Anda di halaman 1dari 333

0

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu


Tidak sepantasnya seorang muslim
mengambil hak saudaranya tanpa
izin.
Dilarang menyebarkan ebook ini
dalam bentuk apapun untuk
kepentingan komersil tanpa izin
tertulis dari penyusun.
Abu Ubaidillah Abdurrahim
www.bhs-arab.com
www.arabiyyah25.blogspot.com

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

2

Muqaddimah


.
,


-

-


.


:

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

3
Segala puji hanyalah milik Alloh. Kami memuji, meminta pertolongan dan
ampunanNya. Dan kami berlindung kepada Alloh dari kejahatan diri-diri kami
dan keburukan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang ditunjuki oleh Alloh,
maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang
disesatkan oleh Alloh, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain
Alloh semata, tidak ada sekutu bagiNya. Dan saya bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan rasulNya.
Alloh ta'ala berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh sebenar-benar
takwa kepadaNya; dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam. (li Imrn : 102)
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian yang telah
menciptakan kalian dari diri yang satu, dan darinya Dia menciptakan
isterinya; dan dari keduanya Dia memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Alloh yang dengan
(mempergunakan) namaNya kalian saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Alloh selalu menjaga dan
mengawasi kalian. (An-Nis` : 1)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Alloh dan
ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Alloh memperbaiki bagi kalian
amalan-amalan kalian dan mengampuni bagi kalian dosa-dosa kalian. Dan
barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenangan yang besar. (Al-Ahzb : 70-71)
Adapun sesudah itu :
Sesungguhnya perkataan yang paling benar adalah Kalam Alloh (Al
Qur'an), sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallhu alahi
wa al lihi wa sallam. Dan sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan,
setiap yang diada-adakan itu adalah bidah, setiap bidah itu adalah sesat, dan
setiap kesesatan adalah di neraka.
Pembaca yang semoga dimuliakan oleh Alloh,
Sesungguhnya Allah ta'ala menurunkan kitabNya dengan bahasa Arab dan
menjadikan rasulNya sebagai orang yang menyampaikan Al Kitab dan As
Sunnah dariNya menggunakan bahasa Arab, serta menjadikan orang-orang
yang pertama masuk ke dalam agama Islam ini berbicara dengan bahasa
Arab. Alloh ta'ala berfirman :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

4

"Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa
Arab, agar kalian memahaminya." (Yusuf : 2).
Maka tidak ada jalan untuk mengenal dan memahami agama ini kecuali
dengan memahami bahasa tersebut. Mempelajarinya termasuk bagian dari
agama. Membiasakan berbicara dengannya menjadikan pemeluk agama ini
lebih mudah memahami agamanya dan lebih dekat kepada upaya
menegakkan syiar-syiar agama, serta menjadikan mereka lebih mirip dengan
orang-orang yang lebih dulu masuk ke dalam Islam dari kalangan Muhajirin
dan Anshar dalam semua urusan mereka.
Umar bin Al Khaththab radhiallahu 'anhu menulis surat kepada Abu Musa
radhiallahu 'anhu :

. , , , ,
"Amma ba'd. Berusahalah untuk memahami sunnah, berusahalah untuk
memahami bahasa Arab. Ucapkanlah Al Qur'an dengan bahasa Arab yang
fasih, karena Al Qur'an itu menggunakan bahasa Arab yang fasih."
Beliau radhiallahu 'anhu juga berkata :

"Pelajarilah bahasa Arab dan ajarkanlah kepada orang lain."


(Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dan Ibnu Al Anbari dalam Al Idhah dari
perkataan Umar bin Al Khaththab radhiallahu 'anhu. Juga diriwayatkan oleh
Ibnu Abi Syaibah dari Ubay bin Ka'b radhiallahu 'anhu secara mauquf).
Ilmu bahasa Arab memiliki dua belas cabang, di antaranya adalah Ilmu
Nahwu. Ilmu Nahwu adalah ilmu tentang kaidah-kaidah yang dengannya bisa
diketahui hukum-hukum akhir kata dalam Bahasa Arab ketika sudah tersusun
dalam kalimat.
Ilmu Nahwu adalah ilmu yang mulia, ilmu alat, yang dipelajari sebagai
sarana untuk memperoleh dua tujuan, yaitu :
1. Memahami Al Qur'an dan As Sunnah
2. Meluruskan lisan agar berbicara dengan bahasa Arab yang fasih,
yang mana Al Qur'an diturunkan dengan bahasa tersebut.
Mempelajari ilmu Nahwu pada awalnya memang susah, tetapi pada
akhirnya akan menjadi mudah. Sebagian ulama mengumpamakan ilmu
Nahwu seperti rumah kayu yang pintunya terbuat dari besi. Yakni, memang
susah untuk memasukinya. Tetapi jika kita sudah berhasil masuk ke
dalamnya, semuanya akan menjadi mudah. Oleh karena itu, seseorang yang
belajar bahasa Arab hendaknya bersemangat untuk memahami dasar-dasar
ilmu Nahwu sehingga akan terasa mudah baginya sisa pembahasan yang lain.
Seorang penuntut ilmu dalam disiplin ilmu apapun hendaknya memulai
dengan mempelajari ringkasan sebelum beralih kepada kitab-kitab yang
besar.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

5
Para ulama telah menulis banyak kitab dalam bidang Nahwu. Di antaranya
ada yang berupa ringkasan (matan), di antaranya ada pula yang berupa
pembahasan panjang. Di antara karya ulama dalam bidang Nahwu yang
berupa ringkasan adalah Matan Al Ajurrumiyyah.
Matan Al Ajurrumiyyah disusun oleh Abu Abdillah Muhammad bin
Muhammad bin Dawud Ash Shanhaji, seorang ulama Nahwu yang masyhur
yang berasal dari Al Maghrib (Maroko) yang meninggal pada tahun 723 H.
Dalam bidang Nahwu, beliau berpegang pada madzhab Ulama Kuffah.
Matan Al Ajurrumiyyah merupakan matan yang cocok untuk dipelajari oleh
penuntut ilmu yang masih pemula karena berisi dasar-dasar dalam ilmu
Nahwu, dan tidak menyebutkan perselisihan para ulama.
Matan tersebut telah dipelajari dan diajarkan hampir di seluruh penjuru
dunia, termasuk di Indonesia. Hampir bisa dipastikan di setiap pondok di
Indonesia, materi pertama yang diajarkan dalam bidang Nahwu adalah matan
tersebut.
Merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa banyak penuntut
ilmu yang mengalami kesulitan ketika pertama kali belajar matan tersebut.
Bahkan karena susahnya memahami matan tersebut, merekapun merasa
putus asa untuk bisa belajar Bahasa Arab. Merasa tidak mungkin untuk bisa
membaca tulisan Arab gundul. Oleh karena itu - dengan memohon
pertolongan dari Alloh ta'ala saya mencoba untuk menyusun sebuah ebook
(buku elektronik) yang berisi panduan belajar ilmu nahwu, yang merupakan
pembahasan Matan Al Ajurrumiyyah.
Sebagian besar dari ebook ini sebenarnya adalah terjemahan dari kitab Al
Mumti' Syarh Al Ajurumiyyah karya Syaikh Abu Anas Malik bin Salim bin
Mathar Al Mahdzari, salah seorang murid Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi'i
rahimahullah. Syaikh Muqbil rahimahullah merupakan seorang ulama Ahlus
Sunnah abad ini yang berasal dari Yaman.
Di samping terjemahan dari kitab Al Mumti', saya juga menambahkan
penjelasan dari saya sendiri dan dari beberapa kitab Nahwu yang lain, di
antaranya :
1. Syarh Al Ajurumiyyah karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin
rahimahullah
2. Al Hulal Adz Dzahabiyyah 'Ala At Tuhfah As Saniyyah karya Syaikh
Muhammad Ash Shaghir bin Qaid bin Ahmad Al 'Abadili Al Maqthiry
3. Mulakhkhas Qawa'id Al Lughah Al 'Arabiyyah karya Syaikh Fu'ad Na'mah
Dalam menyusun ebook ini, saya menempuh metode berikut :
1. Saya mencantumkan biografi Syaikh Muhammad bin Dawud As
Shinhaji, penyusun Matan Al Ajurumiyyah yang saya nukil secara
ringkas dari kitab Al Mumti' dan Kitab Al Hulal Adz Dzahabiyyah .
2. Pada setiap bab yang saya anggap perlu, saya letakkan Tujuan
Pembelajaran agar pembaca memiliki gambaran apa saja yang akan
dipelajari dalam bab tersebut, dan harapan setelah mempelajarinya.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

6
3. Saya berikan penjelasan yang merupakan terjemahan dari kitab Al
Mumti', juga tambahan penjelasan dari saya dan dari beberapa kitab
Nahwu yang telah saya sebutkan di atas.
Dalam melakukan penerjemahan, saya tidak menambahkan apapun
kecuali yang saya anggap perlu untuk dijelaskan karena samarnya
makna yang dimaksud. Pun setelah saya jelaskan, saya masih
membiarkan beberapa istilah pada beberapa tempat dalam ebook ini,
karena sebagaimana makna dari kata Nahwu yang berarti
perumpamaan, maka saya membiarkan istilah itu tetap menjadi istilah.
Penting bagi kita untuk membiarkan istilah-istilah itu. Misalnya, kita
tetapkan bahwa Al Kalam adalah Al Kalam meskipun kita tahu artinya
adalah kalimat. Dan kita tetapkan bahwa Fail adalah Fail meskipun kita
tahu bahwa artinya adalah yang melakukan perbuatan. Karena itu
semua telah masyhur, maka kita jangan membuat istilah baru yang
nantinya akan menyulitkan kita juga.
4. Saya menjadikan terjemah dari sebagian contoh dalam bentuk
Terjemah Lafdziyyah dan Terjemah Maknawiyyah untuk memudahkan
pembaca yang masih pemula. Adapun sebagian contoh yang lain,
langsung saya sebutkan Terjemah Maknawiyyah-nya karena saya
merasa bahwa dalam pembahasan tersebut tidak dibutuhkan Terjemah
Lafdziyyah.
5. Pada akhir setiap bab terdapat bagan yang merupakan ringkasan dari
bab tersebut, sebagaimana yang terdapat dalam kitab Al Mumti'. Saya
menambahkan beberapa bagan pada akhir bab-bab yang dalam kitab Al
Mumti' tidak diletakkan bagan padanya.
6. Pada akhir setiap bab yang saya anggap perlu, saya letakkan soal-soal
latihan beserta kunci jawaban yang terkadang merupakan nukilan dari
Kitab Al Hulal Adz Dzahabiyyah.
Sebagai penutup, saya berpesan hendaknya ebook ini tidak dijadikan
sebagai pegangan utama dalam belajar nahwu. Belajarlah secara langsung
kepada guru. Adapun ebook ini hanyalah sebagai penunjang untuk membantu
memahami penjelasan yang telah didapat dari guru tersebut.
Saya mengucapkan terima kasih banyak jazahumullahu khairan kepada
ustadz-ustadz maupun santri senior yang dahulu telah mengajari saya
bahasa Arab di pondok pesantren. Saya betul-betul banyak mendapatkan
manfaat dari ilmu yang telah mereka berikan.
Saya berharap ebook ini menjadi salah satu sebab terbantunya kaum
muslimin setelah taufiq dari Alloh ta'ala - untuk bisa memahami ilmu Nahwu
dengan mudah, dan menepis anggapan bahwa belajar bahasa Arab
merupakan sesuatu yang sangat amat sulit.
Saya memohon kepada Alloh ta'ala agar menjadikan amalan ini ikhlas
hanya untuk mengharap wajahNya, dan menjadikannya sebagai pemberat
timbangan kebaikan saya di akhirat.
Wa shallallahu 'ala nabiyyina Muhammad wa alihi wa shahbihi wa sallam.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

7
Biografi Ibnu Ajurrum, Penyusun Matan Al Ajurrumiyyah
Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Dawud Ash Shanhaji. Ash
Shanhaji adalah nisbat kepada Shanhajah, sebuah kabilah yang masyhur dari Himyar
yang terletak di Al Maghrib (sekarang Maroko). Di negara itulah terletak sebuah desa
bernama Fas yang merupakan kampung halaman beliau dan di sana pula beliau
mengajar. Beliau lahir pada tahun 672 H. Beliau adalah seorang ahli sastra, nahwu dan
qira'ah.
Makna dari lafadz Ajurrum, ada sebagian kitab biografi yang menyebutkan bahwa
lafadz itu adalah lafadz non Arab, tepatnya dari bahasa Barbar. Maknanya yaitu Al
Faqir Ash Shufi (orang fakir yang memakai pakaian dari bulu domba). Akan tetapi
seorang ulama bernama Ibnu 'Anqa menafikan hal itu dengan perkataan beliau,"Saya
tidak mendapati orang-orang Barbar mengetahui makna itu, hanya saja di kabilah
Barbar ada sebuah kabilah yang disebut dengan Bani Ajurrum." (Lihat Kitab Al Kawakib
Ad Durriyah jilid 1/25).
Cara membaca lafadz

yaitu dengan memfathahkan hamzah mamdudah,

mendhammahkan huruf jim, dan mentasydidkan huruf ra' yang didhammah juga. Jadi
dibaca : Al Aajurruumiyyah. (Lihat referensi sebelumnya).
Seorang ulama bernama Ibnul Haj berkata : "Beliau memiliki banyak karya tulis dan
guru. Di antara mereka adalah Abu Hayyan (penyusun kitab Al Bahrul Muhith)."
Ibnu Ajurrum menulis beberapa kitab dan syair-syair. Di antara karya tulis beliau adalah
Muqaddimah Al Ajurrumiyyah dalam ilmu nahwu yang menjadi sebab ketenaran beliau.
Sebagian orang yang membuat kitab penjelasan terhadap muqaddimah tersebut
(seperti Ar Ra'i) mengira bahwa beliau menulisnya di depan Ka'bah, lalu
melemparkannya ke laut dan berkata, "Jika ditulis dengan ikhlas karena Alloh, tidak
akan basah." Dan memang kitab beliau itu tidak basah. Namun kisah ini tidak ada
sanadnya, dan perbuatan tersebut tidak disyariatkan di dalam Islam.
Beliau meninggal di bulan Shafar pada tahun di mana Ibnu Malik meninggal, yaitu
tahun 723 H. Beliau dimakamkan di pemakaman Bab Al Hadid yang terletak di kampung
halaman beliau.
(Dinukil secara ringkas dari kitab Al Mumti' Fi Syarhi Al Ajurrumiyyah hal. 9-10 dan Kitab
Al Hulal Adz Dzahabiyyah hal. 27).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

8
MATAN AL AJURRUMIYYAH

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu





- :-




.
:
,

.
:


,


, , , , ,

,
,
, , ,.
,
,
, ,


.


,

, ,

,
,
,
,
, ,




.

,
,
,


:
, .
,

Ilmu Nahwu

Panduan Belajar

10


, , ,
,



.



,
, ,

,
.
,


,
.





,
,

,
.



.

:




:



.



"

"
:
:



.

:

:
.



: .

:


:

Ilmu Nahwu

Panduan Belajar

11


.


:
:

.

:
.


.

:


.


,


.


: , ,

,




.

:

: .

Ilmu Nahwu

Panduan Belajar

12

.





.




. :

,
,
:
, ,



.
.
,
"

"

.

,

, , .

, , , , , , ,




, , , ,
, ,
,
""
, , , , ,
.

Ilmu Nahwu

Panduan Belajar

13




.

,
,
, " "
" "
, , ,


, , .

,


,


.
.
,

,
, ,



,
,
,


,
,


,
,

,

,
,

,


,





,
,
,
,
,
.


,


,
,
,
,
,

,
,
"


,
,".

,
,

.
,


,

" " " "


" "



"
,
Ilmu Nahwu

Panduan Belajar

14

,
" .

,
,
,
,
,

,

"

".

,
,
,
,




:

"
" " .
"
,


" "



:



( : ) ( ),
.

.


:

:

:


:

, .



,
,
, ,

,
, ,
, ,
Ilmu Nahwu

Panduan Belajar

15

,
, , ,
,

, ,

, ,
,

.
,
"




" ,


:
:







:








:





.






,
, ;
,



.

, , ,





,
.

, ,



,


,


.






Ilmu Nahwu

Panduan Belajar

16


, , , , , , , , ,


,
, ,


,






, ".

,
,
"


"

".

,
,
, , ,
, , ,

,

.
,
,


,
,


, ,




" ,


,
,

"
,

.






,


, ,



,


,
,

, , ,

,

,
,


.


:

Ilmu Nahwu

Panduan Belajar

17


,

, ,






,



,






,


,
,
,
,
,
,
,
,


,
,
,


,
, ,
,
, , , , , ,
,

.
,








,
,






,
,

.
, ,

"" , , , , , ,


, , ,
,

Ilmu Nahwu

Panduan Belajar

18

,

,
, ,
""


, ,
, , ,
.
, , ,


,
"
,



"

"

"
" "
, ,
.







" ,"
,
"


,

" "
"
"
" "
"
" "



"

"
, .


, , , , , , ,

"
"
, "


"


" " "



"
,

Ilmu Nahwu

Panduan Belajar

19


"
"

"
"

"
"
,


, , , ,
" "
, , ,
, "

, "
" ".




" "
""



""

"" "


"





" " .

"" ,
".

,

,


,
: ,


, " " " "


Ilmu Nahwu

Panduan Belajar

20





,
" "
"


,

".





"


"" "




, ,
".


;
,
" "
" "
,
,

.








,




,

, ,


,
,


, , , , ,


, , .
, , , ,

" "

, ;
,


"


.

" "
" " , "
"

Ilmu Nahwu

Panduan Belajar

21

MEMBEDAH AL AJURRUMIYYAH
Penyusun Matan Al Ajurrumiyyah, As Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin
Muhammad bin Dawud As Shanhajy rahimahullah berkata :



:
,

Jenis-Jenis Kalam

Al kalam adalah lafadz yang disusun yang berfaidah dengan


menggunakan bahasa Arab.
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Menyebutkan
Menyebutkan
Menyebutkan
Menyebutkan
Menyebutkan
Menyebutkan

dan memahami definisi kalam.


dan memahami definisi lafadz.
dan memahami definisi al murakkab.
dan memahami definisi al mufid.
dan memahami definisi bil wadh'i.
contoh kalimat yang bisa disebut sebagai kalam.

Penjelasan :
Akhi fillah, saudaraku yang semoga dirahmati oleh Alloh ta'ala. Di awal kitab,
penulis menjelaskan definisi kalam. Apa maksud dari Kalam? Agar kita lebih
mudah memahaminya, kita kembalikan ke bahasa Indonesia dulu. Dalam
bahasa Indonesia, sebenarnya kalam itu sama dengan kalimat.
Bagaimanakah kalimat di dalam bahasa Arab itu?
Menurut definisi beliau, kalam itu harus mengandung empat hal berikut :

lafadz, maksudnya adalah suara yang mengandung sebagian

huruf Hijaiyyah. Dalam bahasa kita sama dengan 'kata'.


Sekarang ada pertanyaan, bagaimana kalau huruf Hijaiyyah itu bukan berupa
suara, tapi berupa tulisan? Apa masih disebut sebagai kalam? Menurut para

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

22
ulama Nahwu, jawabannya tidak. Kenapa tidak? Karena tidak sesuai dengan
definisi lafadz. Coba lihat dan renungkan lagi definisi lafadz di atas.
Begitu pula kalau suara atau ucapan itu tidak mengandung sebagian huruf
Hijaiyyah, suara itu tidak bisa disebut sebagai kalam. Misalnya ucapan kita
dengan menggunakan bahasa Indonesia. Atau misal yang lain suara pintu
ditutup, langkah kaki, dan yang sejenisnya.

: yang disusun, maksudnya terdiri dari dua kata atau lebih. Dalam
bahasa kita jelas bahwa yang namanya kalimat itu terdiri lebih dari satu kata.
Kalau hanya satu kata saja ya namanya kata, bukan kalimat. Begitu juga
dalam bahasa Arab, kalau hanya satu kata saja maka itu namanya lafadz,
bukan kalam.
Hal ketiga yang harus ada pada sebuah kalam adalah :

: berfaidah, maksudnya ketepatan orang yg berbicara dalam

menghentikan kalimat yang diucapkannya. Lebih jelasnya, ucapan yang


dilontarkan seseorang itu sudah memiliki makna yang sempurna.
Maksudnya? Maksudnya, lawan bicaranya sudah bisa faham dan tidak
menunggu kelengkapan dari ucapannya. Kita ambil contoh dari perkataan
Alloh ta'ala, surat Al Isro' ayat ke-8 :

"Dan jika kalian kembali kepada (kedurhakaan) niscaya Kami kembali


(mengadzab kalian)."
Nah, itu adalah contoh kalimat yang mufid, yang sudah memiliki makna yang
sempurna karena orang yang mendengarnya sudah bisa faham dan tidak
menunggu perkataan yang lain lagi. Kalau kalimatnya hanya :


"Dan

jika kalian kembali kepada (kedurhakaan)"

maka kalimat itu tidak mufid, karena maknanya belum sempurna, dan orang
yang mendengarnya masih menunggu kelanjutannya. Mungkin dia masih
bertanya-tanya di dalam hati,"Kalau kami kembali kepada kedurhakaan, terus
apa akibatnya?" Jadi kalimat
karena tidak mufid.

tadi belum bisa disebut sebagai kalam

Hal terakhir yang harus ada pada sebuah kalam adalah :

: asal artinya adalah "dengan peletakan," tapi sebagian ulama

mengatakan bahwa

di sini maksudnya adalah "dengan bahasa Arab."

Jadi kalam itu harus berasal dari bahasa Arab. Kalau bukan dari bahasa Arab,
maka bukan kalam namanya. Misalnya kalimat-kalimat berbahasa Indonesia.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

23
Contoh kalam adalah ucapan kita ketika mendapat kenikmatan dari Alloh :


Kalimat di atas sudah mengandung empat perkara yang dijelaskan tadi.
Pertama, kalimat itu merupakan lafadz (

) karena berupa suara yang

terdiri dari sebagian huruf Hijaiyyah. Kedua, kalimat itu disusun )

) dari

beberapa lafadz atau kata. Selanjutnya, kalimat itu sudah bisa difahami
maknanya (

( . Terakhir, kalimat itu berasal dari bahasa Arab (


) .

Jadi yang namanya kalam harus mengandung keempat perkara tadi.


Ketika ada satu saja dari perkara itu yang hilang, maka tidak bisa disebut
sebagai kalam.

Sampai di sini selesai pembahasan tentang definisi kalam. Bagaimana, sudah


faham? Kalau belum, coba baca lagi penjelasan di atas dan fahami sedikit
demi sedikit. Semoga Alloh memudahkan antum untuk memahaminya.
Soal-Soal Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan kalam ?

?
Apa yang dimaksud dengan
?
Apa yang dimaksud dengan
?
Apa yang dimaksud dengan
?

2. Apa yang dimaksud dengan


3.
4.
5.

6. Berilah lima contoh kalam !


Kunci Jawaban

1. Kalam adalah lafadz yang


menggunakan bahasa Arab.
2.

disusun

yang

berfaidah

dengan

maksudnya adalah suara yang mengandung sebagian huruf

Hijaiyyah.
3.
4.

maksudnya terdiri dari dua kata atau lebih.


artinya berfaidah, maksudnya ketepatan

orang yg berbicara

dalam menghentikan kalimat yang diucapkannya.


5.

: asal artinya adalah "dengan peletakan," tapi sebagian ulama

mengatakan bahwa
Arab."
6. Lima contoh kalam :

Panduan Belajar

di sini maksudnya adalah "dengan bahasa

Ilmu Nahwu

24



Penulis berkata :

.
:


,


, , ,

,
,
,
, , ,
, ,
Kalam itu ada tiga bagian : isim, fiil, dan huruf yang memiliki arti.
Isim itu dikenal dengan khafadh, tanwin, kemasukan alif dan lam, dan
dengan adanya huruf khafadh. Huruf-huruf khafadh itu adalah:

, , , , ,
, ,

Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.

Menyebutkan bagian-bagian kalam.


Menyebutkan dan memahami ciri-ciri isim.
Menyebutkan definisi khafadh, tanwin, dan huruf khafadh.
Menyebutkan huruf-huruf khafadh.
Menentukan mana lafadz yang merupakan isim dalam sebuah kalimat.

Penjelasan :
Setelah menjelaskan tentang definisi kalam, sekarang penulis ingin
menjelaskan tentang bagian-bagian kalam. Beliau mengatakan bahwa kalam
itu ada tiga bagian, yaitu isim, fi'il, dan huruf. Maksudnya, kalimat yang

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

25
dipakai oleh orang Arab itu tidak lepas dari tiga perkara ini, yaitu isim, fi'il,
dan huruf. Tidak ada perkara yang keempat. Mari kita mengenal tiga bagian
kalam tersebut secara singkat.
Yang pertama adalah isim. Kalau dalam bahasa kita, sama dengan kata
benda.
Definisinya adalah : sebuah kata yang menunjukkan sesuatu tanpa bantuan
kata lain dan tidak berkaitan dengan waktu.
Sesuatu ini kadang berupa benda yang bisa dirasakan, seperti :


( tumbuhan).
( manusia), ( hewan), dan
Terkadang bisa juga berupa sesuatu yang sifatnya maknawi dan hanya bisa
difahami dengan akal, seperti :

(keberanian), ( kedermawanan), dan


(kewibawaan).

Yang kedua adalah fi'il. Dalam bahasa kita, sama dengan kata kerja.

Definisinya adalah : sebuah kata yang menunjukkan sesuatu tanpa bantuan


kata lain dan berkaitan dengan waktu.
Lihatlah perbedaan antara definisi isim dengan fi'il. Ini akan menjadi salah
satu sebab yang menjadikan kita bisa membedakan antara keduanya.
Definisi isim adalah : sebuah kata yang menunjukkan sesuatu tanpa bantuan
kata lain dan tidak berkaitan dengan waktu.
Sedangkan definisi fi'il adalah : sebuah kata yang menunjukkan sesuatu tanpa
bantuan kata lain dan berkaitan dengan waktu.
Yang menjadi perbedaan antara keduanya adalah : isim tidak berkaitan
dengan waktu, sedangkan fi'il berkaitan dengan waktu.
Waktu yang dimaksud di sini ada tiga, yaitu waktu yang telah berlalu (madhi),
sekarang (hal), dan yang akan datang (mustaqbal). Sebagaimana kerja atau
perbuatan, ada yang dilakukan pada waktu yang telah berlalu, ada yang
sekarang sedang dikerjakan, dan ada yang dilakukan pada waktu yang akan
datang. Oleh karena itu ada yang fi'il disebut dengan fi'il madhi, misalnya :

( Dia telah menulis)


Ada yang disebut dengan fi'il mudhari'. Fi'il ini bisa mengandung waktu
sekarang (hal) atau yang akan datang (mustaqbal), tergantung dengan
konteks kalimat. Contohnya :

( Dia sedang/akan menulis)


Dan ada yang disebut dengan fi'il amr (kalimat perintah). Fi'il ini mengandung
waktu yang akan datang (mustaqbal) , contohnya :

( Tulislah)
Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

26
Perincian lebih lanjut akan kita temui pada bab khusus tentang fi'il, insya
Alloh.
Sekarang kita akan lebih menekankan pada pembahasan tentang isim.
Bagaimana cara mengetahui bahwa suatu lafadz dalam kalimat Arab adalah
isim? Jawabannya adalah dengan mengenal ciri-ciri isim.
Beliau mengatakan bahwa isim itu dikenal dengan khafadh, tanwin,
kemasukan alif dan lam, dan dengan adanya huruf khafadh. Jadi di sini beliau
menyebutkan empat ciri isim, yang mana kalau ada salah satu saja dari ciri
atau tanda itu yang terdapat pada sebuah lafadz, maka bisa kita pastikan
bahwa lafadz itu adalah isim.
Mungkin ada yang bertanya,"Apa manfaat mengenal atau menentukan bahwa
suatu lafadz itu adalah isim, fi'il dan huruf?"
Jawabannya : Manfaatnya banyak sekali, karena hal ini berkaitan dengan
kaidah hukum yang lain di dalam bahasa Arab. Kalau di awal pelajaran kita
tidak bisa mengenal mana yang isim, mana yang fi'il atau huruf, kita akan
menemui kesulitan pada bab-bab selanjutnya.
Baiklah, kita kembali ke ciri-ciri isim. Ciri yang pertama adalah khafadh

)). Sebagian ulama nahwu menyebutnya dengan istilah "jar" ) ).

Apa definisi khafadh? Khafadh adalah perubahan khusus (yang terjadi


pada akhir lafadz/kata) dengan ciri adanya harakat kasrah atau
yang menggantikannya. Di sini ada dua hal yang harus kita tangkap dan
kita fahami kaitannya dengan khafadh. Dua hal itu adalah :
1. Kasrah, dan
2. yang menggantikannya.
Kasrah dan yang menggantikannya, adalah tanda-tanda khafadh. Tandatanda khafadh? Ya, perlu kita ketahui bahwa khafadh itu memiliki tandatanda. Tanda-tanda ini terbagi dua, yaitu :
1. Tanda Pokok, dan
2. Tanda Cabang.
Tanda pokok khafadh adalah kasrah, sedangkan tanda cabang khafadh
adalah apa yang mengganti kasrah.
Kalau penjelasan tentang tanda khafadh ini belum bisa difahami sekarang,
tidak apa-apa. Insya Alloh kita akan mendapatkan penjelasan yang lebih rinci
di bab selanjutnya.
Untuk lebih memahami tentang khafadh ini, langsung saja kita ambil contoh
dari kalimat :


Kita katakan bahwa lafadz

, , , dan adalah ism. Kenapa?

Karena di akhir lafadz itu ada khafadh. Apa tadi definisi khafadh? Khafadh

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

27
adalah perubahan khusus (yang terjadi pada akhir kata) dengan ciri adanya
kasrah atau yang menggantikannya. Di akhir dari setiap lafadz itu ada kasrah,
sedangkan kasrah merupakan salah satu tanda khafadh, dan khafadh
merupakan ciri dari isim. Sehingga lafadz-lafadz itu adalah isim, bukan fi'il
ataupun huruf. Bisa difahami?
Kita lanjutkan kepada ciri isim yang kedua, yaitu tanwin

)( . Insya Alloh

kita sudah mengenal apa yang dimaksud dengan tanwin. Kalau kita ingin
mengetahui definisinya, kita katakan bahwa tanwin adalah sebuah istilah
yang menunjukkan tentang berulangnya sebuah harakat pada akhir lafadz.
Berulang di sini maksudnya adalah ditulis dua kali pada satu huruf. Harakat
itu ada berapa? Ya, ada tiga. Yaitu dhammah, fathah, dan kasrah. Jika
harakat-harakat itu berulang pada sebuah huruf, maka ada tambahan istilah
di belakangnya, yaitu tanwin. Dhammah yang berulang, biasa kita sebut
dengan dhammah tanwin. Fathah yang berulang kita sebut dengan fathah
tanwin, dan kasrah yang berulang kita namakan dengan kasrah tanwin. Itu
istilah-istilah yang sudah biasa di kalangan kita. Sebenarnya asalnya adalah
dhammatain (dua dhammah), fathatain (dua fathah), dan kasratain (dua
kasrah). Suatu lafadz dikatakan sebagai sebuah ism kalau di akhirnya ada
tanwin. Kita ambil contoh dari Al Qur'an :


"Dan mereka masing-masing mendapatkan derajat menurut apa yang telah
mereka kerjakan..." (Al Ahqaf :19).


"Yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Quran)," (Al
Bayyinah : 2).

Kita katakan bahwa lafadz , , , dan adalah ism.


Kenapa? Karena di akhir dari setiap lafadz itu ada tanwin, dan tanwin
merupakan ciri dari ism. Bagaimana, faham? Kalau faham, kita lanjutkan.
Ciri isim yang ketiga adalah masuknya alif dan lam


( .

)

Maksudnya, kalau kita mendapati ada lafadz yang diawali dengan alif dan lam

( )maka kita bisa memastikan bahwa lafadz itu adalah isim. Misalnya di
dalam firman Alloh ta'ala :


"(Yaitu) Alloh yang Maha Pemurah yang tinggi berada di atas 'Arsy." (Thaha :
5).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

28
Lafadz dan adalah isim karena keduanya diawali dengan alif
dan lam

().

Kita lanjutkan kepada ciri isim yang terakhir, yaitu huruf-huruf khafadh.
Maksudnya, sebuah lafadz bisa kita hukumi sebagai isim kalau di depannya
ada salah satu dari huruf khafadh. Apa itu huruf khafadh? Huruf khafadh
adalah huruf yang menyebabkan sebuah isim dikhafadh. Kalau sebuah isim
sudah dikhafadh, maka di akhir isim itu ada salah satu tanda khafadh yang
sudah dijelaskan di atas. Bisa kasrah atau tanda yang lain. Sebagaimana telah
disebutkan oleh penulis, huruf-huruf khafadh itu adalah:

, , , , ,
, ,
Contohnya kita ambil dari Al Qur'an :


"Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin
dan manusia. (An Nas : 5-6).
Lafadz dalam ayat di atas adalah isim karena ada huruf khafadh di
depannya, yaitu

. Begitu juga lafadz adalah isim karena ada huruf

di depannya. Huruf-huruf yang lainnya tinggal dikiaskan. Kalau mau mencari


di Al Qur'an, akan kita temukan banyak contohnya.
Soal-Soal Latihan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kalam terbagi menjadi berapa? Sebutkan!


Apa yang dimaksud dengan isim?
Sebutkan ciri-ciri isim!
Berilah sepuluh contoh isim!
Apa yang dimaksud dengan khafadh?
Apa yang dimaksud dengan tanwin?
Apa yang dimaksud dengan huruf khafadh?
Sebutkan huruf-huruf khafadh!

Kunci Jawaban
1. Kalam terbagi menjadi tiga bagian : isim, fiil, dan huruf yang memiliki
arti.
2. Isim adalah : sebuah kata yang menunjukkan sesuatu tanpa bantuan
kata lain dan tidak berkaitan dengan waktu.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

29
3. Ciri-ciri isim : khafadh, tanwin, kemasukan alif dan lam, dan dengan
adanya huruf khafadh.
4. Sepuluh contoh isim :

5. Khafadh adalah perubahan khusus (yang terjadi pada akhir


lafadz/kata) dengan ciri adanya harakat kasrah atau yang
menggantikannya.
6. Tanwin adalah sebuah istilah yang menunjukkan tentang berulangnya
sebuah harakat pada akhir lafadz.
7. Huruf khafadh adalah huruf yang menyebabkan sebuah isim dikhafadh.
8. Huruf-huruf khafadh itu adalah:



Penulis berkata :


, , ,

Dan huruf qasam (sumpah) yaitu wawu, ba dan ta.

Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1. Menyebutkan huruf-huruf sumpah.
2. Memahami bahwa huruf-huruf sumpah termasuk huruf-huruf khafadh
yang merupakan ciri-ciri isim.
3. Memahami penggunaan huruf sumpah dalam kalimat.
4. Memahami hukum-hukum syar'i berkaitan dengan sumpah.
Penjelasan:
Huruf qasam (sumpah) adalah huruf biasa dipakai oleh orang Arab untuk
bersumpah. Huruf ini termasuk dari huruf khafadh. Kenapa? Karena huruf ini
juga mengkhafadh isim yang ada setelahnya, sama dengan fungsi huruf
khafadh.
Sebagaimana dijelaskan oleh penulis, huruf qasam itu ada tiga, yaitu wawu

)) ,

ba

)(

dan ta

Panduan Belajar

)(.

Semua huruf ini mempunyai arti yang sama,

Ilmu Nahwu

30
yaitu "demi." Ada yang perlu diperhatikan di sini, huruf ba
digunakan di dalam kalimat adalah bi

(.
(

)(

ketika

Kaitannya dengan ciri isim, jadi kalau ada lafadz yang didahului oleh salah
satu dari huruf ini, maka kita bisa memastikan bahwa lafadz itu adalah isim.
Kita ambil contoh firman Alloh ta'ala :


"Demi masa." (Al 'Ashr : 1)
Dan juga firmanNya :


Mereka berkata: "Demi Alloh, sesungguhnya Alloh telah melebihkanmu di
atas kami, dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah
(berdosa)". (Yusuf : 91)
Dan contoh yang lain dari perkataan kita :



Demi Alloh, aku akan bersungguh-sungguh !
Perhatikan kalimat-kalimat di atas. Lafadz dan lafadz jalalah

()

adalah isim karena ada huruf qasam di depannya. Perhatikan juga akhir dari
lafadz-lafadz tersebut. Semuanya dikhafadh karena pengaruh dari huruf
qasam tadi.
Kemudian, ada hal-hal yang harus diperhatikan kaitannya dengan qasam
(sumpah). Wajib atas setiap muslim yang ingin bersumpah untuk bersumpah
hanya dengan salah satu dari nama-nama Alloh, sifat-sifatNya atau
perbuatan-perbuatanNya, juga hendaknya jujur di dalamnya. Ada beberapa
hadits shahih yang menunjukkan hal ini:
Hadits Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam mendengar Umar radhiallahu 'anhu bersumpah atas
nama ayahnya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:




"Ingatlah bahwa sesungguhnya Alloh 'Azza wa Jalla melarang kalian
bersumpah atas nama ayah-ayah kalian. Maka barangsiapa hendak
bersumpah hendaklah dia bersumpah atas nama Alloh atau hendaklah dia
diam." (HR. Muslim no. 1646)

Hadits Abu Hurairah radhiallahu 'anhu:

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

31




"Janganlah kalian bersumpah atas nama ayah-ayah kalian, ibu-ibu kalian dan
tandingan-tandingan Alloh. Janganlah kalian bersumpah kecuali atas nama
Alloh, dan janganlah kalian bersumpah kecuali dalam keadaan jujur." (HR.
Abu Dawud dan An-Nasa'i, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami'
Ash-Shaghir no. 7249 dan Al-Wadi'i dalam Ash-Shahih Al-Musnad 2/341)
Hadits Ibnu Umar radhiallahu 'anhu:




"Barangsiapa bersumpah atas nama selain Alloh, maka sungguh dia telah
mempersekutukan Alloh." (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Al-Hakim, dishahihkan
oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir no. 11149)

Sedangkan Asy-Syaikh Muqbil Al-Wadi'i rahimahullah memasukkan hadits ini


dalam Ahadits Mu'allah (no. 221), karena ada cacatnya (kelemahannya), yaitu
Sa'd bin 'Ubaidah tidak mendengar dari Ibnu 'Umar, dan perantara antara
keduanya yaitu Muhammad Al-Kindi majhul (tidak dikenal). Kemudian beliau
menyebutkan bahwa hadits ini shahih tetapi dengan lafadz:





"Barangsiapa bersumpah atas nama selain Alloh, maka Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam mengucapkan ucapan yang keras tehadap pelakunya." (HR.
Ahmad)

Dalil-dalil di atas menunjukkan secara jelas haramnya bersumpah atas nama


selain Alloh, dan bahwasanya bersumpah atas nama selain Alloh
mengandung unsur kesyirikan. Sebab sumpah atas nama sesuatu
mengandung unsur pengagungan terhadap sesuatu itu. Jika hal itu disertai
adanya pengagungan dalam kalbunya terhadap sesuatu (selain Alloh) itu,
sebagaimana pengagungannya terhadap Alloh, maka hal itu adalah syirik
besar dan pelakunya musyrik. Jika tidak disertai keyakinan semacam itu,
maka hal itu hanya sebatas syirik kecil yang tidak membatalkan keislaman.
(Al-Qaulul Mufid fi Adillati At-Tauhid hal. 133 dan Fatawa Al-Lajnah AdDa'imah 1/224)
Kembali ke pembahasan tentang ciri-ciri isim. Dari penjelasan di atas dapat
kita ambil kesimpulan bahwa ciri-ciri atau tanda-tanda isim itu ada dua jenis :
1. Tanda yang ada di akhir isim. Ada dua, yaitu khafadh dan tanwin.
2. Tanda yang ada di awal isim. Ada dua juga, yaitu alif lam

()

dan

huruf khafadh.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

32
Nah, sampai di sini selesai pembahasan tentang ciri atau tanda-tanda isim.
Bagaimana, faham? Kalau iya, kita bisa lanjutkan ke bagian berikutnya. Kalau
belum faham, baca dan fahami lagi pelan-pelan. Semoga Alloh ta'ala
memudahkan antum.
Soal-Soal Latihan
1.
2.
3.
4.

Berapa jumlah huruf sumpah? Sebutkan!


Apa terjemah dari setiap huruf sumpah tersebut?
Apa hukum bersumpah dengan selain Alloh?
Tentukan mana yang merupakan isim dalam kalimat-kalimat berikut :
a.
b.
c.
d.
e.




"

Kunci Jawaban
1. Huruf qasam ada tiga, yaitu wawu

)) , ba ) (dan ta )(.

2. Semua huruf ini mempunyai arti yang sama, yaitu "demi."


3. Bersumpah dengan selain Alloh jika disertai adanya pengagungan
dalam kalbunya terhadap sesuatu (selain Alloh) itu, sebagaimana
pengagungannya terhadap Alloh, maka hal itu adalah syirik besar dan
pelakunya musyrik. Jika tidak disertai keyakinan semacam itu, maka
hal itu hanya sebatas syirik kecil yang tidak membatalkan keislaman.
4. Yang merupakan isim :
a.
b.
c.
d.
e.



-
"

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

33
Bagian selanjutnya, penulis berkata :



,

Fiil itu dikenal dengan huruf :


,

Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1. Menyebutkan ciri-ciri fi'il


,
dan

,

Memahami persamaan dan perbedaan antara

dan

2. Memahami makna dan fungsi


3.

4. Menentukan mana lafadz yang merupakan fi'il dalam sebuah kalimat


Penjelasan :
Akhi fillah, setelah menjelaskan tentang ciri-ciri isim, di sini penulis
menjelaskan tentang ciri-ciri fi'il. Apa manfaatnya? Manfaatnya yaitu untuk
menentukan bahwa sebuah lafadz adalah fi'il, bukan yang lain. Beliau
mengatakan bahwa fiil itu dikenal dengan adanya huruf :
1.
2.
3.
4.

Jadi ada empat ciri fi'il yang beliau sebutkan di sini. Yang pertama adalah

adalah huruf yang sebenarnya memiliki banyak makna, tapi di sini kita
akan menyebutkan satu makna saja agar lebih mudah untuk difahami. Salah
satu makna adalah penegasan. Diartikan dalam bahasa kita dengan

"sesungguhnya" atau "sungguh." Misalnya yang terdapat di dalam firman


Alloh :


"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman." (Al Mu'minun : 1)
Lafadz dalam ayat di atas adalah fi'il. Kenapa kita bisa menetapkan
seperti itu? Karena ada huruf sebelumnya, dan huruf adalah ciri untuk
fi'il.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

34
Ciri fi'il yang selanjutnya adalah huruf

digunakan dalam kalimat, bentuknya adalah

dan

. Huruf

ketika

. Pembahasan kedua huruf ini

kita gabungkan karena keduanya memiliki satu persamaan. Apa persamaan


itu? Persamaannya yaitu keduanya sama-sama menunjukkan waktu yang
akan datang. Kedua huruf ini diterjemahkan dengan kata "akan," hanya saja
huruf

lebih sering ditambah dengan kata "kelak." Sebab,

menunjukkan waktu yang akan datang yang lebih jauh dari


contoh dari Al Qur'an:


. Kita ambil


"Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata" (Al
Baqarah : 142).


"Janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui (akibat perbuatan kalian
itu)." (At Takatsur : 3).
Pada ayat pertama, perhatikan kalimat . Kalimat ini sebenarnya
gabungan dari dua lafadz, yaitu
adalah fi'il. Kenapa? Ya karena

dan . Kita katakan bahwa lafadz


ada huruf
di depannya, dan
adalah ciri

untuk fi'il yang hanya bisa terletak sebelum fi'il.

Pada ayat kedua insya Alloh sudah jelas bahwa lafadz adalah fi'il
karena ada huruf

di depannya.

( ta' yang disukun dan

Bentuknya adalah
, dan letaknya ada di

Ciri fi'il yang selanjutnya adalah


menunjukkan mu'annats).

belakang fi'il madhi. Kita telah membahas sekilas tentang fi'il madhi pada
pembahasan yang telah lewat. Silahkan lihat kembali kalau diperlukan.
Kembali ke pembahasan Ta' Ta'nits Sakinah. Sesuai dengan namanya, huruf
ta' ta'nits sakinah ini adalah huruf yang menunjukkan bahwa lafadz yang
disandari oleh suatu fi'il adalah mu'annats. Apa itu mu'annats? Mu'annats
adalah salah satu jenis isim. Jadi isim ada banyak jenisnya, di antaranya
adalah mudzakkar dan mu'annats. Isim mudzakkar adalah isim yang
menunjukkan laki-laki, sedangkan isim mu'annats adalah isim yang
menunjukkan perempuan. Laki-laki dan perempuan yang dimaksud di sini
tidak hanya yang bersifat hakiki, tapi juga yang majazi atau kiasan. Jadi tidak
mesti yang namanya isim mudzakkar adalah nama laki-laki seperti

. Begitu juga tidak mesti yang namanya


Panduan Belajar

, ,

isim mu'annats itu adalah nama

Ilmu Nahwu

35
perempuan seperti



, ,

dan lain-lain . Ada lafadz-lafadz lain

yang bukan merupakan nama perempuan, tapi digolongkan oleh para ulama
nahwu sebagai isim mu'annats. Di antaranya adalah lafadz yang diakhiri oleh

, misalnya , , . Begitu juga lafadz yang

mengikuti pola kata


, seperti , dan yang sejenisnya.
huruf ta' marbuthah

Bagaimana, sudah faham tentang isim mu'annats? Kalau sudah, kita kembali
kepada pembahasan tentang

. Jadi, apa tadi fungsi dari huruf



ta' ini ? Ya, fungsinya adalah untuk menunjukkan bahwa lafadz yang
disandari oleh suatu fi'il adalah mu'annats. Dan ingat, kita masih berada pada
pembahasan tentang ciri-ciri fi'il. Intinya, sebuah lafadz yang di
belakangnya ada ta' ta'nits sakinah ini, maka lafadz itu adalah fi'il.
Supaya lebih jelas, kita beri contoh dari firman Alloh ta'ala :


"Dan Adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya." (Al Qari'ah :
6).

Perhatikan kalimat di atas. Kalimat ini terdiri dari dua lafadz, yaitu

adalah fi'il, bukan


isim atau huruf. Kenapa? Karena ada ta' ta'nits sakinah (
( di belakangnya.
Kenapa di belakang lafadz tersebut ada ta' ta'nits sakinah? Karena yang

dan

Kita langsung bisa memastikan bahwa lafadz

menjadi fa'il (pelaku) bagi lafadz

adalah isim mu'annats, yaitu .

Bingung? Kita jabarkan sedikit ya. Lafadz

adalah fi'il (kata kerja) atau

perbuatan. Dan setiap fi'il (perbuatan) pasti ada yang melakukannya (fa'il).
Ingat-ingat dan fahami perbedaan istilah fi'il dan fa'il ini ya, karena nanti
banyak digunakan. Nah, fa'il ini ada dua jenis, yaitu mudzakkar dan
mu'annats. Ya, sebagaimana yang dijelaskan tadi, ada isim mudzakkar dan
ada isim mu'annats. Yang namanya fa'il, itu terletak setelah fi'il. Misalnya
dalam ayat tadi :


"Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya." (Al Qari'ah :
6).

Lafadz

adalah fi'il, sedangkan fa'il nya adalah . Perhatikan, lafadz

terletak setelah fi'il


. Jadi lafadz adalah fa'il untuk fi'il ,

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

36
dan lafadz adalah isim mu'annats karena mengikuti pola kata

Coba lihat lagi penjelasan sebelumnya. Nah karena fa'ilnya adalah


mu'annats, maka fi'ilnya (jika berupa fi'il madhi) harus dikasih ta'
ta'nits sakinah di belakangnya. Ini salah satu kaidah di dalam bahasa

, ditambah ta' ta'nits sakinah di belakangnya menjadi


fa'ilnya adalah isim mudzakkar, maka lafadz tidak perlu

Arab. Yang tadinya

. Kalau

ditambah ta' ta'nits sakinah di belakangnya. Misalnya :

Batu itu berat


Bagaimana, faham? Kalau sekarang belum faham tentang fa'il mu'annats dan
mudzakkar serta pengaruhnya terhadap fi'il, tidak apa-apa. Karena yang
penting untuk difahami dalam pembahasan ini adalah kalau ada sebuah
lafadz yang dibelakangnya ada ta' ta'nits sakinah, maka lafadz itu
adalah fi'il.
Nah, sampai di sini selesailah pembahasan tentang ciri-ciri fi'il. Sekarang kita
beranjak ke bagian berikutnya, yaitu ciri-ciri huruf. Sebelumnya, silahkan
kerjakan soal-soal latihan berikut untuk menguji kemampuan antum.
Soal-Soal Latihan
1. Berapa jumlah ciri-ciri fi'il? Sebutkan!
2. Sebutkan makna dan fungsi dari :
a.
b.
c.
d.

, dan


?
dan

Apa perbedaan antara
?
dan

3. Apa persamaan antara


4.

5. Tentukan mana yang merupakan fi'il dalam kalimat-kalimat berikut :


a.
b.
c.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

37
d.
e.

Kunci Jawaban
1. Ciri-ciri fi'il ada empat :

2. Makna dan fungsi dari :

Makna

: sesungguhnya atau sungguh. Berfungsi untuk

penegasan.

Makna

: akan. Berfungsi untuk menunjukkan waktu yang


akan datang.

: akan/kelak. Berfungsi untuk menunjukkan waktu



yang akan datang yang lebih jauh dari
.
adalah huruf yang menunjukkan bahwa lafadz yang

Makna

disandari oleh suatu fi'il adalah mu'annats.

3. Persamaan antara

dan

dan

adalah sama-sama berfungsi untuk

adalah

menunjukkan waktu yang akan datang.


4. Perbedaan antara

yang akan datang yang lebih jauh dari


5. Yang merupakan fi'il :
a.
b.
c.
d.
e.

menunjukkan waktu


-

-

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

38
Penulis berkata :

.





Huruf itu adalah sesuatu yang tidak pantas disertai oleh ciri-ciri isim dan ciriciri fiil.

Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1. Menyebutkan ciri dari huruf.
2. Memahami cara mudah membedakan antara isim, fi'il, dan huruf.
3. Menentukan mana lafadz yang merupakan huruf dalam sebuah
kalimat.
4. Memahami bagan tentang jenis-jenis kalam dan ciri dari setiap
jenisnya.

Penjelasan :
Huruf merupakan salah satu jenis lafadz yang padanya tidak ada ciri-ciri isim
maupun ciri-ciri fi'il. Jadi huruf ini adalah lafadz yang tidak dikhafadh, tidak
ditanwin, tidak ada alif lam atau huruf di depannya, dan ciri lainnya yang
sudah dijelaskan di atas. Kita ambil contoh huruf yang mudah difahami, yaitu
huruf-huruf khafadh tadi :

,

, , , , ,
, ,
Contohnya adalah apa yang telah lewat dari Al Qur'an :


"Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin
dan manusia. (An Nas 5-6).
Coba perhatikan lafadz

dan di atas. Pada kedua lafadz itu tidak ada ciri-

ciri isim atau fi'il. Kedua lafadz itu tidak dikhafadh, tidak ditanwin, tidak
didahului oleh alif lam, tidak didahului oleh

,
, maupun ciri yang lain.

Sehingga keduanya bukanlah isim maupun fi'il. Sehingga kalau bukan isim
maupun fi'il, berarti apa? Ya, keduanya adalah huruf.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

39
Jadi kalau kita mendapati dalam sebuah kalimat bahasa Arab ada lafadz yang
tidak menerima ciri-ciri isim dan fi'il, maka kita bisa memastikan bahwa lafadz
itu adalah huruf.
Ada sebuah permisalan yang mempermudah kita dalam membedakan antara
isim, fi'il, dan huruf berkaitan dengan ciri-cirinya. Kita misalkan bahwa isim
adalah huruf jim (), fi'il adalah huruf kho' ( )dan huruf adalah huruf ha
((. Ciri-ciri isim kita misalkan sebagai titik yang ada di tengah huruf jim (),
ciri-ciri fi'il adalah titik yang ada di atas huruf kho' (), dan huruf, apa ciricirinya? Ya, ciri-cirinya adalah tidak adanya ciri-ciri isim dan fi'il padanya,
sebagaiman huruf ha ( (yang tidak ada titiknya, entah itu di tengah maupun

di atas. Bagaimana, bisa difahami? Untuk mengetes pemahaman antum,


silahkan kerjakan soal-soal berikut :
Soal-Soal Latihan
1. Sebutkan ciri dari huruf!
2. Sebutkan permisalan yang memudahkan untuk membedakan antara
isim, fi'il, dan huruf!
3. Tentukan mana yang merupakan huruf dalam kalimat-kalimat berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Kunci Jawaban
1. Ciri dari huruf : tidak dikhafadh, tidak ditanwin, tidak ada alif lam atau
huruf di depannya, dan ciri lainnya.
2. Permisalan yang memudahkan untuk membedakan antara isim, fi'il,

dan huruf : Kita misalkan bahwa isim adalah huruf jim (), fi'il adalah
huruf kho' ( )dan huruf adalah huruf ha ((. Ciri-ciri isim kita
misalkan sebagai titik yang ada di tengah huruf jim (), ciri-ciri fi'il
adalah titik yang ada di atas huruf kho' (), dan huruf, ciri-cirinya

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

40
adalah tidak adanya ciri-ciri isim dan fi'il padanya, sebagaiman huruf
ha ( (yang tidak ada titiknya, entah itu di tengah maupun di atas.

3. Yang merupakan huruf :

a.
b.
c.
d.
e.
f.

-
-

Sampai di sini selesailah pembahasan tentang jenis-jenis kalam,


alhamdulillah. Ringkasan dari pembahasan ini bisa kita lihat dalam bagan
berikut :
Bagan Tentang Jenis-Jenis Kalam dan Ciri dari Setiap Jenisnya

ISIM

FI'IL

HURUF

Ciri-Ciri :

Ciri-Ciri :

Ciri-Ciri :

Khafadh

Tanwin

Alif lam

Huruf khafadh

Panduan Belajar

Tidak menerima ciriciri ism dan fi'il

Ilmu Nahwu

41
Bab Al I'rab
Penulis berkata :

, ,

,
,
,
,
. ,



.

,
,
,


Bab Al I'rab
I'rab itu adalah berubahnya akhir-akhir lafadz karena perbedaan 'amil-'amil
yang masuk kepadanya baik secara lafadz atau taqdir. I'rab itu ada empat
jenis, yaitu rafa', nashab, khafadh, dan jazm. Isim bisa rafa', nashab, dan
khafadh, tapi tidak bisa jazm. Fiil bisa rafa', nashab, dan jazm, tapi tidak bisa
khafadh.

Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Menyebutkan dan memahami definisi I'rab.


Menyebutkan dan memahami jenis-jenis I'rab.
Menyebutkan dan memahami definisi rafa', nashab, khafadh, dan jazm.
Memahami definisi 'Amil Lafdzi dan 'Amil Maknawi.
Memahami definisi I'rab Lafdhi dan Taqdiri.
Memahami tiga perkara yang menjadi penghalang dalam I'rab Taqdiri.
Memahami definisi Isim Maqshur, Isim Manqush, dan Al Mudhaf Ila Ya'
Al Mutakallim.
8. Menyebutkan dan memahami definisi Al Bina.
9. Memahami bagan tentang jenis-jenis I'rab.
Penjelasan :
Akhi fillah, jika antum memang baru belajar bahasa Arab, kemungkinan besar
antum bingung setelah membaca kalimat di atas. Ya, pada umumnya
seseorang yang baru belajar matan Jurumiyyah mulai bingung dalam bab ini
karena dia menjumpai banyak istilah baru. Istilah-istilah baru yang ada di sini
adalah i'rab, 'amil, secara lafadz, secara taqdir, rafa', nashab, dan jazm.
Adapun khafadh, istilah ini sudah kita jumpai di bab-bab awal yang

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

42
menjelaskan tentang ciri-ciri isim. Agar kita tidak bingung, istilah-istilah ini
harus kita ingat dan fahami.

Pertama, kita harus memahami arti dari lafadz Al I'rab (


) . Arti dari

lafadz ini adalah seperti yang disebutkan oleh penulis di atas, yaitu
berubahnya akhir-akhir lafadz karena perbedaan 'amil-'amil yang masuk
kepadanya baik secara lafadz atau taqdir. Jadi, i'rab berkaitan dengan akhir
lafadz, bukan dengan awal maupun tengahnya. Sebuah lafadz Harakatnya
ada di awal, tengah, dan akhir. Mana yang berkaitan dengan i'rab? Akhir
lafadz. Adapun awal dan tengah lafadz, maka ini adalah pembahasan di
dalam ilmu Sharaf, bukan ilmu Nahwu.
Misalnya lafadz

Kasrah di bawah huruf fa' kita ketahui dari ilmu Sharaf.

Sukun di atas huruf 'ain juga kita ketahui


pengharakatan huruf lam inilah yang kita ketahui
akhir lafadz inilah yang berubah. Adapun awal
seperti semula. Oleh karena itu, kita dapati kalimat

- -

dari ilmu Sharaf. Nah,


dari ilmu Nahwu. Harakat
dan tengah lafadz, tetap
:

Bagian yang berubah menurut ahli Nahwu adalah akhir-akhir lafadz. Adapun
perubahan awal dan tengah lafadz, maka itu pembahasan ahli Sharaf.
Yang dimaksud dengan perubahan akhir lafadz di sini adalah perubahan
keadaan akhir lafadz, misalnya dari keadaan rafa' menjadi nashab, atau dari
nashab menjadi jazm, dan sebagainya. Lafadz yang memiliki perubahan ini
disebut Mu'rab.
Sekarang, kita harus mengetahui apa arti rafa', nashab, dan jazm. Bagaimana
dengan khafadh? Sebenarnya istilah khafadh sudah kita jelaskan sedikit di
bab-bab awal, tetapi kita akan ulangi dan tambah sedikit penjelasan di sini
agar kita lebih memahaminya. Jadi empat istilah tadi (rafa', nashab, khafadh,
dan jazm) adalah jenis-jenis i'rab sebagaimana yang dikatakan oleh penulis.
Apa yang dimaksud dengan rafa'? Rafa' adalah perubahan akhir kata yang
dikhususkan ciri-cirinya dhammah dan apa-apa yang menggantikannya. Jadi,
rafa' memiliki ciri-ciri asli dan ciri-ciri cabang. Ciri-ciri aslinya adalah
dhammah. Sedangkan ciri-ciri cabangnya insya Alloh akan kita temui di babbab berikutnya. Sengaja di sini tidak dijelaskan agar tidak terlalu
membingungkan. Lafadz yang dirafa' disebut marfu'.
Kemudian kita pindah ke nashab. Makna dari nashab adalah perubahan
akhir kata yang dikhususkan ciri-cirinya fathah dan apa-apa yang
menggantikannya. Sama seperti rafa', nashab juga memiliki ciri-ciri asli dan
ciri cabang. Ciri-ciri aslinya adalah fathah. Lafadz yang di nashab disebut
manshub.
Adapun arti khafadh yaitu perubahan akhir kata yang dikhususkan ciricirinya kasrah dan apa-apa yang menggantikannya. Istilah lain dari khafadh
adalah jar. Dari penjelasan sebelumnya, kita sudah mengetahui bahwa ciri
asli khafadh adalah kasrah. Lafadz yang dikhafadh disebut makhfudh atau
majrur.
Sedangkan makna dari jazm adalah perubahan akhir kata yang dikhususkan
ciri-cirinya sukun dan apa-apa yang menggantikannya. Dari sini kita bisa

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

43
menebak bahwa ciri-ciri asli jazm adalah sukun. Lafadz yang dijazm disebut
majzum. Selesai sudah sekelumit pembahasan tentang jenis-jenis i'rab.
Dari pembahasan sebelumnya, jelaslah bahwa yang dimaksud dengan
perubahan akhir lafadz adalah perubahan keadaan akhirnya. Jadi bukan huruf
terakhirnya yang berubah, misalnya yang asalnya

berubah jadi .

Tidak seperti itu. Huruf akhirnya tetap, hanya keadaannya saja yang berubah.
Misalnya yang tadinya huruf terakhirnya didhammah, berubah jadi fathah.
Yang tadinya difathah, berubah jadi kasrah, dan seterusnya. Sebabnya apa?
Sebabnya adalah perbedaan 'amil yang masuk kepada lafadz itu. Apa itu
'amil? Nah, ini istilah berikutnya yang harus kita fahami. 'Amil yang
dimaksud di sini adalah faktor yang mempengaruhi perubahan akhir
sebuah lafadz. Jadi berubahnya akhir sebuah lafadz itu tidak terjadi begitu
saja, melainkan karena ada faktor yang mempengaruhinya. Agar lebih cepat
faham, kita beri contohnya. Perhatikan perubahan yang terjadi pada akhir
lafadz

dalam firman Alloh ta'ala :



"Dan seorang laki-laki berkata" (Ghafir : 28).


"Apakah kalian akan membunuh seorang laki-laki" (Ghafir : 28).


"Kami telah mewahyukan kepada seorang laki-laki " (Yunus : 2).
Kenapa akhir dari lafadz

pada ayat pertama didhammah, sedangkan pada

ayat kedua difathah, dan pada ayat terakhir dikasrah? Jawabannya, karena
perbedaan 'amil atau faktor yang mempengaruhi perubahan akhir lafadz
tersebut.
Pada ayat pertama, lafadz

didhammah. Dengan kata lain, lafadz ini dirafa'

(marfu'). Nah, lafadz ini marfu' karena sebelumnya ada 'amil atau faktor yang
menjadikannya marfu', yaitu fi'il
Pada ayat selanjutnya, lafadz

difathah menjadi

Dengan kata lain,

lafadz ini dinashab (manshub). Sebabnya adalah adanya 'amil yang


menjadikannya manshub, yaitu fi'il
Pada ayat ketiga, lafadz

dikasrah menjadi

Dengan kata lain, lafadz

ini dikhafadh (makhfudh). Apa sebabnya? Karena sebelum lafadz ini ada amil
yang menjadikannya makhfudh, yaitu huruf

Panduan Belajar

Antum masih ingat bukan,

Ilmu Nahwu

44
bahwa huruf ini adalah salah satu huruf khafadh yang menyebabkan sebuah
isim dikhafadh?
Lalu, apakah 'amil hanya terbatas pada fi'il

dan

serta huruf

saja? Tidak. 'Amil jumlahnya banyak. Tapi secara global bisa dikatakan bahwa
'amil itu ada dua, yaitu :
1. 'Amil Lafdzi, dan
2. 'Amil Maknawi.

'Amil Lafdhi adalah 'amil yang nampak, baik secara lisan maupun tulisan.
Contohnya adalah fi'il
seperti huruf

dan

serta huruf

tadi. Contoh lainnya

dan yang berfungsi menjadikan isim setelahnya dinashab.

Jenis 'amil yang kedua adalah 'Amil Maknawi. 'Amil Maknawi adalah 'amil
yang tidak nampak, baik secara lisan maupun tulisan. Jadi 'amil ini adalah
kebalikan dari 'Amil Lafdhi. Nah, kalau 'Amil Maknawi ini jumlahnya hanya
dua, yaitu :
1. Al Ibtida'
2. Kosongnya fi'il dari 'amil nashab dan jazm.
Al Ibtida' artinya permulaan. 'Amil inilah yang menjadikan mubtada' dirafa'
(atau lebih mudahnya : didhammah). Kita beri contoh agar lebih jelas, yaitu
ucapan yang sering kita dengar bahkan sering terucap dari lisan kita, dan
sudah kita jadikan sebagai contoh juga pada pembahasan sebelumnya :


Segala puji bagi Alloh.
Apa 'amil yang membuat lafadz

dirafa' atau didhammah? Jawabannya

adalah Al Ibtida.' Ya, lafadz itu dirafa' karena dia adalah isim yang berada di
permulaan kalimat dan tidak ada 'amil lain yang menjadikannya dinashab
atau dikhafadh. Oleh karena itu, lafadz ini memiliki kedudukan sebagai
mubtada.' Al Ibtida' ini hanya bisa masuk ke isim.
Jenis 'amil Maknawi yang kedua adalah kosongnya fi'il dari 'amil nashab dan
jazm. Contohnya kita ambil dari Al Qur'an :


"Dia mengira bahwa hartanya dapat menjadikannya kekal." (Al Humazah : 3).
Apa yang menjadikan lafadz

dirafa' atau didhammah? Jawabannya

adalah kosongnya fi'il itu dari 'amil nashab dan jazm. Maksudnya?
Maksudnya, kita bisa melihat bahwa di depan lafadz


itu tidak ada 'amil

nashab atau 'amil jazm. Kalau tidak ada 'amil nashab, berarti fi'il itu tidak
dinashab. Kalau tidak ada 'amil jazm, berarti fi'il itu tidak dijazm. Kalau tidak

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

45
dinashab dan tidak dijazm berarti diapakan? Ya, tinggal tersisa satu keadaan,
yaitu dirafa.' Sebab, fi'il hanya punya tiga keadaan, yaitu rafa', nashab, dan
jazm. Pada pembahasan selanjutnya insya Alloh kita akan menjumpai
perkataan penulis yang menjelaskan tentang ini.
Mungkin ada pertanyaan yang muncul di benak antum; apa saja 'amil nashab
dan jazm itu? Pertanyaan ini insya Alloh akan terjawab pada bab-bab
berikutnya. Tidak hanya tentang 'amil nashab dan jazm, tapi akan ada juga
pembahasan tentang 'amil rafa' dan khafadh.
Sekarang kita lanjutkan. Penulis berkata bahwa irab itu adalah berubahnya

akhir-akhir lafadz karena perbedaan 'amil-'amil yang masuk kepadanya baik


secara lafadz atau taqdir. Irab itu ada empat jenis, yaitu rafa', nashab,
khafadh, dan jazm.

Kita sudah mengenal definisi i'rab, 'amil, dan jenis-jenis i'rab. Sekarang kita
akan mencoba memahami arti dari 'secara lafadz' dan 'secara taqdir'.
I'rab secara lafadz (I'rab Lafdzi atau I'rab Dhohir) adalah perubahan
keadaan akhir lafadz yang pengaruhnya nampak pada pengucapan dan tidak
dihalangi oleh apapun. Contohnya adalah munculnya dhammah, fathah atau
kasrah pada akhir lafadz

yang telah lalu. Kita bawakan kembali di sini

contohnya agar lebih jelas :


"Dan seorang laki-laki berkata" (Ghafir : 28).


"Apakah kalian akan membunuh seorang laki-laki" (Ghafir : 28).


"Kami telah mewahyukan kepada seorang laki-laki " (Yunus :2).
Sedangkan i'rab secara taqdir (istilah lainnya : i'rab muqoddar) merupakan
kebalikan dari i'rab secara lafadz. Definisi dari i'rab secara taqdir adalah
perubahan akhir kata yang pengaruhnya tidak nampak pada pengucapan
karena terhalang oleh sesuatu. Berapa jumlah penghalangnya dan apa saja?
Penghalangnya ada tiga, yaitu :
1. At Ta'adzdzur,
2. Ats Tsiqal, dan
3. Al Munasabah.
Arti At Ta'adzdzur secara bahasa adalah 'terhalang'. Sedangkan secara
istilah adalah ketidakmungkinan sebuah harakat untuk muncul pada huruf
'illah, sehingga lisan terhalang untuk menampakkan atau mengucapkan
harakat itu. Huruf 'illah ada tiga, yaitu alif, ya', dan wawu. At Ta'adzdzur ini
merupakan penghalang yang ada di akhir isim maqshur. Apa itu isim
maqshur? Isim maqshur adalah isim yang diakhiri dengan alif lazimah.
Nah, ada istilah baru lagi ; alif lazimah. Alif lazimah adalah alif yang

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

46
senantiasa melekat di akhir suatu kata tertentu. Alif lazimah terkadang ditulis
dengan huruf ya tanpa titik di bawahnya, akan tetapi dalam pengucapannya
tetap dibaca sebagai huruf alif. Contoh isim maqshur :

( Petunjuk)
( Pemuda)

( Tongkat)

Semua harakat akhir isim maqshur ditaqdirkan (tidak dinampakkan) karena


ta'adzdzur. Contoh :


( Pemuda itu telah datang)

( Aku telah melihat pemuda itu)

( Aku telah memberi salam kepada pemuda itu)

Kalau kita lihat, lafadz

pada ketiga kalimat di atas sama saja. Tidak ada

perubahan yang terjadi padanya. Tetapi, sebenarnya ada perubahan (I'rab)


yang terjadi pada akhir lafadz itu. Lafadz

pada contoh yang pertama

dirafa' karena menjadi fa'il (pelaku). Alamat rafa'nya adalah dhammmah


muqaddarah (yang tidak dinampakkan) di akhir lafadz ini karena at
ta'adzdzur. Kenapa dhammahnya tidak bisa dinampakkan? Ya karena

adalah isim maqshur. Jika isim biasa, harakat akhirnya bisa ditampakkan,

pada kalimat :

( Seseorang telah datang)
yang kedua, (
) lafadz dinashab

misalnya lafadz

Pada contoh

karena menjadi

maf'ul bih (obyek). Alamat nashabnya adalah fathah muqaddarah di akhir


lafadz ini karena at ta'adzdzur. Alasan kenapa tidak bisa ditampakkan sama
dengan di atas. Jika isim biasa, harakat akhirnya bisa ditampakkan, misalnya
lafadz
pada kalimat :
Pada contoh


( Aku telah melihat seseorang)
yang ketiga (
) , lafadz

dikhafadh karena

masuknya huruf khafadh kepada lafadz ini. Alamat khafadhnya adalah kasrah
muqaddarah di akhir lafadz ini karena at ta'adzdzur. Jika isim biasa,
kasrahnya bisa ditampakkan, misalnya lafadz

pada kalimat :


( Aku telah memberi salam kepada seseorang)
Jenis kedua dari penghalang dalam I'rab Taqdiri : Ats Tsiqal
Ats Tsiqal secara bahasa artinya adalah 'berat.' Sedangkan secara istilah
adalah sulitnya harakat untuk muncul pada huruf 'illah. Jadi lisan terasa berat

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

47
untuk mengucapkan harakat itu, tetapi harakatnya tetap muncul dengan
berat dan susah.
Ats Tsiqal ini merupakan penghalang yang ada di akhir Isim Manqush. Apa
itu Isim Manqush? Isim Manqush adalah isim yang diakhiri oleh ya
lazimah, dan huruf sebelum yaini dikasrah. Contohnya :

( hakim)


(da'i, yang memanggil, yang berdoa)

Yang ditaqdirkan pada Isim Manqush hanya dhammah dan kasrah karena
tsiqal (berat). Adapun fathah, maka tetap nampak karena ringannya.
Contohnya adalah firman Alloh ta'ala :


"...terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Alloh." (Al Ahqaf : 31).
Jenis terakhir dari penghalang dalam I'rab Taqdiri : Al Munasabah
Al Munasabah secara bahasa artinya adalah 'kecocokan.' Sedangkan secara
istilah adalah adanya harakat yang terus mengikuti akhir sebuah isim untuk
mencocoki isim lain yang bergandeng dengannya. Seperti huruf ya' sukun,
yang mencocokinya adalah dikasrahnya huruf yang terletak sebelum huruf ya'
ini. Maka, harakat yang ada sebelum ya' ini dinamakan dengan Harakat Al
Munasabah.
Contoh :
Asalnya

( Mengingat saya).
adalah dan
(digabung

menjadi

) .

Tetapi karena harakat

yang cocok dengan ya' sukun adalah kasrah, maka huruf ra' (yang tadinya
didhammah) itu kemudian dikasrah sehingga menjadi

. Inilah yang

disebut dengan Al Munasabah (kecocokan). Kasrah itulah yang kemudian


disebut sebagai Harakat Al Munasabah.
Dalam bab pembahasan Al Munasabah ini, huruf ya' sukun yang ada setelah
isim disebut dengan Ya' Al Mutakallim, yang merupakan kata ganti orang
pertama tunggal (saya).
Isim yang disandarkan kepada huruf Ya' Al Mutakallim disebut dengan : Al
Mudhaf Ila Ya' Al Mutakallim. Semua harakat huruf terakhir dari isim itu
ditaqdirkan (tidak dinampakkan) karena Al Munasabah.
Contoh :



( Temanku telah datang).

( Aku telah melihat temanku).


( Aku pergi menuju temanku).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

48
Bagan Tentang Jenis-Jenis I'rab

Jazm

Panduan Belajar

Nashab
'Rafa

Khafadh

Ilmu Nahwu

49
Al Bina
Akhi fillah, ada satu bab penting yang tidak dijelaskan oleh penulis di dalam
matannya. Bab ini adalah bab Al Bina. Al Bina adalah lawan dari Al I'rab.
Dengan memahami penjelasan tentang Al Bina, akan semakin jelaslah
pembahasan tentang Al I'rab.
Definisi Al Bina adalah tetapnya akhir suatu kata pada satu keadaan yang
disebabkan bukan karena 'amil. Lafadz yang keadaannya seperti ini disebut
dengan mabni. Misalnya, tetapnya keadaan akhir lafadz pada kasrah
di dalam firman Alloh ta'ala :


"Tidaklah yang mereka tunggu melainkan hanya satu teriakan saja yang tidak
ada baginya saat berselang." (Shad : 15).


"Sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak beriman." (Az Zukhruf :
88).


"Dan Kami mendatangkanmu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu."
(An Nisa : 41).

Pada ayat yang pertama, lafadz

adalah isim isyarat yang mabni di atas

kasrah. Lafadz ini berada pada kedudukan rafa' sebagai fa'il.


Pada ayat kedua, lafadz

adalah isim isyarat yang mabni di atas kasrah.

Lafadz ini berada pada kedudukan nashab sebagai isim


Pada ayat yang ketiga, lafadz

adalah isim isyarat yang mabni di atas

kasrah. Lafadz ini berada pada kedudukan khafadzh karena adanya huruf
khafadh.
Jadi lafadz yang mabni tidak dimasuki oleh i'rab. Artinya, akhir lafadznya tidak
bisa berubah.
Al Bina ada empat, yaitu dhammah, fathah, kasrah, dan sukun. Al bina
terdapat pada isim, fi'il, dan huruf.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

50
Soal-Soal Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan I'rab?
2. Ada berapa jenis I'rab? Sebutkan!
3. Apa yang dimaksud dengan rafa', nashab, khafadh, dan jazm?
4. Apa yang dimaksud dengan 'Amil?
5. Ada berapa jenis 'Amil? Sebutkan!
6. Apa yang dimaksud dengan 'Amil Lafdzi dan 'Amil Maknawi?
7. Berapa jumlah 'Amil Maknawi? Sebutkan!
8. Apa yang dimaksud dengan I'rab Lafdhi dan I'rab Taqdiri?
9. Berapa jumlah penghalang dalam I'rab Taqdiri? Sebutkan!
10. Sebutkan definisi At Ta'adzdzur!
11. Apa yang dimaksud dengan Isim Maqshur?
12. Sebutkan tiga contoh Isim Maqshur!
13. Sebutkan definisi Ats Tsiqal!
14. Apa yang dimaksud dengan Isim Manqush?
15. Sebutkan dua contoh Isim Manqush!
16. Sebutkan definisi Al Munasabah!
17. Apa yang dimaksud dengan Al Mudhaf Ila Ya' Al Mutakallim?
18. Apa yang dimaksud dengan Al Bina?
19. Berapa jenis Al Bina?
20. Pada jenis kata apakah terdapat Al Bina?

Kunci Jawaban
1. Yang dimaksud dengan I'rab yaitu berubahnya akhir-akhir lafadz
karena perbedaan 'amil-'amil yang masuk kepadanya baik secara lafadz
atau taqdir.
2. I'rab ada dua jenis, yaitu lafdhi dan taqdiri.
3. Rafa' adalah perubahan akhir kata yang dikhususkan ciri-cirinya
dhammah dan apa-apa yang menggantikannya.
Nashab adalah perubahan akhir kata yang dikhususkan ciri-cirinya
fathah dan apa-apa yang menggantikannya.
Khafadh adalah perubahan akhir kata yang dikhususkan ciri-cirinya
kasrah dan apa-apa yang menggantikannya.
Jazm adalah perubahan akhir kata yang dikhususkan ciri-cirinya sukun
dan apa-apa yang menggantikannya.
4. Yang dimaksud dengan 'Amil adalah faktor yang mempengaruhi
perubahan akhir sebuah lafadz.
5. 'Amil ada dua jenis : 'amil lafdzi dan 'amil maknawi.
6. Yang dimaksud dengan 'Amil Lafdzi adalah 'amil yang nampak, baik
secara lisan maupun tulisan. Sedangkan yang dimaksud dengan 'Amil
Maknawi adalah 'amil yang tidak nampak, baik secara lisan maupun
tulisan.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

51
7. Jumlah 'Amil Maknawi hanya dua, yaitu :
Al Ibtida'
Kosongnya fi'il dari 'amil nashab dan jazm.
8. Yang dimaksud dengan I'rab Lafdhi adalah perubahan keadaan akhir
lafadz yang pengaruhnya nampak pada pengucapan dan tidak
dihalangi oleh apapun. Sedangkan yang dimaksud dengan I'rab Taqdiri
adalah perubahan akhir kata yang pengaruhnya tidak nampak pada
pengucapan karena terhalang oleh sesuatu.
9. Jumlah penghalang dalam I'rab Taqdiri ada tiga, yaitu :
At Ta'adzdzur,
Ats Tsiqal, dan
Al Munasabah.
10. Definisi At Ta'adzdzur secara bahasa adalah 'terhalang'. Sedangkan
secara istilah adalah ketidakmungkinan sebuah harakat untuk muncul
pada huruf 'illah, sehingga lisan terhalang untuk menampakkan atau
mengucapkan harakat itu.
11. Yang dimaksud dengan Isim Maqshur adalah isim yang diakhiri dengan
alif lazimah.
12. Tiga contoh Isim Maqshur :

(petunjuk) ,

(pemuda) ,

(tongkat).
13. Definisi Ats Tsiqal secara bahasa adalah 'berat.' Sedangkan secara
istilah adalah sulitnya harakat untuk muncul pada huruf 'illah.
14. Yang dimaksud dengan Isim Manqush adalah isim yang diakhiri oleh
ya lazimah, dan huruf sebelum ya ini dikasrah.
15. Dua contoh Isim Manqush :

(hakim),

(da'i, yang

memanggil, yang berdoa)


16. Al Munasabah secara bahasa artinya adalah 'kecocokan.' Sedangkan
secara istilah adalah adanya harakat yang terus mengikuti akhir
sebuah isim untuk mencocoki isim lain yang bergandeng dengannya.
17. Yang dimaksud dengan Al Mudhaf Ila Ya' Al Mutakallim adalah isim
yang disandarkan kepada huruf Ya' Al Mutakallim.
18. Yang dimaksud dengan Al Bina adalah tetapnya akhir suatu kata pada
satu keadaan yang disebabkan bukan karena 'amil.
19. Al Bina ada empat, yaitu dhammah, fathah, kasrah, dan sukun.
20. Al Bina terdapat pada isim, fi'il, dan huruf.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

52
Bab Mengenal Tanda-Tanda I'rab
Penulis berkata :


:
,

Bab Mengenal Tanda-Tanda I'rab


1. Rafa' memiliki empat tanda, yaitu dhammah, wawu, alif dan nun.


, ,



Adapun dhammah, maka ia menjadi tanda bagi rafa' pada empat


tempat :
1. Pada isim mufrad,
2. Jama taksir
3. Jama mu'annats salim, dan
4. Fiil mudhari yang bagian akhirnya tidak bersambung dengan
sesuatu.


, ,



,
, ,
Adapun wawu, maka ia menjadi tanda bagi rafa' pada dua tempat :
1. Pada jama mudzakkar salim, dan
2. Isim-isim yang lima, yaitu :



,
, ,
(ayahmu, saudaramu, iparmu, mulutmu, dan pemilik harta)

Adapun alif, maka ia menjadi tanda bagi rafa' pada isim-isim tatsniyyah
saja.

,


,

,
.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

53
Adapun Nun maka ia menjadi tanda bagi rafa' pada fiil mudhari yang
bersambung dengan dhamir tatsniyah, dhamir jama, dan dhamir mu'annats
Mukhathabah.



.

:

2. Nashab itu memiliki lima tanda, yaitu fathah, alif, kasrah, ya, dan
hadzfun nuun (membuang nun).



.


Adapun fathah maka ia menjadi tanda bagi nashab pada tiga tempat :
1. Pada isim mufrad
2. Jama taksir, dan
3. Fiil mudhari apabila masuk kepadanya 'amil yang menashabkan
dan bagian akhirnya tidak bersambung dengan sesuatupun.



"




"
:
:

Adapun alif, maka ia menjadi tanda bagi nashab pada isim-isim yang lima.
Contohnya :

(Aku melihat ayahmu dan saudaramu)


dan contoh-contoh lain yang serupa dengannya.



.

:

Adapun kasrah, maka ia menjadi tanda bagi nashab pada jama mu'annats
salim.

:
.

Adapun ya, maka ia menjadi tanda bagi nashab pada tatsniyah dan jamak.

Adapun hadzfun nuun, maka ia menjadi tanda bagi nashab pada fiil-fiil
yang lima yang rafa'nya dengan tetap adanya nun.

3. Khafadh atau jar itu memiliki 3 tanda, yaitu kasrah, ya, dan fathah.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

54

:


:

Adapun kasrah, maka ia menjadi tanda bagi khafadh pada tiga tempat:
1. Isim mufrad yang menerima tanwin,
2. Jama taksir yang menerima tanwin, dan
3. Jama mu'annats salim.


:
.

Adapun huruf ya', maka ia menjadi tanda bagi khafadh pada tiga tempat:
1. Pada isim-isim yang lima
2. Isim tatsniyah, dan
3. Jama.

:
.

Adapun fathah, maka ia menjadi tanda bagi khafadh pada isim-isim yang
tidak menerima tanwin.


.

:

4. Jazm itu memiliki 2 tanda, yaitu sukun dan al hadzfu (membuang).

Adapun sukun, maka ia menjadi tanda bagi jazm pada fiil yang shahih
akhirnya.










.

Adapun al hadzfu, maka ia menjadi tanda bagi jazm pada fiil mudhari yang
mutal akhir dan pada fiil-fiil yang rafa'nya dengan tetap adanya nun.
Penjelasan :
Akhi fillah, di bab yang panjang di atas, penulis menyebutkan bahwa setiap
jenis i'rab itu memiliki tanda. Lalu beliau merinci tanda-tanda tersebut. Di sini
sengaja tidak kita jelaskan satu persatu, sebab penjelasannya kita letakkan
sekaligus di bab berikutnya.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

55
Penulis berkata :



,
.








, ,


,











.


Fashl (Pasal)
Lafadz-lafadz yang dii'rab itu ada dua bagian :
Lafadz yang diirab dengan harakat dan lafadz yang diirab dengan huruf.
Lafadz-lafadz yang diirab dengan harakat itu ada empat macam :
1. Isim Mufrad
2. Jama Taksir
3. Jama Mu'annats Salim, dan
4. Fiil Mudhari yang tidak bersambung dengan akhirnya sesuatupun.
Semua lafadz (yang diirab dengan harakat) itu dirafa' dengan dhammah,
dinashab dengan fathah, dikhafadh dengan kasrah, dan dijazm dengan
sukun.
Ada tiga lafadz yang keluar dari kaidah itu; jama mu'annats salim dinashab
dengan kasrah, isim yang tidak menerima tanwin dikhafadh dengan fathah,
dan fiil mudhari yang mutal akhir dijazm dengan membuang huruf akhirnya.

Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.

Menyebutkan
Menyebutkan
Menyebutkan
Menyebutkan
tersebut.

dan memahami pembagian lafadz-lafadz yang dii'rab.


macam-macam lafadz yang diirab dengan harakat.
hukum asal dari lafadz yang diirab dengan harakat.
dan merinci jenis lafadz yang keluar dari hukum asal

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

56
Penjelasan :
Akhi fillah, pada pasal ini penulis meringkas apa yang telah lewat pada bab
Tanda-Tanda I'rab. Beliau berkata :
Lafadz-lafadz yang dii'rab itu ada dua bagian :
1. Lafadz-Lafadz Yang Dii'rab Dengan Harakat.
Yang dimaksud harakat di sini yaitu dhammah, fathah, kasrah, dan
sukun.
2. Lafadz-Lafadz Yang Dii'rab Dengan Huruf.
Yang dimaksud huruf di sini yaitu wawu, alif, ya', dan nun.
Lafadz-Lafadz Yang Dii'rab Dengan Harakat
Penulis memulai dengan menyebutkan lafadz-lafadz yang dii'rab dengan
harakat terlebih dahulu karena ini adalah hukum asal. Maksudnya?
Maksudnya, pada asalnya lafadz-lafadz di dalam bahasa Arab itu dii'rab
dengan harakat. Lafadz-lafadz ini ada empat :
Pertama : Isim Mufrad
Definisi : Isim Mufrad yaitu lafadz yang bukan mutsanna, jamak, bukan
pula dari Al Asma'ul Khamsah (isim-isim yang lima).
Tentang definisi mutsanna, jamak, dan al asma'ul khamsah insya Alloh akan
disebutkan pada pembahasan selanjutnya.
Hukumnya
: Dii'rab dengan harakat.
Contohnya

, , ,

Isim-isim di atas disebut oleh para ahli nahwu sebagai isim mufrad, sebab
isim-isim itu menunjukkan kepada sesuatu yang jumlahnya tunggal, baik
sesuatu itu mudzakkar maupun mu'annats. Dan isim itu bukan isim yang
jumlanya dua (mutsanna) dan bukan pula isim yang jumlahnya lebih dari dua
(jamak).
Contoh keadaan isim mufrad ketika dii'rab dengan harakat adalah apa yang
telah lewat :


"Dan seorang laki-laki berkata" (Ghafir : 28).

: isim mufrad yang marfu', karena dia adalah fa'il. Tanda rafa'nya adalah
dhammah.


"Apakah kalian akan membunuh seorang laki-laki" (Ghafir : 28).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

57
: isim mufrad manshub, karena dia adalah maf'ul bih. Tanda nashabnya
adalah fathah.


"Kami telah mewahyukan kepada seorang laki-laki " (Yunus :2).

: isim mufrad makhfudh', karena didahului oleh huruf khafadh (yaitu ).

Tanda khafadhnya adalah kasrah.


Isim mufrad dii'rab dengan harakat-harakat yang tidak nampak (muqaddarah)
kalau isim mufrad itu mu'tal. Apa makna mu'tal? Makna mu'tal adalah yang di
dalamnya terdapat huruf 'illah. Telah lewat penyebutan tentang huruf 'illah
ini. Huruf 'illah ini ada tiga, yaitu alif, ya, dan wawu. Jadi, kalau isim mufrad
itu diakhiri oleh salah satu dari tiga huruf tadi, maka isim mufrad itu dii'rab
dengan harakat-harakat yang tidak nampak (muqaddarah).
Kedua

: Jamak Taksir

Definisi : Jamak Taksir yaitu lafadz yang menunjukkan sesuatu yang


jumlahnya lebih dari dua, entah itu mudzakkar ataupun mu'annats bersama
dengan adanya perubahan pada bentuk mufradnya.
Hukumnya
: Dii'rab dengan harakat.
Contohnya


( singa-singa)

( tempat-tempat ibadah orang Yahudi)


) gunung-gunung)

( orang-orang yang mulia)

Jamak taksir ini berasal dari isim mufrad. Ketika dijamak, bentuknya berubah.
Entah itu dari segi harakat, sebagaimana pada lafadz
(ketika masih berupa isim mufrad) adalah


. Lafadz ini

asalnya

Kita bisa lihat, huruf hamzah

dan sin yang tadinya berharakat fathah, berubah menjadi dhammah; lafadz


berubah menjadi
.

Perubahan yang terjadi pada jamak taksir ini juga kadang dalam bentuk
pengurangan huruf-hurufnya, sebagaimana pada lafadz

. Lafadz ini asalnya

. Kita bisa lihat, huruf


marbuthah yang tadinya ada kemudian dibuang, berubah menjadi
.
(ketika masih berupa isim mufrad) adalah

ta'

Perubahan yang terjadi pada jamak taksir ini juga kadang dalam bentuk
penambahan huruf-hurufnya, sebagaimana pada lafadz

Panduan Belajar

Lafadz ini

Ilmu Nahwu

58
asalnya (ketika masih berupa isim mufrad) adalah
huruf ya' di sini,

.
berubah menjadi

. Ada penambahan

Kadang-kadang perubahan yang terjadi pada jamak taksir ini lebih dari satu
bentuk, sebagaimana pada lafadz
berupa isim mufrad) adalah

Lafadz ini asalnya (ketika masih

Ada perubahan harakat, penambahan

sekaligus pengurangan huruf di sini, sehingga

berubah menjadi .

Jamak taksir ini dii'rab dengan harakat. Contohnya adalah firman Alloh ta'ala :


"dan gunung-gunung runtuh." (Maryam :90).

: jamak taksir marfu', karena dia adalah fa'il. Tanda rafa'nya adalah


dhammah.


"dan kamu lihat gunung-gunung itu." (An Naml :88).

: jamak taksir manshub, karena dia adalah maf'ul bih. Tanda nashabnya


adalah fathah.


"Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung." (Thaha : 105).

: jamak taksir makhfudh karena didahului oleh huruf khafadh, yaitu .


Tanda khafadhnya adalah kasrah.


Ketiga

: Jamak Mu'annats Salim

Definisi : Jamak Mu'annats Salim yaitu lafadz yang dijamak dengan alif
dan ta' yang di tambahkan pada bentuk mufradnya.
Hukumnya
: Dirafa' dengan dhammah. Dinashab dan dikhafadh
dengan kasrah.
Contohnya


(wanita-wanita muslim)


(wanita-wanita mu'min)

)langit-langit)

Contoh jamak mu'annats salim yang dirafa' adalah lafadz


firman Alloh ta'ala :

Panduan Belajar

dalam

Ilmu Nahwu

59

"Apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman" (Al
Mumtahanah 12).

Lafadz


adalah jamak mu'annats salim yang dirafa' karena dia adalah

fa'il. Tanda rafa'nya adalah dhammah yang nampak di akhirnya.


Contoh jamak mu'annats salim yang dinashab adalah lafadz
firman Alloh ta'ala :

dalam


"Apabila kalian menikahi perempuan-perempuan yang beriman" (Al Ahzab
49).

Lafadz

adalah isim yang dinashab karena dia adalah maf'ul bih.

Tanda nashabnya adalah kasrah sebagai pengganti fathah karena lafadz itu
adalah jamak mu'annats salim.
Contoh jamak mu'annats salim yang dikhafadh adalah lafadz
firman Alloh ta'ala :

dalam


"Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman" (An Nur 31).
Lafadz

adalah isim yang dikhafadh karena didahului oleh huruf

khafadh (yaitu lam). Tanda khafadhnya adalah kasrah yang nampak di


akhirnya.
Ketiga

: Fi'il Mudhari'

Definisi : Fi'il Mudhari' yaitu lafadz yang menunjukkan suatu perbuatan


yang terjadi ketika hal itu sedang dibicarakan atau setelahnya.
Hukumnya
: Dii'rab dengan harakat jika bagian akhirnya tidak
bergandeng dengan sesuatu.
Fi'il mudhari' ini dirafa' dengan dhammah jika tidak dimasuki amil nashab
atau jazm. Misalnya dalam firman Alloh ta'ala:


"Mudah-mudahan Alloh mengampuni kalian." (Yusuf : 92).

Fi'il mudhari' ini dinashab dengan fathah jika dimasuki amil nashab.
Misalnya dalam firman Alloh ta'ala:

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

60

"Allah tidak akan mengampuni mereka." (Al Munafiqun : 6).


Fi'il mudhari' ini dijazm dengan sukun jika dimasuki amil jazm. Misalnya
dalam firman Alloh ta'ala:

"Dan jika Engkau mengampuni mereka..." (Al Maidah : 118).


Keluar dari kaidah tersebut fi'il mudhari' yang mu'tal akhir dan dijazm, karena
lafadz tersebut dijazm dengan membuang huruf 'illah, yaitu alif atau wawu,
atau ya.' Misalnya :

"Dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk" (Al Kahfi : 57).
Kalimat

merupakan gabungan dari dua lafadz, yaitu

Hanyasaja, karena di depan lafadz


tersebut dijazm menjadi

dan

ada amil jazm ( ) maka lafadz

dan tanda jazmnya bukan sukun, melainkan

membuang wawu. Kenapa? Karena lafadz ini adalah fi'il mudhari' yang mu'tal
akhir.
Juga keluar dari kaidah di atas fi'il mudhari' yang bagian akhirnya bergandeng
dengan alif al itsnain, atau wawu jama'ah, atau ya' mukhathabah, karena
ketika itu, fi'il mudhari' dii'rab dengan huruf. Penjelasannya akan datang insya
Alloh.
Soal-Soal Latihan
1.
2.
3.
4.

Ada berapa bagian lafadz yang dii'rab? Sebutkan!


Sebutkan macam-macam lafadz yang diirab dengan harakat!
Sebutkan hukum asal dari lafadz yang diirab dengan harakat
Sebut dan jelaskan jenis-jenis lafadz yang keluar dari hukum asal
tersebut!

Kunci Jawaban
1. Lafadz-lafadz yang dii'rab itu ada dua bagian :
Lafadz-lafadz yang dii'rab dengan harakat.
Lafadz-lafadz yang dii'rab dengan huruf.
2. Macam-macam lafadz yang diirab dengan harakat: Isim mufrad, jama
taksir, jama mu'annats salim, dan fiil mudhari yang tidak bersambung
dengan akhirnya sesuatupun.
3. Hukum asal dari lafadz yang diirab dengan harakat adalah dirafa' dengan
dhammah, dinashab dengan fathah, dikhafadh dengan kasrah, dan dijazm
dengan sukun.
4. Jenis-jenis lafadz yang keluar dari hukum asal tersebut: jama mu'annats
salim dinashab dengan kasrah, isim yang tidak menerima tanwin
dikhafadh dengan fathah, dan fiil mudhari yang mutal akhir dijazm
dengan membuang huruf akhirnya.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

61
Penulis berkata :

. :


.





.




.



Yang diirab dengan huruf itu ada empat macam :
1. Isim Tatsniyah
2. Jama Mudzakkar Salim
3. Al Asma'ul Khamsah (isim-isim yang lima), dan
4. Al Afa'lul Khamsah (fiil-fi'il yang lima), yaitu :

Adapun isim tatsniyah, maka ia dirafa'kan dengan alif, dinashab dan


dikhafadh dengan huruf ya'.
Adapun jama mudzakkar salim, maka ia dirafa'kan dengan wawu, dinashab
dengan ya dan dikhafadh dengan huruf ya'.
Adapun isim-isim yang lima, maka di rafa'kan dengan wawu, dinashab
dengan alif, dan dikhafadh dengan huruf ya'.
Adapun fiil-fiil yang lima, maka dirafa'kan dengan huruf nun, dan dinashab
serta dijazm dengan membuang huruf nun.

Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1. Menyebutkan macam-macam lafadz yang diirab dengan huruf
2. Menyebutkan alamat-alamat i'rab dari setiap jenis lafadz yang diirab
dengan huruf

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

62
Penjelasan :
Setelah kita mengetahui jenis-jenis lafadz yang dii'rab dengan harakat, kita
harus mengetahui juga jenis-jenis lafadz yang dii'rab dengan huruf. Lafadzlafadz tersebut ada 4 jenis, terangkum dalam tabel berikut :
Yang Di'irab Dg Huruf

Tanda Rafa'

Tanda Nashab

Tanda Jar

Tanda Jazm

Alif

Ya'

Ya'

Jamak Mudzakkar Salim

Wawu

Ya'

Ya'

Al Asma'ul Khamsah

Wawu

Alif

Ya'

Nun

Membuang Nun

Membuang Nun

Mutsanna

Al Afalul Khamsah

Pertama : Isim Mutsanna


Definisi : Isim Mutsanna yaitu lafadz yang menunjukkan sesuatu yang
jumlahnya dua dengan tambahan alif dan nun atau ya' dan nun pada bentuk
mufradnya.
Hukumnya
: Dirafa' dengan alif, dinashab dan dikhafadh dengan
ya'.
Contoh :

( dua mata air),


( dua surga)

Contoh Isim Mutsanna yang dirafa' adalah lafadz


ta'ala :

dalam firman Alloh


"Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan
yang lain asin lagi pahit." (Fathir 12).
Lafadz

adalah isim mutsanna. Bentuk mufradnya adalah

. Lafadz

dalam ayat di atas adalah isim marfu' karena berkedudukan sebagai

fa'il. Tanda rafa'nya adalah alif sebagai pengganti dhammah.


Contoh Isim Mutsanna yang manshub adalah lafadz
ta'ala :

dalam firman Alloh


"Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan). (Al Furqon
Lafadz

53).

adalah isim mutsanna yang manshub karena berkedudukan

sebagai maf'ul bih. Tanda nashabnya adalah ya' sebagai pengganti fathah.
Contoh Isim Mutsanna yang makhfudh adalah lafadz
Alloh ta'ala :

Panduan Belajar

dalam firman

Ilmu Nahwu

63

"dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut." (An Naml 61).
Lafadz

adalah isim mutsanna yang makhfudh karena berkedudukan

sebagai mudhaf ilaih. Tanda khafadhnya adalah ya' sebagai pengganti kasrah.
Kedua
: Jamak Mudzakkar Salim
Definisi : Jamak Mudzakkar Salim yaitu lafadz yang menunjukkan
sesuatu yang jumlahnya lebih dari dua dengan tambahan wawu dan nun atau
ya' dan nun pada bentuk mufradnya.
Hukumnya
: Dirafa' dengan wawu, dinashab dan dikhafadh dengan
ya'.
Contoh :

(orang-orang yang mendahului),

(orang-orang yang

pertama).
Contoh Jamak Mudzakkar Salim yang dirafa' adalah dua lafadz di atas dan
lafadz


dalam firman Alloh ta'ala :


"Sungguh telah beruntung orang-orang yang beriman." (Al Mu'minun 1).
Lafadz

adalah Jamak Mudzakkar Salim yang dirafa' karena

berkedudukan sebagai fa'il. Tanda rafa'nya adalah wawu sebagai pengganti


dhammah.
Contoh Jamak Mudzakkar Salim yang dinashab adalah lafadz
firman Alloh ta'ala :

dalam


"Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman." (Al Baqarah
223).

Lafadz

dalam ayat di atas adalah Jamak Mudzakkar Salim yang

dinashab karena berkedudukan sebagai maf'ul bih. Tanda nashabnya adalah


ya' sebagai pengganti fathah.
Contoh Jamak Mudzakkar Salim yang dikhafadh adalah lafadz
firman Alloh ta'ala :

dalam

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

64
"Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu'min." (Al Fath 18).
Lafadz

dalam ayat di atas adalah Jamak Mudzakkar Salim yang

dikhafadh karena didahului oleh huruf khafadh (


). Tanda khafadhnya
adalah ya' sebagai pengganti kasrah.

Ketiga : Al Asma'ul Khamsah (Isim-Isim yang Lima)


Definisi : Al Asma'ul Khamsah yaitu :



,
, ,
Yang dimaksud dengan Al Asma'ul Khamsah sebenarnya adalah lafadz :

, , ,
,

Adapun huruf kaf atau

adalah lafadz lain yang disandarkan kepada Al

Asma'ul Khamsah tersebut. Lafadz-lafadz itu bisa diganti dengan lafadz lain.
Hukumnya
: Dirafa' dengan wawu, dinashab dengan alif, dan
dikhafadh dengan ya'.
Jadi, Al Asma'ul Khamsah ini dii'rab dengan wawu ketika rafa.' Misalnya
adalah firman Alloh ta'ala :


"Ayah mereka berkata" (Yusuf : 94).


"Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka" (Asy Syu'ara : 106).


"Hendaklah orang yang memiliki kemampuan memberi nafkah sesuai dengan
kemampuannya." (Ath Thalaq 7).
Al Asma'ul Khamsah ini dii'rab dengan alif ketika nashab. Misalnya adalah
firman Alloh ta'ala :


"Dan mereka datang kepada ayah mereka." (Yusuf 16).


"Dan kami akan dapat memelihara saudara kami." (Yusuf 65).


"Dan berikanlah kepada keluarga yang dekat akan haknya." (Al Isra : 26).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

65
Al Asma'ul Khamsah ini dii'rab dengan ya' ketika dikhafadh. Misalnya adalah
firman Alloh ta'ala :


"Mereka telah kembali kepada ayah mereka." (Yusuf 63).


"Allah berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu." " (Al
Qashash : 35).


"dan untuk kerabat rasul." (Al Anfal : 41).
Untuk memudahkan dalam memahami perubahan bentuk Al Asma'ul
Khamsah ini, hendaknya antum hafalkan tabel berikut :
Keadaan I'rab
Rafa'

Bentuk Al Asma'ul Khamsah



,
, ,

Nashab



,
, ,

Khafadh


,
,

Syarat-Syarat Agar Al Asma'ul Khamsah Bisa Dii'rab dengan Huruf:


1. Al Asma'ul Khamsah itu berkedudukan sebagai mudhaf. Jika tidak,
maka dii'rab dengan harakat-harakat yang nampak, dan i'rabnya
adalah i'rab isim mufrad. Misalnya :





Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

66

2. Al Asma'ul Khamsah itu berupa isim mufrad. Jika berupa mutsanna


atau jamak, maka dii'rab dengan i'rab mutsanna atau jamak. Misalnya
yang berupa jamak :

3. Al Asma'ul Khamsah itu berupa isim yang tidak ditashgir. Apa itu
tashgir? Tashghir artinya mengecilkan. Maksudnya adalah perubahan
bentuk sebuah isim kepada bentuk lain dengan pola

atau

Perubahan ini memiliki beberapa tujuan, di antaranya adalah untuk


menjelaskan bahwa sesuatu yang disebutkan dengan lafadz yang
dirubah itu memang kecil. Jika Al Asma'ul Khamsah itu ditashgir
(misalnya :

dan

perubahan dari

dan

dengan harakat-harakat yang nampak. Misalnya :


),

maka dii'rab



( Kakakmu yang kecil telah datang).

( Aku melihat kakakmu yang kecil).



( Aku memberi salam kepada kakakmu yang kecil).

4. Al Asma'ul Khamsah itu diidhafahkan kepada selain huruf ya'. Jika


diidhafahkan kepada huruf ya', maka dii'rab dengan harakat-harakat
yang tidak nampak karena Al Munasabah. Misalnya :

Telah lewat penjelasan tentang Al Munasabah. Silahkan antum


membacanya kembali.
Keempat
: Al Af'alul Khamsah (Fi'il-Fi'il yang Lima)
Definisi
: Al Af'alul Khamsah yaitu setiap fi'il mudhari' yang bergandeng
dengan alif al itsnain atau wawu al jama'ah atau ya' al Mukhathabah.
Alif Al Itsnain (

) atau disebut juga dengan Alif Tatsniyyah adalah sebuah

dhamir (kata ganti) yang menunjukkan dua orang yang sedang diajak bicara
atau dibicarakan. Misalnya adalah alif pada lafadz :

( mereka berdua sedang/akan berbuat)

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

67
Wawu Al Jama'ah (

) adalah sebuah dhamir yang menunjukkan banyak laki-

laki (lebih dari dua) yang sedang diajak bicara atau dibicarakan. Misalnya
adalah wawu pada lafadz:

( mereka [lebih dari dua laki-laki] sedang/akan berbuat)

Ya' Al Mukhathabah (

) adalah sebuah dhamir yang menunjukkan seorang

perempuan yang sedang diajak bicara. Misalnya adalah huruf ya' pada lafadz:

( engkau [seorang perempuan] sedang/akan berbuat)

Yang dimaksud dengan laki-laki dan perempuan di atas tidak hanya yang
bersifat hakiki, tetapi juga yang bersifat majas (kiasan). Coba lihat kembali
pembahasan tentang isim mudzakkar dan mu'annats.
Pola dari Al Af'alul Khamsah ini yaitu:


Terjemah :

: (mereka berdua sedang/akan berbuat)


: (mereka/kalian berdua sedang/akan berbuat)
: (mereka [lebih dari dua laki-laki] sedang/akan berbuat)
: (kalian [lebih dari dua laki-laki] sedang/akan berbuat)
: (engkau [seorang perempuan] sedang/akan berbuat)

Lafadz-lafadz di atas adalah pola-pola dari Al Af'alul Khamsah yang jika


diterapkan pada fi'il mudhari' lain, maka fi'il mudhari' itu juga dinamakan
dengan Al Af'alul Khamsah dan berlaku hukum Al Af'alul Khamsah padanya.
Sekarang kita coba terapkan pola-pola itu pada fi'il mudhari'
menjadi :

sehingga

Pembahasan lebih lengkap tentang hal ini, ada pada ilmu Sharaf.
Hukum Al Af'alul Khamsah : Dirafa' dengan tetap adanya huruf nun,
dinashab dan dijazm dengan membuangnya.
Contoh Al Af'alul Khamsah yang berada dalam keadaan rafa' adalah
firman Alloh ta'ala :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

68
"Kalian beriman kepada Allah." (Ash Shaff : 11).


"Tumbuh-tumbuhan dan pepohonan keduanya bersujud kepadaNya." (Ar
Rahman : 6).


"Apakah kalian merasa heran terhadap ketetapan Allah?" (Huud : 73).
Pada ayat pertama, lafadz

termasuk Al Af'alul Khamsah karena lafadz

itu adalah fi'il mudhari yang bergandeng dengan wawu al jama'ah. Fi'il
tersebut marfu' karena di depannya tidak ada amil nashab dan amil jazm.
Tanda rafa'nya adalah tetap adanya huruf nun sebagai pengganti dhammah.
Lafadz pada ayat kedua termasuk Al Af'alul Khamsah karena lafadz
itu adalah fi'il mudhari yang bergandeng dengan alif al itsnain. Fi'il tersebut
marfu' karena di depannya tidak ada amil nashab dan amil jazm. Tanda
rafa'nya adalah tetap adanya huruf nun sebagai pengganti dhammah.
Lafadz

pada ayat ketiga termasuk Al Af'alul Khamsah karena lafadz itu

adalah fi'il mudhari yang bergandeng dengan ya' al Mukhathabah. Fi'il


tersebut marfu' karena di depannya tidak ada amil nashab dan amil jazm.
Tanda rafa'nya adalah tetap adanya huruf nun sebagai pengganti dhammah.
Contoh Al Af'alul Khamsah yang berada dalam keadaan nashab dan
jazm adalah firman Alloh ta'ala :


"Maka jika kalian tidak dapat melakukan(nya) - dan pasti kalian tidak akan
dapat melakukan(nya)" (Al Baqarah : 24).
Dalam ayat di atas ada dua fi'il, yaitu pada kalimat dan ,
dan keduanya termasuk al Af'alul Khamsah. Keduanya adalah dua fi'il
mudhari' yang bergandeng dengan wawu jama'ah. Fi'il yang pertama dijazm
karena masuknya

yang menjazmkan kepada fi'il itu. Tanda jazmnya adalah

membuang nun sebagai pengganti sukun. Sedangkan fi'il yang kedua


dinashab karena masuknya

kepada fi'il itu. Tanda nashabnya adalah

membuang nun sebagai pengganti fathah.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

69
Soal-Soal Latihan
1. Sebutkan macam-macam lafadz yang diirab dengan huruf!
2. Sebutkan alamat-alamat i'rab dari setiap jenis lafadz yang diirab
dengan huruf!
3. Apa yang dimaksud dengan Isim Mutsanna?
4. Sebutkan dua contoh Isim Mutsanna!
5. Apa yang dimaksud dengan Jamak Mudzakkar Salim?
6. Sebutkan dua contoh Jamak Mudzakkar Salim!
7. Sebutkan lafadz-lafadz yang merupakan Al Asma'ul Khamsah!
8. Sebutkan empat syarat agar Al Asma'ul Khamsah bisa dii'rab dengan
huruf!
9. Apa yang dimaksud dengan Al Af'alul Khamsah?
Kunci Jawaban
1. Macam-macam lafadz yang diirab dengan huruf adalah mutsanna,
jamak mudzakkar salim, al asma'ul khamsah, dan al afalul khamsah.
2. Alamat-alamat i'rab dari setiap jenis lafadz yang diirab dengan huruf :
Yang Di'irab Dg Huruf

Tanda Rafa'

Tanda Nashab

Tanda Jar

Tanda Jazm

Alif

Ya'

Ya'

Jamak Mudzakkar Salim

Wawu

Ya'

Ya'

Al Asma'ul Khamsah

Wawu

Alif

Ya'

Nun

Membuang Nun

Membuang Nun

Mutsanna

Al Afalul Khamsah

3. Yang dimaksud dengan Isim Mutsanna yaitu lafadz yang menunjukkan


sesuatu yang jumlahnya dua dengan tambahan alif dan nun atau ya'
dan nun pada bentuk mufradnya.
4. Dua contoh Isim Mutsanna :

(dua mata air),

( dua surga)

5. Yang dimaksud dengan Jamak Mudzakkar Salim yaitu lafadz yang


menunjukkan sesuatu yang jumlahnya lebih dari dua dengan
tambahan wawu dan nun atau ya' dan nun pada bentuk mufradnya.
6. Dua contoh Jamak Mudzakkar Salim :
mendahului),

(orang-orang yang

(orang-orang yang pertama).

7. Lafadz-lafadz yang merupakan Al Asma'ul Khamsah :

, , ,
,
8. Empat syarat agar Al Asma'ul Khamsah bisa dii'rab dengan huruf :
o Al Asma'ul Khamsah itu berkedudukan sebagai mudhaf.
o Al Asma'ul Khamsah itu berupa isim mufrad.
o Al Asma'ul Khamsah itu berupa isim yang tidak ditashgir.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

70
o Al Asma'ul Khamsah itu diidhafahkan kepada selain huruf ya'.
9. Yang dimaksud dengan Al Af'alul Khamsah yaitu setiap fi'il mudhari'
yang bergandeng dengan alif al itsnain atau wawu al jama'ah atau ya'
al Mukhathabah.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

71
TABEL TENTANG KEADAAN I'RAB, TANDA-TANDANYA,
SERTA TEMPAT-TEMPATNYA PADA ISIM DAN FI'IL
KEADAAN I'RAB

TANDA

JENIS ISIM

JENIS FI'IL

Dhammah

Isim Mufrad, Jamak


Taksir, Jamak
Mu'annats Salim

Fi'il Mudhari'

Wawu

Al Asma'ul Khamsah
Dan Jamak Mudzakkar
Salim

Alif

Mutsanna

Tetap Adanya
Nun

RAFA'

NASHAB

Fathah

Isim Mufrad Dan


Jamak Taksir

Fi'il Mudhari'

Alif

Al Asma'ul Khamsah

Kasrah

Jamak Mu'annats
Salim

Ya'

Mutsanna Dan Jamak


Mudzakkar Salim

Membuang
Nun

KHAFADH

Al Af'alul Khamsah

Kasrah

Isim Mufrad, Jamak


Taksir, Jamak
Mu'annats Salim

Fathah

Isim yang Tidak Bisa


Ditanwin

Ya'

Al Asma'ul Khamsah,
Mutsanna Dan Jamak
Mudzakkar Salim

Fi'il Mudhari' Shahih


Akhir

Membuang
Huruf Illah

Fi'il Mudhari' Mu'tal


Akhir

Membuang
Nun

Sukun
JAZM

Al Af'alul Khamsah

Panduan Belajar

Al Af'alul Khamsah

Ilmu Nahwu

72
Penulis berkata :



,
,
:
, ,



.
.

Bab Tentang Fiil-Fiil


Fiil itu ada tiga :
1. Fiil Madhi
2. Fiil Mudhari
3. Fiil Amr
Contohnya

( mudhari) ,
( amr).
(madhi),



Fiil madhi difathah selamanya.

Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.

Menyebutkan dan memahami jenis-jenis fiil


Menyebutkan contoh dari setiap jenis fiil
Memahami definisi fi'il madhi
Memahami hukum fi'il madhi
Memahami bagan tentang jenis-jenis fiil dan hukum setiap jenisnya

Penjelasan :
Telah lewat penjelasan singkat pada Bab Pembagian Kalam tentang jenisjenis fi'il. Sekarang kita akan mengulangnya dan menambah penjelasan lebih
banyak tentang fi'il tersebut.
Telah kita ketahui bahwa fi'il itu terbagi menjadi tiga, yaitu madhi, mudhari,
dan amr.

(dia telah memukul)



Contoh fi'il mudhari :
( dia sedang/akan memukul)

Contoh fi'il amr :
( pukullah)

Contoh fi'il madhi :

Setiap jenis fi'il tersebut memiliki kaidah- kaidah tersendiri.


Pertama : Fi'il Madhi
Pengertian
: fi'il madhi adalah fi'il yang menunjukkan suatu
perbuatan yang terjadi sebelum waktu bicara.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

73
Hukumnya

: selalu mabni. Fi'il ini memiliki tiga keadaan :

1. Mabni di atas fathah, jika tidak ada sesuatupun yang bergandeng


dengannya. Misalnya adalah firman Alloh ta'ala :


"Rabbmu berfirman" (Al Baqarah : 30).
Atau ketika fi'il madhi ini bergandeng dengan Ta' Ta'nits Sakinah,
misalnya dalam firman Alloh ta'ala :


" Seekor semut berkata" (An Naml : 18).
Atau ketika bergandeng dengan Alif Al Itsnain, misalnya adalah firman
Alloh ta'ala :


"Dan keduanya mengucapkan: "Segala puji bagi Allah." (An Naml : 15).
2. Mabni di atas dhammah, jika ada Wawu Jama'ah yang bergandeng
dengannya. Misalnya adalah firman Alloh ta'ala :


"dan mereka mengatakan: "Kami mendengar...." (Al Baqarah : 285).
3. Mabni di atas sukun, jika fi'il madhi tersebut bergandeng dengan Ta'
Fa'il (

, , ,
,
), misalnya dalam firman Alloh ta'ala :

"Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka" (Al Maidah : 117).


Atau bergandeng dengan

fai'il, misalnya adalah ayat berikut :


"dan Kami katakan kepada mereka" (An Nisa : 154).


Atau bergandeng dengan Nun Niswah, misalnya dalam firman Alloh ta'ala :


"dan mereka berkata: "Maha sempurna Alloh" (Yusuf : 31).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

74
Soal-Soal Latihan
1.
2.
3.
4.
5.

Fiil terbagi menjadi berapa jenis? Sebutkan!


Sebutkan contoh dari setiap jenis fiil itu!
Apa pengertian dari fi'il madhi?
Apa hukum fi'il madhi?
Ada berapa keadaan fi'il madhi? Sebut dan jelaskan!

Kunci Jawaban
1. Fiil terbagi menjadi tiga jenis, yaitu madhi, mudhari, dan amr.
2. Contoh dari setiap jenis fiil itu :

(dia telah memukul)



Contoh fi'il mudhari :
( dia sedang/akan memukul)

Contoh fi'il amr :
( pukullah)

Contoh fi'il madhi :

3. Pengertian dari fi'il madhi : fi'il madhi adalah fi'il yang menunjukkan
suatu perbuatan yang terjadi sebelum waktu bicara.
4. Hukum fi'il madhi adalah selalu mabni.
5. Fi'il madhi memiliki tiga keadaan :
a. Mabni di atas fathah, jika tidak ada sesuatupun yang
bergandeng dengannya, atau ketika fi'il madhi ini bergandeng
dengan Ta' Ta'nits Sakinah.
b. Mabni di atas dhammah, jika ada Wawu Jama'ah yang
bergandeng dengannya.
c. Mabni di atas sukun, jika fi'il madhi tersebut bergandeng dengan
Ta' Fa'il (

Panduan Belajar

, , ,
,
), fai'il, dan nun niswah.

Ilmu Nahwu

75
Penulis berkata :

Dan fi'il amr dijazmkan selamanya.

Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1. Memahami definisi fi'il amr
2. Memahami hukum fi'il amr
Penjelasan :
Jenis Fi'il yang Kedua : Fi'il Amr
Pengertian
: fi'il amr adalah fi'il yang menunjukkan suatu
perbuatan yang dituntut pelaksanaannya atau kekonsistenannya setelah
berbicara.
Maksudnya? Begini, pada hakikatnya perintah itu ada dua. Kalau kita
memerintah orang lain, ada kalanya kita memerintahnya untuk melakukan
sesuatu yang memang belum dia lakukan. Misalnya memerintah anak kita
yang sedang bermain untuk shalat di masjid bersama kita. Inilah maksud
'perbuatan yang dituntut pelaksanaannya setelah waktu bicara/waktu
memerintah.' Kemudian ada kalanya kita memerintah seseorang untuk
melakukan sesuatu yang memang sedang dia lakukan. Misalnya ada orang
yang datang ke rumah kita karena kita sudah janjian dengannya untuk
berangkat kajian bersama. Karena kita belum selesai persiapan, kitapun
memintanya untuk menunggu di ruang tamu. Beberapa saat kemudian, kita
kembali memerintahnya untuk menunggu beberapa menit lagi karena ada hal
lain yang mendadak harus kita selesaikan. Inilah maksud 'suatu perbuatan
yang dituntut kekonsistenannya setelah waktu bicara/waktu memerintah'.
Hukum Fi'il Amr

: Selalu mabni. Fi'il ini memiliki empat keadaan :

1. Mabni di atas sukun, jika fi'il amr tersebut shahih akhir dan tidak
bergandeng dengan sesuatupun atau bergandeng dengan Nun Niswah.
Misalnya dalam firman Alloh ta'ala :


"dan ingatlah Rabbmu". (Al Kahfi : 24).
Dan firman Alloh ta'ala :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

76
"dan ingatlah apa yang dibacakan di rumah-rumah kalian." (Al Ahzab
: 34).

2. Mabni di atas membuang huruf 'illah, jika fi'il amrnya mu'tal akhir.
Misalnya :


, , , sebagaimana dalam firman Alloh ta'ala :

"Berdakwahlah kepada jalan Rabbmu dengan hikmah." (An Nahl : 125).


"Bertakwalah kepada Alloh." (Al Baqarah : 206).


"dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar." (Luqman : 17).
Dalam ayat-ayat di atas, lafadz


, , adalah fi'il-fi'il amr yang mu'tal

akhir, karena akhir dari fi'il tersebut sebenarnya adalah huruf illah. Asal
dari

. Huruf illahnya adalah wawu di akhir

Asal dari adalah fi'il mudhari'


. Huruf illahnya
di akhir lafadz itu. Asal dari adalah fi'il mudhari' . Huruf

adalah fi'il mudhari'

lafadz itu.
adalah ya'

illahnya adalah alif di akhir lafadz itu. Tetapi karena fi'il amr yang mu'tal
akhir mabni di atas membuang huruf 'illah, maka huruf-huruf 'illah itu pun
dibuang.
3. Mabni di atas membuang nun, jika fi'il amr ini bergandeng dengan
Alif Al Itsnain atau Wawu Jama'ah atau Ya' Al Mukhathabah. Misal
yang bergandeng dengan Alif Al Itsnain adalah firman Alloh ta'ala :


"Pergilah kalian berdua kepada Fir'aun". (Thaha : 43).
Contoh yang bergandeng dengan Wawu Jama'ah ada dalam firman Alloh
ta'ala :


"Dan dirikanlah sholat." (An Nur : 56).
Adapun yang bergandeng dengan Ya' Al Mukhathabah ada dalam ayat
berikut :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

77
"Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu." (Ali 'Imran : 43).
4.

Mabni di atas fathah, jika fi'il amr ini bergandeng secara langsung
dengan Nun Taukid yang Khafifah maupun Tsaqilah.
Nun Taukid adalah nun yang ada di akhir fi'il mudhari' atau fi'il amr
yang berfungsi untuk menguatkan makna fi'il tersebut. Sebagaimana
telah disebutkan bahwa Nun Taukid ada dua, yaitu Nun Taukid
Khafifah (ringan) dan Nun Taukid Tsaqilah (berat).
o Nun Taukid Khafifah adalah nun taukid yang disukun.
o Nun Taukid Tsaqilah adalah nun taukid yang difathah dan tasydid.
Contoh fi'il amr yang bergandeng secara langsung dengan Nun Taukid
Khafifah adalah :

( Hai Nak, tulislah dengan sungguh-sungguh).

Contoh fi'il amr yang bergandeng secara langsung dengan Nun Taukid
Tsaqilah adalah :

( Bersyukurlah kepada Alloh dengan sungguh-sungguh).

Soal-Soal Latihan
1.
2.
3.
4.

Apa pengertian dari fi'il amr?


Sebutkan empat contoh fi'il amr!
Apa hukum fi'il amr?
Ada berapa keadaan fi'il amr? Sebut dan jelaskan!

Kunci Jawaban
1. Pengertian dari fi'il amr : fi'il amr adalah fi'il yang menunjukkan suatu
perbuatan yang dituntut pelaksanaannya atau kekonsistenannya
setelah berbicara.
2. Empat contoh fi'il amr :

, , ,

3. Hukum fi'il amr adalah selalu mabni.


4. Fi'il amr memiliki empat keadaan :
o Mabni di atas sukun, jika fi'il amr tersebut shahih akhir dan tidak
bergandeng dengan sesuatupun atau bergandeng dengan Nun
Niswah.
o Mabni di atas membuang huruf 'illah, jika fi'il amrnya mu'tal akhir.
o Mabni di atas membuang nun, jika fi'il amr ini bergandeng dengan
Alif Al Itsnain atau Wawu Jama'ah atau Ya' Al Mukhathabah.
o Mabni di atas fathah, jika fi'il amr ini bergandeng secara langsung
dengan Nun Taukid yang Khafifah maupun Tsaqilah.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

78

Penulis berkata :

, ."


"


.

Fi'il Mudhari' adalah fi'il yang di bagian awalnya ada salah satu dari empat
huruf tambahan yang terkumpul dalam perkataanmu :
( hamzah, nun,

ya', dan ta). Fiil mudhari ini dirafa' selamanya kecuali ada 'amil nashab atau
jazm yang masuk kepadanya.

Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1. Memahami definisi fi'il mudhari'
2. Memahami hukum fi'il mudhari'
Penjelasan :
Jenis Fi'il yang Ketiga : Fi'il Mudhari'
Pengertian
: Fi'il mudhari' adalah fi'il yang menunjukkan suatu
perbuatan yang terjadi ketika berbicara atau setelahnya.
Hukumnya
: Fi'il ini memiliki dua hukum :
1. Hukum yang berkaitan dengan bagian awalnya.
2. Hukum yang berkaitan dengan bagian akhirnya.
Adapun hukum yang berkaitan dengan bagian awalnya; fi'il ini di bagian
awalnya harus ada salah satu dari empat huruf berikut : hamzah, nun, wawu,
dan ta,' yang terkumpul dalam kalimat :

( Saya terlambat).

Adapun hukum yang berkaitan dengan bagian akhirnya; fi'il ini kadang mabni
dan kadang mu'rab.
Fi'il mudhari' yang mabni memiliki dua keadaan :
1. Mabni di atas sukun, jika fi'il mudhari' tersebut bergandeng dengan
Nun Niswah. Misalnya lafadz

dalam firman Alloh ta'ala :



"Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya" (Al Baqarah : 233).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

79
Asal dari lafadz

adalah fi'il mudhari'

ditambah dengan

yang merupakan Nun Niswah. Sebelum ada Nun Niswah, fi'il

berada dalam keadaan rafa.' Namun setelah adanya nun tersebut, fi'il
itupun mabni di atas sukun.

2. Mabni di atas fathah, jika fi'il mudhari' ini bergandeng secara


langsung dengan Nun Taukid. Misalnya adalah lafadz
ayat berikut :

dalam


"Sesungguhnya kami akan mengusirmu wahai Syu'aib." (Al A'rof : 88).


mudhari'
,
Kalimat

asalnya adalah lam taukid ( ) ditambah dengan fi'il

), dan kaf. Keadaan fi'il


nun taukid (

sebelum

adanya Nun Taukid adalah dirafa.' Namun setelah adanya nun


tersebut, fi'il itupun mabni di atas fathah.
Fi'il Mudhari' yang Mu'rab
Fi'il mudhari' dii'rab (mu'rab) jika bagian akhirnya tidak bergandeng
secara langsung dengan Nun Niswah atau Nun Taukid.
Fi'il mudhari' yang mu'rab ini ada dua jenis : Yang dii'rab dengan harakat,
dan yang dii'rab dengan huruf.
Fi'il mudhari' dii'rab dengan harakat jika bagian akhirnya tidak bergandeng
dengan : Alif Al Itsnain atau Wawu Al Jama'ah atau Ya' Al Mukhathabah.
Contohnya :

,
,

Fi'il mudhari' dii'rab dengan huruf jika bagian akhirnya bergandeng dengan
Alif Al Itsnain atau Wawu Al Jama'ah atau Ya' Al Mukhathabah.
Contohnya :

, ,

Soal-Soal Latihan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apa pengertian dari fi'il mudhari'?


Apa ciri-ciri fi'il mudhari'?
Sebutkan empat contoh fi'il mudhari'!
Berapa jumlah hukum fi'il mudhari'? Sebut dan jelaskan!
Ada berapa keadaan fi'il mudhari' yang mabni? Sebut dan jelaskan!
Kapan fi'il mudhari' itu dii'rab?
Ada berapa jenis fi'il mudhari' yang mu'rab? Sebut dan jelaskan!

Kunci Jawaban
1. Pengertian dari fi'il mudhari' adalah fi'il yang menunjukkan suatu
perbuatan yang terjadi ketika berbicara atau setelahnya.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

80
2. Ciri-ciri fi'il mudhari' adalah di bagian awalnya ada salah satu dari
empat huruf tambahan yang terkumpul dalam perkataan :
(hamzah, nun, ya', dan ta).
3. Empat contoh fi'il mudhari' :

4. Fi'il mudhari' memiliki dua hukum :


1. Hukum yang berkaitan dengan bagian awalnya.
2. Hukum yang berkaitan dengan bagian akhirnya.
Adapun hukum yang berkaitan dengan bagian awalnya; fi'il ini di
bagian awalnya harus ada salah satu dari empat huruf berikut :
hamzah, nun, wawu, dan ta,' yang terkumpul dalam kalimat :

(Saya terlambat).
Adapun hukum yang berkaitan dengan bagian akhirnya; fi'il ini kadang
mabni dan kadang mu'rab.

5. Fi'il mudhari' yang mabni memiliki dua keadaan :


a. Mabni di atas sukun, jika fi'il mudhari' tersebut bergandeng
dengan Nun Niswah. Misalnya lafadz
ta'ala :

dalam firman Alloh


"Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya" (Al Baqarah : 233).
Asal dari lafadz
dengan

Niswah, fi'il

adalah fi'il mudhari'

ditambah

yang merupakan Nun Niswah. Sebelum ada Nun

berada dalam keadaan rafa.' Namun setelah

adanya nun tersebut, fi'il itupun mabni di atas sukun.


b. Mabni di atas fathah, jika fi'il mudhari' ini bergandeng secara
langsung dengan Nun Taukid. Misalnya adalah lafadz
dalam ayat berikut :


"Sesungguhnya kami akan mengusirmu wahai Syu'aib." (Al A'rof : 88).

asalnya adalah lam taukid ( ) ditambah dengan


mudhari'
, nun taukid () , dan kaf. Keadaan fi'il

Kalimat
fi'il

sebelum adanya Nun Taukid adalah dirafa.' Namun setelah adanya


nun tersebut, fi'il itupun mabni diKapan fi'il mudhari' itu dii'rab?

6. Fi'il mudhari' yang mu'rab ada dua jenis : Yang dii'rab dengan harakat,
dan yang dii'rab dengan huruf.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

81

Fi'il mudhari' dii'rab dengan harakat jika bagian akhirnya tidak


bergandeng dengan : Alif Al Itsnain atau Wawu Al Jama'ah atau Ya'
Al Mukhathabah. Contohnya :

,
,

Fi'il mudhari' dii'rab dengan huruf jika bagian akhirnya bergandeng


dengan Alif Al Itsnain atau Wawu Al Jama'ah atau Ya' Al
Mukhathabah.
Contohnya :

Panduan Belajar

, ,

Ilmu Nahwu

82
BAGAN TENTANG HUKUM-HUKUM FI'IL

Panduan Belajar

Membuang
nun

Membuang
huruf 'illah

Ilmu Nahwu

83

1. Mabni di atas fathah


beserta Nun Taukid yg
bergandeng langsung :

2. Mabni di atas sukun


beserta nun niswah :

Dengan Huruf

Dengan Harakat

Jika bergandeng dengan

Wawu Al Jama'ah, contoh:

atau Alif Al Itsnain, contoh:

atau Ya' Al Mukhathabah,


contoh:

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

84
Penulis berkata :

: ,

. , ,

, , , , , , ,

Maka 'amil nashab (lafadz yang menashabkan) itu ada sepuluh, yaitu:

. , ,

, , , , , , ,
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.

Mengetahui jumlah 'amil nashab.


Memahami makna-makna 'amil nashab.
Menggunakan 'amil nashab di dalam kalimat.
Memahami bagan tentang 'amil nashab.

Penjelasan :
Penulis berjalan di atas madzhab ulama Nahwu dari Kufah yang mengatakan
bahwa 'amil nashab itu jumlahnya ada 10. Ulama Nahwu dari Bashrah
berpendapat bahwa 'amil nashab itu jumlahnya hanya 4, yaitu :

, , ,

Adapun huruf-huruf sisanya maka bukanlah 'amil yang menashabkan sendiri,


melainkan dengan adanya huruf

yang tersembunyi setelahnya, entah itu

secara jawaz (boleh) maupun wujub (wajib). Madzhab inilah yang benar dan
masyhur. Jadi 'amil nashab hanya ada 4 :
Pertama : ( sering tidak diartikan ke dalam bahasa kita)

adalah huruf nashab, mashdar, dan istiqbal. Dinamakan huruf nashab

karena jelas bahwa

menashabkan

fi'il mudhari' yang ada setelahnya.

Disebut juga dengan huruf mashdar, karena

dirubah menjadi mashdar (kata dasar) dari fi'il itu.

dan fi'il setelahnya bisa

dinamakan juga dengan

huruf istiqbal (menunjukkan waktu yang akan datang) karena fi'il mudhari'
yang ada setelahnya hanya menunjukkan waktu yang akan datang, padahal
asal dari fi'il mudhari' itu adalah menunjukkan waktu sekarang ataupun yang
akan datang. Misal penggunaannya dalam kalimat adalah firman Alloh ta'ala :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

85

"Sesungguhnya Alloh tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu)
dengan Dia." (An Nisa : 116)
Lafadz

adalah fi'il mudhari' yang asalnya (ketika rafa') adalah

Tetapi karena ada salah satu amil nashab di depannya (yaitu


mudhari' ini dinashab sehingga menjadi

) ,

maka fi'il

. Tanda nashabnya adalah fathah

yang ada di akhir fi'il ini (di atas huruf terakhir, yaitu kaf).
Kaitannya dengan fungsi

sebagai huruf mashdar, di mana

setelahnya bisa dirubah menjadi mashdar dari fi'il itu, maka kalimat
bisa dirubah menjadi mashdar (kata dasar) dari fi'il

dan fi'il

, sehingga menjadi :

Terjemahannya tetap sama seperti sebelumnya. Lafadz


adalah mashdar
dari

. Urutannya adalah :

Penjelasan lengkap tentang hal ini ada dalam pelajaran Sharaf.

Kedua :

(tidak akan)

adalah huruf nafi, nashab, dan istiqbal. Dinamakan huruf nafi (peniadaan),
karena huruf ini meniadakan makna fi'il yang ada setelahnya. Adapun sebab
penamaannya sebagai huruf nashab dan istiqbal, sama dengan pembahasan
di atas. Contoh penggunaannya dalam kalimat adalah firman Alloh ta'ala :


"Padahal Alloh sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya." (Al Hajj : 47).
Lafadz

adalah fi'il mudhari' yang asalnya (ketika rafa') adalah

Tetapi karena ada salah satu amil nashab di depannya (yaitu


mudhari' ini dinashab sehingga menjadi
fathah yang ada di akhir fi'il ini.

Panduan Belajar

) ,

maka fi'il

Tanda nashabnya adalah

Ilmu Nahwu

86
Ketiga :

( kalau begitu, jika demikian)

adalah huruf nashab, jawab, dan jaza' (balasan). Dinamakan sebagai

huruf jawab dan jaza' karena huruf ini digunakan sebagai jawaban dan
balasan dari pernyataan sebelumnya. Misalnya ada seorang teman yang
berkata kepada kita :
(Aku ingin mengunjungimu)

Lalu kita jawab :


(Kalau begitu aku akan memuliakanmu)
Kalimat

terdiri dari dua lafadz, yaitu

mudhari' yang asalnya adalah


di depannya (yaitu

) ,

dan

adalah fi'il

. Tetapi karena ada salah satu amil nashab

maka fi'il mudhari' ini dinashab sehingga menjadi

. Tanda nashabnya adalah fathah yang ada di akhir fi'il ini.


Keempat :

(agar)

adalah huruf mashdar, nashab, dan istiqbal. Penjelasan tentang huruf

mashdar, nashab dan istiqbal, sama dengan yang ada pada pembahasan
huruf

. Misal penggunaan dalam kalimat adalah firman Alloh ta'ala :


"(Kami jelaskan yang demikian itu) agar kalian tidak berputus asa terhadap
apa yang luput dari kalian." (Al Hadid : 23).
Yang menjadi pembahasan adalah kalimat
tiga lafadz, yaitu
Sedangkan

dan

dan

artinya adalah 'tidak.' Lafadz

asalnya adalah

Perhatikan, walaupun

sama-sama memiliki arti 'agar.'

adalah fi'il mudhari' yang


dan

terhalangi oleh


terhadap fi'il
. Fi'il itu tetap bisa dinashab sehingga menjadi : .
huruf

. Kalimat terdiri dari

tetapi hal ini tidak menjadikan terhalangnya pengaruh nashab

Tanda nashabnya adalah dengan membuang nun.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

87
Penashaban Fi'il Mudhari' dengan
Huruf

yang Disembunyikan

memiliki kekhususan, yaitu bisa berpengaruh dalam keadaan

nampak maupun tersembunyi. Contoh-contoh penggunaan huruf

keadaan nampak sudah kita lewati. Adapun menyembunyikan


jenis, yaitu boleh (
) dan wajib ( ) .

dalam

ini ada dua

Pertama : Menyembunyikan yang Boleh Dinampakkan


Maksudnya, walaupun

huruf

disembunyikan, sebenarnya boleh juga

dinampakkan. Keadaan ini terletak setelah Lam Ta'lil () . Lam ini disebut juga
dengan Lam Kay (
) karena lam ini masuk ke huruf

tersebut, dan juga

karena pada sebagian keadaan, Lam Kay ini memiliki makna


adalah firman Alloh ta'ala :

Contohnya


"Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan kepada
umat manusia." (An Nahl : 44).
Asal dari

yaitu

Jadi ada huruf

yang disembunyikan dalam

kalimat itu. Tapi, seandainya dinampakkan pun sebenarnya boleh.


Kedua : Menyembunyikan yang Wajib Disembunyikan
Huruf

wajib disembunyikan ketika terletak :

1. Setelah Lam Juhud () . Sekilas, lam ini sama dengan Lam

tapi

sebenarnya ada perbedaannya. Lam Juhud ini selalu didahului oleh kalimat

atau atau tashrifan yang lain seperti , ,


, , , dan sebagainya. Contohnya adalah firman Alloh
ta'ala :


"Dan Alloh tidak akan menyia-nyiakan iman kalian." (Al Baqarah : 143).
Dan juga firmanNya :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

88
"Sekali-kali Alloh tidak akan memberi ampunan kepada mereka." (An
Nisa : 137).

2. Setelah

, misalnya firman Alloh ta'ala :


"Dan bersabarlah hingga Alloh memberi keputusan." (Yunus : 109).

3. Setelah huruf Fa' Sababiyyah (

).

Fa' Sababiyyah adalah fa' yang

menunjukkan makna sebab. Maksudnya, lafadz yang terletak sebelum fa'


ini adalah sebab adanya lafadz atau perbuatan yang ada setelah fa'.
Kaitannya dengan pembahasan

ini, Fa' Sababiyyah terletak setelah

kalimat peniadaan atau permintaan. Contoh yang terletak setelah kalimat


peniadaan adalah firman Alloh ta'ala :


"Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak
dibinasakan sehingga (jika dibinasakan) mereka mati." (Fathir : 36).
Adapun contoh fa' sababiyyah yang terletak setelah kalimat permintaan
adalah :


( Tuntutlah ilmu, maka ilmu itu akan bermanfaat bagimu)
4. Setelah Wawu Ma'iyyah. Wawu Ma'iyyah adalah wawu yang menunjukkan
makna bersama atau penyertaan. Maksudnya lafadz yang ada sebelum
wawu ini menyertai lafadz yang terletak setelah wawu. Kaitannya dengan
pembahasan

ini, Wawu Ma'iyyah terletak setelah kalimat peniadaan

atau permintaan. Contoh yang terletak setelah kalimat peniadaan :

( Janganlah kita melarang dari akhlak yang jelek,


sementara kita sendiri melakukannya).

Adapun yang terletak setelah kalimat permintaan adalah :

( Kunjungilah aku, bersamaan dengan itu aku akan


memuliakanmu).

, tapi keadaan
dengan atau . Contohnya :

5. Setelah huruf

Panduan Belajar

ini jika huruf tersebut cocok diganti

(Pukullah orang yang berdosa itu kecuali/sampai ia


bertaubat).

Ilmu Nahwu

89
Maksudnya :
bertaubat).

(kecuali ia bertaubat), atau

(sampai ia

Soal-Soal Latihan
1. Berapa jumlah 'amil nashab yang disebutkan oleh penulis di dalam
matan beliau? Sebutkan!
2. Apa sebutan untuk huruf

disebut sebagai huruf nashab?


Mengapa disebut sebagai huruf mashdar?

3. Mengapa
4.

disebut sebagai huruf istiqbal?


Sebutkan contoh penggunaan huruf di dalam Al Qur'an!

5. Mengapa
6.

?
Apa sebutan untuk huruf
?

7. Apa terjemah untuk huruf


8.

disebut sebagai huruf nafi?


10. Sebutkan contoh penggunaan huruf di dalam Al Qur'an!
11. Apa terjemah untuk huruf ?
9. Mengapa

12. Apa sebutan untuk huruf

disebut sebagai huruf jawab dan jaza'?


14. Berikan contoh penggunaan huruf di dalam kalimat!
13. Mengapa

?
16. Apa sebutan untuk huruf
?
15. Apa terjemah untuk huruf

17. Sebutkan contoh penggunaan huruf

di dalam Al Qur'an!

18. Ada berapa jenis penashaban fi'il mudhari' dengan huruf


disembunyikan? Sebutkan!

yang

yang boleh dinampakkan?


20. Kapan menyembunyikan yang wajib disembunyikan?
19. Kapan menyembunyikan

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

90
Harakatilah kembali kalimat-kalimat berikut dengan benar :
(Catatan : Pada kalimat-kalimat berikut, lafadz yang terletak setelah amil
nashab adalah fi'il mudhari'. Ingatlah pengaruh amil tersebut terhadap fi'il
mudhari').


(Kau tidak akan mendapatkan)

(Kalau begitu, kau akan berhasil)

(Menjadikan)

.1
.2
.3


(Agar kau memberi peringatan)
(Dia tidak akan datang)

(Sampai dia pulang)



.4

.9

(Agar dia menjadi)

.5
.6
.7
.8

(Ya Alloh, berilah petunjuk kepadaku sehingga aku bisa beramal baik)

(Seandainya aku memiliki harta, maka aku akan berhaji dengannya)



.11

(Aku akan menganggap kesulitan itu mudah sehingga aku mendapatkan citacita itu)

Kunci Jawaban
1. Jumlah 'amil nashab yang disebutkan oleh penulis di dalam matan
beliau adalah sepuluh, yaitu :

. , ,

, ,
, , , , ,

adalah huruf nashab, mashdar, dan istiqbal.


disebut sebagai huruf nashab karena menashabkan fi'il mudhari'

2. Sebutan untuk huruf


3.

yang ada setelahnya.


4.

disebut sebagai huruf mashdar karena

dan fi'il setelahnya bisa

dirubah menjadi mashdar (kata dasar) dari fi'il itu.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

91
5.

disebut sebagai huruf istiqbal karena fi'il mudhari' yang ada

setelahnya hanya menunjukkan waktu yang akan datang.


6. Contoh penggunaan huruf

di dalam Al Qur'an :


"Sesungguhnya Alloh tidak mengampuni dosa mempersekutukan
(sesuatu) dengan Dia." (An Nisa : 116)

adalah : tidak akan.


Sebutan untuk huruf adalah huruf nafi, nashab, dan istiqbal.

7. Terjemah untuk huruf


8.
9.

disebut sebagai huruf nafi karena huruf ini meniadakan makna fi'il

yang ada setelahnya.


10. Contoh penggunaan huruf

di dalam Al Qur'an :


"Padahal Alloh sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya." (Al Hajj : 47).

: kalau begitu, jika demikian.


huruf adalah huruf nashab, jawab,

11. Terjemah untuk huruf


12. Sebutan untuk
(balasan).

dan jaza'

13. disebut sebagai huruf jawab dan jaza' karena huruf ini digunakan
sebagai jawaban dan balasan dari pernyataan sebelumnya.

14. Contoh penggunaan huruf

di dalam kalimat :

Misalnya ada seorang teman yang berkata kepada kita :


(Aku ingin mengunjungimu)

Lalu kita jawab :


(Kalau begitu aku akan memuliakanmu)

: agar.
16. Sebutan untuk huruf
adalah huruf mashdar, nashab, dan istiqbal.
17. Contoh penggunaan huruf
di dalam Al Qur'an!
15. Terjemah untuk huruf


Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

92
"(Kami jelaskan yang demikian itu) agar kalian tidak berputus asa
terhadap apa yang luput dari kalian." (Al Hadid : 23).
18. Ada dua jenis penashaban fi'il mudhari' dengan huruf
disembunyikan :
Pertama : Menyembunyikan
Kedua : Menyembunyikan
19. Menyembunyikan
Lam Ta'lil () .

yang

yang Boleh Dinampakkan

yang Wajib Disembunyikan

yang boleh dinampakkan, bila

terletak setelah

20. wajib disembunyikan ketika terletak :


1. Setelah Lam Juhud () .
2. Setelah

3. Setelah Fa' Sababiyyah (

).

4. Setelah Wawu Ma'iyyah.


Harakat kalimat-kalimat berikut yang benar :


(Kau tidak akan mendapatkan)

(Kalau begitu, kau akan berhasil)

(Agar dia menjadi)

(Agar kau memberi peringatan)
(Dia tidak akan datang)

(Sampai dia pulang)




(Menjadikan)

.1
.2
.3
.4
.5
.6
.7
.8

(Ya Alloh, berilah petunjuk kepadaku sehingga aku bisa beramal baik)

.9

(Seandainya aku memiliki harta, maka aku akan berhaji dengannya)



.11

(Aku akan menganggap kesulitan itu mudah sehingga aku mendapatkan citacita itu)

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

93
BAGAN AMIL-AMIL YANG MENASHABKAN FI'IL MUDHARI'


1. Setelah lam juhud,
contoh :

2. Setelah , contoh :

"Bacaanmu membuatku
kagum"

Setelah lam
ta'lil, contoh:

"Bacalah agar
kau mendapat
faidah"

3. Setelah fa'
sababiyyah,contoh :


4. Setelah huruf wawu
ma'iyyah,contoh :

5. Setelah , contoh :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

94
AMIL-AMIL JAZM
Penulis berkata :

: ,



, , , ,
, ,
,
""
, , , , , ,
.

Dan 'amil jazm itu ada delapan belas, yaitu :


, , , ,
, ,
,
""
.(hanya pada syair( , ,
, , , ,

Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1. Mengetahui jumlah 'amil jazm
2. Memahami makna-makna 'amil jazm
3. Menggunakan 'amil jazm di dalam kalimat
Penjelasan :
Setelah penulis menjelaskan amil-amil nashab, beliau mulai menyebutkan
amil-amil jazm. Amil-amil jazm itu ada dua :
1. Amil yang menjazmkan satu fi'il, yaitu :




,
""
2. Amil yang menjazmkan dua fi'il, yaitu amil-amil sisanya.
Penjabaran :
Pertama : Amil yang menjazmkan satu fi'il, yaitu :
1.

(tidak).

adalah huruf nafi, jazm, dan qalb. Dinamakan huruf nafi

(peniadaan), karena huruf ini meniadakan makna fi'il yang ada setelahnya.
Dinamakan dengan huruf jazm, jelas karena huruf ini menjazmkan fi'il
yang terletak setelahnya. Kemudian kenapa dinamakan dengan huruf qalb
(membalik)? Sebab huruf ini membalik waktu yang ada pada fi'il mudhari
menjadi waktu fi'il madhi. Apa asal waktu yang ada pada fi'il mudhari'? Ya,

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

95
al hal (sekarang) dan al mustaqbal (yang akan datang). Nah, dengan
adanya

di depan fi'il mudhari itu, waktunya berubah menjadi madhi

(waktu lampau). Agar lebih jelas, kita beri contoh dengan kalimat berikut :
Lafadz


( Ahmad tidak berdusta)

adalah fi'il mudhari yang asal waktunya adalah al hal

(sekarang) dan al mustaqbal (yang akan datang). Arti asal dari


adalah 'sedang/akan berdusta'. Setelah ada huruf

di depannya, maka

waktunya berubah menjadi madhi' (telah lewat). Jadi pada kalimat di atas,
meskipun yang dipakai adalah fi'il mudhari' (

) tetapi fi'il itu

menunjukkan perbuatan yang telah dilakukan oleh Ahmad, yaitu 'tidak


berdusta".
Contoh penggunaan

dalam Al Qur'an adalah firman Alloh ta'ala:


"Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan." (Al Ikhlash : 3).

dan adalah fi'il mudhari' yang asalnya adalah dan .


Setelah didahului oleh , maka keduanya dijazm sehingga menjadi dan
. Tanda jazm pada kedua fi'il itu adalah sukun.
Lafadz

2.

(tidak/belum).

adalah huruf nafi, jazm, dan qalb. Alasan

penamaannya sama dengan huruf


kalimat adalah firman Alloh ta'ala:

Misal penggunaan

di dalam


"Padahal belum datang kepada mereka penjelasannya." (Yunus : 39).

dan . Lafadz
asalnya
terdiri dari dua lafadz, yaitu

adalah , dan lafadz asalnya adalah . Yang menjadi pembahasan

karena adanya 'amil


di sini adalah fi'il . Fi'il ini berubah menjadi

Kalimat

jazm di depannya, yaitu

Tanda jazm fi'il ini adalah membuang huruf

'illah, yaitu ya' (


) karena fi'il tersebut termasuk fi'il mudhari' mu'tal akhir.
3.

yaitu lam yang digunakan untuk meminta dilakukannya suatu

perbuatan. Misalnya firman Alloh ta'ala:

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

96

"Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya." (Ath Thalaq : 7).

adalah fi'il mudhari' yang asalnya adalah . Setelah didahului


lam amr () , maka fi'il itu dijazm sehingga menjadi
. Tanda

Lafadz
oleh

jazmnya adalah sukun.

Lam ini bermakna doa jika permintaannya berasal dari yang lebih rendah
kepada yang lebih tinggi. Misalnya firman Alloh ta'ala:


"Mereka berseru: "Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja." (Az
Zukhruf : 77).

) sama dengan
Penjelasan tentang perubahan (i'rab) fi'il mudhari'nya (
penjelasan ayat sebelumnya.
4.

(Laa yg bermakna larangan), yaitu huruf yang digunakan untuk

menuntut seseorang agar menahan dan meninggalkan suatu perbuatan.


Misalnya firman Alloh ta'ala:


"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu." (Luqman : 18).
Penjelasan tentang perubahan (i'rab) fi'il mudhari'nya sama dengan
penjelasan ayat sebelumnya.
Huruf ini terkadang juga bermakna doa, misalnya :


"Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum kami." (Al Baqarah : 286).
Kalimat

asalnya adalah

dan . Lafadz


karena adanya 'amil
menjadi

terdiri dari dua lafadz, yaitu

. Fi'il ini berubah

jazm di depannya, yaitu . Tanda jazm fi'il ini adalah sukun.

Kedua : Amil yang menjazmkan dua fi'il :


Fi'il yang pertama disebut dengan fi'il syarat, dan yang kedua dinamakan
dengan jawab syarat dan balasannya. Amil-amil ini yaitu :

, , , , , , , , , ,

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

97
1.

artinya adalah : jika. Contoh penggunaan

dalam firman Alloh ta'ala :

sebagai amil jazm adalah


"Jika Alloh menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kalian." (An Nisa :
133).

Mulai dari sini saya akan menjabarkan i'rab kalimat (yang saya anggap
perlu) dalam bahasa Arab, kemudian terjemahannya. Saya juga akan
menyebutkan i'rab yang lebih rinci agar kita terlatih untuk mengetahui
kedudukan setiap lafadz dalam sebuah kalimat. Bila antum masih merasa
kesulitan untuk memahami i'rab-i'rab tersebut, ditinggalkan dulu tidak
apa-apa. Yang penting dalam pembahasan ini adalah antum memahami
pengaruh amil-amil jazm terhadap fi'il mudhari.'
I'rab ayat di atas :



.

:
.



:

( )

.( )



.
( )
:

:

.




.

.( )




: huruf syarat dan jazm, menjazmkan dua fi'il. Fi'il yang pertama
disebut dengan fi'il syarat, fi'il yang kedua disebut dengan jawab syarat
dan balasannya.

: fi'il

mudhari' yang merupakan fi'il syarat. Asalnya adalah

tetapi fi'il ini dijazm dengan adanya huruf

di depannya. Tanda jazmnya

adalah sukun. Fa'ilnya adalah dhamir yang boleh disembunyikan,


perkiraannya adalah
sebelumnya adalah :

yang kembali ke Lafadz Jalalah (), sebab kalimat

"Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Alloh telah


menciptakan langit dan bumi dengan hak (penuh hikmah)?" (Ibrahim :
19).

Jadi pelaku (fa'il) dari fi'il


adalah Alloh ta'ala.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

98

adalah
,

: fi'il mudhari' yang merupakan jawab syarat. Asalnya


tetapi fi'il ini dijazm dengan adanya huruf

jazmnya adalah sukun.

. Tanda

: huruf kaf adalah dhamir muttashil yang mabni

di atas dhammah. Berada pada kedudukan nashab sebagai maf'ul bih.


Huruf mim adalah tanda untuk jamak mudzakkar. Fa'ilnya adalah dhamir
yang boleh disembunyikan, perkiraannya adalah
Lafadz Jalalah ().
2.

yang kembali ke

artinya adalah : apapun. Contohnya adalah ayat berikut :



"Dan apapun yang kalian kerjakan berupa kebaikan, niscaya Alloh
mengetahuinya." (Al Baqarah : 197).

: isim syarat dan jazm, menjazmkan dua fi'il. Fi'il yang

pertama disebut dengan fi'il syarat, fi'il yang kedua disebut dengan jawab
syarat dan balasannya.

: fi'il mudhari' yang merupakan fi'il syarat. Asalnya adalah

tetapi fi'il ini dijazm dengan adanya huruf

di depannya. Tanda jazmnya

adalah membuang huruf nun. Fa'ilnya adalah alif.

: : fi'il mudhari' yang merupakan jawab syarat. Asalnya adalah

tetapi fi'il ini dijazm dengan adanya

. Tanda jazmnya adalah

sukun. Huruf ha' (


) adalah dhamir muttashil yang mabni di atas

dhammah. Berada pada kedudukan nashab sebagai maf'ul bih. Fa'ilnya


adalah Lafadz Jalalah ().
3.

artinya adalah : siapa, barangsiapa. Contohnya adalah firman Alloh

ta'ala :


"Barangsiapa bertakwa kepada Alloh niscaya Dia akan menjadikan baginya
jalan keluar." (Ath Thalaq : 2).

: isim syarat dan jazm, menjazmkan dua fi'il. Fi'il yang pertama

: fi'il mudhari' yang merupakan fi'il syarat. Asalnya adalah

disebut dengan fi'il syarat, fi'il yang kedua disebut dengan jawab syarat
dan balasannya.
tetapi fi'il ini dijazm dengan adanya

Panduan Belajar

di depannya. Tanda jazmnya

Ilmu Nahwu

99
adalah membuang huruf 'illah (dalam fi'il ini, huruf 'illahnya adalah huruf
ya'). Fa'ilnya adalah dhamir yang boleh disembunyikan, perkiraannya
adalah

yang kembali ke .

fi'il mudhari' yang merupakan jawab syarat. Asalnya adalah

tetapi fi'il ini dijazm dengan adanya

. Tanda jazmnya adalah sukun.

Fa'ilnya adalah dhamir yang boleh disembunyikan, perkiraannya adalah

, yang kembali ke Lafadz Jalalah ().


4.

artinya adalah : bagaimanapun. Contohnya adalah hadits berikut:



"Bagaimanapun manusia menyembunyikan, niscaya Alloh mengetahuinya."

(Perkataan 'Aisyah radhiallahu 'anha dalam hadits riwayat Muslim, Bab : Apa
yang Diucapkan Ketika Masuk ke Pemakaman dan Doa Untuk Penghuninya,
hadits nomor 103).

: isim syarat dan jazm, menjazmkan dua fi'il.


: fi'il mudhari' yang merupakan fi'il syarat. Asalnya adalah

tetapi fi'il ini dijazm dengan adanya

di depannya. Tanda jazmnya

adalah sukun. Kenapa dalam kalimat di atas dikasrah? Karena huruf mim
yang disukun itu bertemu dengan alif. Alif adalah huruf yang disukun juga.
Ada kaidah yang menyebutkan bahwa bila ada pertemuan dua huruf yang
disukun, maka huruf yang pertama dikasrah.
Fa'il dari fi'il

itu adalah
.

: : fi'il mudhari' yang merupakan jawab syarat. Asalnya adalah

tetapi fi'il ini dijazm dengan adanya

. Tanda jazmnya adalah

sukun. Huruf ha' (


) adalah dhamir muttashil yang mabni di atas

dhammah. Berada pada kedudukan nashab sebagai maf'ul bih. Fa'ilnya


adalah Lafadz Jalalah ().
5.

artinya adalah : jika. Contohnya :





"Jika kau lalai dalam amalanmu, niscaya kau menyesal terhadap kelalaian
itu."

: isim syarat dan jazm, menjazmkan dua fi'il. Fi'il yang pertama

disebut dengan fi'il syarat, fi'il yang kedua disebut dengan jawab syarat
dan balasannya.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

100

: fi'il mudhari' yang merupakan fi'il syarat. Asalnya adalah

tetapi fi'il ini dijazm dengan adanya

di depannya. Tanda jazmnya

adalah sukun. Fa'ilnya adalah dhamir yang wajib disembunyikan. Perkiraan


dhamir ini adalah


adalah

.
: fi'il mudhari' yang merupakan jawab syarat. Asalnya

tetapi fi'il ini dijazm dengan adanya

. Tanda jazmnya

adalah sukun. Fa'ilnya adalah dhamir yang wajib disembunyikan. Perkiraan


dhamir ini adalah
6.

artinya adalah : mana saja. Ketika digunakan dalam kalimat, tanwinnya


dihilangkan karena lafadz ini menjadi mudhaf. Contohnya :

"Murid mana saja yang bersungguh-sungguh, pasti dia akan maju."

: isim syarat dan jazm, menjazmkan dua fi'il. Fi'il yang pertama

disebut dengan fi'il syarat, fi'il yang kedua disebut dengan jawab syarat
dan balasannya. Isim ini menjadi mudhaf.

: mudhaf ilaih yang dikhafadh. Alamat khafadhnya adalah kasrah.

: fi'il mudhari' yang merupakan fi'il syarat. Asalnya adalah ,


tetapi fi'il ini dijazm dengan adanya

. Tanda jazmnya adalah sukun.

Fa'ilnya adalah dhamir yang boleh disembunyikan. Perkiraan dhamir ini


adalah

.
, yang kembali ke

: fi'il mudhari' yang merupakan jawab syarat. Asalnya adalah ,


tetapi fi'il ini dijazm dengan adanya
. Tanda jazmnya adalah sukun.
Fa'ilnya adalah dhamir yang wajib disembunyikan. Perkiraan dhamir ini
adalah
7.

.
, yang kembali ke

artinya adalah : kapanpun. Contohnya :


"Kapanpun engkau memohon ampun kepada Alloh, engkau akan


mendapatiNya Maha Pengampun."

8.

I'rabnya sama seperti i'rab kalimat :

artinya adalah : kapan saja. Contohnya :

"Kapan saja kau taat kepada Alloh, Dia pasti akan menolongmu."

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

101
: isim syarat dan jazm, menjazmkan dua fi'il.
: fi'il mudhari' yang merupakan fi'il syarat. Asalnya adalah , tetapi
fi'il ini dijazm dengan adanya

di depannya. Tanda jazmnya adalah

sukun yang ada pada akhir lafadz ini, yaitu huruf 'ain. Kenapa huruf ya'
yang terletak sebelum huruf 'ain itu hilang? Karena kalau ada dua huruf
bertemu sedangkan keduanya sama-sama disukun, maka kalau bisa salah
satu huruf itu dihilangkan. Karena kalau dibiarkan ada, lafadznya tidak
bisa dibaca. Misalnya dalam kalimat di atas, jika kita biarkan ya' sukun dan

)dan tentu tidak bisa dibaca.


'ain sukun bertemu maka menjadi (

Dalam lafadz ini yang dihilangkan adalah huruf ya' karena huruf ini
termasuk huruf illah, dan huruf illah itu adalah huruf yang lemah.
Lalu kenapa huruf 'ainnya kemudian dikasrah? Karena huruf 'ain yang
disukun itu bertemu dengan alif (pada lafadz jalalah [)]. Alif adalah

huruf yang disukun juga. Sebagaimana sudah dijelaskan bahwa bila ada
pertemuan dua huruf yang bersukun, dan salah satu dari keduanya tidak
bisa dihilangkan, maka huruf yang pertama dikasrah agar bisa dibaca.
Seandainya dibiarkan tetap sama-sama disukun, maka tidak bisa dibaca.
Misalnya dalam kalimat di atas :
Fa'il dari fi'il

dhamir itu adalah

ini adalah dhamir yang wajib disembunyikan, perkiraan

: : fi'il mudhari' yang merupakan jawab syarat. Asalnya


, tetapi fi'il ini dijazm dengan adanya . Tanda jazmnya

adalah
adalah

sukun. Huruf ya' nya dihilangkan karena adanya pertemuan dua huruf
yang disukun. Penjelasannya sama dengan di atas. Huruf kaf ( ) adalah
dhamir muttashil yang mabni di atas fathah, berada pada kedudukan
nashab sebagai maf'ul bih. Fa'ilnya adalah Lafadz Jalalah ().
9.

artinya adalah : di mana saja. Contohnya adalah firman Alloh ta'ala :


"Di mana saja kalian berada, kematian akan menjumpai kalian." (An Nisa :
78).

: isim syarat yang menjazmkan, mabni di atas fathah, berada pada


kedudukan nashab sebagai khabar yang didahulukan dari
.
: tambahan.
Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

102

: fi'il mudhari' yang dijazm dengan

Tanda jazmnya adalah

membuang huruf nun, karena lafadz itu termasuk Al Af'alul Khamsah.


Coba baca kembali penjelasan tentang i'rab Al Af'alul Khamsah. Lafadz ini
menjadi fi'il syarat. Huruf wawunya adalah dhamir muttashil yang mabni di
atas sukun berada pada kedudukan rafa' sebagai isim
yang ada setelah wawu itu disebut sebagai alif fariqah.

Huruf alif

: fi'il mudhari' yang menjadi jawab syarat dan balasannya.

Fi'il ini dijazm dengan sebab

. Tanda jazmnya adalah sukun yang ada

pada huruf kaf pertama. Huruf kaf yang kedua adalah dhamir muttashil
yang mabni di atas dhammah, berada pada kedudukan nashab sebagai
maf'ul bih. Huruf mimnya adalah tanda jamak.
10.

artinya adalah : di manapun. Contohnya adalah :



"Di manapun seorang 'alim duduk, dia akan dimuliakan."

: isim syarat yang menjazmkan dua fi'il, berada pada kedudukan

nashab sebagai dharaf (kata keterangan tempat atau waktu). Akan datang
pembahasan lebih lanjut tentang dharaf.

: fi'il mudhari' yang menjadi fi'il syarat, dijazm dengan

. Tanda

jazmnya adalah sukun yang nampak pada huruf sin. Pada kalimat di atas
huruf sin dikasrah karena bertemu dengan alif. Sudah lewat kaidah bahwa
jika ada pertemuan dua huruf yang disukun, maka huruf yang pertama
dikasrah. Fa'il dari fi'il

ini adalah .

: fi'il mudhari' yang menjadi jawab syarat dan balasannya. Fi'il ini

dijazm dengan sebab


huruf

mim.

Fa'ilnya

. Tanda jazmnya adalah sukun yang ada pada

adalah

dhamir

yang

boleh

perkiraannya adalah yang kembali ke lafadz


.
11.
artinya juga adalah : di manapun. Contohnya :

disembunyikan,

"Di manapun kau istiqomah, niscaya kau akan beruntung."

: isim syarat yang menjazmkan dua fi'il, mabni di atas dhammah,

: fi'il mudhari' yang merupakan fi'il syarat. Asalnya adalah

berada pada kedudukan nashab sebagai dharaf.

tetapi fi'il ini dijazm dengan adanya

Panduan Belajar

: lafadz tambahan.

Tanda jazmnya adalah sukun

Ilmu Nahwu

103
yang ada pada akhir lafadz ini, yaitu huruf mim. Huruf ya' nya hilang
karena ada pertemuan dua huruf yang disukun. Telah lewat kaidah
tentang hal ini. Fa'il dari fi'il ini adalah dhamir yang wajib disembunyikan,
perkiraan dhamir itu adalah

: fi'il mudhari' yang merupakan jawab syarat. Fi'il ini dijazm dengan

adanya

. Tanda jazmnya adalah sukun. Fa'ilnya adalah dhamir yang

wajib disembunyikan, perkiraan dhamir ini adalah

Faidah : penulis menyebutkan bahwa amil-amil jazm itu ada delapan belas.
Yang benar adalah lima belas saja, dengan menghilangkan :
1.
2.
3.
4.

dan

dihilangkan karena sebenarnya keduanya adalah

dan

yang

dimasuki oleh hamzah istifham (), dan hamzah ini tidak bisa menjazmkan.

tidak termasuk amil jazm karena tidak ada contoh dari perkataan orangorang Arab terdahulu yang menunjukkan bahwa lafadz ini bisa menjazmkan
fi'il mudhari'. Penulis menyebutkannya ke dalam kelompok amil jazm karena
mengikuti ulama Nahwu dari Kufah.
Adapun

, itu hanyalah tambahan di atas perhitungan penulis. Lihat Al

Kawakib 2/487 dan Hasyiyah 'Ubadah terhadap kitab Syudzur Adz Dzahab
hal. 117. (Al Mumti' Syarh Al Ajurumiyyah hal. 58)

Soal-Soal Latihan
1. Berapa jumlah 'amil jazm secara keseluruhan? Sebutkan!
2. Berapa jenis 'amil jazm? Jelaskan!

?
Apa sebutan untuk huruf ?

3. Apa terjemah dari huruf


4.

disebut sebagai huruf nafi, jazm, dan qalb?


Sebutkan contoh penggunaan huruf di dalam Al Qur'an!

5. Mengapa
6.

7. Apa terjemah dari huruf

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

104
8. Apa sebutan untuk huruf

9. Sebutkan contoh penggunaan huruf

di dalam Al Qur'an!

10. Apa fungsi dari lam amr?


11. Sebutkan contoh penggunaan lam amr di dalam Al Qur'an!
12. Apa fungsi dari laa nahiyah?
13. Sebutkan contoh penggunaan laa nahiyah di dalam Al Qur'an!
14. Apa terjemah dari huruf

15. Sebutkan contoh penggunaan huruf


Qur'an!
16. Apa terjemah dari

17. Sebutkan contoh penggunaan


18. Apa terjemah dari

Qur'an!

21. Sebutkan contoh penggunaan


22. Apa terjemah dari

23. Sebutkan contoh penggunaan


24. Apa terjemah dari

25. Sebutkan contoh penggunaan


26. Apa terjemah dari

27. Sebutkan contoh penggunaan


28. Apa terjemah dari

29. Sebutkan contoh penggunaan


30. Apa terjemah dari

32. Apa terjemah dari

33. Sebutkan contoh penggunaan


34. Apa terjemah dari

35. Sebutkan contoh penggunaan

Panduan Belajar

yang menjazmkan di dalam Al

di dalam hadits!
di dalam kalimat!
yang menjazmkan di dalam kalimat!
yang menjazmkan di dalam kalimat!
di dalam kalimat!

31. Sebutkan contoh penggunaan


Qur'an!

yang menjazmkan di dalam Al

yang menjazmkan di dalam Al Qur'an!

19. Sebutkan contoh penggunaan


20. Apa terjemah dari

yang menjazmkan di dalam Al

di dalam kalimat!
di dalam kalimat!
Ilmu Nahwu

105

Harakatilah kembali kalimat-kalimat berikut dengan benar :


(Catatan : Pada kalimat-kalimat tersebut, lafadz yang terletak setelah amil
jazm adalah fi'il mudhari'. Ingatlah pengaruh amil tersebut terhadap fi'il
mudhari').



)Kau belum mendapatkan(

)Hendaknya kau berhasil(



)Janganlah kalian mengatakan(

)Jika kau mengulang hafalan, maka kau akan lulus(





)Dia tidak menjadikan(

.1
.2
.3
.4
.5
.6

)Apapun yang kau perbuat, kau akan dibalas dengannya(

.7

)Barangsiapa memuliakan tetangganya, maka dia akan dipuji(

.8

)Bagaimanapun kau menuruti hawa nafsumu, maka kau akan binasa(

.9

)Jika kau segera beramal, maka kau akan beruntung(

.11

Ayat manapun yang kau ulangi hafalannya, maka kau akan mendapat (
)faidah darinya





.11

(Kapanpun kau memperhatikan kewajibanmu, kau akan mendapatkan


keridhaan Rabbmu)

.12

)Di manapun kau bertemu denganku, aku akan memuliakanmu(

.13
)Di manapun kau berusaha, kau akan mendapatkan rezeki(

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

106



.14
Bagaimanapun kau istiqamah, Alloh akan mentakdirkan kebaikan (
)bagimu



.15

)Di manapun kau datang, kakakmu pasti datang(

Kunci Jawaban
1. Jumlah 'amil jazm secara keseluruhan ada delapan belas, yaitu :


,
, ,
,
,
""
, ,
.(hanya pada syair( , ,
, , ,
2. Amil-amil jazm itu ada dua jenis :
1) Amil yang menjazmkan satu fi'il, yaitu :




,
""
2) Amil yang menjazmkan dua fi'il, yaitu amil-amil sisanya.

: tidak
Sebutan untuk huruf adalah huruf nafi, jazm, dan qalb.

3. Terjemah dari huruf


4.
5.

dinamakan huruf nafi (peniadaan), karena huruf ini meniadakan

makna fi'il yang ada setelahnya. Dinamakan dengan huruf jazm,


karena huruf ini menjazmkan fi'il yang terletak setelahnya. Kemudian
dinamakan dengan huruf qalb (membalik) karena huruf ini membalik
waktu yang ada pada fi'il mudhari menjadi waktu fi'il madhi.
6. Contoh penggunaan huruf

di dalam Al Qur'an :


"Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan." (Al Ikhlash : 3).
7. Terjemah dari huruf
8. Sebutan untuk huruf

: tidak/belum

adalah huruf nafi, jazm, dan qalb.

9. Contoh penggunaan huruf

di dalam Al Qur'an :


"Padahal belum datang kepada mereka penjelasannya." (Yunus : 39).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

107
10. Fungsi dari lam amr adalah untuk meminta dilakukannya suatu
perbuatan.
11. Contoh penggunaan lam amr di dalam Al Qur'an :


"Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya." (Ath Thalaq : 7).
12. Fungsi dari laa nahiyah adalah untuk menuntut seseorang agar
menahan dan meninggalkan suatu perbuatan.
13. Contoh penggunaan laa nahiyah di dalam Al Qur'an :


"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu." (Luqman : 18).

: jika.
Contoh penggunaan huruf yang menjazmkan di dalam Al Qur'an :

14. Terjemah dari huruf


15.


"Jika Alloh menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kalian." (An Nisa :
133).

16. Terjemah dari

: apapun.

17. Contoh penggunaan

yang menjazmkan di dalam Al Qur'an :


"Dan apapun yang kalian kerjakan berupa kebaikan, niscaya Alloh
mengetahuinya." (Al Baqarah : 197).

: siapa, barangsiapa.
19. Contoh penggunaan yang menjazmkan di dalam Al Qur'an :
18. Terjemah dari


"Barangsiapa bertakwa kepada Alloh niscaya Dia akan menjadikan baginya
jalan keluar." (Ath Thalaq : 2).
20. Terjemah dari

: bagaimanapun.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

108
21. Contoh penggunaan

di dalam hadits :

"Bagaimanapun manusia menyembunyikan, niscaya Alloh


mengetahuinya."

(Perkataan 'Aisyah radhiallahu 'anha dalam hadits riwayat Muslim, Bab :


Apa yang Diucapkan Ketika Masuk ke Pemakaman dan Doa Untuk
Penghuninya, hadits nomor 103).

: jika.
23. Contoh penggunaan di dalam kalimat :
22. Terjemahan dari

"Jika kau lalai dalam amalanmu, niscaya kau menyesal terhadap kelalaian
itu."
24. Terjemah dari

: mana saja.

25. Contoh penggunaan

yang menjazmkan di dalam kalimat :




"Murid mana saja yang bersungguh-sungguh, pasti dia akan maju."

: kapanpun.
27. Contoh penggunaan yang menjazmkan di dalam kalimat :
26. Terjemah dari

"Kapanpun engkau memohon ampun kepada Alloh, engkau akan


mendapatiNya Maha Pengampun."

: kapan saja.
29. Contoh penggunaan
di dalam kalimat :
28. Terjemah dari

"Kapan saja kau taat kepada Alloh, Dia pasti akan menolongmu."

: di mana saja.
31. Contoh penggunaan
yang menjazmkan di dalam Al Qur'an :
30. Terjemah dari


"Di mana saja kalian berada, kematian akan menjumpai kalian." (An Nisa :
78).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

109
: di manapun.
33. Contoh penggunaan di dalam kalimat :
32. Terjemah dari

"Di manapun seorang 'alim duduk, dia akan dimuliakan."


34. Terjemah dari

: di manapun.

35. Contoh penggunaan

di dalam kalimat :

"Di manapun kau istiqomah, niscaya kau akan beruntung."

Harakat yang benar untuk kalimat-kalimat berikut :



)Kau belum mendapatkan(

)Hendaknya kau berhasil(



)Dia tidak menjadikan(

)Jika kau mengulang hafalan, maka kau akan lulus(





)Janganlah kalian mengatakan(

.1
.2
.3
.4
.5
.6

)Apapun yang kau perbuat, kau akan dibalas dengannya(

.7

)Barangsiapa memuliakan tetangganya, maka dia akan dipuji(

.8

)Bagaimanapun kau menuruti hawa nafsumu, maka kau akan binasa(

.9

)Jika kau segera beramal, maka kau akan beruntung(

.11

Ayat manapun yang kau ulangi hafalannya, maka kau akan mendapat (
)faidah darinya

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

110

.11

.12

.13

(Kapanpun kau memperhatikan kewajibanmu, kau akan mendapatkan


keridhaan Rabbmu)

)Di manapun kau bertemu denganku, aku akan memuliakanmu(

)Di manapun kau berusaha, kau akan mendapatkan rezeki(

.14

Bagaimanapun kau istiqamah, Alloh akan mentakdirkan kebaikan (


)bagimu

.15

)Di manapun kau datang, kakakmu pasti datang(

BAGAN YANG MENJELASKAN TENTANG AMIL-AMIL JAZM


AMIL-AMIL JAZM

Yang menjazmkan dua


fi'il; fi'il syarat dan jawab
syarat :

Yang menjazmkan satu fi'il :

- - -

Contoh :

- - - -
- -
-
Contoh :

SUSUNAN KALIMAT JAWAB SYARAT


Kalimat

Adat Syarat

Fi'il Syarat

Jawab Syarat

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

111
Penulis berkata :

,
" " ,
" "
, ,


. , ,
,
,



,
Bab Tentang Isim-Isim yang Dirafa'
Isim-isim yang dirafa' itu ada tujuh :
1. Faail
2. Maful yang tidak disebut fa'ilnya (Naaibul Fail)
3. Mubtada
4. Khabar Mubtada
5. Isim dan saudari-saudarinya
6. Khabar

dan saudari-saudarinya

7. Dan lafadz yang mengikuti kata yang dirafa,' yaitu ada empat : Naat,
Athaf, Taukid, dan Badal.

Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1. Menyebutkan jumlah isim yang dirafa.'
2. Memahami penjabaran dari setiap jenis isim yang dirafa.'
3. Menentukan mana yang merupakan isim yang dirafa' dalam sebuah
kalimat.
4. Memahami bagan yang menjelaskan tentang setiap jenis isim yang
dirafa.'
Penjelasan :
Al Marfu'at adalah : isim-isim yang hukumnya rafa'. Penulis menyebutkan di
antaranya : fail, maful yang tidak disebut fa'ilnya (naibul fail), mubtada,
khabar mubtada, isim

dan saudara-saudaranya, khabar

dan saudara-

saudaranya, dan lafadz-lafadz yang mengikuti isim-isim yang dirafa'. Kapan


saja ada sebuah isim yang terletak di salah satu posisi tersebut, maka
hukumnya adalah rafa'. Akan datang penjelasannya bab demi bab, insya
Alloh.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

112
Pertama : Fail
Penulis berkata :


, .

,
, , :




,
,
,


,
,


,
,

,
,

,


,






,
,
,
,
,
.


Bab Faail
Fail adalah isim yang dirafa' yang fiilnya disebutkan sebelumnya. Fail ada
dua jenis, yaitu Fail Dhahir dan Fail Dhamir.
Contoh Fail Dhahir itu seperti :
,(Zaid telah berdiri)

,(Zaid sedang/akan berdiri)




,(Dua orang yang bernama Zaid telah berdiri)



,(Dua orang yang bernama Zaid sedang/akan berdiri)


,(Beberapa orang yang bernama Zaid telah berdiri)

,(Beberapa orang yang bernama Zaid sedang/akan berdiri)



,(Beberapa laki-laki telah berdiri)



,(Beberapa laki-laki sedang/akan berdiri)




,(Hindun telah berdiri)

, (Hindun sedang/akan berdiri)


,(Dua orang yang bernama Hindun telah berdiri)


,(Dua orang yang bernama Hindun sedang/akan berdiri)

,(Beberapa orang yang bernama Hindun telah berdiri)



,(Beberapa orang yang bernama Hindun sedang/akan berdiri)




Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

113
,(Beberapa orang yang bernama Hindun telah berdiri)

,(Beberapa orang yang bernama Hindun sedang/akan berdiri)



,(Saudaramu telah berdiri)




,(Saudaramu sedang/akan berdiri)





,(Anakku telah berdiri)

(Anakku sedang/akan berdiri)

dan yang semisalnya.


Penjelasan : Fa'il (Pelaku)

Definisi : Secara bahasa adalah orang yang melakukan suatu perbuatan.


Secara istilah adalah isim marfu' yang fi'ilnya disebutkan
sebelumnya.
Contohnya :
I'rabnya

( Zaid berdiri)

: fi'il madhi,

: fa'il. Lafadz ini adalah isim marfu' yang

sebelumnya terletak sebuah fi'il (perbuatan) yang dilakukan


olehnya, yaitu

. Oleh

karena itu lafadz

ini

Jenisnya

fa'il.
: Dhahir dan dhamir (mudhmar)

Pertama

: Dhahir, yang merupakan lawan dari dhamir.

disebut sebagai

Fa'il jenis ini dirafa' dengan dhammah jika berupa :

Ism mufrad, misalnya firman Alloh ta'ala :

"Dan datanglah Tuhanmu; sedang malaikat berbaris-baris. (Al Fajr : 22).


Jamak mu'annats salim, misalnya firman Alloh ta'ala :

"Hai orang-orang yang beriman, apabila datang kepada kalian perempuanperempuan yang beriman" (Al Mumtahanah : 10).
Jamak taksir, misalnya firman Alloh ta'ala :


"Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". (Al Hujurat : 14).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

114
Fa'il dhahir dirafa' dengan wawu kalau berupa :
Jamak Mudzakkar Salim, misalnya firman Alloh ta'ala :


"Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolongpenolong (agama) Alloh." (Ali Imran : 52).

Al Asma'ul Khamsah, misalnya firman Alloh ta'ala :


"Ayah mereka berkata" (Yusuf : 94).
Fa'il dhahir dirafa' dengan alif kalau berupa isim mutsanna, misalnya
firman Alloh ta'ala :


"Berkatalah dua orang" (Al Maidah : 23).

Jenis fa'il yang kedua

: Mudhmar

Penulis berkata :

Dan faail mudhmar itu ada 12, misalnya :


,

,
,
,
,
,
,

,
,


,

,

Penjelasan:
Pada pembahasan yang lalu antum sudah mengenal fa'il dhahir. Sekarang
antum akan mengenal lawannya, yaitu fa'il mudhmar.
Definisi : Fa'il mudhmar adalah fa'il yang menunjukkan orang yang
berbicara, atau yang diajak bicara, atau orang yang dibicarakan.
Fa'il mudhmar ini ada dua, yaitu Muttashil dan Mustatir.
Fa'il Mudhmar Muttashil : dhamir yang bergandeng dengan amilnya.
Dhamir ini yaitu ta' fa'il,

fa'il, alif al itsnain, wawu jama'ah, dan ya

mukhathabah. Walaupun sebagian dhamir tersebut sudah lewat


penjelasannya, kita akan mengulangi kembali di sini dengan sedikit
tambahan.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

115
1. Ta' fa'il (

, , ,

,
,

). Dhamir ini hanya bergandeng

dengan fi'il madhi. Penjabarannya :


o Ta' yang menunjukkan kepada seseorang yang berbicara, baik itu
laki-laki atau perempuan. Misalnya :


( Saya telah memukul)

o Ta' yang menunjukkan kepada seorang laki-laki yang diajak


bicara.Misalnya :



( Engkau [laki-laki] telah memukul)

o Ta' yang menunjukkan kepada seorang perempuan yang diajak


bicara. Misalnya :

( Engkau [perempuan] telah memukul)

o Ta' yang menunjukkan kepada dua orang yang diajak bicara, entah
itu laki-laki ataupun perempuan. Misalnya :


( Kalian berdua telah memukul)

o Ta' yang menunjukkan kepada beberapa laki-laki (lebih dari dua)


yang diajak bicara. Misalnya :


( Kalian [laki-laki] telah memukul)

o Ta' yang menunjukkan kepada beberapa perempuan (lebih dari


dua) yang diajak bicara. Misalnya :
2.


( Kalian [perempuan] telah memukul)

Fa'il. Dhamir

ini hanya bergandeng dengan

fi'il

madhi, dan

menunjukkan beberapa orang yang berbicara atau satu orang yang


mengagungkan dirinya. Misalnya :
3. Nun niswah (


( Kami telah memukul)

). Dhamir ini menunjukkan banyak perempuan yang

sedang dibicarakan. Misalnya :


4.


( Beberapa wanita yang bernama Hindun telah memukul)

Alif Al Itsnain ( ) . Dhamir ini menunjukkan dua orang yang sedang
dibicarakan. Misalnya :

5.




(Dua orang yang bernama Zaid telah memukul)
( Dua orang yang bernama Hindun telah memukul)


Wawu Al Jama'ah ( ) . Dhamir ini menunjukkan banyak laki-laki (lebih
dari dua) yang sedang dibicarakan. Misalnya :


(Banyak orang yang bernama Zaid telah memukul)

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

116
6.

Ya Mukhathabah (

). Dhamir ini menunjukkan seorang perempuan

yang diajak bicara. Misalnya :

( Engkau [perempuan] sedang/akan memukul)



Setiap dhamir yang telah disebutkan itu dii'rab


( berada pada

kedudukan rafa' sebagai fa'il), karena dhamir-dhamir itu mabni. Dhamirdhamir itu mabni di atas apa yang didengar darinya; mabni di atas dhammah
kalau huruf akhir dari dhamir itu didhammah, mabni di atas fathah kalau akhir
dari dhamir itu difathah, mabni di atas kasrah kalau akhir dari dhamir itu
dikasrah, dan mabni di atas sukun kalau huruf akhir dari dhamir itu disukun.

fa'il adalah :

Jadi, misal i'rab untuk

"Dhamir yang muttashil, mabni di atas dhammah, berada pada kedudukan


rafa' sebagai fa'il."
Adapun Fa'il Mudhmar Mustatir, adalah dhamir yang tidak memiliki bentuk
di dalam pelafadzan. Misalnya adalah firman Alloh ta'ala :


"Bangunlah, lalu berilah peringatan!" (Al Muddatstsir : 2).
Ketahuilah bahwa dhamir mustatir dikira-kira dengan
menunjukkan seseorang yang dibicarakan. Misalnya :

atau

jika fi'ilnya

(Dia [laki-laki] telah memukul). Dalam fi'il


itu ada dhamir mustatir


yang perkiraannya adalah .


(Dia

[perempuan] telah memukul). Dalam fi'il

mustatir yang perkiraannya adalah

Dhamir mustatir ini dikira-kira dengan


orang yang berbicara. Misalnya :

atau

itu ada dhamir

jika fi'ilnya menunjukkan

( Saya sedang/akan memukul). Dalam fi'il itu ada dhamir mustatir yang

perkiraannya adalah .

( Saya/kami sedang/akan memukul). Dalam fi'il itu ada dhamir mustatir



yang perkiraannya adalah

Dan dhamir mustatir ini dikira-kira dengan


orang yang diajak bicara. Misalnya :

Panduan Belajar

jika fi'ilnya menunjukkan

( Pukullah olehmu!)

Ilmu Nahwu

117

Soal-Soal Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan fa'il secara bahasa dan istilah?
2. Ada berapa jenis fa'il? Sebutkan!
3. Sebutkan tiga contoh fa'il dhahir!
4. Fa'il dhahir dirafa' dengan dhammah jika berupa lafadz apa?
5. Fa'il dhahir dirafa' dengan wawu jika berupa lafadz apa?
6. Fa'il dhahir dirafa' dengan alif jika berupa lafadz apa?
7. Apa yang dimaksud dengan fa'il dhamir?
8. Berapa jumlah fa'il dhamir? Sebutkan contohnya!
9. Fa'il dhamir terbagi menjadi berapa? Sebutkan!
10. Apa yang dimaksud dengan fa'il dhamir muttashil?
11. Apa saja fa'il dhamir muttashil tersebut?
12. Apa yang dimaksud dengan fa'il dhamir mustatir?

Berilah harakat akhir pada fa'il-fa'il berikut :


1.
2.
3.
4.
5.

( Zaid berkata)

( Seseorang telah datang)


(Wudhu tersebut telah sah)



( Imam telah berdiri)

( Wajib mandi)

Kunci Jawaban
1.

Fa'il secara bahasa adalah orang yang melakukan suatu perbuatan.


Secara istilah adalah isim marfu' yang fi'ilnya disebutkan sebelumnya.

2.

Fa'il ada dua jenis : dhahir dan dhamir (mudhmar).

3.

Tiga contoh fa'il dhahir :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

118

"Dan datanglah Tuhanmu; sedang malaikat berbaris-baris. (Al Fajr : 22).


"Hai orang-orang yang beriman, apabila datang kepada kalian perempuanperempuan yang beriman" (Al Mumtahanah : 10).


"Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". (Al Hujurat : 14).
4.

Fa'il dhahir dirafa' dengan dhammah jika berupa ism mufrad, jamak
mu'annats salim, dan jamak taksir.

5.

Fa'il dhahir dirafa' dengan wawu jika berupa jamak mudzakkar salim atau
al asma'ul khamsah.

6.

Fa'il dhahir dirafa' dengan alif jika berupa isim mutsanna.

7.

Yang dimaksud dengan fa'il dhamir fa'il yang menunjukkan orang yang
berbicara, atau yang diajak bicara, atau orang yang dibicarakan.

8.

Jumlah fa'il dhamir ada dua belas. Contohnya :


,

,
,
,
,
,
,

,
,


,

,

9.

Fa'il dhamir terbagi menjadi dua, yaitu muttashil dan mustatir.

10. Yang dimaksud dengan fa'il dhamir muttashil adalah dhamir yang
bergandeng dengan amilnya.
11. Fa'il dhamir muttashil yaitu ta' fa'il,

fa'il, alif al itsnain, wawu jama'ah,

dan ya mukhathabah.
12. Yang dimaksud dengan fa'il dhamir mustatir adalah dhamir yang tidak
memiliki bentuk di dalam pelafadzan.

Harakat akhir pada fa'il-fa'il berikut :


1.
2.

( Zaid berkata)

( Seseorang telah datang)

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

119
3.
4.
5.


(Wudhu tersebut telah sah)


( Imam telah berdiri)

( Wajib mandi)

BAGAN TENTANG JENIS FA'IL BESERTA CONTOHNYA

Mustatir

Muttashil

1. Ta' fa'il
2.

Fa'il :

3. Nun niswah :


,

,

4. Alif Al Itsnain :

5. Wawu Al Jama'ah :


,
,

6. Ya Mukhathabah :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

120
Jenis kedua dari isim-isim yang dirafa' : Naibul Fail
Penulis berkata :

.
.

Bab Maful yang Tidak Disebut Failnya (Naibul Fail)
Naibul fail adalah isim yang dirafa' yang failnya tidak disebut bersamanya.
Jika fiilnya itu fiil madhi maka huruf awalnya didhammah, dan huruf yang
ada sebelum huruf terakhir dikasrah. Jika fiilnya adalah fiil mudhari maka
huruf awalnya didhammah, dan huruf yang ada sebelum huruf terakhir
difathah.
Penjelasan :
Setelah penulis rahimahullah selesai menjelaskan tentang fa'il, beliau mulai
menjelaskan tentang naibul fa'il karena hukumnya sama seperti hukum fa'il
dari banyak sisi. Penulis menyebut naibul fa'il ini sebagai : Al Maf'ul Alladzi
Lam Yusamma Fa'iluhu, maksudnya adalah maf'ul bih (obyek) yang fa'ilnya
tidak disebut bersamanya, sebab maf'ul bih ini sudah menempati kedudukan
fa'il.
Naibul Fa'il
Definisi : Isim marfu' yang fa'ilnya tidak disebut bersamanya.
Contoh : Perkataan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :

"Islam dibangun di atas 5 perkara."

(Hadit riwayat Al Bukhari dan Muslim dari Umar radhiallahu 'anhu).

: fi'il madhi yang dirubah bentuknya


: naibul fa'il marfu'
Asal kalimat tersebut adalah
. Lalu fa'ilnya (lafadz jalalah)
dibuang karena sudah dimaklumi. Tinggallah fi'il yang membutuhkan fa'il.
I'rabnya :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

121
Maka maf'ul bih

ditempatkan di posisi fa'il sehingga maf'ul bih itu diberi

seluruh hukum-hukum fa'il. Jadilah maf'ul itu dirafa' setelah sebelumnya


dinashab. Tapi kalau seperti itu, bentuknya masih tersamarkan dengan
bentuk fa'il sehingga dibutuhkan pembeda antara keduanya, di mana jika
lafadz fi'il didengar, maka diketahuilah bahwa yang ada setelahnya adalah fa'il
atau naibul fa'il. Jadi ketika ada fa'il, bentuk fi'il tetap di atas bentuk asalnya,
namun kalau ada naibul fa'il, bentuk fi'il itu diubah.
Cara merubah bentuk fi'il ketika ada naibul fa'il :

Kalau fi'ilnya adalah fi'il madhi, maka bagian awalnya didhammah dan
huruf yang ada sebelum huruf terakhir dikasrah. Contoh :

(Dia telah memukul) dirubah menjadi :


(Dia telah dipukul)


( Telah menulis) dirubah menjadi :

( Telah ditulis)

( Dia telah memuliakan) dirubah menjadi :


( Dia telah dimuliakan)

Kalau fi'ilnya adalah fi'il mudhari', maka bagian awalnya didhammah dan
huruf yang ada sebelum huruf terakhir difathah. Contoh :

( Dia sedang/akan memukul) dirubah menjadi :


( Dia sedang/akan dipukul)


( Sedang/akan menulis) dirubah menjadi :

( Sedang/akan ditulis)

( Dia sedang/akan memuliakan) dirubah menjadi :


( Dia sedang/akan dimuliakan)

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

122
Jenis-Jenis Naibul Fa'il
Penulis berkata :

" " "


" "



"
,
""
Naibul fail itu ada dua, yaitu naibul fail dzhahir dan naibul fail dhamir.
Naibul faail dzhahir contohnya :

" " " " "


" "
"

Penjelasan :
Naibul fa'il -sebagaimana fa'il- terbagi menjadi dua, yaitu dhahir dan
mudhmar.
Adapun dhahir, misalnya adalah lafadz

dalam firman Alloh ta'ala :


"Telah dibuat perumpamaan." (Al Hajj : 73)
Dan lafadz

dalam firmanNya :

"Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya." (Ar Rahman :


41).

Setiap lafadz

dan di atas adalah naibul fa'il yang dirafa'. Lafadz

dirafa' dengan alamat dhammah karena lafadz itu adalah isim mufrad.
Sedangkan

dirafa' dengan alamat wawu karena lafadz itu adalah

jamak mudzakkar salim.


Contoh lain adalah apa yang disebutkan oleh penulis, yaitu :


(Zaid telah dipukul)


( Zaid sedang/akan dipukul)

'( Amr telah dimuliakan)

'( Amr sedang/akan dimuliakan)


Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

123
Naibul fa'ilnya adalah

dan .

Na'ibul Fa'il Mudhmar


Penulis berkata :


,
."

,
,
,
,

,

"

."

,
,
,
,
,


Dan naibul faail dhamir (mudhmar) ada 12, contohnya:


,

,
,
,
,
,
,
,

,



,

Penjelasan:
Jenis Na'ibul Fa'il Kedua :
Na'ibul Fa'il Mudhmar
Penulis telah memberi contoh untuk na'ibul fa'il jenis ini dengan berbagai
macam bentuk yang berbeda. Sekarang kita akan lihat contoh dari Al Qur'an,
yaitu firman Alloh ta'ala :


"Padahal sesungguhnya Kami telah diusir dari kampung halaman kami dan
juga anak-anak kami?" (Al Baqoroh : 246).
Na'ibul fa'il mudhmar pada ayat di atas adalah

pada lafadz .

I'rabnya :

:







:

: f'il madhi yang telah dirubah bentuknya.

: dhamir muttashil mabni di atas sukun, berada pada keadaan rafa'

sebagai naibul fa'il.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

124
Demikianlah i'rab dhamir-dhamir sisanya yang disebutkan oleh penulis. Saya
telah menyebutkan fungsi masing-masing dhamir di bab fa'il yang menjadikan
kita tidak perlu mengulangi penjelasan tersebut di sini.

Soal-Soal Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan naibul fa'il?
2. Apa nama lain dari naibul fa'il?
3. Sebutkan contoh naibul fa'il yang terdapat di dalam hadits!
4. Bagaimana cara merubah bentuk fi'il madhi dan mudhari' ketika ada
naibul fa'il?
5. Ada berapa jenis naibul fa'il? Sebutkan!
6. Sebutkan tiga contoh naibul fa'il dhahir!
7. Sebutkan tiga contoh naibul fa'il dhamir!

Berilah harakat yang benar pada beberapa naibul fa'il berikut :


1.


(Telah dibuat sebuah permisalan)

2.

( Seorang yang berilmu dimuliakan)

3.



( Pelajaran tersebut telah dihafal)

4.

( Buku tersebut diambil)

5.

( Dahan tersebut telah dipotong)

Kunci Jawaban
1. Yang dimaksud dengan naibul fa'il adalah isim marfu' yang fa'ilnya tidak
disebut bersamanya.
2. Nama lain dari naibul fa'il adalah al maf'ul alladzi lam yusamma fa'iluhu.
3. Contoh naibul fa'il yang terdapat di dalam hadits :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

125

"Islam dibangun di atas 5 perkara."

(Hadit riwayat Al Bukhari dan Muslim dari Umar radhiallahu 'anhu).


4. Cara merubah bentuk fi'il madhi dan mudhari' ketika ada naibul fa'il :

Kalau fi'ilnya adalah fi'il madhi, maka bagian awalnya didhammah dan
huruf yang ada sebelum huruf terakhir dikasrah.
Kalau fi'ilnya adalah fi'il mudhari', maka bagian awalnya didhammah
dan huruf yang ada sebelum huruf terakhir difathah.

5. Naibul fa'il terbagi menjadi dua, yaitu dhahir dan mudhmar.


6. Tiga contoh naibul fa'il dhahir :


"Telah dibuat perumpamaan." (Al Hajj : 73)


"Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya." (Ar Rahman :
41).


(Zaid telah dipukul)

7. Tiga contoh naibul fa'il dhamir :

Harakat yang benar pada beberapa naibul fa'il berikut :


1.


(Telah dibuat sebuah permisalan)

2.

( Seorang yang berilmu dimuliakan)

3.

( Pelajaran tersebut telah dihafal)


4.

( Buku tersebut diambil)

5.


( Dahan tersebut telah dipotong)

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

126

BAGAN TENTANG NA'IBUL FA'IL

Contoh :

Contoh :

Ilmu Nahwu

Panduan Belajar

127
Jenis Ism Marfu' yang Ketiga : Mubtada' dan Khabar
Penulis berkata :


. :

"
. " "
"
,

" "

Bab Mubtada dan Khabar


Mubtada adalah isim yang dirafa' yang bebas dari 'amil-'amil lafadzh.
Khabar adalah isim yang dirafa' yang disandarkan kepada mubtada.
Contohnya :
( Zaid berdiri)

(Dua orang yang bernama Zaid berdiri)


(Orang-orang yang bernama Zaid berdiri)

Penjelasan :
Setelah penulis rahimahullah selesai menjelaskan tentang fa'il dan naibul fa'il,
beliau mulai menjelaskan tentang mubtada dan khabar. Beliau
menggabungkan keduanya dalam satu bab karena khabar harus ada bersama
mubtada, dan membentuk jumlah ismiyyah bersamanya. Jumlah ismiyyah
adalah kalimat yang diawali dengan isim. Bagian yang pertama disebut
dengan mubtada. Arti mubtada adalah tempat bermulanya sesuatu, karena
sebuah kalimat pada umumnya dimulai dengan mubtada ini.
Bagian kedua disebut khabar, karena fungsinya adalah memberi khabar
(penjelasan) tentang mubtada, dan dengannya sempurnalah makna sebuah
kalimat.
Definisi mubtada : isim marfu' yang kosong dari amil-amil lafadz.
Definisi khabar
: bagian kalimat yang karena adanya bagian ini beserta
mubtada,' sempurnalah sebuah faidah. Artinya, sebuah kalimat jadi bisa
difahami.
Contohnya
: Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

128
"Shalat adalah cahaya." (Riwayat Muslim dari Al Harits Al Asy'ari radhiallahu
'anhu).

Lafadz

adalah mubtada,' karena lafadz ini adalah isim marfu' yang

kosong dari amil-amil lafadz. Maksudnya, isim ini tidak didahului oleh amil
yang nampak, misalnya fi'il.
Lafadz

adalah khabar bagi mubtada,' karena dengan adanya lafadz ini

beserta mubtada', sempurnalah makna kalimat tersebut.


Hukum mubtada' dan khabar : Dirafa' dengan tanda dhammah atau yang
menggantinya. Sebab, yang namanya rafa' kadang tandanya adalah
dhammah (dan ini adalah hukum asalnya), seperti firman Alloh ta'ala :


"Alloh-lah Tuhan kami." (Asy Syuro : 15).
Dan kadang tandanya adalah alif. Misalnya firman Alloh ta'ala :


"Bahkan kedua tangan Alloh terbentang." (Al Maidah : 64).

Dan kadang tanda rafa'nya adalah wawu. Misalnya :


"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman." (Al Mu'minun : 1).
Jenis-Jenis Mubtada
Penulis berkata :



:
.


) ( :
.

.
,)(

Mubtada itu ada dua, yaitu mubtada dzahir dan mubtada dhamir.
Mubtada dzahir adalah sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya
(terdapat pada contoh-contoh mubtada sebelumnya).
Sedangkan mubtada dhamir itu ada dua belas, yaitu :




Contohnya:

)( ) (
dan sebagainya.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

129

Penjelasan :
Mubtada' ada dua jenis : dhahir dan dhamir.
Mubtada' dhahir telah lewat penjelasannya. Adapun dhamir yang menjadi
mubtada' jumlahnya ada dua belas, dan semuanya adalah dhamir munfashil,
yaitu :

dan

berfungsi untuk menunjukkan satu orang yang berbicara.


berfungsi untuk menunjukkan beberapa orang yang berbicara

atau satu

orang yang berbicara yang mengagungkan dirinya. Misalnya :

Dalam kalimat di atas,


dhamir.
Dhamir selanjutnya :

( Saya berdiri).
( Kami/kita berdiri).
lafadz dan
adalah mubtada,'

yaitu mubtada'

dan

menunjukkan kepada seorang laki-laki yang diajak bicara.


menunjukkan kepada seorang perempuan yang diajak bicara. Misalnya :


( Engkau [laki-laki] berdiri).
( Engkau [perempuan] berdiri).

adalah mubtada.'
Dalam kalimat di atas, lafadz
dan

menunjukkan kepada dua orang yang diajak bicara, entah itu laki-laki

ataupun perempuan. Misalnya :

( Kalian berdua [laki-laki] berdiri).


( Kalian berdua [perempuan] berdiri).


Dalam kalimat di atas, lafadz adalah mubtada.'
dan

menunjukkan kepada beberapa laki-laki (lebih dari dua)

yang diajak

bicara.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

130

menunjukkan kepada beberapa perempuan (lebih dari dua) yang diajak

bicara. Misalnya :

( Kalian [laki-laki] berdiri).

( Kalian [perempuan] berdiri).

Penjelasannya sama dengan sebelumnya.

dan

menunjukkan seorang laki-laki yang dibicarakan.


menunjukkan seorang perempuan yang dibicarakan. Misalnya :
( Dia [laki-laki] berdiri).
( Dia [perempuan] berdiri).
Penjelasannya sama dengan sebelumnya.

menunjukkan

kepada dua orang yang dibicarakan, entah itu laki-laki

ataupun perempuan. Misalnya :

( Mereka berdua [laki-laki] berdiri).


( Mereka berdua [perempuan] berdiri).

Penjelasannya sama dengan sebelumnya.

dan

menunjukkan kepada beberapa laki-laki yang dibicarakan.


menunjukkan kepada beberapa perempuan yang dibicarakan. Misalnya :
( Mereka [laki-laki] berdiri).

( Mereka [perempuan] berdiri).


Penjelasannya sama dengan sebelumnya.

Mubtada' pada contoh-contoh tersebut adalah mudhmar (dhamir), dan


dhamir ini hanya berupa dhamir munfashil yang mabni dan tidak dimasuki
i'rab. Dhamir ini mabni di atas apa yang didengar darinya. Dikatakan dalam
i'rabnya :

:



:

Sehingga kita katakan dalam i'rab kalimat semisal kalimat

: dhamir munfashil yang mabni di atas sukun, berada pada kedudukan rafa'
sebagai mubtada.'

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

131
Jenis-Jenis Khabar
Penulis berkata :


:

:

,

:

:
. ,


Khabar itu ada dua, yaitu khabar mufrad dan khabar ghairu mufrad.
Khabar mufrad contohnya :
Khabar ghairu mufrad itu ada empat :
1. Jar dan majrur
2. Dharaf
3. Fiil beserta failnya
4. Mubtada beserta khabarnya.
Contohnya:

)
(

Penjelasan :
Khabar ada dua jenis, yaitu mufrad dan ghairu mufrad.
1. Khabar Mufrad : khabar yang bukan berupa kalimat dan bukan pula
kata yang menyerupai kalimat. Misalnya :

( Zaid berdiri)

(Dua orang yang bernama Zaid berdiri)

Lafadz


(Orang-orang yang bernama Zaid berdiri)
,

, dan

berkedudukan sebagai khabar, dan lafadz-

lafadz tersebut bukanlah kalimat dan bukan pula kata yang menyerupai
kalimat. Maka lafadz-lafadz tersebut tergolong sebagai khabar mufrad.
2. Khabar ghairu mufrad ada dua : kalimat dan kata yang menyerupai
kalimat.
Khabar yang berupa kalimat ada dua : jumlah ismiyyah dan fi'liyyah.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

132
a. Jumlah Ismiyyah : kalimat yang diawali dengan isim. Misalnya

dalam kalimat :
( Zaid, budak perempuannya pergi).

Dan juga seperti dalam firman Alloh :


Katakanlah: "Dia-lah Alloh, Yang Maha Esa. (Al Ikhlash : 1).
Kalimat

dan

adalah khabar yang berupa jumlah

ismiyyah, karena setiap kalimat tersebut diawali dengan isim.


b. Jumlah Fi'liyyah : kalimat yang diawali dengan fi'il. Misalnya
dalam kalimat :


( Zaid, ayahnya berdiri).
Dan juga seperti dalam firman Alloh :


"Alloh meluaskan rezeki." (Ar Ra'd : 26).

Kalimat

dan

adalah khabar yang berupa jumlah

fi'liyyah, karena setiap kalimat tersebut diawali dengan fi'il.


Khabar yang berupa sesuatu yang menyerupai kalimat ada dua :
Al Jar Wal Majrur dan Dharaf.
a. Al Jar Wal Majrur maksudnya adalah huruf khafadh dan isim yang

dalam kalimat :

( Zaid ada di rumah)

dikhafadh, misalnya

Dan juga seperti dalam firman Alloh :


"Segala puji bagi Alloh, Rabb semesta alam." (Al Fatihah : 2).
Lafadz

dan

adalah khabar yang berupa sesuatu yang

menyerupai kalimat, tepatnya berupa Al Jar Wal Majrur karena


lafadz tersebut terdiri dari huruf khafadh dan isim yang dikhafadh.
Dalam lafadz

, huruf

adalah huruf khafadh, sedangkan

adalah isim yang dikhafadh. Dalam lafadz

Panduan Belajar

, huruf lam ()

Ilmu Nahwu

133
adalah huruf khafadh, sedangkan lafadz jalalah ( )adalah isim
yang dikhafadh.

b. Jenis kedua dari khabar yang berupa sesuatu yang menyerupai


kalimat adalah : Dharaf, yang berarti kata keterangan waktu atau
tempat. Misalnya adalah lafadz

dalam kalimat :

( Zaid ada di sisimu).


Dan juga seperti
dalam firman Alloh :

"Sedang kafilah itu berada di bawah kalian." (Al Anfal : 42).


Lafadz

dan

adalah khabar yang berupa sesuatu yang

menyerupai kalimat, tepatnya berupa dharaf karena lafadz tersebut


terdiri dari kata keterangan tempat, yaitu

dan
.

Soal-Soal Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan mubtada'?
2. Apa yang dimaksud dengan khabar?
3. Mubtada' terbagi menjadi berapa jenis? Sebutkan!
4. Sebutkan satu contoh mubtada' dhahir!
5. Sebutkan satu contoh mubtada' dhamir!
6. Apa jenis dhamir yang menjadi mubtada'?
7. Berapa jumlah dhamir yang menjadi mubtada'?
8. Khabar terbagi menjadi berapa jenis? Sebutkan!
9. Berapa jenis khabar yang berupa kalimat? Sebutkan!
10. Berapa jenis khabar yang berupa sesuatu yang menyerupai kalimat?
Sebutkan!

Kunci Jawaban

1. Yang dimaksud dengan mubtada' adalah isim marfu' yang kosong dari
amil-amil lafadz.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

134
2. Yang dimaksud dengan khabar adalah bagian kalimat yang karena
adanya bagian ini beserta mubtada,' sempurnalah sebuah faidah. Artinya,
sebuah kalimat jadi bisa difahami.

3. Mubtada' terbagi menjadi dua jenis : dhahir dan dhamir.


4. Satu contoh mubtada' dhahir :


"Allohlah Tuhan kami." (Asy Syuro : 15).

5. Satu contoh mubtada' dhamir : ( Saya berdiri).


6. Jenis dhamir yang menjadi mubtada' adalah dhamir munfashil.
7. Jumlah dhamir yang menjadi mubtada' ada dua belas.
8. Khabar terbagi menjadi dua jenis, yaitu mufrad dan ghairu mufrad.
9. Khabar yang berupa kalimat ada dua : jumlah ismiyyah dan fi'liyyah.
10. Khabar yang berupa sesuatu yang menyerupai kalimat ada dua :
a) Al Jar Wal Majrur
b) Dharaf.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

135
BAGAN TENTANG JENIS-JENIS KHABAR BESERTA CONTOHNYA

Yg Menyerupai Kalimat

Kalimat

Dharaf :

Jar Majrur :

Fi'liyyah :

Ismiyyah :

( (

()

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

136
'Amil-'Amil yang Menghapus Hukum Mubtada' dan Khabar
Penulis berkata :



,
,
:

Bab 'Amil-'Amil yang Masuk Kepada Mubtada dan Khabar
'Amil-'amil yang masuk kepada mubtada dan khabar itu ada tiga macam,
yaitu
dan saudari-saudarinya, dan saudari-saudarinya, dan ( atau

)dan saudari-saudarinya.

Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1. Menyebutkan dan memahami definisi 'amil-'amil yang menghapus
hukum mubtada' dan khabar.
2. Menyebutkan dan memahami pembagian 'amil-'amil yang menghapus
hukum mubtada' dan khabar.
3. Memahami bagan tentang 'amil-'amil yang menghapus hukum
mubtada' dan khabar.
Penjelasan :
Mubtada' dan khabar marfu,' tetapi kadang-kadang masuk kepadanya 'Amil
Lafdhi sehingga merubah dan menghapus hukum yang semula. Dan
alhamdulillah, kita telah melewati pembahasan tentang 'Amil Lafdhi. Di antara
'Amil-'Amil Lafdhi adalah An Nawasikh ('amil-'amil yang menghapus hukum
mubtada' dan khabar).
Definisi An Nawasikh (
An Nawasikh (

) adalah bentuk jamak dari An Nasikh (

). An

) yang secara bahasa memiliki


)yang artinya
adalah al izalah (

Nasikh adalah isim fa'il dari an naskh (


banyak makna, di antaranya

'menghilangkan'. Contoh pemakaian lafadz an naskh yg berarti al izalah dalam


percakapan orang Arab adalah :

"Matahari itu menghilangkan bayang-bayang."


Secara istilah, an naskh artinya menghilangkan hukum mubtada dan
khabar.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

137
An Nawasikh ('amil-'amil yang menghapus hukum mubtada' dan khabar) ada
tiga jenis :
1. 'Amil yang merafa'kan mubtada' dan menashabkan khabar. 'Amil ini yaitu

dan saudari-saudarinya. Semua 'amil ini adalah fi'il. Lafadz pertama

yang ada setelah amil ini disebut dengan isimnya, sedangkan lafadz yang
kedua disebut dengan khabarnya. Contohnya :


"Dan Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (An Nisa : 158).
I'rabnya :

:



:

( )
:


Terjemahan :

: i'rabnya sesuai dengan kalimat sebelumnya.

fi'il madhi yang menghapus hukum mubtada' dan khabar,

merofa'kan isim dan menashabkan khabar.


isim

yang dirafa' dengan

dhammah yang nampak.


khabar

yang dinashab dengan

adalah fathah yang nampak.


khabar kedua untuk

dan tanda rafa'nya adalah

dan tanda nashabnya

yang dinashab dengan

nashabnya adalah fathah yang nampak.

, dan

tanda

2. 'Amil yang menashabkan mubtada' dan merafa'kan khabar. 'Amil ini yaitu

dan saudari-saudarinya. Semua 'amil ini adalah huruf. Lafadz pertama

yang ada setelah amil ini disebut dengan isimnya, sedangkan lafadz yang
kedua disebut dengan khabarnya. Contohnya :


"Sesungguhnya Alloh Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana." (Al Anfal : 10).
I'rabnya :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

138
:

,
:




:

:
( )


Terjemahan :

huruf taukid dan nashab, menashabkan isim dan merofa'kan

isim

khabar

: khabar kedua untuk . Khabar ini dirafa' dengan , dan tanda

khabar.

yang

dinashab dengannya, dan tanda nashabnya

adalah fathah yang nampak.

Khabar ini dirafa' dengan

adalah dhammah yang nampak.

, dan tanda rafa'nya

rafa'nya adalah dhammah yang nampak.


3. 'Amil yang menashabkan mubtada' dan khabar. 'Amil ini yaitu

dan

saudari-saudarinya. Semua 'amil ini adalah fi'il. Lafadz pertama yang ada
setelah amil ini disebut dengan maf'ul bih awal (maf'ul bih pertama),
sedangkan lafadz yang kedua disebut dengan maf'ul bih tsani (maf'ul bih
kedua). Contoh :


( Aku mengira Zaid pergi).

I'rabnya :

Terjemahan :

fi'il madhi yang menghapus hukum mubtada' dan khabar.

Huruf ta' (
) adalah dhamir yang berada pada kedudukan rofa' sebagai
fa'il.

: maf'ul bih pertama, dinashab.


: maf'ul bih kedua, dinashab.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

139
Soal-Soal Latihan
1. Apa makna An Naskh secara istilah?
2. Apa yang dimaksud dengan An Nawasikh?
3. Ada berapa jenis An Nawasikh? Sebutkan!
Kunci Jawaban
1. Makna An Naskh secara istilah adalah menghilangkan hukum mubtada
dan khabar.
2. Yang dimaksud dengan An Nawasikh adalah 'amil-'amil yang
menghapus hukum mubtada' dan khabar.
3. An Nawasikh ada tiga jenis :
'Amil yang merafa'kan mubtada' dan menashabkan khabar.
'Amil yang menashabkan mubtada' dan merafa'kan khabar.
'Amil yang menashabkan mubtada' dan khabar.

BAGAN TENTANG 'AMIL-'AMIL YANG MENGHAPUS HUKUM


MUBTADA' DAN KHABAR

dan
saudarisaudarinya

Menashabkan
isim dan
merafa'kan
khobar

Contoh :

'Amil Yang
Menghapus
Hukum
Mubtada'
dan Khabar

Contoh :

Merafa'kan
isim dan
menashabkan
khobar

Contoh :

dan
saudarisaudarinya

Menashabkan
isim dan khobar

dan
saudarisaudarinya

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

140
Penjabaran
'Amil-'Amil Pertama :
Penulis berkata :

dan Saudari-Saudarinya

,
,

,
, ,
, ,

,

,

,
, ,
,
, ,
,

"
,


, , ,

, "
.

Adapun
dan saudari-saudarinya maka sesungguhnya mereka
merafa'kan isim (mubtada) dan menashabkan khabar.
saudarinya itu adalah :

dan saudari-

,
,
,
, ,
,
,
,
,


,
, ,
dan apa-apa yang ditashrif dari lafadz-lafadz itu, seperti :




, , ,
Contohnya:

"

,"

dan kalimat-kalimat lain yang menyerupai contoh tersebut.

Penjelasan

dan saudari-saudarinya itu adalah :


,
,
,
, ,
,
,
,
,


,
, ,

Pengaruh mereka : merafa'kan isim (mubtada) dan menashabkan khabar.

dan saudari-saudarinya ini termasuk 'amil-'amil yang menghapus hukum

mubtada' dan khabar, karena ketika mereka memasuki mubtada', mereka


menghapus hukum mubtada', yaitu dengan membuat hukum rafa' baru yang
bukan merupakan rafa'nya yang pertama. Mubtada itu lalu berubah nama

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

141
menjadi isim. Kalau di depannya ada
dengan : "Isim

"

, maka mubtada'nya disebut

. Kalau di depannya ada

dinamakan dengan : "Isim

,"

maka mubtada'nya

dan seterusnya. Hukum khabarnya juga

terhapus dengan munculnya hukum nashab padanya. Khabar ini kemudian


dinamakan dengan khabar
Contoh :

kalau amilnya adalah

begitu seterusnya.

"Dan Allah Maha Perkasa." (An Nisa' : 158).


Kalimat asal sebelum masuknya
mubtada' ( )dan khabar (
).
Jumlah

adalah :

dengan merafa'kan

dan saudari-saudarinya ada tiga belas. Tiga belas 'amil ini terbagi

menjadi tiga jenis :

Pertama : 'Amil-'amil yang memiliki pengaruh ini (merafa'kan


isim/mubtada dan menashabkan khabar) tanpa syarat.
'Amil-'amil jenis pertama ini ada delapan, yaitu :

Perincian :

,
, ,
,
,
,
,

: berfaidah mensifati isim (mubtada') dengan khabarnya pada waktu yang

telah lewat, entah itu sifatnya terputus atau terus-menerus. Contoh yang
sifatnya terputus :


"Dahulu manusia itu adalah umat yang satu." (Al Baqarah : 213).
Persatuan umat manusia itu terjadi di zaman dahulu. Adapun sekarang,
mereka sudah berpecah belah. Jadi sifat dari persatuan mereka terputus,
tidak terus-menerus. Sehingga kita katakan bahwa

pada ayat dia atas

berfaidah mensifati isim (mubtada') dengan khabarnya pada waktu yang telah
lewat dengan sebuah sifat yang terputus, yaitu persatuan manusia.
Contoh yang sifatnya tetap ada :


"Dan Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (An Nisa : 96).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

142
Dalam ayat di atas, Allah disifati dengan

(Maha Pengampun) dan

(Maha Penyayang) dan sifat ini jelas terus-menerus ada pada Alloh, tidak
akan pernah terputus. Sehingga kita katakan bahwa

pada ayat di atas

berfaidah mensifati isim (mubtada') dengan khabarnya pada waktu yang telah
lewat dengan sifat yang tidak terputus.
Jenis selanjutnya dari 'amil yang merafa'kan isim/mubtada dan menashabkan
khabar tanpa syarat :

: berfaidah mensifati isim (mubtada') dengan khabarnya pada waktu

sore. Contoh :
I'rabnya :


( Pada waktu sore Zaid menghafal).
:






:
:

Terjemahan :

: khabar
yang dinashab dengan
, dan tanda nashabnya

fi'il madhi yang menghapus hukum mubtada' dan khabar,

merofa'kan isim dan menashabkan khabar.


isim

yang dirafa' dengan

dhammah yang nampak.

dan tanda rafa'nya adalah

adalah fathah yang nampak.


'Amil selanjutnya :

berfaidah mensifati isim (mubtada') dengan khabarnya pada waktu

shubuh. Contoh :


( Pada waktu shubuh dinginnya bertambah).

I'rabnya sama dengan kalimat sebelumnya.

berfaidah mensifati isim (mubtada') dengan khabarnya pada waktu

dhuha. Contoh :


( Pada waktu dhuha Zaid rajin).

I'rabnya sama dengan kalimat sebelumnya.

berfaidah mensifati isim (mubtada') dengan khabarnya pada waktu

siang. Contoh :


( Pada waktu siang Zaid berpuasa).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

143
I'rabnya sama dengan kalimat sebelumnya.

berfaidah mensifati isim (mubtada') dengan khabarnya pada waktu

malam. Contoh :

( Pada waktu malam Zaid shalat).


I'rabnya sama dengan kalimat sebelumnya.


: menerangkan adanya perubahan isim kepada keadaan yang ditunjukkan
oleh khabar. Contoh :



( Zaid menjadi orang yang baik).

I'rabnya sama dengan kalimat sebelumnya. Jadi, lafadz


menunjukkan adanya perubahan isimnya (yaitu
ditunjukkan oleh khabar (yaitu

tersebut

kepada keadaan yang


). Maksudnya, Zaid tadinya bukan orang

yang baik, tapi sekarang berubah menjadi orang yang baik.

menunjukkan peniadaan khabar dari isim. Contohnya adalah firman

Alloh ta'ala :


"Laki-laki tidaklah seperti perempuan." (Ali 'Imran : 36).
I'rabnya sama dengan kalimat sebelumnya. Jadi, lafadz
menunjukkan adanya peniadaan khabar (yaitu

tersebut

dari isim (yaitu

dalam hal kesamaan. Kenapa dalam hal kesamaan? Karena dalam ayat itu
ada huruf kaf (pada lafadz

) yang berfaidah menunjukkan at tasybih

(penyerupaan). Kesimpulannya, laki-laki tidaklah sama dengan perempuan.


Dari contoh-contoh yang telah lewat kita mengetahui bahwa 'amil-'amil di
atas bisa langsung berpengaruh (merafa'kan isim dan menashabkan khabar)
tanpa ada syarat atau tambahan apapun.
Jenis Kedua : 'Amil-'amil yang memiliki pengaruh merafa'kan
isim/mubtada dan menashabkan khabar dengan adanya syarat. Apa
syaratnya? Syaratnya yaitu didahului oleh nafi atau syibhu nafi
(kalimat yang menyerupai nafi).
Maksud dari 'Nafi' adalah lafadz yang mengandung makna peniadaan,
misalnya :

, dan

. Makna kedua lafadz itu adalah 'tidak.' Adapun yang

dimaksud dengan syibhu nafi adalah sebagaimana telah lewat ; kalimat yang
menyerupai nafi. Kalimat ini yaitu : an nahyu (kalimat larangan) dan al
istifham (kata tanya). An Nahyu di sini adalah laa an nahiyah ( ) , huruf yang

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

144
berfungsi untuk menunjukkan larangan. Huruf ini diterjemahkan dengan :
'jangan.' Adapun al istifham adalah kata tanya, misalnya
semuanya diterjemahkan dengan : 'Apa?.'

, dan

'Amil-'amil yang merafa'kan isim/mubtada dan menashabkan khabar dengan


syarat didahului oleh nafi atau syibhu nafi ini ada 4, yaitu :

, ,

Keempat lafadz tersebut memiliki arti yang hampir sama. Arti dari
pergi atau hilang,

artinya meninggalkan,

adalah

artinya berhenti dari, dan

artinya terlepas atau terpisah. Oleh karena itu, ketika di depan lafadz-

lafadz itu ada nafi, maka maknanya adalah

(al istimror) yang artinya :


terus menerus. Misalnya perkataan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :

"Malaikat Jibril senantiasa berwasiat kepadaku (untuk berbuat baik) dengan


tetangga sampai-sampai aku mengira bahwa dia akan menyatakan bahwa
tetangga termasuk pihak yang berhak mendapat warisan." (Muttafaqun 'alaih
dari Ibnu Umar dan 'Aisyah radhiallahu 'anhum).

Arti lafadz

( nafi) dalam hadits di atas adalah 'tidak,' dan arti dari


adalah

pergi atau hilang, sebagaimana telah dijelaskan. Kalau digabung, artinya


menjadi 'tidak pergi' atau 'tidak hilang,' maksudnya : tetap atau terusmenerus. Jadi, jelaslah makna hadits di atas :

"Malaikat Jibril senantiasa berwasiat kepadaku"

Artinya, Malaikat Jibril tetap/terus terus-menerus berwasiat, tidak pernah


berhenti dari perbuatan berwasiat itu.
I'rabnya :

:
:

,



:


.


:


: .
. :
.


: :
. :
,

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

145
Terjemah :

: nafi

: fi'il madhi yang menghapus hukum mubtada' dan khabar,


merofa'kan isim dan menashabkan khabar.

yang dirafa' dengan


, dan tanda rafa'nya adalah
: isim
dhammah yang nampak di akhirnya.

: asalnya :

ditambah nun (

) dan ya' (

(.

adalah fi'il

mudhari yang dirafa', dan tanda rafa'nya adalah dhammah yang


dikira-kirakan berada di atas huruf ya.' Yang mencegah dari
nampaknya dhammah ini adalah ats tsiqal (berat). Huruf nun
berfungsi untuk al wiqayah, yaitu menjaga fi'il agar tidak dikasrah.
Fa'il dari fi'il

ini adalah dhamir mustatir. Huruf ya' (yang ada di


akhir) adalah dhamir muttashil yang mabni, berada pada kedudukan


nashab sebagai fa'il.
huruf ba' adalah huruf jar. Lafadz

adalah isim yang dijar, dan

tanda jarnya adalah kasrah. Huruf jar dan isim yang dijar berkaitan
dengan fi'il (dalam kalimat ini adalah

).

Contoh lain adalah perkataan antum :


( Zaid masih membaca)
( Muhammad masih menghafal)
( Bakr masih shalat)

Jenis Ketiga : 'Amil yang memiliki pengaruh merafa'kan


isim/mubtada dan menashabkan khabar dengan syarat didahului
oleh

mashdariyyah dharfiyyah.

'Amil ini hanya satu, yaitu :

. Lafadz ini memberi faidah 'penjelasan jangka

waktu'. Biasanya diterjemahkan dengan kata : 'selama'. Misalnya adalah


firman Alloh ta'ala :


"Dan Dia memerintahkanku (untuk mendirikan) shalat dan (menunaikan)
zakat selama aku hidup." (Maryam : 31).
Makna dari
dinamakan


adalah ( selama aku masih hidup). ini
dengan mashdariyyah karena ini dengan fi'il yang ada

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

146
setelahnya bisa dirubah menjadi mashdar (kata dasar) dari fi'il itu.
dinamakan dengan

dharfiyyah karena

(kata keterangan waktu/tempat), yaitu

ini

ini bisa dikira-kira sebagai dharaf

( selama).

Makna perkataan penulis rahimahullah :


Yaitu dari



( dan apa-apa yang bertashrif darinya)

dan saudari-saudarinya. Jadi lafadz-lafadz yang bertashrif dari

dan saudari-saudarinya itu memiliki pengaruh yang juga dimiliki oleh fi'il

madhinya (

,
dan saudari-saudarinya yang disebutkan di awal
,

adalah fi'il madhi). Sama saja apakah lafadz tashrifan itu berupa fi'il mudhari',
amr, atau selainnya. Contohnya :

( Zaid telah berdiri)

Contoh di atas sudah dimaklumi. Tashrifan dari

tersebut :

( Zaid sedang/akan berdiri).


adalah fi'il mudhari' dari . asalnya adalah .
menjadi

mubatada', sedangkan
menjadi khabar. Keduanya sama-sama dirafa'.
maka hukum rafa' pada mubatada' dan khabar itu dihapus.
Mubtada'nya ( ) dirafa' karena menjadi isim
, sedangkan khabarnya

(
)dinashab karena menjadi khabar . memiliki pengaruh yang
sama seperti
walaupun jenis fi'ilnya berbeda.
Setelah ada

Contoh yang lain :


I'rabnya :

( Jadilah orang yang berdiri!)

atau (Berdirilah!)




.
, :

.

,

:

: fi'il amr dari . Fi'il ini menghapus hukum mubtada' dan khabar,
merafa'kan isim dan menashabkan khabar. Isimnya adalah dhamir yang
tersembunyi, perkiraannya adalah

khabar

yang dinashab dengannya. Tanda nashabnya adalah

fathah yang nampak di akhir lafadz ini.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

147
adalah
( Kau berdiri).

menjadi mubtada', sedangkan



menjadi khabar. Setelah ada ,
menjadi isim
, sedangkan menjadi khabarnya sehingga lafadz ini
dinashab menjadi . Jadilah
tidak ada? Sebab
. Kenapa lafadz
termasuk fi'il amr mufrad (kata perintah untuk satu orang), dan pada fi'il
Jadi, asal kalimat di atas sebelum adanya

amr jenis ini, fa'il atau isimnya harus disembunyikan.

Contoh yang lain adalah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :

"Hendaknya lisanmu senantiasa basah dengan dzikrullah." (Hadits riwayat


Ahmad dari Abdullah bin Busr radhiallahu 'anhu).



:
,



.
:


.

:


.



:

.
:

,


Terjemah :

: nafiyah
: fi'il mudhari' dari
. Fi'il ini menghapus hukum mubtada' dan khabar,

merafa'kan isim dan menashabkan khabar.

:isim

yang dirafa' dengan

dan tanda rafa'nya adalah

dhammah yang nampak di akhirnya. Lafadz ini juga menjadi mudhaf. Huruf
kaf ( ) : dhamir muttashil yang mabni, berada pada kedudukan jar sebagai
mudhaf ilaih.

khabar

yang dinashab dengannya. Tanda nashabnya adalah

fathah yang nampak di akhir lafadz ini.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

148
Soal-Soal Latihan
1. Sebutkan saudari-saudari
2. Apa pengaruh dari
khabar?
3. Ada berapa jenis

dan saudari-saudarinya terhadap mubtada' dan

dan saudari-saudarinya? Sebutkan!

4. Berapa jumlah 'amil yang merafa'kan


khabar tanpa syarat? Sebutkan!
5. Berapa jumlah 'amil yang merafa'kan
khabar dengan syarat didahului oleh nafi
6. Berapa jumlah 'amil yang merafa'kan
khabar dengan syarat didahului oleh
Sebutkan!
7. Sebutkan faidah dari 'amil-'amil berikut !

mubtada dan menashabkan

mubtada dan menashabkan


atau syibhu nafi? Sebutkan!
mubtada dan menashabkan

mashdariyyah dharfiyyah?

8. Apa makna dari

, ,

?
,

9. Sebutkan faidah dari

Harakatilah kembali kalimat-kalimat berikut dengan benar :


1.
2.
3.
4.

( Dulu ayahnya adalah seorang pedagang).




( Pada waktu sore pedagang itu pulang).

( Pada waktu pagi pedagang itu pergi).





( Pada waktu dhuha pelajar itu

bersungguh-

sungguh).
5.

( Pada waktu siang pekerja itu lelah).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

149

( Orang miskin itu bermalam dalam keadaan lapar).
7.

(Tanahnya menjadi keras).

8.

( Muhammad bukanlah pendusta).

9.
( Zaid masih tetap istiqamah).

10.

( Pelajar itu masih tetap rajin).

( Tokonya masih tutup).
11.

( Bukunya masih baru).


12.

13.



( Selama seorang
6.

penuntut ilmu bersungguh-sungguh dalam pelajaran-pelajarannya,


maka Allah akan menetapkan baginya keberhasilan).

Kunci Jawaban
1. Saudari-saudari

,
,
,
, ,
,
,
,
,


,
, ,
2. Pengaruh dari

dan saudari-saudarinya terhadap mubtada' dan

khabar adalah merafa'kan isim (mubtada) dan menashabkan khabar.


3.

dan saudari-saudarinya ada tiga jenis :

Pertama : 'Amil-'amil yang memiliki pengaruh ini (merafa'kan


isim/mubtada dan menashabkan khabar) tanpa syarat.
Jenis Kedua : 'Amil-'amil yang memiliki pengaruh merafa'kan
isim/mubtada dan menashabkan khabar dengan adanya syarat,
yaitu didahului oleh nafi atau syibhu nafi (kalimat yang
menyerupai nafi).
Jenis Ketiga : 'Amil yang memiliki pengaruh merafa'kan
isim/mubtada dan menashabkan khabar dengan syarat didahului
oleh

mashdariyyah dharfiyyah.

4. Jumlah 'amil yang merafa'kan mubtada dan menashabkan khabar


tanpa syarat ada delapan, yaitu :

,
, ,
,
,
,
,

5. Jumlah 'amil yang merafa'kan mubtada dan menashabkan khabar


dengan syarat didahului oleh nafi atau syibhu nafi ada 4, yaitu :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

150
, ,


,
6. Jumlah 'amil yang merafa'kan mubtada dan menashabkan khabar
dengan syarat didahului oleh
yaitu :

mashdariyyah dharfiyyah hanya satu,

7. Faidah dari 'amil-'amil berikut :

: berfaidah mensifati isim (mubtada') dengan khabarnya pada

waktu yang telah lewat, entah itu sifatnya terputus atau terusmenerus.

: berfaidah mensifati isim (mubtada') dengan khabarnya pada


waktu sore.


: berfaidah mensifati isim (mubtada') dengan khabarnya pada
waktu shubuh.


: berfaidah mensifati isim (mubtada') dengan khabarnya pada
waktu dhuha.

berfaidah mensifati isim (mubtada') dengan khabarnya pada

berfaidah mensifati isim (mubtada') dengan khabarnya pada

menerangkan adanya perubahan isim kepada keadaan yang

waktu siang.

waktu malam.

ditunjukkan oleh khabar.

: menunjukkan peniadaan khabar dari isim.


, ,
Makna dari
: terus menerus.
,
Faidah dari
: penjelasan jangka waktu.

8.
9.

Harakat yang benar dari kalimat-kalimat berikut :


1.
2.
3.
4.

( Dulu ayahnya adalah seorang pedagang).



( Pada waktu sore pedagang itu pulang).


( Pada waktu pagi pedagang itu pergi).


( Pada waktu dhuha pelajar itu

bersungguh-

sungguh).

5.
6.

( Pada waktu siang pekerja itu lelah).



( Orang miskin itu bermalam dalam keadaan lapar).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

151


(Tanahnya menjadi keras).
( Muhammad bukanlah pendusta).
8.

9.
( Zaid masih tetap istiqamah).

( Pelajar itu masih tetap rajin).
10.

( Tokonya masih tutup).


11.

( Bukunya masih baru).


12.


13.



( Selama seorang
7.

penuntut ilmu bersungguh-sungguh dalam pelajaran-pelajarannya,


maka Allah akan menetapkan baginya keberhasilan).

'Amil Kedua dari 'Amil-'Amil yang Menghapus Hukum Mubtada dan


Khabar :

dan Saudari-Saudarinya

Penulis berkata :





:

.

dan saudari-saudarinya maka sesungguhnya mereka itu


menashabkan mubtada dan merafa'kan khabar. dan saudari-saudarinya itu
Adapun

adalah:





Contohnya:

adalah untuk taukid (penekanan), untuk istidrak

untuk tasybih (penyerupaan),


(penyusulan),
untuk tamanniy

dan
Makna

(pengandaian),

untuk tarajji (mengharap kebaikan) dan tawaqqu


(khawatir).

Penjelasan :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

152
Pada pembahasan yang telah lewat, antum sudah mengetahui tentang
pengaruh dan makna dari

dan saudari-saudarinya.

Pada pembahasan kali ini antum akan mengenal jenis baru dari 'amil-'amil
yang menghapus hukum mubtada' dan khabar. 'Amil-'amil ini yaitu
saudari-saudarinya. Semuanya ada enam huruf, yaitu :

dan

Pengaruh mereka : menashabkan isim (mubtada) dan merafa'kan khabar.

adalah At Taukid (penegasan). Misalnya, ada kalimat :


dan
( Zaid berdiri)
adalah mubtada', sedangkan adalah khabar. Kalimat ini belum
untuk menegaskan dan
bermakna penegasan. Kemudian antum tambahkan

Makna

menetapkan khabar, sehingga kalimatnya menjadi :

( Sesungguhnya Zaid berdiri)

Hukum rafa' pada mubtada' dan khabar dihapus dengan adanya


Mubtadanya ( ) dinashab (menjadi

tersebut.

) , kemudian dinamakan dengan isim

sedangkan khabarnya (
)dirafa' dengan rafa' yang baru, dan disebut

sebagai khabar

Contoh yang lain adalah firman Alloh ta'ala :


"Sesungguhnya Alloh Maha Lembut lagi Maha Mengetahui." (Al Hajj : 63).
I'rabnya :

Terjemah :

,


.

,



:



.

:


:

.

: huruf taukid dan nashab, menashabkan isim dan merafa'kan


khabar.

: lafadz jalalah yang menjadi isim dan dinashab. Tanda nashabnya


adalah fathah yang nampak di akhir lafadz ini.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

153

: khabar . Khabar ini dirafa', dan tanda rafa'nya adalah dhammah

: khabar kedua. Khabar ini dirafa', dan tanda rafa'nya adalah

yang nampak di akhirnya.


dhammah yang nampak di akhirnya.

Contoh penggunaan

"Ketahuilah bahwa sesungguhnya Alloh amat berat siksa-Nya." (Al Maidah :


98).

Lafadz selanjutnya :

. Maknanya adalah Al Istidrak. Yang dimaksud dengan Al Istidrak

adalah mengikutkan sebuah kalimat kepada kalimat sebelumnya untuk


menghilangkan sesuatu yang biasanya dianggap ada atau untuk
menetapkan sesuatu yang biasanya dianggap tidak ada. Misalnya kalimat :



( Zaid kaya tapi rumahnya kecil).
Perhatikan kalimat ( Zaid kaya). Biasanya orang-orang menganggap
bahwa orang yang kaya itu rumahnya pasti besar. Lain halnya dengan
Zaid. Meskipun dia kaya, tetapi rumahnya kecil. Jadi dalam kalimat ini,
anggapan umum itu dinafikan dengan


(tapi rumahnya kecil).

, yaitu pada kalimat

I'rabnya :


:


,

.
:


,

:


.




: .

:
.

Terjemah :

: huruf istidrak dan nashab, menashabkan isim dan merafa'kan

khabar.

: isim yang dinashab. Tanda nashabnya adalah fathah

yang nampak di akhir lafadz ini. Lafadz ini juga menjadi mudhaf.
Huruf ha (
) : dhamir muttashil yang mabni, berada pada

kedudukan jar sebagai mudhaf ilaih.


: khabar

. Khabar ini dirafa', dan tanda rafa'nya adalah

dhammah yang nampak di akhirnya.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

154

Saudari

yang selanjutnya :

. Maknanya adalah At Tasybih (penyerupaan). Misalnya adalah :


Dengan

(Zaid seperti seorang pengajar)

dalam kalimat tersebut Zaid diserupakan dengan seorang

pengajar )
) .
I'rabnya :



:

,


.

,

:


:

.

Terjemah :

: huruf tasybih dan nashab, menashabkan isim dan merafa'kan

: isim

: khabar

Saudari

khabar.

yang dinashab. Tanda nashabnya adalah fathah yang

nampak di akhir lafadz ini.

. Khabar ini dirafa', dan tanda rafa'nya adalah

dhammah yang nampak di akhirnya.

yang selanjutnya :
. Maknanya

adalah At Tamanni (pengandaian). At Tamanni pada

umumnya digunakan untuk menjelaskan tentang keinginan terhadap


sesuatu yang tidak mungkin didapat, tetapi kadang digunakan juga untuk
menjelaskan tentang keinginan terhadap sesuatu yang bisa didapat.
Contoh pemakaian

untuk

menjelaskan tentang keinginan terhadap

sesuatu yang tidak mungkin didapat:



( Seandainya masa muda bisa kembali).

I'rabnya :

Terjemah :


:


,

.


,

:



,
.
:

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

155

: huruf tamanni dan nashab, menashabkan isim dan merafa'kan

: isim

: khabar

khabar.

yang dinashab. Tanda nashabnya adalah fathah yang

nampak di akhir lafadz ini.

. Khabar ini dirafa', dan tanda rafa'nya adalah

dhammah yang nampak di akhirnya.

Sedangkan contoh pemakaian

untuk menjelaskan tentang keinginan

terhadap sesuatu yang bisa didapat atau bisa terjadi adalah :



( Seandainya Muhammad datang)

I'rabnya sama dengan kalimat sebelumnya.


Saudari

selanjutnya :
. Maknanya adalah At Tarajji' dan At Tawaqqu'. Makna At Tarajji'

adalah mengharap sesuatu yang disukai. Biasanya

yang bermakna At

Tarajji' ini diterjemahkan dengan kata 'semoga'. At Tawaqqu' maksudnya


adalah kecemasan akan datangnya sesuatu yang dibenci. Biasanya

yang bermakna At Tawaqqu' ini diterjemahkan dengan kata 'jangan-

yang bermakna At Tarajji' adalah :


( Semoga Alloh merahmati kita)

jangan.' Misal pemakaian

I'rabnya :



:

,

.

,

:

: :




: .

.


.

Terjemah :

: huruf tarajji dan nashab, menashabkan isim dan merafa'kan

: isim

khabar.

yang dinashab. Tanda nashabnya adalah fathah yang

nampak di akhir lafadz ini.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

156

: fi'il mudhari yang dirafa' karena kosong dari amil nashab

dan jazm. Tanda rafa'nya adalah dhammah yang nampak di atas


huruf mim.

: dhamir muttashil yang mabni, berada pada

kedudukan nashab sebagai maf'ul bih. Fa'il dari fi'il ini adalah

.
Kalimat yang terdiri dari fi'il, fa'il dan maf'ul bih tersebut (
)
berada pada kedudukan rafa' sebagai khabar
.
dhamir yang boleh disembunyikan, perkiraannya adalah

yang bermakna At Tarajji' adalah :


( Jangan-jangan musuh datang).



I'rabnya sama dengan kalimat
. Hanya saja


menjadi khabarnya.
menjadi isim
, dan
Contoh penggunaan

lafadz

Soal-Soal Latihan
1. Sebutkan saudari-saudari
2. Apa pengaruh dari

khabar?

dan saudari-saudarinya terhadap mubtada' dan

3. Sebutkan faidah dari 'amil-'amil berikut !


dan

Harakatilah kembali kalimat-kalimat berikut dengan benar :


1.
2.

( Sesungguhnya agama ini mudah).


( Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan


Alloh).

3.



( Rumah itu besar, tetapi penghuninya hanya

satu orang).

4.
5.
6.



( Kucing itu seperti macan).



( Semoga ustadz datang).

( Jangan-jangan pelajarannya sudah dimulai).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

157
Kunci Jawaban
1. Saudari-saudari
2. Pengaruh dari



:

dan saudari-saudarinya

terhadap mubtada' dan

khabar : menashabkan isim (mubtada) dan merafa'kan khabar.


3. Faidah dari 'amil-'amil berikut :

: At Tarajji'

(mengharap sesuatu
yang disukai) dan At
Tawaqqu' (kecemasan
akan datangnya sesuatu
yang dibenci).

: At Taukid
dan
(penegasan).

: Al Istidrak.
: At Tasybih (penyerupaan).

: At Tamanni
(pengandaian).

Harakat yang benar untuk kalimat-kalimat berikut :


1.
2.

( Sesungguhnya agama ini mudah).


( Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan


Alloh).

3.



( Rumah itu besar, tetapi penghuninya hanya

satu orang).

4.
5.
6.



( Kucing itu seperti macan).



( Semoga ustadz datang).

( Jangan-jangan pelajarannya sudah dimulai).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

158
'Amil Ketiga dari 'Amil-'Amil yang Menghapus Hukum Mubtada dan
Khabar:

dan Saudari-Saudarinya

Penulis berkata :


:



:








,



Adapun
dan saudari-saudarinya maka sesungguhnya mereka itu
menashabkan mubtada dan khabar karena keduanya itu (mubtada dan

khabar) adalah maful bagi

dan saudari-saudarinya.
dan saudari-

saudarinya itu adalah:











Contohnya:


( Aku mengira Zaid berdiri)


( Aku yakin 'Amr datang/pergi)

dan contoh-contoh yg serupa dengan itu.

Penjelasan :
Penulis rahimahullah menyebutkan jenis ketiga dari 'amil-'amil yang
menghapus hukum mubtada dan khabar, yaitu :
Lafadz

dan saudari-saudarinya.

yang disebutkan oleh penulis adalah perubahan dari

lafadz ini berbeda makna, tetapi pengaruhnya sama. Makna

adalah 'saya menduga'.


Yang dimaksud dengan saudari-saudari
adalah :

Kedua

adalah 'dia

menduga,' sedangkan makna

Mengapa lafadz-lafadz di atas berbeda dengan apa yang disebutkan oleh Ibnu
Ajurrum di dalam matan Al Ajurrumiyyahnya? Jawabannya sama seperti

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

159
perbedaan antara

dengan

Maknanya memang berbeda, tetapi

pengaruhnya tetap sama. Lafadz-lafadz yang disebutkan oleh Ibnu Ajurrum di


dalam matannya di atas, fa'il atau pelakunya adalah 'saya,' sedangkan yang
disebutkan dalam penjelasan ini, fa'ilnya adalah 'dia.'
Sengaja dalam penjelasan ini disebutkan fi'il-fi'il dengan bentuk yang berbeda
untuk menjelaskan bahwa lafadz yang bisa menashabkan mubtada' dan
khabar tidaklah harus berupa

dan saudari-saudarinya yang mengandung

fa'il 'saya' seperti yang disebutkan oleh Ibnu Ajurrum dalam matannya, tetapi
juga bentuk lain dari

dan saudari-saudarinya.

Sebagaimana telah lewat pada bab

dan saudari-saudarinya bahwa tashrif

dan saudari-saudarinya itu juga tetap memiliki pengaruh


seperti mereka. Begitu juga pada
dan saudari-saudarinya.
(perubahan) dari

dan saudari-saudarinya tersebut masuk kepada mubtada' dan khabar

untuk menjelaskan bahwa penyandaran yang ada di antara keduanya


(mubtada' dan khabar) itu muncul dari pengetahuan atau dugaan. Sebab, jika
antum berkata :

( Zaid berdiri)
Ada kemungkinan bahwa pernyataan antum itu dibangun di atas keyakinan,
dan ada juga kemungkinan bahwa pernyataan antum itu hanya sekedar
dugaan. Tetapi jika antum berkata :


( Aku yakin Zaid berdiri)
Jelaslah bahwa pernyataan antum itu dibangun di atas keyakinan. Atau jika
antum berkata :


( Aku mengira Zaid berdiri)
Jelaslah bahwa pernyataan antum itu dibangun di atas dugaan. Begitu
seterusnya dengan 'amil-'amil sisanya.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

160
Pengaruh

dan saudari-saudarinya : menashabkan mubtada dan

khabar karena keduanya (mubtada dan khabar) adalah maful bagi


saudari-saudarinya.
Contohnya :

dan


( Aku mengira Zaid berdiri)

Asal dari kalimat di atas adalah

menjadi khabar.

, maka kedudukan

mubtada', dan
setelah ada

(Zaid berdiri). Lafadz

menjadi

Keduanya sama-sama dirafa.' Tetapi

dan hukum i'rab keduanya berubah.

Keduanya menjadi maf'ul bih yang dinashab, sehingga kalimatnya menjadi :



I'rabnya :

: ,
: :


Terjemah :

: fi'il madhi yang menghapus hukum mubtada' dan khabar.

Sedangkan huruf ta' (


) adalah dhamir muttashil yang mabni, berada
pada kedudukan rafa' sebagai fa'il.

: maf'ul bih yang pertama, manshub


: maf'ul bih yang kedua, manshub

Jenis-jenisnya :
Dilihat dari segi makna yang ditunjukkan,
menjadi tiga :

dan saudari-saudarinya terbagi

Fi'il-fi'il yang menunjukkan makna dugaan, yaitu :



,
dan

Fi'il-fi'il yang menunjukkan makna perubahan, yaitu :
dan

1. Fi'il-fi'il yang menunjukkan makna yakin, yaitu :


2.

3.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

161
Contoh-contoh dari Al Qur'an :

"Sedangkan Kami memandangnya dekat (bisa terjadi)." (Al Ma'arij : 7).

tersusun dari dua lafadz, yaitu dan . adalah fi'il mudhari'


(dengan dhamir
) dari . Oleh karena itu, fi'il ini memiliki pengaruh
seperti , yaitu menashabkan mubtada' dan khabar karena keduanya
Lafadz

menjadi maf'ul bih. Asal kalimat di atas adalah :

. Lafadz menjadi mubtada, dan



menjadi khabar. Setelah ada fi'il maka keduanya dinashab. Bentuk dhamir

dan

asalnya adalah

juga berubah menjadi , karena adalah dhamir rafa' munfashil, dhamir


yang berada pada kedudukan rafa' dan tidak bisa bergandeng dengan lafadz
lain. Sedangkan

adalah dhamir nashab muttashil, dhamir yang berada pada

kedudukan nashab dan bisa bergandeng dengan lafadz lain.


I'rabnya :



: ,
:
:
.

Terjemahan :

: Huruf wawu : dii'rab sesuai dengan kalimat sebelumnya.

: fi'il

mudhari' yang dirafa', dan tanda rafa'nya adalah dhammah yang


diperkirakan ada di akhir fi'il ini. Dhammah ini tidak bisa nampak
karena adanya At Ta'adzdzur (halangan). Fa'il dari fi'il ini adalah
dhamir yang wajib disembunyikan, perkiraannya adalah

Sedangkan huruf ha' (


) adalah dhamir muttashil yang mabni di atas

dhammah, berada pada kedudukan nashab sebagai maf'ul bih yang


pertama.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

162

: maf'ul bih yang kedua. Maf'ul bih ini dinashab, dan tanda nashabnya
adalah fathah yang nampak.

Contoh selanjutnya :


"Dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang." (Al Kahfi : 36).
I'rabnya :


: . : :


,

:

Terjemahan :

: : nafi. : fi'il mudhari' yang merupakan perubahan

dari

. Fi'il

ini menashabkan dua maf'ul. Fa'ilnya adalah dhamir yang wajib


disembunyikan, perkiraannya adalah

: maf'ul bih yang pertama. Maf'ul bih ini dinashab, dan tanda

: maf'ul bih yang kedua. Maf'ul bih ini dinashab, dan tanda nashabnya

nashabnya adalah fathah yang nampak.


adalah fathah yang nampak.

Contoh selanjutnya :


"Kamu mengira mereka mutiara." (Al Insan : 19).
I'rabnya :



:


: ,

,

,




:
,

Terjemahan :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

163

: fi'il madhi yang mabni di atas sukun. Fi'il ini menashabkan dua maf'ul.
Huruf ta adalah dhamir muttashil yang mabni di atas sukun, berada
pada kedudukan rafa' sebagai fa'il.

: dhamir muttashil yang mabni di atas sukun, berada pada kedudukan

: maf'ul bih yang kedua. Maf'ul bih ini dinashab, dan tanda nashabnya

nashab sebagai maf'ul bih yang pertama.


adalah fathah yang nampak.

Contoh berikutnya :


"Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran sebagai bacaan yang berbahasa
Arab." (Az Zukhruf : 3).
I'rabnya :

: ,



,

, ,
: ) (

Terjemahan :

: fi'il madhi yang mabni di atas sukun. Fi'il ini menashabkan dua maf'ul.

adalah dhamir muttashil yang mabni di atas sukun, berada pada


kedudukan rafa' sebagai fa'il. Huruf ha ()
adalah dhamir muttashil
yang mabni di atas sukun, berada pada kedudukan nashab sebagai
maf'ul bih yang pertama.

: maf'ul bih yang kedua. Maf'ul bih ini dinashab, dan tanda nashabnya
adalah fathah yang nampak.

Contoh berikutnya :


"Dan Alloh menjadikan Ibrahim sebagai kesayanganNya." (An Nisa : 125).
I'rabnya :


Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

164


,

:
:

Terjemahan :

: fi'il madhi yang termasuk fi'il-fi'il yang menunjukkan perubahan. Fi'il

: lafadz jalalah. Lafadz ini menjadi fa'il yang dirafa'. Tanda rafa'nya

: maf'ul bih yang pertama. Maf'ul bih ini dinashab, dan tanda

: maf'ul bih yang kedua. Maf'ul bih ini dinashab, dan tanda nashabnya

ini menashabkan dua maf'ul.


adalah dhammah yang nampak.
nashabnya adalah fathah yang nampak.
adalah fathah yang nampak.

Contoh dari hadits, adalah perkataan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :




"Kalian mendapati manusia berbeda-beda." (Hadits riwayat Muslim dari Abu
Hurairah radhiallahu 'anhu).
I'rabnya :

: ,


:

Terjemahan :

: fi'il mudhari' yang termasuk saudari-saudari


adalah fa'il.

Wawu jama'ah ()

: maf'ul bih pertama yang dinashab.


: maf'ul bih kedua yang dinashab.

Adapun lafadz

menurut pendapat yang rajih bukanlah termasuk amil

yang merubah hukum mubtada' dan khabar, dan ini adalah pendapat
mayoritas ulama Nahwu.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

165
Soal-Soal Latihan
1. Sebutkan saudari-saudari
2. Apa pengaruh dari

khabar?

dan saudari-saudarinya terhadap mubtada' dan

3. Dilihat dari segi makna yang ditunjukkan,

terbagi menjadi berapa jenis? Sebutkan!

dan saudari-saudarinya

4. Sebutkan terjemah dari 'amil-'amil berikut !

Harakatilah kembali kalimat-kalimat berikut dengan benar :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.



( Saya kira Zaid pulang).



( Saya kira Khalid itu saudaramu).
( Saya kira buku itu milikmu).

( Saya kira Bakr tidak datang).



( Saya yakin bahwa ilmu itu bermanfaat).


( Saya yakin bahwa membaca itu bermanfaat).



( Saya yakin Alloh menyelamatkan).
( Dan Alloh mengambil Ibrahim sebagai khalil).


( Dan Kami menjadikan siang hari sebagai waktu untuk

mencari penghidupan).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

166
Kunci Jawaban
1. Saudari-saudari




2. Pengaruh dari

dan saudari-saudarinya terhadap mubtada' dan

khabar : menashabkan mubtada dan khabar karena keduanya


(mubtada dan khabar) adalah maful bagi
dan saudari-saudarinya.
3. Dilihat dari segi makna yang ditunjukkan,
terbagi menjadi tiga :

dan saudari-saudarinya

,
yaitu :
,

Fi'il-fi'il yang menunjukkan makna yakin, yaitu :

Fi'il-fi'il yang menunjukkan makna dugaan,

dan

Fi'il-fi'il yang menunjukkan makna perubahan, yaitu :

dan

4. Terjemah dari 'amil-'amil berikut :

: aku mengira

: aku mengira

: aku mengira

: aku mengira

: aku yakin

: aku yakin

: aku yakin

: aku menjadikan

: aku menjadikan

Harakat yang benar untuk kalimat-kalimat berikut :


1.
2.
3.
4.



( Saya kira Zaid pulang).



( Saya kira Khalid itu saudaramu).
( Saya kira buku itu milikmu).




( Saya kira Bakr tidak datang).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

167
5.
6.
7.
8.
9.

( Saya yakin bahwa ilmu itu bermanfaat).



( Saya yakin bahwa membaca itu bermanfaat).



( Saya yakin Alloh menyelamatkan).


( Dan Alloh mengambil Ibrahim sebagai khalil).

( Dan Kami menjadikan siang hari sebagai waktu untuk
mencari penghidupan).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

168
Penulis berkata :

; ,
,



.
,
Bab Naat (Sifat(
Naat itu mengikuti yang disifati pada keadaan rafa'nya, nashabnya,
khafadhnya, marifatnya, dan nakirahnya. Contohnya:

.
,
,

Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.

Menyebutkan dan memahami definisi na'at.


Menentukan na'at yang ada pada sebuah kalimat.
Menyebutkan dan memahami definisi isim ma'rifat dan nakirah.
Menyebutkan jenis-jenis isim ma'rifat dan nakirah.
Membedakan antara isim ma'rifat dan isim nakirah pada sebuah
kalimat.

Penjelasan :
Ini adalah awal pembahasan penulis tentang jenis kata-kata yang di'irab
karena mengikuti kata yang lain. Kata-kata ini ada empat jenis, yaitu : Na'at

(


), taukid () , badal () , dan 'athaf (
). Beliau memulai
dengan bab na'at yang disebut juga dengan sifat (
).
Na'at (

)
Definisinya
: Sebuah kata yang mengikuti kata lain yang berfungsi
menyempurnakan makna kata yang diikutinya, dengan menjelaskan salah
satu sifat dari kata tersebut.
Contohnya


( Zaid yang pintar telah berdiri).


( Aku telah melihat Zaid yang pintar).
Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

169

(Aku telah melewati Zaid yang pintar).

I'rabnya :
Pada contoh yang pertama, lafadz
yang disifatinya (

( marfu.'

Pada contoh yang kedua, lafadz


yang disifatinya (

adalah na'at yang manshub karena kata

( manshub.

Pada contoh yang ketiga, lafadz


kata yang disifatinya (

adalah na'at yang marfu' karena kata

adalah na'at yang makhfudh karena

( makhfudh.

Na'at mengikuti kata yang disifatinya dalam hal : i'rab, nakirah, ma'rifat,
mudzakkar, mu'annats, dan jumlahnya.
Contoh-contoh na'at dari Al Qur'an Al Karim adalah firman Alloh ta'ala :


"Inilah jalan yang lurus". (Ali 'Imron : 51).


"Tunjukilah kami jalan yang lurus." (Al Fatihah : 6).


"Aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus". (Al An'am : 161).
Dalam ayat-ayat di atas, lafadz
disifatinya, yaitu

menjadi na'at bagi kata yang

Salah satu contoh na'at dalam hadits adalah perkataan Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam :

"Kalimat yang baik adalah sedekah."

(Hadits riwayat Al Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu)
I'rabnya :

:
Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

170

Terjemah :

: mubtada' yang marfu,' dan alamat rafa'nya adalah dhammah.

: na'at yang marfu,' dan alamat rafa'nya adalah dhammah.

:khabar yang marfu,' dan alamat rafa'nya adalah dhammah.

Soal-Soal Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan na'at?
2. Sebutkan tiga contoh na'at dari Al Qur'anul Karim!
3. Tentukan mana lafadz yang merupakan na'at pada kalimat-kalimat

berikut :
a)
b)

c)


( Muhammad yang amanah telah datang).

( Ustadz suka kepada murid-murid yang


bersungguh-sungguh).



( Saya memberi salam kepada ustadz yang

memiliki keutamaan).

Berilah harakat akhir pada na'at dalam kalimat-kalimat berikut:


1.
2.
3.

( Mereka mempelajari ilmu yang bermanfaat)


( Alloh mencintai amal shalih)
( Karena kandungannya berupa

rahasia-

rahasia yang agung)


4.
5.


( Ketahuilah wahai pembaca yang budiman)
( Al Qur'an yang mulia turun dengannya)

Kunci Jawaban
1. Yang dimaksud dengan na'at : sebuah kata yang mengikuti kata lain
yang berfungsi menyempurnakan makna kata yang diikutinya, dengan
menjelaskan salah satu sifat dari kata tersebut.
2. Tiga contoh na'at dari Al Qur'anul Karim :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

171

"Inilah jalan yang lurus". (Ali 'Imron : 51).


"Tunjukilah kami jalan yang lurus." (Al Fatihah : 6).


"Aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus". (Al An'am :
161).

3. Lafadz yang merupakan na'at pada kalimat-kalimat berikut :


a)
b)

c)


( Muhammad yang amanah telah datang) :

( Ustadz suka kepada murid-murid yang

bersungguh-sungguh) :




( Saya memberi salam kepada ustadz yang


memiliki keutamaan) :

Harakat akhir pada na'at dalam kalimat-kalimat berikut:


1.
2.
3.

( Mereka mempelajari ilmu yang bermanfaat)




( Alloh mencintai amal shalih)
( Karena kandungannya berupa

rahasia-

rahasia yang agung)


4.
5.


( Ketahuilah wahai pembaca yang budiman)
( Al Qur'an yang mulia turun dengannya)

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

172
Penulis berkata :

, ,




,


, , ,


.

Marifat (kata khusus) itu ada lima:


1 .Isim Dhamir (kata ganti), contohnya:


3 .Isim Mubham (kata tunjuk), contohnya : , ,

2 .Isim 'Alam (nama), contohnya :

4.Isim yang diawali dengan alif lam, contohnya :

5 .Lafadz yang disandarkan kepada salah satu dari empat jenis isim
tersebut.
Penjelasan :
Tatkala penulis telah menyebutkan bahwa na'at mengikuti kata yang
disifatinya dalam hal ma'rifat dan nakirah, maka beliau menjelaskan tentang
dua hal tersebut. Beliau memulai dengan menjelaskan tentang isim ma'rifat,
karena isim ini lebih mulia, sebab menunjukkan kepada sesuatu yang sudah
jelas. Mari kita simak penjabaran tentangnya :
1. Isim Ma'rifat
Definisi : Isim ma'rifat adalah isim yang menunjukkan sesuatu yang sudah
jelas.
Jenisnya : Isim ma'rifat ada 5 jenis, yaitu : dhamir, isim 'alam (nama), isim
mubham (isim yang samar, yaitu isim isyarah dan maushul), isim yang
menjadi ma'rifat dengan adanya alif lam, dan isim yang disandarkan kepada
salah satu dari empat jenis isim tersebut.
Jenis Isim Ma'rifat yang Pertama : Dhamir
Definisinya
: dhamir adalah sebuah lafadz yang menunjukkan
kepada orang yang berbicara, atau diajak bicara, atau yang dibicarakan.
Hukumnya

: mabni

Jenisnya : munfashil dan muttashil


Dhamir Munfashil : dhamir yang berdiri sendiri dan bisa terletak setelah
lafadz

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

173
Dhamir munfashil ada yang berada pada kedudukan rafa' atau nashab, tetapi
tidak mungkin berada pada kedudukan jar.
Dhamir-dhamir rafa' munfashil yaitu :




Pada umumnya, semua dhamir di atas di'irob dengan :
(berada pada kedudukan rafa' sebagai mubtada).

Adapun dhamir-dhamir nashab munfashil yaitu :


, ,
,
,
,
, , , , , ,

Pada umumnya, semua dhamir di atas di'irob dengan :
(berada pada kedudukan nashab sebagai maf'ul bih).

Adapun Dhamir Muttashil, maka definisnya adalah


bergandeng dengan amilnya dan tidak bisa berdiri sendiri.

dhamir

yang

Jika dhamir ini bergandeng dengan fi'il, maka dii'rab sebagai maf'ul bih.
Contoh :

( Dia telah mengajarinya)

( Dia telah mengajarimu)

( Dia telah mengajari kami)


Contoh i'rabnya :

( Dia telah mengajariku)


: :
,

,
) (

Terjemah :

: fi'il madhi yang mabni di atas fathah. Huruf ha ()


adalah

dhamir muttashil yang mabni di atas dhammah, berada pada


kedudukan nashab sebagai maf'ul bih.

Jika dhamir ini bergandeng dengan isim, maka dii'rab sebagai mudhaf ilaih.
Contoh :

( Bukunya)
Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

174

( Bukumu)
( Buku kami)
( Buku saya)

Contoh i'rabnya, misalnya kalimat :


( Bukunya baru)



:
,
) (
,
:




,

Terjemahan :

: mubtada' yang dirafa', dan tanda rafa'nya adalah

dhammah. Lafadz ini juga menjadi mudhaf. Huruf ha

()
adalah

dhamir muttashil yang mabni di atas dhammah, berada pada


kedudukan jar sebagai mudhaf ilaih.
: khabar mubtada' yang dirafa', dan tanda rafa'nya adalah
dhammah.

Jika dhamir tersebut bergandeng dengan huruf jar, maka dii'rab sebagai isim
majrur. Contoh :

( Darinya)

( Darimu)
( Dari kami)
Contoh i'rabnya :

( Dari saya)


,
:


:

" "
Terjemahan :

: huruf jar dan isim yang dijar.

: huruf jar. Sedangkan huruf ha

()
adalah dhamir muttashil yang mabni di atas dhammah,
berada pada kedudukan jar karena adanya huruf .

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

175
Jika dhamir tersebut bergandeng dengan huruf nashikhah (yang menghapus
hukum mubtada' dan khabar), maka dii'rab sebagai isim dari huruf itu.
Contoh :

( Sesungguhnya dia)

( Sesungguhnya kamu)
( Sesungguhnya kami)

Contoh i'rabnya :

( Sesungguhnya saya)


: :

Terjemahan :

: huruf taukid dan nashab. Sedangkan huruf ha

()

adalah

dhamir muttashil yang mabni di atas dhammah, berada pada


kedudukan nashab sebagai isim

Dikecualikan dari kaidah-kaidah tersebut, dhamir-dhamir berikut ini: ta' fa'il,


nun niswah,

fa'il, ya' mu'annats mukhathabah, wawu al jama'ah, dan alif al

itsnain. Dhamir-dhamir tersebut berada pada keadaan rafa' sebagai fa'il atau
naibul fa'il jika berada bersama fi'il-fi'il yang sempurna. Yang dimaksud
dengan fi'il-fi'il yang sempurna adalah selain fi'il-fi'il yang menghapus hukum
mubtada' dan khabar. Contoh :

( Mereka telah menulis)


I'rabnya



:


.



Terjemahan :

: fi'il madhi yang mabni di atas dhammah, tidak memiliki


kedudukan i'rab. Sedangkan huruf wawu adalah dhamir
muttashil yang mabni di atas sukun, berada pada kedudukan
rafa' sebagai fa'il.

Dhamir-dhamir itu berada pada keadaan rafa' sebagai isim, jika berada
bersama fi'il-fi'il yang menghapus hukum mubtada' dan khabar. Contoh :

( Dahulu mereka)
Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

176
I'rabnya

:


.
,

Terjemahan :

: fi'il madhi yang menghapus hukum mubtada' dan khabar. Fi'i ini
adalah tashrifan dari

, merafa'kan isim dan menashabkan

khabar. Sedangkan huruf wawu adalah dhamir muttashil yang


mabni di atas sukun, berada pada kedudukan rafa' sebagai
isimnya.
Soal-Soal Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan isim ma'rifat?
2. Ada berapa jenis isim ma'rifat? Sebutkan!
3. Apa yang dimaksud dengan dhamir?
4. Apa hukum dari dhamir itu?
5. Ada berapa jenis dhamir? Sebutkan!
6. Sebutkan definisi Dhamir Munfashil!
7. Sebutkan dhamir-dhamir rafa' munfashil!
8. Sebutkan dhamir-dhamir nashab munfashil!
9. Sebutkan definisi Dhamir Muttashil!
10. Jika dhamir muttashil bergandeng dengan fi'il, maka dhamir tersebut

dii'rab sebagai apa?


11. Sebutkan tiga contoh dhamir muttashil yang bergandeng dengan fi'il!
12. Jika dhamir muttashil bergandeng dengan isim, maka dhamir tersebut
dii'rab sebagai apa?
13. Sebutkan tiga contoh dhamir muttashil yang bergandeng dengan isim!
14. Jika dhamir muttashil bergandeng dengan huruf jar, maka dhamir
tersebut dii'rab sebagai apa?
15. Sebutkan tiga contoh dhamir muttashil yang bergandeng dengan huruf
jar!
16. Jika dhamir muttashil bergandeng dengan huruf yang menghapus
hukum mubtada' dan khabar, maka dhamir tersebut dii'rab sebagai
apa?
17. Sebutkan tiga contoh dhamir muttashil yang bergandeng dengan huruf
yang menghapus hukum mubtada' dan khabar!
18. Sebutkan dhamir-dhamir muttashil yang dikecualikan dari kaidahkaidah tersebut!
Kunci Jawaban
1. Yang dimaksud dengan isim ma'rifat : Isim ma'rifat adalah isim yang
menunjukkan sesuatu yang sudah jelas.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

177
2. Isim ma'rifat ada 5 jenis, yaitu : dhamir, isim 'alam (nama), isim
mubham (isim yang samar, yaitu isim isyarah dan maushul), isim yang
menjadi ma'rifat dengan adanya alif lam, dan isim yang disandarkan
kepada salah satu dari empat jenis isim tersebut.Apa yang dimaksud
dengan dhamir?
3. Hukum dari dhamir adalah mabni.
4. Dhamir ada dua jenis : munfashil dan muttashil.
5. Definisi Dhamir Munfashil : dhamir yang berdiri sendiri dan bisa
terletak setelah lafadz

6. dhamir-dhamir rafa' munfashil yaitu :

7. Dhamir-dhamir nashab munfashil yaitu :


, ,
,
,
,
, , , , , ,

8. Definisi Dhamir Muttashil : dhamir yang bergandeng dengan amilnya
dan tidak bisa berdiri sendiri.
9. Jika dhamir muttashil bergandeng dengan fi'il, maka dhamir tersebut
dii'rab sebagai maf'ul bih.
10. Tiga contoh dhamir muttashil yang bergandeng dengan fi'il :

( Dia telah mengajarinya)

( Dia telah mengajarimu)

( Dia telah mengajari kami)


11. Jika dhamir muttashil bergandeng dengan isim, maka dhamir tersebut
dii'rab sebagai mudhaf ilaih.
12. Tiga contoh dhamir muttashil yang bergandeng dengan isim :

( Buku saya)

( Bukumu)
( Buku kami)
13. Jika dhamir muttashil bergandeng dengan huruf jar, maka dhamir
tersebut dii'rab sebagai isim majrur.
14. Tiga contoh dhamir muttashil yang bergandeng dengan huruf jar :

( Darinya)

( Darimu)
( Dari kami)
Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

178
15. Jika dhamir muttashil bergandeng dengan huruf yang menghapus
hukum mubtada' dan khabar, maka dhamir tersebut dii'rab sebagai
isim dari huruf itu.
16. Tiga contoh dhamir muttashil yang bergandeng dengan huruf yang
menghapus hukum mubtada' dan khabar :

( Sesungguhnya dia)

( Sesungguhnya kamu)
( Sesungguhnya kami)
17. Dhamir-dhamir muttashil yang dikecualikan dari kaidah-kaidah tersebut
: ta' fa'il, nun niswah,

fa'il, ya' mu'annats mukhathabah, wawu al

jama'ah, dan alif al itsnain.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

179
BAGAN TENTANG JENIS-JENIS DHAMIR BESERTA CONTOHNYA

Pada
Posisi
Rafa',
Nashab,
dan Jar

Hanya
Pada
Posisi
Nashab
dan Jar

saja.

Kaf al
mukhatab

Pd posisi
rafa' :

Pd posisi
nashab :

Pd posisi
jar :

terkumpul
dlm
firman
Alloh :



Ya al
mutakallim

Hanya
Pada
Posisi
'Rafa

Hanya
Pada
Posisi
Nashab

Hanya
Pada
Posisi
'Rafa

Ta' fa'il :


Alif al
itsnain :

Wawu al
jama'ah :

Ha' al
ghaib

Ya' al
mukhathabah


Nun an
niswah

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

180
Jenis Isim Ma'rifat yang Kedua : Isim 'Alam (Nama)
Definisi : Isim 'Alam (nama) adalah lafadz yang digunakan untuk
menunjukkan sesuatu yang sudah jelas namanya tanpa butuh kepada
keterangan tambahan dari luar lafadz.
Contoh

, ,
, , ,

Jenis Isim Ma'rifat yang Ketiga : Isim Mubham (Samar)
Isim Mubham meliputi isim isyarat dan isim maushul.
1. Isim Isyarat
Definisi
: isim isyarat adalah lafadz yang menunjukkan kepada
sesuatu yang sudah jelas dengan perantara sebuah isyarat kepadanya.
Contoh

Hukum

: mabni, kecuali lafadz

, , , ,

mu'rab.
Huruf

dan

. Kedua lafadz ini

disebut dengan huruf tanbih (peringatan) yang berfungsi untuk

menarik perhatian orang yang diajak bicara. Lafadz


lainnya itulah yang disebut sebagai isim isyarat.

atau

atau yang

Sebagaimana disebutkan tadi bahwa isim isyarat itu menunjukkan kepada


sesuatu yang sudah jelas dengan perantara sebuah isyarat kepadanya.
Misalnya antum berkata sambil mengisyaratkan (menunjuk) Zaid :
Lafadz
itu.

menunjukkan kepada dzat Zaid dan kepada isyarat terhadap dzat

Untuk isyarat (menunjuk), digunakan beberapa lafadz yang berbeda


tergantung kepada apa atau siapa yang ditunjuk.
Untuk menunjuk sebuah isim mudzakkar :

Untuk menunjuk sebuah isim mu'annats :

Untuk menunjuk dua buah isim mudzakkar :

Untuk menunjuk dua buah isim mu'annats :

Untuk menunjuk isim mudzakkar ataupun mu'annats yang jumlahnya lebih


dari dua :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

181
2. Isim Maushul
Definisi
: Isim Maushul adalah lafadz yang menunjukkan kepada
sesuatu yang sudah jelas dengan perantara sebuah shilah.
Apa yang dimaksud dengan shilah? Shilah adalah kalimat yang terletak
setelah isim maushul, di mana dalam kalimat ini ada dhamir yang kembali
kepada isim maushul. Dhamir ini terkadang dhahir (nampak), dan
terkadang muqaddar (tidak nampak).

Contoh Isim Maushul :



Hukum

, , ,
,

, ,

: mabni, kecuali lafadz

mu'rab.

dan . Kedua lafadz ini

Isim maushul adalah isim mubham (samar) yang kesamarannya tidak


hilang kecuali dengan adanya shilah. Shilah bisa berupa al jumlah
(kalimat) atau syibhul jumlah (kata-kata yang menyerupai kalimat).
Contohnya adalah perkataan antum :


( Telah datang orang yang memuliakan aku).

Lafadz
adalah isim maushul yg mana orang yg disebut olehnya
dijelaskan lewat shilah, yaitu . Kalimat ini disebut sebagai shilah

maushul, karena kalimat ini adalah sambungan kalimat yang menunjukkan


sesuatu yang jelas. Makna isim maushul tidaklah sempurna dan
maksudnya tidaklah jelas tanpa adanya shilah tersebut. Misalnya jika
antum berkata :

(Telah datang orang yang), maka isim

maushulnya masih mubham (samar). Orang yang melakukan apa, orang


yang bagaimana? Dengan adanya shilah, jelaslah maksud dari isim
maushul tersebut :


( Telah datang orang yang memuliakan aku).

Demikianlah keadaan pada setiap isim maushul, yang mana isim maushul
ini terbagi menjadi beberapa jenis :
Untuk seorang laki-laki yg berakal
Untuk seorang wanita
Untuk dua orang laki-laki yg berakal


:
:

Untuk dua orang wanita

Untuk beberapa orang laki-laki

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

182
Untuk beberapa orang wanita

Jenis Isim Ma'rifat yang Keempat : Isim yang Menjadi Ma'rifat


dengan Adanya Alif Lam
Definisi : Isim yang menjadi ma'rifat dengan adanya alif lam adalah isim
yang dimasuki alif lam, lalu alif lam ini menjadikannya sebagai isim ma'rifat.
Alif lam ini disebut dengan Alif Lam Ma'rifat.


, ,

( isim
asalnya adalah
Contoh

nakirah). Tapi dengan adanya alif lam di

depannya, akhirnya isim itu menjadi ma'rifat :


lafadz-lafadz sisanya.

. Demikian juga pada

Jenis Isim Ma'rifat yang Kelima : Isim yang Disandarkan kepada


Isim Ma'rifat
Definisi : Isim yang disandarkan kepada isim ma'rifat adalah isim nakirah
yang disandarkan kepada salah satu isim ma'rifat, sehingga dengan sebab ini
isim nakirah tadi menjadi isim ma'rifat.
Contoh
Lafadz

,
,
,
,
pada asalnya adalah nakirah, tetapi kemudian menjadi ma'rifat

karena disandarkan kepada isim ma'rifat.


Kalimat

asalnya adalah

bertemu

dengan ya' mutakallim (


).

adalah isim nakirah, sementara ya' mutakallim (


) adalah isim ma'rifat karena

merupakan dhamir. Karena isim nakirah (


(tadi disandarkan kepada isim

ma'rifat, maka isim nakirah itupun menjadi isim ma'rifat. Kenapa tanwin pada
lafadz

hilang? Sebab, ketika lafadz ini disandarkan kepada ya'

mutakallim, maka lafadz ini menjadi mudhaf. Termasuk salah satu kaidah
pada mudhaf adalah tidak boleh bertanwin. Lalu kenapa dhammah pada
huruf ba' berubah menjadi kasrah (

tidak

) ? Jawabannya adalah

karena setelah huruf ba' itu ada ya' sukun. Harakat yang ada sebelum ya'
sukun harus dirubah untuk menyesuaikan dengan ya' sukun itu. Harakat yang
sesuai dengan ya' sukun adalah kasrah, sehingga dhammah pada huruf ba'
tadipun dirubah menjadi kasrah. Harakat ini disebut dengan Harakat
Munasabah (kecocokan).
Kalimat-kalimat sisanya,
penjelasan di atas.

Panduan Belajar

penjelasannya

secara

global

sama

dengan

Ilmu Nahwu

183
Soal-Soal Latihan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apa yang dimaksud dengan isim 'alam?


Sebutkan tiga contoh isim 'alam!
Ada berapa jenis isim mubham? Sebutkan!
Apa yang dimaksud dengan isim isyarat?
Sebutkan tiga contoh isim isyarat!
Apa hukum isim isyarat?
Sebutkan fungsi dari beberapa isim isyarat berikut :

8. Apa yang dimaksud dengan isim maushul?


9. Sebutkan tiga contoh isim maushul!
10. Apa hukum isim maushul?
11. Sebutkan fungsi dari beberapa isim maushul berikut :

12. Sebutkan
13. Sebutkan
lam!
14. Sebutkan
15. Sebutkan

definisi isim yang menjadi ma'rifat dengan adanya alif lam!


tiga contoh isim yang menjadi ma'rifat dengan adanya alif

definisi isim yang disandarkan kepada isim ma'rifat!


tiga contoh isim yang disandarkan kepada isim ma'rifat!

Tentukan mana yang merupakan isim ma'rifat pada ayat-ayat


berikut, dan jelaskan jenis-jenisnya!
1.
2.
3.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

184
4.
5.

Kunci Jawaban
1. Yang dimaksud dengan isim 'alam adalah lafadz yang digunakan untuk
menunjukkan sesuatu yang sudah jelas namanya tanpa butuh kepada
keterangan tambahan dari luar lafadz.
2. Tiga contoh isim 'alam :


,
,

3. Ada dua jenis isim mubham : isim isyarat dan isim maushul.
4. Yang dimaksud dengan isim isyarat adalah lafadz yang menunjukkan
kepada sesuatu yang sudah jelas dengan perantara sebuah isyarat
kepadanya.
5. Tiga contoh isim isyarat :

, ,

6. Hukum isim isyarat adalah mabni, kecuali lafadz


Kedua lafadz ini mu'rab.
7. Fungsi dari beberapa isim isyarat berikut :

dan

: untuk menunjuk sebuah isim mudzakkar


: untuk menunjuk sebuah isim mu'annats

: untuk menunjuk dua buah isim mudzakkar

: untuk menunjuk dua buah isim mu'annats

: untuk menunjuk isim mudzakkar ataupun mu'annats yang

jumlahnya lebih dari dua


8. Yang dimaksud dengan isim maushul adalah lafadz yang menunjukkan
kepada sesuatu yang sudah jelas dengan perantara sebuah shilah.
9. Tiga contoh isim maushul :

, ,

10. Hukum isim maushul : mabni, kecuali lafadz


lafadz ini mu'rab.
11. Fungsi dari beberapa isim maushul berikut :

dan

. Kedua

: untuk seorang laki-laki yg berakal


: untuk seorang wanita
: untuk dua orang laki-laki yg berakal

: untuk dua orang wanita

: untuk beberapa orang laki-laki

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

185

,
: untuk beberapa orang wanita

12. Definisi isim yang menjadi ma'rifat dengan adanya alif lam : adalah
isim yang dimasuki alif lam, lalu alif lam ini menjadikannya sebagai isim
ma'rifat. Alif lam ini disebut dengan Alif Lam Ma'rifat.
13. Tiga contoh isim yang menjadi ma'rifat dengan adanya alif lam :

, ,

14. Isim yang disandarkan kepada isim ma'rifat adalah isim nakirah yang
disandarkan kepada salah satu isim ma'rifat, sehingga dengan sebab
ini isim nakirah tadi menjadi isim ma'rifat.
15. Tiga contoh isim yang disandarkan kepada isim ma'rifat :


,
,
Yang merupakan isim ma'rifat
penjelasan jenis-jenisnya :
1.

(dhamir),

adanya alif lam).


2.

pada

ayat-ayat

berikut

dan

(isim yang menjadi ma'rifat dengan


: dan
(keduanya adalah isim yang menjadi ma'rifat
dengan adanya alif lam).

3.

4.

5.


:
( isim yang disandarkan kepada isim ma'rifat),
dan ( isim yang menjadi ma'rifat dengan adanya alif lam).
:


( isim isyarat),

( isim yang menjadi

(dhamir).
ma'rifat dengan adanya alif lam), dan



( isim yang

:
( isim maushul), dan
menjadi ma'rifat dengan adanya alif lam).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

186

2. Isim Nakirah
Penulis berkata :



,


,
.
Nakirah (kata umum) adalah setiap isim yang jenisnya masih umum dan
tidak mengkhususkan suatu hal tertentu. Singkatnya, nakirah itu adalah
setiap isim yang dapat menerima alif lam, contohnya :


Penjelasan :
Setelah penulis menyebutkan tentang isim ma'rifat dan jenis-jenisnya, beliau
mulai menyebutkan tentang isim nakirah. Isim nakirah adalah lawan dari isim
ma'rifat.
Isim nakirah menurut istilah para ulama nahwu adalah sebagaimana yang
didefinisikan oleh penulis :

"Setiap isim yang jenisnya masih umum dan tidak mengkhususkan suatu
hal tertentu."
Contohnya adalah lafadz

dalam firman Alloh ta'ala :


"Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas."
(Yasin : 20).

Lafadz

tersebut tidak menunjukkan individu tertentu, karena bisa dipakai

untuk laki-laki yang manapun. Jadi lafadz ini adalah isim yang jenisnya masih
umum, tidak mengkhususkan laki-laki tertentu.
Isim nakirah juga didefinisikan sebagai : isim yang menerima alif lam di
awalnya, dan alif lam ini memberi pengaruh ma'rifat pada isim tersebut.
Contoh :

,
, ,

Isim-isim di atas bisa dimasuki alif lam sehingga menjadi isim ma'rifat,
dengan bentuk :

,
,

,
Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

187
Contoh yang diberikan oleh Ibnu Ajurrum dalam matan Al Ajurrumiyyahnya
(yaitu

) adalah contoh isim nakirah yang sudah diberi alif lam.

Soal-Soal Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan isim nakirah?
2. Apa definisi lain dari isim nakirah?
3. Sebutkan tiga contoh isim nakirah!
Tentukan mana yang merupakan isim nakirah pada ayat-ayat
berikut :
1.
2.
3.
4.
5.






"

Kunci Jawaban
1. Yang dimaksud dengan isim nakirah adalah setiap isim yang jenisnya
masih umum dan tidak mengkhususkan suatu hal tertentu.
2. Definisi lain dari isim nakirah adalah isim yang menerima alif lam di
awalnya, dan alif lam ini memberi pengaruh ma'rifat pada isim
tersebut.
3. Tiga contoh isim nakirah :

, ,

Yang merupakan isim nakirah pada ayat-ayat berikut :


1.
2.
3.
4.
5.

:



: "


"


,

: ,

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

188
Penulis berkata :


, , , , , , , , , :





Bab Athaf

Huruf athaf ada sepuluh, yaitu:


, , , , , , , , ,

Wawu, fa, tsumma, aw, am, imma, bal, la, laakin, dan hatta pada sebagian
tempat.

Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Menyebutkan dan memahami definisi Athaf.


Membuat kalimat yang di dalamnya terdapat Athaf.
Menentukan rukun-rukun 'Athaf pada sebuah kalimat.
Menyebutkan huruf-huruf Athaf.
Menyebutkan dan memahami fungsi dari setiap huruf-huruf Athaf.
Menggunakan huruf-huruf Athaf dengan benar.
Memahami hukum kata yang di'athafkan dengan huruf 'athaf.

Penjelasan :
Jenis kedua dari At Tawabi' (kata-kata yang mengikuti kata lain) adalah
'Athaf.
Definisinya : 'Athaf adalah keikutsertaan sebuah kata terhadap kata lain,
yang mana di antara kata yang mengikuti dengan kata yang diikuti ada salah
satu huruf 'athaf.
Rukun-rukunnya : ma'thuf 'alaih (kata yang diikuti), huruf 'athaf, dan
ma'thuf (kata yang mengikuti).
Contohnya :


( Zaid dan 'Amr telah datang)

I'rabnya :

:


Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

189

: ,
:

Terjemah :

: fi'il madhi.'

: fa'il marfu,' yang juga menjadi ma'thuf 'alaih (kata yang diikuti).

: wawu : huruf 'athaf. : ma'thuf (kata yang mengikuti).

Lafadz ini marfu,' dan tanda rafa'nya adalah dhammah.

Di dalam matannya, Ibnu Ajurrum menyebutkan bahwa huruf 'athaf


jumlahnya ada sepuluh. Namun menurut pendapat yang benar, jumlah huruf
'athaf hanyalah sembilan, yaitu :

, , , , , , , ,
Jadi jumlah huruf 'athaf hanya sembilan dengan membuang

. Pendapat ini

dipilih oleh beberapa ulama Nahwu yang masyhur seperti Ibnu Malik, Ibnu
Hisyam, dan Ibnu 'Aqil. Ibnu 'Aqil berkata :
"

bukan termasuk huruf 'athaf, berbeda dengan pendapat sebagian

mereka. Yang demikian itu karena huruf wawu (yang merupakan huruf 'athaf)
bisa berada di depan

(berupa

didahului oleh huruf 'athaf."

) ,

sedangkan huruf 'athaf tidak bisa

Silahkan lihat kitab Syarh Ibnu 'Aqil (3/234), Syarh Qathr (438), dan Al
Kawakib (2/554).
Berikut ini perincian makna dari sembilan huruf 'athaf tersebut beserta cara
penggunaannya di dalam kalimat :
1. Wawu (
)
Fungsinya adalah untuk sekedar mengumpulkan antara ma'thuf dengan
ma'thuf 'alaih, dan tidak menunjukkan adanya urutan waktu. Contoh :


( Zaid dan 'Amr telah datang)
Sama saja apakah kedatangan Zaid itu terjadi sebelum kedatangan 'Amr, atau
setelahnya, atau bersamaan.
2. Fa' ) )
Fungsinya adalah untuk menunjukkan adanya urutan waktu dan susulan.
Contoh :


( Zaid datang, lalu 'Amr juga datang).
Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

190
Jika kedatangan 'Amr itu terjadi setelah kedatangan Zaid tanpa diselingi
dengan waktu yang lama.
3. Tsumma )
)
Fungsinya adalah untuk menunjukkan adanya urutan waktu dengan jeda
yang lama. Contoh :


( Zaid datang, kemudian 'Amr juga datang).
Jika kedatangan 'Amr itu terjadi setelah kedatangan Zaid dengan selang
waktu yang lama.
4. Au )

Huruf ini memiliki banyak makna, di antaranya adalah untuk menunjukkan


keraguan. Misalnya :


( Zaid atau 'Amr telah datang).
5. Am )

jika terletak setelah hamzah istifham (hamzah yang merupakan kata tanya)

adalah sebuah huruf yg berfungsi untuk meminta penentuan kepada orang


yang diajak bicara terhadap salah satu dari dua perkara. Contoh :


( Apakah Zaid yang telah datang ataukah 'Amr?).
6. Bal )

Fungsinya adalah
huruf ini. Contoh :

, yaitu berpaling dari kata yang terletak sebelum


( Zaid, bukan 'Amr telah datang).
Jadi yang datang adalah 'Amr, bukan Zaid.
7. Laa )

Huruf ini bermakna nafi (peniadaan). Fungsinya adalah untuk menunjukkan


penafian hukum dari ma'thuf (kata yg mengikuti). Contoh :


( Yang datang Zaid, bukan 'Amr).
Hukum (perbuatan) yang ada pada kalimat ini adalah
dalam kalimat ini adalah
(datang) ditiadakan dari

Panduan Belajar

(datang). Ma'thuf

. Dengan adanya huruf laa, maka perbuatan

. Jadi yang datang adalah selain 'Amr, yaitu Zaid.

Ilmu Nahwu

191
8. Lakin )

Fungsinya adalah untuk menunjukkan perbaikan kalimat. Contoh :


( Zaid tidak datang, tapi 'Amr datang).
9. Hatta )

Fungsinya adalah untuk menunjukkan akhir atau puncak dan sesuatu yang
terjadi secara berangsur-angsur. Contoh :

( Orang-orang meninggal, sampai para nabipun juga).




Soal-Soal Latihan
1.
2.
3.
4.
5.

Apa yang dimaksud dengan 'Athaf?


Berapa jumlah rukun 'Athaf? Sebutkan!
Sebutkan satu contoh kalimat yang di dalamnya terdapat 'Athaf!
Berapa jumlah huruf-huruf 'Athaf? Sebutkan!
Sebutkan fungsi dari setiap huruf-huruf Athaf tersebut!

Tentukan rukun-rukun 'Athaf (ma'thuf 'alaih, huruf 'athaf, dan


ma'thuf) pada kalimat-kalimat berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Kunci Jawaban
1. Yang dimaksud dengan 'Athaf adalah keikutsertaan sebuah kata
terhadap kata lain, yang mana di antara kata yang mengikuti dengan
kata yang diikuti ada salah satu huruf 'athaf.
2. Jumlah rukun 'Athaf ada tiga, yaitu ma'thuf 'alaih (kata yang diikuti),
huruf 'athaf, dan ma'thuf (kata yang mengikuti).
3. Contoh kalimat yang di dalamnya terdapat 'Athaf :


( Zaid dan 'Amr telah datang)
4. Jumlah huruf-huruf 'Athaf hanyalah sembilan, yaitu :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

192
, , , , , , , ,

5. Fungsi dari setiap huruf-huruf Athaf tersebut :


1. Wawu (

Fungsinya adalah untuk sekedar mengumpulkan antara ma'thuf


dengan ma'thuf 'alaih, dan tidak menunjukkan adanya urutan waktu.
2. Fa' )

Fungsinya adalah untuk menunjukkan adanya urutan waktu dan


susulan.
3. Tsumma ) )

Fungsinya adalah untuk menunjukkan adanya urutan waktu dengan


jeda yang lama.
4. Au )

Huruf ini memiliki banyak makna, di antaranya adalah untuk


menunjukkan keraguan.
5. Am )

jika terletak setelah hamzah istifham (hamzah yang merupakan kata

tanya) adalah sebuah huruf yg berfungsi untuk meminta penentuan


kepada orang yang diajak bicara terhadap salah satu dari dua perkara.
6. Bal )

Fungsinya adalah
sebelum huruf ini.
7. Laa )

, yaitu berpaling dari kata yang terletak

Huruf ini bermakna nafi (peniadaan). Fungsinya adalah untuk


menunjukkan penafian hukum dari ma'thuf (kata yg mengikuti).
8. Lakin )

Fungsinya adalah untuk menunjukkan perbaikan kalimat.


9. Hatta )

Fungsinya adalah untuk menunjukkan akhir atau puncak dan sesuatu


yang terjadi secara berangsur-angsur.
Rukun-rukun 'Athaf (ma'thuf 'alaih, huruf 'athaf, dan ma'thuf) pada
kalimat-kalimat berikut :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

193
1.

2.

3.

4.

5.

: ma'thuf 'alaih =
, huruf 'athaf = , dan ma'thuf


=
: ma'thuf 'alaih = , huruf 'athaf = , dan
ma'thuf =




, huruf 'athaf =
: ma'thuf 'alaih =
, dan ma'thuf =

: ma'thuf 'alaih = , huruf 'athaf = , dan ma'thuf


=

: ma'thuf 'alaih = , huruf 'athaf = ,
dan ma'thuf =

Hukum Kata yang Di'athafkan dengan Huruf 'Athaf


Penulis berkata :


,
,

,
,
,
,

"

Jika kamu 'athafkan kepada kata yang dirafa' maka engkau rafa'kan, atau
kepada kata yang dinashab maka engkau nashabkan, atau kepada kata yang
dikhafadh maka engkau khafadhkan, atau kepada kata yang dijazm maka
engkau jazmkan. Contohnya:


( Zaid dan Amr telah berdiri)

( Saya melihat Zaid dan Amr)


( Saya melewati Zaid dan Amr)
( Zaid tidak berdiri dan tidak duduk)

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

194
Penjelasan:
Setelah penulis menyebutkan huruf-huruf 'athaf, beliau pun menjelaskan
hukum kata yang di'athafkan dengan huruf-huruf tersebut.
Hukumnya yaitu : I'rab kata tersebut mengikuti i'rab kata yang diikutinya.
Jika kata yang diikutinya marfu', maka kata yang di'athafkan itupun marfu',
misalnya firman Alloh ta'ala :


"Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya." (Al Ahzab : 22).
Lafadz

adalah kata yang di'athafkan kepada kata sebelumnya, yaitu

Lafadz Jalalah (

). Kata yang di'athafkan itu mengikuti i'rab kata yang

diikutinya. Dalam ayat di atas, kata yang di'athafkan )


kata yang diikutinya (

) juga dirafa.'

) dirafa' karena

Jika kata yang diikutinya manshub, maka kata yang di'athafkan itupun
manshub, misalnya firman Alloh ta'ala :


"Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya..." (An Nisa : 13).
Lafadz

adalah kata yang di'athafkan kepada kata sebelumnya, yaitu

lafadz jalalah (

). Lafadz

dinashab karena mengikuti lafadz jalalah

dalam nashabnya. Tanda nashabnya adalah fathah yang nampak di akhirnya.


Jika kata yang diikutinya makhfudh, maka kata yang di'athafkan itupun
makhfudh, misalnya firman Alloh ta'ala :


"Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Alloh dan RasulNya." (An Nisa : 136).
Lafadz

adalah kata yang di'athafkan kepada kata sebelumnya, yaitu

lafadz jalalah (

). Lafadz

Panduan Belajar

dikhafadh karena mengikuti lafadz jalalah

Ilmu Nahwu

195
dalam khafadhnya, dan tanda khafadhnya adalah kasrah yang nampak di
akhirnya.
Jika kata yang diikutinya majzum, maka kata yang di'athafkan itupun
majzum, misalnya firman Alloh ta'ala :


"Dan jika kalian beriman dan bertakwa" (Muhammad : 36).
Lafadz
lafadz

adalah kata yang di'athafkan kepada kata sebelumnya, yaitu


Sebagaimana yang telah lewat bahwa i'rab kata yg di'athafkan

mengikuti kata yg di'athafi. Dalam kalimat di atas, lafadz


mengikuti jazm lafadz
huruf nun.

dijazm karena

. Tanda jazm kedua lafadz itu adalah membuang

Soal-Soal Latihan
1. Apa hukum kata yang di'athafkan dengan huruf 'athaf?
2. Sebuah kata dirafa'. Apa hukum kata yang di'athafkan kepadanya?
Sebutkan satu contohnya!
3. Sebuah kata dinashab. Apa hukum kata yang di'athafkan kepadanya?
Sebutkan satu contohnya!
4. Sebuah kata dijazm. Apa hukum kata yang di'athafkan kepadanya?
Sebutkan satu contohnya!
Berilah harakat akhir pada ma'thuf (kata yang mengikuti) dalam
kalimat-kalimat berikut :
1.




(Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi kita
Muhammad, penutup para nabi).

2.


(Dengan dalil-dalilnya dari Al Qur'an dan As Sunnah)

3.
4.
5.

( Pelajarilah Fiqh atau Nahwu!)

( Dia duduk di kursi atau tikar?)




( Zaid membaca buku tauhid,
sirah).

Panduan Belajar

kemudian

Ilmu Nahwu

196
Kunci Jawaban
1. Hukum kata yang di'athafkan dengan huruf 'athaf adalah i'rab kata
tersebut mengikuti i'rab kata yang diikutinya.
2. Sebuah kata dirafa'. Hukum kata yang di'athafkan kepadanya adalah
dirafa' juga. Contohnya firman Alloh ta'ala :


"Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya." (Al Ahzab : 22).
3. Sebuah kata dinashab. Hukum kata yang di'athafkan kepadanya adalah
dinashab juga. Contohnya firman Alloh ta'ala :


"Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya..." (An Nisa : 13).
4. Sebuah kata dijazm. Hukum kata yang di'athafkan kepadanya adalah
dijazm juga. Contohnya firman Alloh ta'ala :


"Dan jika kalian beriman dan bertakwa" (Muhammad : 36).
Harakat akhir pada ma'thuf (kata yang mengikuti) dalam kalimatkalimat berikut :
1.




(Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi kita
Muhammad, penutup para nabi).

2.




(Dengan dalil-dalilnya dari Al Qur'an dan As Sunnah)

3.
4.
5.

( Pelajarilah Fiqh atau Nahwu!)



( Dia duduk di kursi atau tikar?)




( Zaid membaca buku tauhid,
sirah).

Panduan Belajar

kemudian

Ilmu Nahwu

197
Penulis berkata :


, ,

.

,
,
,
,
,

, , ,


.


Bab Taukid (Penegasan)
Taukid adalah sebuah lafadz yg mengikuti lafadz lain yang diperkuat. Taukid
mengikuti lafadz tersebut dalam rafa', nashab, khafadh, dan marifatnya.
Taukid ini disusun dengan menggunakan lafadzh-lafazh tertentu, yaitu:


, , ,

Dan yang mengikuti lafadz


, yaitu


, ,
Contohnya:

Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.

Menyebutkan dan memahami definisi Taukid.


Membuat kalimat yang di dalamnya terdapat Taukid.
Menyebutkan dan memahami hukum Taukid.
Menyebutkan dan memahami pembagian Taukid.
Menentukan Taukid dalam sebuah kalimat.

Penjelasan :
Di antara gaya bahasa yang dipakai oleh orang Arab dalam pembicaraan
mereka adalah At Taukid, yang berfungsi untuk menghilangkan keraguan,

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

198
kerancuan, dan kesamaran. Juga untuk memperkuat dan menetapkan sebuah
makna jika memang keadannya menuntut demikian.
Definisinya : sebagaimana yang disebutkan di atas, At Taukid adalah
sebuah lafadz yg mengikuti lafadz lain yang diperkuat, yang mana taukid ini
mengikuti lafadz tersebut dalam rafa', nashab, khafadh, dan marifatnya.
Pembagiannya : Menurut para ulama Nahwu, taukid ada dua jenis, yaitu
lafdzi dan maknawi.
At Taukid Al Lafdzi terbentuk dengan cara mengulang lafadz, contohnya
adalah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :



(Shalat, shalat)
Lafadz

yang pertama adalah maf'ul bih untuk fi'il yang dibuang,

diperkirakan fi'il itu adalah :


:

( konsistenlah). Jadi asal kalimatnya adalah



( Konsistenlah dalam melaksanakan shalat, shalat)
Adapun lafadz


yang kedua, itu adalah Taukid Lafdzi.

Contoh lain adalah firman Alloh ta'ala :

"Sesungguhnya Engkau (Engkau) Maha mengetahui lagi Maha Memiliki


Hikmah." (Al Baqarah : 32)
Lafadz

adalah isim , sedangkan lafadz


adalah taukid lafdzi. Keduanya

memiliki makna yang sama.

Adapun At Taukid Al Maknawi, maka terbentuk dengan lafadz-lafadz yang


khusus, yaitu :

, ,
, , ,

Lafadz-lafadz tersebut harus bergandeng dengan dhamir yang sesuai dengan


lafadz yang ditaukid. Dikecualikan dari kaidah ini adalah lafadz
mengikutinya. Perinciannya adalah sebagai berikut :

Contoh penggunaan lafadz


dan yang

dan :

( Zaid berdiri sendiri)




( Zaid berdiri sendiri)
Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

199
Lafadz

adalah fa'il, sedangkan


dan adalah taukid lafdzi.

Contoh penggunaan lafadz

dan
adalah firman Alloh ta'ala :


"Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama." (Al Hijr : 30).
Lafadz


adalah taukid lafdzi.
adalah fa'il, sedangkan dan

Kadang-kadang setelah lafadz

untuk menguatkan penegasan, yaitu :

ada lafadz-lafadz yang mengikutinya


, , . Contohnya :





(Sekelompok orang itu betul-betul sudah datang semua)
Lafadz

adalah fa'il, sedangkan

taukid lafdzi.

Lafadz


, ,
,

dan

adalah

dan

Kedua lafadz tersebut digunakan untuk memperkuat isim mutsanna.


Contohnya :








(Dua orang yang bernama Zaid dan dua orang yang bernama Hindun
sudah datang semua).
Hukum asalnya,

digunakan untuk isim mudzakkar, sedangkan

digunakan untuk isim mu'annats.

Sebagaimana sudah dijelaskan bahwa hukum lafadz taukid adalah i'rabnya


mengikuti i'rab lafadz yang diperkuat (ditaukid) olehnya. Contohnya
adalah apa yang telah lewat, juga firman Alloh ta'ala berikut ini :


"Dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan semuanya." (Hud : 123).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

200
Lafadz
Lafadz

adalah lafadz yang ditaukid, sedangkan


ini dirafa' karena mengikuti lafadz . Tanda

adalah taukid.
rafa' keduanya

adalah dhammah yang nampak di akhirnya.


"Katakanlah: "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah." " (Ali
'Imran : 154).

Lafadz
Lafadz

adalah lafadz yang ditaukid, sedangkan


ini dinashab karena mengikuti lafadz .

adalah taukid.
Tanda nashab

keduanya adalah fathah yang nampak di akhirnya.


"Dan kalian beriman kepada kitab-kitab semuanya." (Ali 'Imran : 119).
Lafadz
Lafadz

adalah lafadz yang ditaukid, sedangkan adalah taukid.


. Tanda khafadh

ini dikhafadh karena mengikuti lafadz

keduanya adalah kasrah yang nampak di akhirnya.


Soal-Soal Latihan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Sebutkan definisi Taukid!


Apa hukum Taukid?
Taukid terbagi menjadi berapa? Sebutkan!
Bagaimana cara membuat Taukid Lafdzi?
Buatlah sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Taukid Lafdzi!
Bagaimana cara membuat Taukid Maknawi?
Buatlah sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Taukid Maknawi!
Sebutkan kaidah dalam penggunaan Taukid Maknawi!
Lafadz apa yang dikecualikan dari kaidah di atas?

Tentukan mana yang merupakan taukid dalam kalimat-kalimat


berikut, dan sebutkan jenis taukidnya!
1.


(Ingatlah, sesungguhnya mereka, mereka itulah orang-orang yang
membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar). Al Baqarah : 12.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

201
2.



(Sesungguhnya Dia, Dialah yang menciptakan (makhluk)
permulaan dan menghidupkannya (kembali)). Al Buruj : 13.

3.

dari



(Dan bahwasanya Dia, Dialah yang mematikan dan menghidupkan). An
Najm : 44.

4.

(Dan bala tentara iblis semuanya). Asy Syu'ara : 95.


5.



(Maka demi Rabbmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua). Al
Hijr : 92.

6.


(Mereka mendustakan mukjizat Kami semuanya). Al Qamar : 42.

7.

( Agar Dia memenangkannya di atas segala agama).


Ash Shaff : 9.

Berilah harakat pada taukid dalam kalimat-kalimat berikut :


1.
2.


( Muhammad hafal Al Qur'an secara keseluruhan)
( Dan kalian beriman kepada Al Kitab secara

keseluruhan)

3.
4.


( Bakr benar-benar datang)

( Dan agar agama secara

keseluruhan hanya milik

Alloh)
5.

(Dan yang menciptakan semua yang berpasang-

pasangan).
Kunci Jawaban

1. Definisi Taukid adalah sebuah lafadz yg mengikuti lafadz lain yang


diperkuat.
2. Hukum Taukid adalah mengikuti lafadz lain yang diperkuat tersebut
dalam rafa', nashab, khafadh, dan marifatnya.
3. Taukid terbagi menjadi dua jenis, yaitu lafdzi dan maknawi.
4. Cara membuat Taukid Lafdzi adalah dengan mengulang lafadz.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

202
5. Sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Taukid Lafdzi :



(Shalat, shalat)
6. Taukid Maknawi terbentuk dengan lafadz-lafadz yang khusus, yaitu :

, ,
, , ,

7. Sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Taukid Maknawi :

( Zaid berdiri sendiri)



8. Kaidah dalam penggunaan Taukid Maknawi : Lafadz-lafadz taukid
maknawi tersebut harus bergandeng dengan dhamir yang sesuai
dengan lafadz yang ditaukid.
9. Lafadz yang dikecualikan dari kaidah di atas adalah
mengikutinya.

dan yang

Yang merupakan taukid dalam kalimat-kalimat berikut dan jenis


taukidnya :
1.


(Ingatlah, sesungguhnya mereka, mereka itulah orang-orang yang
membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar). Al Baqarah : 12.

2.

: taukid lafdzi


(Sesungguhnya Dia, Dialah yang menciptakan (makhluk)
permulaan dan menghidupkannya (kembali)). Al Buruj : 13.

dari

: taukid lafdzi
3.

(Dan bahwasanya Dia, Dialah yang mematikan dan menghidupkan). An


Najm : 44.

4.

: taukid lafdzi


(Dan bala tentara iblis semuanya). Asy Syu'ara : 95.


: taukid maknawi
5.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

203
(Maka demi Rabbmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua). Al
Hijr : 92.

6.

: taukid maknawi



(Mereka mendustakan mukjizat Kami semuanya). Al Qamar : 42.

7.

: taukid maknawi
( Agar Dia memenangkannya di atas segala agama).
Ash Shaff : 9.

: taukid maknawi
Harakat pada taukid dalam kalimat-kalimat berikut :
1.
2.


( Muhammad hafal Al Qur'an secara keseluruhan)
( Dan kalian beriman kepada Al Kitab secara

keseluruhan)

3.
4.

( Bakr benar-benar datang)




( Dan agar agama secara

keseluruhan hanya milik

Alloh)

5.

(Dan yang menciptakan semua yang berpasang-

pasangan).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

204
Penulis berkata :


Bab Badal
Apabila sebuah isim diganti dengan isim yang lain atau sebuah fiil diganti
dengan fiil yang lain maka lafadz penggantinya mengikuti lafadz yang diganti
pada seluruh irabnya.

Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.

Menyebutkan dan memahami definisi Badal.


Menyebutkan dan memahami hukum Badal.
Menyebutkan dan memahami pembagian Badal.
Membuat kalimat yang di dalamnya terdapat Badal.
Menentukan Badal dalam sebuah kalimat.

Penjelasan :
Definisinya
: badal adalah salah satu jenis tawabi' (lafadz- lafadz
yang mengikuti kata lain) yang padanya berlaku sebuah hukum (perbuatan
atau sifat) pada suatu kalimat tanpa adanya perantara di antara lafadz ini
dengan lafadz yg diikutinya.
Contohnya

( Khalifah Umar bertindak adil).

I'rabnya :

Terjemah :

"" :

: fi'il madhi
: fa'il
: badal untuk lafadz . I'rab badal ini mengikuti i'rab kata
. Badal ini berfungsi untuk menjelaskan dan menerangkan
kata
. Badal inilah yg tersifati dengan fi'il, yaitu ( adil).
Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

205
Kata

(yang berkedudukan sebagai mubdal minhu/kata

yang diganti), disebutkan hanya sebagai pendahuluan.

Jenis-Jenis Badal
Penulis berkata :

,
,


,

,"


,
,
,

"
,

.






Badal itu ada empat:

.1
.2
.3
.4

Contohnya:

,



,

Penjelasan :
Penulis mulai menerangkan tentang jenis-jenis badal. Badal ada empat jenis :
Pertama : Badal Syai Min Syai

)(

Yaitu badal yg merupakan kata yang diganti (mubdal minhu) itu sendiri.
Misalnya firman Alloh ta'ala :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

206

"Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah
Engkau beri nikmat kepada mereka." (Al Fatihah : 6-7).

adalah badal yang pada


adalah mubdal minhu, sedangkan
hakikatnya sama dengan lafadz

sebelumnya. Sebab, jalan orang-orang
Lafadz

yang telah diberi nikmat oleh Alloh ya jalan yg lurus itu sendiri. Jadi dua
lafadz itu memiliki satu makna.
Contoh lain adalah sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Ajurrum :

Lafadz
Karena



( Zaid saudaramu sudah berdiri)
adalah mubdal minhu, sedangkan

adalah badal
masing-masing lafadz ini ( dan

)menunjukkan

dari

apa yg

ditunjukkan oleh lafadz yg lain, maka badal ini disebut dengan Badal
Muthabiq (serasi) atau Badal Syai Min Syai atau Badal Kul Min Kul.
Jenis Badal Yang Kedua : Badal Ba'dh Min Kul

)
)

Yaitu badal yg merupakan bagian dari mubdal minhu. Misalnya firman Alloh
ta'ala :


"Bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya),
(yaitu) setengahnya atau kurangilah dari setengah itu sedikit." (Al Muzzammil
: 2-3).

Lafadz

(malam) adalah mubdal minhu, sedangkan

malam) adalah badal Ba'dh Min Kul dari

(setengah

tersebut. Karena yg namanya

setengah malam adalah bagian dari malam itu sendiri.


Contoh lain sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Ajurrum :


( Saya makan roti sepertiganya).

adalah mubdal minhu, sedangkan adalah badal Ba'dh Min


Kul dari
tersebut. Sebab, sepertiga dari roti adalah bagian dari roti itu
Lafadz

sendiri.

Juga kalimat berikut :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

207
( Tangan Zaid membuat saya kagum).

adalah mubdal minhu, sedangkan adalah badal Ba'dh Min Kul


tersebut. Sebab, tangan seseorang adalah bagian dari orang itu

Lafadz
dari

sendiri.


Jenis Badal yang Ketiga : Badal Al Isytimal (

Yaitu badal yang antara dia dan mubdal minhu ada keterkaitan yg tidak
bersifat keseluruhan maupun sebagian. Badal ini adalah lawan dari Badal Syai
Min Syai dan Badal Ba'dh Min Kul. Contohnya sebagaimana yang disebutkan
oleh Ibnu Ajurrum :

Terjemah harfiah :

: telah memberiku manfaat

: Zaid
: ilmunya

Terjemah maknawiyah : Ilmu Zaid telah memberiku manfaat


Contoh lain :

Terjemah harfiah :

: Saya telah memuliakan


: Zaid
: anaknya

Terjemah maknawiyah : Saya telah memuliakan anak Zaid


Lafadz

dan

pada kalimat-kalimat di atas adalah Badal Al Isytimal.

Badal ini bukanlah mubdal minhu sebagaimana Badal Al Muthobiq atau Syai
Min Syai. Juga bukan merupakan bagian yang sebenarnya dari mubdal minhu
sebagaimana pada Badal Ba'dh Min Kul.
Jenis Badal yang Keempat : Badal Al Gholath

()

Yaitu badal yang disebutkan sebagai pengganti dari lafadz sebelumnya yang
disebutkan dengan keliru. Contohnya sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu
Ajurrum :



Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

208
Terjemah harfiyah :

: Aku melihat
: Zaid
: kuda

Terjemah maknawiyah : Aku melihat Zaid, ehkuda.


Sebenarnya antum ingin mengatakan : "Aku melihat kuda." Tetapi antum
salah ucap dan malah mengatakan : Zaid. Lalu antum mengucapkan lafadz
yang benar yang antum inginkan dengan mengatakan : "kuda."
Tetapi yang paling baik dalam kalimat seperti ini antum memakai lafadz
sehingga kalimatnya menjadi :

( Aku melihat Zaid, ehkuda).



Soal-Soal Latihan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sebutkan definisi Badal!


Apa hukum Badal?
Buatlah sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Badal!
Badal terbagi menjadi berapa? Sebutkan!
Apa yang dimaksud dengan Badal Syai Min Syai?
Sebutkan satu contoh kalimat yang di dalamnya terdapat Badal Syai
Min Syai!
7. Apa yang dimaksud dengan Badal Ba'dh Min Kul?
8. Sebutkan satu contoh kalimat yang di dalamnya terdapat Badal Ba'dh
Min Kul!
9. Apa yang dimaksud dengan Badal Al Isytimal?
10. Sebutkan satu contoh kalimat yang di dalamnya terdapat Badal Al
Isytimal!
11. Apa yang dimaksud dengan Badal Al Gholath?
12. Sebutkan satu contoh kalimat yang di dalamnya terdapat Badal Al
Gholath!
Tentukan mana yang merupakan Badal dalam kalimat-kalimat
berikut, dan sebutkan jenis Badalnya!
1.
2.
3.


( Imam Ahmad rahimahullah berkata)


( Akhlak ustadz itu membuatku kagum)

(Anak saya hafal setengah dari hadits-hadits Arba'in An Nawawi)

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

209
4.

(Kitab Asy Syarhul Mumti' karya

Syaikh Al 'Utsaimin rahimahullah)

5.

( Kitab ini terdiri dari tigaempat



jilid)

Berilah harakat pada Badal dalam kalimat-kalimat berikut :


1.

( Syaikh

Al Fauzan hafidhahullah

menyebutkan di dalam kitab beliau)


2.

(Karena Al Imam Ahmad memiliki kehati-hatian dalam memeriksa


perawi-perawi hadits dan sanad-sanad)
3.
4.
5.

( Hafalan 'Amr membuat saya kagum).


( Cerita Khalid membuat saya sedih).

( Saya membelinya seharga empatlima real).

Kunci Jawaban
1. Definisi Badal : salah satu jenis tawabi' (lafadz- lafadz yang mengikuti
kata lain) yang padanya berlaku sebuah hukum (perbuatan atau sifat)
pada suatu kalimat tanpa adanya perantara di antara lafadz ini dengan
lafadz yg diikutinya.
2. Hukum Badal adalah mengikuti lafadz yang diganti pada seluruh
irabnya.
3. Sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Badal :

( Khalifah Umar bertindak adil).


4. Badal terbagi menjadi empat jenis :


.1

.2

.3

.4

5. Yang dimaksud dengan Badal Syai Min Syai yaitu badal yg merupakan
kata yang diganti (mubdal minhu) itu sendiri.
6. Satu contoh kalimat yang di dalamnya terdapat Badal Syai Min Syai :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

210

"Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah
Engkau beri nikmat kepada mereka." (Al Fatihah : 6-7).
7. Yang dimaksud dengan Badal Ba'dh Min Kul yaitu badal yg merupakan
bagian dari mubdal minhu.
8. Satu contoh kalimat yang di dalamnya terdapat Badal Ba'dh Min Kul :


"Bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya),
(yaitu) setengahnya atau kurangilah dari setengah itu sedikit." (Al
Muzzammil : 2-3).

9. Yang dimaksud dengan Badal Al Isytimal yaitu badal yang antara dia
dan mubdal minhu ada keterkaitan yg tidak bersifat keseluruhan
maupun sebagian.
10. Satu contoh kalimat yang di dalamnya terdapat Badal Al Isytimal :

(Ilmu Zaid telah memberiku manfaat).


11. Yang dimaksud dengan Badal Al Gholath yaitu badal yang disebutkan
sebagai pengganti dari lafadz sebelumnya yang disebutkan dengan
keliru.
12. Satu contoh kalimat yang di dalamnya terdapat Badal Al Gholath :

( Aku melihat Zaid, ehkuda.)


Yang merupakan Badal dalam kalimat-kalimat berikut, dan jenis


Badalnya :
1.

2.

3.


( Imam Ahmad rahimahullah berkata)


: badal syai min syai
( Akhlak ustadz itu membuatku kagum)
: badal ba'dh min kul

(Anak saya hafal setengah dari hadits-hadits Arba'in An Nawawi)

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

211

: badal ba'dh min kul

4.

(Kitab Asy Syarhul Mumti' karya

Syaikh Al 'Utsaimin rahimahullah)

: badal syai min syai


5.

( Kitab ini terdiri dari tigaempat



jilid)

: badal al gholath
Harakat pada badal dalam kalimat-kalimat berikut :
1.

( Syaikh

Al Fauzan hafidhahullah

menyebutkan di dalam kitab beliau)


2.

(Karena Al Imam Ahmad memiliki kehati-hatian dalam memeriksa


perawi-perawi hadits dan sanad-sanad)
3.
4.
5.

( Hafalan 'Amr membuat saya kagum).


( Cerita Khalid membuat saya sedih).

( Saya membelinya seharga empatlima real).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

212
Penulis berkata :


,



,


,
,

, , , ,
,
,







:

,

.
Bab Isim-isim yang Dinashab
Isim-isim yang dinashab itu ada lima belas:
1 .Maful bih
2 .Mashdar
3 .Dzharaf zaman
4 .Dzharaf makan
5 .Hal
6 .Tamyiz
7 .Mustatsna
8 .Isim Laa
9 .Munada
10 .Maful min ajlih
11 .Maful maah
12 .Khabar

13 .Isim

14 .Khabar saudari

dan isim saudari

15 .Lafadz yang mengikuti kata dinashab, ada empat, yaitu: naat, athaf,
taukid, dan badal.

Penjelasan :
Tatkala penulis telah selesai dari Bab Marfu'at (Isim-Isim yang Dirafa'), beliau
menyebutkan Bab Al Manshubat (Isim-Isim yang Dinashab) dan mulai
menjelaskannya.
Al Manshubat yaitu isim-isim yang hukumnya nashab. Penulis telah
menyebutkannya, di antaranya : maful bih, mashdar, dzharaf zaman, dzharaf
makan, hal, tamyiz, mustatsna, isim laa, munada, dan seterusnya. Kapan saja
sebuah isim terletak pada salah satu posisi tersebut, maka hukumnya adalah
nashab. Insya Alloh penjelasannya akan datang bab demi bab.
Al Manshubat yang Pertama : Maf'ul Bih

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

213
Penulis berkata :


, ,


,


,
.

,

.



,


,
,
,
,
,
,
,


,
,
,
,

Bab Maful Bih
Maful bih adalah isim yang dinashab yang berlaku padanya suatu perbuatan,
contohnya:


(Saya telah memukul Zaid)

( Saya telah naik kuda)


Maful bih itu ada dua bagian, yaitu dzhahir dan dhamir.
Maful bih dzhahir telah dijelaskan sebelumnya (pada bab-bab yang
menjelaskan tentang dzhahir).
Sedangkan maful bih dhamir itu terbagi menjadi dua:
1. Muttashil (bersambung)
2. Munfashil (terpisah)
Maful bih dhamir muttashil ada dua belas, yaitu:


,

,
,
,
,
,
,
,
,

,

,

Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.

Menyebutkan dan memahami definisi Maf'ul Bih.


Menyebutkan dan memahami hukum Maf'ul Bih.
Menyebutkan dan memahami pembagian Maf'ul Bih.
Membuat kalimat yang di dalamnya terdapat Maf'ul Bih.
Menentukan Maf'ul Bih dalam sebuah kalimat.

Penjelasan : Maf'ul Bih


Definisi : Maf'ul Bih yaitu isim manshub yang menjadi obyek (sasaran)
suatu perbuatan.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

214
Dalam sebuah kalimat yang padanya ada maf'ul bih, terdapat pula di
dalamnya fi'il (perbuatan) dan fa'il (pelaku).
Contohnya
:

I'rabnya : Lafadz



(Saya telah memukul Zaid)

( Aku telah menaiki kuda)



dan
, masing-masing adalah

maf'ul bih, karena

setiap lafadz tersebut menjadi obyek (sasaran) dari perbuatan yang dilakukan
oleh fa'il (pelaku) dalam kalimat tersebut.
Jenisnya : Dhahir dan dhamir.
Jenis Pertama : Maf'ul Bih Dhahir
Maf'ul bih jenis ini dinashab dengan fathah atau apa-apa yang mengganti
fathah.
Maf'ul bih ini dinashab dengan fathah jika berupa isim mufrad atau jamak
taksir. Contoh maf'ul bih yang berupa isim mufrad adalah firman Alloh ta'ala :


"Dan (dalam peperangan itu) Dawud membunuh Jalut." (Al Baqarah : 251).
Dalam ayat di atas, lafadz

adalah isim mufrad yang berkedudukan

sebagai maf'ul bih. Lafadz tersebut dinashab, dan tanda nashabnya adalah
fathah yang nampak di akhirnya.
Contoh maf'ul bih yang berupa jamak taksir adalah firman Alloh ta'ala :


"Dan dari keduanya, Alloh memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan
yang banyak." )An Nisa : 1).
Dalam ayat di atas, lafadz

adalah jamak taksir dari . Lafadz tersebut

berkedudukan sebagai maf'ul bih yang


adalah fathah yang nampak di akhirnya.

dinashab, dan tanda nashabnya

Maf'ul Bih Dhahir dinashab dengan kasrah jika berupa jamak mu'annats salim.
Contohnya adalah firman Alloh ta'ala :


"Dia (Alloh) telah menciptakan langit." (At Taghabun : 3).
Lafadz

adalah jamak mu'annats salim dari . Dalam ayat di atas,

lafadz tersebut berkedudukan sebagai maf'ul bih yang dinashab, dan tanda
nashabnya adalah kasrah yang nampak di akhirnya.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

215
Maf'ul Bih Dhahir dinashab dengan huruf ya' jika berupa jamak mudzakkar
salim atau mutsanna.
Contoh maf'ul bih yang berupa jamak mudzakkar salim adalah yang terdapat
dalam firman Alloh ta'ala :


"Janganlah kalian menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin." (An Nisa
: 144).

Lafadz

adalah jamak mudzakkar salim dari . Dalam ayat di atas,

lafadz tersebut berkedudukan sebagai maf'ul bih yang dinashab, dan tanda
nashabnya adalah huruf ya'.
Contoh maf'ul bih yang berupa isim mutsanna adalah firman Alloh ta'ala :


"Jadikanlah kami berdua sebagai orang-orang yang tunduk patuh kepadaMu."
(Al Baqarah : 128).
Lafadz

adalah isim mutsanna dari

Dalam ayat di atas, lafadz

tersebut berkedudukan sebagai maf'ul bih yang


nashabnya adalah huruf ya'.

dinashab, dan tanda

Maf'ul Bih Dhahir dinashab dengan alif jika merupakan salah satu lafadz yang
termasuk Al Asma'ul Khamsah. Contohnya adalah firman Alloh ta'ala :


"Yusuf membawa saudaranya (Bunyamin) ke tempatnya." (Yusuf : 69).
Kalimat

asalnya adalah

Khamsah adalah

dan

Lafadz yang termasuk Al Asma'ul

Dalam ayat di atas, lafadz tersebut berkedudukan

sebagai maf'ul bih yang dinashab, dan tanda nashabnya adalah alif.
Jenis Maf'ul Bih Kedua : Maf'ul Bih Dhamir
Maf'ul Bih Dhamir ada dua : Al Muttashil dan Al Munfashil.
Al Muttashil : adalah dhamir yang bergandeng dengan fi'il. Dhamir-dhamir
ini yaitu : Ya' Al Mutakallim (
), Naa Al Mutakallim (), Kaf Al Mukhathab () ,
dan Ha' Al Ghaib () . Perinciannya adalah sebagai berikut :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

216
1. Ya Al Mutakallim (
) : yaitu dhamir yang menunjukkan seseorang yang
sedang berbicara (kata ganti orang pertama tunggal). Contoh :

2. Naa Al


(Dia telah memukul saya).
Mutakallim ( ): yaitu dhamir yang menunjukkan

beberapa

orang yang berbicara (kata ganti orang pertama jamak), atau


menunjukkan seseorang yang sedang berbicara tapi mengagungkan diri
sendiri. Contoh :
3.


(Dia telah memukul kami/saya).
Kaf Al Mukhatab ( ):

o Huruf Kaf ini difathah jika menunjukkan seorang laki-laki yang


sedang diajak bicara (kata ganti orang kedua tunggal laki-laki).
Contoh :


(Dia telah memukulmu [laki-laki]).

o Huruf Kaf ini dikasrah jika menunjukkan seorang perempuan yang


sedang diajak bicara (kata ganti orang kedua tunggal perempuan).
Contoh :

(Dia telah memukulmu [perempuan]).

o Huruf Kaf ini bergandeng dengan Mim 'Imad dan Alif At Tatsniyyah
jika menunjukkan dua orang yang sedang diajak bicara (laki-laki
maupun perempuan). Contoh :


(Dia telah memukul kalian berdua).

o Huruf Kaf ini bergandeng dengan mim jika menunjukkan beberapa


(lebih dari dua) laki-laki yang sedang diajak bicara (kata ganti
orang kedua jamak). Contoh :


(Dia telah memukul kalian [lebih dari dua orang laki-laki]).

o Huruf Kaf ini bergandeng dengan nun jika menunjukkan beberapa


(lebih dari dua) perempuan yang sedang diajak bicara (kata ganti
orang kedua jamak). Contoh :


(Dia telah memukul kalian [perempuan]).
4. Ha Al Ghaib ( ):

o Untuk menunjukkan seorang laki-laki yang sedang dibicarakan


(kata ganti orang pertama tunggal). Contoh :

(Dia telah memukulnya [laki-laki]).


o Untuk menunjukkan seorang perempuan yang sedang dibicarakan


(kata ganti orang pertama tunggal). Contoh :


(Dia telah memukulnya [perempuan]).
Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

217
o Huruf Ha ini bergandeng dengan Mim 'Imad dan Alif At Tatsniyyah
jika menunjukkan dua orang yang sedang dibicarakan (laki-laki
maupun perempuan). Contoh :


(Dia telah memukul mereka berdua).

o Huruf Ha ini bergandeng dengan mim jika menunjukkan beberapa


(lebih dari dua) laki-laki yang sedang dibicarakan (kata ganti orang
ketiga jamak). Contoh :


(Dia telah memukul mereka [lebih dari dua orang laki-laki]).

o Huruf Ha ini bergandeng dengan nun jika menunjukkan beberapa


(lebih dari dua) perempuan yang sedang dibicarakan (kata ganti
orang ketiga jamak). Contoh :


(Dia telah memukul kalian [perempuan]).
Maf'ul Bih pada contoh-contoh di atas adalah dhamir muttashil yang mabni
(tidak dimasuki i'rab). Maf'ul bih tersebut mabni di atas apa yang didengar
darinya. Jadi kita katakan pada i'rab lafadz


:
:

: untuk wiqoyah (menjaga akhir fi'il agar tidak dikasrah).

fi'il madhi. Fa'ilnya adalah dhamir mustatir (yang tersembunyi)

pada fi'il tersebut. Perkiraannya adalah

( dia).

dhamir muttashil yang mabni di atas sukun, berada pada

kedudukan nashab sebagai maf'ul bih.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

218
Jenis Maf'ul Bih Dhamir yang Kedua : Al Munfashil
Penulis berkata :


,
, ,
, , , , , ,
,

.
,
,

Maful bih dhamir munfashil ada dua belas, yaitu:

.
, ,
,
,
,
, , , , , ,

Penjelasan :
Dhamir munfashil yaitu dhamir yang terpisah dari fi'il, sehingga dhamir ini
mendahului fi'il itu. Dhamir ini bisa berada di awal kalimat dan bisa terletak
setelah lafadz

. Dhamir ini terdiri dari dua belas lafadz.

Untuk orang yang sedang berbicara (kata ganti orang pertama) :

( saya)
( kami)

Untuk orang yang sedang diajak bicara (kata ganti orang kedua) :

( engkau [seorang laki-laki])


( engkau [seorang perempuan])

( kalian berdua)

( anda, kalian [lebih dari dua laki-laki])


( anda, kalian [lebih dari dua perempuan])

Untuk orang yang sedang dibicarakan (kata ganti orang ketiga) :

( dia [seorang laki-laki])

( dia [seorang perempuan])



( mereka berdua)

( mereka [lebih dari dua laki-laki])

( mereka [lebih dari dua perempuan])

Maf'ul bih pada contoh-contoh tersebut tidak dimasuki oleh i'rab, dan mabni
di atas apa yang didengar darinya. Dikatakan dalam i'rabnya :


( berada pada kedudukan nashab sebagai maf'ul bih).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

219
Sehingga antum katakan pada i'rab kalimat-kalimat berikut :


"Hanya Engkaulah yang kami ibadahi, dan hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan." (Al Fatihah : 5).


( Kunjungilah aku)
( Kunjungilah dia)

:

:

:

: huruf yang menunjukkan seseorang yang sedang diajak bicara.

dhamir munfashil yang mabni di atas sukun, berada pada

kedudukan nashab sebagai maf'ul bih yang didahulukan.

: huruf yang menunjukkan seseorang yang sedang berbicara.


: huruf yang menunjukkan seseorang yang sedang dibicarakan.

Soal-Soal Latihan
1. Sebutkan definisi Maf'ul Bih!
2. Buatlah sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Maf'ul Bih!
3. Apa hukum Maf'ul Bih?
4. Maf'ul Bih terbagi menjadi berapa? Sebutkan!
5. Kapan Maf'ul Bih Dhahir dinashab dengan fathah?
6. Kapan Maf'ul Bih Dhahir dinashab dengan kasrah?
7. Kapan Maf'ul Bih Dhahir dinashab dengan huruf ya'?
8. Kapan Maf'ul Bih Dhahir dinashab dengan alif?
9. Maf'ul Bih Dhamir terbagi menjadi berapa? Sebutkan!
10. Apa yang dimaksud dengan Dhamir Al Muttashil?
11. Buatlah sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat maf'ul bih berupa
Dhamir Al Muttashil!
12. Apa yang dimaksud dengan Dhamir Al Munfashil?
13. Berapa jumlah Dhamir Al Munfashil? Sebutkan!
14. Buatlah sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat maf'ul bih berupa
Dhamir Al Munfashil!
Tentukan mana yang merupakan Maf'ul Bih dalam kalimat-kalimat
berikut, dan sebutkan jenisnya!

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

220
1.
2.
3.

( Saya membaca sebuah buku)



( Dan mereka mendirikan shalat)

(Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka


menghitung mereka dengan hitungan yang teliti). Maryam : 94.
4.
5.

dan


( Tunjukilah kami jalan yang lurus)

(Tetapi hanya Dialah yang seharusnya kalian seru). Al An'am : 41.


Berilah harakat pada Maf'ul Bih dalam kalimat-kalimat berikut :
1.
2.

( Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh)


( Dan kita meminta kepada Alloh kekokohan

di atas agama ini)

3.

(Kalaulah tidak memberatkan umatku, maka aku akan memerintah


mereka untuk bersiwak setiap kali berwudhu).
4.

(Tapi bersujudlah Alloh yang menciptakan mereka, jika kalian memang


benar-benar hanya beribadah kepadaNya). Fushshilat : 37.
5.



(Siwak itu mensucikan mulut).

Kunci Jawaban
1. Definisi Maf'ul Bih yaitu isim manshub yang menjadi obyek (sasaran)
suatu perbuatan.
2. Sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Maf'ul Bih :

( Aku telah menaiki kuda)


3. Hukum Maf'ul Bih adalah manshub.


4. Maf'ul Bih terbagi menjadi dua, yaitu dhahir dan dhamir.
5. Maf'ul Bih Dhahir dinashab dengan fathah jika berupa isim mufrad atau
jamak taksir.
6. Maf'ul Bih Dhahir dinashab dengan kasrah jika berupa jamak
mu'annats salim.
7. Maf'ul Bih Dhahir dinashab dengan huruf ya' jika berupa jamak
mudzakkar salim atau mutsanna.
8. Maf'ul Bih Dhahir dinashab dengan alif jika merupakan salah satu
lafadz yang termasuk Al Asma'ul Khamsah.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

221
9. Maf'ul Bih Dhamir terbagi menjadi dua : Al Muttashil dan Al Munfashil.
10. Yang dimaksud dengan Dhamir Al Muttashil adalah dhamir yang
bergandeng dengan fi'il.
11. Sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat maf'ul bih berupa Dhamir Al
Muttashil :


(Zaid telah memukul saya).

12. Yang dimaksud dengan Dhamir Al Munfashil yaitu dhamir yang terpisah
dari fi'il, sehingga dhamir ini mendahului fi'il itu.
13. Jumlah Dhamir Al Munfashil ada dua belas lafadz :
Untuk orang yang sedang berbicara (kata ganti orang pertama) :

( saya)
( kami)

Untuk orang yang sedang diajak bicara (kata ganti orang kedua) :

( engkau [seorang laki-laki])


( engkau [seorang perempuan])

( kalian berdua)

( anda, kalian [lebih dari dua laki-laki])


( anda, kalian [lebih dari dua perempuan])

Untuk orang yang sedang dibicarakan (kata ganti orang ketiga) :

( dia [seorang laki-laki])

( dia [seorang perempuan])



( mereka berdua)

( mereka [lebih dari dua laki-laki])

( mereka [lebih dari dua perempuan])

14. Sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat maf'ul bih berupa Dhamir Al
Munfashil :


"Hanya Engkaulah yang kami ibadahi, dan hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan." (Al Fatihah : 5).
Yang merupakan Maf'ul Bih dalam kalimat-kalimat berikut, dan
jenisnya :
1.

( Saya membaca sebuah buku)

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

222

2.

3.

: maful bih dhahir



( Dan mereka mendirikan shalat).

: maful bih dhahir

(Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka


menghitung mereka dengan hitungan yang teliti). Maryam : 94.
4.

5.

dan

: maful bih dhamir muttashil


( Tunjukilah kami jalan yang lurus)

: maful bih dhamir muttashil


: maful bih dhahir

(Tetapi hanya Dialah yang seharusnya kalian seru). Al An'am : 41.

: maful bih dhamir munfashil

Harakat pada Maf'ul Bih dalam kalimat-kalimat berikut :


1.
2.

( Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh)




( Dan kita meminta kepada Alloh kekokohan

di atas agama ini)

3.

(Kalaulah tidak memberatkan umatku, maka aku akan memerintah


mereka untuk bersiwak setiap kali berwudhu).
4.

(Tapi bersujudlah Alloh yang menciptakan mereka, jika kalian memang


benar-benar hanya beribadah kepadaNya). Fushshilat : 37.
5.



(Siwak itu mensucikan mulut).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

223

BAGAN YANG MENJELASKAN TENTANG MAF'UL BIH

Maf'ul Bih

Dhamir

Munfashil

Dhahir

Muttashil

Utk orang yg
berbicara :

Utk orang yg
berbicara :

Utk orang yg
diajak bicara :

Utk orang yg
diajak bicara :

Utk orang yg
dibicarakan :

Panduan Belajar

Dan Dawud
membunuh
Jalut.


:

:

Utk orang yg
dibicarakan :

Ilmu Nahwu

224

Jenis Kedua dari Isim-Isim yang Dinashab :


Maf'ul Muthlaq (Mashdar)
Penulis berkata :





,
,





Bab Mashdar
Mashdar adalah isim yang dinashab yang datang pada urutan ketiga dalam
tashrif fiil. Contohnya:

Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.

Menyebutkan dan memahami definisi Mashdar dan Maf'ul Muthlaq.


Menyebutkan dan memahami hukum Maf'ul Muthlaq.
Menyebutkan dan memahami pembagian Maf'ul Muthlaq.
Membuat kalimat yang di dalamnya terdapat Maf'ul Muthlaq.
Menentukan Maf'ul Muthlaq dalam sebuah kalimat.

Penjelasan :
Maf'ul muthlaq disebut oleh penulis sebagai mashdar, sebab pada umumnya
maf'ul muthlaq ini berbentuk mashdar.
Yang dimaksud dengan mashdar adalah : isim yang menunjukkan suatu
perbuatan yang huruf-hurufnya sama dengan fi'il dalam kalimat tersebut.
Penulis mendefinisikannya dengan : lafadz yang datang di urutan ketiga pada
tashrif fi'il. Maksudnya, ketika mentashrif biasanya kita menyebut fi'il madhi
terlebih dahulu. Setelah itu fi'il mudhari', baru kemudian menyebut mashdar.
Contoh :

Masdhar pada tashrif di atas adalah

Jadi, maf'ul muthlaq itu :


Definisinya
: mashdar yang dinashab yang dikuasai oleh sebuah
'amil yang berasal dari lafadz atau makna mashdar tersebut.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

225
Contohnya

Maf'ul muthlaq dalam kalimat di atas adalah


Terjemah lafdziyyah untuk kalimat

: saya telah berdiri


: berdiri

Terjemah maknawiyyah : Saya betul-betul telah berdiri.


Darimana datangnya
penjelasannya.

kalimat

'betul-betul'?

Insya

Terjemah lafdziyyah dan maknawiyyah untuk kalimat


terjemah kalimat

Alloh

akan

datang


sama dengan

I'rabnya :

: maf'ul muthlaq yang dinashab. Alamat nashabnya adalah fathah

yang nampak di akhir lafadz ini.

Jenis-Jenis Maf'ul Muthlaq


Penulis berkata :


. ,
,

.
,
,


Maf'ul muthlaq terbagi menjadi dua:
1. Lafdzy
2. Manawy
Jika lafazdh mashdarnya sama dengan lafadzh fiilnya maka itu adalah maf'ul
muthlaq lafdzy. Contohnya:

Dan jika makna mashdarnya sama dengan makna fiilnya, sementara


lafadznya berbeda, maka itu adalah maf'ul muthlaq manawy. Contohnya:





Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

226

Penjelasan :
1. Maf'ul Muthlaq Lafdzy, yaitu maf'ul muthlaq yang lafadz dan maknanya
sama dengan fi'il yang menashabkannya. Huruf-huruf maf'ul muthlaq ini
sama dengan huruf-huruf yang ada pada fi'ilnya. Contoh :


Terjemah lafdziyyah :

: saya telah membunuhnya

: pembunuhan

Terjemah maknawiyyah : Saya betul-betul telah membunuhnya.


Lafadz

adalah maf'ul muthlaq. Karena huruf-huruf dan makna yang

ada padanya sama dengan huruf-huruf dan makna yang ada pada fi'il
maka lafadz

tersebut disebut sebagai Maf'ul Muthlaq Lafdzy. Lafadz

tersebut dinashab karena pengaruh fi'il sebelumnya, yaitu

Contoh lain adalah firman Alloh ta'ala :


"Dan Allah telah berbicara kepada Musa secara langsung." (An Nisa : 164).
Dalam ayat di atas, lafadz

adalah maf'ul muthlaq, sedangkan

adalah fi'ilnya. Karena huruf-huruf yang ada pada


huruf-huruf yang ada pada fi'il
dengan Maf'ul Muthlaq Lafdzy.

sama dengan

, maka lafadz
tersebut dinamakan

Dan juga firmanNya :


"Bershalawatlah kepada Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya." (Al Ahzab : 56).
Dalam ayat di atas, lafadz

adalah maf'ul muthlaq, sedangkan

adalah fi'ilnya. Karena huruf-huruf yang ada pada

Panduan Belajar

sama dengan

Ilmu Nahwu

227
huruf-huruf yang ada pada fi'il

maka lafadz

dinamakan dengan Maf'ul Muthlaq Lafdzy.

tersebut

2. Maf'ul Muthlaq Maknawy, yaitu maf'ul muthlaq yang maknanya sama


dengan fi'il yang menashabkannya, tetapi lafadznya berbeda. Maksudnya,
huruf huruf-huruf maf'ul muthlaq ini berbeda dengan huruf-huruf yang
ada pada fi'ilnya. Contoh :



Terjemah lafdziyyah :

: saya telah duduk

: duduk

Terjemah maknawiyyah : Saya betul-betul telah duduk.


Makna fi'il

) sama dengan makna



( fi'il asal dari

, hanya

saja huruf-hurufnya berbeda.

Contoh lainnya adalah kalimat :



Terjemah lafdziyyah :

: saya telah berdiri

: berdiri

Terjemah maknawiyyah : Saya betul-betul telah berdiri.


Makna fi'il

) sama dengan makna , hanya saja


( fi'il asal dari

huruf-hurufnya berbeda.
Soal-Soal Latihan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Sebutkan definisi Mashdar menurut Ibnu Ajurrum!


Apa yang dimaksud dengan Maf'ul Muthlaq?
Buatlah sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Maf'ul Muthlaq!
Apa hukum Maf'ul Muthlaq?
Maf'ul Muthlaq terbagi menjadi berapa? Sebutkan!
Apa yang dimaksud dengan Maf'ul Muthlaq Lafdzy?
Buatlah dua kalimat yang di dalamnya terdapat Maf'ul Muthlaq Lafdzy!
Apa yang dimaksud dengan Maf'ul Muthlaq Maknawy?
Buatlah dua kalimat yang di dalamnya terdapat Maf'ul Muthlaq
Maknawy!

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

228
Tentukan mana yang merupakan Maf'ul Muthlaq dalam kalimatkalimat berikut, dan sebutkan jenisnya!
1.

(dan Dia tidak hina sehingga memerlukan penolong, dan agungkanlah


Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya). Al Isra' 111.
2.

(Dan ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu


semuanya). Al Kahfi : 99.
3.

(Dan gunung-gunung benar-benar berjalan). Ath Thur : 10.


4.

(Maka dia akan dihisab dengan hisab yang mudah). Al Insyiqaq : 8.


5.

(Kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada Kami dengan


tarikan yang perlahan-lahan). Al Furqan : 46.

Berilah harakat pada Maf'ul Muthlaq dalam kalimat-kalimat berikut :


1.

( Muhammad memahami pelajaran itu dengan




baik).

2.
3.
4.


( Saya benar-benar gembira).


(Dia benar-benar telah memukulnya).

(Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah


menghitung mereka dengan hitungan yang teliti).
5.

mereka

dan

(Manusia benar-benar sangat mencintai harta).


Kunci Jawaban
1. Definisi Mashdar menurut Ibnu Ajurrum adalah lafadz yang datang di
urutan ketiga pada tashrif fi'il.
2. Yang dimaksud dengan Maf'ul Muthlaq mashdar yang dinashab yang
dikuasai oleh sebuah 'amil yang berasal dari lafadz atau makna
mashdar tersebut.
3. Sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Maf'ul Muthlaq :


( Saya betul-betul telah berdiri).
Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

229
4. Hukum Maf'ul Muthlaq adalah manshub.
5. Maf'ul Muthlaq terbagi menjadi menjadi dua, yaitu Lafdzy dan
Manawy.
6. Yang dimaksud dengan Maf'ul Muthlaq Lafdzy yaitu maf'ul muthlaq
yang lafadz dan maknanya sama dengan fi'il yang menashabkannya.
7. Dua kalimat yang di dalamnya terdapat Maf'ul Muthlaq Lafdzy :


"Dan Allah telah berbicara kepada Musa secara langsung." (An Nisa : 164).


"Bershalawatlah kepada Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya." (Al Ahzab : 56).
8. Yang dimaksud dengan Maf'ul Muthlaq Maknawy yaitu maf'ul muthlaq
yang maknanya sama dengan fi'il yang menashabkannya, tetapi
lafadznya berbeda.
9. Dua kalimat yang di dalamnya terdapat Maf'ul Muthlaq Maknawy :

( Saya betul-betul telah duduk).




( Saya betul-betul telah berdiri).
Yang merupakan Maf'ul Muthlaq dalam kalimat-kalimat berikut dan
jenisnya :
1.

(dan Dia tidak hina sehingga memerlukan penolong, dan agungkanlah


Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya). Al Isra' 111.
2.

: maf'ul muthlaq lafdzy




(Dan ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu


semuanya). Al Kahfi : 99.
3.

: maf'ul muthlaq lafdzy





(Dan gunung-gunung benar-benar berjalan). Ath Thur : 10.


4.

: maf'ul muthlaq lafdzy




(Maka dia akan dihisab dengan hisab yang mudah). Al Insyiqaq : 8.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

230

5.

: maf'ul muthlaq lafdzy




(Kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada Kami dengan


tarikan yang perlahan-lahan). Al Furqan : 46.

: maf'ul muthlaq lafdzy


Harakat pada Maf'ul Muthlaq dalam kalimat-kalimat berikut :
1.

( Muhammad memahami pelajaran itu dengan




baik).

2.
3.
4.


( Saya benar-benar gembira).

(Dia benar-benar telah memukulnya).

(Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah


menghitung mereka dengan hitungan yang teliti).
5.

mereka

dan

(Manusia benar-benar sangat mencintai harta).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

231
Jenis Manshubat yang Ketiga : Dharaf (Maf'ul Fih)
Penulis berkata :

, , , , , ""


, , ,
, ,

,
Bab Dzharaf Zaman (Keterangan Waktu) dan Dzharaf Makan
(Keterangan Tempat)
Dzharaf zaman itu adalah isim yang menunjukkan waktu. Isim ini dinashab
dengan perkiraan adanya makna ( pada). Contoh dzharaf zaman:

, , ,
, , , , , , ,

,
dan contoh-contoh yang serupa dengan itu.

Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.

Menyebutkan dan memahami definisi Dharaf.


Menyebutkan dan memahami hukum Dharaf.
Menyebutkan dan memahami pembagian Dharaf.
Membuat kalimat yang di dalamnya terdapat Dharaf.
Menentukan Dharaf dalam sebuah kalimat.

Penjelasan :
Dharaf secara bahasa artinya :
disebut juga sebagai

( wadah). Nama-nama waktu dan tempat

(jamak dari 'dharaf', artinya : wadah-wadah)

karena berbagai macam perbuatan ada di dalamnya, yaitu di dalam waktu


dan tempat tersebut.
Sedangkan secara istilah, dharaf terbagi menjadi dua : dharaf makan (kata
keterangan waktu) dan dharaf zaman (kata keterangan tempat). Penulis
memulai dengan menjelaskan dharaf zaman terlebih dahulu.
1. Dharaf Zaman
Definisinya : dharaf zaman adalah sebuah isim yang menunjukkan
waktu. Isim ini dinashab dengan perkiraan adanya makna
sebelumnya. Contoh :

Panduan Belajar

yang terletak

Ilmu Nahwu

232
Terjemah lafdziyyah :

: Saya berpuasa

: hari

: Kamis

Terjemah maknawiyyah : Saya berpuasa pada hari Kamis.

, maka kalimatnya menjadi :


Terjemahnya sama dengan ketika huruf itu belum dinampakkan. Hanya

saja lafadz berubah menjadi dikhafadh ( ) karena ada huruf khafadh


sebelumnya, yaitu .
Jika kita nampakkan huruf

I'rabnya :


:



,

: dharaf zaman, dan lafadz ini adalah isim manshub

yang menunjukkan waktu dilakukannya perbuatan, (dalam kalimat ini)


yaitu puasa. Dan bahwasanya puasa ini dilakukan di hari Kamis.
Di antara contoh-contoh dharaf zaman dalam Al Qur'an Al Karim adalah
firman Alloh ta'ala :


"Kelak mereka akan mengetahui besok" (Al Qamar : 26).


"Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang." (Al Ahzab : 42).


"Dan mereka tidak akan menginginkan kematian itu selama-lamanya." (Al
Baqarah : 95).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

233
Jenis dharaf yang kedua :
2. Dharaf Makan
Penulis berkata :

, ,

,
," "


, ,
, , , ,
.
, , ,

,

Dzharaf makan adalah isim yang menunjukkan tempat. Isim ini dinashab
dengan perkiraan adanya makna ( pada). Contohnya:

, , , ,
, ,
,

, ,
,

, ,
dan contoh-contoh yang serupa dengan itu.

Penjelasan :
Jenis dharaf yang kedua yaitu : Dzharaf Makan.
Definisinya

: dharaf makan adalah sebuah isim yang menunjukkan

tempat. Isim ini dinashab dengan perkiraan adanya makna


sebelumnya.

Contohnya

yang terletak


( Saya duduk di bawah pohon)

I'rabnya :

:
,

: dharaf makan, dan lafadz ini adalah isim manshub

yang menunjukkan tempat dilakukannya perbuatan, (dalam kalimat ini) yaitu


duduk.

, maka kalimatnya menjadi :






ketika huruf itu belum dinampakkan.

Jika kita nampakkan huruf

Artinya sama dengan


lafadz

Hanya saja

) karena ada huruf khafadh


berubah menjadi dikhafadh (

sebelumnya, yaitu

Di dalam matannya, Ibnu Ajurrum telah menyebutkan tiga belas lafadz yang
menunjukkan tempat. Lafadz- lafadz tersebut yaitu :

, maknanya sama dengan yang artinya : di depan. Contoh :


Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

234


( Saya duduk di depan syaikh)

, maknanya adalah kebalikan dari


. Contoh :




(Saya shalat di belakang imam)

. Contohnya adalah firman Alloh ta'ala :


maknanya sama dengan
,

"Lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka." (Ali
'Imran : 187).

, maknanya adalah : di atas. Contohnya adalah firman Alloh ta'ala :



"Dan Dialah yang Maha Kuat di atas hamba-hamba-Nya." (Al An'am : 18).

, telah lewat makna dan contohnya.


maknanya adalah : di samping. Tetapi kadang juga bermakna : di.
,
Contohnya adalah firman Alloh ta'ala :


"Berdzikirlah kepada Allah di Masy'aril Haram." (Al Baqarah : 198).

,
maknanya adalah : bersama. Contohnya adalah firman Alloh ta'ala :

"Biarkanlah dia pergi bersama kami." (Yusuf : 12).

, maknanya adalah : di depan. Contoh :


( Saya berdiri di depan Ka'bah)

, maknanya sama dengan


, yaitu : di depan. Contoh :
( Saya duduk di depan masjid)


, maknanya adalah : ke arah. Contohnya adalah firman Alloh ta'ala :



"Dan tatkala ia menghadap ke arah negeri Madyan". (Al Qashash : 22).

,
maknanya adalah : di sini. Contoh :

( Saya duduk di sini)
Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

235
, maknanya adalah : di sana. Contohnya adalah firman Alloh ta'ala :

"Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain." (Asy Syu'ara : 64).
Termasuk dharaf makan juga adalah nama-nama arah, misalnya :

( sebelah kanan),

( sebelah kiri),

dan yang sejenisnya.


Soal-Soal Latihan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Sebutkan definisi Dharaf secara bahasa dan istilah!


Apa hukum Dharaf?
Apa yang dimaksud dengan Dharaf Zaman?
Buatlah sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Dharaf Zaman!
Apa yang dimaksud dengan Dharaf Makan?
Buatlah sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Dharaf Makan!
Sebutkan tiga belas lafadz Dharaf Makan!

Tentukan mana yang merupakan Dharaf dalam kalimat-kalimat


berikut, dan sebutkan jenisnya!
1.

(Keselamatan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, pada hari ia


meninggal, dan pada hari ia dibangkitkan dalam keadaan hidup).
Maryam : 15.

2.

(Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus-menerus). Al


Qiyamah : 5.

3.

(Dan Kami bangun di atas kalian tujuh buah (langit) yang kokoh). An
Naba : 12.
4.

(Yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi


Alloh yang mempunyai 'Arsy). At Takwir : 20.
5.

(Pada hari dinampakkan segala rahasia). Ath Thariq : 9.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

236
Berilah harakat pada Dharaf dalam kalimat-kalimat berikut :
1.

(Yang ditandai di sisi Tuhanmu untuk membinasakan orang-orang


yang melampaui batas).

2.

(Saya akan membeli kitab itu besok insya

(Petani itu pulang dari sawah pada waktu

Alloh).

3.

sore)
4.

(Gelap gulita yang sebagiannya di atas sebagian yang lain).


5.

(Milik-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang ada di bumi,


semua yang ada di antara keduanya, dan semua yang ada di bawah
tanah).

Kunci Jawaban
1. Definisi Dharaf secara bahasa :

(wadah). Secara istilah, dharaf

terbagi menjadi dua : dharaf makan (kata keterangan waktu) dan


dharaf zaman (kata keterangan tempat).
2. Hukum Dharaf adalah manshub.
3. Yang dimaksud dengan Dharaf Zaman adalah sebuah isim yang
menunjukkan waktu.
4. Sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Dharaf Zaman :


(Saya berpuasa pada hari Kamis).
5. Yang dimaksud dengan Dharaf Makan adalah sebuah isim yang
menunjukkan tempat.
6. Sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Dharaf Makan :


( Saya duduk di bawah pohon).

7. Tiga belas lafadz Dharaf Makan :

, , , ,
, ,
,

, ,
,

, ,
Yang merupakan
jenisnya!
1.

Dharaf

dalam

kalimat-kalimat

berikut,

dan

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

237
(Keselamatan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, pada hari ia
meninggal, dan pada hari ia dibangkitkan dalam keadaan hidup).
Maryam : 15.
2.

: dharaf zaman.

(Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus-menerus). Al


Qiyamah : 5.

3.

: dharaf makan.

(Dan Kami bangun di atas kalian tujuh buah (langit) yang kokoh). An
Naba : 12.
4.

: dharaf makan.

(Yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi


Alloh yang mempunyai 'Arsy). At Takwir : 20.
5.

: dharaf makan.

(Pada hari dinampakkan segala rahasia). Ath Thariq : 9.

: dharaf zaman.
Harakat pada Dharaf dalam kalimat-kalimat berikut :
1.

(Yang ditandai di sisi Tuhanmu untuk membinasakan orang-orang


yang melampaui batas).

2.

(Saya akan membeli kitab itu besok insya

(Petani itu pulang dari sawah pada waktu

Alloh).

3.

sore)
4.

(Gelap gulita yang sebagiannya di atas sebagian yang lain).


5.

(Milik-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang ada di bumi,


semua yang ada di antara keduanya, dan semua yang ada di bawah
tanah).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

238
Jenis Manshubat yang Keempat : Haal (Keadaan)
Penulis berkata :



"

,
,



"

"
" "
"


Bab Haal
Haal adalah isim yang dinashab yang menjelaskan keadaan-keadaan yang
masih samar. Contohnya:


( Zaid datang dengan berkendaraan),

( Saya naik kuda yang diberi pelana),


( Saya bertemu Abdullah dengan berkendaraan).

Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.

Menyebutkan dan memahami definisi Haal.


Menyebutkan dan memahami hukum Haal.
Menyebutkan dan memahami Syarat-Syarat Haal Dan Shahibul Haal.
Membuat kalimat yang di dalamnya terdapat Haal.
Menentukan Haal dalam sebuah kalimat.

Penjelasan : Haal
Definisinya
: Haal adalah isim yang dinashab yang menjelaskan
keadaan-keadaan yang masih samar.
Contohnya

Terjemah lafdziyyah :

: datang

: Zaid
: dengan berkendaraan

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

239
Terjemah maknawiyyah : Zaid datang dengan berkendaraan.
Contoh lain :

Terjemah lafdziyyah :

: Saya naik

: kuda

: diberi pelana

Terjemah maknawiyyah : Saya naik kuda yang diberi pelana.


I'rabnya :

adalah haal yang menjelaskan keadaan Zaid ketika datang.


adalah haal yang menjelaskan keadaan shahibul haal

(lafadz yang

diterangkan keadaannya, dalam kalimat ini yaitu kuda) ketika antum


menaikinya.
Haal pasti selalu manshub. Adapun shahibul haal dii'rab sesuai dengan
posisinya.
Contoh haal dari Al Qur'anul Karim :


"Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah." (An Nisa : 28).


"Dan Dialah yang telah menurunkan kitab (Al Quran) kepadamu dengan
terperinci." (Al An'am : 114).


"Hanya kepadaNyalah tempat kalian kembali." (Yunus : 4).
Contoh haal dari As Sunnah (hadits) adalah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam :

"Manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan telanjang kaki,
tidak memakai baju, dan belum disunat." (Muttafaqun 'alaih dari 'Aisyah
radhiallahu 'anha).
I'rabnya :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

240
:




:
:

: fi'il mudhari' yang bentuknya telah dirubah


: naibul fa'il yang dirafa'


: dharaf zaman yang dinashab

: mudhaf ilaih yang dijar
: setiap lafadz tersebut adalah

haal yang dinashab. Haal ini

menjelaskan keadaan shahibul haal, yaitu lafadz

Maksudnya,

menjelaskan

keadaan

ketika munculnya fi'il

manusia

tersebut

ketika

dikumpulkan di Padang Mahsyar.


Syarat-Syarat Haal dan Shahibul Haal
Penulis berkata :

, ,
.




Haal harus berupa isim nakirah dan hanya terletak setelah kalimat yang
sempurna. Shahibul haal harus berupa isim marifat.

Penjelasan : penulis mulai menjelaskan sebagian syarat-syarat haal. Beliau


menyebutkan dua syarat di antara syarat-syarat tersebut :
Pertama : Haal Harus Berupa Isim Nakirah
Kalau antum berkata :



Terjemah lafdziyyah :

: datang

: Zaid

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

241

: yang berkendaraan

Terjemah maknawiyyah : Zaid yang berkendaraan telah datang.

Lafadz

tidak bisa disebut sebagai haal, karena lafadz ini adalah isim

ma'rifat. Lafadz ini baru bisa dianggap sebagai haal jika kalimatnya adalah :


( Zaid datang dengan berkendaraan).
Sebab, lafadz berupa isim nakirah, sesuai dengan syarat haal.
Syarat Haal yang Kedua : Haal Hanya Terletak Setelah Kalimat
Sempurna
Kalau antum berkata :

tidak

Lafadz

( Zaid berkendaraan).
bisa disebut sebagai haal, karena lafadz itu terletak setelah

kalimat yang belum sempurna. Lafadz itu baru bisa dianggap sebagai haal
jika kalimatnya adalah :


( Zaid datang dengan berkendaraan).
Sampai di sini selesai pembahasan tentang syarat-syarat haal. Adapun
shahibul haal, penulis hanya menyebutkan satu syarat, yaitu harus berupa
isim marifat. Jadi tidak sah jika antum berkata :
Sebab,


( Seseorang datang dengan berkendaraan)
shahibul haalnya (
) adalah isim nakirah. Sedangkan shahibul

hal

harus berupa isim marifat. Kalimat itu baru sah jika bentuknya sebagai
berikut :



( Orang itu datang dengan berkendaraan).

Soal-Soal Latihan
1.
2.
3.
4.

Sebutkan definisi Haal!


Buatlah sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Haal!
Berapa syarat Hal? Sebutkan!
Apa syarat Shahibul Haal?

Tentukan mana yang merupakan Haal dalam kalimat-kalimat


berikut!
1.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

242
(Keselamatan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, pada hari ia
meninggal, dan pada hari ia dibangkitkan dalam keadaan hidup).
Maryam : 15.
2.

(Inilah kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa


Arab untuk kaum yang mengetahui). Fushshilat : 3.
3.

(Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya serta


melanggar
ketentuan-ketentuan-Nya,
niscaya
Allah
akan
memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya,
dan baginya siksa yang menghinakan). An Nisa : 14.
4.

(Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari Kiamat
dengan sendiri-sendiri). Maryam : 95.
5.

(Berangkatlah kalian baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat.


Dan berjihadlah kalian dengan harta dan diri kalian di jalan Alloh). At
Taubah : 41.

Berilah harakat pada Haal dalam kalimat-kalimat berikut :


1.

( Pedagang itu pulang dari pasar dalam keadaan


lelah).

2.

(Dan ia mengikuti agama Ibrahim yang berada dalam keadaan jauh


dari kesyirikan)
3.

(Wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku


dengan orang-orang yang saleh).
4.
5.


(Zaid shalat Shubuh berjamaah)
( Jangan minum air yang masih panas)

Kunci Jawaban
1. Definisi Haal : isim yang dinashab yang menjelaskan keadaan-keadaan
yang masih samar.
2. Sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Haal :


( Zaid datang dengan berkendaraan).
3. Syarat Hal ada dua :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

243
Pertama : Haal harus berupa isim nakirah
Kedua : Haal hanya terletak setelah kalimat sempurna
4. Syarat Shahibul Haal adalah harus berupa isim marifat.
Yang merupakan Haal dalam kalimat-kalimat berikut :
1.

(Keselamatan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, pada hari ia


meninggal, dan pada hari ia dibangkitkan dalam keadaan hidup).
Maryam : 15.





Haal :

2.

(Inilah kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa


Arab untuk kaum yang mengetahui). Fushshilat : 3.


Haal tsani :




Haal awwal :

3.

(Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya serta


melanggar
ketentuan-ketentuan-Nya,
niscaya
Allah
akan
memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya,
dan baginya siksa yang menghinakan). An Nisa : 14.



Haal :

4.

(Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari Kiamat
dengan sendiri-sendiri). Maryam : 95.

Haal :

5.

(Berangkatlah kalian baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat.


Dan berjihadlah kalian dengan harta dan diri kalian di jalan Alloh). At
Taubah : 41.
Haal :

Harakat pada Haal dalam kalimat-kalimat berikut :


1.

( Pedagang itu pulang dari pasar dalam keadaan


lelah).

2.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

244
(Dan ia mengikuti agama Ibrahim yang berada dalam keadaan jauh
dari kesyirikan)
3.

(Wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku


dengan orang-orang yang saleh).
4.
5.



(Zaid shalat Shubuh berjamaah)
( Jangan minum air yang masih panas)

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

245

Jenis Manshubat yang Kelima : At Tamyiz (Pembeda)


Penulis berkata :




,"
,
"


,

" "
"
" "
" " "



"

"

" "
Bab Tamyiz
Tamyiz adalah isim yang dinashab yang menjelaskan dzat (sesuatu) yang
masih samar. Contohnya :

" " " " " ,""


"




"
"

"
"
" "

Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.

Menyebutkan dan memahami definisi At Tamyiz.


Menyebutkan dan memahami pembagian At Tamyiz.
Menyebutkan dan memahami Syarat-Syarat At Tamyiz.
Membuat kalimat yang di dalamnya terdapat At Tamyiz.
Menentukan At Tamyiz dalam sebuah kalimat.

Penjelasan : At Tamyiz
Definisinya

: Tamyiz adalah isim yang dinashab yang menjelaskan

dzat (sesuatu) atau nisbah (penyandaran) yang masih samar.


Contoh tamyiz yang menjelaskan dzat yang masih samar adalah lafadz
dalam kalimat :





Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

246
Terjemah lafdziyyah :

: Saya membeli
: dua puluh
: budak

Terjemah maknawiyyah : Saya membeli dua puluh budak.


I'rabnya :

: tamyiz yang menjelaskan dzat yang masih samar.

Jika kalimatnya hanya :

( Saya membeli dua puluh)



maka tidak jelas barang apa yang dibeli. Dengan adanya tamyiz ( ) ,
hilanglah kesamaran tersebut. Yaitu yang dibeli adalah dua puluh budak.

Ciri-ciri tamyiz dzat adalah tamyiz tersebut menjelaskan sebuah lafadz yang
mufrad (bukan kalimat).
Contoh tamyiz yang menjelaskan
samar adalah lafadz

nisbah (penyandaran) yang masih

dalam kalimat :

Terjemah lafdziyyah :

: Baik

: Muhammad

: jiwa

Terjemah maknawiyyah : Muhammad orangnya baik.


I'rabnya :

: tamyiz yang menjelaskan nisbah yang masih samar.

Jika kalimatnya hanya :


( Muhammad baik)

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

247
maka penyandaran kebaikan pada Muhammad masih bersifat samar, karena
ada kemungkinan yang baik itu orangnya, pekerjaannya, atau yang lainnya.
Ketika disebutkan tamyiznya (
) , hilanglah kesamaran tersebut.
Ciri-ciri tamyiz nisbah adalah tamyiz tersebut menjelaskan kalimat, kebalikan
dari tamyiz dzat.
Demikianlah maksud dari definisi tamyiz secara umum.
Jenis-Jenis Tamyiz
Tamyiz ada dua jenis : Mufrad dan Jumlah.
1. Tamyiz Mufrad, yaitu tamyiz yang menghilangkan kesamaran dari
sebuah lafadz atau dari kata lain yang menempati posisi lafadz.
Tamyiz Mufrad ini terletak setelah :
o Bilangan. Misalnya adalah lafadz
ta'ala :

( bintang) pada firman Alloh


"Sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang." (Yusuf : 4).

Yang dimaksud dengan bilangan dalam kalimat di atas


sebagaimana sudah diketahui bersama adalah
Sedangkan lafadz

(sebelas).

itulah yang menjadi tamyiz, yaitu tamyiz

mufrad karena terletak setelah bilangan.


o Timbangan. Misalnya adalah lafadz
antum :

(madu) pada perkataan


( Saya membeli satu liter madu)

Yang dimaksud dengan timbangan dalam kalimat di atas adalah

( satu liter). Sedangkan lafadz itulah yang menjadi tamyiz,


yaitu tamyiz mufrad karena terletak setelah timbangan.
o Takaran. Misalnya adalah lafadz

( kurma) pada kalimat :




( Saya bersedekah satu sha' kurma)

Yang dimaksud dengan takaran dalam kalimat di atas adalah

(satu sha'). Satu sha' adalah 4 mud. Sedangkan 1 mud sama


dengan 1 cakupan dua telapak tangan yang berukuran sedang. Jka
diukur dengan satuan kilogram, sama dengan 3 kilogram. (Fatawa

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

248
Al-Lajnah Ad Daimah, 9/371). Sedangkan lafadz

itulah yang

menjadi tamyiz mufrad karena terletak setelah takaran.


o Jarak atau ukuran luas. Misalnya adalah lafadz
perkataan antum :

( gandum) pada




( Saya menanam gandum setengah hektar)

Yang dimaksud dengan ukuran luas dalam kalimat di atas adalah

( hektar). Sedangkan lafadz menjadi tamyiz mufrad karena

terletak setelah ukuran luas.

2. Tamyiz Jumlah, yaitu tamyiz yang menghilangkan kesamaran dari


sebuah kalimat.
Tamyiz Jumlah ini ada tiga jenis :
a. Tamyiz yang dirubah dari fa'il. Contohnya adalah lafadz
kalimat :

pada




Terjemah lafdziyyah :

: mengalir

: Zaid

: keringat

Terjemah maknawiyyah : Keringat Zaid mengalir.


Asal dari kalimat di atas adalah :


( Keringat Zaid mengalir).

Dalam kalimat tersebut, lafadz

berkedudukan sebagai fa'il.

b. Tamyiz yang dirubah dari maf'ul bih. Contohnya adalah lafadz


pada firman Alloh ta'ala :


"Dan Kami jadikan bumi memancarkan banyak mata air." (Al
Qomar : 12).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

249
Asal dari kalimat di atas adalah :

( Kami pancarkan banyak mata air dari bumi).

Dalam kalimat tersebut, lafadz


bih.

berkedudukan sebagai maf'ul

c. Tamyiz yang dirubah dari mubtada'. Contohnya adalah lafadz


pada firman Alloh ta'ala :


"Hartaku lebih banyak daripada hartamu." (Al Kahfi : 34).
Asal dari kalimat di atas adalah :

( Hartaku lebih banyak daripada hartamu).


Dalam kalimat tersebut, lafadz berkedudukan sebagai

mubtada'.

Syarat-Syarat Tamyiz
Penulis berkata :

. ,
Tamyiz itu pasti nakirah, dan hanya terletak setelah kalimat sempurna.

Penjelasan :
Dengan penelitian para ulama ahli Nahwu terhadap kitab-kitab bahasa Arab
dan terhadap bahasa orang Arab, mereka mendapati bahwa pada umumnya
tamyiz itu berupa isim nakirah, dan pada asalnya tamyiz hanya terletak
setelah kalimat sempurna karena tamyiz adalah fadhlah (kata tambahan
untuk kalimat yang sudah sempurna).
Sehingga jika tamyiz berupa isim ma'rifat, maka tidak bisa disebut sebagai
tamyiz. Kita ambil contoh kalimat yang telah lewat dengan sedikit dirubah :




Dalam kalimat tersebut, lafadz

tidak bisa disebut sebagai tamyiz, karena

lafadz itu adalah isim ma'rifat. Sedangkan tamyiz harus berupa isim nakirah.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

250
Tetapi ketika ada tamyiz yang walaupun berupa isim nakirah, tapi terletak
setelah kalimat yang belum sempurna, tidak bisa disebut sebagai tamyiz.
Contohnya :


Dalam kalimat tersebut, lafadz

tidak bisa disebut sebagai tamyiz,

walaupun berupa isim nakirah. Kenapa? Karena lafadz itu terletak setelah
kalimat yang belum sempurna, sedangkan tamyiz harus terletak setelah
kalimat sempurna.
Jadi, sebuah lafadz agar bisa disebut sebagai tamyiz, harus memenuhi kedua
syarat tadi.
Soal-Soal Latihan
1. Sebutkan definisi Tamyiz!
2. Buatlah sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Tamyiz!
3. Ada berapa jenis Tamyiz? Sebutkan!
4. Apa yang dimaksud dengan Tamyiz Mufrad?
5. Terletak setelah apa saja Tamyiz Mufrad itu?
6. Buatlah sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Tamyiz Mufrad!
7. Apa yang dimaksud dengan Tamyiz Jumlah?
8. Ada berapa jenis Tamyiz Jumlah? Sebutkan!
9. Buatlah sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Tamyiz Jumlah!
10. Ada berapa syarat Tamyiz? Sebutkan!
Tentukan mana yang merupakan Tamyiz dalam kalimat-kalimat
berikut, dan sebutkan jenisnya!
1.




(Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi All0h adalah dua belas bulan).
At Taubah : 36.

2.



(Dan barangsiapa mengerjakan kejelekan sebesar dzarrahpun, niscaya
dia akan melihatnya pula). Al Zalzalah : 8.

3.
4.
5.

( Tempat itu udaranya bagus).




( Saya membawa seliter minyak).
( Saya minum segelas air).

Berilah harakat pada Tamyiz dalam kalimat-kalimat berikut :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

251
1.
2.
3.
4.
5.


( Hatinya penuh dengan kegembiraan).


( Saya membeli satu kuintal padi).

( Sembilan puluh musafir naik pesawat itu).




( Di saku saya ada dua belas riyal).


(Emas lebih mahal harganya daripada perak).

Kunci Jawaban
1. Definisi Tamyiz adalah isim yang dinashab yang menjelaskan dzat
(sesuatu) atau nisbah (penyandaran) yang masih samar.
2. Sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Tamyiz :

( Saya membeli dua puluh budak).





3. Tamyiz ada dua jenis : Mufrad dan Jumlah.
4. Yang dimaksud dengan Tamyiz Mufrad yaitu tamyiz yang
menghilangkan kesamaran dari sebuah lafadz atau dari kata lain yang
menempati posisi lafadz.
5. Tamyiz Mufrad terletak setelah :
Bilangan.
Timbangan.
Takaran.
Jarak atau ukuran luas.
6. Sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Tamyiz Mufrad :




( Saya bersedekah satu sha' kurma)
7. Yang dimaksud dengan Tamyiz Jumlah yaitu tamyiz
menghilangkan kesamaran dari sebuah kalimat.
8. Tamyiz Jumlah ada tiga jenis:
a. Tamyiz yang dirubah dari fa'il.
b. Tamyiz yang dirubah dari maf'ul bih.
c. Tamyiz yang dirubah dari mubtada'.
9. Sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Tamyiz Jumlah :

yang


"Hartaku lebih banyak daripada hartamu." (Al Kahfi : 34).
10. Syarat Tamyiz ada dua :
a. Tamyiz harus berupa nakirah, dan
b. Hanya terletak setelah kalimat sempurna.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

252
Yang merupakan
jenisnya :
1.

Tamyiz dalam kalimat-kalimat berikut, dan




(Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi All0h adalah dua belas bulan).
At Taubah : 36.

: tamyiz mufrad

2.



(Dan barangsiapa mengerjakan kejelekan sebesar dzarrahpun, niscaya
dia akan melihatnya pula). Al Zalzalah : 8.

: tamyiz mufrad
3.

4.

( Tempat itu udaranya bagus).



: tamyiz jumlah

( Saya membawa seliter minyak).
: tamyiz mufrad

5.

( Saya minum segelas air).


: tamyiz jumlah

Harakat pada Tamyiz dalam kalimat-kalimat berikut :


1.
2.
3.
4.
5.


( Hatinya penuh dengan kegembiraan).


( Saya membeli satu kuintal padi).



( Sembilan puluh musafir naik pesawat itu).


( Di saku saya ada dua belas riyal).


(Emas lebih mahal harganya daripada perak).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

253
Penulis berkata :



, , , , , , ,

Bab Al Istitsna
Huruf istitsna itu ada delapan, yaitu:

, , , , , , ,

Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1. Menyebutkan dan memahami definisi Al Mustatsna.
2. Menyebutkan dan menjabarkan rukun Al Istitsna.
3. Menyebutkan, menjabarkan, dan memahami hukum Al Mustatsna yang
terletak setelah adat Al Istitsna yang berbeda-beda.
4. Membuat kalimat yang di dalamnya terdapat Al Mustatsna.
5. Menentukan Al Mustatsna dalam sebuah kalimat.
Penjelasan : Al Mustatsna
Definisinya
: Al Mustatsna adalah isim yang disebutkan setelah
salah satu adat (amil) istitsna. Isim ini bertentangan dengan kata sebelumnya
dari sisi hukum (perbuatan).
Contohnya

Terjemah lafdziyyah :

: berdiri

: sekelompok orang

: Zaid

: kecuali

Terjemah maknawiyyah : Sekelompok orang itu berdiri kecuali Zaid.


I'rabnya :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

254

:



:

, :

: fi'il madhi.

: fa'il yang dirafa'. Lafadz ini adalah mustatsna minhu.

: mustatsna yang dinashab. Lafadz ini menyelisihi lafadz yang ada

: huruf istitsna.

sebelum huruf

dalam hal hukum, sebab kita menetapkan bahwa

berdiri, sedangkan kita tidak menetapkan bahwa Zaid berdiri.

itu

Rukun-Rukun Al Istitsna :
1. Al Mustatsna Minhu (kata yang sesuatu dikecualikan darinya),
2. Adat Istitsna, dan
3. Al Mustatsna (kata yang dikecualikan).
Al Mustatsna Minhu : isim yang disebutkan sebelum

atau sebelum adat

istitsna yang lain. Isim ini dii'rab sesuai dengan posisinya di dalam kalimat.

, ,
dan ) , , , .

Adat-adat Al Istitsna :
(yaitu

dengan perbedaan pengucapannya

Al Mustatsna : isim yang terletak setelah adat istitsna. Isim ini memiliki
hukum-hukum i'rab yang berbeda, tergantung dengan jenis adat istitsnanya.
Penulis mengisyaratkan tentang hal ini dalam perkataan beliau :


"
",


"



."
"
,

"
"
." " "
"
,

"
"

"
Maka Al Mustatsna (kata yang dikecualikan) dengan huruf dinashab jika
kalimatnya Tam Mujab. Contohnya :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

255




Jika kalimatnya Manfiy Tam, maka boleh menjadikan Al Mustatsna sebagai


badal atau menashabkannya karena istitsna, contohnya:

" " "


"

Jika kalimatnya naqish, maka irab Al Mustatsna tersebut sesuai dengan 'amil'amilnya, contohnya:


"

"
"
"
"

memiliki tiga hukum :


: wajib dinashab kalau kalimat yang ada sebelum adalah

Penjelasan
Pertama

: Lafadz yang ada setelah

kalimat Tam Mujab (Mutsbat).


Kalimat Tam
: kalimat yang di dalamnya ada Al Mustatsna Minhu.
Kalimat Mutsbat : kalimat yang tidak didahului oleh nafi atau syibhu nafi.
Contoh nafi adalah

nafiyah yg bermakna 'tidak.' Syibhu nafi (kata yang

menyerupai nafi) adalah nahi (kalimat larangan) dan istifham (kata tanya).
Contoh kalimat tam mujab / tam mutsbat :


( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Zaid).

I'rabnya :

: mustatsna yang wajib dinashab.

Hukum kedua di antara hukum lafadz yang ada setelah

Boleh dinashab atau di'irob seperti badal jika kalimat yang ada sebelum

adalah kalimat Tam Manfi. Definisi kalimat tam sudah dijelaskan. Adapun
kalimat Manfi, adalah kalimat yang didahului oleh nafi atau syibhu nafi.
Contoh :


( Sekelompok orang itu tidak berdiri kecuali Zaid), atau

( Sekelompok orang itu tidak berdiri kecuali Zaid).

I'rabnya :

: huruf nafi, tidak memiliki kedudukan i'rab.


: fi'il madhi yang mabni di atas fathah.
: fa'il yang dirafa'. Lafadz ini juga menjadi al mustatsna minhu.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

256

: huruf istitsna.

: mustatsna yang boleh dinashab.

: badal yang mengikuti i'rab al mustatsna minhu. Dalam kalimat ini,

badal ini mengikuti rafa' al mustatsna minhu.

Hukum ketiga di antara hukum lafadz yang ada setelah

Dii'rob sesuai dengan 'amil kalau kalimat yang ada sebelum

adalah kalimat

Naqish Manfi.
Kalimat Naqish adalah kalimat yang di dalamnya tidak ada al mustatsna
minhu. Jadi kalimat Naqish adalah lawan dari kalimat Tam.
Contoh :
I'rabnya :
I'rab kalimat


( Tidak ada yang berdiri kecuali Zaid)


sama dengan i'rab sebelumnya.

: fa'il yang dirafa'. Tanda rafa'nya adalah dhammah.

Di antara contoh Al Mustatsna dengan


firman Alloh ta'ala:

dalam Al Qur'an Al Karim adalah


"Maka mereka meminumnya kecuali sebagian kecil dari mereka." (Al Baqarah
: 249).


"Mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka." (An
Nisa : 66).


"Dan tidaklah beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit. (Hud : 40).

dalam As Sunnah adalah :



Contoh al mustatsna dengan

"Sesungguhnya Alloh itu baik dan tidak mau menerima kecuali yang baik."
(Hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu).

Soal-Soal Latihan
1. Sebutkan definisi Al Mustatsna!

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

257
2.
3.
4.
5.

Buatlah sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Mustatsna!


Ada berapa Rukun Al Istitsna? Sebutkan!
Apa yang dimaksud dengan Al Mustatsna Minhu?
Sebutkan adat-adat Al Istitsna!

6. Ada berapa hukum Al Mustatsna dengan

? Sebutkan!

7. Apa yang dimaksud dengan Kalimat Tam?


8. Apa yang dimaksud dengan Kalimat Mutsbat?
9. Berikan satu contoh Al Mustatsna dengan
Mutsbat!
10. Apa yang dimaksud dengan Kalimat Manfi?
11. Berikan satu contoh Al Mustatsna dengan

dalam kalimat Tam

dalam kalimat Tam Manfi!

12. Apa yang dimaksud dengan Kalimat Naqish?


13. Berikan satu contoh Al Mustatsna dengan

dalam kalimat Naqish!

Tentukan mana yang merupakan Al Mustatsna dalam kalimatkalimat berikut, dan sebutkan jenis kalimatnya!
1.




((Ingatlah) ketika Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya
semua, kecuali seorang perempuan tua (isterinya) yang berada
bersama-sama orang yang tinggal). Ash Shaffat : 134-135.

2.



(Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia). Al Muddatstsir : 25.

3.


(Tidaklah aku ini melainkan pemberi peringatan yang nyata). Asy
Syu'ara : 115.

4.




(Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa). Al
Haqqah : 37.

5.




(Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan). Al Waqi'ah
: 79.

Berilah harakat pada Al Mustatsna dalam kalimat-kalimat berikut :


1.

( Tidak ada yang terlambat kecuali Hammad)

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

258
2.




(Tidak ada penumpang yang selamat kecuali seorang anak kecil)
3.


(Agar kalian tidak beribadah kecuali kepada Alloh).

4.
5.


( Murid-murid datang kecuali Khalid).





(Murid-murid menulis pelajaran kecuali yang malas).

Kunci Jawaban
1. Definisi Al Mustatsna adalah isim yang disebutkan setelah salah satu
adat (amil) istitsna.
2. Sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Mustatsna :


( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Zaid).
3. Rukun Al Istitsna ada tiga :
a. Al Mustatsna Minhu (kata yang sesuatu dikecualikan darinya),
b. Adat Istitsna, dan
c. Al Mustatsna (kata yang dikecualikan).
4. Yang dimaksud dengan Al Mustatsna Minhu adalah isim yang
disebutkan sebelum

atau sebelum adat istitsna yang lain.

5. Adat-adat Al Istitsna :

, , dengan
) , , , .

perbedaan pengucapannya (yaitu

6. Hukum Al Mustatsna dengan

dan

ada tiga :

Pertama : wajib dinashab kalau kalimat yang ada sebelum

adalah

kalimat Tam Mujab (Mutsbat).


Kedua : Boleh dinashab atau di'irob seperti badal jika kalimat yang
ada sebelum

adalah kalimat Tam Manfi.

Ketiga : Dii'rob sesuai dengan 'amil kalau kalimat yang ada sebelum

adalah kalimat Naqish Manfi.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

259
7. Yang dimaksud dengan Kalimat Tam adalah kalimat yang di dalamnya
ada Al Mustatsna Minhu.
8. Yang dimaksud dengan Kalimat Mutsbat adalah kalimat yang tidak
didahului oleh nafi atau syibhu nafi.
9. Contoh Al Mustatsna dengan

dalam kalimat Tam Mutsbat :


( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Zaid).
10. Yang dimaksud dengan Kalimat Manfi adalah kalimat yang didahului
oleh nafi atau syibhu nafi.
11. Contoh Al Mustatsna dengan

dalam kalimat Tam Manfi :


( Sekelompok orang itu tidak berdiri kecuali Zaid)
12. Yang dimaksud dengan Kalimat Naqish adalah kalimat yang di
dalamnya tidak ada al mustatsna minhu.
13. Contoh Al Mustatsna dengan

dalam kalimat Naqish :


( Tidak ada yang berdiri kecuali Zaid)
Yang merupakan Al Mustatsna dalam kalimat-kalimat berikut,
dan jenis kalimatnya :
1.




((Ingatlah) ketika Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya
semua, kecuali seorang perempuan tua (isterinya) yang berada
bersama-sama orang yang tinggal). Ash Shaffat : 134-135.
Al Mustatsna :

Jenis kalimat : tam mujab


2.



(Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia). Al Muddatstsir : 25.
Al Mustatsna :

Jenis kalimat : tam manfi


3.


(Tidaklah aku ini melainkan pemberi peringatan yang nyata). Asy
Syu'ara : 115.
Al Mustatsna :

Jenis kalimat : tam manfi


4.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

260
(Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa). Al
Haqqah : 37.
Al Mustatsna :
5.

Jenis kalimat : naqish manfi

(Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan). Al Waqi'ah


: 79.
Al Mustatsna :

Jenis kalimat : naqish manfi

Harakat pada Al Mustatsna dalam kalimat-kalimat berikut :


1.
2.

( Tidak ada yang terlambat kecuali Hammad)







(Tidak ada penumpang yang selamat kecuali seorang anak kecil)


3.


(Agar kalian tidak beribadah kecuali kepada Alloh).

4.
5.


( Murid-murid datang kecuali Khalid).





(Murid-murid menulis pelajaran kecuali yang malas).
BAGAN TENTANG RUKUN AL ISTITSNA DAN HUKUM AL
MUSTATSNA DENGAN
RUKUN AL ISTITSNA

Hukum Al
Mustatsna

Jenis
Al Istitsna

Al
Mustatsna

Adat
Al Istitsna

Al Mustatsna
Minhu

Wajib nashab

Tam Mutsbat

Boleh nashab
atau badal
Dii'rab sesuai
dg posisinya

Tam Manfi

Naqish Manfi

Panduan Belajar

Kalimat







Ilmu Nahwu

261
Hukum Kata yang Dikecualikan dengan

dan

Penulis berkata :


, , , ,
Dan Al Mustatsna dengan

, , , dan , dijar. Tidak ada i'rab


lainnya.

Penjelasan :
Ada beberapa lafadz yang memiliki makna

yang juga dipakai untuk

menunjukkan pengecualian. Di antara lafadz-lafadz itu ada yang berupa isim,

dan . Di antara lafadz-lafadz itu ada juga yang berupa fi'il dan
huruf, yaitu :
, dan .
Adapun dan , maka hukum kata yang dikecualikan dengannya adalah
jar (khafadh) karena penyandaran (idhafah) atau kepada kata
yaitu :

tersebut. Oleh karena itu, tanwin pada kedua lafadz tersebut hilang ketika
digunakan di dalam kalimat karena keduanya menjadi mudhaf. Telah lewat
penjelasan bahwa mudhaf tidak boleh bertanwin. Lafadz
i'rab kata yang dikecualikan dengan

. Contohnya :

dii'rab seperti


( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Zaid).
Dengan menashabkan lafadz

sebagaimana dalam kalimat :


( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Zaid).

Dengan menashabkan lafadz

Contoh lain :


( Sekelompok orang itu tidak berdiri kecuali Zaid), atau

( Sekelompok orang itu tidak berdiri kecuali Zaid)
dengan menashabkan

karena Al Istitsna atau dengan merafa'kannya ()

sebagai badal, sebagaimana kalimat :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

262

atau
.
Contoh lain :


( Tidak ada yang berdiri kecuali Zaid)
Dengan merafa'kan karena menjadi fa'il, sebagaimana kalimat :

( Tidak ada yang berdiri kecuali Zaid)
Adat Al Istitsna yang sama dengan adalah . Lafadz ini memiliki
beberapa lughoh (cara pengucapan). Bisa dibaca dengan : ( seperti lafadz

) , dan ini adalah cara pengucapan yang paling terkenal. Juga bisa dibaca
dengan :

(seperti lafadz ) , dan juga

( seperti lafadz ( .

Soal-Soal Latihan
1. Apa hukum Al Mustatsna dengan

dan ?

2. Mengapa tanwin pada kedua lafadz tersebut hilang ketika digunakan di


dalam kalimat?
3. Berikan contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Al
Mustatsna dengan

4. Bagaimana i'rab lafadz

5. Berapa jumlah cara pengucapan lafadz

? Sebutkan!

6. Berikan contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Al


Mustatsna dengan

Tentukan mana yang merupakan Al Mustatsna dalam kalimatkalimat berikut, dan sebutkan jenis kalimatnya!
1.



(Tidaklah sama antara mu'min yang duduk (yang tidak ikut berperang)
selain yang mempunyai 'udzur). An Nisa' : 95.

2.

( Tidaklah melakukannya kecuali sedikit di antara


mereka).

3.

(Wahai Tuhan kami, keluarkanlah kami. Niscaya kami akan


mengerjakan amal yang shalih berlainan dengan yang telah kami
kerjakan). Fathir : 37.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

263
4.

((Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada


mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)
mereka yang sesat). Al Fatihah : 7.

5.

( Pada harta ada hak-hak selain zakat).



Berilah harakat pada


kalimat berikut :
1.
2.

, dan Al Mustatsna-nya dalam kalimat-

( Tidak ada yang bersedih kecuali Ammar).


( Tidak ada seorangpun yang mengunjungiku
kecuali orang-orang yang baik).

3.
4.
5.



( Murid-murid datang kecuali satu orang).

( Saya tidak melihat selain seorang murid).






( Tamu-tamu sudah pergi kecuali satu orang).

Kunci Jawaban

dan adalah jar (khafadh) karena


penyandaran (idhafah) atau kepada kata tersebut.

1. Hukum Al Mustatsna dengan

2. Tanwin pada kedua lafadz tersebut hilang ketika digunakan di dalam


kalimat karena keduanya menjadi mudhaf.
3. Contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Mustatsna
dengan


( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Zaid).

adalah seperti i'rab kata yang dikecualikan dengan .


Cara pengucapan lafadz ada tiga :
a. Bisa dibaca dengan : ( seperti lafadz
) , dan ini adalah cara

4. I'rab lafadz
5.

pengucapan yang paling terkenal.

b. bisa dibaca dengan :


c. Bisa dibaca dengan :

(seperti lafadz ) .

( seperti lafadz ( .

6. Contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Mustatsna


dengan

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

264

( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Zaid).

Yang merupakan Al Mustatsna dalam kalimat-kalimat berikut, dan


jenis kalimatnya!
1.



(Tidaklah sama antara mu'min yang duduk (yang tidak ikut berperang)
selain yang mempunyai 'udzur). An Nisa' : 95.
Al Mustatsna :

Jenis kalimat : tam manfi


2.

( Tidaklah melakukannya kecuali sedikit di antara


mereka).

Al Mustatsna :

Jenis kalimat : naqish manfi


3.

(Wahai Tuhan kami, keluarkanlah kami. Niscaya kami akan


mengerjakan amal yang shalih berlainan dengan yang telah kami
kerjakan). Fathir : 37.
Al Mustatsna :

Jenis kalimat : tam mutsbat


4.

((Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada


mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)
mereka yang sesat). Al Fatihah : 7.
Al Mustatsna :

Jenis kalimat : naqish mutsbat


5.

( Pada harta ada hak-hak selain zakat).




Al Mustatsna :

Jenis kalimat : tam mutsbat


Harakat pada
berikut :

, dan Al Mustatsna-nya dalam kalimat-kalimat

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

265
1.
2.


( Tidak ada yang bersedih kecuali Ammar).

) : (
( Tidak ada seorangpun

yang

mengunjungiku kecuali orang-orang yang baik).


3.
4.
5.


( Murid-murid datang kecuali satu orang).

( Saya tidak melihat selain seorang murid).




( Tamu-tamu sudah pergi kecuali satu orang).

Hukum Kata yang Dikecualikan dengan

, , dan

Penulis berkata :

"
, , ,
" ,

",
.""
"
Dan Al Mustatsna dengan

, , dan boleh dinashab atau dijar.


Contohnya:

.""
"
"
" "

Penjelasan :
Pada perkataan di atas, Ibnu Ajurrum menerangkan tentang kata yang
dikecualikan dengan

, , dan . Ada dua i'rab pada kata ini :

Pertama : dinashab sebagai maf'ul bih. Jadi, adat istitsnanya (

) kita tetapkan sebagai fi'il.

, , dan

Contohnya :



Terjemah lafdziyyah :

: berdiri

: sekelompok orang itu

: kecuali

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

266

: Zaid

Terjemah maknawiyyah : Sekelompok orang itu berdiri kecuali Zaid


I'rabnya :

:






:

, :




: fi'il dan fa'il.

: fi'il madhi yang mabni di atas fathah yang tidak nampak. Fa'ilnya

: maf'ul bih yang dinashab. Tanda nashabnya adalah fathah yang

adalah dhamir yang wajib disembunyikan.

nampak.
Contoh lain :


( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Amr)

( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Bakr)
I'rab kedua kalimat di atas sama dengan i'rab kalimat

I'rab Kedua pada kata yang dikecualikan dengan

, , dan :

Dijar sebagai isim majrur. Jadi, adat istitsnanya (

tetapkan sebagai huruf jar.

, ,

dan

kita

Contohnya :



Terjemah lafdziyyah :

: berdiri

: sekelompok orang itu

: kecuali

: Zaid

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

267
Terjemah maknawiyyah : Sekelompok orang itu berdiri kecuali Zaid.
I'rabnya :

:



:
, :


: fi'il dan fa'il.

: huruf jar.

: isim majrur. Tanda jarnya adalah kasrah yang nampak.

Contoh lain :


( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Amr)


( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Bakr)
I'rab kedua kalimat di atas sama dengan i'rab kalimat

Soal-Soal Latihan

, , dan ?
, , dan dinashab

1. Apa hukum Al Mustatsna dengan


2. Ketika Al Mustatsna dengan

sebagai

maf'ul bih, adat istitsnanya ditetapkan sebagai apa?


3. Berikan contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Al

!
, ,

Mustatsna yang dinashab dengan


4. Ketika Al Mustatsna dengan

dan

dijar sebagai isim

majrur, adat istitsnanya ditetapkan sebagai apa?


5. Berikan contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Al
Mustatsna yang dijar dengan

Berilah harakat pada Al Mustatsna dalam kalimat-kalimat berikut :


1.

(Tidak ada murid yang tidak lulus kecuali satu

orang).
2.
3.



(Para murid lulus kecuali Zaid).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

268
(Tidak ada seorangpun yang keluar dari kelas kecuali Khalid).
4.
5.

( Saya mengenal mereka kecuali satu orang).

(Hakim itu melepaskan tuduhan dari para terdakwa selain dari seorang
di antara mereka).

Kunci Jawaban
1. Hukum Al Mustatsna dengan

, , dan ada dua :

Pertama : dinashab sebagai maf'ul bih.


Kedua : dijar sebagai isim majrur.
2. Ketika Al Mustatsna dengan

, ,

dan

dinashab sebagai

maf'ul bih, adat istitsnanya ditetapkan sebagai fiil.


3. Contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Mustatsna yang
dinashab dengan


( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Zaid)
4. Ketika Al Mustatsna dengan

, ,

dan

dijar sebagai isim

majrur, adat istitsnanya ditetapkan sebagai huruf jar.


5. Contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Mustatsna yang
dijar dengan


( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Amr)
Harakat pada Al Mustatsna dalam kalimat-kalimat berikut :
1.

(Tidak ada murid yang tidak lulus kecuali satu

orang).
2.
3.



(Para murid lulus kecuali Zaid).



(Tidak ada seorangpun yang keluar dari kelas kecuali Khalid).

4.
5.

( Saya mengenal mereka kecuali satu orang).






(Hakim itu melepaskan tuduhan dari para terdakwa selain dari seorang
di antara mereka).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

269
Jenis Ketujuh dari Isim-Isim yang Dinashab :
Isim Laa (

) Nafiyah Lil Jinsi

Penulis berkata :


"
""



""

" : ,""


."
Bab Laa
Ketahuilah bahwa Laa ( ) menashabkan isim nakirah tanpa tanwin apabila
Laa bertemu langsung dengan isim nakirah itu dan tidak berulang-ulang.
Contohnya :

Jika Laa tidak bertemu langsung dengan nakirah maka wajib mengulang Laa.
Contohnya :

( Tidak ada seorangpun laki-laki maupun perempuan di


rumah itu).

Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1. Menyebutkan dan memahami definisi Laa ( ) Nafiyah Lil Jinsi

2. Menyebutkan dan menjabarkan pengaruh Laa ( ) Nafiyah Lil Jinsi.

3. Menyebutkan syarat-syarat agar Laa Nafiyah Lil Jinsi memiliki


pengaruh seperti

4. Membuat kalimat yang di dalamnya terdapat Laa ( ) Nafiyah Lil Jinsi.


Penjelasan: Laa (

) Nafiyah Lil Jinsi

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

270
Definisnya: Laa (

) Nafiyah Lil Jinsi adalah huruf yang berfungsi

meniadakan khabar dari seluruh jenis benda yang terletak setelah huruf ini.
Misalnya, jika antum berkata :

( Tidak ada laki-laki di rumah itu)

Maka maknanya adalah tidak ada seorangpun laki-laki di rumah itu.


Pengaruh ('amal) nya : Laa Nafiyah Lil Jinsi memiliki pengaruh seperti

yaitu menashabkan isim dan merafa'kan khabar.


Contohnya : Perkataan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :



"Tidak ada seorangpun yang lebih pencemburu daripada Alloh."
(Muttafaqun 'alaih dari hadits Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu).
I'rabnya :

, :

, :

: nafiyah lil jinsi.

: isim , mabni di atas fathah.

: khabar ,marfu', dan tanda rafa'nya adalah dhammah.

Syarat-syarat agar Laa Nafiyah Lil Jinsi memiliki 'amal (pengaruh)


seperti

1. Isim dan khabarnya sama-sama nakirah.


2. Isimnya bergandeng langsung dengan huruf tersebut.
Contoh Laa Nafiyah Lil Jinsi dari Al Qur'an Al Karim adalah firman Alloh ta'ala :


"Tiada sesembahan yang berhak diibadahi selain Alloh." (Ash Shafat : 35).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

271

"Tiada sekutu bagiNya." (Al An'am : 163).
Ketahuilah bahwa ketika Laa Nafiyah Lil Jinsi memenuhi kedua syarat di atas
dan tidak disebutkan berulang kali, maka wajib menerapkan 'amalannya
sebagaimana 'amalan

. Adapun ketika Laa tersebut memenuhi kedua syarat

di atas, tetapi huruf Laa disebutkan berulang kali, maka huruf ini memiliki
hukum lain yang diisyaratkan oleh penulis dengan perkataan beliau :

"
."




,""
"
."



Jika Laa disebut secara berulang (berarti bertemu langsung dengan nakirah),
maka boleh menerapkan pengaruhnya (menjadikan Laa sebagai 'amil yang
menashabkan isimnya) atau tidak menerapkannya. Maka jika antum ingin,

antum katakan :
Dan jika antum ingin, antum katakan:


."

Penjelasan :
Penulis menyebutkan bahwa jika Laa Nafiyah Lil Jinsi disebutkan berulang
kali, maka dia memiliki dua hukum :
Pertama : menerapkan 'amalannya, yaitu amalan
terletak setelah Laa ini difathah.
Contohnya

Terjemah lafdziyyah :

: tidak ada

: laki-laki

sehingga kata yang

: di

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

272

: rumah itu

: dan

: tidak ada

: perempuan

Terjemah maknawiyyah : Tidak ada laki-laki di rumah itu dan tidak pula
perempuan.
I'rabnya :

, :

:
:


,
, :

: nafiyah lil jinsi

: isimnya, mabni di atas fathah, berada pada kedudukan nashab

: huruf 'athaf

: nafiyah lil jinsi

: isimnya, mabni di atas fathah, berada pada kedudukan nashab.

: huruf jar dan isim yang dijar, memiliki keterkaitan dengan sebuah

kata yg dibuang. Huruf jar dan isim yang dijar ini adalah khabar
laa.

Khabar laa yg kedua ini dibuang.

Hukum Kedua : tidak menerapkan 'amalan


setelahnya dirafa'.
Contohnya

Panduan Belajar

sehingga kata yang terletak



Ilmu Nahwu

273
Terjemah lafdziyyah :

: tidak ada

: laki-laki

: rumah itu

: dan

: tidak ada

: perempuan

: di

Terjemah maknawiyyah : Tidak ada laki-laki di rumah itu dan tidak pula
perempuan.
I'rabnya :

:
:

:

, :

: nafiyah lil jinsi yang tidak diterapkan 'amalnya

: mubtada yang marfu'


: huruf jar dan isim yang dijar, memiliki keterkaitan dengan sebuah

: huruf 'athaf

: nafiyah lil jinsi yang tidak diterapkan 'amalnya

: mubtada yang marfu'. Khabarnya dibuang, diperkirakan berupa :

kata yg dibuang. Huruf jar dan isim yang dijar ini adalah khabar
dari mubtada' di atas

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

274


Soal-Soal Latihan
1. Apa definisi Laa (

) Nafiyah Lil Jinsi?

2. Berikan contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Laa (


Nafiyah Lil Jinsi !

3. Apa pengaruh dari Laa ( ) Nafiyah Lil Jinsi?

4. Sebutkan syarat-syarat agar Laa Nafiyah Lil Jinsi memiliki 'amal


(pengaruh) seperti

5. Jika Laa Nafiyah Lil Jinsi memenuhi syarat di atas dan disebutkan
berulang kali, berapa hukum yang berlaku padanya? Sebutkan!

Tentukan mana lafadz yang merupakan isim Laa (


Jinsi dalam kalimat-kalimat berikut :
1.

) Nafiyah Lil


(Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung!) Al Qiyamah : 11.

2.





(Kitab (Al Quran) itu tidak ada keraguan padanya). Al Baqarah : 2.

3.


(Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Alloh).

4.

(Jika orang yang berpuasa makan karena lupa, maka tidak ada dosa
dan kaffarah atasnya).
5.


(Untuk menunjukkan kepada kita bahwa harus ada ilmu dan amal
sekaligus).

Berilah harakat pada isim Laa (


kalimat berikut :
1.

) Nafiyah Lil Jinsi dalam kalimat-


( Tidak ada seorangpun yang terlambat hari ini).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

275
2.



(Tidak ada perkara yang haram pada keadaan darurat).

3.


(Padahal dia tidak waspada dengan hal itu).

4.
5.

( Tidak ada kejelekan yang terpuji).


( Tidak ada televisi dan anjing di rumah saya).

Kunci Jawaban
1. Definisi Laa (

) Nafiyah Lil Jinsi adalah huruf yang berfungsi

meniadakan khabar dari seluruh jenis benda yang terletak setelah


huruf ini.
2. Contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Laa (
Jinsi :

) Nafiyah Lil

( Tidak ada laki-laki di rumah itu)



3. Pengaruh dari Laa (

) Nafiyah Lil Jinsi yaitu menashabkan isim dan

merafa'kan khabar.
4. Syarat-syarat agar Laa Nafiyah Lil Jinsi memiliki 'amal (pengaruh)
seperti

a. Isim dan khabarnya sama-sama nakirah.


b. Isimnya bergandeng langsung dengan huruf tersebut.

5. Jika Laa Nafiyah Lil Jinsi memenuhi syarat di atas dan disebutkan
berulang kali, ada dua hukum yang berlaku padanya :
Pertama : menerapkan 'amalannya, yaitu amalan
yang terletak setelah Laa ini difathah.
Kedua : tidak menerapkan 'amalan
setelahnya dirafa'.

Lafadz yang merupakan isim Laa (


kalimat-kalimat berikut :
1.

sehingga kata

sehingga kata yang terletak

) Nafiyah Lil Jinsi dalam


(Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung!) Al Qiyamah : 11.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

276





Isim Laa :
2.

(Kitab (Al Quran) itu tidak ada keraguan padanya). Al Baqarah : 2.


Isim Laa :
3.


(Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Alloh).
Isim Laa :

4.

(Jika orang yang berpuasa makan karena lupa, maka tidak ada dosa
dan kaffarah atasnya).

,

Isim Laa :

5.

(Untuk menunjukkan kepada kita bahwa harus ada ilmu dan amal
sekaligus).
Isim Laa :

Harakat pada isim Laa (


berikut :
1.
2.

) Nafiyah Lil Jinsi dalam kalimat-kalimat


( Tidak ada seorangpun yang terlambat hari ini).



(Tidak ada perkara yang haram pada keadaan darurat).

3.


(Padahal dia tidak waspada dengan hal itu).

4.
5.

( Tidak ada kejelekan yang terpuji).


( Tidak ada televisi dan anjing di rumah saya).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

277

Jenis Kedelapan dari Isim-Isim yang Dinashab : Al Munada


Penulis berkata :

,

,



,
,
:


,

.

.
."" " "
Bab Al Munada (Yang Dipanggil)
Al Munada itu ada lima, yaitu :
1. Nama-nama

)(

)

(

3. Nakirah yang belum jelas )



(
4. Yang diidhafahkan )

(

5. Yang menyerupai mudhaf )


(
2. Nakirah yang sudah jelas

Adapun Mufrad Alam dan Nakirah Maqshudah maka ia dimabnikan di atas


dhammah tanpa tanwin. Contohnya :

( Hai Zaid)
( Wahai seorang laki-laki)

Dan tiga munada sisanya itu dinashab, tidak ada i'rab lain.
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.

Menyebutkan dan memahami susunan kalimat panggilan.


Menyebutkan dan menjabarkan jenis-jenis Al Munada.
Menyebutkan dan memahami hukum i'rab dari setiap jenis Al Munada.
Membuat kalimat yang di dalamnya terdapat Al Munada.
Menentukan Al Munada dalam sebuah kalimat.

Penjelasan :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

278
Bentuk kalimat panggilan adalah salah satu di antara bentuk kalimat yang
biasa dipakai dalam percakapan kita sehari-hari. Sebab, kita sering
memanggil seseorang untuk suatu urusan. Kita memanggilnya dengan
namanya dan kita katakan :

( Hai Zaid)
Atau kita memanggilnya dengan salah satu sifatnya sehingga kita berkata :

( Hai pintar)
Bentuk kalimat panggilan tersusun dari dua kata :
Pertama : Huruf Nida, yaitu huruf yang dipakai untuk memanggil. Di antara
huruf-huruf nida yaitu :

, , ,
Kedua : Al Munada, yaitu nama seseorang yang dipanggil atau diminta
untuk datang. Permintaan ini menggunakan salah satu huruf nida.
Jenis- Jenis Al Munada
Al Munada dilihat dari sisi i'rab dan bentuknya, ada dua jenis : Mabni dan
Mu'rab.
Jenis Al Munada yang Pertama : Al Munada Al Mabni
Al Munada yang mabni ada dua bagian : Al Mufrad Al 'Alam dan An Nakirah Al
Maqshudah. Keduanya mabni di atas dhammah tanpa tanwin.
1.


(Nama yang Berbentuk Mufrad)
Definisinya : Al Mufrad Al 'Alam adalah nama yang bukan berupa
mudhaf dan bukan pula kata yang menyerupai mudhaf. Yang dimaksud
dengan mudhaf adalah sebuah isim yang disandarkan kepada isim lain.
Jadi yang dimaksud dengan mufrad di sini bukanlah isim mufrad.
Contohnya : Firman Alloh ta'ala :



"Wahai Adam." (Al Baqarah : 33)

"Wahai Maryam." (Ali 'Imran : 43)


I'rabnya :


:
Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

279


:

: huruf nida

: munada yang mabni di atas dhammah karena berupa mufrad


'alam

I'rab ayat kedua sama dengan i'rab di atas.


Jenis Al Munada Al Mabni yang selanjutnya :
2.


) Nakirah yang Sudah Jelas)
Definisinya : An Nakirah Al Maqshudah adalah isim nakirah yang disebut
untuk memanggil seseorang yang sudah jelas atau diketahui. Artinya
walaupun berupa isim nakirah, tapi tidak lagi bersifat umum sebagaimana
hukum asal nakirah.
Pada pembahasan awal tentang isim nakirah kita ketahui bahwa isim
nakirah adalah "Setiap isim yang jenisnya masih umum dan tidak
mengkhususkan suatu hal tertentu." Tetapi pada bab munada ini, ada isim
nakirah yang digunakan untuk memanggil seseorang yang sudah jelas
atau sudah diketahui. Isim inilah yang disebut dengan An Nakirah Al
Maqshudah.
Contohnya : Perkataan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :


"Hai, Nak. Sebutlah nama Alloh."
(Muttafaqun 'alaih dari 'Umar bin Abi Salamah)
Walaupun pada kalimat di atas lafadz

berupa isim nakirah, tetapi

beliau shallallahu 'alaihi wa sallam dengan lafadz itu memanggil seseorang


yang sudah beliau kenal, yaitu seorang shahabat yang ketika itu masih
kecil bernama 'Umar bin Abi Salamah radhiallahu 'anhu.
I'rabnya :

: huruf nida

: munada yang mabni di atas dhammah karena berupa nakirah

maqshudah.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

280
Jenis Al Munada yang Kedua : Al Munada Al Mu'rab
Al Munada Al Mu'rab ada tiga macam : An Nakirah Ghairul Maqshudah, Al
Munada Al Mudhaf, dan Asy Syabih Bil Mudhaf. Ketiga macam munada ini
dinashab.
1.


) Nakirah yang Belum Jelas(

Definisinya : An Nakirah Ghairul Maqshudah adalah isim nakirah yang


disebut bukan untuk memanggil seseorang yang sudah jelas atau diketahui.
Bahkan isim nakirah ini mencakup semua individu yang ditunjukkan olehnya.
Artinya isim ini masih bersifat umum sebagaimana hukum asalnya. Munada ini
adalah kebalikan dari Munada An Nakirah Al Maqshudah.
Contohnya : Perkataan seseorang yang berceramah :

( Wahai orang yang lalai, sadarlah!)


I'rabnya :

: huruf nida

: munada yang manshub karena berupa nakirah ghairu maqshudah.


2.



) Al Munada yang Diidhafahkan)

Definisinya : Al Munada Al Mudhaf adalah munada yang tersusun dari dua


isim, yang mana isim yang terletak pada urutan kedua dijar. Jadi munada ini
terdiri dari mudhaf dan mudhaf ilaih.
Contohnya : Firman Alloh ta'ala :


"Wahai ahli kitab." (Ali 'Imran : 64).

"Wahai kaum kami." (Al Ahqaf : 31).


I'rabnya :



:


Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

281


:

: huruf nida


: munada yang manshub karena berupa mudhaf
: mudhaf ilaih

Jadi munadanya adalah lafadz

I'rab ayat kedua sama dengan i'rab di atas.

3.


(Al Munada yang Menyerupai Mudhaf(


Definisinya : Asy Syabih Bil Mudhaf adalah munada yang bergandeng
dengan kata yang menyempurnakan makna munada tersebut.
Contohnya :

(Wahai pendaki gunung!)

I'rabnya :

: huruf nida

: munada yang manshub karena berupa syabih bil mudhaf

: maf'ul bih yang manshub

Kenapa isim yang terletak setelah munada syabih bil mudhaf di'irab
sebagai maf'ul bih? Sebab, munada tersebut berupa sifat (umumnya
berupa isim fa'il atau maf'ul) yang beramal dengan amalan fi'ilnya. Yang
namanya fi'il itu pasti butuh maf'ul bih. Maka isim yang terletak setelah
munada ini di'irab sebagai maf'ul bih. Jadi dalam kalimat di atas seakanakan antum berkata :

Panduan Belajar

( Wahai orang yang mendaki gunung).

Ilmu Nahwu

282
Soal-Soal Latihan
1.
2.
3.
4.

Berapa jumlah penyusun kalimat panggilan? Sebutkan!


Sebutkan empat contoh huruf Nida!
Apa yang dimaksud dengan Al Munada?
Dilihat dari sisi i'rab dan bentuknya, ada berapa jenis Al Munada?
Sebutkan!
5. Apa hukum i'rab Al Munada yang mabni?
6. Al Munada yang mabni terdiri dari berapa bagian? Sebutkan!
7. Apa yang dimaksud dengan Al Munada Al Mufrad Al 'Alam?
8. Berikan contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Munada
Al Mufrad Al 'Alam!
9. Apa yang dimaksud dengan Al Munada An Nakirah Al Maqshudah?
10. Berikan contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Munada
An Nakirah Al Maqshudah!
11. Apa hukum i'rab Al Munada yang mu'rab?
12. Al Munada yang mu'rab terdiri dari berapa bagian? Sebutkan!
13. Apa yang dimaksud dengan Al Munada An Nakirah Ghairul Maqshudah?
14. Berikan contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Munada
An Nakirah Ghairul Maqshudah!
15. Apa yang dimaksud dengan Al Munada Al Mudhaf?
16. Berikan contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Munada
Al Mudhaf!
17. Apa yang dimaksud dengan Al Munada Asy Syabih Bil Mudhaf?
18. Berikan contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Munada
Asy Syabih Bil Mudhaf!
Tentukan mana lafadz yang merupakan Al Munada dalam kalimatkalimat berikut dan tentukan jenisnya :
1.



(Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu
dengan seorang anak). Maryam : 7

2.
3.

( Wahai orang yang bodoh, belajarlah!)


!




(Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh).
Maryam : 12.

4.

(Semoga keselamatan tercurah kepada kalian wahai penghuni kubur)


5.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

283
(Wahai orang yang mengajarkan kebaikan, bergembiralah dengan
pahala yang besar!)
Berilah harakat akhir pada Al Munada dalam kalimat-kalimat berikut :

1.
2.
3.
4.
5.

( Hai Khalid, kemarilah!)


( Tauhid dulu wahai para da'i Islam!)

( Wahai Ibrahim, fahamilah!)



( Hai Nak, hati-hatilah!)
!( Bersungguh-sungguhlah wahai penuntut ilmu!)

Kunci Jawaban
1. Penyusun kalimat panggilan ada dua, yaitu huruf nida dan al munada.
Empat contoh huruf Nida :

, , ,

2. Yang dimaksud dengan Al Munada yaitu nama seseorang yang


dipanggil atau diminta untuk datang.
3. Dilihat dari sisi i'rab dan bentuknya, Al Munada ada dua jenis : Mabni
dan Mu'rab.
4. Hukum i'rab Al Munada yang mabni adalah mabni di atas dhammah
tanpa tanwin.
5. Al Munada yang mabni terdiri dari dua bagian :
Al Mufrad Al 'Alam dan An Nakirah Al Maqshudah.
6. Yang dimaksud dengan Al Munada Al Mufrad Al 'Alam adalah nama
yang bukan berupa mudhaf dan bukan pula kata yang menyerupai
mudhaf.
7. Contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Munada Al
Mufrad Al 'Alam :


" Wahai Adam." (Al Baqarah : 33)

8. Yang dimaksud dengan Al Munada An Nakirah Al Maqshudah adalah


isim nakirah yang disebut untuk memanggil seseorang yang sudah
jelas atau diketahui.
9. Contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Munada An
Nakirah Al Maqshudah :


"Hai, Nak. Sebutlah nama Alloh."
10. Hukum i'rab Al Munada yang mu'rab adalah dinashab.
11. Al Munada yang mu'rab terdiri dari tiga bagian : An Nakirah Ghairul
Maqshudah, Al Munada Al Mudhaf, dan Asy Syabih Bil Mudhaf.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

284
12. Yang dimaksud dengan Al Munada An Nakirah Ghairul Maqshudah
adalah isim nakirah yang disebut bukan untuk memanggil seseorang
yang sudah jelas atau diketahui.
13. Contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Munada An
Nakirah Ghairul Maqshudah :

(Wahai orang yang lalai,

sadarlah!)
14. Yang dimaksud dengan Al Munada Al Mudhaf adalah munada yang
tersusun dari dua isim, yang mana isim yang terletak pada urutan
kedua dijar.
15. Contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Munada Al
Mudhaf adalah firman Alloh ta'ala :


"Wahai ahli kitab." (Ali 'Imran : 64).
16. Yang dimaksud dengan Al Munada Asy Syabih Bil Mudhaf adalah
munada yang bergandeng dengan kata yang menyempurnakan makna
munada tersebut.
17. Contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Munada Asy
Syabih Bil Mudhaf :

( Wahai pendaki gunung!)

Lafadz yang merupakan Al Munada dalam kalimat-kalimat berikut


dan jenisnya :
1.



(Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu
dengan seorang anak). Maryam : 7

: munada al mufrad al 'alam


2.

( Wahai orang yang bodoh, belajarlah!)


!

: munada an nakirah ghairul maqshudah

3.




(Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh).
Maryam : 12.

: munada al mufrad al 'alam


4.

(Semoga keselamatan tercurah kepada kalian wahai penghuni kubur).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

285
: munada mudhaf
5.



(Wahai orang yang mengajarkan kebaikan, bergembiralah dengan
pahala yang besar!)

: munada asy syabih bil mudhaf


Harakat akhir pada Al Munada dalam kalimat-kalimat berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

( Hai Khalid, kemarilah!)


( Tauhid dulu wahai para da'i Islam!)

( Wahai Ibrahim, fahamilah!)



( Hai Nak, hati-hatilah!)

!
( Bersungguh-sungguhlah wahai penuntut ilmu!)

BAGAN TENTANG JENIS-JENIS AL MUNADA DAN HUKUM-HUKUM


DARI SETIAP JENIS TERSEBUT
AL MUNADA

Mu'rab
(Manshub)

Asy Syabih
Bil Mudhaf

Al Mudhaf

Panduan Belajar

Mabni (Berada Pada


Kedudukan Nashab)

An Nakirah
Ghairul
Maqshudah

An Nakirah
AlMaqshudah

Al Mufrad
Al 'Alam

Ilmu Nahwu

286
Jenis Kesembilan dari Isim-Isim yang Dinashab : Al Maf'ul Li Ajlih
Penulis berkata :


"

,
"


,
"
."



Bab Al Maful Li Ajlih
Maful Li Ajlih adalah isim yang dinashab yang disebutkan untuk menjelaskan
sebab terjadinya suatu perbuatan. Contohnya :


( Zaid berdiri untuk memuliakan 'Amr)


( Saya sengaja menemuimu dalam rangka mengharap

kebaikanmu).

Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.

Menyebutkan dan memahami definisi Maful Li Ajlih.


Menyebutkan dan memahami ciri-ciri Maful Li Ajlih.
Membuat kalimat yang di dalamnya terdapat Maful Li Ajlih.
Menentukan Maful Li Ajlih dalam sebuah kalimat.

Penjelasan

: Maful Li Ajlih

Definisinya : Maful Li Ajlih adalah isim yang dinashab yang disebutkan


untuk menjelaskan sebab terjadinya suatu perbuatan.
Contohnya




Terjemah lafdhiyyah :

: saya sengaja menemuimu


: dalam rangka

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

287

: kebaikanmu

Terjemah maknawiyyah :
Saya sengaja menemuimu dalam rangka mengharap kebaikanmu.
I'rabnya :

maf'ul li ajlih yang manshub, disebutkan untuk menjelaskan sebab

terjadinya fi'il yang terletak sebelumnya, yaitu


( sengaja menemui).

Hal yang menyebabkannya sengaja menemui adalah mengharap kebaikan

).

Ciri-Ciri Maf'ul Li Ajlih : tepat bila digunakan sebagai jawaban dari


pertanyaan "Kenapa?" Misalnya perkataan antum :



Terjemah lafdhiyyah :

: saya datang

: senang

: ilmu

: dalam

Terjemah maknawiyyah : Saya saya datang karena senang terhadap ilmu.


Lafadz

adalah Maf'ul Li Ajlih karena tepat bila digunakan sebagai jawaban

dari pertanyaan kita,"Kenapa antum datang?"

Di antara contoh-contoh Maf'ul Li Ajlih dari Al Qur'an Al Karim adalah :


"Janganlah kalian rujuk dengan mereka untuk memberi kemudharatan." (Al
Baqarah : 231).


" Mereka menginfaqkan harta mereka karena mencari keridhaan Allah." (Al
Baqarah :265).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

288
Dan contoh dari hadits :

"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melarang puasa wishal karena kasihan


terhadap mereka."
(Hadits muttafaqun 'alaih dari 'Aisyah radhiallahu 'anha).
Lafadz

adalah isim manshub yang disebutkan untuk menjelaskan sebab

terjadinya fi'il (perbuatan) yang terletak sebelum lafadz itu, yaitu

(larangan). Jadi, sebab yang menjadikan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam

melarang puasa wishal adalah karena kasihan (


) kepada mereka, yaitu
umat beliau.

Soal-Soal Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan Maful Li Ajlih?
2. Berikan contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Maful Li
Ajlih!
3. Apa ciri-ciri Maf'ul Li Ajlih?
Tentukan mana lafadz yang merupakan Maful Li Ajlih dalam
kalimat-kalimat berikut :
1.

(Mereka menyumbat telinga mereka dengan jari-jari mereka karena


(mendengar suara) petir, sebab takut akan mati). Al Baqarah : 19.

2.





(Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat
mengembalikan kalian kepada kekafiran setelah kalian beriman, karena
dengki yang (timbul) dari diri mereka). Al Baqarah : 109.

3.





(Maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat
darinya untuk menimbulkan fitnah). Ali 'Imran : 7.

4.


(Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut
miskin). Al Isra' : 31.

5.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

289
(Dahulu saya bertanya kepada beliau tentang kejelekan karena
khawatir kejelekan itu akan menjumpai saya).
Berilah harakat akhir pada Maful Li Ajlih dalam kalimat-kalimat
berikut :
1.

(Zaid pergi ke Madinah untuk menuntut ilmu)


2.
3.
4.

(Dia memukul anaknya untuk mendidiknya).






( Saya datang unuk memenuhi undangannya).

(Janganlah engkau beramal karena mengharap pujian orang).

5.

(Apakah engkau meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat karena


takut kepada Alloh?).
Kunci Jawaban
1. Yang dimaksud dengan Maful Li Ajlih adalah isim yang dinashab yang
disebutkan untuk menjelaskan sebab terjadinya suatu perbuatan.
2. Contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Maful Li Ajlih:




(Saya sengaja menemuimu dalam rangka mengharap kebaikanmu).
3. Ciri-ciri Maf'ul Li Ajlih yaitu tepat bila digunakan sebagai jawaban dari
pertanyaan "Kenapa?"
Lafadz yang merupakan Maful Li Ajlih dalam kalimat-kalimat
berikut :
1.

(Mereka menyumbat telinga mereka dengan jari-jari mereka karena


(mendengar suara) petir, sebab takut akan mati). Al Baqarah : 19.
Maful li ajlih :

2.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

290
(Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat
mengembalikan kalian kepada kekafiran setelah kalian beriman, karena
dengki yang (timbul) dari diri mereka). Al Baqarah : 109.
Maful li ajlih :

3.





(Maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat
darinya untuk menimbulkan fitnah). Ali 'Imran : 7.

Maful li ajlih :

4.


(Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut
miskin). Al Isra' : 31.
Maful li ajlih :

5.

(Dahulu saya bertanya kepada beliau tentang kejelekan karena


khawatir kejelekan itu akan menjumpai saya).
Maful li ajlih :

Harakat akhir pada Maful Li Ajlih dalam kalimat-kalimat berikut :
1.

(Zaid pergi ke Madinah untuk menuntut ilmu)


2.
3.
4.

(Dia memukul anaknya untuk mendidiknya).






( Saya datang unuk memenuhi undangannya).


(Janganlah engkau beramal karena mengharap pujian orang).

5.

(Apakah engkau meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat karena


takut kepada Alloh?).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

291
Jenis Kesepuluh dari Isim-Isim yang Dinashab : Al Maf'ul Ma'ah
Penulis berkata :




"


""




, ,
."
"
Bab Maful Maah
Maful Maah adalah isim yang dinashab yang disebut untuk menjelaskan
sesuatu yang bersamanya dilakukan suatu perbuatan. Contohnya :

( Penguasa dan para pasukan telah datang).


"


( Air naik beserta pengukur ketinggian sungai).

Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.

Menyebutkan dan memahami definisi Maful Maah.


Menyebutkan dan memahami pembagian Maful Maah.
Membuat kalimat yang di dalamnya terdapat Maful Maah.
Menentukan Maful Maah dalam sebuah kalimat.

Penjelasan

: Maful Maah

Definisinya

: Maful Maah adalah isim yang dinashab yang disebutkan


untuk menjelaskan siapa yang menyertai suatu perbuatan.

Contohnya

: Perkataan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :




Terjemah lafdhiyyah :

: saya diutus

: dan

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

292

: hari kiamat

Terjemah maknawiyyah : Saya diutus beserta hari kiamat.


Jadi makna kalimat di atas adalah :



( Saya diutus beserta hari kiamat).

I'rabnya :

:



:

: fi'il dan naibul fa'il

: wawu ma'iyyah

: maf'ul ma'ah manshub, untuk menjelaskan siapa yang menyertai

suatu perbuatan dari sisi penyertaan saja, bukan dari sisi samasama melakukan perbuatan tersebut.

Jenisnya :
Maf'ul Ma'ah ada dua jenis :
1. Yang Wajib Dinashab Sebagai Maf'ul Ma'ah
Maf'ul Ma'ah jenis pertama ini adalah yang hukumnya (perbuatannya)
tidak boleh disamakan dengan kata yang terletak sebelum wawu
ma'iyyah. Contoh :


Terjemah lafdhiyyah :

: begadang

: Zaid

: dan

: buku

Terjemah maknawiyyah : Zaid begadang beserta buku.


Jadi makna kalimat di atas adalah :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

293

Lafadz

( Zaid begadang beserta buku).


adalah maf'ul ma'ah yang wajib dinashab, sebab

lafadz ini

tidak bisa disamakan dengan Zaid dalam hal begadang. Jadi makna
kalimat di atas bukanlah :

( Zaid dan buku sama-sama begadang)


Contoh yang juga sama dengan maf'ul ma'ah jenis ini adalah perkataan
Ibnu Ajurrum :


Terjemah lafdhiyyah :

: naik

: air

: dan


: kayu (pengukur ketinggian sungai).
Yang merupakan maf'ul ma'ah adalah
Tentang makna

ini, Ibnul Haj berkata di dalam kitab Hasyiyah

beliau halaman 129 :

"Al Khasyabah adalah alat pengukur yang sudah maklum yang dipakai
oleh penduduk Mesir untuk mengetahui kadar ketinggian Sungai Nil ketika
sedang pasang (naik)."
Fotonya adalah sebagai berikut :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

294

Zaman sekarang di negara kita alat seperti itu berupa beton dan terdapat
di waduk atau bendungan.
Terjemah maknawiyyah : Air naik beserta pengukur ketinggian sungai.
Jadi makna kalimat di atas adalah : Air sungai naik, dan bagian air yang
berada di pengukur ketinggian sungai pun ikut naik menggenangi alat itu,
tetapi alat itu tetap berada di tempatnya.
Jenis Maf'ul Ma'ah yang kedua :
2. Yang Boleh Dinashab Sebagai Maf'ul Ma'ah
Maf'ul Ma'ah jenis kedua ini adalah yang hukumnya (perbuatannya) boleh
disamakan dengan kata yang terletak sebelum wawu ma'iyyah. Contoh :


Terjemah lafdhiyyah :

: begadang

: Zaid

: dan

: Ali

Terjemah maknawiyyah : Zaid begadang beserta Ali.


Lafadz

di atas dinashab karena menjadi maf'ul ma'ah.

Jadi makna kalimat di atas adalah :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

295

Selain

( Zaid begadang beserta Ali).


dinashab, lafadz
juga boleh dirafa' sebagai

kata yang

di'athafkan kepada kata sebelumnya, sehingga kalimatnya menjadi :


Terjemah lafdhiyyah :

: begadang

: Zaid

: dan

: Ali

Terjemah maknawiyyah : Zaid dan Ali begadang.


Jadi makna kalimat di atas adalah :

( Zaid begadang dan Ali begadang).


Huruf wawu di atas menjadi wawu 'athaf, bukan wawu ma'iyyah. Pada
keadaan ini (ketika ada maf'ul ma'ah yang perbuatannya boleh disamakan
dengan kata yang terletak sebelum wawu ma'iyyah), terdapat perbedaan
pendapat di kalangan ulama Nahwu. Pendapat yang rajih adalah
menjadikan wawu itu sebagai wawu 'athaf, karena inilah hukum asalnya.
Contoh yang serupa dengan kalimat tersebut adalah perkataan penulis :


"

Terjemah lafdhiyyah :

: telah datang

: dan

: penguasa

"

: pasukan
Terjemah maknawiyyah : Penguasa dan para pasukan telah datang.
Jadi makna kalimat di atas adalah :

( Penguasa dan para pasukan telah datang)


"


Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

296
Soal-Soal Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan Maful Maah?
2. Berikan contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Maful
Maah!
3. Apa nama wawu yang terletak sebelum Maful Maah?
4. Berapa jenis Maf'ul Ma'ah? Sebutkan!
5. Apa yang dimaksud dengan lafadz yang wajib dinashab sebagai Maf'ul
Ma'ah?
6. Berikan contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat lafadz yang
wajib dinashab sebagai Maful Maah!
7. Apa yang dimaksud dengan lafadz yang boleh dinashab sebagai Maf'ul
Ma'ah?
8. Berikan contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat lafadz yang
boleh dinashab sebagai Maful Maah!
Tentukan mana lafadz yang merupakan Maful Maah dalam kalimatkalimat berikut dan tentukan pula jenisnya :
1.
2.
3.
4.
5.


( Khalid berjalan beserta tembok).
( Bulan muncul beserta bintang).


( Saya berjalan beserta gunung).

( Saya mengulang pelajaran bersama sebuah lampu).





( Saya berjalan beserta tepi laut).

Berilah harakat akhir pada Maful Maah dalam kalimat-kalimat


berikut :
1.

(Orang itu pergi bersamaan dengan terbitnya matahari).


2.
3.


( Muhammad duduk dengan ditemani sebuah buku).


(Seorang mu'min menjalani hidupnya bersama dengan kejujuran).

4.

(Seorang ayah bahagia di rumahnya beserta anak-anaknya).

5.


(Saya keluar bersamaan dengan terbitnya matahari).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

297
Kunci Jawaban
1. Yang dimaksud dengan Maful Maah adalah isim yang dinashab yang
disebutkan untuk menjelaskan siapa yang menyertai suatu perbuatan.
2. Contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Maful Maah :

( Zaid begadang beserta buku).


3. Nama wawu yang terletak sebelum Maful Maah adalah wawu
ma'iyyah.
4. Maf'ul Ma'ah ada dua jenis :
a. Yang wajib dinashab sebagai maf'ul ma'ah
b. Yang boleh dinashab sebagai maf'ul ma'ah
5. Yang dimaksud dengan lafadz yang wajib dinashab sebagai Maf'ul
Ma'ah adalah yang hukumnya (perbuatannya) tidak boleh disamakan
dengan kata yang terletak sebelum wawu ma'iyyah.
6. Contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat lafadz yang wajib
dinashab sebagai Maful Maah :


( Air naik beserta pengukur ketinggian sungai).
7. Yang dimaksud dengan lafadz yang boleh dinashab sebagai Maf'ul
Ma'ah adalah yang hukumnya (perbuatannya) boleh disamakan
dengan kata yang terletak sebelum wawu ma'iyyah.
8. Contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat lafadz yang boleh
dinashab sebagai Maful Maah :

( Zaid begadang beserta Ali).


Lafadz yang merupakan Maful Maah dalam kalimat-kalimat berikut
dan jenisnya :
1.

2.

3.

4.


( Khalid berjalan beserta tembok).
: maf'ul ma'ah yang wajib dinashab sebagai maf'ul ma'ah.
( Bulan muncul beserta bintang).
: maf'ul ma'ah yang boleh dinashab sebagai maf'ul ma'ah.


( Saya berjalan beserta gunung).


: maf'ul ma'ah yang wajib dinashab sebagai maf'ul ma'ah.

( Saya mengulang pelajaran bersama sebuah lampu).



Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

298

5.

: maf'ul ma'ah yang wajib dinashab sebagai maf'ul ma'ah.




( Saya berjalan beserta tepi laut).
: maf'ul ma'ah yang wajib dinashab sebagai maf'ul ma'ah.

Harakat akhir pada Maful Maah dalam kalimat-kalimat berikut :


1.

(Orang itu pergi bersamaan dengan terbitnya matahari).


2.
3.


( Muhammad duduk dengan ditemani sebuah buku).


(Seorang mu'min menjalani hidupnya bersama dengan kejujuran).

4.

(Seorang ayah bahagia di rumahnya beserta anak-anaknya).

5.


(Saya keluar bersamaan dengan terbitnya matahari).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

299
Penulis berkata :

,
" "
" "
,
,
.

;

Adapun khabar

dan saudari-saudarinya, ism dan saudari-saudarinya,

keduanya telah disebutkan pada bab Al Marfu'at. Demikian juga dengan At


Tawabi' (Naat, Athaf, Taukid, Badal) telah dijelaskan di sana.

Penulis berkata :







,
.



,
:
, ,


,


, , , , ,


. , ,
, , , ,

,
Bab Isim-Isim yang Dikhafadh (Dijar)
Isim-isim yang dikhafadh itu ada tiga bagian :
1. Dikhafadh dengan huruf khafadh
2. Dikhafadh dengan idhafah
3. Dikhafadh karena mengikuti kata sebelumnya yang juga dikhafadh
Adapun yang dikhafadh dengan huruf yaitu apa-apa yang dikhafadh dengan
huruf :

, ,

, , , , ,
dan dengan huruf sumpah yaitu

, , , dengan wawu
( ) dan
dengan .

Tujuan pembelajaran :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

300
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.

Menyebutkan dan memahami pembagian isim-isim yang dikhafadh.


Membuat kalimat yang di dalamnya terdapat isim-isim yang dikhafadh.
Menyebutkan dan memahami makna-makna huruf khafadh.
Menyebutkan dan memahami pembagian Al Idhafah.
Menentukan isim-isim yang dikhafadh dalam sebuah kalimat.

Penjelasan :
Dengan menelaah dan meneliti perkataan orang-orang Arab yang masih
murni, ditemukan bahwa isim-isim yang dikhafadh itu ada tiga jenis : Isim
yang dikhafadh dengan huruf khafadh, yang dikhafadh dengan idhafah, dan
yang dikhafadh karena mengikuti kata yang terletak sebelumnya. Contoh
untuk semua itu terkumpul dalam firman Alloh ta'ala :

Lafadz

) dan lafadz
terdiri dari dua kata, yaitu huruf ba' (

digabungkan, alif pada lafadz

dihapus sehingga menjadi .

Ketika

])
: isim yang dikhafadh dengan huruf khafadh (yaitu ba' [

) : isim yang dikhafadh dengan adanya mudhaf (isim yang


Lafdhul jalalah (
disandarkan kepadanya)

: dua isim yang mengikuti khafadh isim yang terletak

sebelumnya (yaitu lafadz jalalah

), karena kedua isim itu adalah sifat (na'at)

bagi lafadz jalalah itu.


Berikut perincian yang menjelaskan tentang Al Makhfudhat (Isim-Isim yang
Dikhafadh) ini :
Pertama

: Isim yang Dikhafadh dengan Huruf Khafadh

Sebenarnya pembahasan tentang hal ini sudah kita lewati, yaitu pada
penjelasan tentang ciri-ciri isim. Namun di sini kita akan mengulanginya
dengan menambahkan beberapa penjelasan yang lebih rinci.
Definisinya

: Isim yang dikhafadh dengan huruf khafadh adalah isim yang


terletak setelah salah satu huruf khafadh.

Hukumnya

: Dikhafadh dengan kasrah atau yang menggantikannya.

Contohnya

: Firman Alloh ta'ala :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

301
"Dialah yang telah menurunkan air dari langit." (An Nahl : 10).
Dalam ayat yang mulia di atas, lafadz


dikhafadh dengan huruf khafadh

, dan tanda khafadhnya adalah kasrah.


Makna-Makna Huruf Khafadh

Sebagian huruf-huruf khafadh memiliki makna lebih dari satu. Tetapi di sini
kita hanya mencukupkan dengan menyebut makna yang masyhur saja dari
setiap huruf itu :

: di antara maknanya adalah Al Ibtida' (permulaan).

: di antara

maknanya adalah Al Intiha' (akhir). Contoh dari Al Qur'an yang


mengumpulkan kedua huruf ini adalah firman Alloh ta'ala :

"Maha suci Alloh yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu


malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha." (Al Isra' : 1).
Maknanya yaitu, isra' Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bermula dari
Masjidil Haram dan berakhir di Masjidil Aqsha.

di antara maknanya adalah Al Mujawazah (melewati). Misalnya

adalah firman Alloh ta'ala :


"Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang
memperbodoh dirinya sendiri." (Al Baqarah : 130).
Maksud dari adalah

(meninggalkan). Orang yang

meninggalkan sesuatu berarti telah melewatinya.

: di antara maknanya adalah Al Isti'la (tinggi). Contohnya adalah

firman Alloh ta'ala :


(Alloh) Yang Maha Pemurah yang beristiwa di atas 'Arsy. (Thaha : 5).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

302
Maksudnya yaitu

dan ( tinggi).

di antara maknanya adalah Adh Dharfiyyah (keterangan waktu atau

tempat). Misalnya adalah firman Alloh ta'ala :


"Di dalam keduanya (ada) buah-buahan, kurma serta delima." (Ar
Rahman : 68).
Maksudnya :


( Di dalam kedua surga itu ada

buah-buahan, kurma serta delima).

di antara maknanya adalah At Taqlil (menyatakan sedikit atau

jarang). Contohnya :



Artinya : Kadang ada orang yang panahnya tepat mengenai sasaran,
padahal dia bukanlah seorang pemanah yang pintar.
Hal tersebut jarang terjadi.

: di antara maknanya adalah As Sababiyyah (menunjukkan sebab).


Misalnya adalah firman Alloh ta'ala :


"Masuklah kalian ke dalam surga itu disebabkan apa yang dahulu telah
kalian kerjakan". (An Nahl : 32).
Maksud dari kalimat
amalan kalian).

: di antara maknanya adalah

adalah :

(dengan sebab

At Tasybih (penyerupaan). Contohnya

adalah firman Alloh ta'ala :


"Mereka itu seperti binatang ternak." (Al A'raf : 179).

: di antara maknanya adalah Al Milk (kepemilikan). Misalnya adalah

firman Alloh ta'ala :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

303
"Milik Alloh-lah kerajaan langit dan bumi." (Ali 'Imran : 189).

Termasuk huruf khafadh juga adalah Huruf Qasam (sumpah). Huruf Qasam
ini ada tiga, yaitu : wawu

,
()
, ba' ()

dan ta'

()
. Huruf-huruf itu disebut

sebagai huruf sumpah, karena masuk kepada kata atau sesuatu yang dipakai
untuk bersumpah. Misalnya perkataan antum :
(Demi Alloh).

,
,

Penjelasan yang lebih rinci telah kita lewati di bab-bab awal. Silahkan antum
baca dan fahami lagi.
Juga yang termasuk huruf khafadh adalah

dan . Kedua huruf ini hanya

mengkhafadhkan isim-isim dhahir. Isim dhahir adalah isim selain dhamir. Isim
dhahir yang dikhafadh oleh kedua huruf ini hanyalah isim yang menunjukkan
waktu. Misalnya :


Terjemah lafdhiyyah :

: tidak

: saya melihatnya

: sejak

: hari kita

Terjemah maknawiyyah : Saya tidak melihatnya sejak hari ini.


Contoh lain dengan menggunakan

( Saya tidak melihatnya sejak hari Jum'at).


Dan yang juga termasuk huruf khafadh adalah wawu

( ) .

Contohnya

adalah perkataan Imru Al Qais, seorang penyair Arab yang masyhur :


Terjemah lafdhiyyah :

: dan

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

304

: malam

: bagaikan

: ombak

: lautan

: menurunkan

: tirainya

Terjemah maknawiyyah :

Dan betapa banyak malam


ibarat ombak lautan
yang sedang menurunkan tirainya.
Kenapa kita tambahkan kalimat 'betapa banyak'? Sebab, sebenarnya setelah
wawu itu ada lafadz
tersebut dinamakan
bahwa

yang tersembunyi. Oleh karena itulah kenapa wawu


dengan wawu
. Dan sebagaimana telah dijelaskan

itu bisa berarti "betapa banyak" atau "betapa sedikit."

Soal-Soal Latihan
1. Berapa jenis isim-isim yang dikhafadh? Sebutkan!
2. Apa yang dimaksud dengan isim yang dikhafadh dengan huruf
khafadh?
3. Apa hukum i'rab isim yang dikhafadh dengan huruf khafadh?
4. Sebutkan makna huruf-huruf khafadh berikut :

, ,

Wawu

5. Berikan contoh lima buah kalimat yang di dalamnya terdapat huruf


khafadh!
Tentukan mana lafadz yang merupakan isim yang dikhafadh dengan
huruf khafadh dalam kalimat-kalimat berikut :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

306
1.


(Maka dia mendapat hidangan air yang mendidih). Al Waqi'ah : 93.

2.



(Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap). Asy
Syarh 8.

3.



(Dari kanan dan dari kiri dengan berkelompok-kelompok). Al Ma'arij :
37.

4.

(Dan di atas punggung binatang-binatang ternak itu dan (juga) di atas


perahu-perahu kalian diangkut). Al Mu'minun : 22.

5.


(Kemudian mereka dibakar di dalam api). Al Mu'min : 72.

Berilah harakat akhir pada isim yang dikhafadh dengan huruf


khafadh dalam kalimat-kalimat berikut :
1.


(Benar-benar akan memakan pohon zaqqum).

2.




(Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi
banyak berdosa).

3.



(Kepada Tuhanmulah
waktunya)).

4.

dikembalikan

kesudahannya

(ketentuan




(Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam
neraka).

5.


(Untuk kemenangan yang seperti ini hendaklah orang-orang yang
beramal berusaha).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

307

Kunci Jawaban
1. Isim-isim yang dikhafadh itu ada tiga jenis :
a. Isim yang dikhafadh dengan huruf khafadh,
b. Isim yang dikhafadh dengan idhafah, dan
c. Isim yang dikhafadh karena mengikuti kata yang terletak
sebelumnya.
2. Yang dimaksud dengan isim yang dikhafadh dengan huruf khafadh
adalah isim yang terletak setelah salah satu huruf khafadh.
3. Hukum i'rab isim yang dikhafadh dengan huruf khafadh adalah
dikhafadh dengan kasrah atau yang menggantikannya.
4. Makna huruf-huruf khafadh berikut :

: di antara maknanya adalah Al Ibtida' (permulaan).


: di antara maknanya adalah Al Intiha' (akhir).

: di antara maknanya adalah Al Mujawazah (melewati).


: di antara maknanya adalah Al Isti'la (tinggi).
: di antara maknanya adalah Adh Dharfiyyah (keterangan waktu
atau tempat).

: di antara maknanya adalah At Taqlil (menyatakan sedikit atau


jarang).

: di antara maknanya adalah As Sababiyyah (menunjukkan


sebab).

: di antara maknanya adalah At Tasybih (penyerupaan).

: di antara maknanya adalah Al Milk (kepemilikan).

Wawu

: di antara maknanya adalah "betapa banyak" atau

"betapa sedikit."

, , : maknanya adalah Qasam (sumpah).


Terjemahannya : demi.

dan

: maknanya adalah sejak.

5. Berikan contoh lima buah kalimat yang di dalamnya terdapat huruf


khafadh!


"Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang
memperbodoh dirinya sendiri." (Al Baqarah : 130).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

308

(Alloh) Yang Maha Pemurah yang beristiwa di atas 'Arsy. (Thaha : 5).


"Di dalam keduanya (ada) buah-buahan, kurma serta delima." (Ar
Rahman : 68).


"Masuklah kalian ke dalam surga itu disebabkan apa yang dahulu telah
kalian kerjakan". (An Nahl : 32).


"Mereka itu seperti binatang ternak." (Al A'raf : 179).
Lafadz yang merupakan isim yang dikhafadh dengan huruf khafadh
dalam kalimat-kalimat berikut :
1.


(Maka dia mendapat hidangan air yang mendidih). Al Waqi'ah : 93.
Isim yang dikhafadh dengan huruf khafadh :

2.

(Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap). Asy


Syarh 8.
Isim yang dikhafadh dengan huruf khafadh :
3.

(Dari kanan dan dari kiri dengan berkelompok-kelompok). Al Ma'arij :


37.
Isim yang dikhafadh dengan huruf khafadh :
4.


dan

(Dan di atas punggung binatang-binatang ternak itu dan (juga) di atas


perahu-perahu kalian diangkut). Al Mu'minun : 22.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

309
Isim yang dikhafadh dengan huruf khafadh :
5.


dan

(Kemudian mereka dibakar di dalam api). Al Mu'min : 72.


Isim yang dikhafadh dengan huruf khafadh :

Harakat akhir pada isim yang dikhafadh dengan huruf khafadh


dalam kalimat-kalimat berikut :
1.


(Benar-benar akan memakan pohon zaqqum).

2.




(Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi
banyak berdosa).

3.



(Kepada Tuhanmulah
waktunya)).

4.

dikembalikan

kesudahannya

(ketentuan




(Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam
neraka).

5.


(Untuk kemenangan yang seperti ini hendaklah orang-orang yang
beramal berusaha).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

310
Penulis berkata :

" "

,
,


;
"

" "
" , " "
"
.

Adapun isim yang dikhafadh dengan sebab idhafah, contohnya adalah:


Isim yang dikhafadh dengan idhafah itu ada dua jenis, pertama : yang
ditaqdirkan (diperkirakan) dengan lam () , dan kedua : yang ditaqdirkan
dengan min () .

Yang ditaqdirkan dengan lam contohnya:


Dan yang ditaqdirkan dengan min contohnya:

Penjelasan :
Selain dikhafadh dengan huruf khafadh, isim juga bisa dikhafadh bila terletak
setelah mudhaf (isim yang diidhafahkan/disandarkan). Berikut penjelasan
tentang Al Idhafah.
Al Idhafah
Definisinya : Al Idhafah adalah penyandaran yang terjadi antara dua isim
dengan taqdir (perkiraan) adanya huruf khafadh (di antara keduanya) yang
menyebabkan dikhafadhnya isim yang kedua selama-lamanya.
Contohnya : Perkataan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :


Terjemah lafdhiyyah :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

311

: kesucian

: sebagian
: iman

Terjemah maknawiyyah : Kesucian adalah sebagian dari iman.


I'rabnya :


, :

: mubtada'

: khabarnya, yang juga merupakan mudhaf


: mudhaf ilaih yang dikhafadh

Kalimat

adalah dua isim. Isim yang pertama (


) disandarkan


kepada isim yang kedua (
). Penyandaran sebuah isim kepada isim yang
lain, di dalam ilmu Nahwu disebut sebagai Al Idhafah. Isim yang pertama
dinamakan dengan mudhaf, sedangkan yang kedua dinamakan dengan
mudhaf ilaih. Mudhaf dii'rab sesuai dengan kedudukannya (entah itu sebagai
mubtada, fai'l, maf'ul, dan lain-lain). Adapun mudhaf ilaih, selalu dikhafadh.

Contoh-contoh kalimat yang merupakan Al Idhafah di dalam Al Qur'an Al


Karim adalah firman Alloh ta'ala :


"Apabila telah datang pertolongan Alloh dan kemenangan." (An Nashr : 1).


"Katakanlah: "Aku berlindung kepada Rabb (Yang Memelihara dan
menguasai) manusia." (An Nas : 1).


"Binasalah kedua tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya dia akan binasa." (Al
Masad : 1).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

312
Jenis-Jenis Al Idhafah
Al Idhafah ada dua jenis :
1. Idhafah yang ditaqdirkan (diperkirakan) ada huruf lam ( ) di dalamnya.
Jenis inilah yang terbanyak pada Al Idhafah. Contohnya :

( Pembantu Zaid).

( Pembantu milik Zaid) atau (Pembantunya Zaid).


yang ditaqdirkan ada huruf min ( ) di dalamnya. Idhafah

Taqdirnya :
2. Idhafah

ini

adalah idhafah yang mudhafnya merupakan bagian dari mudhaf ilaih.


Contohnya :
Taqdirnya :

( Cincin besi).

(Cincin dari besi).

Ketahuilah bahwa Al Idhafah adalah kekhususan bagi isim-isim yang


mu'rab. Jadi tidak ada mudhaf ilaih yang terletak setelah isim-isim yang
mabni seperti isim dhamir, isim isyarat, isim maushul, dan isim istifham.
Kecuali setelah lafadz

khabariyyah (berita) dan


( isim maushul) pada

sebagian keadaannya. Contoh :

( Betapa banyak kambing yang kau miliki).


I'rabnya :


:
,



:

:

: maf'ul bih yang wajib didahulukan, karena lafadz ini termasuk

: mudhaf ilaih yang makhfudh, dan tanda khafadhnya adalah

: fi'il madhi yang diakhirkan.

lafadz-lafadz yang harus terletak di awal kalimat. Lafadz ini


juga menjadi mudhaf.

kasrah.

Contoh untuk lafadz

( Membuatku kagum siapapun di antara mereka yang berdiri).


Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

313

Mudhaf ilaih juga tidak terletak setelah fi'il dan huruf.


Ada isim-isim yang setelahnya selalu ada mudhaf ilaih, yaitu :

, contohnya adalah firman Alloh ta'ala :



"Bagi orang-orang kafir tidak mudah. (Al Muddatstsir : 10)."

, sebagaimana sudah lewat dalam bab Al Istitsna. Contohnya :


( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Zaid)

, contohnya adalah firman Alloh ta'ala :


"Jika mereka berpaling, maka katakanlah: "Aku telah


memperingatkan kalian dengan petir, seperti petir yang menimpa
kaum 'Aad dan Tsamud". (Fushshilat : 13).

, contohnya adalah firman Alloh ta'ala :



"Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur
lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan "ah"." (Al Isra' : 23).

, contohnya :

"Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada
kurang buahnya sedikitpun." (Al Kahfi : 33).

, contohnya :

"Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas
(nama) Kami..." (Al Haqqah : 44).

, Contohnya :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

314

"Allah adalah Pencipta segala sesuatu." (Az Zumar : 62).


, Contohnya :

"Maha suci Alloh dari apa yang mereka sifatkan." (Ash Shaffat :
159).

yang bermakna shahib (pemilik), Contohnya :



"(Alloh) yang mempunyai 'Arsy, lagi Maha Mulia." (Al Buruj : 15).

Setelah dharaf makan tepatnya, nama-nama arah yang


jumlahnya enam (


) pada mayoritas

keadaannya. Contoh-contohnya telah disebutkan pada bab Dharaf


Makan.
Soal-Soal Latihan
1.
2.
3.
4.

Apa yang dimaksud dengan Al Idhafah?


Apa nama isim yang pertama dan kedua di dalam Al Idhafah?
Ada berapa jenis Al Idhafah? Sebutkan!
Berikan contoh dua buah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Idhafah
yang ditaqdirkan dengan huruf lam (!)

5. Berikan contoh dua buah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Idhafah


yang ditaqdirkan dengan huruf min (!)

6. Sebutkan jenis-jenis lafadz yang mudhaf ilaih tidak bisa terletak


setelahnya!
7. Apakah mudhaf ilaih bisa terletak setelah lafadz
(berita) dan

( isim maushul)?

khabariyyah

8. Sebutkan isim-isim yang setelahnya selalu ada mudhaf ilaih!

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

315
Tentukan mana lafadz yang merupakan mudhaf ilaih dalam kalimatkalimat berikut dan tentukan juga jenis idhafahnya :
1.



((Yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan). Al Humazah : 6.

2.

(Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah


bertindak terhadap tentara bergajah?) Al Fil : 1.
3.




(Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta).
Al 'Adiyat : 8.

4.






(Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
shalih, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk). Al Bayyinah : 7.

5.



(Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam
kemuliaan). Al Qadr : 1.

Berilah harakat akhir pada mudhaf ilaih dalam kalimat-kalimat


berikut :
1.



(Maukah aku tunjukkan kepada kalian penghuni rumah yang akan
memeliharanya untuk kalian?)

2.


(Sesungguhnya janji Alloh itu adalah benar).

3.

(Dan dia masuk ke kota itu ketika penduduknya sedang lengah).


4.

(Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kalian akan ditimpa


(bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu).
5.




(Mereka menjawab: "Kami tinggal selama sehari atau setengah hari,
maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.").

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

316
Kunci Jawaban
1. Yang dimaksud dengan Al Idhafah adalah penyandaran yang terjadi
antara dua isim dengan taqdir (perkiraan) adanya huruf khafadh (di
antara keduanya) yang menyebabkan dikhafadhnya isim yang kedua
selama-lamanya.
2. Nama isim yang pertama di dalam Al Idhafah adalah mudhaf, dan yang
kedua adalah mudhaf ilaih.
3. Al Idhafah ada dua jenis :
a) Idhafah yang ditaqdirkan (diperkirakan) ada huruf lam ( ) di
dalamnya.

b) Idhafah yang ditaqdirkan ada huruf min ( ) di dalamnya.

4. Contoh dua buah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Idhafah yang


ditaqdirkan dengan huruf lam () :

( Pembantu Zaid).


( Kitab Hamid).
5. Contoh dua buah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Idhafah yang
ditaqdirkan dengan huruf min ( ) :

( Cincin besi).


( Pintu kayu).
6. Jenis-jenis lafadz yang mudhaf ilaih tidak bisa terletak setelahnya yaitu
isim-isim yang mabni seperti isim dhamir, isim isyarat, isim maushul,
dan isim istifham.
7. Mudhaf ilaih bisa terletak setelah lafadz

khabariyyah (berita) dan

(isim maushul).
8. Isim-isim yang setelahnya selalu ada mudhaf ilaih :

h)
i)

j) Nama-nama arah yang


jumlahnya enam (


)

pada
keadaannya.

Panduan Belajar

mayoritas

a)
b)
c)
d)
e)

f)

g)

Ilmu Nahwu

317
Lafadz yang merupakan mudhaf ilaih dalam kalimat-kalimat berikut
dan jenis idhafahnya :
1.



((Yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan). Al Humazah : 6.
Mudhaf ilaih :

Jenis idhafah : Idhafah yang diperkirakan ada huruf lam ( ) di


dalamnya.
2.

(Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah


bertindak terhadap tentara bergajah?) Al Fil : 1.
Mudhaf ilaih :

Jenis idhafah : Idhafah yang diperkirakan ada huruf lam ( ) di


dalamnya.
3.




(Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta).
Al 'Adiyat : 8.
Mudhaf ilaih :

Jenis idhafah : Idhafah yang diperkirakan ada huruf lam ( ) di


dalamnya.
4.






(Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
shalih, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk). Al Bayyinah : 7.
Mudhaf ilaih :

Jenis idhafah : Idhafah yang diperkirakan ada huruf lam ( ) di


dalamnya.
5.



(Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam
kemuliaan). Al Qadr : 1.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

318
Mudhaf ilaih :

Jenis idhafah : Idhafah yang diperkirakan ada huruf lam ( ) di


dalamnya.

Harakat akhir pada mudhaf ilaih dalam kalimat-kalimat berikut :


1.


(Maukah aku tunjukkan kepada kalian penghuni rumah yang akan
memeliharanya untuk kalian?)

1.


(Sesungguhnya janji Alloh itu adalah benar).

2.

(Dan dia masuk ke kota itu ketika penduduknya sedang lengah).


3.

(Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kalian akan ditimpa


(bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu).
4.




(Mereka menjawab: "Kami tinggal selama sehari atau setengah hari,
maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.").

Tambahan :

(ISIM-ISIM YANG TIDAK BOLEH DITANWIN)


Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1. Menyebutkan dan memahami definisi Al Mamnu' Minash Sharfi.
2. Menyebutkan dan memahami pembagian Al Mamnu' Minash Sharfi
secara umum dan khusus.
3. Membuat kalimat yang di dalamnya terdapat Al Mamnu' Minash Sharfi.
4. Menentukan Al Mamnu' Minash Sharfi dalam sebuah kalimat.
5. Menyebutkan dan memahami pembatal hukum Al Mamnu' Minash
Sharfi.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

319
Penjelasan :
Yang dimaksud dengan

di sini adalah tanwin. Dilihat dari sisi bisa

menerima atau tidaknya terhadap tanwin, isim mu'rab terbagi menjadi dua :
1. Isim yang bagian akhirnya bisa ditanwin. Misalnya :

-
Isim jenis pertama ini dinamakan dengan Al Munsharif.
2. Isim yang bagian akhirnya tidak bisa ditanwin. Isim jenis kedua ini
dinamakan dengan Al Mamnu' Minash Sharfi atau Al Ismu Alladzi Laa
Yansharif. Inilah yang akan kita rinci dengan pertolongan Alloh- dalam
bab ini.
Al Mamnu' Minash Sharfi
Definisinya : Al Mamnu' Minash Sharfi adalah isim mu'rab yang bagian
akhirnya tidak bisa dikasrah dan ditanwin.
Hukumnya : dirafa' dengan dhammah, dinashab dan dikhafadh dengan
fathah.
Jenis-jenisnya : Al Mamnu' Minash Sharfi ada dua jenis :
1. Isim yang tidak bisa ditanwin karena satu sebab ('illah wahidah).
2. Isim yang tidak bisa ditanwin karena dua sebab ('illatain).

Penjelasan :
Pertama : Isim yang Tidak Bisa Ditanwin Karena Satu Sebab
Isim ini terbagi menjadi tiga :
1. Isim yang diakhiri dengan Alif Ta'nits Al Maqshurah
Contoh :

( Laila [nama perempuan])


( wanita-wanita yang hamil)
( orang-orang yang terluka)
2. Isim yang diakhiri dengan Alif Ta'nits Al Mamdudah.
Contoh :

(padang pasir)

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

320
( putih)

( orang-orang yang berilmu)


3. Shighah Muntahal Jumu' (pola kata jamak yang terakhir), yaitu setiap kata
berbentuk jamak (jamak taksir) yang setelah alif taksirnya ada dua huruf,
atau tiga huruf tetapi huruf tengahnya disukun. Contoh :


( gelang-gelang)

( pelita-pelita)

( tempat-tempat yang tinggi)


Contoh dari Al Qur'an adalah firman Alloh ta'ala :


"Sesungguhnya Alloh telah menolong kalian (wahai kaum mu'minin) di
medan (peperangan) yang banyak." (At Taubah : 25).


"Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan pelitapelita (bintang-bintang)." (Al Mulk : 5).

Jenis Kedua : Isim yang Tidak Bisa Ditanwin Karena Dua Sebab
Isim yang tidak bisa ditanwin karena dua sebab adalah Al 'Alam (nama) dan
Ash Shifah (sifat) pada beberapa keadaan, yaitu :
A. Al 'Alam (Nama), tidak boleh ditanwin pada enam tempat berikut :
1. Jika nama itu mu'annats, contoh :

, ,

2. Jika nama itu a'jami (bukan berasal dari bahasa Arab) dan lebih dari
tiga huruf, contoh :

, ,

3. Jika nama itu adalah susunan Tarkib Mazji (penggabungan dua nama
menjadi satu) dan tidak diakhiri dengan lafadz

. Contoh :

,

,

: nama sebuah kota di zaman dahulu yang jaraknya dengan

Damsyiq adalah tiga hari. Nama ini disusun dari lafadz

Panduan Belajar

yang

Ilmu Nahwu

321
merupakan nama sebuah patung, dan

yang asalnya adalah

merupakan
( meremukkan). Bisa jadi juga lafadz
penyandaran nama patung kepada yang merupakan nama
yang berarti

seseorang. (Mu'jamul Buldan 1/453).

: nama sebuah kota yang masyhur di negara Yaman. Nama ini



tersusun dari lafadz
.
dan

: nama orang yang tersusun dari lafadz

Kawakib 1/97).

dan

(Al

4. Jika nama itu diakhiri dengan alif dan nun tambahan. Contoh :

, ,
5. Jika nama itu berada di atas pola kata fi'il. Contoh :


, ,


berada di atas pola fi'il
berada di atas pola fi'il

berada di atas pola fi'il


6. Jika nama itu merupakan perubahan ('adl) dari pola kata

. Contoh : , ,

menjadi

merupakan perubahan dari

merupakan perubahan dari

merupakan perubahan dari

Di antara contoh 'alam (nama) yang tidak boleh ditanwin yang terdapat
dalam Al Qur'an Al Karim adalah firman Alloh ta'ala :


"Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka,
Syu'aib." (Al A'raf : 85).


"Dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim." (An Nisa : 163).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

322

"Dan (Kami tundukkan) angin bagi Sulaiman." (Saba' : 12).
Jenis kedua dari isim yang tidak boleh ditanwin karena dua sebab
adalah :
B. Ash Shifah (Sifat), tidak boleh ditanwin pada tiga tempat berikut :
1. Jika sifat itu berada di atas pola kata fi'il. Contoh :


( paling baik)

( paling mulia)

( hijau)
Semua sifat tersebut berada di atas pola fi'il

2. Jika sifat itu diakhiri dengan alif dan nun tambahan. Contoh :


( haus)
( lapar)

( marah)
3. Jika sifat itu merupakan perubahan ('adl) dari bentuk kata yang lain.
Ada yang merupakan perubahan dari bentuk bilangan pokok yang
berulang-ulang. Contoh :

( dua-dua) perubahan dari

( tiga-tiga) perubahan dari


( empat-empat) perubahan dari
Ada yang merupakan perubahan dari selain bilangan, yaitu :


( yang lain) perubahan dari
Di antara contoh sifat yang tidak boleh ditanwin yang terdapat dalam Al
Qur'an Al Karim adalah firman Alloh ta'ala :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

323
"Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu
ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang
ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain." (Al Baqarah : 184).


"Bila kalian diberi penghormatan dengan suatu penghormatan, maka
balaslah dengan yang lebih baik darinya, atau balaslah penghormatan itu
(dengan yang serupa)." (An Nisa : 86).
Pembatal Hukum Al Mamnu' Minash Sharfi
Ada dua hal yang membatalkan hukum isim Al Mamnu' Minash Sharfi. Artinya,
jika salah satu dari dua hal ini ada pada isim itu, maka hukum isim itu kembali
seperti semula, yaitu bisa ditanwin dan dikhafadh dengan kasrah. Dua hal ini
adalah :
1. Al Idhafah
2. Alif Lam
Penjelasan :
1. Al Idhafah
Isim Al Mamnu' Minash Sharfi kembali ke hukum asal jika menjadi
mudhaf. Contohnya adalah lafadz


dalam firman Alloh ta'ala :


"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya." (At Tin : 4).
Sebenarnya lafadz

adalah isim Al Mamnu' Minash Sharfi yang

tidak boleh ditanwin ataupun dikhafadh dengan kasrah. Tetapi karena


dalam ayat di atas lafadz itu menjadi mudhaf (disandarkan) kepada
lafadz

, maka hukumnya menjadi batal dan lafadz itu bisa

dikasrah.

2. Alif Lam
Isim Al Mamnu' Minash Sharfi kembali ke hukum asal jika dimasuki alif
lam. Misalnya lafadz

dalam ayat berikut :



"Dalam keadaan kalian beri'tikaf di dalam masjid." (Al Baqarah : 187).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

324
Lafadz

asalnya adalah isim yang hukumnya adalah tidak boleh

ditanwin ataupun dikhafadh dengan kasrah. Tetapi karena adanya alif


lam yang masuk kepadanya maka hukumnya menjadi batal, dan lafadz
itu bisa dikasrah.
Soal-Soal Latihan
1.
2.
3.
4.

Apa yang dimaksud dengan Al Mamnu' Minash Sharfi?


Apa yang dimaksud dengan Ash Sharf?
Ada berapa jenis Al Mamnu' Minash Sharfi? Sebutkan!
Terbagi menjadi berapa isim yang tidak bisa ditanwin karena satu
sebab? Sebutkan!
5. Berikan contoh sebuah lafadz yang di dalamnya terdapat Alif Ta'nits Al
Maqshurah!
6. Berikan contoh sebuah lafadz yang di dalamnya terdapat Alif Ta'nits Al
Mamdudah!
7. Berikan contoh sebuah lafadz yang mengikuti pola Shighah Muntahal
Jumu'!
8. Terbagi menjadi berapa isim yang tidak bisa ditanwin karena dua
sebab? Sebutkan!
9. Pada berapa tempat Al 'Alam tidak boleh ditanwin? Sebutkan!
10. Pada berapa tempat Ash Shifah tidak boleh ditanwin? Sebutkan!
11. Berapa jumlah pembatal hukum Al Mamnu' Minash Sharfi? Sebutkan!
12. Berikan contoh dua buah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Mamnu'
Minash Sharfi yang telah batal hukumnya!
Tentukan mana lafadz yang merupakan Al Mamnu' Minash Sharfi
dalam kalimat-kalimat berikut dan tentukan juga jenisnya :
1.

(Dan ia menarik tangannya (dari dalam bajunya), maka tiba-tiba


tangan itu menjadi putih (bersinar) bagi orang-orang yang
melihatnya). Asy Syu'ara' : 33.
2.


(Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim). Ash Shafat : 109.

3.






(Musa menjawab: "Sesungguhnya Alloh berfirman bahwa sapi betina
itu adalah sapi betina yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan
orang-orang yang memandangnya."). Al Baqarah : 69.

4.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

325
(Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang lebih baik."). Al Isra' : 53.
5.




(Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih
hati). Thaha : 86.

Berilah harakat akhir pada Al Mamnu' Minash Sharfi dalam kalimatkalimat berikut :
1.

(Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan


sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah)
haji).
2.
3.

( Alloh Maha Besar).


(Mu'awiyah menulis kepada 'Aisyah radhiallahu 'anhum).


4.
5.

( Ambillah manfaat dari kitab-kitab para ulama).






(Bawalah roti ini kepada orang yang lapar itu).

Kunci Jawaban
1. Yang dimaksud dengan Al Mamnu' Minash Sharfi adalah isim mu'rab
yang bagian akhirnya tidak bisa dikasrah dan ditanwin.
2. Yang dimaksud dengan Ash Sharf adalah tanwin.
3. Al Mamnu' Minash Sharfi ada dua jenis :
a) Isim yang tidak bisa ditanwin karena satu sebab ('illah wahidah).
b) Isim yang tidak bisa ditanwin karena dua sebab ('illatain).
4. Isim yang tidak bisa ditanwin karena satu sebab terbagi menjadi tiga :
a) Isim yang diakhiri dengan Alif Ta'nits Al Maqshurah.
b) Isim yang diakhiri dengan Alif Ta'nits Al Mamdudah.
c) Shighah Muntahal Jumu' (pola kata jamak yang terakhir).
5. Contoh sebuah lafadz yang di dalamnya terdapat Alif Ta'nits Al
Maqshurah :

( Laila [nama perempuan])

6. Contoh sebuah lafadz yang di dalamnya terdapat Alif Ta'nits Al


Mamdudah :

(padang pasir)

7. Contoh sebuah lafadz yang mengikuti pola Shighah Muntahal Jumu' :


( pelita-pelita)

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

326
8. Isim yang tidak bisa ditanwin karena dua sebab terbagi menjadi dua :
a) Al 'Alam (Nama),
b) Ash Shifah (Sifat).
9. Al 'Alam tidak boleh ditanwin pada enam tempat :
a) Jika nama itu mu'annats, contoh :

, ,

b) Jika nama itu a'jami (bukan berasal dari bahasa Arab) dan lebih
dari tiga huruf, contoh :

, ,

c) Jika nama itu adalah susunan Tarkib Mazji (penggabungan dua


nama menjadi satu) dan tidak diakhiri dengan lafadz

,

,

. Contoh :

d) Jika nama itu diakhiri dengan alif dan nun tambahan. Contoh :

, ,
e) Jika nama itu berada di atas pola kata fi'il. Contoh :

, ,

f) Jika nama itu merupakan perubahan ('adl) dari pola kata


menjadi

. Contoh : , ,

10. Ash Shifah tidak boleh ditanwin pada tiga tempat :


a) Jika sifat itu berada di atas pola kata fi'il. Contoh :


( paling baik)

b) Jika sifat itu diakhiri dengan alif dan nun tambahan. Contoh :


( haus)
c) Jika sifat itu merupakan perubahan ('adl) dari bentuk kata yang
lain. Ada yang merupakan perubahan dari bentuk bilangan pokok
yang berulang-ulang. Contoh :

( dua-dua) perubahan dari

( tiga-tiga) perubahan dari


( empat-empat) perubahan dari
Ada yang merupakan perubahan dari selain bilangan, yaitu :


( yang lain) perubahan dari
11. Pembatal hukum Al Mamnu' Minash Sharfi ada dua :
a) Al Idhafah

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

327
b) Alif Lam
12. Contoh dua buah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Mamnu' Minash
Sharfi yang telah batal hukumnya :


"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya." (At Tin : 4).


"Dalam keadaan kalian beri'tikaf di dalam masjid." (Al Baqarah : 187).

Lafadz yang merupakan Al Mamnu' Minash Sharfi dalam kalimatkalimat berikut dan jenisnya :
1.

(Dan ia menarik tangannya (dari dalam bajunya), maka tiba-tiba


tangan itu menjadi putih (bersinar) bagi orang-orang yang
melihatnya). Asy Syu'ara' : 33.
Al Mamnu' Minash Sharfi :
Al Mamdudah).
2.

( Isim yang diakhiri dengan Alif Ta'nits


(Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim). Ash Shafat : 109.
Al Mamnu' Minash Sharfi :

(nama a'jami (bukan berasal dari

bahasa Arab) dan lebih dari tiga huruf).


3.






(Musa menjawab: "Sesungguhnya Alloh berfirman bahwa sapi betina
itu adalah sapi betina yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan
orang-orang yang memandangnya."). Al Baqarah : 69.
Al Mamnu' Minash Sharfi :
Al Mamdudah).

4.

(Isim yang diakhiri dengan Alif Ta'nits


(Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka


mengucapkan perkataan yang lebih baik."). Al Isra' : 53.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

328
Al Mamnu' Minash Sharfi :
fi'il).
5.

(sifat yang berada di atas pola kata




(Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih
hati). Thaha : 86.
Al Mamnu' Minash Sharfi :
nun tambahan).

(sifat yang diakhiri dengan alif dan

Harakat akhir pada Al Mamnu' Minash Sharfi dalam kalimat-kalimat


berikut :
1.

(Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan


sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah)
haji).
2.
3.

( Alloh Maha Besar).


(Mu'awiyah menulis kepada 'Aisyah radhiallahu 'anhum).


4.
5.

( Ambillah manfaat dari kitab-kitab para ulama).




(Bawalah roti ini kepada orang yang lapar itu).

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

329
BAGAN TENTANG AL MAMNU' MINASH SHARFI
Al Mamnu' Minash Sharfi
Karena Satu Sebab

Isim yang
diakhiri
dengan
alif ta'nits

Shighah
Muntahal
Jumu'

Contoh :

Contoh :

Karena Dua Sebab

Al 'Alamiyyah
(Nama),
beserta :
Ta'nits,contoh :

'Ujmah,contoh :

Tarkib Mazji,
contoh :

Pola kata fi'il,


contoh :

Sifat,
beserta :

Pola kata fi'il,


contoh :

'Adl, contoh :

Alif dan nun


tambahan,
contoh :

Alif dan nun


tambahan,
contoh :

'Adl, contoh :

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

330
TABEL TENTANG AL MARFU'AT, AL MANSHUBAT,
DAN AL MAKHFUDHAT

Isim
Marfu'
1.
2.
3.
4.
5.

Fail
Naibul Fail
Mubtada'
Khabar
Isim
dan

saudarisaudarinya
dan
6. Khabar
saudarisaudarinya
7. Lafadz yang
mengikuti kata
yang dirafa' :
Naat
Athaf
Taukid
Badal

Manshub
1.
2.
3.

Maful Bih
Maful Muthlaq
Dzharaf
Zaman
4. Dzharaf
Makan
5. Hal
6. Tamyiz
7. Mustatsna
8. Isim Laa
9. Munada
10. Maful Li Ajlih
11. Maful Maah
12. Khabar
dan saudarisaudarinya
dan
13. Isim

Fi'il
Makhfudh

Marfu'

1. Kata yang
didahului
oleh huruf
khafadh

Fi'il
mudhari'
yang
dirafa' dan
tidak
didahului
oleh amil
nashab
maupun
jazm

2. Mudhaf
ilaih
3. Lafadz
yang
mengikuti
kata yang
dikhafadh
:

Manshub

Majzum

Fi'il
mudhari'
yang
didahului
oleh amil
nashab

Fi'il
mudhari'
yang
didahului
oleh amil
jazm

Naat
Athaf
Taukid
Badal

saudarisaudarinya
14. Dua maf'ul

dan saudarisaudarinya
15. Lafadz yang
mengikuti
kata yg
dinashab :
Naat
Athaf
Taukid
Badal

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

331
Penutup
Dengan pertolongan dan taufiq dari Alloh ta'ala, akhirnya ebook ini bisa
diselesaikan pada hari Kamis, 27 Jumada Al Ula 1433 H (19 April 2012 M).
Saya memohon kepada Alloh ta'ala agar menjadikan ebook ini bermanfaat
dan amalan yang ikhlas hanya untuk mengharap wajah-Nya Yang Mulia.
Demikian juga saya memohon kepada-Nya untuk mengampuni dosa-dosa
saya, kedua orang tua saya, ustadz-ustadz saya, dan saudara-saudara saya di
jalan Alloh. Walhamdulillahi rabbil 'alamin.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

332
Daftar Pustaka
1. Al Qur'an Al Karim.
2. Al Mahdzari, Abu Anas Malik bin Salim bin Mathar (1425 H/2004 M). Al
Mumti' Fi Syarh Al Ajurrumiyyah. Shan'a : Maktabah Shan'a Al
Atsariyyah.
3. Al 'Utsaimin, Muhammad bin Shalih (1426 H/2005 M). Syarh Al
Ajurrumiyyah. Riyadh : Maktabah Ar Rusyd. (PDF)
4. Al Maqthiry, Muhammad Ash Shaghir bin Qaid bin Ahmad Al 'Abadili
(1422 H/2002 M). Al Hulal Adz Dzahabiyyah 'Ala At Tuhfah As Saniyyah.
Shan'a : Darul Atsar. (PDF)
5. Na'mah, Fu'ad (tanpa tahun terbit). Mulakhkhas Qawa'id Al Lughah Al
'Arabiyyah. Kairo : Al Maktab Al 'Ilmi. (PDF)
6. Al Maktabah Asy Syamilah.
7. Internet.

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

333
Daftar Isi
1. Muqaddimah ..................................................................................... 2
2. Biografi Ibnu Ajurrum, Penyusun Matan Al Ajurrumiyyah ...................... 7
3. Matan Al Ajurrumiyyah ...................................................................... 8
4. Jenis-Jenis Kalam .............................................................................. 21
5. Bab Al I'rab ...................................................................................... 41
6. Al Bina ............................................................................................. 49
7. Bab Mengenal Tanda-Tanda Al I'rab ................................................... 52
8. Lafadz-Lafadz yang Dii'rab ................................................................. 55
9. Lafadz-Lafadz yang Dii'rab dengan Harakat ........................................ 56
10. Lafadz-Lafadz yang Dii'rab dengan Huruf ............................................ 61
11. Bab Tentang Fi'il-Fi'il ......................................................................... 72
12. Bab Tentang 'Amil-'Amil Nashab ......................................................... 84
13. Bab Tentang 'Amil-'Amil Jazm ............................................................. 94
14. Bab Tentang Isim-Isim yang Dirafa' .................................................. 111
15. Bab Tentang Fa'il ............................................................................ 112
16. Bab Tentang Maf'ul yang Tidak Disebut Fa'ilnya ................................. 120
17. Bab Tentang Mubtada' dan Khabar .................................................. 127
18. Bab Tentang 'Amil-'Amil yg Menghapus Hukum Mubtada' dan Khabar 136
19. Bab Tentang Na'at .......................................................................... 168
20. Bab Tentang 'Athaf ......................................................................... 188
21. Bab Tentang Taukid ........................................................................ 197
22. Bab Tentang Badal .......................................................................... 204
23. Bab Tentang Isim-Isim yang Dinashab ............................................. 212
24. Bab Tentang Maf'ul Bih ................................................................... 213
25. Bab Tentang Mashdar ..................................................................... 224
26. Bab Tentang Dharaf Zaman dan Dharaf Makan ................................. 231
27. Bab Tentang Haal ........................................................................... 238
28. Bab Tentang Tamyiz ....................................................................... 245
29. Bab Tentang Istitsna ...................................................................... 253
30. Bab Tentang Laa ............................................................................. 269
31. Bab Tentang Munada ...................................................................... 277
32. Bab Tentang Maf'ul Li Ajlih .............................................................. 286
33. Bab Tentang Maf'ul Ma'ah ............................................................... 291
34. Bab Tentang Isim-Isim yang Dikhafadh ............................................ 299
35. Bab Tentang Isim-Isim yang Tidak Boleh Ditanwin ............................ 318
36. Penutup ......................................................................................... 331
37. Daftar Pustaka ................................................................................ 332
38. Daftar Isi ........................................................................................ 333

Panduan Belajar

Ilmu Nahwu

Anda mungkin juga menyukai