkau hafal surah Al-Baqarah?” Ia menjawab: Betul.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Pergilah,
dan engkau menjadi ketua rombongan itu!”. Salah seorang dari
kalangan mereka yang terhormat berkata: Demi Allah, aku tidak

17
mempelajari dan menghafal surah Al-Baqarah semata karena takut
aku tidak dapat menjalankan isinya. Mendengar komentar itu,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pelajarilah Al
Qur’an dan bacalah, karena perumpamaan orang mempelajari Al
Quran dan membacanya, adalah seperti tempat bekal perjalanan
yang diisi dengan minyak misik, wanginya menyebar ke mana-mana.
Sementara orang yang mempelajarinya kemudian dia tidur -dan
dalam dirinya terdapat hafalan Al Qur’an- adalah seperti tempat
bekal perjalanan yang disambungkan dengan minyak misik”
3. Penghafal Al Qur’an akan memakai mahkota kehormatan.
Dari Abi Hurairah Radiyallahu ‘anhu. bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Penghafal Al Qur’an akan datang pada Hari Kiamat, kemudian Al
Qur’an akan berkata: Wahai Rabbku, bebaskanlah dia, kemudian
orang itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan), Al Qur’an
kembali meminta: Wahai Rabbku tambahkanlah, maka orang
itu diapakaikan jubah karamah. Kemudian Al Qur’an memohon
lagi: Wahai Tuhanku ridhailah dia, maka Allah meridhainya.
Dan diperintahkan kepada orang itu: bacalah dan teruslah
naiki (derajat-derajat surga), dan Allah menambahkan dari
setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan”
(Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dan ia menilainya hadits
hasan (2916), Ibnu Khuzaimah, al Hakim, ia menilainya hadits
sahih, serta disetujui oleh Adz Dzahabi(1/533).)
4. Dapat membahagiakan kedua orang tua, sebab orang tua yang
memiliki anak penghapal Al Qur’an memperoleh pahala khusus.
Dari Buraidah Al Aslami Radiyallahu ‘anhu, ia berkata
bahwasanya ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
“Pada hari kiamat nanti, Al Qur’an akan menemui penghafalnya
ketika penghafal itu keluar dari kuburnya. Al-Qur’an akan berwujud

18
seseorang dan ia bertanya kepada penghafalnya: “Apakah anda
mengenalku?”. Penghafal tadi menjawab; “Saya tidak mengenal
kamu.” Al-Qur’an berkata; “Saya adalah kawanmu, Al-Qur’an yang
membuatmu kehausan di tengah hari yang panas dan membuatmu
tidak tidur pada malam hari. Sesungguhnya setiap pedagang akan
mendapat keuntungan di belakang dagangannya dan kamu pada
hari ini di belakang semua dagangan. Maka penghafal Al-Qur’an
tadi diberi kekuasaan di tangan kanannya dan diberi kekekalan
ditangan kirinya, serta di atas kepalanya dipasang mahkota
perkasa. Sedang kedua orang tuanya diberi dua pakaian baru lagi
bagus yang harganya tidak dapat di bayar oleh penghuni dunia
keseluruhannya. Kedua orang tua itu lalu bertanya: “Kenapa kami di
beri dengan pakaian begini?”. Kemudian di jawab, “kerana anakmu
hafal Al Qur’an. “Kemudian kepada penghafal Al Quran tadi di
perintahkan, “bacalah dan naiklah ketingkat-tingkat syurga dan
kamar-kamarnya.” Maka ia pun terus naik selagi ia tetap membaca,
baik bacaan itu cepat atau perlahan (tartil). (diriwayatkan oleh
Ahmd dalam Musnadnya (21872) dan Ad Darimi dalam Sunannya
(3257).)
5. Akan menempati tingkatan yang tinggi di Surga Allah ‘Azza wa
Jalla.
Dari Sisyah Radhiyallahu ‘anhu ia berkata, bahawasanya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Jumlah tingkatan-tingkatan surga sama dengan jumlah ayat-
ayat Al Qur’an. Maka tingkatan surga yang di masuki oleh
penghafal Al Qur’an adalah tingkatan yang paling atas, dimana
tidak ada tingkatan lagi sesudah itu.”
6. Penghafal Al Qur’an adalah keluarga Allah ‘Azza wa Jalla.
Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu Ia berkata bahawa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri dari

19
manusia.” Kemudian Anas berkata lagi, lalu Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam bertanya: “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah.
Baginda menjawab: “Ia itu ahli Qur’an (orang yang membaca atau
menghafal Al- Qur’an dan mengamalkan isinya).Mereka adalah
keluarga Allah dan orang-orang yang istimewa bagi Allah”.
7. Menjadi orang yang arif di surga Allah ‘Azza wa Jalla.
Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu Bahawasanya Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;
“Para pembaca Al Qur’an itu adalah orang-orang yang arif di
antara penghuni surga,”
8. Memperoleh penghormatan dari manusia.
Dari Abu Musa Al Asya’ari Radhiyallahu ‘anhu Ia berkata
bahawasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Diantara perbuatan mengagungkan Allah adalah meng-
hormati Orang Islam yang sudah tua, menghormati orang
yang menghafal Al-Qur’an yang tidak berlebih-lebihan dalam
mengamalkan isinya dan tidak membiarkan Al-Qur’an tidak di
amalkan, serta menghormati kepada penguasa yang adil.”
9. Hatinya terbebas dari siksa Allah ‘Azza wa Jalla.
Dari Abdullah Bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu Dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam Baginda bersabda:
“Bacalah Al Qur’an kerana Allah tidak akan menyiksa hati orang
yang hafal Al Qur’an. Sesungguhanya Al Qur’an ini adalah hidangan
Allah, siapa yang memasukkunya ia akan aman. Dan barangsiapa
yang mencintai Al Qur’an maka hendaklah ia bergembira.”
10. Mereka (bagi kaum pria) lebih berhak menjadi Imam dalam shalat.
Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu Dari Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda;
“Yang menjadi imam dalam solat suatu kaum hendaknya yang
paling pandai membaca (hafalan) Al Qur’an.”

20
11. Memperoleh kasih sayang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dari Jabir Bin Abdullah Radhiyallahu ‘anhu Bahawa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam menyatukan dua orang dari orang-
orang yang gugur dalam perang uhud dalam satu liang lahad.
Kemudian nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “dari
mereka berdua siapakah paling banyak hafal Al Qur’an?” apabila
ada orang yang dapat menunjukkan kepada salah satunya, maka
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam memasukkan mayat itu terlebih
dahulu ke liang lahad.”
12. Dapat memberi syafa’at kepada keluarga.
Dari Ali Bin Abi Thalib radhiyallahu anhu:
“Barangsiapamembaca Al Qur’an dan menghafalnya, maka Allah
akan memasukkannya kedalam surga dan memberikannya hak
syafaat untuk sepuluh anggota keluarganya di mana mereka
semuanya telah di tetapkan untuk masuk neraka.”
13. Merupakan bekal-bekal yang terbaik.
Dari Jabir bin Nufair, katanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda;
“Sesungguhnya kamu tidak akan kembali menghadap Allah
dengan membawa sesuatu yang paling baik daripada sesuatu
yang berasal dari-Nya yaitu Al Qur’an.

Sumber :
- Al atsari abu ismail muslim / adab terhadap alquran / www.
almanhaj.or.id
- Fadhlu Hifdzil Quranil Karim / islamway.net
- Tsawabu hifdzil quran / islamqa.net
- Adab membaca AlQuran / www.muslim.or.id
- 8 Adab membaca Al Quran / www.rumaisha.com
- dan lain lain
21
ILMU

A. Ilmu Dan Kedudukannya Dalam Islam


Ilmu secara umum adalah segala hal yang mencakup pengetahuan
maupun prinsip yang memiliki faedah bagi kehidupan manusia. Ilmu
adalah lawan dari kebodohan. Islam sangat mengagungkan ilmu dan
menganjurkan kaum muslimin untuk senantiasa dekat dengan ilmu
serta berusaha memerangi kebodohan. Ilmu yang dimaksud di sini
adalah ilmu syar’i yaitu ilmu yang mendapat pujian dari Allah dan
RasulNya
Islam mewajibkan seseorang agar berilmu sebelum berkata
dan beramal, islam tidak menghendaki taqlid bagi penganutnya.
Imam besar kaum muslimin, Imam Al-Bukhari berkata, “Al-’Ilmu
Qoblal Qouli Wal ‘Amali”, artinya Ilmu Sebelum Berkata dan
Beramal. Perkataan ini merupakan kesimpulan yang beliau ambil
dari irman Allah ta’ala “Maka ilmuilah (ketahuilah)! Bahwasanya
tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah
ampunan bagi dosamu” (QS. Muhammad: 19).
Dengan ilmu inilah Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam tunjukkan
semua jalan kebaikan, dan beliau peringatkan tentang jalan-jalan
kebatilan. Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah Nabi
yang terakhir dan sekaligus Rasul yang diutus kepada umat manusia
dan jin. Maka ketika Rasulullah wafat, beliau telah mengajarkan ilmu
yang paling bermanfaat dari wahyu Allah ta’ala, ilmu yang sempurna,
ilmu yang membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Maka
barang siapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang
cukup untuk kebahagiaannya di dunia dan akhirat.

22
B. Keutamaan menuntut ilmu syar’i
Berikut keutamaan yang akan diraih oleh para penuntut ilmu
syar’i :
1. Kesaksian Allah Ta’ala Kepada Orang-Orang Yang Berilmu dan ini
menunjukkan kemuliaan para penuntut ilmu.
Allah Ta’ala ber irman :
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada ilah (yang berhak
diibadahi dengan benar) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan.
Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan
yang demikian itu). Tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan
benar) melainkan Dia, Yang Maha perkasa lagi Maha bijaksana.”
[Ali ‘Imran: 18]
2. Orang Yang Berilmu Akan Allah Angkat Derajatnya
Allah Ta’ala ber irman :
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu:
‘Berilah kelapangan dalam majelis’, maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [Al-Mujaadilah : 11] [3]
3. Orang Yang Berilmu Adalah Orang-Orang Yang Takut Kepada Allah
Allah ber irman:
“...Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah
para ulama.” [Faathir: 28]
Ibnu Mas’ud Radhiyallaahu ‘anhu berkata, “Cukuplah rasa takut
kepada Allah itu disebut sebagai ilmu. Dan cukuplah tertipu dengan
tidak mengingat Allah disebut sebagai suatu kebodohan.”

23
4. Ilmu Adalah Nikmat Yang Paling Agung.
Allah ber irman:
“... Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an)
dan hikmah (As-Sunnah) kepadamu dan telah mengajarkan
kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Karunia Allah yang
dilimpahkan kepadamu sangat besar.” [An-Nisaa’: 113] [10]
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ketahuilah, sesungguhnya aku diberikan Al-Kitab (Al-Qur-an)
dan yang sepertinya (As-Sunnah) bersamanya...”
5. Paham Dalam Masalah Agama Termasuk Tanda-Tanda Kebaikan.
Dalam ash-Shahiihain dari hadits Mu’awiyah bin Abi Sufyan
radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Dia akan
memberikan pemahaman agama kepadanya.”
Imam an-Nawawi rahimahullaah mengatakan, “Di dalam hadits
ini terdapat keutamaan ilmu, mendalami agama, dan dorongan
kepadanya. Sebabnya adalah karena ilmu akan menuntunnya
kepada ketaqwaan kepada Allah Ta’ala.”
6. Orang Yang Berilmu Dikecualikan Dari Laknat Allah
Imam at-Tirmidzi rahimahullaah meriwayatkan dari Abu
Hurairah radhi-yallaahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu dilaknat dan dilaknat apa
yang ada di dalamnya, kecuali dzikir kepada Allah dan ketaatan
kepada-Nya, orang berilmu, dan orang yang mempelajari ilmu.”
7. Menuntut Ilmu Dan Mengajarkannya Lebih Utama Daripada
Ibadah Sunnah Dan Wajib Kifayah
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

24
“Keutamaan ilmu lebih baik daripada keutamaan ibadah, dan
agama kalian yang paling baik adalah al-wara’ (ketakwaan).”
‘Ali bin Abi ‘anhu berkata, “Orang yang berilmu lebih besar
ganjaran pahalanya daripada orang yang puasa, shalat, dan
berjihad di jalan Allah.”
8. Ilmu Adalah Kebaikan Di Dunia
Mengenai irman Allah Ta’ala, “Wahai Rabb kami, berilah
kami kebaikan di dunia.” Al-Hasan rahimahullaah berkata: “Yang
dimaksud kebaikan dunia adalah ilmu dan ibadah.”
9. Ilmu Adalah Jalan Menuju Kebahagiaan
Imam Ahmad dan at-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari
Shahabat Abu Kabasyah al-Anmari radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“...Sesungguhnya dunia diberikan untuk empat orang: (1)
seorang hamba yang Allah berikan ilmu dan harta, kemudian
dia bertaqwa kepada Allah dalam hartanya, dengannya ia
menyambung sila-turahmi, dan mengetahui hak Allah di
dalamnya. Orang tersebut kedudukannya paling baik (di sisi
Allah). (2) Seorang hamba yang Allah berikan ilmu namun
tidak diberikan harta, dengan niatnya yang jujur ia berkata,
‘Seandainya aku memiliki harta, aku pasti mengerjakan seperti
apa yang dikerjakan si fulan.’ Ia dengan niatnya itu, maka
pahala keduanya sama. (3) Seorang hamba yang Allah berikan
harta namun tidak diberikan ilmu. Lalu ia tidak dapat mengatur
hartanya, tidak bertaqwa kepada Allah dalam hartanya, tidak
menyambung silaturahmi dengannya, dan tidak mengetahui
hak Allah di dalamnya. Kedudukan orang tersebut adalah yang
paling jelek (di sisi Allah). Dan (4) seorang hamba yang tidak
Allah berikan harta tidak juga ilmu, ia berkata, ‘Seandainya
aku memiliki harta, aku pasti mengerjakan seperti apa yang
dikerjakan si fulan.’ Ia berniat seperti itu dan keduanya sama

25
dalam mendapatkan dosa.”
10. Menuntut Ilmu Akan Membawa Kepada Kebersihan Hati,
Kemuliaannya, Kehidupannya, Dan Cahayanya
11. Orang Yang Menuntut Ilmu Akan Dido’akan Oleh Rasulullah
Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallam
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mendo’akan orang-
orang yang mendengarkan sabda beliau dan memahaminya
dengan keindahan dan berserinya wajah.
Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Semoga Allah memberikan cahaya pada wajah orang yang
mendengarkan sebuah hadits dari kami, lalu menghafalkannya
dan menyampaikannya kepada orang lain. Banyak orang
yang membawa ϔiqih namun ia tidak memahami. Dan banyak
orang yang menerangkan ϔiqih kepada orang yang lebih faham
darinya. Ada tiga hal yang dengannya hati seorang muslim akan
bersih (dari khianat, dengki dan keberkahan), yaitu melakukan
sesuatu dengan ikhlas karena Allah, menasihati ulil amri
(penguasa), dan berpegang teguh pada jama’ah kaum Muslimin,
karena do’a mereka meliputi orang-orang yang berada di
belakang mereka.” Beliau bersabda, “Barangsiapa yang
keinginannya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan
kekuatannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan
mendatanginya dalam keadaan hina. Namun barangsiapa yang
niatnya mencari dunia, Allah akan mencerai-beraikan urusan
dunianya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan
ia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya”
12. Menuntut Ilmu Adalah Jihad Di Jalan Allah Dan Orang Yang
Menuntut Ilmu Laksana Mujahid Di Jalan Allah Ta’ala
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
“Barangsiapa yang memasuki masjid kami ini (masjid Nabawi)
dengan tujuan mempelajari kebaikan atau mengajarkannya,
26
maka ia laksana orang yang berjihad di jalan Allah Ta’ala. Dan
barangsiapa yang memasukinya dengan tujuan selain itu, maka
ia laksana orang yang sedang melihat sesuatu yang bukan
miliknya.”
13. Pahala Ilmu Yang Diajarkan Akan Tetap Mengalir Meskipun
Pemiliknya Telah Meninggal Dunia
Disebutkan dalam Shahiih Muslim, dari Shahabat Abu Hurairah
Radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda,
“Jika seorang manusia meninggal dunia, maka pahala amalnya
terputus, kecuali tiga hal: shadaqah jariyah, ilmu yang
bermanfaat, dan anak shalih yang mendo’akannya.”
14. Dengan Menuntut Ilmu, Kita Akan Ber ikir Yang Baik, Benar,
Mendapatkan Pemahaman Yang Benar, Dan Dapat Mentadabburi
Ayat-Ayat Allah
‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz rahimahullaah mengatakan, “Memikirkan
nikmat-nikmat Allah termasuk ibadah yang paling utama.”

C. Adab Menuntut Ilmu


1. Mengikhlaskan Niat untuk Allah ‘azza wa jalla
Yaitu dengan menujukan aktivitas menuntut ilmu yang
dilakukannya untuk mengharapkan wajah Allah dan negeri
akhirat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Barang
siapa yang menuntut ilmu yang seharusnya hanya ditujukan untuk
mencari wajah Allah ‘azza wa jalla tetapi dia justru berniat untuk
meraih bagian kehidupan dunia maka dia tidak akan mencium bau
surga pada hari kiamat.”
2. Bertujuan untuk Menghilangkan Kebodohan Diri Sendiri dan
Orang Lain

27
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Allah lah yang telah
mengeluarkan kalian dari perut-perut ibu kalian dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu apapun, dan kemudian Allah ciptakan
bagi kalian pendengaran, penglihatan dan hati supaya kalian
bersyukur.” (QS. An Nahl: 78)
3. Bermaksud Menjaga, Memelihara dan Membela Syariat
Yaitu dalam menuntut ilmu itu engkau berniat untuk membela
syariat, sebab kitab-kitab yang ada tidak mungkin bisa membela
syariat (dengan sendirinya). Tidak ada yang bisa membela syariat
kecuali si pembawa syariat.
Seandainya ada seorang ahlul bid’ah datang ke sebuah
perpustakaan yang penuh berisi kitab-kitab syariat yang
jumlahnya sulit untuk dihitung lantas dia berbicara melontarkan
kebid’ahannya dan menyatakannya dengan lantang, sungguh
tidak ada sebuah kitab pun yang bisa membantahnya. Akan tetapi
apabila dia berbicara dengan kebid’ahannya di sisi orang yang
berilmu demi menyatakannya maka si penuntut ilmu itu akan bisa
membantahnya dan menolak perkataannya dengan dalil al-Qur’an
dan as-Sunnah.
4. Mengamalkan Ilmu
Yaitu hendaknya penuntut ilmu mengamalkan ilmu yang
dimilikinya, baik itu akidah, ibadah, akhlaq, adab, maupun
muamalah. Sebab amal inilah buah ilmu dan hasil yang dipetik
dari ilmu, seorang yang mengemban ilmu adalah ibarat orang
yang membawa senjatanya, bisa jadi senjatanya itu dipakai untuk
membela dirinya atau justru untuk membinasakannya.
5. Berdakwah di Jalan Allah
Yaitu dengan menjadi seorang yang menyeru kepada agama
Allah ‘azza wa jalla, dia berdakwah pada setiap kesempatan, di
masjid, di pertemuan-pertemuan, di pasar-pasar, serta dalam
segala kesempatan. Perhatikanlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa
28
sallam, beliau setelah diangkat menjadi Nabi dan Rasul tidaklah
hanya duduk-duduk saja di rumahnya, akan tetapi beliau
mendakwahi manusia dan bergerak ke sana kemari.
6. Bersikap Bijaksana (Hikmah)
Yaitu dengan menghiasi dirinya dengan kebijaksanaan, di
mana Allah ber irman yang artinya, “Hikmah itu diberikan kepada
siapa yang dikehendaki-Nya, dan barang siapa yang diberi hikmah
sungguh telah diberi kebaikan yang sangat banyak.” (QS. al-
Baqarah: 269).
Yang dimaksud hikmah ialah seorang penuntut ilmu menjadi
pembimbing orang lain dengan akhlaknya dan dengan dakwahnya
mengajak orang mengikuti ajaran agama Allah ‘azza wa jalla,
hendaknya dia berbicara dengan setiap orang sesuai dengan
keadaannya.
7. Penuntut Ilmu Harus Bersabar Dalam Menuntut Ilmu
Yaitu hendaknya dia sabar dalam belajar, tidak terputus
di tengah jalan dan merasa bosan, tetapi hendaknya dia terus
konsisten belajar sesuai kemampuannya dan bersabar dalam
meraih ilmu, tidak cepat jemu karena apabila seseorang telah
merasa jemu maka dia akan putus asa dan meninggalkan belajar.
Akan tetapi apabila dia sanggup menahan diri untuk tetap belajar
ilmu niscaya dia akan meraih pahala orang-orang yang sabar; ini
dari satu sisi, dan dari sisi lain dia juga akan mendapatkan hasil
yang baik.
8. Menghormati Ulama dan Memposisikan Mereka Sesuai
Kedudukannya
Sudah menjadi kewajiban bagi para penuntut ilmu untuk
menghormati para ulama dan memosisikan mereka sesuai
kedudukannya, dan melapangkan dada-dada mereka dalam
menghadapi perselisihan yang ada di antara para ulama serta
tidak dengan sengaja bertindak mencari-cari kesalahan mereka.
29
Apabila menggunjing orang awam saja termasuk dosa besar
maka menggunjing orang berilmu lebih besar dan lebih berat
dosanya, karena dengan menggunjing orang yang berilmu akan
menimbulkan bahaya yang tidak hanya mengenai diri orang alim
itu sendiri, akan tetapi mengenai dirinya dan juga ilmu syar’i yang
dibawanya.
9. Berpegang Teguh Dengan Al Kitab dan As Sunnah
Wajib bagi penuntut ilmu untuk memiliki semangat penuh
guna meraih ilmu dan mempelajarinya dari pokok-pokoknya, yaitu
perkara-perkara yang tidak akan tercapai kebahagiaan kecuali
dengannya, perkara-perkara itu adalah Al-Qur’an Al-Karim, As
Sunnah yang shahihah, dan atsar para sahabat rasulullah yang
menerangkan keduanya, serta ijtihad para imam Ahlus sunnah
waljamaah setelah mereka.
10. Meneliti Kebenaran Berita yang Tersebar dan ta’shil dalam
menuntut ilmu
Salah satu adab terpenting yang harus dimiliki oleh penuntut
ilmu adalah tatsabbut (meneliti kebenaran berita), dia harus
meneliti kebenaran berita-berita yang disampaikan kepadanya
serta mengecek efek hukum yang muncul karena berita tersebut.
Sehingga tidak semestinya dia mengambil sebagian pembahasan
dari sebuah kitab atau suatu bagian dari cabang ilmu lantas
ditinggalkannya begitu saja. Sebab tindakan semacam ini
akan membahayakan bagi penuntut ilmu serta membuang-
buang waktunya tanpa faedah. Dan cara seperti ini tidak akan
membuahkan ilmu. Seandainya dia mendapatkan ilmu, maka yang
diperolehnya adalah kumpulan permasalahan saja dan bukan
pokok dan landasan pemahaman.

30
Maraji’ :
- Abdullah Al Jibrin / Al Ilmu Fadhluhu wa Adabuhu wa wasailuhu /
www.saaid.net
- Ustadz Abdullah Taslim, M.A. / Keutamaan menuntut Ilmu Agama
/ www.muslim.or.id
- Ari Wahyudi. Ssi / Adab menuntut Ilmu / www.muslim.or.id
- Dan lain - lain

31
ADAB MUAMALAH

A. Adab Terhadap Orangtua.


1. Mentaati mereka dalam rangka ketaatan terhadap Allah.
Menaati kedua orang tua hukumnya wajib atas setiap muslim,
sedang mendurhakai keduanya merupakan perbuatan yang
diharamkan, kecuali jika mereka menyuruh untuk menyekutukan
Allah Ta’ala (berbuat syirik) atau bermaksiat kepadaNya. Allah
Ta’ala ber irman, artinya, “Dan jika keduanya memaksamu
untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, ….” (QS.
Luqman:15)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak ada
ketaatan untuk mendurhakai Allah. Sesungguhnya ketaatan itu
hanya dalam melakukan kebaikan”. (HR. Al-Bukhari)
2. Berbakti dan merendahkan diri di hadapan kedua orang tua
Allah Ta’ala ber irman, artinya, “…dan hendaklah kamu berbuat
baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan «ah» dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Rabbku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil’.” (QS. Al-Israa’: 23-24)

32
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :“Sungguh
merugi, sungguh merugi, dan sungguh merugi orang yang
mendapatkan kedua orang tuanya yang sudah renta atau salah
seorang dari mereka kemudian hal itu tidak dapat memasukkannya
ke dalam surga.” (HR.Muslim)
3. Berbicara dengan lemah lembut di hadapan mereka
Allah ber irman : “…maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan
yang mulia.” (QS Al-Isra: 23)
4. Menyediakan makanan untuk mereka
Hal ini juga termasuk bentuk bakti kepada kedua orang tua,
terutama jika hal tersebut merupakan hasil jerih payah sendiri.
Lebih-lebih jika kondisi keduanya sudah renta. Terlebih bagi
seorang muslim yang sudah berkeluarga sudah seyogyanya,
mereka disediakan makanan dan minuman yang terbaik dan lebih
mendahulukan mereka berdua dari pada dirinya, anaknya dan
istrinya.
5. Meminta izin kepada mereka sebelum berjihad dan pergi untuk
urusan lainnya
Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum
ditentukan (kewajibannya untuk dirinya-pent). Seorang laki-
laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan
bertanya, “Wahai Rasulullah apakah aku boleh ikut berjihad?”
Beliau balik bertanya, ‘Apakah kamu masih mempunyai kedua
orang tua?’ Laki-laki tersebut menjawab, ‘Masih’. Beliau bersabda,
‘Berjihadlah (dengan cara berbakti) kepada keduanya’.” (HR. al-
Bukhari dan Muslim),
Termasuk berjihad adalah menuntut ilmu, oleh karenanya
bagi setiap thalibul ilmi hendaknya memohon restu dari kedua
orangtua dalam setiap akti itasnya.

33
6. Memberikan harta kepada orang tua sebesar yang mereka
inginkan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda
kepada seorang laki-laki ketika ia berkata, “Ayahku ingin
mengambil hartaku”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Kamu dan hartamu adalah milik ayahmu.” (HR. Ahmad, Abu
Dawud, dan Ibnu Majah).
Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil
(kikir) terhadap orang yang menyebabkan keberadaan dirinya,
memeliharanya ketika kecil, serta telah berbuat baik kepadanya.
7. Membuat keduanya ridha dengan berbuat baik kepada orang-
orang yang dicintainya.
Hendaknya seseorang membuat kedua orang tuanya ridha
dengan berbuat baik kepada orang-orang yang mereka cintai.
Yaitu dengan memuliakan mereka, menyambung tali silaturrahim
dengan mereka, menunaikan janji-janji (orang tua) kepada
mereka, dan lain sebagainya
8. Memenuhi sumpah / nazar kedua orang tua
Jika kedua orang tua bersumpah untuk suatu perkara tertentu
yang di dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib
bagi seorang anak untuk memenuhi sumpah keduanya karena hal
itu termasuk hak mereka.
9. Tidak mencaci maki kedua orang tua.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Termasuk
dosa besar adalah seseorang mencaci maki orang tuanya.” Para
sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah, apa ada orang yang mencaci
maki orang tuanya?’ Beliau menjawab, “ Ada. ia mencaci maki ayah
orang lain kemudian orang tersebut membalas mencaci maki orang
tuanya. Ia mencaci maki ibu orang lain lalu orang itu membalas
mencaci maki ibunya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

34
Terkadang perbuatan tersebut tidak dirasakan oleh seorang
anak, dan dilakukan dengan bergurau padahal hal ini merupakan
perbuatan dosa besar.
10. Mendahulukan berbakti kepada ibu daripada ayah
Seorang lelaki pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, “Siapa yang paling berhak mendapatkan
perlakuan baik dariku?” beliau menjawab, “Ibumu.” Lelaki itu
bertanya lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau kembali menjawab,
“Ibumu”. Lelaki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa lagi?”
Beliau menjawab, “Ibumu”. Lalu siapa lagi? Tanyanya. “Ayahmu,”
jawab beliau.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Hadits di atas tidak bermakna lebih menaati ibu daripada ayah.
Sebab, menaati ayah lebih didahulukan jika keduanya menyuruh
pada waktu yang sama dan dalam hal yang dibolehkan syari’at.
Alasannya, ibu sendiri diwajibkan taat kepada suaminya.
Maksud ‘lebih mendahulukan berbuat baik kepada ibu’ dalam
hadits tersebut adalah bersikap lebih halus dan lembut kepada
ibu daripada ayah. Sebagian Ulama salaf berkata, “Hak ayah lebih
besar dan hak ibu patut untuk dipenuhi.”
11. Mendahulukan berbakti kepada kedua orang tua daripada berbuat
baik kepada istri.
Di antara hadits yang menunjukkan hal tersebut adalah kisah
tiga orang yang terjebak di dalam gua lalu mereka tidak bisa keluar
kemudian mereka bertawasul dengan amal baik mereka, di antara
amal mereka, ‘ada yang mendahulukan memberi susu untuk
kedua orang tuanya, walaupun anak dan istrinya membutuhkan’.
Tentu saja hal ini tidak mutlak dan harus disesuaikan dengan
kondisi keluarga dan lingkungan masing masing orang.
12. Hak-Hak Orang Tua Setelah Mereka Meninggal Dunia
1. Mengurus jenazahnya dan banyak mendoakan keduanya,

35
karena hal ini merupakan bakti seorang anak kepada kedua
orang tuanya.
2. Beristighfar (memohonkan ampun kepada Allah Ta’ala) untuk
mereka berdua, karena merekalah orang yang paling utama
untuk didoakan agar Allah Ta’ala mengampuni dosa-dosa
mereka dan menerima amal baik mereka.
3. Menunaikan janji dan wasiat kedua orang tua yang belum
terpenuhi semasa hidup mereka, dan melanjutkan amal-amal
baik yang pernah mereka kerjakan selama hidup mereka.
Sebab, pahala akan terus mengalir kepada mereka berdua
apabila amal baik tersebut dilanjutkan.
4. Memuliakan teman atau sahabat dekat kedua orang tua,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
“Sesungguhnya bakti anak yang terbaik adalah seorang anak
yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman
ayahnya setelah ayahnya meninggal”. (HR. Muslim)
5. Menyambung tali silaturrahim dengan kerabat Ibu dan Ayah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang
siapa yang ingin menyambung silaturrahim ayahnya yang ada
dikuburannya, maka sambunglah tali silaturrahim dengan
saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal”. (HR. Ibnu
Hibban).

B. Adab terhadap guru.


1. Memuliakan guru
Memuliakan orang yang berilmu termasuk perkara yang
dianjurkan. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
َ َ َ َ َّ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َّ َ ْ َ
((‫ﺮﻴﻧﺎ َو َﻳ ِﻒ ِﻟ َﻌﺎﻟ ِ ِﻤﻨﺎ‬ ‫ﺠﻳﻞ ﻛ ِﺒ‬
ِ ‫))ﻟﻴﺲ ِﻣﻨﺎ ﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﺮﺣﻢ ﺻ ِﻐﺮﻴﻧﺎ و‬

36
“Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang tidak
menghormati orang yang tua, tidak menyayangi yang muda,
dan tidak mengerti hak ulama kami.” (HR. Al-Bazzar 2718 dan
Ahmad 5/323 dan lainnya)
Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Hendaklah seorang
murid memperhatikan gurunya dengan pandangan penghormatan.
Hendaklah ia meyakini keahlian gurunya dibandingkan yang lain.
Karena hal itu akan menghantarkan seorang murid untuk banyak
mengambil manfaat darinya, dan lebih bisa membekas dalam hati
terhadap apa yang ia dengar dari gurunya tersebut” (Al-Majmu’
1/84).
2. Mendoakan kebaikan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ْ َ ُ َ َْ ْ َ ُ ُ َ َ ً ْ َ ُ ْ ََ ْ ََ
َّ ‫ َﺣ‬،ُ َ ‫ﺎد ُﻋﻮا‬ ‫ﺠﺗﺪوا ﻓ‬
ِ ‫))وﻣﻦ أ ِإ ﻜﻢ ﻣﻌﺮوﻓﺎ ﻓﺎﻜ ِﻓﺌﻮه ﻓ ِﺈن ﻟﻢ‬
ُ َ َ َ
ُ ‫ﺄﻳ ُﻤ‬ َ
((‫ﻮه‬ ‫ﻳَﻌﻠ َﻢ أن ﻗﺪ ﺎﻛﻓ‬
“Apabila ada yang berbuat baik kepadamu maka balaslah
dengan balasan yang setimpal. Apabila kamu tidak bisa
membalasnya, maka doakanlah dia hingga engkau memandang
telah mencukupi untuk membalas dengan balasan yang
setimpal.” (HR. Bukhori dalam al-Adab al-Mufrod no. 216, lihat
as-Shohihah 254)
3. Merendah kepada guru
Ibnu Jama’ah rahimahullah berkata: “Hendaklah seorang
murid mengetahui bahwa rendah dirinya kepada seorang guru
adalah kemuliaan, dan tunduknya adalah kebanggaan.”
Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dengan kemuliaan
dan kedudukannya yang agung, beliau mengambil tali kekang unta
Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu seraya berkata: “Demikianlah

37
kita diperintah untuk berbuat baik kepada ulama.” (As-Syifa,
2/608)
4. Mencontoh akhlaknya.
Hendaklah seorang penuntut ilmu mencontoh akhlak dan
kepribadian guru. Mencontoh kebiasaan dan ibadahnya. Imam as-
Sam’ani rahimahullah menceritakan bahwa majelis Imam Ahmad
bin Hanbal dihadiri lima ribu orang. Lima ratus orang menulis,
sedangkan selainnya hanya ingin melihat dan meniru adab dan
akhlak Imam Ahmad. (Siyar AlamNubala, 11/316)

C. Adab Terhadap Teman.


Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh telah
mengatur bagaimana adab-adab serta batasan-batasan dalam
pergaulan. Pergaulan sangat mempengaruhi kehidupan seseorang.
Dampak buruk akan menimpa seseorang akibat bergaul dengan
teman-teman yang jelek, sebaliknya manfaat yang besar akan
didapatkan dengan bergaul dengan orang-orang yang baik.
1. Pengaruh Teman Bagi Seseorang
Banyak orang yang terjerumus ke dalam lubang kemakisatan
dan kesesatan karena pengaruh teman bergaul yang jelek. Namun
juga tidak sedikit orang yang mendapatkan hidayah dan banyak
kebaikan disebabkan bergaul dengan teman-teman yang shalih.
Dalam sebuah hadits Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman dalam
sabda beliau :
ُ َ َ ْ ََ ْ ْ َ ‫اﻟﺴ ْﻮء َﻛ‬
َّ َ ْ ََُ
َّ ‫اﺠﻟَﻠﻴﺲ‬
‫ﺤﺎ ِﻣﻞ‬ ‫ ﻓ‬،‫ﺮﻴ‬ ‫ﻜ‬
ِ ِ ِِ‫اﻟ‬ ‫ﺦ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧ‬‫و‬ ‫ﻚ‬ ‫ﺴ‬ ‫ﻤ‬ ‫اﻟ‬
ِ ِ ِ ِ ‫ﻞ‬‫ﻣ‬‫ﺎ‬‫ﺤ‬ ِ ‫و‬ ‫ﺢ‬
ِِ‫ﻟ‬‫ﺎ‬‫اﻟﺼ‬ ِ ِ ‫}ﻣﺜﻞ‬
ُ ْ َ َ ْ َ َّ َ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ َّ َ َ َ ْ ُ ْ َ َّ ْ ْ
‫ﺠﺗﺪ ِﻣﻨﻪ ِرﺤﻳًﺎ‬ ِ ‫ وإِﻣﺎ أن‬،‫ وإِﻣﺎ أن ﺗﺒﺘﺎع ِﻣﻨﻪ‬،‫اﻟ ِﻤﺴ ِﻚ ِإﻣﺎ أن ﺤﻳ ِﺬﻳﻚ‬
َ َ َ َ ْ َ َّ َ َ َ َ َ ْ ُ ْ َ َّ ْ ُ ََ ًَّ َ
{‫ﺠﺗﺪ ِرﺤﻳًﺎ ﺧ ِﺒﻴﺜﺔ‬ ِ ‫ وإِﻣﺎ أن‬،‫ﺮﻴ ِإﻣﺎ أن ﺤﻳ ِﺮق ِﻋﻴﺎﺑﻚ‬ ِ ‫ وﻧﺎ ِﻓﺦ اﻟ‬،‫ﻃ ِﻴﺒﺔ‬
‫ﻜ‬
ِ

38
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat
seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual
minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau
engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak,
engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan
pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu,
dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya
yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
2. Perintah Untuk Mencari Teman yang Baik dan Menjauhi Teman
yang Jelek
Imam Muslim rahimahullah mencantumkan hadits di atas
dalam Bab : Anjuran Untuk Berteman dengan Orang Shalih dan
Menjauhi Teman yang Buruk”. Imam An Nawawi rahimahullah
menjelaskan bahwa dalam hadits ini terdapat permisalan teman
yang shalih dengan seorang penjual minyak wangi dan teman yang
jelek dengan seorang pandai besi. Hadits ini juga menunjukkan
keutamaan bergaul dengan teman shalih dan orang baik yang
memiliki akhlak yang mulia, sikap wara’, ilmu, dan adab. Sekaligus
juga terdapat larangan bergaul dengan orang yang buruk, ahli
bid’ah, dan orang-orang yang mempunyai sikap tercela lainnya.”
(Syarh Shahih Muslim 4/227)
Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah mengatakan : “Hadits
di ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang
yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Hadits ini juga
mendorong seseorang agar bergaul dengan orang-orang yang
dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia.”( Fathul Bari
4/324)
3. Manfaat Berteman dengan Orang yang Baik
Beberapa hal yang diperoleh dari berteman dengan sahabat
yang baik :
1. Memperoleh kebaikan dari yang dilakukan teman kita.

39
2. Mendapat ketenangan dari bau harumnya kebaikan seorang
teman.
3. Kebaikan yang akan diperoleh seorang hamba yang berteman
dengan orang yang shalih lebih banyak dan lebih utama
daripada harumnya aroma minyak wangi.
4. Teman yang baik akan mengajarkan kepada kita hal-hal yang
bermanfaat bagi dunia dan agama.
5. Teman yang baik senantiasa memberi kita nasihat.
6. Teman yang baik senantiasa mengingatkan dari hal-hal yang
membuat celaka.
7. Teman yang baik senantiasa juga senantiasa memotivasi
dirimu untuk mentaati Allah, berbakti kepada kedua orangtua,
menyambung silaturahmi, dan bersabar dengan kekurangan
dirimu.
8. Teman yang baik senantiasa mengajak untuk berakhlak
mulia baik dalam perkataan, perbuatan, maupun bersikap.
Sesungguhnya seseorang akan mengikuti sahabat atau teman
dekatnya dalam tabiat dan perilakunya. Keduanya saling
terikat satu sama lain, baik dalam kebaikan maupun dalam
kondisi sebaliknya.
9. Jika kita tidak mendapatkan kebaikan-kebaikan di atas, masih
ada manfaat lain yang penting jika berteman dengan orang
yang shalih. Minimal diri kita akan tercegah dari perbuatan-
perbuatn buruk dan maksiat. Teman yang shalih akan
senantiasa menjaga dari maksiat, dan mengajak berlomba-
lomba dalam kebaikan, serta meninggalkan kejelekan.
4. Bahaya Berteman dengan Orang yang Jelek
Sebaliknya, bergaul dengan teman yang buruk juga ada dua
kemungkinan yang kedua-duanya buruk. Kita akan menjadi jelek atau
kita akan ikut memperoleh kejelekan yang dilakukan teman kita.

40
5. Kebaikan Seseorang Bisa Dilihat Dari Temannya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan
teman sebagai patokan terhadapa baik dan buruknya agama
seseorang. Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kepada kita agar memilih teman dalam bergaul.
Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :

{‫}اﻤﻟﺮء ﺒﻟ دﻳﻦ ﺧﻠﻴﻠﻪ ﻓﻠﻴﻨﻈﺮ أﺣﺪﻛﻢ ﻣﻦ ﺨﻳﺎﻟﻞ‬


“Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya.
Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman
dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh
Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)
6. Jangan Sampai Menyesal
Memilih teman yang jelek akan menyebakan rusak agama
seseorang. Jangan sampai kita menyesal pada hari kiamat nanti
karena pengaruh teman yang jelek sehingga tergelincir dari jalan
kebenaran dan terjerumus dalam kemaksiatan. Renungkanlah
irman Allah berikut :
“Dan ingatlah ketika orang-orang zalim menggigit kedua
tanganya seraya berkata : “Aduhai kiranya aku dulu mengambil
jalan bersama Rasul. Kecelakaan besar bagiku. Kiranya dulu aku
tidak mengambil fulan sebagai teman akrabku. Sesungguhnya
dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an sesudah Al Qur’an itu
datang kepadaku. Dan setan itu tidak mau menolong manusia”
(Al Furqan:27-29)
Lihatlah bagaimana Allah menggambarkan seseorang yang
telah menjadikan orang-orang yang jelek sebagai teman-temannya
di dunia sehingga di akhirat menyebabkan penyesalan yang sudah
tidak berguna lagi.

41
7. Sifat Teman yang Baik
Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah berkata :

َ َ َْ َُُ ْ ُ َُُّ ْ َ ْ َ ْ ُ َ ْ َ ََْ َ َ ْ ُ َ


: ‫ﺎل‬
ٍ ‫ ﻓﻴﻨﺒ ِﻰﻐ أن ﻳﻜﻮن ِﻓﻴﻤﻦ ﺗﺆﺛِﺮ ﺻﺤﺒﺘﻪ ﻤﺧﺲ ِﺧﺼ‬،‫)و ِ ﻤﺟﻠ ٍﺔ‬
َ َ َ ُ َ َ َ ُُ ْ ُ ً َ َ ْ ُ َ ْ
‫ﺮﻳﺺ‬ٍ ‫ﻓﺎﺳ ٍﻖ وﻻ ﻣﺒﺘ ِﺪ ٍع وﻻ ﺣ‬
ِ ‫أن ﻳﻜﻮن ﺨﻗِﻼ ﺣﺴﻦ اﺨﻟﻠﻖ ﻏﺮﻴ‬
َ
(‫ﺒﻟ ا ُّ ﻧﻴَﺎ‬
“Secara umum, hendaknya orang yang engkau pilih menjadi
sahabat memiliki lima sifat berikut: orang yang berakal,
memiliki akhlak yang baik, bukan orang fasik, bukan ahli
bid’ah, dan bukan orang yang rakus dengan dunia.” (Mukhtasar
Minhajul Qashidin 2/36).

42
ADAB KESEHARIAN

A. Adab Makan dan Minum


1. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal.
Allah Ta’ala telah memerintahkan kepada kita agar memakan
makanan yang halal lagi baik.
2. Mendahulukan makan daripada shalat jika makanan telah
dihidangkan.
Yang dimaksud dengan telah dihidangkan yaitu sudah siap
disantap. Faidahnya supaya hati kita tenang dan tidak memikirkan
makanan ketika shalat.
3. Tidak makan dan minum dengan menggunakan wadah yang
terbuat dari emas dan perak, karena hal tersebut dilarang oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
4. Tidak berlebih-lebihan dan boros.
Sesungguhnya berlebih-lebihan adalah di antara sifat setan
dan sangat dibenci Allah Ta’ala.
5. Mencuci tangan sebelum makan.
Selain lebih higienis hal tersebut juga termasuk amalan para salaf.
6. Tidak menyantap makanan dan minuman dalam keadaan masih
sangat panas ataupun sangat dingin karena hal ini membahayakan
tubuh.
7. Termasuk kebiasaan para Salaf adalah makan tidak sampai
kenyang atau kekenyangan.
8. Dianjurkan memuji makanan dan dilarang mencelanya.

43
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mencela
makanan sama sekali. Apabila beliau menyukainya, maka beliau
memakannya. Dan apabila beliau tidak suka terhadapnya, maka
beliau meninggalkannya.
9. Membaca tasmiyah (basmallah) sebelum makan.
Dan diantara faedah membaca basmalah di setiap makan
adalah agar setan tidak ikut makan apa yang kita makan.
10. Makan dan minum dengan tangan kanan dan dilarang dengan
tangan kiri.
11. Makan mulai dari makanan yang terdekat.
12. Memungut makanan yang jatuh, membersihkannya, kemudian
memakannya.
Hal ini merupakan salah satu bentuk syukur atas makanan
yang telah Allah Ta’ala berikan dan bentuk kepedulian kita
terhadap fakir miskin.
13. Makan dengan tiga jari (yaitu dengan ibu jari, telunjuk, dan jari
tengah) kemudian menjilati jari dan wadah makan selesai makan
atau menjilatkannya kepada orang lain.
Maksudnya, yaitu menjilatkan pada orang lain yang tidak
merasa jijik dengannya, misalnya anaknya saat menyuapinya, atau
suaminya.
14. Duduk bersimpuh atau duduk dengan menduduki satu kaki saat
makan.
Ini juga termasuk sunnah dan adab saat makan.
15. Apabila ada lalat terjatuh dalam minuman hendaknya kita
celupkan lalat itu seluruhnya ke dalam minuman.
Hal inilah yang dilakukan oleh rasulullah saat hal tersebut
terjadi.

44
16. Bersyukur kepada Allah Ta’ala setelah makan.
Terdapat banyak cara bersyukur atas kenikmatan yang Allah
Ta’ala berikan kepada kita, salah satunya dengan lisan kita selalu
memuji Allah Ta’ala setelah makan (berdoa setelah makan). Doa
setelah makan:
َ َّ َ ْ َْ َ ْ ًَ َ ُ ًّ َ ًْ َ ً َْ ُ ‫اﺤﻟ َ ْﻤ‬
ّ ِ ‫ﺮﻴ َﻣﻜ‬
‫ﻲﻔ َوﻻ ُﻣ َﻮد ٍع َوﻻ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﻪ‬
ِ ‫ﻴ‬‫ﻓ‬ِ ‫ﺎﻛ‬‫ﺎر‬‫ﺒ‬‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺒ‬‫ﻴ‬ِ ‫ﻃ‬ ‫ا‬‫ﺮﻴ‬ ‫ﺜ‬
ِ ‫ﻛ‬ ‫ا‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻤﺣ‬ ‫ﷲ‬
ِ ِ ‫ﺪ‬
ٍ
َ َُْ ْ
‫ُﻣ ْﺴﺘَﻐ ًﻰﻨ ﻗﻨﻪ َر َّﺑﻨﺎ‬
17. Buruknya makan sambil berdiri dan boleh minum sambil berdiri,
tetapi yang lebih utama sambil duduk.
18. Minum tiga kali tegukan seraya mengambil nafas di luar gelas.
Adapun bernafas dalam gelas maka hal tersebut dilarang oleh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
19. Berdoa sebelum minum susu dan berkumur-kumur sesudahnya.
ُْ َْ ْ َ ْ َ َّ ُ ّٰ
«‫ﺎرك ﺠَﺎ ِﻓﻴ ِﻪ َو ِزدﻧﺎ ِﻣﻨﻪ‬
ِ ‫اﻟﻠﻬﻢ ﺑ‬
Ya Allah, berikanlah kami keberkahan pada (air susu ini) dan
tambahkanlah (air susu tersebut) bagi kami.
20. Dianjurkan bicara saat makan, tidak diam dan tenang menikmati
makanan seperti halnya orang-orang Yahudi.

B. Adab Berpakaian
a. Kriteria umum pakaian muslim dan muslimah dan adabnya:
1. Menutup aurat.
2. Tidak terlalu tipis.
3. Tidak transparan.
4. Tidak menampakkan lekuk tubuh (ketat).

45
5. Tidak bergambar makhluk bernyawa.
6. Sederhana dan tidak mewah.
7. Tidak menyerupai pakaian khas orang-orang ka ir, bergambar
simbol atau lambang agama diluar Islam, bertuliskan kata-
kata kekufuran atau nama-nama tokoh mereka.
8. Bukan pakaian atau perhiasan apa saja bagi lawan jenis.
9. Bukan pakaian syuhrah (pakaian yang dipakai dengan maksud
agar terkenal).
10. Mencuci dan membersihkan pakaian yang kotor terlebih
apabila terkena najis
11. Memulai mengenakan pakaian dengan tangan kanan dahulu.
12. Saat mengenakan pakaian membaca doa :
ْ َ ْ ْ َ َ َ َ َ ْ َّ َ َ ْ َ َ ْ َّ ْ َ
ُ ‫ﺤﻟ َ ْﻤ‬
‫ﺮﻴ َﺣ ْﻮ ٍل‬
ِ ‫ﻟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬
ِ ‫ﻪ‬
ِ ‫ﻴ‬‫ﻨ‬ِ ‫ﻗ‬‫ز‬‫ر‬‫و‬ (‫ب‬‫ﻮ‬ ‫)اﺨﻛ‬ ‫ا‬ ‫ﺬ‬ ‫ﻫ‬ ِ ‫ﺎ‬ ‫ﺴ‬ ‫ﻛ‬ ‫ي‬ ِ ‫ا‬ ‫ﷲ‬
ِ ِ ‫ﺪ‬ ‫ا‬
ُ َ ّْ
‫ﻲﻨ َوﻻ ﻗ َّﻮ ٍة‬ ِ ‫ِﻣ‬
13. Apabila pakaian tersebut baru, membaca doa :
ْ َ َ ْ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ َ َّ ُ ّٰ
‫ﺮﻴ َﻣﺎ ُﺻ ِﻨ َﻊ‬
ِ ‫ﺮﻴ ِه وﺧ‬
ِ ‫اﻟﻠﻬﻢ ﻟﻚ اﺤﻟﻤﺪ أﻧﺖ ﻛﺴﻮﺗ ِﻨﻴ ِﻪ أﺳﺄﻟﻚ ِﻣﻦ ﺧ‬
ُ َ ‫ﺮﺷ َﻣﺎ ُﺻﻨ َﻊ‬ّ َ ‫ﺮﺷ ِه َو‬ َ ُ ُ ََ َُ
ّ َ ‫ﻚ ِﻣ ْﻦ‬
ِ ِ ِ ِ‫وأﻋﻮذ ﺑ‬
Dan bagi yang melihat saudaranya mengenakan baju baru,
hendaknya mengucapkan :
َ َ ُ ُ ُْ ُْ
‫اﷲ ﻳ َﻌﺎﻰﻟ‬ ‫ﻳﺒ ِﻲﻠ َوﺨﻳ ِﻠﻒ‬
b. Kriteria tambahan khusus muslim
1. Tidak isbal (menutupi mata kaki)
2. Tidak terbuat dari sutra atau berhiaskan emas.
3. Memakai pakaian polos dan berwarna putih, terutama pada

46
saat shalat berjamaah.
4. Mengenakan peci, atau imamah.
c. Kriteria tambahan khusus muslimah
1. Dianjurkan berwarna gelap
2. Menutupi seluruh tubuh baik wajah dan telapak tangannya
(untuk niqab, dan sarung tangan menyesuaikan situasi dan
kondisi).
3. Tidak menampakkan perhiasan pada non mahram.
4. Diperbolehkan mengenakan kain sutra dan perhiasan emas

C. Adab Tidur
1. Tidak mengakhirkan tidur malam (begadang) selepas shalat Isya’
kecuali ada kepentingan yang bermanfaat seperti untuk mengulang
(muraja’ah) ilmu atau menyambut tamu atau menemani keluarga.
2. Membersihkan tempat tidur sebelum tidur.
3. Tidur dalam keadaan berwudhu.
4. Dianjurkan memakai celak mata.
5. Tidak dibenarkan telungkup dengan posisi perut sebagai
tumpuannya baik ketika tidur malam ataupun tidur siang.
6. Berbaring ke sisi kanan.
7. Meniup kedua telapak tangan sambil membaca surat Al Ikhlash,
surat Al Falaq, dan surat An Naas, masing-masing sekali. Setelah
itu mengusap kedua tangan tersebut ke wajah dan bagian tubuh
yang dapat dijangkau. Kemudian menanti terpejamnya mata
dengan muhasabah, beristighfar dan bertaubat.
8. Membaca ayat kursi sebelum tidur.
9. Membaca doa sebelum tidur :

َ ْ َ َ ُ ُ َ َّ ُ ّٰ َ ْ
«‫»ﺑِﺎﺳ ِﻤﻚ اﻟﻠﻬﻢ أﻣﻮت وأﺣﻴﺎ‬
47
10. Disunnahkan apabila hendak membalikkan tubuh (dari satu sisi
ke sisi yang lain) ketika tidur malam untuk mengucapkan do’a:
َْ َ ْ ُ ‫اﷲ اﻟ ْ َﻮاﺣ ُﺪ اﻟْ َﻘ َّﻬ‬
َّ ‫ َر ُّب‬،‫ﺎر‬ َّ َ َ
‫ات َواﻷ ْر ِض َو َﻣﺎ ﺑَﻴﻨ ُﻬ َﻤﺎ‬
ِ
َ ‫اﻟﺴ َﻤ‬
‫ﺎو‬ ِ
ُ ‫ﻻ‬ ‫»ﻻ ِإ ِإ‬
ُ ‫اﻟْ َﻌﺰﻳْ ُﺰ اﻟْ َﻐ َّﻔ‬
«‫ﺎر‬ ِ
11. Apabila merasa gelisah, risau, merasa takut ketika tidur malam
atau merasa kesepian maka dianjurkan sekali baginya untuk
berdo’a sebagai berikut:

ّ َ ‫ﻣﻦ َﻏ َﻀﺒﻪ َو ِﻋ َﻘﺎﺑﻪ َو‬ َّ َّ َ ُُْ َ


‫ﺮﺷ ِﻋﺒَﺎ ِد ِه َو ِﻣ ْﻦ‬
ِ ِِ ِِ
ْ ‫ﺎﻣﺎت‬
ِ ‫اﺤﻛ‬ ‫ﷲ‬ ‫ا‬ ‫ﺎت‬ َ ‫ﻜﻠ‬
ِ ِ ِ ِ‫»أﻋﻮذ ﺑ‬
‫ﻤ‬
«‫ﺮﻀ ْو ِن‬ُ ُ ْ‫ﺎﻃ ْﻦﻴ َوأَ ْن َﺤﻳ‬ َ َّ ََ َ
ِ ِ ‫ات اﻟﺸﻴ‬ ِ ‫ﻫﻤﺰ‬
12. Membaca doa saat bangun tidur :
َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َّ
ُ«‫ َوإ َ ْﻪ اﻟﻨُّ ُﺸﻮر‬،‫ﺎﻳﻨَﺎ‬ ُ ْ ْ
ِ ِ ِ ِ ‫»اﺤﻟَﻤﺪ‬
‫ﷲ ا ِ ى أﺣﻴﺎﻧﺎ ﻧﻌﺪ ﻣﺎ أﻣ‬
13. Menceritakan mimpi baik karena hal tersebut datangnya dari
Allah, dan tidak diperbolehkan menceritakan mimpi buruk kepada
orang lain.

D. Adab Buang Hajat


1. Hendaknya mencari tempat yang tertutup.
2. Tidak membawa sesuatu yang bertuliskan nama Allah.
3. Tidak diperbolehkan menyebut nama Allah di dalam jamban atau
wc, termasuk menjawab salam, menjawab adzan dsb.
4. Sebelum masuk tempat buang hajat membaca do’a:

َ َ ْ َ ُ ُ ْ َ َ ُ ُ َ ّ َّ ُ
ِ ِ‫ﺚ واﺨﻟﺒﺎﺋ‬
((‫ﺚ‬ ِ ‫))اﻟﻠﻬﻢ ِإ ِ أﻋﻮذ ﺑِﻚ ِﻣﻦ اﺨﻟﺒ‬
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari setan

48
laki-laki dan setan perempuan.”
5. Memasuki kamar mandi dengan mendahulukan kaki kiri dan
keluar mendahulukan kaki kanan.
6. Saat membuang hajat tidak menghadap atau membelakangi kiblat.
7. Tidak berbicara saat buang hajat kecuali untuk perkara darurat
saja.
8. Tidak membuang hajat di tempat orang-orang berteduh manusia,
atau di tempat yang sering dilewati manusia, atau membuang
hajat di air yang tergenang.
9. Tidak menyentuh kemaluan dengan tangan kanan.
10. Beristinja’ dengan tangan kiri, bisa dengan menggunakan air
(istinja’) atau menggunakan minimal tiga batu (istijmar).
11. Memerciki kemaluan dan celana dengan air setelah kencing untuk
menghilangkan was-was.
َ َ َْ ُ
12. Keluar dari kamar mandi membaca : «‫ »ﻟﻔﺮاﻧﻚ‬artinya : “ya Allah
aku memohon ampunanMu”

E. Adab Berbicara
1. Menjaga lisan.
2. Ucapkan perkataan yang baik atau diamlah, karena kalimat yang
baik adalah shadaqah.
3. Peringatan akan ghibah dan namimah (mengadu domba).
Termasuk juga bullying.
4. Larangan menceritakan setiap apa yang ia dengar.
5. Peringatan terhadap kedustaan.
6. Larangan berbuat keji dan mengucapkan perkataan keji.
7. Keutamaan meninggalkan perdebatan walau ia berada dalam
kebenaran.
8. Larangan membuat suatu kaum tertawa dengan perkataan dusta.

49
9. Apabila seseorang menceritakan sesuatu kepada saudaranya lalu
ia berpaling, maka yang diceritakannya adalah suatu amanah.
10. Mendahulukan yang lebih tua dalam berbicara.
11. Tidak Memotong Pembicaraan
12. Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa.
13. Merendahkan suara ketika berbicara.

Maraji’ :
- Abdul Aziz bin Abdullah bin baz / birrul walidain / www.binbaz.
org.sa
- Abdul Aziz bin Abdullah bin baz / Adaabul Kalam / www.binbaz.
org.sa
- Lilik Ibadurrahman / Adab terhadap guru / www.muslim.or.id
- Abu Tholhah Andri Abdul Halim / Adab terhadap orang tua /
www.alsofwah.or.id
- Abdurrahman Mubarak / Adab - adab berteman /www.asysyariah.
com
- Adika M / Pengaruh teman bergaul / www.muslim.or.id
- Abu Yahya badrus salam/adab berbicara/www.radiorodja.com
- Dan lain - lain

50
FIQIH

A. Fiqih Wudhu
1. Pengertian Wudhu
Yang dimaksud wudhu adalah menggunakan air yang suci
untuk bersuci dengan cara yang khusus di empat anggota badan
yaitu, wajah, kedua tangan, kepala, dan kedua kaki.
Allah ta’ala ber iraman : “Hai orang-orang yang beriman,
apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu
dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” (QS. Al-Maidah: 6)
2. Sifat Wudhu
a. Hal hal yang harus diperhatikan sebelum berwudhu :
Berwudhu dengan air suci.
Boleh tidak berwudhu jika sudah mandi.
Dianjurkan untuk berwudhu setiap hendak shalat meski
belum batal.
Tidak berlebihan dalam menggunakan air.
b. Sifat Wudhu :
Berniat wudhu (dalam hati) untuk menghilangkan hadats.
Mengucapkan basmalah (bacaan bismillah).
Membasuh dua telapak tangan sebanyak 3 kali.
Mengambil air dengan tangan kanan kemudian memasuk-
kannya ke dalam mulut dan hidung untuk berkumur-kumur
dan istinsyaq (memasukkan air dalam hidung). Kemudian

51
beristintsar (mengeluarkan air dari hidung) dengan tangan
kiri sebanyak 3 kali.
Membasuh seluruh wajah dan menyela-nyelai jenggot
sebanyak 3 kali.
Membasuh tangan kanan hingga siku bersamaan
dengan menyela-nyelai jemari sebanyak 3 kali kemudian
dilanjutkan dengan yang kiri.
Mengusap seluruh kepala dengan cara mengusap dari
depan ditarik ke belakang, lalu ditarik lagi ke depan,
dilakukan sebanyak 1 kali, dilanjutkan menyapu bagian
luar dan dalam telinga sebanyak 1 kali.
Membasuh kaki kanan hingga mata kaki bersamaan
dengan menyela-nyelai jemari sebanyak 3 kali kemudian
dilanjutkan dengan kaki kiri.
Adapun tata cara wudhu secara ringkas ini didasarkan pada
hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam :
Dari Humroon (mantan budak Utsman bin Affan), suatu ketika
‘Utsman memintanya untuk membawakan air wudhu (dengan
wadah), kemudian ia tuangkan air dari wadah tersebut ke kedua
tangannya. Maka ia membasuh kedua tangannya sebanyak tiga
kali, lalu ia memasukkan tangan kanannya ke dalam air wudhu
kemudian berkumur-kumur, lalu beristinsyaq dan beristintsar.
Lalu beliau membasuh wajahnya sebanyak tiga kali, (kemudian)
membasuh kedua tangannya sampai siku sebanyak tiga kali
kemudian menyapu kepalanya (sekali sajapent.) kemudian membasuh
kedua kakinya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengatakan,
“Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam berwudhu dengan
wudhu yang semisal ini dan beliau shallallahu ‘alaihi was sallam
mengatakan, “Barangsiapa yang berwudhu dengan wudhu semisal
ini kemudian sholat 2 roka’at (dengan khusyuked.)dan ia tidak
berbicara di antara wudhu dan sholatnya maka Allah akan ampuni

52
dosa-dosanya yang telah lalu”.
3. Rukun Wudhu
1. Membasuh wajah, termasuk berkumur dan menghirup air
melalui hidung
2. Membasuh kedua tangan hingga siku.
3. Mengusap seluruh kepala. Dan telinga termasuk kepala.
4. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki.
4. Doa selesai berwudhu.
ُ ً َ ُ َّ ْ َّ َ َ ْ
(‫أﺷ َﻬ ُﺪ أن ﻻ ا إﻻ اﷲ َوأﺷ َﻬ ُﺪ أن ﺤﻣ َّﻤﺪا ﻋﺒُ ُﺪ ُه َو َر ُﺳ ْﻮ )رواه ﻣﺴﻠﻢ‬

B. Fiqih Tayammum
1. Pengertian Tayammum

ُ ْ َّ
Tayamum adalah membasuh wajah dan kedua telapak
tangan dengan menggunakan ash-sha’iid (‫ )اﻟﺼ ِﻌﻴﺪ‬suci yang
menggantikan bersuci menggunakan air jika memang tidak bisa
menggunakan air.
Sha’iid adalah seluruh permukaan bumi yang dapat digunakan
untuk bertayammum baik yang terdapat tanah di atasnya ataupun
tidak
2. Sifat Tayammum
Berniat tayammum (dalam hati) untuk menghilangkan hadats
Menepukkan kedua telapak tangan ke permukaan tanah
dengan sekali tepukan kemudian meniupnya.
Kemudian menyapu punggung telapak tangan kanan dengan
tangan kiri dan sebaliknya.
Kemudian menyapu wajah dengan dua telapak tangan.

53
Semua usapan baik ketika mengusap telapak tangan dan wajah
dilakukan sekali usapan saja.
Bagian tangan yang diusap adalah bagian telapak tangan
sampai pergelangan tangan saja tidak sampai siku seperti
pada saat wudhu
Tayammum dapat menghilangkan hadats besar semisal
janabah, demikian juga untuk hadats kecil.
Tidak wajibnya urut/tertib dalam tayammum.
Dan dalam salah satu lafadz riwayat Bukhori :
ً َ َ ْ َّ َ َ ُ َ ْ َ َ َ َ َ
‫اﺣﺪة‬
ِ ‫وﻣﺴﺢ وﺟﻬﻪ وﻛﻔﻴ ِﻪ و‬
“Dan beliau mengusap wajahnya dan kedua telapak
tangannya dengan sekali usapan”.
3. Rukun tayammum
1. Berniat
2. Mengusap Muka.
3. Mengusap Tangan.
4. Tertib (berurutan)
4. Doa setelah bertayammum
(doa setelah tayammum adalah doa setelah berwudhu)

C. Fiqih Mandi
1. Pengertian Mandi
Pada dasarnya mandi besar sama dengan akti itas mandi sehari
hari, hanya saja yang membedakan adalah: pertama, diharuskan
mengiringi niat bersuci dari hadats besar, (bersenggama, junub,
haid, nifas, dan lain - lain). Kedua, dianjurkan untuk berwudhu
dahulu sebagaimana wudhu untuk shalat. Ketiga, meratakan air
ke seluruh tubuh.

54
2. Sifat Mandi
Mencuci tangan terlebih dahulu sebanyak tiga kali sebelum
tangan tersebut dimasukkan dalam bejana atau sebelum
mandi.
Membersihkan kemaluan dan kotoran yang ada dengan tangan
kiri.
Mencuci tangan setelah membersihkan kemaluan dengan
menggosokkan ke tanah atau dengan menggunakan sabun.
Berwudhu dengan wudhu yang sempurna seperti ketika
hendak shalat.
Mengguyur air pada kepala sebanyak tiga kali hingga sampai
ke pangkal rambut.
Memulai mencuci kepala bagian kanan, lalu kepala bagian kiri.
Menyela-nyela rambut.
Mengguyur air pada seluruh badan dimulai dari sisi yang
kanan setelah itu yang kiri.
Catatan : sifat mandi tambahan (bagi wanita) Untuk mandi
karena haidh dan nifas, tata caranya sama dengan mandi junub
diatas namun ditambahkan dengan beberapa hal berikut ini:
Menggunakan sabun dan pembersih lainnya beserta air.
Melepas kepangan sehingga air sampai ke pangkal rambut.
Ketika mandi sesudah masa haidh, seorang wanita disunnahkan
membawa kapas atau potongan kain untuk mengusap tempat
keluarnya darah guna menghilangkan sisa-sisanya. Selain
itu, disunnahkan mengusap bekas darah pada kemaluan
setelah mandi dengan minyak misk atau parfum lainnya. Hal
ini dengan tujuan untuk menghilangkan bau yang tidak enak
karena bekas darah haidh
3. Rukun mandi
Hakikat mandi adalah mengguyur seluruh badan dengan air,
55
yaitu mengenai rambut dan kulit. Inilah yang diterangkan dalam
banyak hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya
adalah hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha yang menceritakan tata
cara mandi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ّ ُ َ َ َ َ َ َ ْ ُ ُ َّ ُ
((‫ﻠﻛ ِﻪ‬
ِ ِ‫)) ﻋﻢ ﻳ ِﻔﻴﺾ اﻟﻤﺎء ﺒﻟ ﺟﺴ ِﺪه‬
“Kemudian beliau mengguyur air pada seluruh badannya.” (HR.
An Nasa-i no. 247. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini shahih)
Dari beberapa hadits diatas dapat disimpulkan bahwa rukun
mandi hanya satu yaitu meratakan air ke seluruh anggota badan.
4. Doa setelah Mandi
(Tidak ada do’a khusus setelah mandi yang diajarkan oleh
Rasulullah).

D. Fiqih Shalat.
1. Sifat shalat
a. Hal hal yang perlu diperhatikan :
Berjalan menuju shalat dengan keadaan tenang dan tidak
tergesa-gesa,dan berangkat di awal waktu.
Saat memasuki masjid membaca doa :
َ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َّ ُ ّٰ َ
‫ﻤﺣ ِﺘﻚ‬‫اﻟﻠﻬﻢ اﻓﺘﺢ ِﻲﻟ أﺑﻮاب ر‬
Lalu masuk dengan dengan mendahulukan kaki kanan.
Mendirikan shalat sunnah (syukrul wudhu, tahyatul masjid,
rawatib) atau dilakukan di asrama.
Shalat menghadap ke sutrah
Berhenti dari shalat sunnah manakala iqamah
dikumandangkan

56
Berdoa diantara adzan dan iqamah
Tidak mengeraskan bacaan Al Quran disisi orang yang
sedang shalat
Tidak berjalan melewati orang yang shalat (antara orang
tersebut dengan sutrah di depannya)
b. Sifat shalat :
Niat di dalam hati
Berdiri bagi yang mampu, atau bersandar, atau duduk atau
berbaring sesuai dengan kemampuannya.
Bertakbiratul ikhram (mengangkat tangan setinggi bahu
atau telinga seraya bertakbir)
Meletakkan telapak tangan kanan diatas pergelangan
tangan kiri.
Mengarahkan pandangan ke tempat sujud.
Membaca do’a istiftah (memilih salah satu saja diantara
bacaan - bacaan istiftah yang ada) diantaranya :
ْ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ ْ َ ْ َ َّ ُ ّٰ
‫ﺮﺸ ِق‬ ِ ‫»اﻟﻠﻬﻢ ﺑﺎ ِﻋﺪ ﺑﻴ ِﻲﻨ وﺑﻦﻴ ﺧﻄﺎﻳﺎي ﻛﻤﺎ ﺑﺎﻋﺪت ﻧﻦﻴ اﻟﻤ‬
ُ َ َّ َ ُ َ َ َ َ َ ْ ّ َ ّٰ ْ
‫ﺎي ﻛ َﻤﺎ ﻓﻨﻰﻘ اﺨﻛَّ ْﻮ ُب اﻷ ْﻧﻴَﺾ‬ ‫ اﻟﻠ ُﻬ َّﻢ ﻧ ِﻘ ِﻲﻨ ِﻣﻦ ﺧﻄﺎﻳ‬،‫َواﻤﻟﻐ ِﺮب‬
ْ ْ َ َ َ َ ْ ْ ْ ّٰ َ
‫ﺎي ﺑِﺎﻟ َﻤﺎ ِء َواﺨﻛَّﻠ ِﺞ‬ ‫ اﻟﻠ ُﻬ َّﻢ اﻏ ِﺴﻠ ِﻲﻨ ِﻣﻦ ﺧﻄﺎﻳ‬،‫ِﻣ َﻦ ا َّ ﻧ ْﺲ‬
َ َ ‫َو‬
«‫اﻟﺮﺒ ِد‬
“Ya, Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesa-
lahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur
dan barat. Ya, Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-
kesalahanku sebagaimana baju putih dibersihkan dari
kotoran. Ya, Allah cucilah aku dari kesalahan-kesa-
lahanku dengan air, salju dan embun.”

57
Kemudian berta’awudz dan mengucap basmalah dan
dilanjutkan membaca Al fatihah dan surat atau ayat Al
Quran yang dihafal
Kemudian mengangkat tangan, mengucap takbir dan rukuk
dengan tangan mencengkram kedua lutut, seraya membaca
doa rukuk (memilih atau fariasi) :

‫ﻴﻢ‬ َ ْ َ ‫ﺎن َر ّﺑ‬


َ َ ْ ُ
ِ ‫ـﻰ اﻟﻌ ِﻈ‬ِ ‫ﺳﺒﺤ‬
“Maha Suci Rabbku, lagi Maha Agung.”
َْ َ ْ َ ‫ﺎن َر ّﺑ‬
َ َ ْ ُ
ِ‫ﻴﻢ َو ِﺤﺑﻤ ِﺪه‬
ِ ‫ـﻰ اﻟﻌ ِﻈ‬ِ ‫ﺳﺒﺤ‬
“Maha Suci Rabbku lagi Maha Agung dan segenap pujian
bagi-Nya”
ْ ّٰ ْ َ ّٰ َ َ َ ْ ُ
.‫ اﻟﻠ ُﻬ َّﻢ اﻏ ِﻔ ْﺮ ِﻰﻟ‬،‫ﺤﺎﻧﻚ اﻟﻠ ُﻬ َّﻢ َر َّﺑﻨﺎ َو ِﺤﺑَﻤ ِﺪ َك‬ ‫ﺳﺒ‬
“Maha Suci Engkau ya, Allah, dan dengan memuji-Mu Ya,
Allah ampunilah aku.”
Kemudian berdiri (I’tidal) mengangkat kedua tangan
ْ َ ُ َ َ
setinggi bahu atau telinga seraya mengucap ‫)ﺳ ِﻤﻊ اﷲ ﻟِﻤﻦ‬
َُ َ
(‫ﻤﺣﺪه‬
ِ lalu membaca (memilih salah satu):
ْ ْ َ َ َ
‫َر َّﺑﻨﺎ ﻟﻚ اﺤﻟَﻤ ُﺪ‬
“Rabb kami, segala puji kepada-Mu”
ْ ْ َ َ َ
‫َر َّﺑﻨﺎ َوﻟﻚ اﺤﻟَﻤ ُﺪ‬
“Rabb kami, dan segala puji kepada-Mu”
ً َ َ ُ ً ّ َ ً َ ً ْ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ َ َّ َ
‫ﺎرﺎﻛ ِﻓﻴ ِﻪ‬ ‫ ﻤﺣﺪا ﻛ ِﺜﺮﻴا ﻃ ِﻴﺒﺎ ﻣﺒ‬،‫رﺑﻨﺎ وﻟﻚ اﺤﻟﻤﺪ‬

58
“Wahai Rabb kami, dan hanya bagi-Mu segala puji, aku
memuji-Mu dengan pujian yang banyak, yang baik dan
penuh dengan berkah.”

َ‫اﻷ ْرض َوﻣ ْﻞ َء ﻣﺎ‬ َ ْ َ َ َّ َ ْ ُ ْ ْ َ َ َ َّ َ َّ ُ ّٰ


ِ ِ ‫ات َو ِﻣﻞ َء‬
ِ ‫اﻟﻠﻬﻢ رﺑﻨﺎ ﻟﻚ اﺤﻟَﻤﺪ ِﻣﻞء اﻟﺴﻤﻮ‬
َ‫ﻻ َﻣﺎﻧ َﻊ ﻟ َﻤﺎ أَ ْﻗ َﻄﻴْﺖ‬ َ ْ َ ْ َ َ َّ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ْ
‫ٍء ﻧﻌﺪ أﻫﻞ اﺨﻛﻨﺎ ِء واﻟﻤﺠ ِﺪ‬ ‫ِﺷﺌﺖ ِﻣﻦ‬
ِ ِ
ُّ ْ َ ْ ّ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ُ َ َ
‫ﺖ َوﻻ ﻓﻨﻔ ُﻊ ذا اﺠﻟ َ ِﺪ ِﻣﻨﻚ اﺠﻟَﺪ‬ ‫وﻻ ﻣﻌ ِﻄﻰ ﻟِﻤﺎ ﻣﻨﻌ‬
“Ya Allah rabb kami segala puji bagiMu Sepenuh langit
dan sepenuh bumi, serta sepenuh apa yang Engkau
inginkan dari sesuatu setelahnya. Engkau adalah Dzat
yang berhak mendapat pujian dan kemuliaan. Ya Allah,
tidak ada yang bisa menahan apa yang Engkau berikan.
Dan tidak ada yang bisa memberikan apa yang Engkau
tahan. Tidak bermanfaat dari-Mu kemuliaan/kedudukan
orang yang memiliki kemuliaan”
Catatan :
Makmum tidak mengucap tasmi’ tetapi langsung
membaca do’a I’tidal
Kemudian bertakbir (tanpa mengangkat tangan) dan sujud
dengan tujuh anggota sujud. Yaitu : (1,2) Telapak tangan
kanan dan kiri, (3,4) Lutut kanan dan kiri, (5,6) Ujung kaki
kanan dan kiri, dan (7) Dahi sekaligus dengan hidung.
Kemudian membaca doa sujud (memilih salah satu atau
fariasi) :
َْ َ َ َّ َ َ ْ ُ
‫ﺳﺒﺤﺎن رﺑِـﻰ اﻷﺒﻟ‬
“Mahasuci Rabbku Yang Maha Tinggi.”
ْ َْ َ َ َّ َ َ ْ ُ
‫ـﻰ اﻷﺒﻟ َو ِﺤﺑَﻤ ِﺪ ِه‬ ِ‫ﺳﺒﺤﺎن رﺑ‬
59
“Maha suci Rabbku Yang Maha tinggi dan pujian bagi-
Nya.” (3 kali)
ْ ّٰ ْ َ ّٰ َ َ َ ْ ُ
‫ اﻟﻠ ُﻬ َّﻢ اﻏ ِﻔ ْﺮ ِﻰﻟ‬،‫ﺤﺎﻧﻚ اﻟﻠ ُﻬ َّﻢ َر َّﺑﻨﺎ َو ِﺤﺑَﻤ ِﺪ َك‬ ‫ﺳﺒ‬
“Maha suci Engkau ya Allah wahai Rabbku dan segala
puji bagi Mu”
Kemudian bangkit dari sujud (duduk iftirasy) yaitu dengan
duduk diatas telapak kaki kiri dan menegakkan telapak
kaki kanan seraya membaca doa :

ْ ْ‫ار ُزﻗ‬
ْ ‫اﻫﺪ ْ َو‬ ْ َ ْ ْ ُ ْ َ ْ ْ َ ْ َ ْ ْ ْ َّ ُ ّٰ
‫ﻲﻨ‬ِ ِ ِ ‫اﻟﻠﻬﻢ اﻏ ِﻔﺮ ِﻲﻟ وارﻤﺣ ِﻲﻨ واﺟﺮﺒ ِﻰﻳ و‬
“Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku, cukupilah
kekuranganku, tunjukilah aku, dan berilah aku rizki”
ْ ّ ْ ّ
‫َر ِ اﻏ ِﻔ ْﺮ ِﻲﻟ َر ِ اﻏ ِﻔ ْﺮ ِﻲﻟ‬
“Rabbku ampunilah aku, Rabbku ampunilah aku”
Kemudian bangun mengucap takbir untuk rakaat kedua
dari dua sujud dengan tangan bertumpu pada lutut, atau
duduk dahulu beberapa saat (jalsatul istirahah) lalu berdiri
dengan bertumpu pada kedua tangan di lantai baik dengan
satu tangan atau dua tangan, baik itu membuka telapak
tangan atau mengepalkannya.
Catatan :
Pada saat berdiri dari rakaat kedua hendaknya
mengucap takbir dan mengangkat tangan.
Kemudian duduk pada tasyahud awwal yaitu dengan
duduk iftirosy. Sedangkan duduk pada tasyahud akhir
adalah dengan duduk tawarruk.
Bacaan tasyahud (memilih salah satu) :

60
ُّ َ َ ْ َ َ َّ ُ َّ َ ُ َ َ َّ َ ُ َّ َّ
‫اﻟﺴﻼ ُم َﻋﻠﻴﻚ ﻛﻓ َﻬﺎ‬ ،‫اﻟﻄ ِّﻴﺒَﺎت‬ ‫ﷲ واﻟﺼﻠﻮات و‬ ِ ِ ‫اﺤﻛ ِﺤﻴﺎت‬
َ ْ َ َ َّ ُ ُ َ َ َ َ ُ َ ْ َ ّ َّ َ َ ُ َ َّ ُّ َّ
‫اﻟﺴﻼ ُم َﻋﻠﻴﻨﺎ‬ ،‫ﷲ وﺑﺮﺎﻛﺗﻪ‬ِ ‫ﻲﺒ( َورﻤﺣﺔ ا‬ ِ ِ ‫اﺠ ِ )اﻟﺴﻼم ﺒﻟ اﺠ‬
َّ َ ْ َ َّ َ ٰ َ َْ َ َ ََ
‫ أﺷ َﻬ ُﺪ أن ﻻ ِاﻟﻪ ِاﻻ اﷲ َوأﺷ َﻬ ُﺪ أن‬،‫ﻦﻴ‬ ‫ﺎﺤﻟ‬ َّ
ِ ِ ‫ﷲ اﻟﺼ‬ ِ ‫َوﺒﻟ ِﻋﺒﺎ ِد ا‬
ُ ُ ‫ُﺤﻣَ َّﻤ ًﺪا َﻗﺒْ ُﺪ ُه َو َر ُﺳﻮ‬
“Segala ucapan selamat, kebahagiaan, dan kebaikan
adalah bagi Allah. Mudah-mudahan kesejahteraan
dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat
Allah dan barakahnya. Mudah-mudahan kesejahteraan
dilimpahkan kepada kami pula dan kepada seluruh
hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku
bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba-Nya dan
utusan-Nya”
َ ْ َ َ َّ َ ُ َ ّ َّ ُ َ َ َّ ُ َ َ َ ُ ْ ُ َّ َّ َ
‫ﻟﺴﻼ ُم َﻋﻠﻴﻚ‬ ‫ ا‬،‫ﷲ‬ِ ِ ‫اﺤﻛ ِﺤﻴﺎت اﻟﻤﺒﺎرﺎﻛت اﻟﺼﻠﻮات اﻟﻄ ِﻴﺒﺎت‬
ُ‫ﻼم‬َ َّ َ ُ ُ َ َ َ َ ُ َ ْ َ َ ّ َّ َ َ ُ َ َّ ُّ َّ َ ُّ َ
‫ﷲ وﺑﺮﺎﻛﺗﻪ اﻟﺴ‬ ِ ‫ﻛﻓﻬﺎ اﺠ ِﻲﺒ )اﻟﺴﻼم ﺒﻟ اﺠ ِ ِﻲﺒ( ورﻤﺣﺔ ا‬
ُ،‫ﻻ إﻟ ٰ َﻪ إ َّﻻ اﷲ‬ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ ْ َّ َ ََ ََْ َ
ِ ِ ‫ﺎﺤﻟﻦﻴ أﺷﻬﺪ أن‬ ِ ‫ﻋﻠﻴﻨﺎ َوﺒﻟ ِﻋﺒﺎ ِد ا‬
ِ ِ ‫ﷲ اﻟﺼ‬
ُ. ُ ‫ َﻗﺒْ ُﺪ ُه َو َر ُﺳ ْﻮ‬:‫ و رواﻳﺔ‬.‫َوأَ ْﺷ َﻬ ُﺪ أَ َّن ُﺤﻣَ َّﻤﺪا ً َر ُﺳ ْﻮ ُل اﷲ‬
ِ
“Segala ucapan selamat, barakah, kebahagiaan, dan
kebahagiaan adalah milik Allah. Mudah-mudahan
kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi,
beserta rahmat Allah dan barakahnya. Mudah-mudahan
kesejahteraan dilimpahkan kepada kami pula dan
kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan

61
Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah
‘Rasululah’ [dalam riwayat yang lain :] ‘hamba-Nya dan
utusan-Nya."
Pada tasyahud akhir ditambah membaca:
َ َ ْ َّ َ َ َ َُ َ َ َ َّ َ ُ َ َ ّ َ َّ ُ ّٰ
‫ﺖ َﺒﻟ‬ ‫ ﻛﻤﺎ ﺻﻠﻴ‬،‫آل ﺤﻣ َّﻤ ٍﺪ‬ ِ ‫ وﺒﻟ‬،‫اﻟﻠﻬﻢ ﺻ ِﻞ ﺒﻟ ﺤﻣﻤ ٍﺪ‬
َ ْ َ َّ ُ ّٰ ٌ َ ٌ َ َ َّ َ َ ْ ََ َ َ َْ
‫ﺎرك َﺒﻟ‬ ِ ‫ﺑ‬ ‫ﻢ‬‫ﻬ‬ ‫اﻟﻠ‬ ، ‫ﻴﺪ‬ ‫ﺠﻣ‬
ِ ‫ﻴﺪ‬ ‫ﻤﺣ‬
ِ ‫ﻚ‬ ‫ﻧ‬ ‫إ‬
ِ ، ‫ﻴﻢ‬‫ﻫ‬ِ ‫ا‬‫ﺮ‬‫ﺑ‬‫إ‬
ِ ‫آل‬
ِ ‫ﺒﻟ‬ ‫ِإﺑﺮا ِﻫﻴﻢ و‬
َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ َّ َ ُ َ َ َ َّ َ ُ
‫آل‬
ِ ‫ وﺒﻟ‬،‫ ﻛﻤﺎ ﺑﺎرﻛﺖ ﺒﻟ ِإﺑﺮا ِﻫﻴﻢ‬،‫آل ﺤﻣﻤ ٍﺪ‬ ِ ‫ وﺒﻟ‬،‫ﺤﻣﻤ ٍﺪ‬
ٌ َ ٌ َ َ َّ َ َ ْ
.‫ﻴﺪ‬ ‫ﺠﻣ‬ِ ‫ﻤﺣﻴﺪ‬ِ ‫ ِإﻧﻚ‬،‫ِإﺑﺮا ِﻫﻴﻢ‬
“Ya Allah, berilah kebahagiaan kepada Muhammad dan
kepada Ahli Baitnya, istri-istrinya serta keturunannya
sebagaimana Engkau telah memberikan kebahagiaan
kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha
Terpuji lagi Maha Mulia. Dan berikanlah barakah kepada
Muhammad dan kepada Ahli Baitnya, istri-istrinya, serta
keturunannya, sebagaimana Engkau telah memberikan
barakah kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya
Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”
َْ َّ ‫ﻚ ِﻣ ْﻦ َﻋ َﺬاب اﻟْ َﻘ ْﺮﺒ َو َﻋ َﺬاب‬ َ ُ ُ َ ّ َّ ُ ّٰ
‫ﺎر َوﻓِﺘﻨ ِﺔ‬
ِ ‫اﺠ‬ ِ ِ ِ ِ‫اﻟﻠﻬﻢ ِإ ِ أﻋﻮذ ﺑ‬
.‫ﺎل‬ ‫ﺟ‬
َّ َّ
‫ا‬ ‫ﻴﺢ‬‫ﺴ‬ َ ْ ‫ﺮﺷ اﻟ‬
‫ﻤ‬ ّ َ ‫ﺤﻴَﺎ َواﻟ ْ َﻤ َﻤﺎت َو‬
ْ َْ
‫اﻟﻤ‬
ِ ِ ِ ِ ِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari
siksa neraka Jahannam, siksa kubur, ϔitnah hidup dan
mati, serta dari kejahatan ϔitnah Al-Masih Ad-Dajjal”
Kemudian Salam menengokkan kepala kekanan dan kekiri
Alternatif ucapan salam :

62
1. Salam ke kanan “Assalamu ‘alaikum wa rohmatullah”,
salam ke kiri “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah”.
2. Salam ke kanan “Assalamu ‘alaikum wa rohmatullah
wa barokatuh”, salam ke kiri “Assalamu ‘alaikum wa
rahmatullah”.
3. Salam ke kanan “Assalamu ‘alaikum wa rohmatullah”,
salam ke kiri “Assalamu ‘alaikum”.
4. Salam sekali ke kanan “Assalamu’laikum”.
Berdzikir setelah shalat dan tidak langsung beranjak pergi.
Catatan :
Sifat shalat bagi laki-laki sama dengan sifat shalat bagi
perempuan.
2. Rukun Shalat
Rukun shalat adalah setiap perkataan atau perbuatan yang
akan membentuk hakikat shalat. Jika salah satu rukun ini tidak
ada, maka shalat pun tidak teranggap secara syar’i dan juga tidak
bisa diganti dengan sujud sahwi.
Berikut adalah rukun rukun shalat :
1. Berdiri bagi yang mampu
2. Takbiratul Ikhram (mengucapkan Allahu Akbar seraya
mengangkat kedua tangan)
3. Membaca Al Fatihah di Setiap Raka’at.
4. Ruku’ dan thuma’ninah.
5. I’tidal setelah ruku’ dan thuma’ninah
6. Sujud dan tuma’ninah dalam sujud.
7. Duduk diantara dua sujud dan thuma’ninah
8. Duduk tasyahud
9. Shalawat kepada Nabi setelah mengucapkan tasyahud akhir
10. Mengucap Salam

63
Rasulullah bersabda : “Yang mengharamkan dari hal-
hal di luar shalat adalah ucapan takbir. Sedangkan yang
menghalalkannya kembali adalah ucapan salam”.
Yang termasuk dalam rukun di sini adalah salam yang
pertama.
11. Urut dalam rukun-rukun yang ada
Alasannya karena dalam hadits orang yang jelek shalatnya,
digunakan kata “tsumma” dalam setiap rukun. Dan “tsumma”
bermakna urutan.
3. Dzikir setelah shalat
َ َّ َ ْ ْ ْ ْ ْ
،‫اﻟﺴﻼ ُم‬ ‫« » اﻢﻬﻠﻟ أﻧﺖ‬...‫ أﺳﺘَﻐ ِﻔ ُﺮ اﷲ‬...‫ أﺳﺘَﻐ ِﻔ ُﺮ اﷲ‬...‫» أﺳﺘَﻐ ِﻔ ُﺮ اﷲ‬
ْ َ َ َ ْ َ َ َ ُ َ َّ َ ْ َ
» ِ‫ﺖ ﻳَﺎ ذا اﺠﻟَﻼ ِل َواﻹﻛ َﺮام‬ ‫ ﻳﺒﺎرﻛ‬،‫و ِﻣﻨﻚ اﻟﺴﻼم‬
“Aku minta ampun kepada Allah,” (3x). “Ya Allah, Engkau
pemberi keselamatan, dan dariMu keselamatan, Maha Suci
Engkau, wahai Tuhan Yang Pemilik Keagungan dan Kemuliaan.”
ّ ُ َ َ َ ُ َ ُ ْ َْ ُ َ َ ُ ْ ُ ْ ُ َ ُ َ َ َ َ ُ َ ْ َ ُ َّ َ َ َ
‫ﻞﻛ‬
ِ ‫ﺒﻟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫و‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻤ‬ ‫اﺤﻟ‬ ‫و‬ ‫ﻚ‬ ‫ﻠ‬‫ﻤ‬ ‫اﻟ‬ ، ‫ﻳﻚ‬ ‫ﺮﺷ‬
ِ ‫ﻻ‬ ‫ه‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬‫و‬ ‫اﷲ‬ ‫ﻻ‬ ‫» ﻻ ِإ ِإ‬
َ
َ َ ْ َ َ َ َ ْ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َّ ُ ّٰ ٌ َ ْ َ
‫ﺖ َوﻻ‬ ‫ اﻟﻠﻬﻢ ﻻ ﻣﺎﻧِﻊ ﻟِﻤﺎ أﻗﻄﻴﺖ وﻻ ﻣﻌ ِﻄﻲ ﻟِﻤﺎ ﻣﻨﻌ‬،‫ٍء ﻗ ِﺪﻳﺮ‬
ُّ ْ َ ْ ّ ْ َ َ ْ َ
«‫ﻓﻨﻔ ُﻊ ذا اﺠﻟ َ ِﺪ ِﻣﻨﻚ اﺠﻟَﺪ‬
“Tiada Rabb yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa,
tidak ada sekutu bagiNya. BagiNya puji dan bagi-Nya kerajaan.
Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang
mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang
memberi apa yang Engkau cegah. Tidak berguna kekayaan dan
kemuliaan itu bagi pemiliknya (selain iman dan amal shalihnya
yang menyelamatkan dari siksaan). Hanya dari-Mu kekayaan
dan kemuliaan.”

64
َ ُ ْ َ ُ ُ َُ َ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ ُ َّ َ َ َ
‫اﻟﻤﻠﻚ َو ُ اﺤﻟَﻤ ُﺪ َوﻫ َﻮ َﺒﻟ‬ ، ‫ﺮﺷﻳﻚ‬ ِ ‫ﻻ‬ ‫ه‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬‫و‬ ‫اﷲ‬ ‫ﻻ‬ ‫»ﻻ ِإ ِإ‬
َْ َ َّ َ ٰ َ َّ َ َّ ُ َ َ ْ َ َ ٌ ْ َ ْ َ ّ ُ
‫ َوﻻ ﻏﻌﺒُ ُﺪ‬،‫ ﻻ ِإﻟﻪ إﻻ اﷲ‬،‫ﷲ‬ ِ ‫ ﻻ ﺣﻮل َوﻻ ﻗﻮة إﻻ ﺑِﺎ‬،‫ﺊ ﻗ ِﺪﻳﺮ‬ ٍ ‫ﻞﻛ ﺷﻴ‬ ِ
َّ َ ٰ َ َ َ ْ ُ َ َّ ُ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ ُ َ ْ ّ ُ َ َّ َّ
‫ ﻻ ِإﻟﻪ ِإﻻ اﷲ‬،‫ و اﺨﻛﻨﺎء اﺤﻟﺴﻦ‬،‫ ا ِﺠﻌﻤﺔ و اﻟﻔﻀﻞ‬،‫إﻻ إﻳﺎه‬
َ َ َ َ َْ ُْ
«‫ﻦﻴ ُ ا ِّ ﻳْﻦ َوﻟ ْﻮ ﻛ ِﺮ َه اﻟﺎﻜﻓِ ُﺮون‬ ‫ﺨﻣ ِﻠ ِﺼ‬
“Tiada Rabb (yang berhak disembah) kecuali Allah Yang Maha
Esa, tidak ada sekutu bagiNya. BagiNya kerajaan dan pujaan.
Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan
kekuatan kecuali (dengan pertolongan) Allah. Tiada Rabb (yang
hak disembah) kecuali Allah. Kami tidak menyembah kecuali
kepadaNya. Bagi-Nya nikmat, anugerah dan pujaan yang
baik. Tiada Rabb (yang hak disembah) kecuali Allah, dengan
memurnikan ibadah kepadaNya, sekalipun orang-orang kaϔir
sama benci.”
َ ْ َّ َ ٰ َ
‫( ﻻ إِﻟﻪ إﻻ اﷲ َوﺣﺪ ُه‬X ٣٣) ‫ واﷲ أﻛﺮﺒ‬،‫ واﺤﻟﻤﺪ ﷲ‬،‫»ﺳﺒﺤﺎن اﷲ‬
َ َ ُّ ََ َ ُ َ ُ َْ َُ َ ُ ْ ُ َُ َ َ ْ َ َ
«‫ﻞﻛ ْ ٍء ﻗ ِﺪﻳ ْ ٌﺮ‬
ِ ‫ اﻟﻤﻠﻚ و اﺤﻟﻤﺪ وﻫﻮ ﺒﻟ‬، ‫ﺮﺷﻳﻚ‬ ِ ‫ﻻ‬
“Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, dan Allah Maha Besar
(33 x). Tidak ada Rabb (yang berhak disembah) kecuali Allah
Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya. BagiNya kerajaan.
BagiNya pujaan. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.”
َ ْ َ ْ َ ُ َ َّ ُ ٌ َ َ ُ َُ ُْ
‫ﺘ َوﻟ ْﻢ‬ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬‫ﻟ‬ * ‫ﺪ‬ ‫ﻤ‬ ‫اﻟﺼ‬ ‫اﷲ‬ * ‫ﺪ‬ ‫ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﻤﺣﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ }ﻗﻞ ﻫﻮ اﷲ أﺣ‬
ٌ َ ً ُ ُ َّ ُ َ َ
{‫ﻳُﻮ ْ * َوﻟ ْﻢ ﻳَﻜﻦ ُ ﻛﻔﻮا أ َﺣﺪ‬
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah
adalah ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan. Dia

65
tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada
seorang pun yang setara dengan Dia.”
َ َ ّ َ ‫ﻮذ ﺑ َﺮ ّب اﻟْ َﻔﻠَﻖ * ِﻣﻦ‬ُ ُ َ ُْ
* ‫ﺮﺷ َﻣﺎ ﺧﻠ َﻖ‬ِ ِ ِ ِ ‫ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﻤﺣﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ }ﻗﻞ أﻋ‬
‫ﺮﺷ‬ّ َ ‫اﺠ َّﻔﺎﺛَﺎت ﻲﻓ اﻟْ ُﻌ َﻘﺪ * َو ِﻣﻦ‬
َّ ‫ﺮﺷ‬ ّ َ َ َ ََ َ َ ّ َ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ‫ﺮﺷ ﺬﻟ ِﺳ ٍﻖ ِإذا وﻗﺐ * و ِﻣﻦ‬ِ ‫و ِﻣﻦ‬
َ َ
{ ‫ﺎﺳ ٍﺪ ِإذا َﺣ َﺴﺪ‬
ِ ‫ﺣ‬
َ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb yang
menguasai Shubuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari
kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan-
kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-
buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki”.
ٰ َّ َ َّ ّ َ ُ ُ َ ُْ
‫ﺎس * إِﻟ ِﻪ‬
ِ ‫ﺎس * ﻣ ِﻠ ِﻚ اﺠ‬ ِ ‫ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﻤﺣﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ } ﻗﻞ أﻋﻮذ ﺑِﺮ ِب اﺠ‬
َّ ُ ُ ُ ْ َ ُ َّ َّ َ ْ َ ‫ﺮﺷ اﻟ ْ َﻮ ْﺳ‬ ّ َ ‫ﺎس * ِﻣﻦ‬ َّ
‫ﺎس‬ ِ ‫ور اﺠ‬
ِ ‫ﺪ‬ ‫ﺻ‬ ‫ﻲﻓ‬
ِ ‫س‬ ‫ﻮ‬
ِ ‫ﺳ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ي‬ ِ ‫ا‬ * ‫ﺎس‬
ِ ‫ﻨ‬ ‫اﺨﻟ‬ ‫اس‬
ِ ‫ﻮ‬ ِ ِ ‫اﺠ‬
َّ َ َّ ْ َ
{ ‫ﺎس‬ ِ ‫اﺠﻟﻨ ِﺔ واﺠ‬ ِ ‫* ِﻣﻦ‬
(Dibaca setiap selesai shalat 3 kali)
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb manusia.
Raja manusia. Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan)
syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan)
ke dalam dada manusia, dari jin dan manusia.”

َ ُ َّ ٌ ْ َ َ َ ٌ َ ُ ُ ُ ْ َ َ ُ ُّ َ ْ ُّ َ ْ َ ُ َّ َ ٰ َ ُ
‫}اﷲ ﻻ إِﻟﻪ إِﻻ ﻫﻮ اﻟ اﻟﻘﻴﻮم ﻻ ﺗﺄﺧﺬه ِﺳﻨﺔ وﻻ ﻧﻮم ﻣﺎ ِﻲﻓ‬
ُ‫ﻻ ﺑﺈ ْذﻧِ ِﻪ َﻓ ْﻌﻠَﻢ‬ َّ ُ َ ْ ُ َ ْ َ َّ َ َ ْ َ َ َ ‫ﺎو‬ َ َ َّ
ِ ِ ِ‫ات وﻣﺎ ِﻲﻓ اﻷر ِض ﻣﻦ ذا ا ِ ي ﻳﺸﻔﻊ ِﻋﻨﺪه إ‬ ِ ‫اﻟﺴﻤ‬
َ‫ﻻ ﺑﻤﺎ‬ َّ ْ ْ ّ ْ َ َ ُ ُ َ َ ْ ُ َْ َ َ َ ْ َْ ََْ َ
ِ ِ‫ﺤﻳﻴﻄﻮن ﺑ ِ ٍء ِﻣﻦ ِﻋﻠ ِﻤ ِﻪ إ‬ ِ ‫ﻳﻬﻢ وﻣﺎ ﺧﻠﻔﻬﻢ وﻻ‬ ِ ‫ﻣﺎ ﻧﻦﻴ أﻳ ِﺪ‬
66
ْ ُ ُ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َّ ُ ُّ ْ ُ َ َ َ
ُّ ‫ود ُه ِﺣ ْﻔ ُﻈ ُﻬ َﻤﺎ َو ُﻫ َﻮ اﻟ َﻌ‬
‫ﻲﻠ‬ ِ ‫ات واﻷرض وﻻ ﻳﺆ‬ ِ ‫ﺷﺎء و ِﺳﻊ ﻛﺮ ِﺳﻴﻪ اﻟﺴﻤﺎو‬
ُ ‫اﻟْ َﻌﻈ‬
{ ‫ﻴﻢ‬ ِ
“Allah, tidak ada ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia,
yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya).
Dia tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang
di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi-
Nya tanpa seizin-Nya. Dia mengetahui apa-apa yang di hadapan
mereka dan di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui
apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.
Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat
memelihara keduanya. Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha besar.”
ُْ ْ َ ُ ُ َُ َ َ َ َ ُ َ ْ َ َّ َ ٰ َ
‫ ﺤﻳ ِﻲﻴ‬،‫اﻟﻤﻠﻚ َو ُ اﺤﻟَﻤ ُﺪ‬ ، ‫ﺮﺷﻳﻚ‬ ِ ‫ﻻ‬ ‫ه‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬‫و‬ ‫اﷲ‬ ‫إﻻ‬ ‫»ﻻ إِﻟﻪ‬
َ ْ َ ُّ ََ َ ُ َ ُ ْ َُ
«‫ﺊ ﻗ ِﺪﻳ ْ ٌﺮ‬
ٍ ‫ﻞﻛ ﺷﻴ‬ِ ‫وﻳ ِﻤﻴﺖ وﻫﻮ ﺒﻟ‬
(Dibaca 10 kali setelah shalat subuh dan maghrib)
“Tiada Rabb yang berhak disembah kecuali Allah Yang Maha
Esa, tiada sekutu bagiNya, bagiNya kerajaan, bagi-Nya segala
puja. Dia-lah yang menghidupkan (orang yang sudah mati atau
memberi roh janin yang akan dilahirkan) dan yang mematikan.
Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.”
ً َّ َ َ ُ ً َ َ َ ً ّ َ ً ْ َ ً َ ً ْ َ ُ َ ْ ّ َّ ُ ّٰ
» ‫ وﻗﻤﻼ ﻣﺘﻘﺒﻼ‬،‫ و ِرزﻗﺎ ﻃ ِﻴﺒﺎ‬،‫»اﻟﻠﻬﻢ إ ِ أﺳﺄﻟﻚ ِﻋﻠﻤﺎ ﻧﺎﻓِﻌﺎ‬
(Dibaca setelah shalat subuh)
“Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadaMu ilmu yang
bermanfaat, rezeki yang halal dan amal yang diterima”

67
E. Dzikir pagi dan petang
1. Membaca ayat Kursi 1 kali
َ َ ٌ َ ُ ُ ُ ْ َ َ ُ ُّ َ ْ ُّ َ ْ َ ُ َّ َ َ َ ُ
ُ َ ،‫ﻻ ﻧَ ْﻮ ٌم‬ ‫ ﻻ ﺗﺄﺧﺬه ِﺳﻨﺔ و‬،‫}اﷲ ﻻ ِإ ِإﻻ ﻫﻮ اﻟ اﻟﻘﻴﻮم‬
َّ ُ َ ْ ُ َ ْ َ َّ َ ْ َ َْ
‫ ﻣﻦ ذا ا ِ ي ﻳﺸﻔﻊ ِﻋﻨﺪه ِإﻻ‬،‫ات َو َﻣﺎ ِﻲﻓ اﻷر ِض‬
ْ َ َ َّ
ِ ‫ﻣﺎ ِﻲﻓ اﻟﺴﻤﺎو‬
َ
ْ‫ﻮن ﺑ َ ْ ٍء ﻣﻦ‬ َ ُ ُ ََ ْ ُ َْ َ َ َ ْ َْ ََْ َ ُ َ ْ َ ْ
ِ ِ ‫ﺤﻳﻴﻄ‬ ِ ‫ وﻻ‬،‫ﻳﻬﻢ وﻣﺎ ﺧﻠﻔﻬﻢ‬ ِ ‫ ﻓﻌﻠﻢ ﻣﺎ ﻧﻦﻴ أﻳ ِﺪ‬،‫ﺑِ ِﺈذﻧِ ِﻪ‬
ُ َ َ َ
َ ْ
‫ َوﻻ ﻓﺌُﻮد ُه‬،‫ات َواﻷ ْرض‬ َ َ َّ ُ ُّ ْ ُ َ َ َ َ َ َّ ْ
ِ ‫ و ِﺳﻊ ﻛﺮ ِﺳﻴﻪ اﻟﺴﻤﺎو‬،‫ِﻋﻠ ِﻤ ِﻪ ِإﻻ ﺑِﻤﺎ ﺷﺎء‬
ُ ‫ﻲﻠ اﻟْ َﻌﻈ‬ َْ َُ َ ُ ُْ
{‫ﻴﻢ‬ ِ ُّ ِ ‫ َوﻫﻮ اﻟﻌ‬،‫ِﺣﻔﻈﻬﻤﺎ‬
“Allah, tidak ada ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia,
yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-
Nya). Dia tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya
apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi
syafa’at di sisi-Nya tanpa seizin-Nya. Dia mengetahui apa-
apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka.
Mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan
apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan
bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan
Dia Maha Tinggi lagi Maha besar.” (QS. Al Baqarah: 255)
(Dibaca 1 x)
Faedah: Siapa yang membacanya ketika petang, maka
ia akan dilindungi (oleh Allah dari berbagai gangguan)
hingga pagi. Siapa yang membacanya ketika pagi, maka ia
akan dilindungi hingga petang.
2. Membaca surat Al Ikhlas, Al Falaq, An Naas sebanyak 3 kali

‫ﻴﻢ‬ َّ َ ْ َّ
ِ ‫ﷲ اﻟﺮﻤﺣ ِﻦ اﻟﺮ ِﺣ‬
ِ ‫ِۢ ا‬
َ َ َ ْ َ َْ
‫( َوﻟ ْﻢ‬٣) ْ ‫ﺘ َوﻟ ْﻢ ﻳُﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬‫ﻟ‬ (٢) ُ ‫اﻟﺼ َﻤ‬
‫ﺪ‬ ُ (١) ‫اﷲ أَ َﺣ ٌﺪ‬
َّ ‫اﷲ‬ ُ ‫}ﻗُ ْﻞ ُﻫ َﻮ‬
ِ
68
ٌ َ ُ ُ َّ ُ
{(٤)‫ﻳَﻜﻦ ُ ﻛﻔ ًﻮا أ َﺣﺪ‬
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha
Esa. Allah adalah ilah yang bergantung kepada-Nya segala
urusan. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan,
dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” (QS. Al
Ikhlas: 1-4)

‫ﻴﻢ‬ َّ َ ْ َّ
ِ ‫ﷲ اﻟﺮﻤﺣ ِﻦ اﻟﺮ ِﺣ‬ ِ ‫ِۢ ا‬
َ ّ َ َ َ َ َ َ ّ َ َ َْ ّ َ ُ ُ َ ُْ
‫ﺮﺷ ﺬﻟ ِﺳ ٍﻖ‬
ِ ‫( و ِﻣﻦ‬٢) ‫ﺮﺷ ﻣﺎ ﺧﻠﻖ‬ ِ ‫( ِﻣﻦ‬١) ‫}ﻗﻞ أﻋﻮذ ﺑِﺮ ِب اﻟﻔﻠ ِﻖ‬
‫ﺎﺳ ٍﺪ‬ َ ّ َ ‫( َوﻣﻦ‬٤) ‫اﺠ َّﻔﺎﺛَﺎت ﻲﻓ اﻟْ ُﻌ َﻘﺪ‬
َّ ‫ﺮﺷ‬ ّ َ ‫( َو ِﻣﻦ‬٣) ‫ﺐ‬ َ َ‫إ َذا َوﻗ‬
ِ ‫ﺮﺷ ﺣ‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ َ
{(٥) ‫ِإذا َﺣ َﺴﺪ‬
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb
yang menguasai Shubuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan
dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari
kejahatan-kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus
pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki
apabila ia dengki”. (QS. Al Falaq: 1-5)

‫ﻴﻢ‬ َّ َ ْ َّ
ِ ‫ﷲ اﻟﺮﻤﺣ ِﻦ اﻟﺮ ِﺣ‬ ِ ‫ِۢ ا‬
َّ َ َّ َ َّ ّ َ ُ ُ َ ُْ
‫( ِﻣﻦ‬٣) ‫ﺎس‬ ِ ‫( ِإ ِ اﺠ‬٢) ‫ﺎس‬ ِ ‫( ﻣ ِﻠ ِﻚ اﺠ‬١) ‫ﺎس‬ ِ ‫}ﻗﻞ أﻋﻮذ ﺑِﺮ ِب اﺠ‬
َّ ‫( ا َّ ِ ي ﻳُ َﻮ ْﺳﻮ ُس ﻲﻓ ُﺻ ُﺪور‬٤) ‫ﺎس‬ َّ َ ْ َ ‫ﺮﺷ اﻟ ْ َﻮ ْﺳ‬ّ َ
(٥) ‫ﺎس‬ِ ‫اﺠ‬ ِ ِ ِ ِ ‫ﻨ‬ ‫اﺨﻟ‬ ‫اس‬ِ ‫ﻮ‬ ِ
ْ َ
َّ ‫اﺠﻟ َّﻨ ِﺔ َو‬
{(٦) ‫ﺎس‬ ِ ‫اﺠ‬ ِ ‫ِﻣﻦ‬
69
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Katakanlah: Aku berlindung kepada
Rabb manusia. Raja manusia. Sembahan manusia, dari
kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang
membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari jin
dan manusia.” (QS. An Naas: 1-6)
Faedah: Siapa yang mengucapkannya masing-masing
tiga kali ketika pagi dan petang, maka segala sesuatu akan
dicukupkan untuknya.
3. Membaca do’a berikut 1 kali :
a. Saat pagi hari :

ُ‫ﺣ َﺪه‬ ْ َ ُ َّ َ َ َ ُ ْ َْ َ ُ ْ ُْ َ َ ْ ََ َ ْ َ ْ َ
‫ ﻻ ِإ ِإﻻ اﷲ و‬،‫ﷲ‬ ِ ِ ‫ واﺤﻟﻤﺪ‬،‫ﷲ‬ ِ ِ ‫أﺻﺒﺤﻨﺎ وأﺻﺒﺢ اﻟﻤﻠﻚ‬
ّ َ َ ّ ُ َ َ َ ُ َ ُ ْ َْ ُ َ َ ُ ْ ُ ْ ُ َ ُ َ َ ْ َ َ
‫ َر ِب‬.‫ﻞﻛ ْ ٍء ﻗ ِﺪﻳ ْ ُﺮ‬ ِ ‫ اﻟﻤﻠﻚ و اﺤﻟﻤﺪ وﻫﻮ ﺒﻟ‬، ‫ﺮﺷﻳﻚ‬ ِ ‫ﻻ‬
ّ‫ﻚ ِﻣ ْﻦ َﺮﺷ‬ َ ُ ْ ُ َ ُ َ ْ َ َ َْ َ َ ْ َْ َ َ ْ َ َْ َ َ َُ ْ َ
َ
ِ ِ‫ وأﻋﻮذ ﺑ‬،‫أﺳﺄﻟﻚ ﺧﺮﻴ ﻣﺎ ِﻲﻓ ﻫﺬا ا ﻮمِ وﺧﺮﻴ ﻣﺎ ﻧﻌﺪه‬
ْ‫ﻜ َﺴﻞ َو ُﺳﻮ ِء‬ َ ْ َ َ ُ ْ ُ َ ّ َ ُ َ ْ َ َ ّ َ َ ْ َْ َ َ ْ َ
ِ ‫ ر ِب أﻋﻮذ ﺑِﻚ ِﻣﻦ اﻟ‬،‫ﺮﺷ ﻣﺎ ﻧﻌﺪه‬ ِ ‫ﻣﺎ ِﻲﻓ ﻫﺬا ا ﻮمِ و‬
َْْ َ َ َ َّ َ َ ْ َ ُُْ َ ّ َ َ ْ
‫ﺮﺒ‬
ِ ‫اب ِﻲﻓ اﻟﻘ‬ ٍ ‫ﺎر وﻋﺬ‬ ِ ‫اب ِﻲﻓ اﺠ‬ ٍ ‫ ر ِب أﻋﻮذ ﺑِﻚ ِﻣﻦ ﻋﺬ‬،‫ﺮﺒ‬ ِ ‫ﻜ‬
ِ ‫اﻟ‬
Artinya :
“Kami telah memasuki waktu pagi dan kerajaan hanya milik
Allah, segala puji bagi Allah. Tidak ada ilah (yang berhak
disembah) kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya.
Milik Allah kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dia-lah Yang
Mahakuasa atas segala sesuatu. Wahai Rabbku, aku mohon
kepada-Mu kebaikan di hari ini dan kebaikan sesudahnya.
Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan hari ini dan
kejahatan sesudahnya. Wahai Rabbku, aku berlindung
kepada-Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai

70
Rabbku, aku berlindung kepada-Mu dari siksaan di neraka
dan siksaan di alam kubur.”
b. Saat sore hari :
َ ُ َ ْ َ ُ َّ َ ٰ َ ُ ْ َْ َ ُ ْ ُْ َ ْ ََ َْ َ ْ َ
‫ ﻻ ِإﻟﻪ ِإﻻ اﷲ وﺣﺪه ﻻ‬،‫ﷲ‬ ِ ِ ‫ واﺤﻟﻤﺪ‬،‫ﷲ‬ ِ ِ ‫أﻣﺴﻴﻨﺎ وأﻣ اﻟﻤﻠﻚ‬
ّ ٌ َ ْ َ ّ ُ َ َ َ ُ َ ُ ْ َْ ُ َ َ ُ ْ ُ ْ ُ َ ُ َ َ َ
‫ َر ِب‬،‫ﻳﺮ‬ ‫ٍء ﻗ ِﺪ‬ ِ ‫ وﻫﻮ ﺒﻟ‬،‫ اﻟﻤﻠﻚ و اﺤﻟﻤﺪ‬، ‫ﺮﺷﻳﻚ‬
‫ﻞﻛ‬ ِ
َ ُ َ
ْ‫ َوأ ُﻋﻮذﺑﻚ ﻣﻦ‬،‫ﺮﻴ َﻣﺎ َﻧ ْﻌ َﺪ َﻫﺎ‬ َ َْ َ ْ َ َّ َ َ َ َْ َ ُ َ َْ
ِ ِ ‫أﺳﺄﻟﻚ ﺧﺮﻴ ﻣﺎ ِﻲﻓ ﻫ ِﺬهِ اﻟﻠﻴﻠ ِﺔ وﺧ‬
َ ْ َ ُ َ ّ َ َ ْ ّ َ ‫ﺮﺷ َﻣﺎ ﻲﻓ َﻫﺬهِ اﻟﻠَّﻴْﻠَ ِﺔ َو‬ ّ َ
‫ َر ِب أ ُﻋﻮذﺑِﻚ ِﻣ َﻦ اﻟﻜ َﺴ ِﻞ‬،‫ﺮﺷ َﻣﺎ َﻧﻌﺪﻫﺎ‬ ِ ِ ِ ِ
َْْ َ َ َ َّ َ َ ْ َ ُ ُ َ ّ َ َ ْ َُ
‫ﺮﺒ‬
ِ ‫اب ِﻲﻓ اﻟﻘ‬ ٍ ‫ﺎر وﻋﺬ‬ ِ ‫اب ِﻲﻓ اﺠ‬
ٍ ‫ ر ِب أﻋﻮذﺑِﻚ ِﻣﻦ ﻋﺬ‬،‫ﺮﺒ‬ ِ ‫ﻜ‬ ِ ‫وﺳﻮ ِء اﻟ‬
Artinya:
“Kami telah memasuki waktu petang dan kerajaan hanya
milik Allah, segala puji bagi Allah. Tidak ada ilah (yang
berhak disembah) kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-
Nya. Milik Allah kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dia-lah Yang
Mahakuasa atas segala sesuatu.Wahai Rabbku, aku mohon
kepada-Mu kebaikan di malam ini dan kebaikan sesudahnya.
Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan malam ini dan
kejahatan sesudahnya. Wahai Rabbku, aku berlindung
kepadaMu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai
Rabbku, aku berlindung kepada-Mu dari siksaan di neraka
dan siksaan di kubur.”
4. Membaca do’a berikut 1 kali :
a. Saat pagi hari 1 kali :
َ ْ َ َ ُ ْ ُ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َّ ُ ّٰ َ
‫ وﺑِﻚ ﻏﻤﻮت وإِ ﻚ‬،‫ وﺑِﻚ ﺤﻧﻴﺎ‬،‫ وﺑِﻚ أﻣﺴﻴﻨﺎ‬،‫اﻟﻠﻬﻢ ﺑِﻚ أﺻﺒﺤﻨﺎ‬
ُ ُّ
‫اﻟﻨﺸ ْﻮ ُر‬

71
Artinya:
“Ya Allah, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami
memasuki waktu pagi, dan dengan rahmat dan pertolongan-
Mu kami memasuki waktu petang. Dengan rahmat dan
pertolongan-Mu kami hidup dan dengan kehendak-Mu kami
mati. Dan kepada-Mu kebangkitan (bagi semua makhluk).”
b. Saat sore hari 1 kali :
َ َ ُ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َّ ُ ّٰ
‫ َوإِ ْﻚ‬،‫ َوﺑِﻚ ﻏ ُﻤﻮت‬،‫وﺑِﻚ ﺤﻧﻴَﺎ‬،‫ﺎ‬‫ وﺑِﻚ أﺻﺒﺤﻨ‬،‫اﻟﻠﻬﻢ ﺑِﻚ أﻣﺴﻴﻨﺎ‬
ُ ْ ‫اﻟ ْ َﻤﺼ‬
‫ﺮﻴ‬ ِ
Artinya:
“Ya Allah, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami
memasuki waktu petang, dan dengan rahmat dan
pertolongan-Mu kami memasuki waktu pagi. Dengan rahmat
dan pertolonganMu kami hidup dan dengan kehendakMu
kami mati. Dan kepada-Mu tempat kembali (bagi semua
makhluk).”
5. Membaca Sayyidul Istighfar 1 kali :
ْ َ َ ََ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َّ َ ٰ َ ْ ّ َ َ ْ َ َّ ُ ّٰ َ
‫ َوأﻧﺎ َﺒﻟ ﻗﻬ ِﺪ َك‬،‫ﻲﻨ َوأﻧﺎ ﻗﺒ ُﺪ َك‬ ِ ‫ ﺧﻠﻘﺘ‬،‫اﻟﻠﻬﻢ أﻧﺖ ر ِ ﻻ ِإﻟﻪ ِإﻻ أﻧﺖ‬
َ ْ َ َ َ ُ َْ َ َ ّ َ ْ َ ُُْ َ ُ ْ ََْ َ َ ْ ََ
‫ أﺑُ ْﻮ ُء ﻟﻚ ﺑِ ِﻨﻌ َﻤ ِﺘﻚ‬،‫ﺖ‬ ‫ﺮﺷ ﻣﺎ ﺻﻨﻌ‬
ِ ‫ أﻋﻮذ ﺑِﻚ ِﻣﻦ‬،‫ووﻋ ِﺪك ﻣﺎ اﺳﺘﻄﻌﺖ‬
َ ْ ‫ﻻ أَﻧ‬
‫ﺖ‬
َّ َ ْ ُ ُّ ُ ْ َ َ ُ َّ َ ْ ْ ْ َ ْ ْ َ ُ ْ ُ َ َ َّ َ َ
‫ وأﺑﻮء ﺑِﺬﻧ ِﻲﺒ ﻓﺎﻏ ِﻔﺮ ِﻲﻟ ﻓ ِﺈﻧﻪ ﻻ ﻓﻐ ِﻔﺮ ا ﻧﻮب ِإ‬،‫ﻲﻠﻋ‬
Artinya:
“Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada ilah yang berhak
disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakanku. Aku
adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku pada-Mu
(yaitu aku akan mentauhidkan-Mu) semampuku dan aku yakin

72
akan janji-Mu (berupa surga untukku). Aku berlindung kepada-
Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-
Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku. Oleh karena itu,
ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa
kecuali Engkau.”
Faedah: Barangsiapa mengucapkan dzikir ini di siang
hari dalam keadaan penuh keyakinan, lalu ia mati pada hari
tersebut sebelum petang hari, maka ia termasuk penghuni
surga. Barangsiapa yang mengucapkannya di malam hari
dalam keadaan penuh keyakinan, lalu ia mati sebelum pagi,
maka ia termasuk penghuni surga.
6. Membaca doa berikut 1 kali :
َ ُ َ ْ َ ْ ّ َّ ُ ّٰ َ َ ْ َ َ ْ ُّ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ُ َ ْ َ ْ ّ َّ ُ ّٰ َ
‫ اﻟﻠﻬﻢ ِإ ِ أﺳﺄﻟﻚ‬،‫ﻵﺧﺮ ِة‬ ِ ‫اﻟﻠﻬﻢ ِإ ِ أﺳﺄﻟﻚ اﻟﻌﻔﻮ واﻟﻌﺎ ِﻓﻴﺔ ِﻲﻓ ا ﻏﻴﺎ وا‬
ْ َّ ُ ّٰ ْ َ َ ْ ْ َ َ َ َ ْ ُ َ ْ ْ
ْ ُ ‫اﺳ‬
َ‫ﺮﺘ َﻋ ْﻮرا‬ ََ َْ َ ََْْ
ِ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫اﻟﻠ‬ ‫ﺎﻲﻟ‬
ِ ‫ﻣ‬ ‫و‬ ‫ﻲﻠ‬ ِ ‫ﻫ‬ ‫أ‬‫و‬ ‫ﺎي‬ ‫ﻴ‬‫ﻏ‬‫د‬‫و‬ ‫ﻲﻨ‬ِ ‫ﻳ‬ ‫د‬
ِ ‫ﻲﻓ‬ ِ ‫اﻟﻌﻔﻮ واﻟﻌﺎ ِﻓﻴ‬
‫ﺔ‬
َ
‫ َوﻗ ْﻦ‬،‫ﻲﻔ‬ ْ ْ‫ َو ِﻣ ْﻦ َﺧﻠ‬،‫ﻦﻴ ﻳَ َﺪ َّي‬ ْ َ ْ ْ ْ َ ْ َّ ُ ّٰ َ
ِ ‫ اﻟﻠﻬﻢ اﺣﻔﻈ ِﻲﻨ ِﻣﻦ ﻧ‬. ِ ‫وآ ِﻣﻦ روﺨ‬
ََْ ْ َ
ِ
ُ َ َ َ َ َ ُْ ُ ََ َْ ْ َ
ْ‫ﻚ أ ْن أ ْﻟﺘَ َﺎل ِﻣ ْﻦ َﺤﺗْﻲﺘ‬ ‫ وأﻋﻮذ ﺑِﻌﻈﻤ ِﺘ‬،ْ ِ ‫ و ِﻣﻦ ﻓﻮ‬،‫ﺎﻲﻟ‬ ْ ‫ﻲﻨ َو َﻗ ْﻦ ِﺷ َﻤ‬
ِ ْ ْ‫ﻳَ ِﻤﻴ‬
ِ ِ
Artinya:
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan
keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya
aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama,
dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku dan
tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku
dari muka, belakang, kanan, kiri dan atasku. Aku berlindung
dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku”
Faedah: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah
pernah meninggalkan do’a ini di pagi dan petang hari. Di
dalamnya berisi perlindungan dan keselamatan pada agama,

73
dunia, keluarga dan harta dari berbagai macam gangguan yang
datang dari berbagai arah.
7. Membaca doa berikut 1 kali :
ّ ُ َّ َ َ ْ
ْ‫ﻷ‬ َّ ‫ﺎدة ﻓَﺎﻃ َﺮ‬ َ َ َّ َ ْ َ ْ َ َ َّ ُ ّٰ َ
‫ﻞﻛ‬ ‫ب‬ ‫ر‬ ، ‫ض‬ ‫ر‬ ‫ا‬‫و‬َ ‫ﺎوات‬ َ ‫اﻟﺴ َﻤ‬ ‫ﺐ واﻟﺸﻬ‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫اﻟﻠﻬﻢ ﺨﻟِﻢ اﻟﻐﻴ‬
ْ َ ّ َ ْ َ ُ ْ ُ َ َ ْ َ َّ َ ٰ َ ْ َ ُ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ ْ َ
، ْ ِ ‫ﺮﺷ ﻏﻔ‬ ِ ‫ أﻋﻮذ ﺑِﻚ ِﻣﻦ‬،‫ أﺷﻬﺪ أن ﻻ ِإﻟﻪ ِإﻻ أﻧﺖ‬،‫ٍء وﻣ ِﻠﻴﻜﻪ‬
َ َ ْ َ َ َ ََْ ْ ََ َّ ّ َ ْ َ
ْ ‫اﻟﺸﻴْ َﻄﺎن َو‬
‫ﺮﺘف َﺒﻟ ﻏﻔ ِ ْ ُﺳ ْﻮ ًءا أ ْو أ ُﺟ ُّﺮ ُه‬ ِ ‫ﻗ‬ ‫أ‬ ‫ن‬‫أ‬‫و‬ ، ‫ﻪ‬
ِ ‫ﻛ‬
ِ ‫ﺮﺷ‬ِ ِ ‫ﺮﺷ‬
ِ ‫و ِﻣﻦ‬
َ
‫ِإﻰﻟ ُﻣ ْﺴ ِﻠ ٍﻢ‬
Artinya:
“Ya Allah, Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata,
wahai Rabb pencipta langit dan bumi, Rabb segala sesuatu
dan yang merajainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang
berhak disembah kecuali Engkau. Aku berlindung kepadaMu
dari kejahatan diriku, setan dan balatentaranya (godaan
untuk berbuat syirik pada Allah), dan aku (berlindung kepada-
Mu) dari berbuat kejelekan terhadap diriku atau menyeretnya
kepada seorang muslim.”
Faedah: Do’a ini diajarkan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pada Abu Bakr Ash Shiddiq untuk dibaca
pada pagi, petang dan saat beranjak tidur
8. Membaca doa berikut 3 kali pada waktu pagi dan 1 kali pada
waktu sore:

َ‫اﻟﺴ َﻤﺎ ِء َو ُﻫﻮ‬ َ َ َْ


َّ ‫ﻻ ﻰﻓ‬ ٌ ْ َ ْ َ َ ُّ ُ َ َ َّ
ِ ‫ﷲ ا ِ ى ﻻ ﻳﺮﻀ ﻣﻊ اﺳ ِﻤ ِﻪ ء ِﻰﻓ اﻷر ِض و‬ ِ ‫ِۢ ا‬
ُ ‫ﻴﻊ اﻟْ َﻌﻠ‬
‫ﻴﻢ‬ ُ ‫اﻟﺴﻤ‬
َّ
ِ ِ

74
Artinya:
“Dengan nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di bumi
dan langit tidak akan berbahaya, Dia-lah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.”
Faedah: Barangsiapa yang mengucapkan dzikir tersebut
sebanyak tiga kali di pagi hari dan tiga kali di petang hari, maka
tidak akan ada bahaya yang tiba-tiba yang mencelakainya.
9. Membaca doa berikut 3 kali :
َّ َْ ُ َّ َ ْ ْ َ ًّ َ
َ ‫ َوﺑ ُﻤ‬،‫ﻼمِ د ْﻓﻨًﺎ‬ ُ ْ َ
‫اﷲ َﻋﻠﻴ ِﻪ َو َﺳﻠ َﻢ‬ ‫ﺤ َّﻤ ٍﺪ َﺻﻰﻠ‬ ِ ِ ‫ﻹﺳ‬
ِ ‫ وﺑِﺎ‬،‫ﷲ رﺑﺎ‬
ِ ‫ر ِﺿﻴﺖ ﺑِﺎ‬
َ
‫ﻧ ِﺒ ًّﻴﺎ‬
Artinya:
“Aku ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai nabi.” (Dibaca
3 x)
Faedah: Barangsiapa yang mengucapkan hadits ini
sebanyak tiga kali di pagi hari dan tiga kali di petang hari, maka
pantas baginya mendapatkan ridha Allah.
10. Membaca doa berikut 1 kali :
ْ َ ْ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ ْ ُّ َ َ ُّ َ َ
ْ ْ‫ﻜﻠ‬
‫ﻲﻨ‬ ِ
َ َ َ ُ َّ ُ ْ
‫ﻠﻛﻪ وﻻ ﺗ‬ ْ ْ
ِ ‫ وأﺻ ِﻠﺢ ِﻲﻟ ﺷﺄ‬،‫ﻳﺎ ﻳﺎ ﻗﻴﻮم ﺑِﺮﻤﺣ ِﺘﻚ أﺳﺘ ِﻐﻴﺚ‬
ِ
ً ََ ْ َ ََ ْ َ ْ ْ َ َ
‫ﻦﻴ أﺑﺪا‬ٍ ‫ِإﻰﻟ ﻏﻔ ِ ﻃﺮﻓﺔ ﻗ‬
Artinya:
“Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri
Sendiri (tidak butuh segala sesuatu), dengan rahmat-Mu aku
minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan
diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata (tanpa mendapat
pertolongan dariMu).”

75
Faedah: Dzikir ini diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam pada Fathimah supaya diamalkan pagi dan petang.
11. Membaca dzikir berikut 100 kali :
َْ َ َ ْ ُ
ِ‫ﷲ َو ِﺤﺑﻤ ِﺪه‬
ِ ‫ﺳﺒﺤﺎن ا‬
Artinya:
“Maha suci Allah, aku memuji-Nya.” (Dibaca 100 x)
Faedah: Barangsiapa yang mengucapkan kalimat
‘subhanallah wa bi hamdih’ di pagi dan petang hari sebanyak
100 x, maka tidak ada yang datang pada hari kiamat yang lebih
baik dari yang ia lakukan kecuali orang yang mengucapkan
semisal atau lebih dari itu.
12. Membaca doa berikut 10 kali di pagi hari atau 100 kali dalam
sehari :
ّ ُ َ َ َ ُ َ ُ ْ َ ْ ُ َ َ ُ ْ ُ ْ ُ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ ُ َّ َ ٰ َ
ِ ‫ اﻟﻤﻠﻚ و اﺤﻟﻤﺪ وﻫﻮ ﺒﻟ‬، ‫ﺮﺷﻳﻚ‬
‫ﻞﻛ‬ ِ ‫ﻻ ِإﻟﻪ ِإﻻ اﷲ وﺣﺪه ﻻ‬
َ َ
‫ْ ٍء ﻗ ِﺪﻳ ْ ُﺮ‬
Artinya:
“Tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah semata, tidak
ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan segala pujian. Dia-
lah yang berkuasa atas segala sesuatu.”
Faedah 1 : Barangsiapa yang membaca dzikir tersebut
di pagi hari sebanyak sepuluh kali, Allah akan mencatatkan
baginya 10 kebaikan, menghapuskan baginya 10 kesalahan,
ia juga mendapatkan kebaikan semisal memerdekakan 10
budak, Allah akan melindunginya dari gangguan setan hingg
petang hari. Siapa yang mengucapkannya di petang hari, ia
akan mendapatkan keutamaan semisal itu pula.
Faedah 2 : Barangsiapa yang mengucapkan dzikir tersebut

76
dalam sehari sebanyak 100 x, maka itu seperti membebaskan
10 orang budak, dicatat baginya 100 kebaikan, dihapus
baginya 100 kesalahan, dirinya akan terjaga dari gangguan
setan dari pagi hingga petang hari, dan tidak ada seorang pun
yang lebih baik dari yang ia lakukan kecuali oleh orang yang
mengamalkan lebih dari itu.
13. Membaca doa berikut pada sore hari 3 kali :

َ‫ﺮﺷ َﻣﺎ َﺧﻠَﻖ‬ّ َ ‫ﺎﻣﺎت ِﻣ ْﻦ‬


َّ َّ َ َ ُُْ َ
ِ ِ ‫ﷲ اﺤﻛ‬ ِ ‫ﺎت ا‬
ِ ‫أﻋﻮذ ﺑِﻜ ِﻠﻤ‬
Artinya:
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna
dari kejahatan makhluk yang diciptakanNya.”
Faedah: Siapa yang mengucapkannya di petang hari,
niscaya tidak ada racun atau binatang yang mencelakakannya
di malam itu
14. Membaca doa berikut pada pagi hari saja :
a. Membaca doa berikut 1 kali :
َ َ ْ ْ َ َ ََ َ َ ْ ْ َ ْ ََ َ ْ َ ْ َ
‫ َو َﺒﻟ ِدﻳ ْ ِﻦ‬،‫ﻹﺧﻼ ِص‬ ِ ‫ﻠﻛﻤ ِﺔ ا‬
ِ ‫ﻹﺳﻼمِ وﺒﻟ‬ ِ ‫أﺻﺒﺤﻨﺎ ﺒﻟ ِﻓﻄﺮ ِة ا‬
ًْ ْ َ ْ َ َّ َ َّ ْ َ ُ َّ َ َّ َ ُ َ ّ َ
‫ َﺣ ِﻨﻴﻔﺎ‬،‫ َو َﺒﻟ ِﻣﻠ ِﺔ أﺑِﻴﻨﺎ ِإﺑ ْ َﺮا ِﻫﻴ َﻢ‬،‫اﷲ َﻋﻠﻴ ِﻪ َو َﺳﻠ َﻢ‬ ‫ﻧ ِﺒ ِﻴﻨﺎ ﺤﻣﻤ ٍﺪ ﺻﻰﻠ‬
‫ﻦﻴ‬ َ ْ ‫ُﻣ ْﺴﻠ ًﻤﺎ َو َﻣﺎ َﺎﻛ َن ﻣ َﻦ اﻟ ْ ُﻤ ْﺮﺸﻛ‬
ِِ ِ ِ
Artinya:
“Di waktu pagi kami memegang agama Islam, kalimat
ikhlas (kalimat syahadat), agama Nabi kami Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan agama bapak kami
Ibrahim, yang berdiri di atas jalan yang lurus, muslim dan
tidak tergolong orang-orang musyrik.”

77
b. Membaca doa berikut 3 kali :
ََ َْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ ُ
‫ َو ِزﻧﺔ َﻋ ْﺮ ِﺷ ِﻪ‬،‫ َو ِرﺿﺎ ﻏﻔ ِﺴ ِﻪ‬،‫ َﻋﺪد ﺧﻠ ِﻘ ِﻪ‬:ِ‫ﷲ َو ِﺤﺑَﻤ ِﺪه‬ ِ ‫ﺳﺒﺤﺎن ا‬
َ َ َ
‫ﻠﻛ َﻤﺎﺗِ ِﻪ‬
ِ ‫َو ِﻣﺪاد‬
Artinya:
“Maha Suci Allah, aku memujiNya sebanyak makhluk-Nya,
sejauh kerelaan-Nya, seberat timbangan ‘Arsy-Nya dan
sebanyak tinta tulisan kalimat-Nya.”
Faedah: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan
pada Juwairiyah bahwa dzikir di atas telah mengalahkan
dzikir yang dibaca oleh Juwairiyah dari selepas Shubuh
sampai waktu Dhuha.
c. Membaca doa berikut 1 kali saat dzikir setelah shalat
subuh:
ً َّ َ َ ُ ً َ َ َ ً ّ َ ً ْ َ ً َ ً ْ َ ُ َ ْ َ ْ ّ َّ ُ َّ َ
‫ وﻗﻤﻼ ﻣﺘﻘﺒﻼ‬،‫ و ِرزﻗﺎ ﻃ ِﻴﺒﺎ‬،‫اﻟﻠﻬﻢ ِإ ِ أﺳﺄﻟﻚ ِﻋﻠﻤﺎ ﻧﺎﻓِﻌﺎ‬
Artinya:
“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang
bermanfaat (bagi diriku dan orang lain), rizki yang halal dan
amal yang diterima (di sisi-Mu dan mendapatkan ganjaran
yang baik).”
15. Membaca dzikir berikut 100 kali dalam sehari

ْ‫اﷲ َوأَﺗُ ْﻮ ُب إ َ ِﻪ‬


َ ‫أَ ْﺳﺘَ ْﻐﻔ ُﺮ‬
ِ ِ
Artinya:
“Aku memohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya.”

78
Maraji’ :
- Al Utsaimin Muhammad bin shalih / shifatus shalatin nabi / www.
samela.com
- Isham Musha Hadi / shifatu wudhuin nabiyyi wa shalatuhu lil
imam al albani / kulalsala iyeen.com
- Sifat shalat / www.rumaisha.com
- tata cara shalat / www.muslim.or.id
- panduan praktis tata cara wudhu / www.muslim.or.id
- tayammum nabi / muslim.or.id
- Dony Ari wibowo / petunjuk praktis hukum dan kai iyyah shalat
beserta dalil - dalilnya / abul - jauzaa.blogspot.com
- Muhammad Abduh Tuaisikal / Dzikir pagi dan petang / www.
rumaisha.com
- Dan lain lain

79
KEUTAMAAN BAHASA ARAB

A. Keutamaan Bahasa Arab


Bahasa Arab adalah bahasa yang lurus, mudah dipahami dan
mudah digunakan sebagai hukum manusia. Allah Menyatakan:
َ ُ َّ َ َّ َ َ ْ ‫ﻗُ ْﺮآﻧًﺎ َﻋ َﺮﺑ ًّﻴﺎ َﻟ‬
‫ﺮﻴ ِذي ِﻋ َﻮ ٍج ﻟ َﻌﻠ ُﻬ ْﻢ ﻓﺘﻘﻮن‬ ِ
“ (Ialah) Al-Qur;an dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan
(di dalamnya) supaya mereka bertakwa.” (Qz. Az-Zumar: 28).
Dalam ayat lain disebutkan:
َ
‫( َﺒﻟ‬٣٩١) ‫ﻦﻴ‬
ُ ‫وح اﻷﻣ‬ ُ ‫اﻟﺮ‬ َ
ُّ ‫ﻧﺰل ﺑ ِﻪ‬ (٢٩١) َ ‫ﺰﻨﻳﻞ َر ّب اﻟْ َﻌﺎﻟَﻤ‬
‫ﻦﻴ‬
ُ َ َ ُ َّ َ
‫}وإِﻧﻪ ﺤﻛ‬
ِ ِ ِ ِ
{(٥٩١) ‫ﻦﻴ‬ ‫ﺒ‬‫ﻣ‬ َ ‫ﻮن ِﻣ َﻦ اﻟ ْ ُﻤﻨْﺬر‬
ُ ّ ‫( ﺑﻠ َﺴﺎن َﻋ َﺮ‬٤٩١) ‫ﻳﻦ‬ َ ُ َ َ َْ
‫ﻗﻠ ِﺒﻚ ِﺤﻛﻜ‬
ٍ ِ ٍِ ٍ ِِ ِ ِ
“Dan sesungguhnya Al Qur’an ini benar benar diturunkan oleh
Tuhan semesta alam. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),
ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang
di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa
Arab yang jelas.” ( Qs. Asy-Syura: 192-195).
Sebagaimana disebutkan dalam, Zaad Al-Masiir karya Ibnu Jauzi,
Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab yaitu bahasanya orang
quraisy yang setiap orang mudah memahaminya., Juga dalam ayat
lain disebutkan,
ْ ْ ْ َ َ َٰ َ
ۚ ‫َوﻛﺬﻟِﻚ أﻧ َﺰﺠَ ُﺎه ُﺣﻜ ًﻤﺎ َﻋ َﺮﺑِ ًّﻴﺎ‬

80
“Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai
peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab.” (Qs. Ar Ra’du:37).
Disebutkan dalam tafsir Al-Jalalain, bahasa Arab digunakan
sebagai hukum ditengah-tengah manusia. Dalam Zaad Al-Masiir
disebutkan bahwa bahasa Arab bisa digunakan untuk menerangkan
hukum-hukum yang wajib.

B. Keutamaan Mempelajari Bahasa Arab


Pertama:
Keutamaan bahasa Arab amatlah jelas karena bahasa Arab adalah
bahasa Al-Qur’an Al Karim. Cukup alasan inilah yang jadi alasan
besar kenapa kita harus mempelajari bahasa Arab. Keistimewaan
bahasa Arab disebutkan dalam Al-Qur’an lebih dari sepuluh tempat,
diantaranya pada ayat:
َ َّ َ َ َّ َ َ ّ ُ ْ
(٧٢) ‫ﻞﻛ َﻣﺜ ٍﻞ ﻟ َﻌﻠ ُﻬ ْﻢ ﻓﺘَﺬﻛ ُﺮون‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫آن‬ ْ ‫ﺎس ﻲﻓ َﻫ َﺬا اﻟْ ُﻘ‬
‫ﺮ‬
َّ َ ْ َ َ ْ َ َ َ
‫ﻠﻨ‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫}وﻟﻘﺪ ﺮﺿﺑﻨﺎ ﻟ‬
َ ُ َّ َ َّ َ َ ْ ‫ﻗُ ْﺮآﻧًﺎ َﻋ َﺮﺑ ًّﻴﺎ َﻟ‬
(٨٢) ‫ﺮﻴ ِذي ِﻋ َﻮ ٍج ﻟ َﻌﻠ ُﻬ ْﻢ ﻓﺘﻘﻮن‬ ِ
“Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran
ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.
(Ialah) Al Quran dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan
(didalamnya) supaya mereke bertakwa.” ( Qs. Az Zumar: 27-28)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
َْ َ ْ ُ َ ََ ُ َ ّ
‫اﻹﺳﻼمِ َوأﻫ ِﻠ ِﻪ‬
ِ ‫اﻟ ِﻠﺴﺎن اﻟﻌﺮ ِ ِﺷﻌﺎر‬
“Bahasa Arab adalah syi’ar Islam dan syi’ar kaum muslimin.”
Disebutkan dalam Iqtidha’ Shirath Al-Mustaqim.

Kedua:
Bahasa Arab memiliki hubungan erat dengan hadist-hadist

81
Rasulullah. Hal itu ditunjukkan bahwa asal hadist Rasulullah adalah
menggunakan bahasa Arab.
Dalam Jaami’ul ushul ϔii Ahaaditsir Rasul, Ibnu Atsir telah
menjelaskan bahwa dasar untuk dapat mengetahui dan memahami
hadist Rasulullah adalah menguasai bahasa Arab. Beliau mengatakan,
“Mengetahui bahasa Arab dan I’rob adalah dasar untuk dapat mengerti
hadist, karena syari’at yang suci ini datang dengan menggunakan
bahasa Arab.” (Jaami’ul ushul ϔii Ahaaditsir Rasul, I/37)
Al Imam Syu’bah berkata : “Perumpamaan orang belajar ilmu
hadist, tetapi dia tidak mengerti nahwu adalah seperti binatang yang
diatasnya terdapat keranjang akan tetapi tidak ada apa-apanya.”
(Roudhotul Uqola’ Ibnu Hibban, hal. 175)
Dalam riwayat lain dari Hammad bin Salamah, ia berkata:
“Perumpamaan bagi orang yang belajar ilmu hadist sedangkan ia tidak
mengerti nahwu, ibarat keledai yang diatasnya terdapat keranjang
akan tetapi tidak ada gandumnya.” ( al-Jaamil li Akhlaaqir Rowi wa
Adabis Saami’, II/13, no. 1081 dan Mu’jamul Udaba’, I/89)

Ketiga:
Bahasa Arab juga memiliki hubungan erat sekali dengan iqih. Hal
itu dapat terlihat dari beberapa segi berikut ini.
Sumber utama iqih islami adalah Al-Qur’an dan Al-Hadist
Mengingat bahwa sumber utama iqih adalah Al Quran dan Sunnah
yang memakai bahasa Arab, maka sudah sepantasnya bagi seorang
ahli iqih untuk menguasai bahasa Arab. Tsa’lab berkata:
“Seorang faqih (ahli iqih) itu membutuhkan untuk menguasai
bahasa Arab dengan kebutuhan yang mendesak.” (Al-Muzhir ϔii ‘Ulumil
Lughoh, Jalaluddin As-Suyuthi, II/302 dan beliau menisbatkan kepada
Amaalii Tsa’lab.)
Sebagian ahli ilmu juga mengatakan:
Menguasai bahasa Arab bagi kita hukumnya wajib seperti wajibnya

82
sholat. Tidaklah agama ini akan terjaga melainkan dengan memelihara
bahasa. (Al-Muzhir ϔii ‘Ulumil Lughoh, Jalaluddin As-Suyuthi, II/302)

Keempat:
Bahasa Arab juga dangan berkaitan erat dengan ushul iqih yaitu
sebuah cabang ilmu syari’at yang membahas tentang masalah dalil-
dalil syari’at dan bagaimana cara mengambil faedah (hukum) dari
dalil-dalil tersebut.
Ada beberapa segi yang menunjukkan eratnya hubungan tersebut,
antara lain:
Seorang mujtahid adalah menguasai bahasa Arab. Seorang
mujtahid harus menguasai bahasa Arab. Hal itu karena Al-Qur’an dan
Hadist tidak dapat dipahami kecuali dengan memahami bahasa Arab.
Ketika menjelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
seorang mujtahid, Imam Asy-Syaukani menjelaskan, “Syarat yang
ketiga adalah bahwa seorang mujtahid harus menguasai bahasa Arab
yang dapat memungkinkannya untuk menafsirkan apa yang ada
dalam Al-Kitab dan As-Sunnah yang berupa kata-kata yang asing,dan
sebagainya.” (Irsyaadul Fuhuul, hal. 251)
Banyaknya pembahasan yang berkaitan dengan bahasa Arab.
Dalam ushul iqih terdapat banyak sekali masalah yang sangat
berkaitan dengan masalah bahasa antara lain masalah istitsna’
(pengecualian), dilalah al-alfaadz ala al-ma’na (penunjukan lafal-lafal
kepada makna-makna), shiyagh al-’umum (konteks keumuman), dan
lain-lain.

Kelima:
Orang yang paham bahasa Arab, terutama paham kaedah-kaedah
dalam ilmu nahwu akan semakin mudah memahami Islam daripada
yang tidak mempelajarinya sama sekali. Apalagi jika tugas seseorang
sebagai penyampai dakwah, menjadi seorang da’i, kyai atau ustadz,

83
tentu lebih urgent lagi mempelajarinya agar mudah memberikan
pemahaman agama yang benar pada orang banyak.

Keenam:
Orang yang paham bahasa Arab akan mudah menggali ilmu dari
ulama secara langsung atau membaca berbagai karya ulama yang
sudah banyak tersebar saat ini. Sedangkan yang tidak paham bahasa
Arab hanya bisa mengandalkan kitab terjemahan dan itu sifatnya
terbatas.

Ketujuh:
Bahasa Arab itu bahasa yang lembut dan lebih mengenakkan hati,
serta menentramkan jiwa. Ibnu Katsir saat menjelaskan surat Yusuf
ayat kedua mengatakan:

‫ وأﻛﺮﺜﻫﺎ ﺗﺄدﻳﺔ ﻟﻠﻤﻌﺎ‬،‫ﻷن ﻟﻐﺔ اﻟﻌﺮب أﻓﺼﺢ اﻟﻠﻐﺎت وأﺑﻴﻨﻬﺎ وأوﺳﻌﻬﺎ‬


‫اﻟﻲﺘ ﺗﻘﻮم ﺑﺎﺠﻔﻮس‬
“Karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling fasih, paling
jelas, paling luas (kosakatanya), dan paling banyak makna yang
menentramkan jiwa.”

Kedelapan:
Bahasa Arab adalah bahasa yang paling mulia. Ibnu Katsir
rahimahullah juga menyatakan:
َ
‫ ﺑﺴﻔﺎرة‬،‫ ﺒﻟ أﺮﺷف اﻟﺮﺳﻞ‬،‫ﻓﻠﻬﺬا أﻧﺰل أﺮﺷف اﻟﻜﺘﺐ ﺑﺄﺮﺷف اﻟﻠﻐﺎت‬
‫ واﺑﺘﺪئ إﻧﺰا ﻲﻓ‬،‫ وﺎﻛن ذﻟﻚ ﻲﻓ أﺮﺷف ﺑﻘﺎع اﻷرض‬،‫أﺮﺷف اﻤﻟﻼﺋﻜﺔ‬
‫ ﻓﻜﻤﻞ ﻣﻦ ﻞﻛ اﻟﻮﺟﻮه‬،‫أﺮﺷف ﺷﻬﻮر اﻟﺴﻨﺔ وﻫﻮ رﻣﻀﺎن‬
“Karena Al-Qur’an adalah kitab yang paling mulia, diturunkan

84
dengan bahasa yang paling mulia, diajarkan pada Rasul yang paling
mulia, disampaikan oleh malaikat yang paling mulia, diturunkan di
tempat yang paling mulia di muka bumi, diturunkan pula di bulan
yang mulia yaitu bulan Ramadhan. Dari berbagai sisi itu, kita bisa
menilai bagaimana mulianya kita suci Al-Qur’an.”
Oleh karena itu Allah nyatakan tengan bahasa Arab:
َ ُ ْ َ ْ ُ َّ َ َ ًّ َ َ ً ْ ُ ُ َ ْ َ َّ
(٢) ‫ِإﻧﺎ أﻧﺰﺠﺎه ﻗﺮآﻧﺎ ﻋﺮﺑِﻴﺎ ﻟﻌﻠﻜﻢ ﻳﻌ ِﻘﻠﻮن‬
“Sesungguhnya Kami menurunkannya beruapa Al Quran dengan
bahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (QS. Yusuf:2)

85
86
87
88

Anda mungkin juga menyukai