Anda di halaman 1dari 2

Metode Ibtidai Cara Baca Kitab Kuning-Mujahidin Rahman (44) prihatin dengan

kondisi saat ini. Keprihatinan itu muncul lantaran banyak kawula muda yang mulai
tidakngeh untuk mempelajari kitab kuning.

Bagi mereka kitab salaf susah untuk mempelajarinya. Meskipun ada yang masih
mempelajarinya dalam pemaknaan kitab memakai huruf latin bukan makna pegon.

Atas keprihatinan itu, pengasuh pondok pesantren Nurul Ikhlas desa Langon RT.09
RW.04 kecamatan Tahunan Jepara 1 Muharram 1436 H kemarin menerbitkan metode
cara mudah dan ringan membaca kitab kuning bernama metode Ibtidai.

Dinamakan Ibtidai karena metode ini sebagai bentuk permulaan untuk belajar ilmu
nahwu baik jurumiyah, imrithi dan alfiyah. Dalam metode ini berbeda dengan yang lain.

Biasanya metode mempelajari ilmu nahwu diawali dengan kalam, kalimat per kalimat.
Tetapi di sini tanpa harus menata, membentuk dan menyusun menjadi sebuah kalimat
melainkan langsung dari kitab kuning.

Kiai muda lulusan pesantren Maslakul Huda Pati ini memilih langsung teks kitab cukup
beralasan. “Dengan langsung belajar teks kitab akan dapat tiga plus. Plus pertama bisa
membaca teks, kedua bisa menulis makna dan plus ketiga bisa menguasai ilmu alat,
nahwunya,” terangnya saat ditemui di kediamannya, Sabtu (18/04/15).

Menguak Kitab Salaf


Dihadirkannya metode ini kata lelaki kelahiran Jepara 3 Mei untuk menguak rahasia
kitab salaf. “Kalau dengan metode yang lama apalagi dengan kondisi kawula muda saat
ini sudah pasti susah dipelajari,” jelasnya.

Sehingga tambah kiai yang pernah mengaji di pesantren An Nur Bantul ini membuat
cara agar kitab kuning bisa dipelajari dengan mudah.
Sebagaimana metode Yanbua dan Qiroati yang bisa dipelajari dengan mudah oleh anak-
anak.

“Yanbua dan Qiroati saja bisa dipelajari dengan mudah oleh anak-anak. Kitab kuning
juga harus bisa,” tambahnya sembari meyakinkan.

Metode yang dirampungkan dalam waktu 10 hari ini menggabungkan 3 hal metode
ulama salaf. Yakni bandongan, sorogan, serta penguasaan nahwu dan shorof. Ketiga
metode ini di pesantren biasanya terpisah. Tetapi dalam metode ibtidai digabungkan
menjadi satu kesatuan.

Metode ini tidak untuk dihafalkan melainkan tetapi lebih pada meniteni, mengingat-
ingat. Bagi para penghafal al-qur’an metode ini juga tidak mengganggu konsentrasi
hafalan mereka. Juga tidak menambah beban segunung materi sekolah formal.

Konsep dan Materi


Adapun konsep dan materi ibtidai dibagi menjadi dua tingkatan. Pertama, pasca TPQ/
Madin/SD/Mi. kedua MTs/SMP/MA/SMK. Pasca TPQ dibagi dua tingkatan fan 1
mempelajari 4 kitab Tijan Addurari (Kitab Tauhid), Safinatun Najah (Kitab Fiqih),
Wasoya (Kitab Akhlak) dan Arbain (Kitab Hadits) perkitab ditempuh dua bulan.

Fan kedua dalam waktu yang sama delapan bulan dengan kitab Sulam Taufiq (Fiqih),
Tafsir Al Luqman (Kitab Al Qur’an) dan Khulasoh Nurul Yaqin (Tarikh). Adapun untuk
MTs dan MA dibagi dua kelompok yang diasramakan dan yang tidak diasramakan.

Waktu yang ditempuh selama satu tahun. Kitab yang dipelajari terkait Tauhid, Akhlak,
Fiqih, Nahwu dan Al qur’an. Setiap fan dilengkapi dengan beberapa buku yaitu:
Tuntunan Baca Tulis Pegon, Buku Prestasi Sorogan Membaca Kitab Kuning, Panduan
Pengajaran Metode Ibtidai, Kitab Gundul dan Kitab Bermakna gandul.

Dengan hadirnya motode ini generasi muda semakin cinta dengan kitab-
kitab salaf yakin makin ditinggalkan. “Saya juga berharap dengan metode
ini kawula muda menemukan berkah serta meneruskan perjuangan ulama
salaf,” harapnya

Anda mungkin juga menyukai