Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
Tidak sepantasnya seorang muslim
mengambil hak saudaranya tanpa
izin.
Dilarang menyebarkan ebook ini
dalam bentuk apapun untuk
kepentingan komersil tanpa izin
tertulis dari penyusun.
Abu Ubaidillah Abdurrahim
www.bhs-arab.com
www.arabiyyah25.blogspot.com
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
2
Muqaddimah
.
,
-
-
.
:
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
3
Segala puji hanyalah milik Alloh. Kami memuji, meminta pertolongan dan
ampunanNya. Dan kami berlindung kepada Alloh dari kejahatan diri-diri kami
dan keburukan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang ditunjuki oleh Alloh,
maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang
disesatkan oleh Alloh, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain
Alloh semata, tidak ada sekutu bagiNya. Dan saya bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan rasulNya.
Alloh ta'ala berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh sebenar-benar
takwa kepadaNya; dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam. (li Imrn : 102)
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian yang telah
menciptakan kalian dari diri yang satu, dan darinya Dia menciptakan
isterinya; dan dari keduanya Dia memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Alloh yang dengan
(mempergunakan) namaNya kalian saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Alloh selalu menjaga dan
mengawasi kalian. (An-Nis` : 1)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Alloh dan
ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Alloh memperbaiki bagi kalian
amalan-amalan kalian dan mengampuni bagi kalian dosa-dosa kalian. Dan
barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenangan yang besar. (Al-Ahzb : 70-71)
Adapun sesudah itu :
Sesungguhnya perkataan yang paling benar adalah Kalam Alloh (Al
Qur'an), sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallhu alahi
wa al lihi wa sallam. Dan sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan,
setiap yang diada-adakan itu adalah bidah, setiap bidah itu adalah sesat, dan
setiap kesesatan adalah di neraka.
Pembaca yang semoga dimuliakan oleh Alloh,
Sesungguhnya Allah ta'ala menurunkan kitabNya dengan bahasa Arab dan
menjadikan rasulNya sebagai orang yang menyampaikan Al Kitab dan As
Sunnah dariNya menggunakan bahasa Arab, serta menjadikan orang-orang
yang pertama masuk ke dalam agama Islam ini berbicara dengan bahasa
Arab. Alloh ta'ala berfirman :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
4
"Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa
Arab, agar kalian memahaminya." (Yusuf : 2).
Maka tidak ada jalan untuk mengenal dan memahami agama ini kecuali
dengan memahami bahasa tersebut. Mempelajarinya termasuk bagian dari
agama. Membiasakan berbicara dengannya menjadikan pemeluk agama ini
lebih mudah memahami agamanya dan lebih dekat kepada upaya
menegakkan syiar-syiar agama, serta menjadikan mereka lebih mirip dengan
orang-orang yang lebih dulu masuk ke dalam Islam dari kalangan Muhajirin
dan Anshar dalam semua urusan mereka.
Umar bin Al Khaththab radhiallahu 'anhu menulis surat kepada Abu Musa
radhiallahu 'anhu :
. , , , ,
"Amma ba'd. Berusahalah untuk memahami sunnah, berusahalah untuk
memahami bahasa Arab. Ucapkanlah Al Qur'an dengan bahasa Arab yang
fasih, karena Al Qur'an itu menggunakan bahasa Arab yang fasih."
Beliau radhiallahu 'anhu juga berkata :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
5
Para ulama telah menulis banyak kitab dalam bidang Nahwu. Di antaranya
ada yang berupa ringkasan (matan), di antaranya ada pula yang berupa
pembahasan panjang. Di antara karya ulama dalam bidang Nahwu yang
berupa ringkasan adalah Matan Al Ajurrumiyyah.
Matan Al Ajurrumiyyah disusun oleh Abu Abdillah Muhammad bin
Muhammad bin Dawud Ash Shanhaji, seorang ulama Nahwu yang masyhur
yang berasal dari Al Maghrib (Maroko) yang meninggal pada tahun 723 H.
Dalam bidang Nahwu, beliau berpegang pada madzhab Ulama Kuffah.
Matan Al Ajurrumiyyah merupakan matan yang cocok untuk dipelajari oleh
penuntut ilmu yang masih pemula karena berisi dasar-dasar dalam ilmu
Nahwu, dan tidak menyebutkan perselisihan para ulama.
Matan tersebut telah dipelajari dan diajarkan hampir di seluruh penjuru
dunia, termasuk di Indonesia. Hampir bisa dipastikan di setiap pondok di
Indonesia, materi pertama yang diajarkan dalam bidang Nahwu adalah matan
tersebut.
Merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa banyak penuntut
ilmu yang mengalami kesulitan ketika pertama kali belajar matan tersebut.
Bahkan karena susahnya memahami matan tersebut, merekapun merasa
putus asa untuk bisa belajar Bahasa Arab. Merasa tidak mungkin untuk bisa
membaca tulisan Arab gundul. Oleh karena itu - dengan memohon
pertolongan dari Alloh ta'ala saya mencoba untuk menyusun sebuah ebook
(buku elektronik) yang berisi panduan belajar ilmu nahwu, yang merupakan
pembahasan Matan Al Ajurrumiyyah.
Sebagian besar dari ebook ini sebenarnya adalah terjemahan dari kitab Al
Mumti' Syarh Al Ajurumiyyah karya Syaikh Abu Anas Malik bin Salim bin
Mathar Al Mahdzari, salah seorang murid Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi'i
rahimahullah. Syaikh Muqbil rahimahullah merupakan seorang ulama Ahlus
Sunnah abad ini yang berasal dari Yaman.
Di samping terjemahan dari kitab Al Mumti', saya juga menambahkan
penjelasan dari saya sendiri dan dari beberapa kitab Nahwu yang lain, di
antaranya :
1. Syarh Al Ajurumiyyah karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin
rahimahullah
2. Al Hulal Adz Dzahabiyyah 'Ala At Tuhfah As Saniyyah karya Syaikh
Muhammad Ash Shaghir bin Qaid bin Ahmad Al 'Abadili Al Maqthiry
3. Mulakhkhas Qawa'id Al Lughah Al 'Arabiyyah karya Syaikh Fu'ad Na'mah
Dalam menyusun ebook ini, saya menempuh metode berikut :
1. Saya mencantumkan biografi Syaikh Muhammad bin Dawud As
Shinhaji, penyusun Matan Al Ajurumiyyah yang saya nukil secara
ringkas dari kitab Al Mumti' dan Kitab Al Hulal Adz Dzahabiyyah .
2. Pada setiap bab yang saya anggap perlu, saya letakkan Tujuan
Pembelajaran agar pembaca memiliki gambaran apa saja yang akan
dipelajari dalam bab tersebut, dan harapan setelah mempelajarinya.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
6
3. Saya berikan penjelasan yang merupakan terjemahan dari kitab Al
Mumti', juga tambahan penjelasan dari saya dan dari beberapa kitab
Nahwu yang telah saya sebutkan di atas.
Dalam melakukan penerjemahan, saya tidak menambahkan apapun
kecuali yang saya anggap perlu untuk dijelaskan karena samarnya
makna yang dimaksud. Pun setelah saya jelaskan, saya masih
membiarkan beberapa istilah pada beberapa tempat dalam ebook ini,
karena sebagaimana makna dari kata Nahwu yang berarti
perumpamaan, maka saya membiarkan istilah itu tetap menjadi istilah.
Penting bagi kita untuk membiarkan istilah-istilah itu. Misalnya, kita
tetapkan bahwa Al Kalam adalah Al Kalam meskipun kita tahu artinya
adalah kalimat. Dan kita tetapkan bahwa Fail adalah Fail meskipun kita
tahu bahwa artinya adalah yang melakukan perbuatan. Karena itu
semua telah masyhur, maka kita jangan membuat istilah baru yang
nantinya akan menyulitkan kita juga.
4. Saya menjadikan terjemah dari sebagian contoh dalam bentuk
Terjemah Lafdziyyah dan Terjemah Maknawiyyah untuk memudahkan
pembaca yang masih pemula. Adapun sebagian contoh yang lain,
langsung saya sebutkan Terjemah Maknawiyyah-nya karena saya
merasa bahwa dalam pembahasan tersebut tidak dibutuhkan Terjemah
Lafdziyyah.
5. Pada akhir setiap bab terdapat bagan yang merupakan ringkasan dari
bab tersebut, sebagaimana yang terdapat dalam kitab Al Mumti'. Saya
menambahkan beberapa bagan pada akhir bab-bab yang dalam kitab Al
Mumti' tidak diletakkan bagan padanya.
6. Pada akhir setiap bab yang saya anggap perlu, saya letakkan soal-soal
latihan beserta kunci jawaban yang terkadang merupakan nukilan dari
Kitab Al Hulal Adz Dzahabiyyah.
Sebagai penutup, saya berpesan hendaknya ebook ini tidak dijadikan
sebagai pegangan utama dalam belajar nahwu. Belajarlah secara langsung
kepada guru. Adapun ebook ini hanyalah sebagai penunjang untuk membantu
memahami penjelasan yang telah didapat dari guru tersebut.
Saya mengucapkan terima kasih banyak jazahumullahu khairan kepada
ustadz-ustadz maupun santri senior yang dahulu telah mengajari saya
bahasa Arab di pondok pesantren. Saya betul-betul banyak mendapatkan
manfaat dari ilmu yang telah mereka berikan.
Saya berharap ebook ini menjadi salah satu sebab terbantunya kaum
muslimin setelah taufiq dari Alloh ta'ala - untuk bisa memahami ilmu Nahwu
dengan mudah, dan menepis anggapan bahwa belajar bahasa Arab
merupakan sesuatu yang sangat amat sulit.
Saya memohon kepada Alloh ta'ala agar menjadikan amalan ini ikhlas
hanya untuk mengharap wajahNya, dan menjadikannya sebagai pemberat
timbangan kebaikan saya di akhirat.
Wa shallallahu 'ala nabiyyina Muhammad wa alihi wa shahbihi wa sallam.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
7
Biografi Ibnu Ajurrum, Penyusun Matan Al Ajurrumiyyah
Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Dawud Ash Shanhaji. Ash
Shanhaji adalah nisbat kepada Shanhajah, sebuah kabilah yang masyhur dari Himyar
yang terletak di Al Maghrib (sekarang Maroko). Di negara itulah terletak sebuah desa
bernama Fas yang merupakan kampung halaman beliau dan di sana pula beliau
mengajar. Beliau lahir pada tahun 672 H. Beliau adalah seorang ahli sastra, nahwu dan
qira'ah.
Makna dari lafadz Ajurrum, ada sebagian kitab biografi yang menyebutkan bahwa
lafadz itu adalah lafadz non Arab, tepatnya dari bahasa Barbar. Maknanya yaitu Al
Faqir Ash Shufi (orang fakir yang memakai pakaian dari bulu domba). Akan tetapi
seorang ulama bernama Ibnu 'Anqa menafikan hal itu dengan perkataan beliau,"Saya
tidak mendapati orang-orang Barbar mengetahui makna itu, hanya saja di kabilah
Barbar ada sebuah kabilah yang disebut dengan Bani Ajurrum." (Lihat Kitab Al Kawakib
Ad Durriyah jilid 1/25).
Cara membaca lafadz
mendhammahkan huruf jim, dan mentasydidkan huruf ra' yang didhammah juga. Jadi
dibaca : Al Aajurruumiyyah. (Lihat referensi sebelumnya).
Seorang ulama bernama Ibnul Haj berkata : "Beliau memiliki banyak karya tulis dan
guru. Di antara mereka adalah Abu Hayyan (penyusun kitab Al Bahrul Muhith)."
Ibnu Ajurrum menulis beberapa kitab dan syair-syair. Di antara karya tulis beliau adalah
Muqaddimah Al Ajurrumiyyah dalam ilmu nahwu yang menjadi sebab ketenaran beliau.
Sebagian orang yang membuat kitab penjelasan terhadap muqaddimah tersebut
(seperti Ar Ra'i) mengira bahwa beliau menulisnya di depan Ka'bah, lalu
melemparkannya ke laut dan berkata, "Jika ditulis dengan ikhlas karena Alloh, tidak
akan basah." Dan memang kitab beliau itu tidak basah. Namun kisah ini tidak ada
sanadnya, dan perbuatan tersebut tidak disyariatkan di dalam Islam.
Beliau meninggal di bulan Shafar pada tahun di mana Ibnu Malik meninggal, yaitu
tahun 723 H. Beliau dimakamkan di pemakaman Bab Al Hadid yang terletak di kampung
halaman beliau.
(Dinukil secara ringkas dari kitab Al Mumti' Fi Syarhi Al Ajurrumiyyah hal. 9-10 dan Kitab
Al Hulal Adz Dzahabiyyah hal. 27).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
8
MATAN AL AJURRUMIYYAH
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
- :-
.
:
,
.
:
,
, , , , ,
,
,
, , ,.
,
,
, ,
.
,
, ,
,
,
,
,
, ,
.
,
,
,
:
, .
,
Ilmu Nahwu
Panduan Belajar
10
, , ,
,
.
,
, ,
,
.
,
,
.
,
,
,
.
.
:
:
.
"
"
:
:
.
:
:
.
: .
:
:
Ilmu Nahwu
Panduan Belajar
11
.
:
:
.
:
.
.
:
.
,
.
: , ,
,
.
:
: .
Ilmu Nahwu
Panduan Belajar
12
.
.
. :
,
,
:
, ,
.
.
,
"
"
.
,
, , .
, , , , , , ,
, , , ,
, ,
,
""
, , , , ,
.
Ilmu Nahwu
Panduan Belajar
13
.
,
,
, " "
" "
, , ,
, , .
,
,
.
.
,
,
, ,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
.
,
,
,
,
,
,
,
,
"
,
,".
,
,
.
,
,
Panduan Belajar
14
,
" .
,
,
,
,
,
,
"
".
,
,
,
,
:
"
" " .
"
,
" "
:
( : ) ( ),
.
.
:
:
:
:
, .
,
,
, ,
,
, ,
, ,
Ilmu Nahwu
Panduan Belajar
15
,
, , ,
,
, ,
, ,
,
.
,
"
" ,
:
:
:
:
.
,
, ;
,
.
, , ,
,
.
, ,
,
,
.
Ilmu Nahwu
Panduan Belajar
16
, , , , , , , , ,
,
, ,
,
, ".
,
,
"
"
".
,
,
, , ,
, , ,
,
.
,
,
,
,
, ,
" ,
,
,
"
,
.
,
, ,
,
,
,
, , ,
,
,
,
.
:
Ilmu Nahwu
Panduan Belajar
17
,
, ,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
, ,
,
, , , , , ,
,
.
,
,
,
,
,
.
, ,
"" , , , , , ,
, , ,
,
Ilmu Nahwu
Panduan Belajar
18
,
,
, ,
""
, ,
, , ,
.
, , ,
,
"
,
"
"
"
" "
, ,
.
" ,"
,
"
,
" "
"
"
" "
"
" "
"
"
, .
, , , , , , ,
"
"
, "
"
Ilmu Nahwu
Panduan Belajar
19
"
"
"
"
"
"
,
, , , ,
" "
, , ,
, "
, "
" ".
" "
""
""
"" "
"
" " .
"" ,
".
,
,
,
: ,
, " " " "
Ilmu Nahwu
Panduan Belajar
20
,
" "
"
,
".
"
"" "
, ,
".
;
,
" "
" "
,
,
.
,
,
, ,
,
,
, , , , ,
, , .
, , , ,
" "
, ;
,
"
.
" "
" " , "
"
Ilmu Nahwu
Panduan Belajar
21
MEMBEDAH AL AJURRUMIYYAH
Penyusun Matan Al Ajurrumiyyah, As Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin
Muhammad bin Dawud As Shanhajy rahimahullah berkata :
:
,
Jenis-Jenis Kalam
Menyebutkan
Menyebutkan
Menyebutkan
Menyebutkan
Menyebutkan
Menyebutkan
Penjelasan :
Akhi fillah, saudaraku yang semoga dirahmati oleh Alloh ta'ala. Di awal kitab,
penulis menjelaskan definisi kalam. Apa maksud dari Kalam? Agar kita lebih
mudah memahaminya, kita kembalikan ke bahasa Indonesia dulu. Dalam
bahasa Indonesia, sebenarnya kalam itu sama dengan kalimat.
Bagaimanakah kalimat di dalam bahasa Arab itu?
Menurut definisi beliau, kalam itu harus mengandung empat hal berikut :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
22
ulama Nahwu, jawabannya tidak. Kenapa tidak? Karena tidak sesuai dengan
definisi lafadz. Coba lihat dan renungkan lagi definisi lafadz di atas.
Begitu pula kalau suara atau ucapan itu tidak mengandung sebagian huruf
Hijaiyyah, suara itu tidak bisa disebut sebagai kalam. Misalnya ucapan kita
dengan menggunakan bahasa Indonesia. Atau misal yang lain suara pintu
ditutup, langkah kaki, dan yang sejenisnya.
: yang disusun, maksudnya terdiri dari dua kata atau lebih. Dalam
bahasa kita jelas bahwa yang namanya kalimat itu terdiri lebih dari satu kata.
Kalau hanya satu kata saja ya namanya kata, bukan kalimat. Begitu juga
dalam bahasa Arab, kalau hanya satu kata saja maka itu namanya lafadz,
bukan kalam.
Hal ketiga yang harus ada pada sebuah kalam adalah :
"Dan
maka kalimat itu tidak mufid, karena maknanya belum sempurna, dan orang
yang mendengarnya masih menunggu kelanjutannya. Mungkin dia masih
bertanya-tanya di dalam hati,"Kalau kami kembali kepada kedurhakaan, terus
apa akibatnya?" Jadi kalimat
karena tidak mufid.
mengatakan bahwa
Jadi kalam itu harus berasal dari bahasa Arab. Kalau bukan dari bahasa Arab,
maka bukan kalam namanya. Misalnya kalimat-kalimat berbahasa Indonesia.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
23
Contoh kalam adalah ucapan kita ketika mendapat kenikmatan dari Alloh :
Kalimat di atas sudah mengandung empat perkara yang dijelaskan tadi.
Pertama, kalimat itu merupakan lafadz (
) dari
beberapa lafadz atau kata. Selanjutnya, kalimat itu sudah bisa difahami
maknanya (
?
Apa yang dimaksud dengan
?
Apa yang dimaksud dengan
?
Apa yang dimaksud dengan
?
disusun
yang
berfaidah
dengan
Hijaiyyah.
3.
4.
orang yg berbicara
mengatakan bahwa
Arab."
6. Lima contoh kalam :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
24
Penulis berkata :
.
:
,
, , ,
,
,
,
, , ,
, ,
Kalam itu ada tiga bagian : isim, fiil, dan huruf yang memiliki arti.
Isim itu dikenal dengan khafadh, tanwin, kemasukan alif dan lam, dan
dengan adanya huruf khafadh. Huruf-huruf khafadh itu adalah:
, , , , ,
, ,
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.
Penjelasan :
Setelah menjelaskan tentang definisi kalam, sekarang penulis ingin
menjelaskan tentang bagian-bagian kalam. Beliau mengatakan bahwa kalam
itu ada tiga bagian, yaitu isim, fi'il, dan huruf. Maksudnya, kalimat yang
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
25
dipakai oleh orang Arab itu tidak lepas dari tiga perkara ini, yaitu isim, fi'il,
dan huruf. Tidak ada perkara yang keempat. Mari kita mengenal tiga bagian
kalam tersebut secara singkat.
Yang pertama adalah isim. Kalau dalam bahasa kita, sama dengan kata
benda.
Definisinya adalah : sebuah kata yang menunjukkan sesuatu tanpa bantuan
kata lain dan tidak berkaitan dengan waktu.
Sesuatu ini kadang berupa benda yang bisa dirasakan, seperti :
( tumbuhan).
( manusia), ( hewan), dan
Terkadang bisa juga berupa sesuatu yang sifatnya maknawi dan hanya bisa
difahami dengan akal, seperti :
(kewibawaan).
Yang kedua adalah fi'il. Dalam bahasa kita, sama dengan kata kerja.
( Tulislah)
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
26
Perincian lebih lanjut akan kita temui pada bab khusus tentang fi'il, insya
Alloh.
Sekarang kita akan lebih menekankan pada pembahasan tentang isim.
Bagaimana cara mengetahui bahwa suatu lafadz dalam kalimat Arab adalah
isim? Jawabannya adalah dengan mengenal ciri-ciri isim.
Beliau mengatakan bahwa isim itu dikenal dengan khafadh, tanwin,
kemasukan alif dan lam, dan dengan adanya huruf khafadh. Jadi di sini beliau
menyebutkan empat ciri isim, yang mana kalau ada salah satu saja dari ciri
atau tanda itu yang terdapat pada sebuah lafadz, maka bisa kita pastikan
bahwa lafadz itu adalah isim.
Mungkin ada yang bertanya,"Apa manfaat mengenal atau menentukan bahwa
suatu lafadz itu adalah isim, fi'il dan huruf?"
Jawabannya : Manfaatnya banyak sekali, karena hal ini berkaitan dengan
kaidah hukum yang lain di dalam bahasa Arab. Kalau di awal pelajaran kita
tidak bisa mengenal mana yang isim, mana yang fi'il atau huruf, kita akan
menemui kesulitan pada bab-bab selanjutnya.
Baiklah, kita kembali ke ciri-ciri isim. Ciri yang pertama adalah khafadh
Kita katakan bahwa lafadz
Karena di akhir lafadz itu ada khafadh. Apa tadi definisi khafadh? Khafadh
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
27
adalah perubahan khusus (yang terjadi pada akhir kata) dengan ciri adanya
kasrah atau yang menggantikannya. Di akhir dari setiap lafadz itu ada kasrah,
sedangkan kasrah merupakan salah satu tanda khafadh, dan khafadh
merupakan ciri dari isim. Sehingga lafadz-lafadz itu adalah isim, bukan fi'il
ataupun huruf. Bisa difahami?
Kita lanjutkan kepada ciri isim yang kedua, yaitu tanwin
)( . Insya Alloh
kita sudah mengenal apa yang dimaksud dengan tanwin. Kalau kita ingin
mengetahui definisinya, kita katakan bahwa tanwin adalah sebuah istilah
yang menunjukkan tentang berulangnya sebuah harakat pada akhir lafadz.
Berulang di sini maksudnya adalah ditulis dua kali pada satu huruf. Harakat
itu ada berapa? Ya, ada tiga. Yaitu dhammah, fathah, dan kasrah. Jika
harakat-harakat itu berulang pada sebuah huruf, maka ada tambahan istilah
di belakangnya, yaitu tanwin. Dhammah yang berulang, biasa kita sebut
dengan dhammah tanwin. Fathah yang berulang kita sebut dengan fathah
tanwin, dan kasrah yang berulang kita namakan dengan kasrah tanwin. Itu
istilah-istilah yang sudah biasa di kalangan kita. Sebenarnya asalnya adalah
dhammatain (dua dhammah), fathatain (dua fathah), dan kasratain (dua
kasrah). Suatu lafadz dikatakan sebagai sebuah ism kalau di akhirnya ada
tanwin. Kita ambil contoh dari Al Qur'an :
"Dan mereka masing-masing mendapatkan derajat menurut apa yang telah
mereka kerjakan..." (Al Ahqaf :19).
"Yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Quran)," (Al
Bayyinah : 2).
( .
)
Maksudnya, kalau kita mendapati ada lafadz yang diawali dengan alif dan lam
( )maka kita bisa memastikan bahwa lafadz itu adalah isim. Misalnya di
dalam firman Alloh ta'ala :
"(Yaitu) Alloh yang Maha Pemurah yang tinggi berada di atas 'Arsy." (Thaha :
5).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
28
Lafadz dan adalah isim karena keduanya diawali dengan alif
dan lam
().
Kita lanjutkan kepada ciri isim yang terakhir, yaitu huruf-huruf khafadh.
Maksudnya, sebuah lafadz bisa kita hukumi sebagai isim kalau di depannya
ada salah satu dari huruf khafadh. Apa itu huruf khafadh? Huruf khafadh
adalah huruf yang menyebabkan sebuah isim dikhafadh. Kalau sebuah isim
sudah dikhafadh, maka di akhir isim itu ada salah satu tanda khafadh yang
sudah dijelaskan di atas. Bisa kasrah atau tanda yang lain. Sebagaimana telah
disebutkan oleh penulis, huruf-huruf khafadh itu adalah:
, , , , ,
, ,
Contohnya kita ambil dari Al Qur'an :
"Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin
dan manusia. (An Nas : 5-6).
Lafadz dalam ayat di atas adalah isim karena ada huruf khafadh di
depannya, yaitu
Kunci Jawaban
1. Kalam terbagi menjadi tiga bagian : isim, fiil, dan huruf yang memiliki
arti.
2. Isim adalah : sebuah kata yang menunjukkan sesuatu tanpa bantuan
kata lain dan tidak berkaitan dengan waktu.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
29
3. Ciri-ciri isim : khafadh, tanwin, kemasukan alif dan lam, dan dengan
adanya huruf khafadh.
4. Sepuluh contoh isim :
Penulis berkata :
, , ,
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1. Menyebutkan huruf-huruf sumpah.
2. Memahami bahwa huruf-huruf sumpah termasuk huruf-huruf khafadh
yang merupakan ciri-ciri isim.
3. Memahami penggunaan huruf sumpah dalam kalimat.
4. Memahami hukum-hukum syar'i berkaitan dengan sumpah.
Penjelasan:
Huruf qasam (sumpah) adalah huruf biasa dipakai oleh orang Arab untuk
bersumpah. Huruf ini termasuk dari huruf khafadh. Kenapa? Karena huruf ini
juga mengkhafadh isim yang ada setelahnya, sama dengan fungsi huruf
khafadh.
Sebagaimana dijelaskan oleh penulis, huruf qasam itu ada tiga, yaitu wawu
)) ,
ba
)(
dan ta
Panduan Belajar
)(.
Ilmu Nahwu
30
yaitu "demi." Ada yang perlu diperhatikan di sini, huruf ba
digunakan di dalam kalimat adalah bi
(.
(
)(
ketika
Kaitannya dengan ciri isim, jadi kalau ada lafadz yang didahului oleh salah
satu dari huruf ini, maka kita bisa memastikan bahwa lafadz itu adalah isim.
Kita ambil contoh firman Alloh ta'ala :
"Demi masa." (Al 'Ashr : 1)
Dan juga firmanNya :
Mereka berkata: "Demi Alloh, sesungguhnya Alloh telah melebihkanmu di
atas kami, dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah
(berdosa)". (Yusuf : 91)
Dan contoh yang lain dari perkataan kita :
Demi Alloh, aku akan bersungguh-sungguh !
Perhatikan kalimat-kalimat di atas. Lafadz dan lafadz jalalah
()
adalah isim karena ada huruf qasam di depannya. Perhatikan juga akhir dari
lafadz-lafadz tersebut. Semuanya dikhafadh karena pengaruh dari huruf
qasam tadi.
Kemudian, ada hal-hal yang harus diperhatikan kaitannya dengan qasam
(sumpah). Wajib atas setiap muslim yang ingin bersumpah untuk bersumpah
hanya dengan salah satu dari nama-nama Alloh, sifat-sifatNya atau
perbuatan-perbuatanNya, juga hendaknya jujur di dalamnya. Ada beberapa
hadits shahih yang menunjukkan hal ini:
Hadits Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam mendengar Umar radhiallahu 'anhu bersumpah atas
nama ayahnya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Ingatlah bahwa sesungguhnya Alloh 'Azza wa Jalla melarang kalian
bersumpah atas nama ayah-ayah kalian. Maka barangsiapa hendak
bersumpah hendaklah dia bersumpah atas nama Alloh atau hendaklah dia
diam." (HR. Muslim no. 1646)
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
31
"Janganlah kalian bersumpah atas nama ayah-ayah kalian, ibu-ibu kalian dan
tandingan-tandingan Alloh. Janganlah kalian bersumpah kecuali atas nama
Alloh, dan janganlah kalian bersumpah kecuali dalam keadaan jujur." (HR.
Abu Dawud dan An-Nasa'i, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami'
Ash-Shaghir no. 7249 dan Al-Wadi'i dalam Ash-Shahih Al-Musnad 2/341)
Hadits Ibnu Umar radhiallahu 'anhu:
"Barangsiapa bersumpah atas nama selain Alloh, maka sungguh dia telah
mempersekutukan Alloh." (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Al-Hakim, dishahihkan
oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir no. 11149)
"Barangsiapa bersumpah atas nama selain Alloh, maka Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam mengucapkan ucapan yang keras tehadap pelakunya." (HR.
Ahmad)
()
dan
huruf khafadh.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
32
Nah, sampai di sini selesai pembahasan tentang ciri atau tanda-tanda isim.
Bagaimana, faham? Kalau iya, kita bisa lanjutkan ke bagian berikutnya. Kalau
belum faham, baca dan fahami lagi pelan-pelan. Semoga Alloh ta'ala
memudahkan antum.
Soal-Soal Latihan
1.
2.
3.
4.
"
Kunci Jawaban
1. Huruf qasam ada tiga, yaitu wawu
)) , ba ) (dan ta )(.
-
"
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
33
Bagian selanjutnya, penulis berkata :
,
Fiil itu dikenal dengan huruf :
,
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1. Menyebutkan ciri-ciri fi'il
,
dan
,
Memahami persamaan dan perbedaan antara
dan
Jadi ada empat ciri fi'il yang beliau sebutkan di sini. Yang pertama adalah
adalah huruf yang sebenarnya memiliki banyak makna, tapi di sini kita
akan menyebutkan satu makna saja agar lebih mudah untuk difahami. Salah
satu makna adalah penegasan. Diartikan dalam bahasa kita dengan
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman." (Al Mu'minun : 1)
Lafadz dalam ayat di atas adalah fi'il. Kenapa kita bisa menetapkan
seperti itu? Karena ada huruf sebelumnya, dan huruf adalah ciri untuk
fi'il.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
34
Ciri fi'il yang selanjutnya adalah huruf
dan
. Huruf
ketika
. Kita ambil
"Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata" (Al
Baqarah : 142).
"Janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui (akibat perbuatan kalian
itu)." (At Takatsur : 3).
Pada ayat pertama, perhatikan kalimat . Kalimat ini sebenarnya
gabungan dari dua lafadz, yaitu
adalah fi'il. Kenapa? Ya karena
Pada ayat kedua insya Alloh sudah jelas bahwa lafadz adalah fi'il
karena ada huruf
di depannya.
Bentuknya adalah
, dan letaknya ada di
belakang fi'il madhi. Kita telah membahas sekilas tentang fi'il madhi pada
pembahasan yang telah lewat. Silahkan lihat kembali kalau diperlukan.
Kembali ke pembahasan Ta' Ta'nits Sakinah. Sesuai dengan namanya, huruf
ta' ta'nits sakinah ini adalah huruf yang menunjukkan bahwa lafadz yang
disandari oleh suatu fi'il adalah mu'annats. Apa itu mu'annats? Mu'annats
adalah salah satu jenis isim. Jadi isim ada banyak jenisnya, di antaranya
adalah mudzakkar dan mu'annats. Isim mudzakkar adalah isim yang
menunjukkan laki-laki, sedangkan isim mu'annats adalah isim yang
menunjukkan perempuan. Laki-laki dan perempuan yang dimaksud di sini
tidak hanya yang bersifat hakiki, tapi juga yang majazi atau kiasan. Jadi tidak
mesti yang namanya isim mudzakkar adalah nama laki-laki seperti
, ,
Ilmu Nahwu
35
perempuan seperti
, ,
yang bukan merupakan nama perempuan, tapi digolongkan oleh para ulama
nahwu sebagai isim mu'annats. Di antaranya adalah lafadz yang diakhiri oleh
Bagaimana, sudah faham tentang isim mu'annats? Kalau sudah, kita kembali
kepada pembahasan tentang
ta' ini ? Ya, fungsinya adalah untuk menunjukkan bahwa lafadz yang
disandari oleh suatu fi'il adalah mu'annats. Dan ingat, kita masih berada pada
pembahasan tentang ciri-ciri fi'il. Intinya, sebuah lafadz yang di
belakangnya ada ta' ta'nits sakinah ini, maka lafadz itu adalah fi'il.
Supaya lebih jelas, kita beri contoh dari firman Alloh ta'ala :
"Dan Adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya." (Al Qari'ah :
6).
Perhatikan kalimat di atas. Kalimat ini terdiri dari dua lafadz, yaitu
dan
perbuatan. Dan setiap fi'il (perbuatan) pasti ada yang melakukannya (fa'il).
Ingat-ingat dan fahami perbedaan istilah fi'il dan fa'il ini ya, karena nanti
banyak digunakan. Nah, fa'il ini ada dua jenis, yaitu mudzakkar dan
mu'annats. Ya, sebagaimana yang dijelaskan tadi, ada isim mudzakkar dan
ada isim mu'annats. Yang namanya fa'il, itu terletak setelah fi'il. Misalnya
dalam ayat tadi :
"Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya." (Al Qari'ah :
6).
Lafadz
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
36
dan lafadz adalah isim mu'annats karena mengikuti pola kata
. Kalau
, dan
?
dan
Apa perbedaan antara
?
dan
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
37
d.
e.
Kunci Jawaban
1. Ciri-ciri fi'il ada empat :
Makna
penegasan.
Makna
akan datang.
Makna
3. Persamaan antara
dan
dan
adalah
menunjukkan waktu
-
-
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
38
Penulis berkata :
.
Huruf itu adalah sesuatu yang tidak pantas disertai oleh ciri-ciri isim dan ciriciri fiil.
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1. Menyebutkan ciri dari huruf.
2. Memahami cara mudah membedakan antara isim, fi'il, dan huruf.
3. Menentukan mana lafadz yang merupakan huruf dalam sebuah
kalimat.
4. Memahami bagan tentang jenis-jenis kalam dan ciri dari setiap
jenisnya.
Penjelasan :
Huruf merupakan salah satu jenis lafadz yang padanya tidak ada ciri-ciri isim
maupun ciri-ciri fi'il. Jadi huruf ini adalah lafadz yang tidak dikhafadh, tidak
ditanwin, tidak ada alif lam atau huruf di depannya, dan ciri lainnya yang
sudah dijelaskan di atas. Kita ambil contoh huruf yang mudah difahami, yaitu
huruf-huruf khafadh tadi :
,
, , , , ,
, ,
Contohnya adalah apa yang telah lewat dari Al Qur'an :
"Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin
dan manusia. (An Nas 5-6).
Coba perhatikan lafadz
ciri isim atau fi'il. Kedua lafadz itu tidak dikhafadh, tidak ditanwin, tidak
didahului oleh alif lam, tidak didahului oleh
,
, maupun ciri yang lain.
Sehingga keduanya bukanlah isim maupun fi'il. Sehingga kalau bukan isim
maupun fi'il, berarti apa? Ya, keduanya adalah huruf.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
39
Jadi kalau kita mendapati dalam sebuah kalimat bahasa Arab ada lafadz yang
tidak menerima ciri-ciri isim dan fi'il, maka kita bisa memastikan bahwa lafadz
itu adalah huruf.
Ada sebuah permisalan yang mempermudah kita dalam membedakan antara
isim, fi'il, dan huruf berkaitan dengan ciri-cirinya. Kita misalkan bahwa isim
adalah huruf jim (), fi'il adalah huruf kho' ( )dan huruf adalah huruf ha
((. Ciri-ciri isim kita misalkan sebagai titik yang ada di tengah huruf jim (),
ciri-ciri fi'il adalah titik yang ada di atas huruf kho' (), dan huruf, apa ciricirinya? Ya, ciri-cirinya adalah tidak adanya ciri-ciri isim dan fi'il padanya,
sebagaiman huruf ha ( (yang tidak ada titiknya, entah itu di tengah maupun
Kunci Jawaban
1. Ciri dari huruf : tidak dikhafadh, tidak ditanwin, tidak ada alif lam atau
huruf di depannya, dan ciri lainnya.
2. Permisalan yang memudahkan untuk membedakan antara isim, fi'il,
dan huruf : Kita misalkan bahwa isim adalah huruf jim (), fi'il adalah
huruf kho' ( )dan huruf adalah huruf ha ((. Ciri-ciri isim kita
misalkan sebagai titik yang ada di tengah huruf jim (), ciri-ciri fi'il
adalah titik yang ada di atas huruf kho' (), dan huruf, ciri-cirinya
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
40
adalah tidak adanya ciri-ciri isim dan fi'il padanya, sebagaiman huruf
ha ( (yang tidak ada titiknya, entah itu di tengah maupun di atas.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
-
-
ISIM
FI'IL
HURUF
Ciri-Ciri :
Ciri-Ciri :
Ciri-Ciri :
Khafadh
Tanwin
Alif lam
Huruf khafadh
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
41
Bab Al I'rab
Penulis berkata :
, ,
,
,
,
,
. ,
.
,
,
,
Bab Al I'rab
I'rab itu adalah berubahnya akhir-akhir lafadz karena perbedaan 'amil-'amil
yang masuk kepadanya baik secara lafadz atau taqdir. I'rab itu ada empat
jenis, yaitu rafa', nashab, khafadh, dan jazm. Isim bisa rafa', nashab, dan
khafadh, tapi tidak bisa jazm. Fiil bisa rafa', nashab, dan jazm, tapi tidak bisa
khafadh.
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
42
menjelaskan tentang ciri-ciri isim. Agar kita tidak bingung, istilah-istilah ini
harus kita ingat dan fahami.
lafadz ini adalah seperti yang disebutkan oleh penulis di atas, yaitu
berubahnya akhir-akhir lafadz karena perbedaan 'amil-'amil yang masuk
kepadanya baik secara lafadz atau taqdir. Jadi, i'rab berkaitan dengan akhir
lafadz, bukan dengan awal maupun tengahnya. Sebuah lafadz Harakatnya
ada di awal, tengah, dan akhir. Mana yang berkaitan dengan i'rab? Akhir
lafadz. Adapun awal dan tengah lafadz, maka ini adalah pembahasan di
dalam ilmu Sharaf, bukan ilmu Nahwu.
Misalnya lafadz
- -
Bagian yang berubah menurut ahli Nahwu adalah akhir-akhir lafadz. Adapun
perubahan awal dan tengah lafadz, maka itu pembahasan ahli Sharaf.
Yang dimaksud dengan perubahan akhir lafadz di sini adalah perubahan
keadaan akhir lafadz, misalnya dari keadaan rafa' menjadi nashab, atau dari
nashab menjadi jazm, dan sebagainya. Lafadz yang memiliki perubahan ini
disebut Mu'rab.
Sekarang, kita harus mengetahui apa arti rafa', nashab, dan jazm. Bagaimana
dengan khafadh? Sebenarnya istilah khafadh sudah kita jelaskan sedikit di
bab-bab awal, tetapi kita akan ulangi dan tambah sedikit penjelasan di sini
agar kita lebih memahaminya. Jadi empat istilah tadi (rafa', nashab, khafadh,
dan jazm) adalah jenis-jenis i'rab sebagaimana yang dikatakan oleh penulis.
Apa yang dimaksud dengan rafa'? Rafa' adalah perubahan akhir kata yang
dikhususkan ciri-cirinya dhammah dan apa-apa yang menggantikannya. Jadi,
rafa' memiliki ciri-ciri asli dan ciri-ciri cabang. Ciri-ciri aslinya adalah
dhammah. Sedangkan ciri-ciri cabangnya insya Alloh akan kita temui di babbab berikutnya. Sengaja di sini tidak dijelaskan agar tidak terlalu
membingungkan. Lafadz yang dirafa' disebut marfu'.
Kemudian kita pindah ke nashab. Makna dari nashab adalah perubahan
akhir kata yang dikhususkan ciri-cirinya fathah dan apa-apa yang
menggantikannya. Sama seperti rafa', nashab juga memiliki ciri-ciri asli dan
ciri cabang. Ciri-ciri aslinya adalah fathah. Lafadz yang di nashab disebut
manshub.
Adapun arti khafadh yaitu perubahan akhir kata yang dikhususkan ciricirinya kasrah dan apa-apa yang menggantikannya. Istilah lain dari khafadh
adalah jar. Dari penjelasan sebelumnya, kita sudah mengetahui bahwa ciri
asli khafadh adalah kasrah. Lafadz yang dikhafadh disebut makhfudh atau
majrur.
Sedangkan makna dari jazm adalah perubahan akhir kata yang dikhususkan
ciri-cirinya sukun dan apa-apa yang menggantikannya. Dari sini kita bisa
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
43
menebak bahwa ciri-ciri asli jazm adalah sukun. Lafadz yang dijazm disebut
majzum. Selesai sudah sekelumit pembahasan tentang jenis-jenis i'rab.
Dari pembahasan sebelumnya, jelaslah bahwa yang dimaksud dengan
perubahan akhir lafadz adalah perubahan keadaan akhirnya. Jadi bukan huruf
terakhirnya yang berubah, misalnya yang asalnya
berubah jadi .
Tidak seperti itu. Huruf akhirnya tetap, hanya keadaannya saja yang berubah.
Misalnya yang tadinya huruf terakhirnya didhammah, berubah jadi fathah.
Yang tadinya difathah, berubah jadi kasrah, dan seterusnya. Sebabnya apa?
Sebabnya adalah perbedaan 'amil yang masuk kepada lafadz itu. Apa itu
'amil? Nah, ini istilah berikutnya yang harus kita fahami. 'Amil yang
dimaksud di sini adalah faktor yang mempengaruhi perubahan akhir
sebuah lafadz. Jadi berubahnya akhir sebuah lafadz itu tidak terjadi begitu
saja, melainkan karena ada faktor yang mempengaruhinya. Agar lebih cepat
faham, kita beri contohnya. Perhatikan perubahan yang terjadi pada akhir
lafadz
"Apakah kalian akan membunuh seorang laki-laki" (Ghafir : 28).
"Kami telah mewahyukan kepada seorang laki-laki " (Yunus : 2).
Kenapa akhir dari lafadz
ayat kedua difathah, dan pada ayat terakhir dikasrah? Jawabannya, karena
perbedaan 'amil atau faktor yang mempengaruhi perubahan akhir lafadz
tersebut.
Pada ayat pertama, lafadz
(marfu'). Nah, lafadz ini marfu' karena sebelumnya ada 'amil atau faktor yang
menjadikannya marfu', yaitu fi'il
Pada ayat selanjutnya, lafadz
difathah menjadi
dikasrah menjadi
ini dikhafadh (makhfudh). Apa sebabnya? Karena sebelum lafadz ini ada amil
yang menjadikannya makhfudh, yaitu huruf
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
44
bahwa huruf ini adalah salah satu huruf khafadh yang menyebabkan sebuah
isim dikhafadh?
Lalu, apakah 'amil hanya terbatas pada fi'il
dan
serta huruf
saja? Tidak. 'Amil jumlahnya banyak. Tapi secara global bisa dikatakan bahwa
'amil itu ada dua, yaitu :
1. 'Amil Lafdzi, dan
2. 'Amil Maknawi.
'Amil Lafdhi adalah 'amil yang nampak, baik secara lisan maupun tulisan.
Contohnya adalah fi'il
seperti huruf
dan
serta huruf
Jenis 'amil yang kedua adalah 'Amil Maknawi. 'Amil Maknawi adalah 'amil
yang tidak nampak, baik secara lisan maupun tulisan. Jadi 'amil ini adalah
kebalikan dari 'Amil Lafdhi. Nah, kalau 'Amil Maknawi ini jumlahnya hanya
dua, yaitu :
1. Al Ibtida'
2. Kosongnya fi'il dari 'amil nashab dan jazm.
Al Ibtida' artinya permulaan. 'Amil inilah yang menjadikan mubtada' dirafa'
(atau lebih mudahnya : didhammah). Kita beri contoh agar lebih jelas, yaitu
ucapan yang sering kita dengar bahkan sering terucap dari lisan kita, dan
sudah kita jadikan sebagai contoh juga pada pembahasan sebelumnya :
Segala puji bagi Alloh.
Apa 'amil yang membuat lafadz
adalah Al Ibtida.' Ya, lafadz itu dirafa' karena dia adalah isim yang berada di
permulaan kalimat dan tidak ada 'amil lain yang menjadikannya dinashab
atau dikhafadh. Oleh karena itu, lafadz ini memiliki kedudukan sebagai
mubtada.' Al Ibtida' ini hanya bisa masuk ke isim.
Jenis 'amil Maknawi yang kedua adalah kosongnya fi'il dari 'amil nashab dan
jazm. Contohnya kita ambil dari Al Qur'an :
"Dia mengira bahwa hartanya dapat menjadikannya kekal." (Al Humazah : 3).
Apa yang menjadikan lafadz
adalah kosongnya fi'il itu dari 'amil nashab dan jazm. Maksudnya?
Maksudnya, kita bisa melihat bahwa di depan lafadz
itu tidak ada 'amil
nashab atau 'amil jazm. Kalau tidak ada 'amil nashab, berarti fi'il itu tidak
dinashab. Kalau tidak ada 'amil jazm, berarti fi'il itu tidak dijazm. Kalau tidak
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
45
dinashab dan tidak dijazm berarti diapakan? Ya, tinggal tersisa satu keadaan,
yaitu dirafa.' Sebab, fi'il hanya punya tiga keadaan, yaitu rafa', nashab, dan
jazm. Pada pembahasan selanjutnya insya Alloh kita akan menjumpai
perkataan penulis yang menjelaskan tentang ini.
Mungkin ada pertanyaan yang muncul di benak antum; apa saja 'amil nashab
dan jazm itu? Pertanyaan ini insya Alloh akan terjawab pada bab-bab
berikutnya. Tidak hanya tentang 'amil nashab dan jazm, tapi akan ada juga
pembahasan tentang 'amil rafa' dan khafadh.
Sekarang kita lanjutkan. Penulis berkata bahwa irab itu adalah berubahnya
Kita sudah mengenal definisi i'rab, 'amil, dan jenis-jenis i'rab. Sekarang kita
akan mencoba memahami arti dari 'secara lafadz' dan 'secara taqdir'.
I'rab secara lafadz (I'rab Lafdzi atau I'rab Dhohir) adalah perubahan
keadaan akhir lafadz yang pengaruhnya nampak pada pengucapan dan tidak
dihalangi oleh apapun. Contohnya adalah munculnya dhammah, fathah atau
kasrah pada akhir lafadz
"Dan seorang laki-laki berkata" (Ghafir : 28).
"Apakah kalian akan membunuh seorang laki-laki" (Ghafir : 28).
"Kami telah mewahyukan kepada seorang laki-laki " (Yunus :2).
Sedangkan i'rab secara taqdir (istilah lainnya : i'rab muqoddar) merupakan
kebalikan dari i'rab secara lafadz. Definisi dari i'rab secara taqdir adalah
perubahan akhir kata yang pengaruhnya tidak nampak pada pengucapan
karena terhalang oleh sesuatu. Berapa jumlah penghalangnya dan apa saja?
Penghalangnya ada tiga, yaitu :
1. At Ta'adzdzur,
2. Ats Tsiqal, dan
3. Al Munasabah.
Arti At Ta'adzdzur secara bahasa adalah 'terhalang'. Sedangkan secara
istilah adalah ketidakmungkinan sebuah harakat untuk muncul pada huruf
'illah, sehingga lisan terhalang untuk menampakkan atau mengucapkan
harakat itu. Huruf 'illah ada tiga, yaitu alif, ya', dan wawu. At Ta'adzdzur ini
merupakan penghalang yang ada di akhir isim maqshur. Apa itu isim
maqshur? Isim maqshur adalah isim yang diakhiri dengan alif lazimah.
Nah, ada istilah baru lagi ; alif lazimah. Alif lazimah adalah alif yang
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
46
senantiasa melekat di akhir suatu kata tertentu. Alif lazimah terkadang ditulis
dengan huruf ya tanpa titik di bawahnya, akan tetapi dalam pengucapannya
tetap dibaca sebagai huruf alif. Contoh isim maqshur :
( Petunjuk)
( Pemuda)
( Tongkat)
( Pemuda itu telah datang)
( Aku telah melihat pemuda itu)
( Aku telah memberi salam kepada pemuda itu)
adalah isim maqshur. Jika isim biasa, harakat akhirnya bisa ditampakkan,
pada kalimat :
( Seseorang telah datang)
yang kedua, (
) lafadz dinashab
misalnya lafadz
Pada contoh
karena menjadi
( Aku telah melihat seseorang)
yang ketiga (
) , lafadz
dikhafadh karena
masuknya huruf khafadh kepada lafadz ini. Alamat khafadhnya adalah kasrah
muqaddarah di akhir lafadz ini karena at ta'adzdzur. Jika isim biasa,
kasrahnya bisa ditampakkan, misalnya lafadz
pada kalimat :
( Aku telah memberi salam kepada seseorang)
Jenis kedua dari penghalang dalam I'rab Taqdiri : Ats Tsiqal
Ats Tsiqal secara bahasa artinya adalah 'berat.' Sedangkan secara istilah
adalah sulitnya harakat untuk muncul pada huruf 'illah. Jadi lisan terasa berat
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
47
untuk mengucapkan harakat itu, tetapi harakatnya tetap muncul dengan
berat dan susah.
Ats Tsiqal ini merupakan penghalang yang ada di akhir Isim Manqush. Apa
itu Isim Manqush? Isim Manqush adalah isim yang diakhiri oleh ya
lazimah, dan huruf sebelum yaini dikasrah. Contohnya :
( hakim)
(da'i, yang memanggil, yang berdoa)
Yang ditaqdirkan pada Isim Manqush hanya dhammah dan kasrah karena
tsiqal (berat). Adapun fathah, maka tetap nampak karena ringannya.
Contohnya adalah firman Alloh ta'ala :
"...terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Alloh." (Al Ahqaf : 31).
Jenis terakhir dari penghalang dalam I'rab Taqdiri : Al Munasabah
Al Munasabah secara bahasa artinya adalah 'kecocokan.' Sedangkan secara
istilah adalah adanya harakat yang terus mengikuti akhir sebuah isim untuk
mencocoki isim lain yang bergandeng dengannya. Seperti huruf ya' sukun,
yang mencocokinya adalah dikasrahnya huruf yang terletak sebelum huruf ya'
ini. Maka, harakat yang ada sebelum ya' ini dinamakan dengan Harakat Al
Munasabah.
Contoh :
Asalnya
( Mengingat saya).
adalah dan
(digabung
menjadi
) .
yang cocok dengan ya' sukun adalah kasrah, maka huruf ra' (yang tadinya
didhammah) itu kemudian dikasrah sehingga menjadi
. Inilah yang
( Temanku telah datang).
( Aku telah melihat temanku).
( Aku pergi menuju temanku).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
48
Bagan Tentang Jenis-Jenis I'rab
Jazm
Panduan Belajar
Nashab
'Rafa
Khafadh
Ilmu Nahwu
49
Al Bina
Akhi fillah, ada satu bab penting yang tidak dijelaskan oleh penulis di dalam
matannya. Bab ini adalah bab Al Bina. Al Bina adalah lawan dari Al I'rab.
Dengan memahami penjelasan tentang Al Bina, akan semakin jelaslah
pembahasan tentang Al I'rab.
Definisi Al Bina adalah tetapnya akhir suatu kata pada satu keadaan yang
disebabkan bukan karena 'amil. Lafadz yang keadaannya seperti ini disebut
dengan mabni. Misalnya, tetapnya keadaan akhir lafadz pada kasrah
di dalam firman Alloh ta'ala :
"Tidaklah yang mereka tunggu melainkan hanya satu teriakan saja yang tidak
ada baginya saat berselang." (Shad : 15).
"Sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak beriman." (Az Zukhruf :
88).
"Dan Kami mendatangkanmu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu."
(An Nisa : 41).
kasrah. Lafadz ini berada pada kedudukan khafadzh karena adanya huruf
khafadh.
Jadi lafadz yang mabni tidak dimasuki oleh i'rab. Artinya, akhir lafadznya tidak
bisa berubah.
Al Bina ada empat, yaitu dhammah, fathah, kasrah, dan sukun. Al bina
terdapat pada isim, fi'il, dan huruf.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
50
Soal-Soal Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan I'rab?
2. Ada berapa jenis I'rab? Sebutkan!
3. Apa yang dimaksud dengan rafa', nashab, khafadh, dan jazm?
4. Apa yang dimaksud dengan 'Amil?
5. Ada berapa jenis 'Amil? Sebutkan!
6. Apa yang dimaksud dengan 'Amil Lafdzi dan 'Amil Maknawi?
7. Berapa jumlah 'Amil Maknawi? Sebutkan!
8. Apa yang dimaksud dengan I'rab Lafdhi dan I'rab Taqdiri?
9. Berapa jumlah penghalang dalam I'rab Taqdiri? Sebutkan!
10. Sebutkan definisi At Ta'adzdzur!
11. Apa yang dimaksud dengan Isim Maqshur?
12. Sebutkan tiga contoh Isim Maqshur!
13. Sebutkan definisi Ats Tsiqal!
14. Apa yang dimaksud dengan Isim Manqush?
15. Sebutkan dua contoh Isim Manqush!
16. Sebutkan definisi Al Munasabah!
17. Apa yang dimaksud dengan Al Mudhaf Ila Ya' Al Mutakallim?
18. Apa yang dimaksud dengan Al Bina?
19. Berapa jenis Al Bina?
20. Pada jenis kata apakah terdapat Al Bina?
Kunci Jawaban
1. Yang dimaksud dengan I'rab yaitu berubahnya akhir-akhir lafadz
karena perbedaan 'amil-'amil yang masuk kepadanya baik secara lafadz
atau taqdir.
2. I'rab ada dua jenis, yaitu lafdhi dan taqdiri.
3. Rafa' adalah perubahan akhir kata yang dikhususkan ciri-cirinya
dhammah dan apa-apa yang menggantikannya.
Nashab adalah perubahan akhir kata yang dikhususkan ciri-cirinya
fathah dan apa-apa yang menggantikannya.
Khafadh adalah perubahan akhir kata yang dikhususkan ciri-cirinya
kasrah dan apa-apa yang menggantikannya.
Jazm adalah perubahan akhir kata yang dikhususkan ciri-cirinya sukun
dan apa-apa yang menggantikannya.
4. Yang dimaksud dengan 'Amil adalah faktor yang mempengaruhi
perubahan akhir sebuah lafadz.
5. 'Amil ada dua jenis : 'amil lafdzi dan 'amil maknawi.
6. Yang dimaksud dengan 'Amil Lafdzi adalah 'amil yang nampak, baik
secara lisan maupun tulisan. Sedangkan yang dimaksud dengan 'Amil
Maknawi adalah 'amil yang tidak nampak, baik secara lisan maupun
tulisan.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
51
7. Jumlah 'Amil Maknawi hanya dua, yaitu :
Al Ibtida'
Kosongnya fi'il dari 'amil nashab dan jazm.
8. Yang dimaksud dengan I'rab Lafdhi adalah perubahan keadaan akhir
lafadz yang pengaruhnya nampak pada pengucapan dan tidak
dihalangi oleh apapun. Sedangkan yang dimaksud dengan I'rab Taqdiri
adalah perubahan akhir kata yang pengaruhnya tidak nampak pada
pengucapan karena terhalang oleh sesuatu.
9. Jumlah penghalang dalam I'rab Taqdiri ada tiga, yaitu :
At Ta'adzdzur,
Ats Tsiqal, dan
Al Munasabah.
10. Definisi At Ta'adzdzur secara bahasa adalah 'terhalang'. Sedangkan
secara istilah adalah ketidakmungkinan sebuah harakat untuk muncul
pada huruf 'illah, sehingga lisan terhalang untuk menampakkan atau
mengucapkan harakat itu.
11. Yang dimaksud dengan Isim Maqshur adalah isim yang diakhiri dengan
alif lazimah.
12. Tiga contoh Isim Maqshur :
(petunjuk) ,
(pemuda) ,
(tongkat).
13. Definisi Ats Tsiqal secara bahasa adalah 'berat.' Sedangkan secara
istilah adalah sulitnya harakat untuk muncul pada huruf 'illah.
14. Yang dimaksud dengan Isim Manqush adalah isim yang diakhiri oleh
ya lazimah, dan huruf sebelum ya ini dikasrah.
15. Dua contoh Isim Manqush :
(hakim),
(da'i, yang
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
52
Bab Mengenal Tanda-Tanda I'rab
Penulis berkata :
:
,
, ,
, ,
,
, ,
Adapun wawu, maka ia menjadi tanda bagi rafa' pada dua tempat :
1. Pada jama mudzakkar salim, dan
2. Isim-isim yang lima, yaitu :
,
, ,
(ayahmu, saudaramu, iparmu, mulutmu, dan pemilik harta)
Adapun alif, maka ia menjadi tanda bagi rafa' pada isim-isim tatsniyyah
saja.
,
,
,
.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
53
Adapun Nun maka ia menjadi tanda bagi rafa' pada fiil mudhari yang
bersambung dengan dhamir tatsniyah, dhamir jama, dan dhamir mu'annats
Mukhathabah.
.
:
2. Nashab itu memiliki lima tanda, yaitu fathah, alif, kasrah, ya, dan
hadzfun nuun (membuang nun).
.
Adapun fathah maka ia menjadi tanda bagi nashab pada tiga tempat :
1. Pada isim mufrad
2. Jama taksir, dan
3. Fiil mudhari apabila masuk kepadanya 'amil yang menashabkan
dan bagian akhirnya tidak bersambung dengan sesuatupun.
"
"
:
:
Adapun alif, maka ia menjadi tanda bagi nashab pada isim-isim yang lima.
Contohnya :
.
:
Adapun kasrah, maka ia menjadi tanda bagi nashab pada jama mu'annats
salim.
:
.
Adapun ya, maka ia menjadi tanda bagi nashab pada tatsniyah dan jamak.
Adapun hadzfun nuun, maka ia menjadi tanda bagi nashab pada fiil-fiil
yang lima yang rafa'nya dengan tetap adanya nun.
3. Khafadh atau jar itu memiliki 3 tanda, yaitu kasrah, ya, dan fathah.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
54
:
:
Adapun kasrah, maka ia menjadi tanda bagi khafadh pada tiga tempat:
1. Isim mufrad yang menerima tanwin,
2. Jama taksir yang menerima tanwin, dan
3. Jama mu'annats salim.
:
.
Adapun huruf ya', maka ia menjadi tanda bagi khafadh pada tiga tempat:
1. Pada isim-isim yang lima
2. Isim tatsniyah, dan
3. Jama.
:
.
Adapun fathah, maka ia menjadi tanda bagi khafadh pada isim-isim yang
tidak menerima tanwin.
.
:
Adapun sukun, maka ia menjadi tanda bagi jazm pada fiil yang shahih
akhirnya.
.
Adapun al hadzfu, maka ia menjadi tanda bagi jazm pada fiil mudhari yang
mutal akhir dan pada fiil-fiil yang rafa'nya dengan tetap adanya nun.
Penjelasan :
Akhi fillah, di bab yang panjang di atas, penulis menyebutkan bahwa setiap
jenis i'rab itu memiliki tanda. Lalu beliau merinci tanda-tanda tersebut. Di sini
sengaja tidak kita jelaskan satu persatu, sebab penjelasannya kita letakkan
sekaligus di bab berikutnya.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
55
Penulis berkata :
,
.
, ,
,
.
Fashl (Pasal)
Lafadz-lafadz yang dii'rab itu ada dua bagian :
Lafadz yang diirab dengan harakat dan lafadz yang diirab dengan huruf.
Lafadz-lafadz yang diirab dengan harakat itu ada empat macam :
1. Isim Mufrad
2. Jama Taksir
3. Jama Mu'annats Salim, dan
4. Fiil Mudhari yang tidak bersambung dengan akhirnya sesuatupun.
Semua lafadz (yang diirab dengan harakat) itu dirafa' dengan dhammah,
dinashab dengan fathah, dikhafadh dengan kasrah, dan dijazm dengan
sukun.
Ada tiga lafadz yang keluar dari kaidah itu; jama mu'annats salim dinashab
dengan kasrah, isim yang tidak menerima tanwin dikhafadh dengan fathah,
dan fiil mudhari yang mutal akhir dijazm dengan membuang huruf akhirnya.
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
Menyebutkan
Menyebutkan
Menyebutkan
Menyebutkan
tersebut.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
56
Penjelasan :
Akhi fillah, pada pasal ini penulis meringkas apa yang telah lewat pada bab
Tanda-Tanda I'rab. Beliau berkata :
Lafadz-lafadz yang dii'rab itu ada dua bagian :
1. Lafadz-Lafadz Yang Dii'rab Dengan Harakat.
Yang dimaksud harakat di sini yaitu dhammah, fathah, kasrah, dan
sukun.
2. Lafadz-Lafadz Yang Dii'rab Dengan Huruf.
Yang dimaksud huruf di sini yaitu wawu, alif, ya', dan nun.
Lafadz-Lafadz Yang Dii'rab Dengan Harakat
Penulis memulai dengan menyebutkan lafadz-lafadz yang dii'rab dengan
harakat terlebih dahulu karena ini adalah hukum asal. Maksudnya?
Maksudnya, pada asalnya lafadz-lafadz di dalam bahasa Arab itu dii'rab
dengan harakat. Lafadz-lafadz ini ada empat :
Pertama : Isim Mufrad
Definisi : Isim Mufrad yaitu lafadz yang bukan mutsanna, jamak, bukan
pula dari Al Asma'ul Khamsah (isim-isim yang lima).
Tentang definisi mutsanna, jamak, dan al asma'ul khamsah insya Alloh akan
disebutkan pada pembahasan selanjutnya.
Hukumnya
: Dii'rab dengan harakat.
Contohnya
, , ,
Isim-isim di atas disebut oleh para ahli nahwu sebagai isim mufrad, sebab
isim-isim itu menunjukkan kepada sesuatu yang jumlahnya tunggal, baik
sesuatu itu mudzakkar maupun mu'annats. Dan isim itu bukan isim yang
jumlanya dua (mutsanna) dan bukan pula isim yang jumlahnya lebih dari dua
(jamak).
Contoh keadaan isim mufrad ketika dii'rab dengan harakat adalah apa yang
telah lewat :
"Dan seorang laki-laki berkata" (Ghafir : 28).
: isim mufrad yang marfu', karena dia adalah fa'il. Tanda rafa'nya adalah
dhammah.
"Apakah kalian akan membunuh seorang laki-laki" (Ghafir : 28).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
57
: isim mufrad manshub, karena dia adalah maf'ul bih. Tanda nashabnya
adalah fathah.
"Kami telah mewahyukan kepada seorang laki-laki " (Yunus :2).
: Jamak Taksir
( singa-singa)
Jamak taksir ini berasal dari isim mufrad. Ketika dijamak, bentuknya berubah.
Entah itu dari segi harakat, sebagaimana pada lafadz
(ketika masih berupa isim mufrad) adalah
. Lafadz ini
asalnya
dan sin yang tadinya berharakat fathah, berubah menjadi dhammah; lafadz
berubah menjadi
.
Perubahan yang terjadi pada jamak taksir ini juga kadang dalam bentuk
pengurangan huruf-hurufnya, sebagaimana pada lafadz
ta'
Perubahan yang terjadi pada jamak taksir ini juga kadang dalam bentuk
penambahan huruf-hurufnya, sebagaimana pada lafadz
Panduan Belajar
Lafadz ini
Ilmu Nahwu
58
asalnya (ketika masih berupa isim mufrad) adalah
huruf ya' di sini,
.
berubah menjadi
. Ada penambahan
Kadang-kadang perubahan yang terjadi pada jamak taksir ini lebih dari satu
bentuk, sebagaimana pada lafadz
berupa isim mufrad) adalah
berubah menjadi .
Jamak taksir ini dii'rab dengan harakat. Contohnya adalah firman Alloh ta'ala :
"dan gunung-gunung runtuh." (Maryam :90).
: jamak taksir marfu', karena dia adalah fa'il. Tanda rafa'nya adalah
dhammah.
"dan kamu lihat gunung-gunung itu." (An Naml :88).
: jamak taksir manshub, karena dia adalah maf'ul bih. Tanda nashabnya
adalah fathah.
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung." (Thaha : 105).
Definisi : Jamak Mu'annats Salim yaitu lafadz yang dijamak dengan alif
dan ta' yang di tambahkan pada bentuk mufradnya.
Hukumnya
: Dirafa' dengan dhammah. Dinashab dan dikhafadh
dengan kasrah.
Contohnya
(wanita-wanita muslim)
(wanita-wanita mu'min)
)langit-langit)
Panduan Belajar
dalam
Ilmu Nahwu
59
"Apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman" (Al
Mumtahanah 12).
Lafadz
adalah jamak mu'annats salim yang dirafa' karena dia adalah
dalam
"Apabila kalian menikahi perempuan-perempuan yang beriman" (Al Ahzab
49).
Lafadz
Tanda nashabnya adalah kasrah sebagai pengganti fathah karena lafadz itu
adalah jamak mu'annats salim.
Contoh jamak mu'annats salim yang dikhafadh adalah lafadz
firman Alloh ta'ala :
dalam
"Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman" (An Nur 31).
Lafadz
: Fi'il Mudhari'
"Mudah-mudahan Alloh mengampuni kalian." (Yusuf : 92).
Fi'il mudhari' ini dinashab dengan fathah jika dimasuki amil nashab.
Misalnya dalam firman Alloh ta'ala:
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
60
"Dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk" (Al Kahfi : 57).
Kalimat
dan
membuang wawu. Kenapa? Karena lafadz ini adalah fi'il mudhari' yang mu'tal
akhir.
Juga keluar dari kaidah di atas fi'il mudhari' yang bagian akhirnya bergandeng
dengan alif al itsnain, atau wawu jama'ah, atau ya' mukhathabah, karena
ketika itu, fi'il mudhari' dii'rab dengan huruf. Penjelasannya akan datang insya
Alloh.
Soal-Soal Latihan
1.
2.
3.
4.
Kunci Jawaban
1. Lafadz-lafadz yang dii'rab itu ada dua bagian :
Lafadz-lafadz yang dii'rab dengan harakat.
Lafadz-lafadz yang dii'rab dengan huruf.
2. Macam-macam lafadz yang diirab dengan harakat: Isim mufrad, jama
taksir, jama mu'annats salim, dan fiil mudhari yang tidak bersambung
dengan akhirnya sesuatupun.
3. Hukum asal dari lafadz yang diirab dengan harakat adalah dirafa' dengan
dhammah, dinashab dengan fathah, dikhafadh dengan kasrah, dan dijazm
dengan sukun.
4. Jenis-jenis lafadz yang keluar dari hukum asal tersebut: jama mu'annats
salim dinashab dengan kasrah, isim yang tidak menerima tanwin
dikhafadh dengan fathah, dan fiil mudhari yang mutal akhir dijazm
dengan membuang huruf akhirnya.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
61
Penulis berkata :
. :
.
.
.
Yang diirab dengan huruf itu ada empat macam :
1. Isim Tatsniyah
2. Jama Mudzakkar Salim
3. Al Asma'ul Khamsah (isim-isim yang lima), dan
4. Al Afa'lul Khamsah (fiil-fi'il yang lima), yaitu :
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1. Menyebutkan macam-macam lafadz yang diirab dengan huruf
2. Menyebutkan alamat-alamat i'rab dari setiap jenis lafadz yang diirab
dengan huruf
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
62
Penjelasan :
Setelah kita mengetahui jenis-jenis lafadz yang dii'rab dengan harakat, kita
harus mengetahui juga jenis-jenis lafadz yang dii'rab dengan huruf. Lafadzlafadz tersebut ada 4 jenis, terangkum dalam tabel berikut :
Yang Di'irab Dg Huruf
Tanda Rafa'
Tanda Nashab
Tanda Jar
Tanda Jazm
Alif
Ya'
Ya'
Wawu
Ya'
Ya'
Al Asma'ul Khamsah
Wawu
Alif
Ya'
Nun
Membuang Nun
Membuang Nun
Mutsanna
Al Afalul Khamsah
"Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan
yang lain asin lagi pahit." (Fathir 12).
Lafadz
. Lafadz
"Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan). (Al Furqon
Lafadz
53).
sebagai maf'ul bih. Tanda nashabnya adalah ya' sebagai pengganti fathah.
Contoh Isim Mutsanna yang makhfudh adalah lafadz
Alloh ta'ala :
Panduan Belajar
dalam firman
Ilmu Nahwu
63
"dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut." (An Naml 61).
Lafadz
sebagai mudhaf ilaih. Tanda khafadhnya adalah ya' sebagai pengganti kasrah.
Kedua
: Jamak Mudzakkar Salim
Definisi : Jamak Mudzakkar Salim yaitu lafadz yang menunjukkan
sesuatu yang jumlahnya lebih dari dua dengan tambahan wawu dan nun atau
ya' dan nun pada bentuk mufradnya.
Hukumnya
: Dirafa' dengan wawu, dinashab dan dikhafadh dengan
ya'.
Contoh :
(orang-orang yang
pertama).
Contoh Jamak Mudzakkar Salim yang dirafa' adalah dua lafadz di atas dan
lafadz
dalam firman Alloh ta'ala :
"Sungguh telah beruntung orang-orang yang beriman." (Al Mu'minun 1).
Lafadz
dalam
"Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman." (Al Baqarah
223).
Lafadz
dalam
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
64
"Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu'min." (Al Fath 18).
Lafadz
,
, ,
Yang dimaksud dengan Al Asma'ul Khamsah sebenarnya adalah lafadz :
, , ,
,
Asma'ul Khamsah tersebut. Lafadz-lafadz itu bisa diganti dengan lafadz lain.
Hukumnya
: Dirafa' dengan wawu, dinashab dengan alif, dan
dikhafadh dengan ya'.
Jadi, Al Asma'ul Khamsah ini dii'rab dengan wawu ketika rafa.' Misalnya
adalah firman Alloh ta'ala :
"Ayah mereka berkata" (Yusuf : 94).
"Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka" (Asy Syu'ara : 106).
"Hendaklah orang yang memiliki kemampuan memberi nafkah sesuai dengan
kemampuannya." (Ath Thalaq 7).
Al Asma'ul Khamsah ini dii'rab dengan alif ketika nashab. Misalnya adalah
firman Alloh ta'ala :
"Dan mereka datang kepada ayah mereka." (Yusuf 16).
"Dan kami akan dapat memelihara saudara kami." (Yusuf 65).
"Dan berikanlah kepada keluarga yang dekat akan haknya." (Al Isra : 26).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
65
Al Asma'ul Khamsah ini dii'rab dengan ya' ketika dikhafadh. Misalnya adalah
firman Alloh ta'ala :
"Mereka telah kembali kepada ayah mereka." (Yusuf 63).
"Allah berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu." " (Al
Qashash : 35).
"dan untuk kerabat rasul." (Al Anfal : 41).
Untuk memudahkan dalam memahami perubahan bentuk Al Asma'ul
Khamsah ini, hendaknya antum hafalkan tabel berikut :
Keadaan I'rab
Rafa'
,
, ,
Nashab
,
, ,
Khafadh
,
,
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
66
3. Al Asma'ul Khamsah itu berupa isim yang tidak ditashgir. Apa itu
tashgir? Tashghir artinya mengecilkan. Maksudnya adalah perubahan
bentuk sebuah isim kepada bentuk lain dengan pola
atau
dan
perubahan dari
dan
),
maka dii'rab
( Kakakmu yang kecil telah datang).
( Aku memberi salam kepada kakakmu yang kecil).
dhamir (kata ganti) yang menunjukkan dua orang yang sedang diajak bicara
atau dibicarakan. Misalnya adalah alif pada lafadz :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
67
Wawu Al Jama'ah (
laki (lebih dari dua) yang sedang diajak bicara atau dibicarakan. Misalnya
adalah wawu pada lafadz:
Ya' Al Mukhathabah (
perempuan yang sedang diajak bicara. Misalnya adalah huruf ya' pada lafadz:
Yang dimaksud dengan laki-laki dan perempuan di atas tidak hanya yang
bersifat hakiki, tetapi juga yang bersifat majas (kiasan). Coba lihat kembali
pembahasan tentang isim mudzakkar dan mu'annats.
Pola dari Al Af'alul Khamsah ini yaitu:
Terjemah :
sehingga
Pembahasan lebih lengkap tentang hal ini, ada pada ilmu Sharaf.
Hukum Al Af'alul Khamsah : Dirafa' dengan tetap adanya huruf nun,
dinashab dan dijazm dengan membuangnya.
Contoh Al Af'alul Khamsah yang berada dalam keadaan rafa' adalah
firman Alloh ta'ala :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
68
"Kalian beriman kepada Allah." (Ash Shaff : 11).
"Tumbuh-tumbuhan dan pepohonan keduanya bersujud kepadaNya." (Ar
Rahman : 6).
"Apakah kalian merasa heran terhadap ketetapan Allah?" (Huud : 73).
Pada ayat pertama, lafadz
itu adalah fi'il mudhari yang bergandeng dengan wawu al jama'ah. Fi'il
tersebut marfu' karena di depannya tidak ada amil nashab dan amil jazm.
Tanda rafa'nya adalah tetap adanya huruf nun sebagai pengganti dhammah.
Lafadz pada ayat kedua termasuk Al Af'alul Khamsah karena lafadz
itu adalah fi'il mudhari yang bergandeng dengan alif al itsnain. Fi'il tersebut
marfu' karena di depannya tidak ada amil nashab dan amil jazm. Tanda
rafa'nya adalah tetap adanya huruf nun sebagai pengganti dhammah.
Lafadz
"Maka jika kalian tidak dapat melakukan(nya) - dan pasti kalian tidak akan
dapat melakukan(nya)" (Al Baqarah : 24).
Dalam ayat di atas ada dua fi'il, yaitu pada kalimat dan ,
dan keduanya termasuk al Af'alul Khamsah. Keduanya adalah dua fi'il
mudhari' yang bergandeng dengan wawu jama'ah. Fi'il yang pertama dijazm
karena masuknya
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
69
Soal-Soal Latihan
1. Sebutkan macam-macam lafadz yang diirab dengan huruf!
2. Sebutkan alamat-alamat i'rab dari setiap jenis lafadz yang diirab
dengan huruf!
3. Apa yang dimaksud dengan Isim Mutsanna?
4. Sebutkan dua contoh Isim Mutsanna!
5. Apa yang dimaksud dengan Jamak Mudzakkar Salim?
6. Sebutkan dua contoh Jamak Mudzakkar Salim!
7. Sebutkan lafadz-lafadz yang merupakan Al Asma'ul Khamsah!
8. Sebutkan empat syarat agar Al Asma'ul Khamsah bisa dii'rab dengan
huruf!
9. Apa yang dimaksud dengan Al Af'alul Khamsah?
Kunci Jawaban
1. Macam-macam lafadz yang diirab dengan huruf adalah mutsanna,
jamak mudzakkar salim, al asma'ul khamsah, dan al afalul khamsah.
2. Alamat-alamat i'rab dari setiap jenis lafadz yang diirab dengan huruf :
Yang Di'irab Dg Huruf
Tanda Rafa'
Tanda Nashab
Tanda Jar
Tanda Jazm
Alif
Ya'
Ya'
Wawu
Ya'
Ya'
Al Asma'ul Khamsah
Wawu
Alif
Ya'
Nun
Membuang Nun
Membuang Nun
Mutsanna
Al Afalul Khamsah
( dua surga)
(orang-orang yang
, , ,
,
8. Empat syarat agar Al Asma'ul Khamsah bisa dii'rab dengan huruf :
o Al Asma'ul Khamsah itu berkedudukan sebagai mudhaf.
o Al Asma'ul Khamsah itu berupa isim mufrad.
o Al Asma'ul Khamsah itu berupa isim yang tidak ditashgir.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
70
o Al Asma'ul Khamsah itu diidhafahkan kepada selain huruf ya'.
9. Yang dimaksud dengan Al Af'alul Khamsah yaitu setiap fi'il mudhari'
yang bergandeng dengan alif al itsnain atau wawu al jama'ah atau ya'
al Mukhathabah.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
71
TABEL TENTANG KEADAAN I'RAB, TANDA-TANDANYA,
SERTA TEMPAT-TEMPATNYA PADA ISIM DAN FI'IL
KEADAAN I'RAB
TANDA
JENIS ISIM
JENIS FI'IL
Dhammah
Fi'il Mudhari'
Wawu
Al Asma'ul Khamsah
Dan Jamak Mudzakkar
Salim
Alif
Mutsanna
Tetap Adanya
Nun
RAFA'
NASHAB
Fathah
Fi'il Mudhari'
Alif
Al Asma'ul Khamsah
Kasrah
Jamak Mu'annats
Salim
Ya'
Membuang
Nun
KHAFADH
Al Af'alul Khamsah
Kasrah
Fathah
Ya'
Al Asma'ul Khamsah,
Mutsanna Dan Jamak
Mudzakkar Salim
Membuang
Huruf Illah
Membuang
Nun
Sukun
JAZM
Al Af'alul Khamsah
Panduan Belajar
Al Af'alul Khamsah
Ilmu Nahwu
72
Penulis berkata :
,
,
:
, ,
.
.
( mudhari) ,
( amr).
(madhi),
Fiil madhi difathah selamanya.
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.
Penjelasan :
Telah lewat penjelasan singkat pada Bab Pembagian Kalam tentang jenisjenis fi'il. Sekarang kita akan mengulangnya dan menambah penjelasan lebih
banyak tentang fi'il tersebut.
Telah kita ketahui bahwa fi'il itu terbagi menjadi tiga, yaitu madhi, mudhari,
dan amr.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
73
Hukumnya
"Rabbmu berfirman" (Al Baqarah : 30).
Atau ketika fi'il madhi ini bergandeng dengan Ta' Ta'nits Sakinah,
misalnya dalam firman Alloh ta'ala :
" Seekor semut berkata" (An Naml : 18).
Atau ketika bergandeng dengan Alif Al Itsnain, misalnya adalah firman
Alloh ta'ala :
"Dan keduanya mengucapkan: "Segala puji bagi Allah." (An Naml : 15).
2. Mabni di atas dhammah, jika ada Wawu Jama'ah yang bergandeng
dengannya. Misalnya adalah firman Alloh ta'ala :
"dan mereka mengatakan: "Kami mendengar...." (Al Baqarah : 285).
3. Mabni di atas sukun, jika fi'il madhi tersebut bergandeng dengan Ta'
Fa'il (
, , ,
,
), misalnya dalam firman Alloh ta'ala :
"dan mereka berkata: "Maha sempurna Alloh" (Yusuf : 31).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
74
Soal-Soal Latihan
1.
2.
3.
4.
5.
Kunci Jawaban
1. Fiil terbagi menjadi tiga jenis, yaitu madhi, mudhari, dan amr.
2. Contoh dari setiap jenis fiil itu :
3. Pengertian dari fi'il madhi : fi'il madhi adalah fi'il yang menunjukkan
suatu perbuatan yang terjadi sebelum waktu bicara.
4. Hukum fi'il madhi adalah selalu mabni.
5. Fi'il madhi memiliki tiga keadaan :
a. Mabni di atas fathah, jika tidak ada sesuatupun yang
bergandeng dengannya, atau ketika fi'il madhi ini bergandeng
dengan Ta' Ta'nits Sakinah.
b. Mabni di atas dhammah, jika ada Wawu Jama'ah yang
bergandeng dengannya.
c. Mabni di atas sukun, jika fi'il madhi tersebut bergandeng dengan
Ta' Fa'il (
Panduan Belajar
, , ,
,
), fai'il, dan nun niswah.
Ilmu Nahwu
75
Penulis berkata :
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1. Memahami definisi fi'il amr
2. Memahami hukum fi'il amr
Penjelasan :
Jenis Fi'il yang Kedua : Fi'il Amr
Pengertian
: fi'il amr adalah fi'il yang menunjukkan suatu
perbuatan yang dituntut pelaksanaannya atau kekonsistenannya setelah
berbicara.
Maksudnya? Begini, pada hakikatnya perintah itu ada dua. Kalau kita
memerintah orang lain, ada kalanya kita memerintahnya untuk melakukan
sesuatu yang memang belum dia lakukan. Misalnya memerintah anak kita
yang sedang bermain untuk shalat di masjid bersama kita. Inilah maksud
'perbuatan yang dituntut pelaksanaannya setelah waktu bicara/waktu
memerintah.' Kemudian ada kalanya kita memerintah seseorang untuk
melakukan sesuatu yang memang sedang dia lakukan. Misalnya ada orang
yang datang ke rumah kita karena kita sudah janjian dengannya untuk
berangkat kajian bersama. Karena kita belum selesai persiapan, kitapun
memintanya untuk menunggu di ruang tamu. Beberapa saat kemudian, kita
kembali memerintahnya untuk menunggu beberapa menit lagi karena ada hal
lain yang mendadak harus kita selesaikan. Inilah maksud 'suatu perbuatan
yang dituntut kekonsistenannya setelah waktu bicara/waktu memerintah'.
Hukum Fi'il Amr
1. Mabni di atas sukun, jika fi'il amr tersebut shahih akhir dan tidak
bergandeng dengan sesuatupun atau bergandeng dengan Nun Niswah.
Misalnya dalam firman Alloh ta'ala :
"dan ingatlah Rabbmu". (Al Kahfi : 24).
Dan firman Alloh ta'ala :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
76
"dan ingatlah apa yang dibacakan di rumah-rumah kalian." (Al Ahzab
: 34).
2. Mabni di atas membuang huruf 'illah, jika fi'il amrnya mu'tal akhir.
Misalnya :
, , , sebagaimana dalam firman Alloh ta'ala :
"Bertakwalah kepada Alloh." (Al Baqarah : 206).
"dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar." (Luqman : 17).
Dalam ayat-ayat di atas, lafadz
, , adalah fi'il-fi'il amr yang mu'tal
akhir, karena akhir dari fi'il tersebut sebenarnya adalah huruf illah. Asal
dari
lafadz itu.
adalah ya'
illahnya adalah alif di akhir lafadz itu. Tetapi karena fi'il amr yang mu'tal
akhir mabni di atas membuang huruf 'illah, maka huruf-huruf 'illah itu pun
dibuang.
3. Mabni di atas membuang nun, jika fi'il amr ini bergandeng dengan
Alif Al Itsnain atau Wawu Jama'ah atau Ya' Al Mukhathabah. Misal
yang bergandeng dengan Alif Al Itsnain adalah firman Alloh ta'ala :
"Pergilah kalian berdua kepada Fir'aun". (Thaha : 43).
Contoh yang bergandeng dengan Wawu Jama'ah ada dalam firman Alloh
ta'ala :
"Dan dirikanlah sholat." (An Nur : 56).
Adapun yang bergandeng dengan Ya' Al Mukhathabah ada dalam ayat
berikut :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
77
"Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu." (Ali 'Imran : 43).
4.
Mabni di atas fathah, jika fi'il amr ini bergandeng secara langsung
dengan Nun Taukid yang Khafifah maupun Tsaqilah.
Nun Taukid adalah nun yang ada di akhir fi'il mudhari' atau fi'il amr
yang berfungsi untuk menguatkan makna fi'il tersebut. Sebagaimana
telah disebutkan bahwa Nun Taukid ada dua, yaitu Nun Taukid
Khafifah (ringan) dan Nun Taukid Tsaqilah (berat).
o Nun Taukid Khafifah adalah nun taukid yang disukun.
o Nun Taukid Tsaqilah adalah nun taukid yang difathah dan tasydid.
Contoh fi'il amr yang bergandeng secara langsung dengan Nun Taukid
Khafifah adalah :
Contoh fi'il amr yang bergandeng secara langsung dengan Nun Taukid
Tsaqilah adalah :
Soal-Soal Latihan
1.
2.
3.
4.
Kunci Jawaban
1. Pengertian dari fi'il amr : fi'il amr adalah fi'il yang menunjukkan suatu
perbuatan yang dituntut pelaksanaannya atau kekonsistenannya
setelah berbicara.
2. Empat contoh fi'il amr :
, , ,
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
78
Penulis berkata :
, ."
"
.
Fi'il Mudhari' adalah fi'il yang di bagian awalnya ada salah satu dari empat
huruf tambahan yang terkumpul dalam perkataanmu :
( hamzah, nun,
ya', dan ta). Fiil mudhari ini dirafa' selamanya kecuali ada 'amil nashab atau
jazm yang masuk kepadanya.
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1. Memahami definisi fi'il mudhari'
2. Memahami hukum fi'il mudhari'
Penjelasan :
Jenis Fi'il yang Ketiga : Fi'il Mudhari'
Pengertian
: Fi'il mudhari' adalah fi'il yang menunjukkan suatu
perbuatan yang terjadi ketika berbicara atau setelahnya.
Hukumnya
: Fi'il ini memiliki dua hukum :
1. Hukum yang berkaitan dengan bagian awalnya.
2. Hukum yang berkaitan dengan bagian akhirnya.
Adapun hukum yang berkaitan dengan bagian awalnya; fi'il ini di bagian
awalnya harus ada salah satu dari empat huruf berikut : hamzah, nun, wawu,
dan ta,' yang terkumpul dalam kalimat :
( Saya terlambat).
Adapun hukum yang berkaitan dengan bagian akhirnya; fi'il ini kadang mabni
dan kadang mu'rab.
Fi'il mudhari' yang mabni memiliki dua keadaan :
1. Mabni di atas sukun, jika fi'il mudhari' tersebut bergandeng dengan
Nun Niswah. Misalnya lafadz
"Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya" (Al Baqarah : 233).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
79
Asal dari lafadz
ditambah dengan
berada dalam keadaan rafa.' Namun setelah adanya nun tersebut, fi'il
itupun mabni di atas sukun.
dalam
"Sesungguhnya kami akan mengusirmu wahai Syu'aib." (Al A'rof : 88).
mudhari'
,
Kalimat
sebelum
,
,
Fi'il mudhari' dii'rab dengan huruf jika bagian akhirnya bergandeng dengan
Alif Al Itsnain atau Wawu Al Jama'ah atau Ya' Al Mukhathabah.
Contohnya :
, ,
Soal-Soal Latihan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kunci Jawaban
1. Pengertian dari fi'il mudhari' adalah fi'il yang menunjukkan suatu
perbuatan yang terjadi ketika berbicara atau setelahnya.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
80
2. Ciri-ciri fi'il mudhari' adalah di bagian awalnya ada salah satu dari
empat huruf tambahan yang terkumpul dalam perkataan :
(hamzah, nun, ya', dan ta).
3. Empat contoh fi'il mudhari' :
(Saya terlambat).
Adapun hukum yang berkaitan dengan bagian akhirnya; fi'il ini kadang
mabni dan kadang mu'rab.
"Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya" (Al Baqarah : 233).
Asal dari lafadz
dengan
Niswah, fi'il
ditambah
"Sesungguhnya kami akan mengusirmu wahai Syu'aib." (Al A'rof : 88).
Kalimat
fi'il
6. Fi'il mudhari' yang mu'rab ada dua jenis : Yang dii'rab dengan harakat,
dan yang dii'rab dengan huruf.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
81
,
,
Panduan Belajar
, ,
Ilmu Nahwu
82
BAGAN TENTANG HUKUM-HUKUM FI'IL
Panduan Belajar
Membuang
nun
Membuang
huruf 'illah
Ilmu Nahwu
83
Dengan Huruf
Dengan Harakat
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
84
Penulis berkata :
: ,
. , ,
, , , , , , ,
Maka 'amil nashab (lafadz yang menashabkan) itu ada sepuluh, yaitu:
. , ,
, , , , , , ,
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
Penjelasan :
Penulis berjalan di atas madzhab ulama Nahwu dari Kufah yang mengatakan
bahwa 'amil nashab itu jumlahnya ada 10. Ulama Nahwu dari Bashrah
berpendapat bahwa 'amil nashab itu jumlahnya hanya 4, yaitu :
, , ,
secara jawaz (boleh) maupun wujub (wajib). Madzhab inilah yang benar dan
masyhur. Jadi 'amil nashab hanya ada 4 :
Pertama : ( sering tidak diartikan ke dalam bahasa kita)
menashabkan
huruf istiqbal (menunjukkan waktu yang akan datang) karena fi'il mudhari'
yang ada setelahnya hanya menunjukkan waktu yang akan datang, padahal
asal dari fi'il mudhari' itu adalah menunjukkan waktu sekarang ataupun yang
akan datang. Misal penggunaannya dalam kalimat adalah firman Alloh ta'ala :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
85
"Sesungguhnya Alloh tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu)
dengan Dia." (An Nisa : 116)
Lafadz
) ,
maka fi'il
yang ada di akhir fi'il ini (di atas huruf terakhir, yaitu kaf).
Kaitannya dengan fungsi
setelahnya bisa dirubah menjadi mashdar dari fi'il itu, maka kalimat
bisa dirubah menjadi mashdar (kata dasar) dari fi'il
dan fi'il
, sehingga menjadi :
. Urutannya adalah :
Kedua :
(tidak akan)
adalah huruf nafi, nashab, dan istiqbal. Dinamakan huruf nafi (peniadaan),
karena huruf ini meniadakan makna fi'il yang ada setelahnya. Adapun sebab
penamaannya sebagai huruf nashab dan istiqbal, sama dengan pembahasan
di atas. Contoh penggunaannya dalam kalimat adalah firman Alloh ta'ala :
"Padahal Alloh sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya." (Al Hajj : 47).
Lafadz
Panduan Belajar
) ,
maka fi'il
Ilmu Nahwu
86
Ketiga :
huruf jawab dan jaza' karena huruf ini digunakan sebagai jawaban dan
balasan dari pernyataan sebelumnya. Misalnya ada seorang teman yang
berkata kepada kita :
(Aku ingin mengunjungimu)
) ,
dan
adalah fi'il
(agar)
mashdar, nashab dan istiqbal, sama dengan yang ada pada pembahasan
huruf
"(Kami jelaskan yang demikian itu) agar kalian tidak berputus asa terhadap
apa yang luput dari kalian." (Al Hadid : 23).
Yang menjadi pembahasan adalah kalimat
tiga lafadz, yaitu
Sedangkan
dan
dan
asalnya adalah
Perhatikan, walaupun
terhalangi oleh
terhadap fi'il
. Fi'il itu tetap bisa dinashab sehingga menjadi : .
huruf
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
87
Penashaban Fi'il Mudhari' dengan
Huruf
yang Disembunyikan
dalam
huruf
dinampakkan. Keadaan ini terletak setelah Lam Ta'lil () . Lam ini disebut juga
dengan Lam Kay (
) karena lam ini masuk ke huruf
Contohnya
"Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan kepada
umat manusia." (An Nahl : 44).
Asal dari
yaitu
tapi
sebenarnya ada perbedaannya. Lam Juhud ini selalu didahului oleh kalimat
"Dan Alloh tidak akan menyia-nyiakan iman kalian." (Al Baqarah : 143).
Dan juga firmanNya :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
88
"Sekali-kali Alloh tidak akan memberi ampunan kepada mereka." (An
Nisa : 137).
2. Setelah
).
"Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak
dibinasakan sehingga (jika dibinasakan) mereka mati." (Fathir : 36).
Adapun contoh fa' sababiyyah yang terletak setelah kalimat permintaan
adalah :
( Tuntutlah ilmu, maka ilmu itu akan bermanfaat bagimu)
4. Setelah Wawu Ma'iyyah. Wawu Ma'iyyah adalah wawu yang menunjukkan
makna bersama atau penyertaan. Maksudnya lafadz yang ada sebelum
wawu ini menyertai lafadz yang terletak setelah wawu. Kaitannya dengan
pembahasan
, tapi keadaan
dengan atau . Contohnya :
5. Setelah huruf
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
89
Maksudnya :
bertaubat).
(sampai ia
Soal-Soal Latihan
1. Berapa jumlah 'amil nashab yang disebutkan oleh penulis di dalam
matan beliau? Sebutkan!
2. Apa sebutan untuk huruf
3. Mengapa
4.
5. Mengapa
6.
?
Apa sebutan untuk huruf
?
?
16. Apa sebutan untuk huruf
?
15. Apa terjemah untuk huruf
di dalam Al Qur'an!
yang
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
90
Harakatilah kembali kalimat-kalimat berikut dengan benar :
(Catatan : Pada kalimat-kalimat berikut, lafadz yang terletak setelah amil
nashab adalah fi'il mudhari'. Ingatlah pengaruh amil tersebut terhadap fi'il
mudhari').
(Kau tidak akan mendapatkan)
(Kalau begitu, kau akan berhasil)
(Menjadikan)
.1
.2
.3
(Agar kau memberi peringatan)
(Dia tidak akan datang)
.4
.9
.5
.6
.7
.8
(Ya Alloh, berilah petunjuk kepadaku sehingga aku bisa beramal baik)
.11
(Aku akan menganggap kesulitan itu mudah sehingga aku mendapatkan citacita itu)
Kunci Jawaban
1. Jumlah 'amil nashab yang disebutkan oleh penulis di dalam matan
beliau adalah sepuluh, yaitu :
. , ,
, ,
, , , , ,
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
91
5.
di dalam Al Qur'an :
"Sesungguhnya Alloh tidak mengampuni dosa mempersekutukan
(sesuatu) dengan Dia." (An Nisa : 116)
disebut sebagai huruf nafi karena huruf ini meniadakan makna fi'il
di dalam Al Qur'an :
"Padahal Alloh sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya." (Al Hajj : 47).
dan jaza'
13. disebut sebagai huruf jawab dan jaza' karena huruf ini digunakan
sebagai jawaban dan balasan dari pernyataan sebelumnya.
di dalam kalimat :
: agar.
16. Sebutan untuk huruf
adalah huruf mashdar, nashab, dan istiqbal.
17. Contoh penggunaan huruf
di dalam Al Qur'an!
15. Terjemah untuk huruf
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
92
"(Kami jelaskan yang demikian itu) agar kalian tidak berputus asa
terhadap apa yang luput dari kalian." (Al Hadid : 23).
18. Ada dua jenis penashaban fi'il mudhari' dengan huruf
disembunyikan :
Pertama : Menyembunyikan
Kedua : Menyembunyikan
19. Menyembunyikan
Lam Ta'lil () .
yang
terletak setelah
).
(Kau tidak akan mendapatkan)
(Kalau begitu, kau akan berhasil)
(Agar dia menjadi)
(Agar kau memberi peringatan)
(Dia tidak akan datang)
.1
.2
.3
.4
.5
.6
.7
.8
(Ya Alloh, berilah petunjuk kepadaku sehingga aku bisa beramal baik)
.9
.11
(Aku akan menganggap kesulitan itu mudah sehingga aku mendapatkan citacita itu)
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
93
BAGAN AMIL-AMIL YANG MENASHABKAN FI'IL MUDHARI'
1. Setelah lam juhud,
contoh :
2. Setelah , contoh :
"Bacaanmu membuatku
kagum"
Setelah lam
ta'lil, contoh:
"Bacalah agar
kau mendapat
faidah"
3. Setelah fa'
sababiyyah,contoh :
4. Setelah huruf wawu
ma'iyyah,contoh :
5. Setelah , contoh :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
94
AMIL-AMIL JAZM
Penulis berkata :
: ,
, , , ,
, ,
,
""
, , , , , ,
.
Dan 'amil jazm itu ada delapan belas, yaitu :
, , , ,
, ,
,
""
.(hanya pada syair( , ,
, , , ,
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1. Mengetahui jumlah 'amil jazm
2. Memahami makna-makna 'amil jazm
3. Menggunakan 'amil jazm di dalam kalimat
Penjelasan :
Setelah penulis menjelaskan amil-amil nashab, beliau mulai menyebutkan
amil-amil jazm. Amil-amil jazm itu ada dua :
1. Amil yang menjazmkan satu fi'il, yaitu :
,
""
2. Amil yang menjazmkan dua fi'il, yaitu amil-amil sisanya.
Penjabaran :
Pertama : Amil yang menjazmkan satu fi'il, yaitu :
1.
(tidak).
(peniadaan), karena huruf ini meniadakan makna fi'il yang ada setelahnya.
Dinamakan dengan huruf jazm, jelas karena huruf ini menjazmkan fi'il
yang terletak setelahnya. Kemudian kenapa dinamakan dengan huruf qalb
(membalik)? Sebab huruf ini membalik waktu yang ada pada fi'il mudhari
menjadi waktu fi'il madhi. Apa asal waktu yang ada pada fi'il mudhari'? Ya,
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
95
al hal (sekarang) dan al mustaqbal (yang akan datang). Nah, dengan
adanya
(waktu lampau). Agar lebih jelas, kita beri contoh dengan kalimat berikut :
Lafadz
( Ahmad tidak berdusta)
di depannya, maka
waktunya berubah menjadi madhi' (telah lewat). Jadi pada kalimat di atas,
meskipun yang dipakai adalah fi'il mudhari' (
"Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan." (Al Ikhlash : 3).
2.
(tidak/belum).
Misal penggunaan
di dalam
"Padahal belum datang kepada mereka penjelasannya." (Yunus : 39).
dan . Lafadz
asalnya
terdiri dari dua lafadz, yaitu
Kalimat
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
96
"Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya." (Ath Thalaq : 7).
Lafadz
oleh
Lam ini bermakna doa jika permintaannya berasal dari yang lebih rendah
kepada yang lebih tinggi. Misalnya firman Alloh ta'ala:
"Mereka berseru: "Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja." (Az
Zukhruf : 77).
) sama dengan
Penjelasan tentang perubahan (i'rab) fi'il mudhari'nya (
penjelasan ayat sebelumnya.
4.
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu." (Luqman : 18).
Penjelasan tentang perubahan (i'rab) fi'il mudhari'nya sama dengan
penjelasan ayat sebelumnya.
Huruf ini terkadang juga bermakna doa, misalnya :
"Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum kami." (Al Baqarah : 286).
Kalimat
asalnya adalah
dan . Lafadz
karena adanya 'amil
menjadi
, , , , , , , , , ,
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
97
1.
"Jika Alloh menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kalian." (An Nisa :
133).
Mulai dari sini saya akan menjabarkan i'rab kalimat (yang saya anggap
perlu) dalam bahasa Arab, kemudian terjemahannya. Saya juga akan
menyebutkan i'rab yang lebih rinci agar kita terlatih untuk mengetahui
kedudukan setiap lafadz dalam sebuah kalimat. Bila antum masih merasa
kesulitan untuk memahami i'rab-i'rab tersebut, ditinggalkan dulu tidak
apa-apa. Yang penting dalam pembahasan ini adalah antum memahami
pengaruh amil-amil jazm terhadap fi'il mudhari.'
I'rab ayat di atas :
.
:
.
:
( )
.( )
.
( )
:
:
.
.
.( )
: huruf syarat dan jazm, menjazmkan dua fi'il. Fi'il yang pertama
disebut dengan fi'il syarat, fi'il yang kedua disebut dengan jawab syarat
dan balasannya.
: fi'il
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
98
adalah
,
. Tanda
yang kembali ke
pertama disebut dengan fi'il syarat, fi'il yang kedua disebut dengan jawab
syarat dan balasannya.
ta'ala :
"Barangsiapa bertakwa kepada Alloh niscaya Dia akan menjadikan baginya
jalan keluar." (Ath Thalaq : 2).
: isim syarat dan jazm, menjazmkan dua fi'il. Fi'il yang pertama
disebut dengan fi'il syarat, fi'il yang kedua disebut dengan jawab syarat
dan balasannya.
tetapi fi'il ini dijazm dengan adanya
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
99
adalah membuang huruf 'illah (dalam fi'il ini, huruf 'illahnya adalah huruf
ya'). Fa'ilnya adalah dhamir yang boleh disembunyikan, perkiraannya
adalah
yang kembali ke .
(Perkataan 'Aisyah radhiallahu 'anha dalam hadits riwayat Muslim, Bab : Apa
yang Diucapkan Ketika Masuk ke Pemakaman dan Doa Untuk Penghuninya,
hadits nomor 103).
adalah sukun. Kenapa dalam kalimat di atas dikasrah? Karena huruf mim
yang disukun itu bertemu dengan alif. Alif adalah huruf yang disukun juga.
Ada kaidah yang menyebutkan bahwa bila ada pertemuan dua huruf yang
disukun, maka huruf yang pertama dikasrah.
Fa'il dari fi'il
itu adalah
.
"Jika kau lalai dalam amalanmu, niscaya kau menyesal terhadap kelalaian
itu."
: isim syarat dan jazm, menjazmkan dua fi'il. Fi'il yang pertama
disebut dengan fi'il syarat, fi'il yang kedua disebut dengan jawab syarat
dan balasannya.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
100
adalah
.
: fi'il mudhari' yang merupakan jawab syarat. Asalnya
. Tanda jazmnya
: isim syarat dan jazm, menjazmkan dua fi'il. Fi'il yang pertama
disebut dengan fi'il syarat, fi'il yang kedua disebut dengan jawab syarat
dan balasannya. Isim ini menjadi mudhaf.
.
, yang kembali ke
.
, yang kembali ke
8.
"Kapan saja kau taat kepada Alloh, Dia pasti akan menolongmu."
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
101
: isim syarat dan jazm, menjazmkan dua fi'il.
: fi'il mudhari' yang merupakan fi'il syarat. Asalnya adalah , tetapi
fi'il ini dijazm dengan adanya
sukun yang ada pada akhir lafadz ini, yaitu huruf 'ain. Kenapa huruf ya'
yang terletak sebelum huruf 'ain itu hilang? Karena kalau ada dua huruf
bertemu sedangkan keduanya sama-sama disukun, maka kalau bisa salah
satu huruf itu dihilangkan. Karena kalau dibiarkan ada, lafadznya tidak
bisa dibaca. Misalnya dalam kalimat di atas, jika kita biarkan ya' sukun dan
Dalam lafadz ini yang dihilangkan adalah huruf ya' karena huruf ini
termasuk huruf illah, dan huruf illah itu adalah huruf yang lemah.
Lalu kenapa huruf 'ainnya kemudian dikasrah? Karena huruf 'ain yang
disukun itu bertemu dengan alif (pada lafadz jalalah [)]. Alif adalah
huruf yang disukun juga. Sebagaimana sudah dijelaskan bahwa bila ada
pertemuan dua huruf yang bersukun, dan salah satu dari keduanya tidak
bisa dihilangkan, maka huruf yang pertama dikasrah agar bisa dibaca.
Seandainya dibiarkan tetap sama-sama disukun, maka tidak bisa dibaca.
Misalnya dalam kalimat di atas :
Fa'il dari fi'il
adalah
adalah
sukun. Huruf ya' nya dihilangkan karena adanya pertemuan dua huruf
yang disukun. Penjelasannya sama dengan di atas. Huruf kaf ( ) adalah
dhamir muttashil yang mabni di atas fathah, berada pada kedudukan
nashab sebagai maf'ul bih. Fa'ilnya adalah Lafadz Jalalah ().
9.
"Di mana saja kalian berada, kematian akan menjumpai kalian." (An Nisa :
78).
Ilmu Nahwu
102
Huruf alif
pada huruf kaf pertama. Huruf kaf yang kedua adalah dhamir muttashil
yang mabni di atas dhammah, berada pada kedudukan nashab sebagai
maf'ul bih. Huruf mimnya adalah tanda jamak.
10.
nashab sebagai dharaf (kata keterangan tempat atau waktu). Akan datang
pembahasan lebih lanjut tentang dharaf.
. Tanda
jazmnya adalah sukun yang nampak pada huruf sin. Pada kalimat di atas
huruf sin dikasrah karena bertemu dengan alif. Sudah lewat kaidah bahwa
jika ada pertemuan dua huruf yang disukun, maka huruf yang pertama
dikasrah. Fa'il dari fi'il
ini adalah .
: fi'il mudhari' yang menjadi jawab syarat dan balasannya. Fi'il ini
mim.
Fa'ilnya
adalah
dhamir
yang
boleh
disembunyikan,
Panduan Belajar
: lafadz tambahan.
Ilmu Nahwu
103
yang ada pada akhir lafadz ini, yaitu huruf mim. Huruf ya' nya hilang
karena ada pertemuan dua huruf yang disukun. Telah lewat kaidah
tentang hal ini. Fa'il dari fi'il ini adalah dhamir yang wajib disembunyikan,
perkiraan dhamir itu adalah
: fi'il mudhari' yang merupakan jawab syarat. Fi'il ini dijazm dengan
adanya
Faidah : penulis menyebutkan bahwa amil-amil jazm itu ada delapan belas.
Yang benar adalah lima belas saja, dengan menghilangkan :
1.
2.
3.
4.
dan
dan
yang
dimasuki oleh hamzah istifham (), dan hamzah ini tidak bisa menjazmkan.
tidak termasuk amil jazm karena tidak ada contoh dari perkataan orangorang Arab terdahulu yang menunjukkan bahwa lafadz ini bisa menjazmkan
fi'il mudhari'. Penulis menyebutkannya ke dalam kelompok amil jazm karena
mengikuti ulama Nahwu dari Kufah.
Adapun
Kawakib 2/487 dan Hasyiyah 'Ubadah terhadap kitab Syudzur Adz Dzahab
hal. 117. (Al Mumti' Syarh Al Ajurumiyyah hal. 58)
Soal-Soal Latihan
1. Berapa jumlah 'amil jazm secara keseluruhan? Sebutkan!
2. Berapa jenis 'amil jazm? Jelaskan!
?
Apa sebutan untuk huruf ?
5. Mengapa
6.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
104
8. Apa sebutan untuk huruf
di dalam Al Qur'an!
Qur'an!
Panduan Belajar
di dalam hadits!
di dalam kalimat!
yang menjazmkan di dalam kalimat!
yang menjazmkan di dalam kalimat!
di dalam kalimat!
di dalam kalimat!
di dalam kalimat!
Ilmu Nahwu
105
)Kau belum mendapatkan(
.1
.2
.3
.4
.5
.6
.7
.8
.9
.11
Ayat manapun yang kau ulangi hafalannya, maka kau akan mendapat (
)faidah darinya
.11
.12
.13
)Di manapun kau berusaha, kau akan mendapatkan rezeki(
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
106
.14
Bagaimanapun kau istiqamah, Alloh akan mentakdirkan kebaikan (
)bagimu
.15
)Di manapun kau datang, kakakmu pasti datang(
Kunci Jawaban
1. Jumlah 'amil jazm secara keseluruhan ada delapan belas, yaitu :
,
, ,
,
,
""
, ,
.(hanya pada syair( , ,
, , ,
2. Amil-amil jazm itu ada dua jenis :
1) Amil yang menjazmkan satu fi'il, yaitu :
,
""
2) Amil yang menjazmkan dua fi'il, yaitu amil-amil sisanya.
: tidak
Sebutan untuk huruf adalah huruf nafi, jazm, dan qalb.
di dalam Al Qur'an :
"Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan." (Al Ikhlash : 3).
7. Terjemah dari huruf
8. Sebutan untuk huruf
: tidak/belum
di dalam Al Qur'an :
"Padahal belum datang kepada mereka penjelasannya." (Yunus : 39).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
107
10. Fungsi dari lam amr adalah untuk meminta dilakukannya suatu
perbuatan.
11. Contoh penggunaan lam amr di dalam Al Qur'an :
"Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya." (Ath Thalaq : 7).
12. Fungsi dari laa nahiyah adalah untuk menuntut seseorang agar
menahan dan meninggalkan suatu perbuatan.
13. Contoh penggunaan laa nahiyah di dalam Al Qur'an :
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu." (Luqman : 18).
: jika.
Contoh penggunaan huruf yang menjazmkan di dalam Al Qur'an :
"Jika Alloh menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kalian." (An Nisa :
133).
: apapun.
"Dan apapun yang kalian kerjakan berupa kebaikan, niscaya Alloh
mengetahuinya." (Al Baqarah : 197).
: siapa, barangsiapa.
19. Contoh penggunaan yang menjazmkan di dalam Al Qur'an :
18. Terjemah dari
"Barangsiapa bertakwa kepada Alloh niscaya Dia akan menjadikan baginya
jalan keluar." (Ath Thalaq : 2).
20. Terjemah dari
: bagaimanapun.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
108
21. Contoh penggunaan
di dalam hadits :
: jika.
23. Contoh penggunaan di dalam kalimat :
22. Terjemahan dari
"Jika kau lalai dalam amalanmu, niscaya kau menyesal terhadap kelalaian
itu."
24. Terjemah dari
: mana saja.
: kapanpun.
27. Contoh penggunaan yang menjazmkan di dalam kalimat :
26. Terjemah dari
: kapan saja.
29. Contoh penggunaan
di dalam kalimat :
28. Terjemah dari
"Kapan saja kau taat kepada Alloh, Dia pasti akan menolongmu."
: di mana saja.
31. Contoh penggunaan
yang menjazmkan di dalam Al Qur'an :
30. Terjemah dari
"Di mana saja kalian berada, kematian akan menjumpai kalian." (An Nisa :
78).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
109
: di manapun.
33. Contoh penggunaan di dalam kalimat :
32. Terjemah dari
: di manapun.
di dalam kalimat :
)Kau belum mendapatkan(
.1
.2
.3
.4
.5
.6
.7
.8
.9
.11
Ayat manapun yang kau ulangi hafalannya, maka kau akan mendapat (
)faidah darinya
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
110
.11
.12
.13
.14
.15
- - -
Contoh :
- - - -
- -
-
Contoh :
Adat Syarat
Fi'il Syarat
Jawab Syarat
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
111
Penulis berkata :
,
" " ,
" "
, ,
. , ,
,
,
,
Bab Tentang Isim-Isim yang Dirafa'
Isim-isim yang dirafa' itu ada tujuh :
1. Faail
2. Maful yang tidak disebut fa'ilnya (Naaibul Fail)
3. Mubtada
4. Khabar Mubtada
5. Isim dan saudari-saudarinya
6. Khabar
dan saudari-saudarinya
7. Dan lafadz yang mengikuti kata yang dirafa,' yaitu ada empat : Naat,
Athaf, Taukid, dan Badal.
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1. Menyebutkan jumlah isim yang dirafa.'
2. Memahami penjabaran dari setiap jenis isim yang dirafa.'
3. Menentukan mana yang merupakan isim yang dirafa' dalam sebuah
kalimat.
4. Memahami bagan yang menjelaskan tentang setiap jenis isim yang
dirafa.'
Penjelasan :
Al Marfu'at adalah : isim-isim yang hukumnya rafa'. Penulis menyebutkan di
antaranya : fail, maful yang tidak disebut fa'ilnya (naibul fail), mubtada,
khabar mubtada, isim
dan saudara-
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
112
Pertama : Fail
Penulis berkata :
, .
,
, , :
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
.
Bab Faail
Fail adalah isim yang dirafa' yang fiilnya disebutkan sebelumnya. Fail ada
dua jenis, yaitu Fail Dhahir dan Fail Dhamir.
Contoh Fail Dhahir itu seperti :
,(Zaid telah berdiri)
Ilmu Nahwu
113
,(Beberapa orang yang bernama Hindun telah berdiri)
( Zaid berdiri)
: fi'il madhi,
. Oleh
ini
Jenisnya
fa'il.
: Dhahir dan dhamir (mudhmar)
Pertama
disebut sebagai
"Hai orang-orang yang beriman, apabila datang kepada kalian perempuanperempuan yang beriman" (Al Mumtahanah : 10).
Jamak taksir, misalnya firman Alloh ta'ala :
"Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". (Al Hujurat : 14).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
114
Fa'il dhahir dirafa' dengan wawu kalau berupa :
Jamak Mudzakkar Salim, misalnya firman Alloh ta'ala :
"Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolongpenolong (agama) Alloh." (Ali Imran : 52).
"Ayah mereka berkata" (Yusuf : 94).
Fa'il dhahir dirafa' dengan alif kalau berupa isim mutsanna, misalnya
firman Alloh ta'ala :
"Berkatalah dua orang" (Al Maidah : 23).
: Mudhmar
Penulis berkata :
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
Penjelasan:
Pada pembahasan yang lalu antum sudah mengenal fa'il dhahir. Sekarang
antum akan mengenal lawannya, yaitu fa'il mudhmar.
Definisi : Fa'il mudhmar adalah fa'il yang menunjukkan orang yang
berbicara, atau yang diajak bicara, atau orang yang dibicarakan.
Fa'il mudhmar ini ada dua, yaitu Muttashil dan Mustatir.
Fa'il Mudhmar Muttashil : dhamir yang bergandeng dengan amilnya.
Dhamir ini yaitu ta' fa'il,
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
115
1. Ta' fa'il (
, , ,
,
,
( Saya telah memukul)
( Engkau [laki-laki] telah memukul)
o Ta' yang menunjukkan kepada dua orang yang diajak bicara, entah
itu laki-laki ataupun perempuan. Misalnya :
( Kalian berdua telah memukul)
( Kalian [laki-laki] telah memukul)
( Kalian [perempuan] telah memukul)
Fa'il. Dhamir
fi'il
madhi, dan
( Kami telah memukul)
( Beberapa wanita yang bernama Hindun telah memukul)
Alif Al Itsnain ( ) . Dhamir ini menunjukkan dua orang yang sedang
dibicarakan. Misalnya :
5.
(Dua orang yang bernama Zaid telah memukul)
( Dua orang yang bernama Hindun telah memukul)
Wawu Al Jama'ah ( ) . Dhamir ini menunjukkan banyak laki-laki (lebih
dari dua) yang sedang dibicarakan. Misalnya :
(Banyak orang yang bernama Zaid telah memukul)
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
116
6.
Ya Mukhathabah (
kedudukan rafa' sebagai fa'il), karena dhamir-dhamir itu mabni. Dhamirdhamir itu mabni di atas apa yang didengar darinya; mabni di atas dhammah
kalau huruf akhir dari dhamir itu didhammah, mabni di atas fathah kalau akhir
dari dhamir itu difathah, mabni di atas kasrah kalau akhir dari dhamir itu
dikasrah, dan mabni di atas sukun kalau huruf akhir dari dhamir itu disukun.
fa'il adalah :
"Bangunlah, lalu berilah peringatan!" (Al Muddatstsir : 2).
Ketahuilah bahwa dhamir mustatir dikira-kira dengan
menunjukkan seseorang yang dibicarakan. Misalnya :
atau
jika fi'ilnya
(Dia
atau
( Saya sedang/akan memukul). Dalam fi'il itu ada dhamir mustatir yang
perkiraannya adalah .
Panduan Belajar
( Pukullah olehmu!)
Ilmu Nahwu
117
Soal-Soal Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan fa'il secara bahasa dan istilah?
2. Ada berapa jenis fa'il? Sebutkan!
3. Sebutkan tiga contoh fa'il dhahir!
4. Fa'il dhahir dirafa' dengan dhammah jika berupa lafadz apa?
5. Fa'il dhahir dirafa' dengan wawu jika berupa lafadz apa?
6. Fa'il dhahir dirafa' dengan alif jika berupa lafadz apa?
7. Apa yang dimaksud dengan fa'il dhamir?
8. Berapa jumlah fa'il dhamir? Sebutkan contohnya!
9. Fa'il dhamir terbagi menjadi berapa? Sebutkan!
10. Apa yang dimaksud dengan fa'il dhamir muttashil?
11. Apa saja fa'il dhamir muttashil tersebut?
12. Apa yang dimaksud dengan fa'il dhamir mustatir?
( Zaid berkata)
( Seseorang telah datang)
(Wudhu tersebut telah sah)
( Imam telah berdiri)
( Wajib mandi)
Kunci Jawaban
1.
2.
3.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
118
"Dan datanglah Tuhanmu; sedang malaikat berbaris-baris. (Al Fajr : 22).
"Hai orang-orang yang beriman, apabila datang kepada kalian perempuanperempuan yang beriman" (Al Mumtahanah : 10).
"Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". (Al Hujurat : 14).
4.
Fa'il dhahir dirafa' dengan dhammah jika berupa ism mufrad, jamak
mu'annats salim, dan jamak taksir.
5.
Fa'il dhahir dirafa' dengan wawu jika berupa jamak mudzakkar salim atau
al asma'ul khamsah.
6.
7.
Yang dimaksud dengan fa'il dhamir fa'il yang menunjukkan orang yang
berbicara, atau yang diajak bicara, atau orang yang dibicarakan.
8.
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
9.
10. Yang dimaksud dengan fa'il dhamir muttashil adalah dhamir yang
bergandeng dengan amilnya.
11. Fa'il dhamir muttashil yaitu ta' fa'il,
dan ya mukhathabah.
12. Yang dimaksud dengan fa'il dhamir mustatir adalah dhamir yang tidak
memiliki bentuk di dalam pelafadzan.
( Zaid berkata)
( Seseorang telah datang)
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
119
3.
4.
5.
(Wudhu tersebut telah sah)
( Imam telah berdiri)
( Wajib mandi)
Mustatir
Muttashil
1. Ta' fa'il
2.
Fa'il :
3. Nun niswah :
,
,
4. Alif Al Itsnain :
5. Wawu Al Jama'ah :
,
,
6. Ya Mukhathabah :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
120
Jenis kedua dari isim-isim yang dirafa' : Naibul Fail
Penulis berkata :
.
.
Bab Maful yang Tidak Disebut Failnya (Naibul Fail)
Naibul fail adalah isim yang dirafa' yang failnya tidak disebut bersamanya.
Jika fiilnya itu fiil madhi maka huruf awalnya didhammah, dan huruf yang
ada sebelum huruf terakhir dikasrah. Jika fiilnya adalah fiil mudhari maka
huruf awalnya didhammah, dan huruf yang ada sebelum huruf terakhir
difathah.
Penjelasan :
Setelah penulis rahimahullah selesai menjelaskan tentang fa'il, beliau mulai
menjelaskan tentang naibul fa'il karena hukumnya sama seperti hukum fa'il
dari banyak sisi. Penulis menyebut naibul fa'il ini sebagai : Al Maf'ul Alladzi
Lam Yusamma Fa'iluhu, maksudnya adalah maf'ul bih (obyek) yang fa'ilnya
tidak disebut bersamanya, sebab maf'ul bih ini sudah menempati kedudukan
fa'il.
Naibul Fa'il
Definisi : Isim marfu' yang fa'ilnya tidak disebut bersamanya.
Contoh : Perkataan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
121
Maka maf'ul bih
Kalau fi'ilnya adalah fi'il madhi, maka bagian awalnya didhammah dan
huruf yang ada sebelum huruf terakhir dikasrah. Contoh :
( Telah ditulis)
Kalau fi'ilnya adalah fi'il mudhari', maka bagian awalnya didhammah dan
huruf yang ada sebelum huruf terakhir difathah. Contoh :
( Sedang/akan ditulis)
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
122
Jenis-Jenis Naibul Fa'il
Penulis berkata :
Penjelasan :
Naibul fa'il -sebagaimana fa'il- terbagi menjadi dua, yaitu dhahir dan
mudhmar.
Adapun dhahir, misalnya adalah lafadz
"Telah dibuat perumpamaan." (Al Hajj : 73)
Dan lafadz
dalam firmanNya :
Setiap lafadz
dirafa' dengan alamat dhammah karena lafadz itu adalah isim mufrad.
Sedangkan
(Zaid telah dipukul)
( Zaid sedang/akan dipukul)
'( Amr telah dimuliakan)
Ilmu Nahwu
123
Naibul fa'ilnya adalah
dan .
,
."
,
,
,
,
,
"
."
,
,
,
,
,
Dan naibul faail dhamir (mudhmar) ada 12, contohnya:
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
Penjelasan:
Jenis Na'ibul Fa'il Kedua :
Na'ibul Fa'il Mudhmar
Penulis telah memberi contoh untuk na'ibul fa'il jenis ini dengan berbagai
macam bentuk yang berbeda. Sekarang kita akan lihat contoh dari Al Qur'an,
yaitu firman Alloh ta'ala :
"Padahal sesungguhnya Kami telah diusir dari kampung halaman kami dan
juga anak-anak kami?" (Al Baqoroh : 246).
Na'ibul fa'il mudhmar pada ayat di atas adalah
pada lafadz .
I'rabnya :
:
:
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
124
Demikianlah i'rab dhamir-dhamir sisanya yang disebutkan oleh penulis. Saya
telah menyebutkan fungsi masing-masing dhamir di bab fa'il yang menjadikan
kita tidak perlu mengulangi penjelasan tersebut di sini.
Soal-Soal Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan naibul fa'il?
2. Apa nama lain dari naibul fa'il?
3. Sebutkan contoh naibul fa'il yang terdapat di dalam hadits!
4. Bagaimana cara merubah bentuk fi'il madhi dan mudhari' ketika ada
naibul fa'il?
5. Ada berapa jenis naibul fa'il? Sebutkan!
6. Sebutkan tiga contoh naibul fa'il dhahir!
7. Sebutkan tiga contoh naibul fa'il dhamir!
(Telah dibuat sebuah permisalan)
2.
3.
( Pelajaran tersebut telah dihafal)
4.
5.
Kunci Jawaban
1. Yang dimaksud dengan naibul fa'il adalah isim marfu' yang fa'ilnya tidak
disebut bersamanya.
2. Nama lain dari naibul fa'il adalah al maf'ul alladzi lam yusamma fa'iluhu.
3. Contoh naibul fa'il yang terdapat di dalam hadits :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
125
Kalau fi'ilnya adalah fi'il madhi, maka bagian awalnya didhammah dan
huruf yang ada sebelum huruf terakhir dikasrah.
Kalau fi'ilnya adalah fi'il mudhari', maka bagian awalnya didhammah
dan huruf yang ada sebelum huruf terakhir difathah.
"Telah dibuat perumpamaan." (Al Hajj : 73)
"Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya." (Ar Rahman :
41).
(Zaid telah dipukul)
7. Tiga contoh naibul fa'il dhamir :
(Telah dibuat sebuah permisalan)
2.
3.
4.
5.
( Dahan tersebut telah dipotong)
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
126
Contoh :
Contoh :
Ilmu Nahwu
Panduan Belajar
127
Jenis Ism Marfu' yang Ketiga : Mubtada' dan Khabar
Penulis berkata :
. :
"
. " "
"
,
" "
(Orang-orang yang bernama Zaid berdiri)
Penjelasan :
Setelah penulis rahimahullah selesai menjelaskan tentang fa'il dan naibul fa'il,
beliau mulai menjelaskan tentang mubtada dan khabar. Beliau
menggabungkan keduanya dalam satu bab karena khabar harus ada bersama
mubtada, dan membentuk jumlah ismiyyah bersamanya. Jumlah ismiyyah
adalah kalimat yang diawali dengan isim. Bagian yang pertama disebut
dengan mubtada. Arti mubtada adalah tempat bermulanya sesuatu, karena
sebuah kalimat pada umumnya dimulai dengan mubtada ini.
Bagian kedua disebut khabar, karena fungsinya adalah memberi khabar
(penjelasan) tentang mubtada, dan dengannya sempurnalah makna sebuah
kalimat.
Definisi mubtada : isim marfu' yang kosong dari amil-amil lafadz.
Definisi khabar
: bagian kalimat yang karena adanya bagian ini beserta
mubtada,' sempurnalah sebuah faidah. Artinya, sebuah kalimat jadi bisa
difahami.
Contohnya
: Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
128
"Shalat adalah cahaya." (Riwayat Muslim dari Al Harits Al Asy'ari radhiallahu
'anhu).
Lafadz
kosong dari amil-amil lafadz. Maksudnya, isim ini tidak didahului oleh amil
yang nampak, misalnya fi'il.
Lafadz
"Alloh-lah Tuhan kami." (Asy Syuro : 15).
Dan kadang tandanya adalah alif. Misalnya firman Alloh ta'ala :
"Bahkan kedua tangan Alloh terbentang." (Al Maidah : 64).
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman." (Al Mu'minun : 1).
Jenis-Jenis Mubtada
Penulis berkata :
:
.
) ( :
.
.
,)(
Mubtada itu ada dua, yaitu mubtada dzahir dan mubtada dhamir.
Mubtada dzahir adalah sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya
(terdapat pada contoh-contoh mubtada sebelumnya).
Sedangkan mubtada dhamir itu ada dua belas, yaitu :
Contohnya:
)( ) (
dan sebagainya.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
129
Penjelasan :
Mubtada' ada dua jenis : dhahir dan dhamir.
Mubtada' dhahir telah lewat penjelasannya. Adapun dhamir yang menjadi
mubtada' jumlahnya ada dua belas, dan semuanya adalah dhamir munfashil,
yaitu :
dan
atau satu
( Saya berdiri).
( Kami/kita berdiri).
lafadz dan
adalah mubtada,'
yaitu mubtada'
dan
( Engkau [laki-laki] berdiri).
( Engkau [perempuan] berdiri).
adalah mubtada.'
Dalam kalimat di atas, lafadz
dan
menunjukkan kepada dua orang yang diajak bicara, entah itu laki-laki
( Kalian berdua [perempuan] berdiri).
Dalam kalimat di atas, lafadz adalah mubtada.'
dan
menunjukkan kepada beberapa laki-laki (lebih dari dua)
yang diajak
bicara.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
130
bicara. Misalnya :
dan
menunjukkan
( Mereka berdua [perempuan] berdiri).
dan
:
:
: dhamir munfashil yang mabni di atas sukun, berada pada kedudukan rafa'
sebagai mubtada.'
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
131
Jenis-Jenis Khabar
Penulis berkata :
:
:
,
:
:
. ,
Khabar itu ada dua, yaitu khabar mufrad dan khabar ghairu mufrad.
Khabar mufrad contohnya :
Khabar ghairu mufrad itu ada empat :
1. Jar dan majrur
2. Dharaf
3. Fiil beserta failnya
4. Mubtada beserta khabarnya.
Contohnya:
)
(
Penjelasan :
Khabar ada dua jenis, yaitu mufrad dan ghairu mufrad.
1. Khabar Mufrad : khabar yang bukan berupa kalimat dan bukan pula
kata yang menyerupai kalimat. Misalnya :
( Zaid berdiri)
Lafadz
(Orang-orang yang bernama Zaid berdiri)
,
, dan
lafadz tersebut bukanlah kalimat dan bukan pula kata yang menyerupai
kalimat. Maka lafadz-lafadz tersebut tergolong sebagai khabar mufrad.
2. Khabar ghairu mufrad ada dua : kalimat dan kata yang menyerupai
kalimat.
Khabar yang berupa kalimat ada dua : jumlah ismiyyah dan fi'liyyah.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
132
a. Jumlah Ismiyyah : kalimat yang diawali dengan isim. Misalnya
dalam kalimat :
( Zaid, budak perempuannya pergi).
Katakanlah: "Dia-lah Alloh, Yang Maha Esa. (Al Ikhlash : 1).
Kalimat
dan
( Zaid, ayahnya berdiri).
Dan juga seperti dalam firman Alloh :
"Alloh meluaskan rezeki." (Ar Ra'd : 26).
Kalimat
dan
dalam kalimat :
( Zaid ada di rumah)
dikhafadh, misalnya
"Segala puji bagi Alloh, Rabb semesta alam." (Al Fatihah : 2).
Lafadz
dan
, huruf
Panduan Belajar
, huruf lam ()
Ilmu Nahwu
133
adalah huruf khafadh, sedangkan lafadz jalalah ( )adalah isim
yang dikhafadh.
dalam kalimat :
dan
dan
.
Soal-Soal Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan mubtada'?
2. Apa yang dimaksud dengan khabar?
3. Mubtada' terbagi menjadi berapa jenis? Sebutkan!
4. Sebutkan satu contoh mubtada' dhahir!
5. Sebutkan satu contoh mubtada' dhamir!
6. Apa jenis dhamir yang menjadi mubtada'?
7. Berapa jumlah dhamir yang menjadi mubtada'?
8. Khabar terbagi menjadi berapa jenis? Sebutkan!
9. Berapa jenis khabar yang berupa kalimat? Sebutkan!
10. Berapa jenis khabar yang berupa sesuatu yang menyerupai kalimat?
Sebutkan!
Kunci Jawaban
1. Yang dimaksud dengan mubtada' adalah isim marfu' yang kosong dari
amil-amil lafadz.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
134
2. Yang dimaksud dengan khabar adalah bagian kalimat yang karena
adanya bagian ini beserta mubtada,' sempurnalah sebuah faidah. Artinya,
sebuah kalimat jadi bisa difahami.
"Allohlah Tuhan kami." (Asy Syuro : 15).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
135
BAGAN TENTANG JENIS-JENIS KHABAR BESERTA CONTOHNYA
Yg Menyerupai Kalimat
Kalimat
Dharaf :
Jar Majrur :
Fi'liyyah :
Ismiyyah :
( (
()
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
136
'Amil-'Amil yang Menghapus Hukum Mubtada' dan Khabar
Penulis berkata :
,
,
:
Bab 'Amil-'Amil yang Masuk Kepada Mubtada dan Khabar
'Amil-'amil yang masuk kepada mubtada dan khabar itu ada tiga macam,
yaitu
dan saudari-saudarinya, dan saudari-saudarinya, dan ( atau
)dan saudari-saudarinya.
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1. Menyebutkan dan memahami definisi 'amil-'amil yang menghapus
hukum mubtada' dan khabar.
2. Menyebutkan dan memahami pembagian 'amil-'amil yang menghapus
hukum mubtada' dan khabar.
3. Memahami bagan tentang 'amil-'amil yang menghapus hukum
mubtada' dan khabar.
Penjelasan :
Mubtada' dan khabar marfu,' tetapi kadang-kadang masuk kepadanya 'Amil
Lafdhi sehingga merubah dan menghapus hukum yang semula. Dan
alhamdulillah, kita telah melewati pembahasan tentang 'Amil Lafdhi. Di antara
'Amil-'Amil Lafdhi adalah An Nawasikh ('amil-'amil yang menghapus hukum
mubtada' dan khabar).
Definisi An Nawasikh (
An Nawasikh (
). An
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
137
An Nawasikh ('amil-'amil yang menghapus hukum mubtada' dan khabar) ada
tiga jenis :
1. 'Amil yang merafa'kan mubtada' dan menashabkan khabar. 'Amil ini yaitu
yang ada setelah amil ini disebut dengan isimnya, sedangkan lafadz yang
kedua disebut dengan khabarnya. Contohnya :
"Dan Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (An Nisa : 158).
I'rabnya :
:
:
( )
:
Terjemahan :
, dan
tanda
2. 'Amil yang menashabkan mubtada' dan merafa'kan khabar. 'Amil ini yaitu
yang ada setelah amil ini disebut dengan isimnya, sedangkan lafadz yang
kedua disebut dengan khabarnya. Contohnya :
"Sesungguhnya Alloh Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana." (Al Anfal : 10).
I'rabnya :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
138
:
,
:
:
:
( )
Terjemahan :
isim
khabar
khabar.
yang
dan
saudari-saudarinya. Semua 'amil ini adalah fi'il. Lafadz pertama yang ada
setelah amil ini disebut dengan maf'ul bih awal (maf'ul bih pertama),
sedangkan lafadz yang kedua disebut dengan maf'ul bih tsani (maf'ul bih
kedua). Contoh :
( Aku mengira Zaid pergi).
I'rabnya :
Terjemahan :
Huruf ta' (
) adalah dhamir yang berada pada kedudukan rofa' sebagai
fa'il.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
139
Soal-Soal Latihan
1. Apa makna An Naskh secara istilah?
2. Apa yang dimaksud dengan An Nawasikh?
3. Ada berapa jenis An Nawasikh? Sebutkan!
Kunci Jawaban
1. Makna An Naskh secara istilah adalah menghilangkan hukum mubtada
dan khabar.
2. Yang dimaksud dengan An Nawasikh adalah 'amil-'amil yang
menghapus hukum mubtada' dan khabar.
3. An Nawasikh ada tiga jenis :
'Amil yang merafa'kan mubtada' dan menashabkan khabar.
'Amil yang menashabkan mubtada' dan merafa'kan khabar.
'Amil yang menashabkan mubtada' dan khabar.
dan
saudarisaudarinya
Menashabkan
isim dan
merafa'kan
khobar
Contoh :
'Amil Yang
Menghapus
Hukum
Mubtada'
dan Khabar
Contoh :
Merafa'kan
isim dan
menashabkan
khobar
Contoh :
dan
saudarisaudarinya
Menashabkan
isim dan khobar
dan
saudarisaudarinya
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
140
Penjabaran
'Amil-'Amil Pertama :
Penulis berkata :
dan Saudari-Saudarinya
,
,
,
, ,
, ,
,
,
,
, ,
,
, ,
,
"
,
, , ,
, "
.
Adapun
dan saudari-saudarinya maka sesungguhnya mereka
merafa'kan isim (mubtada) dan menashabkan khabar.
saudarinya itu adalah :
dan saudari-
,
,
,
, ,
,
,
,
,
,
, ,
dan apa-apa yang ditashrif dari lafadz-lafadz itu, seperti :
, , ,
Contohnya:
"
,"
Penjelasan
,
, ,
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
141
menjadi isim. Kalau di depannya ada
dengan : "Isim
"
,"
maka mubtada'nya
begitu seterusnya.
adalah :
dengan merafa'kan
dan saudari-saudarinya ada tiga belas. Tiga belas 'amil ini terbagi
Perincian :
,
, ,
,
,
,
,
telah lewat, entah itu sifatnya terputus atau terus-menerus. Contoh yang
sifatnya terputus :
"Dahulu manusia itu adalah umat yang satu." (Al Baqarah : 213).
Persatuan umat manusia itu terjadi di zaman dahulu. Adapun sekarang,
mereka sudah berpecah belah. Jadi sifat dari persatuan mereka terputus,
tidak terus-menerus. Sehingga kita katakan bahwa
berfaidah mensifati isim (mubtada') dengan khabarnya pada waktu yang telah
lewat dengan sebuah sifat yang terputus, yaitu persatuan manusia.
Contoh yang sifatnya tetap ada :
"Dan Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (An Nisa : 96).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
142
Dalam ayat di atas, Allah disifati dengan
(Maha Penyayang) dan sifat ini jelas terus-menerus ada pada Alloh, tidak
akan pernah terputus. Sehingga kita katakan bahwa
berfaidah mensifati isim (mubtada') dengan khabarnya pada waktu yang telah
lewat dengan sifat yang tidak terputus.
Jenis selanjutnya dari 'amil yang merafa'kan isim/mubtada dan menashabkan
khabar tanpa syarat :
sore. Contoh :
I'rabnya :
( Pada waktu sore Zaid menghafal).
:
:
:
Terjemahan :
: khabar
yang dinashab dengan
, dan tanda nashabnya
shubuh. Contoh :
( Pada waktu shubuh dinginnya bertambah).
dhuha. Contoh :
( Pada waktu dhuha Zaid rajin).
siang. Contoh :
( Pada waktu siang Zaid berpuasa).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
143
I'rabnya sama dengan kalimat sebelumnya.
malam. Contoh :
: menerangkan adanya perubahan isim kepada keadaan yang ditunjukkan
oleh khabar. Contoh :
( Zaid menjadi orang yang baik).
tersebut
). Maksudnya, Zaid tadinya bukan orang
Alloh ta'ala :
"Laki-laki tidaklah seperti perempuan." (Ali 'Imran : 36).
I'rabnya sama dengan kalimat sebelumnya. Jadi, lafadz
menunjukkan adanya peniadaan khabar (yaitu
tersebut
dalam hal kesamaan. Kenapa dalam hal kesamaan? Karena dalam ayat itu
ada huruf kaf (pada lafadz
, dan
dimaksud dengan syibhu nafi adalah sebagaimana telah lewat ; kalimat yang
menyerupai nafi. Kalimat ini yaitu : an nahyu (kalimat larangan) dan al
istifham (kata tanya). An Nahyu di sini adalah laa an nahiyah ( ) , huruf yang
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
144
berfungsi untuk menunjukkan larangan. Huruf ini diterjemahkan dengan :
'jangan.' Adapun al istifham adalah kata tanya, misalnya
semuanya diterjemahkan dengan : 'Apa?.'
, dan
, ,
Keempat lafadz tersebut memiliki arti yang hampir sama. Arti dari
pergi atau hilang,
artinya meninggalkan,
adalah
artinya terlepas atau terpisah. Oleh karena itu, ketika di depan lafadz-
Arti lafadz
:
:
,
:
.
:
: .
. :
.
: :
. :
,
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
145
Terjemah :
: nafi
: asalnya :
ditambah nun (
) dan ya' (
(.
adalah fi'il
tanda jarnya adalah kasrah. Huruf jar dan isim yang dijar berkaitan
dengan fi'il (dalam kalimat ini adalah
).
( Zaid masih membaca)
( Muhammad masih menghafal)
( Bakr masih shalat)
mashdariyyah dharfiyyah.
"Dan Dia memerintahkanku (untuk mendirikan) shalat dan (menunaikan)
zakat selama aku hidup." (Maryam : 31).
Makna dari
dinamakan
adalah ( selama aku masih hidup). ini
dengan mashdariyyah karena ini dengan fi'il yang ada
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
146
setelahnya bisa dirubah menjadi mashdar (kata dasar) dari fi'il itu.
dinamakan dengan
dharfiyyah karena
ini
( selama).
( dan apa-apa yang bertashrif darinya)
dan saudari-saudarinya itu memiliki pengaruh yang juga dimiliki oleh fi'il
madhinya (
,
dan saudari-saudarinya yang disebutkan di awal
,
adalah fi'il madhi). Sama saja apakah lafadz tashrifan itu berupa fi'il mudhari',
amr, atau selainnya. Contohnya :
tersebut :
mubatada', sedangkan
menjadi khabar. Keduanya sama-sama dirafa'.
maka hukum rafa' pada mubatada' dan khabar itu dihapus.
Mubtada'nya ( ) dirafa' karena menjadi isim
, sedangkan khabarnya
(
)dinashab karena menjadi khabar . memiliki pengaruh yang
sama seperti
walaupun jenis fi'ilnya berbeda.
Setelah ada
atau (Berdirilah!)
.
, :
.
,
:
: fi'il amr dari . Fi'il ini menghapus hukum mubtada' dan khabar,
merafa'kan isim dan menashabkan khabar. Isimnya adalah dhamir yang
tersembunyi, perkiraannya adalah
khabar
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
147
adalah
( Kau berdiri).
:
,
.
:
.
:
.
:
.
:
,
Terjemah :
: nafiyah
: fi'il mudhari' dari
. Fi'il ini menghapus hukum mubtada' dan khabar,
:isim
dhammah yang nampak di akhirnya. Lafadz ini juga menjadi mudhaf. Huruf
kaf ( ) : dhamir muttashil yang mabni, berada pada kedudukan jar sebagai
mudhaf ilaih.
khabar
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
148
Soal-Soal Latihan
1. Sebutkan saudari-saudari
2. Apa pengaruh dari
khabar?
3. Ada berapa jenis
mashdariyyah dharfiyyah?
, ,
?
,
( Pada waktu sore pedagang itu pulang).
bersungguh-
sungguh).
5.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
149
( Orang miskin itu bermalam dalam keadaan lapar).
7.
(Tanahnya menjadi keras).
8.
( Muhammad bukanlah pendusta).
9.
( Zaid masih tetap istiqamah).
10.
( Pelajar itu masih tetap rajin).
( Tokonya masih tutup).
11.
13.
( Selama seorang
6.
Kunci Jawaban
1. Saudari-saudari
,
,
,
, ,
,
,
,
,
,
, ,
2. Pengaruh dari
mashdariyyah dharfiyyah.
,
, ,
,
,
,
,
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
150
, ,
,
6. Jumlah 'amil yang merafa'kan mubtada dan menashabkan khabar
dengan syarat didahului oleh
yaitu :
waktu yang telah lewat, entah itu sifatnya terputus atau terusmenerus.
: berfaidah mensifati isim (mubtada') dengan khabarnya pada
waktu shubuh.
: berfaidah mensifati isim (mubtada') dengan khabarnya pada
waktu dhuha.
waktu siang.
waktu malam.
8.
9.
( Pada waktu sore pedagang itu pulang).
( Pada waktu pagi pedagang itu pergi).
( Pada waktu dhuha pelajar itu
bersungguh-
sungguh).
5.
6.
( Orang miskin itu bermalam dalam keadaan lapar).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
151
(Tanahnya menjadi keras).
( Muhammad bukanlah pendusta).
8.
9.
( Zaid masih tetap istiqamah).
( Pelajar itu masih tetap rajin).
10.
13.
( Selama seorang
7.
dan Saudari-Saudarinya
Penulis berkata :
:
.
adalah:
Contohnya:
dan
Makna
(pengandaian),
Penjelasan :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
152
Pada pembahasan yang telah lewat, antum sudah mengetahui tentang
pengaruh dan makna dari
dan saudari-saudarinya.
Pada pembahasan kali ini antum akan mengenal jenis baru dari 'amil-'amil
yang menghapus hukum mubtada' dan khabar. 'Amil-'amil ini yaitu
saudari-saudarinya. Semuanya ada enam huruf, yaitu :
dan
Makna
tersebut.
sedangkan khabarnya (
)dirafa' dengan rafa' yang baru, dan disebut
sebagai khabar
"Sesungguhnya Alloh Maha Lembut lagi Maha Mengetahui." (Al Hajj : 63).
I'rabnya :
Terjemah :
,
.
,
:
.
:
:
.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
153
Contoh penggunaan
Lafadz selanjutnya :
( Zaid kaya tapi rumahnya kecil).
Perhatikan kalimat ( Zaid kaya). Biasanya orang-orang menganggap
bahwa orang yang kaya itu rumahnya pasti besar. Lain halnya dengan
Zaid. Meskipun dia kaya, tetapi rumahnya kecil. Jadi dalam kalimat ini,
anggapan umum itu dinafikan dengan
(tapi rumahnya kecil).
I'rabnya :
:
,
.
:
,
:
.
: .
:
.
Terjemah :
khabar.
yang nampak di akhir lafadz ini. Lafadz ini juga menjadi mudhaf.
Huruf ha (
) : dhamir muttashil yang mabni, berada pada
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
154
Saudari
yang selanjutnya :
Dengan
pengajar )
) .
I'rabnya :
:
,
.
,
:
:
.
Terjemah :
: isim
: khabar
Saudari
khabar.
yang selanjutnya :
. Maknanya
untuk
( Seandainya masa muda bisa kembali).
I'rabnya :
Terjemah :
:
,
.
,
:
,
.
:
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
155
: isim
: khabar
khabar.
( Seandainya Muhammad datang)
selanjutnya :
. Maknanya adalah At Tarajji' dan At Tawaqqu'. Makna At Tarajji'
yang bermakna At
I'rabnya :
:
,
.
,
:
: :
: .
.
.
Terjemah :
: isim
khabar.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
156
kedudukan nashab sebagai maf'ul bih. Fa'il dari fi'il ini adalah
.
Kalimat yang terdiri dari fi'il, fa'il dan maf'ul bih tersebut (
)
berada pada kedudukan rafa' sebagai khabar
.
dhamir yang boleh disembunyikan, perkiraannya adalah
lafadz
Soal-Soal Latihan
1. Sebutkan saudari-saudari
2. Apa pengaruh dari
khabar?
dan
3.
( Rumah itu besar, tetapi penghuninya hanya
satu orang).
4.
5.
6.
( Kucing itu seperti macan).
( Semoga ustadz datang).
( Jangan-jangan pelajarannya sudah dimulai).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
157
Kunci Jawaban
1. Saudari-saudari
2. Pengaruh dari
:
dan saudari-saudarinya
: At Tarajji'
(mengharap sesuatu
yang disukai) dan At
Tawaqqu' (kecemasan
akan datangnya sesuatu
yang dibenci).
: At Taukid
dan
(penegasan).
: Al Istidrak.
: At Tasybih (penyerupaan).
: At Tamanni
(pengandaian).
3.
( Rumah itu besar, tetapi penghuninya hanya
satu orang).
4.
5.
6.
( Kucing itu seperti macan).
( Semoga ustadz datang).
( Jangan-jangan pelajarannya sudah dimulai).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
158
'Amil Ketiga dari 'Amil-'Amil yang Menghapus Hukum Mubtada dan
Khabar:
dan Saudari-Saudarinya
Penulis berkata :
:
:
,
Adapun
dan saudari-saudarinya maka sesungguhnya mereka itu
menashabkan mubtada dan khabar karena keduanya itu (mubtada dan
dan saudari-saudarinya.
dan saudari-
Contohnya:
( Aku mengira Zaid berdiri)
( Aku yakin 'Amr datang/pergi)
Penjelasan :
Penulis rahimahullah menyebutkan jenis ketiga dari 'amil-'amil yang
menghapus hukum mubtada dan khabar, yaitu :
Lafadz
dan saudari-saudarinya.
Kedua
adalah 'dia
Mengapa lafadz-lafadz di atas berbeda dengan apa yang disebutkan oleh Ibnu
Ajurrum di dalam matan Al Ajurrumiyyahnya? Jawabannya sama seperti
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
159
perbedaan antara
dengan
fa'il 'saya' seperti yang disebutkan oleh Ibnu Ajurrum dalam matannya, tetapi
juga bentuk lain dari
dan saudari-saudarinya.
( Zaid berdiri)
Ada kemungkinan bahwa pernyataan antum itu dibangun di atas keyakinan,
dan ada juga kemungkinan bahwa pernyataan antum itu hanya sekedar
dugaan. Tetapi jika antum berkata :
( Aku yakin Zaid berdiri)
Jelaslah bahwa pernyataan antum itu dibangun di atas keyakinan. Atau jika
antum berkata :
( Aku mengira Zaid berdiri)
Jelaslah bahwa pernyataan antum itu dibangun di atas dugaan. Begitu
seterusnya dengan 'amil-'amil sisanya.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
160
Pengaruh
dan
( Aku mengira Zaid berdiri)
menjadi khabar.
, maka kedudukan
mubtada', dan
setelah ada
menjadi
I'rabnya :
: ,
: :
Terjemah :
Jenis-jenisnya :
Dilihat dari segi makna yang ditunjukkan,
menjadi tiga :
3.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
161
Contoh-contoh dari Al Qur'an :
dan
asalnya adalah
: ,
:
:
.
Terjemahan :
: fi'il
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
162
: maf'ul bih yang kedua. Maf'ul bih ini dinashab, dan tanda nashabnya
adalah fathah yang nampak.
Contoh selanjutnya :
"Dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang." (Al Kahfi : 36).
I'rabnya :
: . : :
,
:
Terjemahan :
dari
. Fi'il
: maf'ul bih yang pertama. Maf'ul bih ini dinashab, dan tanda
: maf'ul bih yang kedua. Maf'ul bih ini dinashab, dan tanda nashabnya
Contoh selanjutnya :
"Kamu mengira mereka mutiara." (Al Insan : 19).
I'rabnya :
:
: ,
,
,
:
,
Terjemahan :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
163
: fi'il madhi yang mabni di atas sukun. Fi'il ini menashabkan dua maf'ul.
Huruf ta adalah dhamir muttashil yang mabni di atas sukun, berada
pada kedudukan rafa' sebagai fa'il.
: maf'ul bih yang kedua. Maf'ul bih ini dinashab, dan tanda nashabnya
Contoh berikutnya :
"Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran sebagai bacaan yang berbahasa
Arab." (Az Zukhruf : 3).
I'rabnya :
: ,
,
, ,
: ) (
Terjemahan :
: fi'il madhi yang mabni di atas sukun. Fi'il ini menashabkan dua maf'ul.
: maf'ul bih yang kedua. Maf'ul bih ini dinashab, dan tanda nashabnya
adalah fathah yang nampak.
Contoh berikutnya :
"Dan Alloh menjadikan Ibrahim sebagai kesayanganNya." (An Nisa : 125).
I'rabnya :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
164
,
:
:
Terjemahan :
: lafadz jalalah. Lafadz ini menjadi fa'il yang dirafa'. Tanda rafa'nya
: maf'ul bih yang pertama. Maf'ul bih ini dinashab, dan tanda
: maf'ul bih yang kedua. Maf'ul bih ini dinashab, dan tanda nashabnya
"Kalian mendapati manusia berbeda-beda." (Hadits riwayat Muslim dari Abu
Hurairah radhiallahu 'anhu).
I'rabnya :
: ,
:
Terjemahan :
Wawu jama'ah ()
Adapun lafadz
yang merubah hukum mubtada' dan khabar, dan ini adalah pendapat
mayoritas ulama Nahwu.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
165
Soal-Soal Latihan
1. Sebutkan saudari-saudari
2. Apa pengaruh dari
khabar?
dan saudari-saudarinya
( Saya kira Zaid pulang).
( Saya kira Khalid itu saudaramu).
( Saya kira buku itu milikmu).
( Saya yakin bahwa membaca itu bermanfaat).
( Saya yakin Alloh menyelamatkan).
( Dan Alloh mengambil Ibrahim sebagai khalil).
( Dan Kami menjadikan siang hari sebagai waktu untuk
mencari penghidupan).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
166
Kunci Jawaban
1. Saudari-saudari
2. Pengaruh dari
dan saudari-saudarinya
,
yaitu :
,
dan
dan
: aku mengira
: aku mengira
: aku mengira
: aku mengira
: aku yakin
: aku yakin
: aku yakin
: aku menjadikan
: aku menjadikan
( Saya kira Zaid pulang).
( Saya kira Khalid itu saudaramu).
( Saya kira buku itu milikmu).
( Saya kira Bakr tidak datang).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
167
5.
6.
7.
8.
9.
( Saya yakin bahwa membaca itu bermanfaat).
( Saya yakin Alloh menyelamatkan).
( Dan Alloh mengambil Ibrahim sebagai khalil).
( Dan Kami menjadikan siang hari sebagai waktu untuk
mencari penghidupan).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
168
Penulis berkata :
; ,
,
.
,
Bab Naat (Sifat(
Naat itu mengikuti yang disifati pada keadaan rafa'nya, nashabnya,
khafadhnya, marifatnya, dan nakirahnya. Contohnya:
.
,
,
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.
Penjelasan :
Ini adalah awal pembahasan penulis tentang jenis kata-kata yang di'irab
karena mengikuti kata yang lain. Kata-kata ini ada empat jenis, yaitu : Na'at
(
), taukid () , badal () , dan 'athaf (
). Beliau memulai
dengan bab na'at yang disebut juga dengan sifat (
).
Na'at (
)
Definisinya
: Sebuah kata yang mengikuti kata lain yang berfungsi
menyempurnakan makna kata yang diikutinya, dengan menjelaskan salah
satu sifat dari kata tersebut.
Contohnya
( Zaid yang pintar telah berdiri).
( Aku telah melihat Zaid yang pintar).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
169
I'rabnya :
Pada contoh yang pertama, lafadz
yang disifatinya (
( marfu.'
( manshub.
( makhfudh.
Na'at mengikuti kata yang disifatinya dalam hal : i'rab, nakirah, ma'rifat,
mudzakkar, mu'annats, dan jumlahnya.
Contoh-contoh na'at dari Al Qur'an Al Karim adalah firman Alloh ta'ala :
"Inilah jalan yang lurus". (Ali 'Imron : 51).
"Tunjukilah kami jalan yang lurus." (Al Fatihah : 6).
"Aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus". (Al An'am : 161).
Dalam ayat-ayat di atas, lafadz
disifatinya, yaitu
Salah satu contoh na'at dalam hadits adalah perkataan Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam :
(Hadits riwayat Al Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu)
I'rabnya :
:
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
170
Terjemah :
Soal-Soal Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan na'at?
2. Sebutkan tiga contoh na'at dari Al Qur'anul Karim!
3. Tentukan mana lafadz yang merupakan na'at pada kalimat-kalimat
berikut :
a)
b)
c)
( Muhammad yang amanah telah datang).
( Ustadz suka kepada murid-murid yang
bersungguh-sungguh).
( Saya memberi salam kepada ustadz yang
memiliki keutamaan).
( Alloh mencintai amal shalih)
( Karena kandungannya berupa
rahasia-
( Ketahuilah wahai pembaca yang budiman)
( Al Qur'an yang mulia turun dengannya)
Kunci Jawaban
1. Yang dimaksud dengan na'at : sebuah kata yang mengikuti kata lain
yang berfungsi menyempurnakan makna kata yang diikutinya, dengan
menjelaskan salah satu sifat dari kata tersebut.
2. Tiga contoh na'at dari Al Qur'anul Karim :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
171
"Inilah jalan yang lurus". (Ali 'Imron : 51).
"Tunjukilah kami jalan yang lurus." (Al Fatihah : 6).
"Aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus". (Al An'am :
161).
c)
( Muhammad yang amanah telah datang) :
( Ustadz suka kepada murid-murid yang
bersungguh-sungguh) :
( Saya memberi salam kepada ustadz yang
memiliki keutamaan) :
rahasia-
( Ketahuilah wahai pembaca yang budiman)
( Al Qur'an yang mulia turun dengannya)
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
172
Penulis berkata :
, ,
,
, , ,
.
3 .Isim Mubham (kata tunjuk), contohnya : , ,
2 .Isim 'Alam (nama), contohnya :
5 .Lafadz yang disandarkan kepada salah satu dari empat jenis isim
tersebut.
Penjelasan :
Tatkala penulis telah menyebutkan bahwa na'at mengikuti kata yang
disifatinya dalam hal ma'rifat dan nakirah, maka beliau menjelaskan tentang
dua hal tersebut. Beliau memulai dengan menjelaskan tentang isim ma'rifat,
karena isim ini lebih mulia, sebab menunjukkan kepada sesuatu yang sudah
jelas. Mari kita simak penjabaran tentangnya :
1. Isim Ma'rifat
Definisi : Isim ma'rifat adalah isim yang menunjukkan sesuatu yang sudah
jelas.
Jenisnya : Isim ma'rifat ada 5 jenis, yaitu : dhamir, isim 'alam (nama), isim
mubham (isim yang samar, yaitu isim isyarah dan maushul), isim yang
menjadi ma'rifat dengan adanya alif lam, dan isim yang disandarkan kepada
salah satu dari empat jenis isim tersebut.
Jenis Isim Ma'rifat yang Pertama : Dhamir
Definisinya
: dhamir adalah sebuah lafadz yang menunjukkan
kepada orang yang berbicara, atau diajak bicara, atau yang dibicarakan.
Hukumnya
: mabni
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
173
Dhamir munfashil ada yang berada pada kedudukan rafa' atau nashab, tetapi
tidak mungkin berada pada kedudukan jar.
Dhamir-dhamir rafa' munfashil yaitu :
Pada umumnya, semua dhamir di atas di'irob dengan :
(berada pada kedudukan rafa' sebagai mubtada).
, ,
,
,
,
, , , , , ,
Pada umumnya, semua dhamir di atas di'irob dengan :
(berada pada kedudukan nashab sebagai maf'ul bih).
dhamir
yang
Jika dhamir ini bergandeng dengan fi'il, maka dii'rab sebagai maf'ul bih.
Contoh :
: :
,
,
) (
Terjemah :
Jika dhamir ini bergandeng dengan isim, maka dii'rab sebagai mudhaf ilaih.
Contoh :
( Bukunya)
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
174
( Bukumu)
( Buku kami)
( Buku saya)
:
,
) (
,
:
,
Terjemahan :
()
adalah
Jika dhamir tersebut bergandeng dengan huruf jar, maka dii'rab sebagai isim
majrur. Contoh :
( Darinya)
( Darimu)
( Dari kami)
Contoh i'rabnya :
( Dari saya)
,
:
:
" "
Terjemahan :
()
adalah dhamir muttashil yang mabni di atas dhammah,
berada pada kedudukan jar karena adanya huruf .
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
175
Jika dhamir tersebut bergandeng dengan huruf nashikhah (yang menghapus
hukum mubtada' dan khabar), maka dii'rab sebagai isim dari huruf itu.
Contoh :
( Sesungguhnya dia)
( Sesungguhnya kamu)
( Sesungguhnya kami)
Contoh i'rabnya :
( Sesungguhnya saya)
: :
Terjemahan :
()
adalah
itsnain. Dhamir-dhamir tersebut berada pada keadaan rafa' sebagai fa'il atau
naibul fa'il jika berada bersama fi'il-fi'il yang sempurna. Yang dimaksud
dengan fi'il-fi'il yang sempurna adalah selain fi'il-fi'il yang menghapus hukum
mubtada' dan khabar. Contoh :
:
.
Terjemahan :
Dhamir-dhamir itu berada pada keadaan rafa' sebagai isim, jika berada
bersama fi'il-fi'il yang menghapus hukum mubtada' dan khabar. Contoh :
( Dahulu mereka)
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
176
I'rabnya
:
.
,
Terjemahan :
: fi'il madhi yang menghapus hukum mubtada' dan khabar. Fi'i ini
adalah tashrifan dari
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
177
2. Isim ma'rifat ada 5 jenis, yaitu : dhamir, isim 'alam (nama), isim
mubham (isim yang samar, yaitu isim isyarah dan maushul), isim yang
menjadi ma'rifat dengan adanya alif lam, dan isim yang disandarkan
kepada salah satu dari empat jenis isim tersebut.Apa yang dimaksud
dengan dhamir?
3. Hukum dari dhamir adalah mabni.
4. Dhamir ada dua jenis : munfashil dan muttashil.
5. Definisi Dhamir Munfashil : dhamir yang berdiri sendiri dan bisa
terletak setelah lafadz
, ,
,
,
,
, , , , , ,
8. Definisi Dhamir Muttashil : dhamir yang bergandeng dengan amilnya
dan tidak bisa berdiri sendiri.
9. Jika dhamir muttashil bergandeng dengan fi'il, maka dhamir tersebut
dii'rab sebagai maf'ul bih.
10. Tiga contoh dhamir muttashil yang bergandeng dengan fi'il :
( Buku saya)
( Bukumu)
( Buku kami)
13. Jika dhamir muttashil bergandeng dengan huruf jar, maka dhamir
tersebut dii'rab sebagai isim majrur.
14. Tiga contoh dhamir muttashil yang bergandeng dengan huruf jar :
( Darinya)
( Darimu)
( Dari kami)
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
178
15. Jika dhamir muttashil bergandeng dengan huruf yang menghapus
hukum mubtada' dan khabar, maka dhamir tersebut dii'rab sebagai
isim dari huruf itu.
16. Tiga contoh dhamir muttashil yang bergandeng dengan huruf yang
menghapus hukum mubtada' dan khabar :
( Sesungguhnya dia)
( Sesungguhnya kamu)
( Sesungguhnya kami)
17. Dhamir-dhamir muttashil yang dikecualikan dari kaidah-kaidah tersebut
: ta' fa'il, nun niswah,
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
179
BAGAN TENTANG JENIS-JENIS DHAMIR BESERTA CONTOHNYA
Pada
Posisi
Rafa',
Nashab,
dan Jar
Hanya
Pada
Posisi
Nashab
dan Jar
saja.
Kaf al
mukhatab
Pd posisi
rafa' :
Pd posisi
nashab :
Pd posisi
jar :
terkumpul
dlm
firman
Alloh :
Ya al
mutakallim
Hanya
Pada
Posisi
'Rafa
Hanya
Pada
Posisi
Nashab
Hanya
Pada
Posisi
'Rafa
Ta' fa'il :
Alif al
itsnain :
Wawu al
jama'ah :
Ha' al
ghaib
Ya' al
mukhathabah
Nun an
niswah
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
180
Jenis Isim Ma'rifat yang Kedua : Isim 'Alam (Nama)
Definisi : Isim 'Alam (nama) adalah lafadz yang digunakan untuk
menunjukkan sesuatu yang sudah jelas namanya tanpa butuh kepada
keterangan tambahan dari luar lafadz.
Contoh
, ,
, , ,
Jenis Isim Ma'rifat yang Ketiga : Isim Mubham (Samar)
Isim Mubham meliputi isim isyarat dan isim maushul.
1. Isim Isyarat
Definisi
: isim isyarat adalah lafadz yang menunjukkan kepada
sesuatu yang sudah jelas dengan perantara sebuah isyarat kepadanya.
Contoh
Hukum
, , , ,
mu'rab.
Huruf
dan
atau
atau yang
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
181
2. Isim Maushul
Definisi
: Isim Maushul adalah lafadz yang menunjukkan kepada
sesuatu yang sudah jelas dengan perantara sebuah shilah.
Apa yang dimaksud dengan shilah? Shilah adalah kalimat yang terletak
setelah isim maushul, di mana dalam kalimat ini ada dhamir yang kembali
kepada isim maushul. Dhamir ini terkadang dhahir (nampak), dan
terkadang muqaddar (tidak nampak).
, , ,
,
, ,
mu'rab.
( Telah datang orang yang memuliakan aku).
Lafadz
adalah isim maushul yg mana orang yg disebut olehnya
dijelaskan lewat shilah, yaitu . Kalimat ini disebut sebagai shilah
( Telah datang orang yang memuliakan aku).
Demikianlah keadaan pada setiap isim maushul, yang mana isim maushul
ini terbagi menjadi beberapa jenis :
Untuk seorang laki-laki yg berakal
Untuk seorang wanita
Untuk dua orang laki-laki yg berakal
:
:
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
182
Untuk beberapa orang wanita
, ,
( isim
asalnya adalah
Contoh
,
,
,
,
pada asalnya adalah nakirah, tetapi kemudian menjadi ma'rifat
asalnya adalah
bertemu
ma'rifat, maka isim nakirah itupun menjadi isim ma'rifat. Kenapa tanwin pada
lafadz
mutakallim, maka lafadz ini menjadi mudhaf. Termasuk salah satu kaidah
pada mudhaf adalah tidak boleh bertanwin. Lalu kenapa dhammah pada
huruf ba' berubah menjadi kasrah (
tidak
) ? Jawabannya adalah
karena setelah huruf ba' itu ada ya' sukun. Harakat yang ada sebelum ya'
sukun harus dirubah untuk menyesuaikan dengan ya' sukun itu. Harakat yang
sesuai dengan ya' sukun adalah kasrah, sehingga dhammah pada huruf ba'
tadipun dirubah menjadi kasrah. Harakat ini disebut dengan Harakat
Munasabah (kecocokan).
Kalimat-kalimat sisanya,
penjelasan di atas.
Panduan Belajar
penjelasannya
secara
global
sama
dengan
Ilmu Nahwu
183
Soal-Soal Latihan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
12. Sebutkan
13. Sebutkan
lam!
14. Sebutkan
15. Sebutkan
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
184
4.
5.
Kunci Jawaban
1. Yang dimaksud dengan isim 'alam adalah lafadz yang digunakan untuk
menunjukkan sesuatu yang sudah jelas namanya tanpa butuh kepada
keterangan tambahan dari luar lafadz.
2. Tiga contoh isim 'alam :
,
,
3. Ada dua jenis isim mubham : isim isyarat dan isim maushul.
4. Yang dimaksud dengan isim isyarat adalah lafadz yang menunjukkan
kepada sesuatu yang sudah jelas dengan perantara sebuah isyarat
kepadanya.
5. Tiga contoh isim isyarat :
, ,
dan
, ,
dan
. Kedua
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
185
,
: untuk beberapa orang wanita
12. Definisi isim yang menjadi ma'rifat dengan adanya alif lam : adalah
isim yang dimasuki alif lam, lalu alif lam ini menjadikannya sebagai isim
ma'rifat. Alif lam ini disebut dengan Alif Lam Ma'rifat.
13. Tiga contoh isim yang menjadi ma'rifat dengan adanya alif lam :
, ,
14. Isim yang disandarkan kepada isim ma'rifat adalah isim nakirah yang
disandarkan kepada salah satu isim ma'rifat, sehingga dengan sebab
ini isim nakirah tadi menjadi isim ma'rifat.
15. Tiga contoh isim yang disandarkan kepada isim ma'rifat :
,
,
Yang merupakan isim ma'rifat
penjelasan jenis-jenisnya :
1.
(dhamir),
pada
ayat-ayat
berikut
dan
: dan
(keduanya adalah isim yang menjadi ma'rifat
dengan adanya alif lam).
3.
4.
5.
:
( isim yang disandarkan kepada isim ma'rifat),
dan ( isim yang menjadi ma'rifat dengan adanya alif lam).
:
( isim isyarat),
( isim yang menjadi
(dhamir).
ma'rifat dengan adanya alif lam), dan
( isim yang
:
( isim maushul), dan
menjadi ma'rifat dengan adanya alif lam).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
186
2. Isim Nakirah
Penulis berkata :
,
,
.
Nakirah (kata umum) adalah setiap isim yang jenisnya masih umum dan
tidak mengkhususkan suatu hal tertentu. Singkatnya, nakirah itu adalah
setiap isim yang dapat menerima alif lam, contohnya :
Penjelasan :
Setelah penulis menyebutkan tentang isim ma'rifat dan jenis-jenisnya, beliau
mulai menyebutkan tentang isim nakirah. Isim nakirah adalah lawan dari isim
ma'rifat.
Isim nakirah menurut istilah para ulama nahwu adalah sebagaimana yang
didefinisikan oleh penulis :
"Setiap isim yang jenisnya masih umum dan tidak mengkhususkan suatu
hal tertentu."
Contohnya adalah lafadz
"Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas."
(Yasin : 20).
Lafadz
untuk laki-laki yang manapun. Jadi lafadz ini adalah isim yang jenisnya masih
umum, tidak mengkhususkan laki-laki tertentu.
Isim nakirah juga didefinisikan sebagai : isim yang menerima alif lam di
awalnya, dan alif lam ini memberi pengaruh ma'rifat pada isim tersebut.
Contoh :
,
, ,
Isim-isim di atas bisa dimasuki alif lam sehingga menjadi isim ma'rifat,
dengan bentuk :
,
,
,
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
187
Contoh yang diberikan oleh Ibnu Ajurrum dalam matan Al Ajurrumiyyahnya
(yaitu
Soal-Soal Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan isim nakirah?
2. Apa definisi lain dari isim nakirah?
3. Sebutkan tiga contoh isim nakirah!
Tentukan mana yang merupakan isim nakirah pada ayat-ayat
berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
"
Kunci Jawaban
1. Yang dimaksud dengan isim nakirah adalah setiap isim yang jenisnya
masih umum dan tidak mengkhususkan suatu hal tertentu.
2. Definisi lain dari isim nakirah adalah isim yang menerima alif lam di
awalnya, dan alif lam ini memberi pengaruh ma'rifat pada isim
tersebut.
3. Tiga contoh isim nakirah :
, ,
:
: "
"
,
: ,
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
188
Penulis berkata :
, , , , , , , , , :
Bab Athaf
, , , , , , , , ,
Wawu, fa, tsumma, aw, am, imma, bal, la, laakin, dan hatta pada sebagian
tempat.
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Penjelasan :
Jenis kedua dari At Tawabi' (kata-kata yang mengikuti kata lain) adalah
'Athaf.
Definisinya : 'Athaf adalah keikutsertaan sebuah kata terhadap kata lain,
yang mana di antara kata yang mengikuti dengan kata yang diikuti ada salah
satu huruf 'athaf.
Rukun-rukunnya : ma'thuf 'alaih (kata yang diikuti), huruf 'athaf, dan
ma'thuf (kata yang mengikuti).
Contohnya :
( Zaid dan 'Amr telah datang)
I'rabnya :
:
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
189
: ,
:
Terjemah :
: fi'il madhi.'
: fa'il marfu,' yang juga menjadi ma'thuf 'alaih (kata yang diikuti).
, , , , , , , ,
Jadi jumlah huruf 'athaf hanya sembilan dengan membuang
. Pendapat ini
dipilih oleh beberapa ulama Nahwu yang masyhur seperti Ibnu Malik, Ibnu
Hisyam, dan Ibnu 'Aqil. Ibnu 'Aqil berkata :
"
mereka. Yang demikian itu karena huruf wawu (yang merupakan huruf 'athaf)
bisa berada di depan
(berupa
) ,
Silahkan lihat kitab Syarh Ibnu 'Aqil (3/234), Syarh Qathr (438), dan Al
Kawakib (2/554).
Berikut ini perincian makna dari sembilan huruf 'athaf tersebut beserta cara
penggunaannya di dalam kalimat :
1. Wawu (
)
Fungsinya adalah untuk sekedar mengumpulkan antara ma'thuf dengan
ma'thuf 'alaih, dan tidak menunjukkan adanya urutan waktu. Contoh :
( Zaid dan 'Amr telah datang)
Sama saja apakah kedatangan Zaid itu terjadi sebelum kedatangan 'Amr, atau
setelahnya, atau bersamaan.
2. Fa' ) )
Fungsinya adalah untuk menunjukkan adanya urutan waktu dan susulan.
Contoh :
( Zaid datang, lalu 'Amr juga datang).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
190
Jika kedatangan 'Amr itu terjadi setelah kedatangan Zaid tanpa diselingi
dengan waktu yang lama.
3. Tsumma )
)
Fungsinya adalah untuk menunjukkan adanya urutan waktu dengan jeda
yang lama. Contoh :
( Zaid datang, kemudian 'Amr juga datang).
Jika kedatangan 'Amr itu terjadi setelah kedatangan Zaid dengan selang
waktu yang lama.
4. Au )
( Zaid atau 'Amr telah datang).
5. Am )
jika terletak setelah hamzah istifham (hamzah yang merupakan kata tanya)
( Apakah Zaid yang telah datang ataukah 'Amr?).
6. Bal )
Fungsinya adalah
huruf ini. Contoh :
( Zaid, bukan 'Amr telah datang).
Jadi yang datang adalah 'Amr, bukan Zaid.
7. Laa )
( Yang datang Zaid, bukan 'Amr).
Hukum (perbuatan) yang ada pada kalimat ini adalah
dalam kalimat ini adalah
(datang) ditiadakan dari
Panduan Belajar
(datang). Ma'thuf
Ilmu Nahwu
191
8. Lakin )
( Zaid tidak datang, tapi 'Amr datang).
9. Hatta )
Fungsinya adalah untuk menunjukkan akhir atau puncak dan sesuatu yang
terjadi secara berangsur-angsur. Contoh :
Kunci Jawaban
1. Yang dimaksud dengan 'Athaf adalah keikutsertaan sebuah kata
terhadap kata lain, yang mana di antara kata yang mengikuti dengan
kata yang diikuti ada salah satu huruf 'athaf.
2. Jumlah rukun 'Athaf ada tiga, yaitu ma'thuf 'alaih (kata yang diikuti),
huruf 'athaf, dan ma'thuf (kata yang mengikuti).
3. Contoh kalimat yang di dalamnya terdapat 'Athaf :
( Zaid dan 'Amr telah datang)
4. Jumlah huruf-huruf 'Athaf hanyalah sembilan, yaitu :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
192
, , , , , , , ,
Fungsinya adalah
sebelum huruf ini.
7. Laa )
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
193
1.
2.
3.
4.
5.
: ma'thuf 'alaih =
, huruf 'athaf = , dan ma'thuf
=
: ma'thuf 'alaih = , huruf 'athaf = , dan
ma'thuf =
, huruf 'athaf =
: ma'thuf 'alaih =
, dan ma'thuf =
,
,
,
,
,
,
"
Jika kamu 'athafkan kepada kata yang dirafa' maka engkau rafa'kan, atau
kepada kata yang dinashab maka engkau nashabkan, atau kepada kata yang
dikhafadh maka engkau khafadhkan, atau kepada kata yang dijazm maka
engkau jazmkan. Contohnya:
( Zaid dan Amr telah berdiri)
( Saya melihat Zaid dan Amr)
( Saya melewati Zaid dan Amr)
( Zaid tidak berdiri dan tidak duduk)
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
194
Penjelasan:
Setelah penulis menyebutkan huruf-huruf 'athaf, beliau pun menjelaskan
hukum kata yang di'athafkan dengan huruf-huruf tersebut.
Hukumnya yaitu : I'rab kata tersebut mengikuti i'rab kata yang diikutinya.
Jika kata yang diikutinya marfu', maka kata yang di'athafkan itupun marfu',
misalnya firman Alloh ta'ala :
"Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya." (Al Ahzab : 22).
Lafadz
Lafadz Jalalah (
) juga dirafa.'
) dirafa' karena
Jika kata yang diikutinya manshub, maka kata yang di'athafkan itupun
manshub, misalnya firman Alloh ta'ala :
"Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya..." (An Nisa : 13).
Lafadz
lafadz jalalah (
). Lafadz
"Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Alloh dan RasulNya." (An Nisa : 136).
Lafadz
lafadz jalalah (
). Lafadz
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
195
dalam khafadhnya, dan tanda khafadhnya adalah kasrah yang nampak di
akhirnya.
Jika kata yang diikutinya majzum, maka kata yang di'athafkan itupun
majzum, misalnya firman Alloh ta'ala :
"Dan jika kalian beriman dan bertakwa" (Muhammad : 36).
Lafadz
lafadz
dijazm karena
Soal-Soal Latihan
1. Apa hukum kata yang di'athafkan dengan huruf 'athaf?
2. Sebuah kata dirafa'. Apa hukum kata yang di'athafkan kepadanya?
Sebutkan satu contohnya!
3. Sebuah kata dinashab. Apa hukum kata yang di'athafkan kepadanya?
Sebutkan satu contohnya!
4. Sebuah kata dijazm. Apa hukum kata yang di'athafkan kepadanya?
Sebutkan satu contohnya!
Berilah harakat akhir pada ma'thuf (kata yang mengikuti) dalam
kalimat-kalimat berikut :
1.
(Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi kita
Muhammad, penutup para nabi).
2.
(Dengan dalil-dalilnya dari Al Qur'an dan As Sunnah)
3.
4.
5.
( Zaid membaca buku tauhid,
sirah).
Panduan Belajar
kemudian
Ilmu Nahwu
196
Kunci Jawaban
1. Hukum kata yang di'athafkan dengan huruf 'athaf adalah i'rab kata
tersebut mengikuti i'rab kata yang diikutinya.
2. Sebuah kata dirafa'. Hukum kata yang di'athafkan kepadanya adalah
dirafa' juga. Contohnya firman Alloh ta'ala :
"Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya." (Al Ahzab : 22).
3. Sebuah kata dinashab. Hukum kata yang di'athafkan kepadanya adalah
dinashab juga. Contohnya firman Alloh ta'ala :
"Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya..." (An Nisa : 13).
4. Sebuah kata dijazm. Hukum kata yang di'athafkan kepadanya adalah
dijazm juga. Contohnya firman Alloh ta'ala :
"Dan jika kalian beriman dan bertakwa" (Muhammad : 36).
Harakat akhir pada ma'thuf (kata yang mengikuti) dalam kalimatkalimat berikut :
1.
(Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi kita
Muhammad, penutup para nabi).
2.
(Dengan dalil-dalilnya dari Al Qur'an dan As Sunnah)
3.
4.
5.
( Zaid membaca buku tauhid,
sirah).
Panduan Belajar
kemudian
Ilmu Nahwu
197
Penulis berkata :
, ,
.
,
,
,
,
,
, , ,
.
Bab Taukid (Penegasan)
Taukid adalah sebuah lafadz yg mengikuti lafadz lain yang diperkuat. Taukid
mengikuti lafadz tersebut dalam rafa', nashab, khafadh, dan marifatnya.
Taukid ini disusun dengan menggunakan lafadzh-lafazh tertentu, yaitu:
, , ,
Dan yang mengikuti lafadz
, yaitu
, ,
Contohnya:
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.
Penjelasan :
Di antara gaya bahasa yang dipakai oleh orang Arab dalam pembicaraan
mereka adalah At Taukid, yang berfungsi untuk menghilangkan keraguan,
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
198
kerancuan, dan kesamaran. Juga untuk memperkuat dan menetapkan sebuah
makna jika memang keadannya menuntut demikian.
Definisinya : sebagaimana yang disebutkan di atas, At Taukid adalah
sebuah lafadz yg mengikuti lafadz lain yang diperkuat, yang mana taukid ini
mengikuti lafadz tersebut dalam rafa', nashab, khafadh, dan marifatnya.
Pembagiannya : Menurut para ulama Nahwu, taukid ada dua jenis, yaitu
lafdzi dan maknawi.
At Taukid Al Lafdzi terbentuk dengan cara mengulang lafadz, contohnya
adalah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :
(Shalat, shalat)
Lafadz
( Konsistenlah dalam melaksanakan shalat, shalat)
Adapun lafadz
yang kedua, itu adalah Taukid Lafdzi.
, ,
, , ,
dan yang
dan :
Ilmu Nahwu
199
Lafadz
dan
adalah firman Alloh ta'ala :
"Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama." (Al Hijr : 30).
Lafadz
adalah taukid lafdzi.
adalah fa'il, sedangkan dan
, , . Contohnya :
(Sekelompok orang itu betul-betul sudah datang semua)
Lafadz
taukid lafdzi.
Lafadz
, ,
,
dan
adalah
dan
(Dua orang yang bernama Zaid dan dua orang yang bernama Hindun
sudah datang semua).
Hukum asalnya,
"Dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan semuanya." (Hud : 123).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
200
Lafadz
Lafadz
adalah taukid.
rafa' keduanya
"Katakanlah: "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah." " (Ali
'Imran : 154).
Lafadz
Lafadz
adalah taukid.
Tanda nashab
"Dan kalian beriman kepada kitab-kitab semuanya." (Ali 'Imran : 119).
Lafadz
Lafadz
. Tanda khafadh
ini dikhafadh karena mengikuti lafadz
(Ingatlah, sesungguhnya mereka, mereka itulah orang-orang yang
membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar). Al Baqarah : 12.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
201
2.
(Sesungguhnya Dia, Dialah yang menciptakan (makhluk)
permulaan dan menghidupkannya (kembali)). Al Buruj : 13.
3.
dari
(Dan bahwasanya Dia, Dialah yang mematikan dan menghidupkan). An
Najm : 44.
4.
(Maka demi Rabbmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua). Al
Hijr : 92.
6.
(Mereka mendustakan mukjizat Kami semuanya). Al Qamar : 42.
7.
( Muhammad hafal Al Qur'an secara keseluruhan)
( Dan kalian beriman kepada Al Kitab secara
keseluruhan)
3.
4.
( Bakr benar-benar datang)
( Dan agar agama secara
Alloh)
5.
pasangan).
Kunci Jawaban
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
202
5. Sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Taukid Lafdzi :
(Shalat, shalat)
6. Taukid Maknawi terbentuk dengan lafadz-lafadz yang khusus, yaitu :
, ,
, , ,
dan yang
(Ingatlah, sesungguhnya mereka, mereka itulah orang-orang yang
membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar). Al Baqarah : 12.
2.
: taukid lafdzi
(Sesungguhnya Dia, Dialah yang menciptakan (makhluk)
permulaan dan menghidupkannya (kembali)). Al Buruj : 13.
dari
: taukid lafdzi
3.
4.
: taukid lafdzi
: taukid maknawi
5.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
203
(Maka demi Rabbmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua). Al
Hijr : 92.
6.
: taukid maknawi
(Mereka mendustakan mukjizat Kami semuanya). Al Qamar : 42.
7.
: taukid maknawi
( Agar Dia memenangkannya di atas segala agama).
Ash Shaff : 9.
: taukid maknawi
Harakat pada taukid dalam kalimat-kalimat berikut :
1.
2.
( Muhammad hafal Al Qur'an secara keseluruhan)
( Dan kalian beriman kepada Al Kitab secara
keseluruhan)
3.
4.
Alloh)
5.
pasangan).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
204
Penulis berkata :
Bab Badal
Apabila sebuah isim diganti dengan isim yang lain atau sebuah fiil diganti
dengan fiil yang lain maka lafadz penggantinya mengikuti lafadz yang diganti
pada seluruh irabnya.
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.
Penjelasan :
Definisinya
: badal adalah salah satu jenis tawabi' (lafadz- lafadz
yang mengikuti kata lain) yang padanya berlaku sebuah hukum (perbuatan
atau sifat) pada suatu kalimat tanpa adanya perantara di antara lafadz ini
dengan lafadz yg diikutinya.
Contohnya
I'rabnya :
Terjemah :
"" :
: fi'il madhi
: fa'il
: badal untuk lafadz . I'rab badal ini mengikuti i'rab kata
. Badal ini berfungsi untuk menjelaskan dan menerangkan
kata
. Badal inilah yg tersifati dengan fi'il, yaitu ( adil).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
205
Kata
Jenis-Jenis Badal
Penulis berkata :
,
,
,
,"
,
,
,
"
,
.
Badal itu ada empat:
.1
.2
.3
.4
Contohnya:
,
,
Penjelasan :
Penulis mulai menerangkan tentang jenis-jenis badal. Badal ada empat jenis :
Pertama : Badal Syai Min Syai
)(
Yaitu badal yg merupakan kata yang diganti (mubdal minhu) itu sendiri.
Misalnya firman Alloh ta'ala :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
206
"Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah
Engkau beri nikmat kepada mereka." (Al Fatihah : 6-7).
adalah mubdal minhu, sedangkan
hakikatnya sama dengan lafadz
sebelumnya. Sebab, jalan orang-orang
Lafadz
yang telah diberi nikmat oleh Alloh ya jalan yg lurus itu sendiri. Jadi dua
lafadz itu memiliki satu makna.
Contoh lain adalah sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Ajurrum :
Lafadz
Karena
( Zaid saudaramu sudah berdiri)
adalah mubdal minhu, sedangkan
adalah badal
masing-masing lafadz ini ( dan
)menunjukkan
dari
apa yg
ditunjukkan oleh lafadz yg lain, maka badal ini disebut dengan Badal
Muthabiq (serasi) atau Badal Syai Min Syai atau Badal Kul Min Kul.
Jenis Badal Yang Kedua : Badal Ba'dh Min Kul
)
)
Yaitu badal yg merupakan bagian dari mubdal minhu. Misalnya firman Alloh
ta'ala :
"Bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya),
(yaitu) setengahnya atau kurangilah dari setengah itu sedikit." (Al Muzzammil
: 2-3).
Lafadz
(setengah
( Saya makan roti sepertiganya).
sendiri.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
207
( Tangan Zaid membuat saya kagum).
Lafadz
dari
sendiri.
Jenis Badal yang Ketiga : Badal Al Isytimal (
Yaitu badal yang antara dia dan mubdal minhu ada keterkaitan yg tidak
bersifat keseluruhan maupun sebagian. Badal ini adalah lawan dari Badal Syai
Min Syai dan Badal Ba'dh Min Kul. Contohnya sebagaimana yang disebutkan
oleh Ibnu Ajurrum :
Terjemah harfiah :
: Zaid
: ilmunya
Terjemah harfiah :
dan
Badal ini bukanlah mubdal minhu sebagaimana Badal Al Muthobiq atau Syai
Min Syai. Juga bukan merupakan bagian yang sebenarnya dari mubdal minhu
sebagaimana pada Badal Ba'dh Min Kul.
Jenis Badal yang Keempat : Badal Al Gholath
()
Yaitu badal yang disebutkan sebagai pengganti dari lafadz sebelumnya yang
disebutkan dengan keliru. Contohnya sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu
Ajurrum :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
208
Terjemah harfiyah :
: Aku melihat
: Zaid
: kuda
( Imam Ahmad rahimahullah berkata)
( Akhlak ustadz itu membuatku kagum)
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
209
4.
5.
jilid)
( Syaikh
Al Fauzan hafidhahullah
Kunci Jawaban
1. Definisi Badal : salah satu jenis tawabi' (lafadz- lafadz yang mengikuti
kata lain) yang padanya berlaku sebuah hukum (perbuatan atau sifat)
pada suatu kalimat tanpa adanya perantara di antara lafadz ini dengan
lafadz yg diikutinya.
2. Hukum Badal adalah mengikuti lafadz yang diganti pada seluruh
irabnya.
3. Sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Badal :
.1
.2
.3
.4
5. Yang dimaksud dengan Badal Syai Min Syai yaitu badal yg merupakan
kata yang diganti (mubdal minhu) itu sendiri.
6. Satu contoh kalimat yang di dalamnya terdapat Badal Syai Min Syai :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
210
"Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah
Engkau beri nikmat kepada mereka." (Al Fatihah : 6-7).
7. Yang dimaksud dengan Badal Ba'dh Min Kul yaitu badal yg merupakan
bagian dari mubdal minhu.
8. Satu contoh kalimat yang di dalamnya terdapat Badal Ba'dh Min Kul :
"Bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya),
(yaitu) setengahnya atau kurangilah dari setengah itu sedikit." (Al
Muzzammil : 2-3).
9. Yang dimaksud dengan Badal Al Isytimal yaitu badal yang antara dia
dan mubdal minhu ada keterkaitan yg tidak bersifat keseluruhan
maupun sebagian.
10. Satu contoh kalimat yang di dalamnya terdapat Badal Al Isytimal :
2.
3.
( Imam Ahmad rahimahullah berkata)
: badal syai min syai
( Akhlak ustadz itu membuatku kagum)
: badal ba'dh min kul
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
211
: badal ba'dh min kul
4.
jilid)
: badal al gholath
Harakat pada badal dalam kalimat-kalimat berikut :
1.
( Syaikh
Al Fauzan hafidhahullah
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
212
Penulis berkata :
,
,
,
,
, , , ,
,
,
:
,
.
Bab Isim-isim yang Dinashab
Isim-isim yang dinashab itu ada lima belas:
1 .Maful bih
2 .Mashdar
3 .Dzharaf zaman
4 .Dzharaf makan
5 .Hal
6 .Tamyiz
7 .Mustatsna
8 .Isim Laa
9 .Munada
10 .Maful min ajlih
11 .Maful maah
12 .Khabar
13 .Isim
14 .Khabar saudari
15 .Lafadz yang mengikuti kata dinashab, ada empat, yaitu: naat, athaf,
taukid, dan badal.
Penjelasan :
Tatkala penulis telah selesai dari Bab Marfu'at (Isim-Isim yang Dirafa'), beliau
menyebutkan Bab Al Manshubat (Isim-Isim yang Dinashab) dan mulai
menjelaskannya.
Al Manshubat yaitu isim-isim yang hukumnya nashab. Penulis telah
menyebutkannya, di antaranya : maful bih, mashdar, dzharaf zaman, dzharaf
makan, hal, tamyiz, mustatsna, isim laa, munada, dan seterusnya. Kapan saja
sebuah isim terletak pada salah satu posisi tersebut, maka hukumnya adalah
nashab. Insya Alloh penjelasannya akan datang bab demi bab.
Al Manshubat yang Pertama : Maf'ul Bih
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
213
Penulis berkata :
, ,
,
,
.
,
.
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
Bab Maful Bih
Maful bih adalah isim yang dinashab yang berlaku padanya suatu perbuatan,
contohnya:
(Saya telah memukul Zaid)
Maful bih itu ada dua bagian, yaitu dzhahir dan dhamir.
Maful bih dzhahir telah dijelaskan sebelumnya (pada bab-bab yang
menjelaskan tentang dzhahir).
Sedangkan maful bih dhamir itu terbagi menjadi dua:
1. Muttashil (bersambung)
2. Munfashil (terpisah)
Maful bih dhamir muttashil ada dua belas, yaitu:
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
214
Dalam sebuah kalimat yang padanya ada maf'ul bih, terdapat pula di
dalamnya fi'il (perbuatan) dan fa'il (pelaku).
Contohnya
:
I'rabnya : Lafadz
(Saya telah memukul Zaid)
setiap lafadz tersebut menjadi obyek (sasaran) dari perbuatan yang dilakukan
oleh fa'il (pelaku) dalam kalimat tersebut.
Jenisnya : Dhahir dan dhamir.
Jenis Pertama : Maf'ul Bih Dhahir
Maf'ul bih jenis ini dinashab dengan fathah atau apa-apa yang mengganti
fathah.
Maf'ul bih ini dinashab dengan fathah jika berupa isim mufrad atau jamak
taksir. Contoh maf'ul bih yang berupa isim mufrad adalah firman Alloh ta'ala :
"Dan (dalam peperangan itu) Dawud membunuh Jalut." (Al Baqarah : 251).
Dalam ayat di atas, lafadz
sebagai maf'ul bih. Lafadz tersebut dinashab, dan tanda nashabnya adalah
fathah yang nampak di akhirnya.
Contoh maf'ul bih yang berupa jamak taksir adalah firman Alloh ta'ala :
"Dan dari keduanya, Alloh memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan
yang banyak." )An Nisa : 1).
Dalam ayat di atas, lafadz
Maf'ul Bih Dhahir dinashab dengan kasrah jika berupa jamak mu'annats salim.
Contohnya adalah firman Alloh ta'ala :
"Dia (Alloh) telah menciptakan langit." (At Taghabun : 3).
Lafadz
lafadz tersebut berkedudukan sebagai maf'ul bih yang dinashab, dan tanda
nashabnya adalah kasrah yang nampak di akhirnya.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
215
Maf'ul Bih Dhahir dinashab dengan huruf ya' jika berupa jamak mudzakkar
salim atau mutsanna.
Contoh maf'ul bih yang berupa jamak mudzakkar salim adalah yang terdapat
dalam firman Alloh ta'ala :
"Janganlah kalian menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin." (An Nisa
: 144).
Lafadz
lafadz tersebut berkedudukan sebagai maf'ul bih yang dinashab, dan tanda
nashabnya adalah huruf ya'.
Contoh maf'ul bih yang berupa isim mutsanna adalah firman Alloh ta'ala :
"Jadikanlah kami berdua sebagai orang-orang yang tunduk patuh kepadaMu."
(Al Baqarah : 128).
Lafadz
Maf'ul Bih Dhahir dinashab dengan alif jika merupakan salah satu lafadz yang
termasuk Al Asma'ul Khamsah. Contohnya adalah firman Alloh ta'ala :
"Yusuf membawa saudaranya (Bunyamin) ke tempatnya." (Yusuf : 69).
Kalimat
asalnya adalah
Khamsah adalah
dan
sebagai maf'ul bih yang dinashab, dan tanda nashabnya adalah alif.
Jenis Maf'ul Bih Kedua : Maf'ul Bih Dhamir
Maf'ul Bih Dhamir ada dua : Al Muttashil dan Al Munfashil.
Al Muttashil : adalah dhamir yang bergandeng dengan fi'il. Dhamir-dhamir
ini yaitu : Ya' Al Mutakallim (
), Naa Al Mutakallim (), Kaf Al Mukhathab () ,
dan Ha' Al Ghaib () . Perinciannya adalah sebagai berikut :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
216
1. Ya Al Mutakallim (
) : yaitu dhamir yang menunjukkan seseorang yang
sedang berbicara (kata ganti orang pertama tunggal). Contoh :
2. Naa Al
(Dia telah memukul saya).
Mutakallim ( ): yaitu dhamir yang menunjukkan
beberapa
(Dia telah memukul kami/saya).
Kaf Al Mukhatab ( ):
(Dia telah memukulmu [laki-laki]).
o Huruf Kaf ini bergandeng dengan Mim 'Imad dan Alif At Tatsniyyah
jika menunjukkan dua orang yang sedang diajak bicara (laki-laki
maupun perempuan). Contoh :
(Dia telah memukul kalian berdua).
(Dia telah memukul kalian [lebih dari dua orang laki-laki]).
(Dia telah memukul kalian [perempuan]).
4. Ha Al Ghaib ( ):
(Dia telah memukulnya [perempuan]).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
217
o Huruf Ha ini bergandeng dengan Mim 'Imad dan Alif At Tatsniyyah
jika menunjukkan dua orang yang sedang dibicarakan (laki-laki
maupun perempuan). Contoh :
(Dia telah memukul mereka berdua).
(Dia telah memukul mereka [lebih dari dua orang laki-laki]).
(Dia telah memukul kalian [perempuan]).
Maf'ul Bih pada contoh-contoh di atas adalah dhamir muttashil yang mabni
(tidak dimasuki i'rab). Maf'ul bih tersebut mabni di atas apa yang didengar
darinya. Jadi kita katakan pada i'rab lafadz
:
:
( dia).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
218
Jenis Maf'ul Bih Dhamir yang Kedua : Al Munfashil
Penulis berkata :
,
, ,
, , , , , ,
,
.
,
,
Maful bih dhamir munfashil ada dua belas, yaitu:
.
, ,
,
,
,
, , , , , ,
Penjelasan :
Dhamir munfashil yaitu dhamir yang terpisah dari fi'il, sehingga dhamir ini
mendahului fi'il itu. Dhamir ini bisa berada di awal kalimat dan bisa terletak
setelah lafadz
( saya)
( kami)
Untuk orang yang sedang diajak bicara (kata ganti orang kedua) :
( kalian berdua)
Maf'ul bih pada contoh-contoh tersebut tidak dimasuki oleh i'rab, dan mabni
di atas apa yang didengar darinya. Dikatakan dalam i'rabnya :
( berada pada kedudukan nashab sebagai maf'ul bih).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
219
Sehingga antum katakan pada i'rab kalimat-kalimat berikut :
"Hanya Engkaulah yang kami ibadahi, dan hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan." (Al Fatihah : 5).
( Kunjungilah aku)
( Kunjungilah dia)
:
:
:
Soal-Soal Latihan
1. Sebutkan definisi Maf'ul Bih!
2. Buatlah sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Maf'ul Bih!
3. Apa hukum Maf'ul Bih?
4. Maf'ul Bih terbagi menjadi berapa? Sebutkan!
5. Kapan Maf'ul Bih Dhahir dinashab dengan fathah?
6. Kapan Maf'ul Bih Dhahir dinashab dengan kasrah?
7. Kapan Maf'ul Bih Dhahir dinashab dengan huruf ya'?
8. Kapan Maf'ul Bih Dhahir dinashab dengan alif?
9. Maf'ul Bih Dhamir terbagi menjadi berapa? Sebutkan!
10. Apa yang dimaksud dengan Dhamir Al Muttashil?
11. Buatlah sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat maf'ul bih berupa
Dhamir Al Muttashil!
12. Apa yang dimaksud dengan Dhamir Al Munfashil?
13. Berapa jumlah Dhamir Al Munfashil? Sebutkan!
14. Buatlah sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat maf'ul bih berupa
Dhamir Al Munfashil!
Tentukan mana yang merupakan Maf'ul Bih dalam kalimat-kalimat
berikut, dan sebutkan jenisnya!
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
220
1.
2.
3.
( Dan mereka mendirikan shalat)
dan
( Tunjukilah kami jalan yang lurus)
3.
(Siwak itu mensucikan mulut).
Kunci Jawaban
1. Definisi Maf'ul Bih yaitu isim manshub yang menjadi obyek (sasaran)
suatu perbuatan.
2. Sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Maf'ul Bih :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
221
9. Maf'ul Bih Dhamir terbagi menjadi dua : Al Muttashil dan Al Munfashil.
10. Yang dimaksud dengan Dhamir Al Muttashil adalah dhamir yang
bergandeng dengan fi'il.
11. Sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat maf'ul bih berupa Dhamir Al
Muttashil :
(Zaid telah memukul saya).
12. Yang dimaksud dengan Dhamir Al Munfashil yaitu dhamir yang terpisah
dari fi'il, sehingga dhamir ini mendahului fi'il itu.
13. Jumlah Dhamir Al Munfashil ada dua belas lafadz :
Untuk orang yang sedang berbicara (kata ganti orang pertama) :
( saya)
( kami)
Untuk orang yang sedang diajak bicara (kata ganti orang kedua) :
( kalian berdua)
14. Sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat maf'ul bih berupa Dhamir Al
Munfashil :
"Hanya Engkaulah yang kami ibadahi, dan hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan." (Al Fatihah : 5).
Yang merupakan Maf'ul Bih dalam kalimat-kalimat berikut, dan
jenisnya :
1.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
222
2.
3.
( Dan mereka mendirikan shalat).
: maful bih dhahir
5.
dan
( Tunjukilah kami jalan yang lurus)
: maful bih dhamir muttashil
: maful bih dhahir
3.
(Siwak itu mensucikan mulut).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
223
Maf'ul Bih
Dhamir
Munfashil
Dhahir
Muttashil
Utk orang yg
berbicara :
Utk orang yg
berbicara :
Utk orang yg
diajak bicara :
Utk orang yg
diajak bicara :
Utk orang yg
dibicarakan :
Panduan Belajar
Dan Dawud
membunuh
Jalut.
:
:
Utk orang yg
dibicarakan :
Ilmu Nahwu
224
,
,
Bab Mashdar
Mashdar adalah isim yang dinashab yang datang pada urutan ketiga dalam
tashrif fiil. Contohnya:
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.
Penjelasan :
Maf'ul muthlaq disebut oleh penulis sebagai mashdar, sebab pada umumnya
maf'ul muthlaq ini berbentuk mashdar.
Yang dimaksud dengan mashdar adalah : isim yang menunjukkan suatu
perbuatan yang huruf-hurufnya sama dengan fi'il dalam kalimat tersebut.
Penulis mendefinisikannya dengan : lafadz yang datang di urutan ketiga pada
tashrif fi'il. Maksudnya, ketika mentashrif biasanya kita menyebut fi'il madhi
terlebih dahulu. Setelah itu fi'il mudhari', baru kemudian menyebut mashdar.
Contoh :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
225
Contohnya
kalimat
'betul-betul'?
Insya
Alloh
akan
datang
sama dengan
I'rabnya :
. ,
,
.
,
,
Maf'ul muthlaq terbagi menjadi dua:
1. Lafdzy
2. Manawy
Jika lafazdh mashdarnya sama dengan lafadzh fiilnya maka itu adalah maf'ul
muthlaq lafdzy. Contohnya:
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
226
Penjelasan :
1. Maf'ul Muthlaq Lafdzy, yaitu maf'ul muthlaq yang lafadz dan maknanya
sama dengan fi'il yang menashabkannya. Huruf-huruf maf'ul muthlaq ini
sama dengan huruf-huruf yang ada pada fi'ilnya. Contoh :
Terjemah lafdziyyah :
: pembunuhan
ada padanya sama dengan huruf-huruf dan makna yang ada pada fi'il
maka lafadz
"Dan Allah telah berbicara kepada Musa secara langsung." (An Nisa : 164).
Dalam ayat di atas, lafadz
sama dengan
, maka lafadz
tersebut dinamakan
"Bershalawatlah kepada Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya." (Al Ahzab : 56).
Dalam ayat di atas, lafadz
Panduan Belajar
sama dengan
Ilmu Nahwu
227
huruf-huruf yang ada pada fi'il
maka lafadz
tersebut
Terjemah lafdziyyah :
: duduk
, hanya
Terjemah lafdziyyah :
: berdiri
huruf-hurufnya berbeda.
Soal-Soal Latihan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
228
Tentukan mana yang merupakan Maf'ul Muthlaq dalam kalimatkalimat berikut, dan sebutkan jenisnya!
1.
2.
3.
4.
( Saya benar-benar gembira).
(Dia benar-benar telah memukulnya).
mereka
dan
( Saya betul-betul telah berdiri).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
229
4. Hukum Maf'ul Muthlaq adalah manshub.
5. Maf'ul Muthlaq terbagi menjadi menjadi dua, yaitu Lafdzy dan
Manawy.
6. Yang dimaksud dengan Maf'ul Muthlaq Lafdzy yaitu maf'ul muthlaq
yang lafadz dan maknanya sama dengan fi'il yang menashabkannya.
7. Dua kalimat yang di dalamnya terdapat Maf'ul Muthlaq Lafdzy :
"Dan Allah telah berbicara kepada Musa secara langsung." (An Nisa : 164).
"Bershalawatlah kepada Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya." (Al Ahzab : 56).
8. Yang dimaksud dengan Maf'ul Muthlaq Maknawy yaitu maf'ul muthlaq
yang maknanya sama dengan fi'il yang menashabkannya, tetapi
lafadznya berbeda.
9. Dua kalimat yang di dalamnya terdapat Maf'ul Muthlaq Maknawy :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
230
5.
2.
3.
4.
( Saya benar-benar gembira).
(Dia benar-benar telah memukulnya).
mereka
dan
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
231
Jenis Manshubat yang Ketiga : Dharaf (Maf'ul Fih)
Penulis berkata :
, , , , , ""
, , ,
, ,
,
Bab Dzharaf Zaman (Keterangan Waktu) dan Dzharaf Makan
(Keterangan Tempat)
Dzharaf zaman itu adalah isim yang menunjukkan waktu. Isim ini dinashab
dengan perkiraan adanya makna ( pada). Contoh dzharaf zaman:
, , ,
, , , , , , ,
,
dan contoh-contoh yang serupa dengan itu.
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.
Penjelasan :
Dharaf secara bahasa artinya :
disebut juga sebagai
Panduan Belajar
yang terletak
Ilmu Nahwu
232
Terjemah lafdziyyah :
: Saya berpuasa
: hari
: Kamis
I'rabnya :
:
,
"Kelak mereka akan mengetahui besok" (Al Qamar : 26).
"Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang." (Al Ahzab : 42).
"Dan mereka tidak akan menginginkan kematian itu selama-lamanya." (Al
Baqarah : 95).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
233
Jenis dharaf yang kedua :
2. Dharaf Makan
Penulis berkata :
, ,
,
," "
, ,
, , , ,
.
, , ,
,
Dzharaf makan adalah isim yang menunjukkan tempat. Isim ini dinashab
dengan perkiraan adanya makna ( pada). Contohnya:
, , , ,
, ,
,
, ,
,
, ,
dan contoh-contoh yang serupa dengan itu.
Penjelasan :
Jenis dharaf yang kedua yaitu : Dzharaf Makan.
Definisinya
Contohnya
yang terletak
( Saya duduk di bawah pohon)
I'rabnya :
:
,
Hanya saja
sebelumnya, yaitu
Di dalam matannya, Ibnu Ajurrum telah menyebutkan tiga belas lafadz yang
menunjukkan tempat. Lafadz- lafadz tersebut yaitu :
Ilmu Nahwu
234
( Saya duduk di depan syaikh)
"Berdzikirlah kepada Allah di Masy'aril Haram." (Al Baqarah : 198).
,
maknanya adalah : bersama. Contohnya adalah firman Alloh ta'ala :
"Biarkanlah dia pergi bersama kami." (Yusuf : 12).
,
maknanya adalah : di sini. Contoh :
( Saya duduk di sini)
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
235
, maknanya adalah : di sana. Contohnya adalah firman Alloh ta'ala :
"Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain." (Asy Syu'ara : 64).
Termasuk dharaf makan juga adalah nama-nama arah, misalnya :
( sebelah kanan),
( sebelah kiri),
2.
3.
(Dan Kami bangun di atas kalian tujuh buah (langit) yang kokoh). An
Naba : 12.
4.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
236
Berilah harakat pada Dharaf dalam kalimat-kalimat berikut :
1.
2.
Alloh).
3.
sore)
4.
Kunci Jawaban
1. Definisi Dharaf secara bahasa :
(Saya berpuasa pada hari Kamis).
5. Yang dimaksud dengan Dharaf Makan adalah sebuah isim yang
menunjukkan tempat.
6. Sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Dharaf Makan :
( Saya duduk di bawah pohon).
7. Tiga belas lafadz Dharaf Makan :
, , , ,
, ,
,
, ,
,
, ,
Yang merupakan
jenisnya!
1.
Dharaf
dalam
kalimat-kalimat
berikut,
dan
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
237
(Keselamatan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, pada hari ia
meninggal, dan pada hari ia dibangkitkan dalam keadaan hidup).
Maryam : 15.
2.
: dharaf zaman.
3.
: dharaf makan.
(Dan Kami bangun di atas kalian tujuh buah (langit) yang kokoh). An
Naba : 12.
4.
: dharaf makan.
: dharaf makan.
: dharaf zaman.
Harakat pada Dharaf dalam kalimat-kalimat berikut :
1.
2.
Alloh).
3.
sore)
4.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
238
Jenis Manshubat yang Keempat : Haal (Keadaan)
Penulis berkata :
"
,
,
"
"
" "
"
Bab Haal
Haal adalah isim yang dinashab yang menjelaskan keadaan-keadaan yang
masih samar. Contohnya:
( Zaid datang dengan berkendaraan),
( Saya naik kuda yang diberi pelana),
( Saya bertemu Abdullah dengan berkendaraan).
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.
Penjelasan : Haal
Definisinya
: Haal adalah isim yang dinashab yang menjelaskan
keadaan-keadaan yang masih samar.
Contohnya
Terjemah lafdziyyah :
: datang
: Zaid
: dengan berkendaraan
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
239
Terjemah maknawiyyah : Zaid datang dengan berkendaraan.
Contoh lain :
Terjemah lafdziyyah :
: Saya naik
: kuda
: diberi pelana
(lafadz yang
"Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah." (An Nisa : 28).
"Dan Dialah yang telah menurunkan kitab (Al Quran) kepadamu dengan
terperinci." (Al An'am : 114).
"Hanya kepadaNyalah tempat kalian kembali." (Yunus : 4).
Contoh haal dari As Sunnah (hadits) adalah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam :
"Manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan telanjang kaki,
tidak memakai baju, dan belum disunat." (Muttafaqun 'alaih dari 'Aisyah
radhiallahu 'anha).
I'rabnya :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
240
:
:
:
: dharaf zaman yang dinashab
: mudhaf ilaih yang dijar
: setiap lafadz tersebut adalah
Maksudnya,
menjelaskan
keadaan
manusia
tersebut
ketika
, ,
.
Haal harus berupa isim nakirah dan hanya terletak setelah kalimat yang
sempurna. Shahibul haal harus berupa isim marifat.
Terjemah lafdziyyah :
: datang
: Zaid
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
241
: yang berkendaraan
Lafadz
tidak bisa disebut sebagai haal, karena lafadz ini adalah isim
ma'rifat. Lafadz ini baru bisa dianggap sebagai haal jika kalimatnya adalah :
( Zaid datang dengan berkendaraan).
Sebab, lafadz berupa isim nakirah, sesuai dengan syarat haal.
Syarat Haal yang Kedua : Haal Hanya Terletak Setelah Kalimat
Sempurna
Kalau antum berkata :
tidak
Lafadz
( Zaid berkendaraan).
bisa disebut sebagai haal, karena lafadz itu terletak setelah
kalimat yang belum sempurna. Lafadz itu baru bisa dianggap sebagai haal
jika kalimatnya adalah :
( Zaid datang dengan berkendaraan).
Sampai di sini selesai pembahasan tentang syarat-syarat haal. Adapun
shahibul haal, penulis hanya menyebutkan satu syarat, yaitu harus berupa
isim marifat. Jadi tidak sah jika antum berkata :
Sebab,
( Seseorang datang dengan berkendaraan)
shahibul haalnya (
) adalah isim nakirah. Sedangkan shahibul
hal
harus berupa isim marifat. Kalimat itu baru sah jika bentuknya sebagai
berikut :
( Orang itu datang dengan berkendaraan).
Soal-Soal Latihan
1.
2.
3.
4.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
242
(Keselamatan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, pada hari ia
meninggal, dan pada hari ia dibangkitkan dalam keadaan hidup).
Maryam : 15.
2.
(Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari Kiamat
dengan sendiri-sendiri). Maryam : 95.
5.
2.
(Zaid shalat Shubuh berjamaah)
( Jangan minum air yang masih panas)
Kunci Jawaban
1. Definisi Haal : isim yang dinashab yang menjelaskan keadaan-keadaan
yang masih samar.
2. Sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Haal :
( Zaid datang dengan berkendaraan).
3. Syarat Hal ada dua :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
243
Pertama : Haal harus berupa isim nakirah
Kedua : Haal hanya terletak setelah kalimat sempurna
4. Syarat Shahibul Haal adalah harus berupa isim marifat.
Yang merupakan Haal dalam kalimat-kalimat berikut :
1.
Haal :
2.
Haal tsani :
Haal awwal :
3.
Haal :
4.
(Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari Kiamat
dengan sendiri-sendiri). Maryam : 95.
Haal :
5.
2.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
244
(Dan ia mengikuti agama Ibrahim yang berada dalam keadaan jauh
dari kesyirikan)
3.
(Zaid shalat Shubuh berjamaah)
( Jangan minum air yang masih panas)
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
245
,"
,
"
,
" "
"
" "
" " "
"
"
" "
Bab Tamyiz
Tamyiz adalah isim yang dinashab yang menjelaskan dzat (sesuatu) yang
masih samar. Contohnya :
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.
Penjelasan : At Tamyiz
Definisinya
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
246
Terjemah lafdziyyah :
: Saya membeli
: dua puluh
: budak
maka tidak jelas barang apa yang dibeli. Dengan adanya tamyiz ( ) ,
hilanglah kesamaran tersebut. Yaitu yang dibeli adalah dua puluh budak.
Ciri-ciri tamyiz dzat adalah tamyiz tersebut menjelaskan sebuah lafadz yang
mufrad (bukan kalimat).
Contoh tamyiz yang menjelaskan
samar adalah lafadz
dalam kalimat :
Terjemah lafdziyyah :
: Baik
: Muhammad
: jiwa
( Muhammad baik)
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
247
maka penyandaran kebaikan pada Muhammad masih bersifat samar, karena
ada kemungkinan yang baik itu orangnya, pekerjaannya, atau yang lainnya.
Ketika disebutkan tamyiznya (
) , hilanglah kesamaran tersebut.
Ciri-ciri tamyiz nisbah adalah tamyiz tersebut menjelaskan kalimat, kebalikan
dari tamyiz dzat.
Demikianlah maksud dari definisi tamyiz secara umum.
Jenis-Jenis Tamyiz
Tamyiz ada dua jenis : Mufrad dan Jumlah.
1. Tamyiz Mufrad, yaitu tamyiz yang menghilangkan kesamaran dari
sebuah lafadz atau dari kata lain yang menempati posisi lafadz.
Tamyiz Mufrad ini terletak setelah :
o Bilangan. Misalnya adalah lafadz
ta'ala :
"Sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang." (Yusuf : 4).
(sebelas).
( Saya membeli satu liter madu)
Yang dimaksud dengan timbangan dalam kalimat di atas adalah
( Saya bersedekah satu sha' kurma)
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
248
Al-Lajnah Ad Daimah, 9/371). Sedangkan lafadz
itulah yang
( gandum) pada
( Saya menanam gandum setengah hektar)
Yang dimaksud dengan ukuran luas dalam kalimat di atas adalah
pada
Terjemah lafdziyyah :
: mengalir
: Zaid
: keringat
( Keringat Zaid mengalir).
Dalam kalimat tersebut, lafadz
"Dan Kami jadikan bumi memancarkan banyak mata air." (Al
Qomar : 12).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
249
Asal dari kalimat di atas adalah :
"Hartaku lebih banyak daripada hartamu." (Al Kahfi : 34).
Asal dari kalimat di atas adalah :
mubtada'.
Syarat-Syarat Tamyiz
Penulis berkata :
. ,
Tamyiz itu pasti nakirah, dan hanya terletak setelah kalimat sempurna.
Penjelasan :
Dengan penelitian para ulama ahli Nahwu terhadap kitab-kitab bahasa Arab
dan terhadap bahasa orang Arab, mereka mendapati bahwa pada umumnya
tamyiz itu berupa isim nakirah, dan pada asalnya tamyiz hanya terletak
setelah kalimat sempurna karena tamyiz adalah fadhlah (kata tambahan
untuk kalimat yang sudah sempurna).
Sehingga jika tamyiz berupa isim ma'rifat, maka tidak bisa disebut sebagai
tamyiz. Kita ambil contoh kalimat yang telah lewat dengan sedikit dirubah :
Dalam kalimat tersebut, lafadz
lafadz itu adalah isim ma'rifat. Sedangkan tamyiz harus berupa isim nakirah.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
250
Tetapi ketika ada tamyiz yang walaupun berupa isim nakirah, tapi terletak
setelah kalimat yang belum sempurna, tidak bisa disebut sebagai tamyiz.
Contohnya :
Dalam kalimat tersebut, lafadz
walaupun berupa isim nakirah. Kenapa? Karena lafadz itu terletak setelah
kalimat yang belum sempurna, sedangkan tamyiz harus terletak setelah
kalimat sempurna.
Jadi, sebuah lafadz agar bisa disebut sebagai tamyiz, harus memenuhi kedua
syarat tadi.
Soal-Soal Latihan
1. Sebutkan definisi Tamyiz!
2. Buatlah sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Tamyiz!
3. Ada berapa jenis Tamyiz? Sebutkan!
4. Apa yang dimaksud dengan Tamyiz Mufrad?
5. Terletak setelah apa saja Tamyiz Mufrad itu?
6. Buatlah sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Tamyiz Mufrad!
7. Apa yang dimaksud dengan Tamyiz Jumlah?
8. Ada berapa jenis Tamyiz Jumlah? Sebutkan!
9. Buatlah sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Tamyiz Jumlah!
10. Ada berapa syarat Tamyiz? Sebutkan!
Tentukan mana yang merupakan Tamyiz dalam kalimat-kalimat
berikut, dan sebutkan jenisnya!
1.
(Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi All0h adalah dua belas bulan).
At Taubah : 36.
2.
(Dan barangsiapa mengerjakan kejelekan sebesar dzarrahpun, niscaya
dia akan melihatnya pula). Al Zalzalah : 8.
3.
4.
5.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
251
1.
2.
3.
4.
5.
( Hatinya penuh dengan kegembiraan).
( Saya membeli satu kuintal padi).
(Emas lebih mahal harganya daripada perak).
Kunci Jawaban
1. Definisi Tamyiz adalah isim yang dinashab yang menjelaskan dzat
(sesuatu) atau nisbah (penyandaran) yang masih samar.
2. Sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Tamyiz :
( Saya bersedekah satu sha' kurma)
7. Yang dimaksud dengan Tamyiz Jumlah yaitu tamyiz
menghilangkan kesamaran dari sebuah kalimat.
8. Tamyiz Jumlah ada tiga jenis:
a. Tamyiz yang dirubah dari fa'il.
b. Tamyiz yang dirubah dari maf'ul bih.
c. Tamyiz yang dirubah dari mubtada'.
9. Sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Tamyiz Jumlah :
yang
"Hartaku lebih banyak daripada hartamu." (Al Kahfi : 34).
10. Syarat Tamyiz ada dua :
a. Tamyiz harus berupa nakirah, dan
b. Hanya terletak setelah kalimat sempurna.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
252
Yang merupakan
jenisnya :
1.
(Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi All0h adalah dua belas bulan).
At Taubah : 36.
: tamyiz mufrad
2.
(Dan barangsiapa mengerjakan kejelekan sebesar dzarrahpun, niscaya
dia akan melihatnya pula). Al Zalzalah : 8.
: tamyiz mufrad
3.
4.
5.
: tamyiz jumlah
( Hatinya penuh dengan kegembiraan).
( Saya membeli satu kuintal padi).
( Sembilan puluh musafir naik pesawat itu).
( Di saku saya ada dua belas riyal).
(Emas lebih mahal harganya daripada perak).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
253
Penulis berkata :
, , , , , , ,
Bab Al Istitsna
Huruf istitsna itu ada delapan, yaitu:
, , , , , , ,
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1. Menyebutkan dan memahami definisi Al Mustatsna.
2. Menyebutkan dan menjabarkan rukun Al Istitsna.
3. Menyebutkan, menjabarkan, dan memahami hukum Al Mustatsna yang
terletak setelah adat Al Istitsna yang berbeda-beda.
4. Membuat kalimat yang di dalamnya terdapat Al Mustatsna.
5. Menentukan Al Mustatsna dalam sebuah kalimat.
Penjelasan : Al Mustatsna
Definisinya
: Al Mustatsna adalah isim yang disebutkan setelah
salah satu adat (amil) istitsna. Isim ini bertentangan dengan kata sebelumnya
dari sisi hukum (perbuatan).
Contohnya
Terjemah lafdziyyah :
: berdiri
: sekelompok orang
: Zaid
: kecuali
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
254
:
:
, :
: fi'il madhi.
: huruf istitsna.
sebelum huruf
itu
Rukun-Rukun Al Istitsna :
1. Al Mustatsna Minhu (kata yang sesuatu dikecualikan darinya),
2. Adat Istitsna, dan
3. Al Mustatsna (kata yang dikecualikan).
Al Mustatsna Minhu : isim yang disebutkan sebelum
istitsna yang lain. Isim ini dii'rab sesuai dengan posisinya di dalam kalimat.
, ,
dan ) , , , .
Adat-adat Al Istitsna :
(yaitu
Al Mustatsna : isim yang terletak setelah adat istitsna. Isim ini memiliki
hukum-hukum i'rab yang berbeda, tergantung dengan jenis adat istitsnanya.
Penulis mengisyaratkan tentang hal ini dalam perkataan beliau :
"
",
"
."
"
,
"
"
." " "
"
,
"
"
"
Maka Al Mustatsna (kata yang dikecualikan) dengan huruf dinashab jika
kalimatnya Tam Mujab. Contohnya :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
255
Jika kalimatnya naqish, maka irab Al Mustatsna tersebut sesuai dengan 'amil'amilnya, contohnya:
"
"
"
"
"
Penjelasan
Pertama
menyerupai nafi) adalah nahi (kalimat larangan) dan istifham (kata tanya).
Contoh kalimat tam mujab / tam mutsbat :
( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Zaid).
I'rabnya :
Boleh dinashab atau di'irob seperti badal jika kalimat yang ada sebelum
adalah kalimat Tam Manfi. Definisi kalimat tam sudah dijelaskan. Adapun
kalimat Manfi, adalah kalimat yang didahului oleh nafi atau syibhu nafi.
Contoh :
( Sekelompok orang itu tidak berdiri kecuali Zaid), atau
( Sekelompok orang itu tidak berdiri kecuali Zaid).
I'rabnya :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
256
: huruf istitsna.
adalah kalimat
Naqish Manfi.
Kalimat Naqish adalah kalimat yang di dalamnya tidak ada al mustatsna
minhu. Jadi kalimat Naqish adalah lawan dari kalimat Tam.
Contoh :
I'rabnya :
I'rab kalimat
( Tidak ada yang berdiri kecuali Zaid)
sama dengan i'rab sebelumnya.
"Maka mereka meminumnya kecuali sebagian kecil dari mereka." (Al Baqarah
: 249).
"Mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka." (An
Nisa : 66).
"Dan tidaklah beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit. (Hud : 40).
"Sesungguhnya Alloh itu baik dan tidak mau menerima kecuali yang baik."
(Hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu).
Soal-Soal Latihan
1. Sebutkan definisi Al Mustatsna!
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
257
2.
3.
4.
5.
? Sebutkan!
Tentukan mana yang merupakan Al Mustatsna dalam kalimatkalimat berikut, dan sebutkan jenis kalimatnya!
1.
((Ingatlah) ketika Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya
semua, kecuali seorang perempuan tua (isterinya) yang berada
bersama-sama orang yang tinggal). Ash Shaffat : 134-135.
2.
(Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia). Al Muddatstsir : 25.
3.
(Tidaklah aku ini melainkan pemberi peringatan yang nyata). Asy
Syu'ara : 115.
4.
(Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa). Al
Haqqah : 37.
5.
(Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan). Al Waqi'ah
: 79.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
258
2.
(Tidak ada penumpang yang selamat kecuali seorang anak kecil)
3.
(Agar kalian tidak beribadah kecuali kepada Alloh).
4.
5.
( Murid-murid datang kecuali Khalid).
(Murid-murid menulis pelajaran kecuali yang malas).
Kunci Jawaban
1. Definisi Al Mustatsna adalah isim yang disebutkan setelah salah satu
adat (amil) istitsna.
2. Sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Mustatsna :
( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Zaid).
3. Rukun Al Istitsna ada tiga :
a. Al Mustatsna Minhu (kata yang sesuatu dikecualikan darinya),
b. Adat Istitsna, dan
c. Al Mustatsna (kata yang dikecualikan).
4. Yang dimaksud dengan Al Mustatsna Minhu adalah isim yang
disebutkan sebelum
5. Adat-adat Al Istitsna :
, , dengan
) , , , .
dan
ada tiga :
adalah
Ketiga : Dii'rob sesuai dengan 'amil kalau kalimat yang ada sebelum
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
259
7. Yang dimaksud dengan Kalimat Tam adalah kalimat yang di dalamnya
ada Al Mustatsna Minhu.
8. Yang dimaksud dengan Kalimat Mutsbat adalah kalimat yang tidak
didahului oleh nafi atau syibhu nafi.
9. Contoh Al Mustatsna dengan
( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Zaid).
10. Yang dimaksud dengan Kalimat Manfi adalah kalimat yang didahului
oleh nafi atau syibhu nafi.
11. Contoh Al Mustatsna dengan
( Sekelompok orang itu tidak berdiri kecuali Zaid)
12. Yang dimaksud dengan Kalimat Naqish adalah kalimat yang di
dalamnya tidak ada al mustatsna minhu.
13. Contoh Al Mustatsna dengan
( Tidak ada yang berdiri kecuali Zaid)
Yang merupakan Al Mustatsna dalam kalimat-kalimat berikut,
dan jenis kalimatnya :
1.
((Ingatlah) ketika Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya
semua, kecuali seorang perempuan tua (isterinya) yang berada
bersama-sama orang yang tinggal). Ash Shaffat : 134-135.
Al Mustatsna :
(Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia). Al Muddatstsir : 25.
Al Mustatsna :
(Tidaklah aku ini melainkan pemberi peringatan yang nyata). Asy
Syu'ara : 115.
Al Mustatsna :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
260
(Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa). Al
Haqqah : 37.
Al Mustatsna :
5.
(Agar kalian tidak beribadah kecuali kepada Alloh).
4.
5.
( Murid-murid datang kecuali Khalid).
(Murid-murid menulis pelajaran kecuali yang malas).
BAGAN TENTANG RUKUN AL ISTITSNA DAN HUKUM AL
MUSTATSNA DENGAN
RUKUN AL ISTITSNA
Hukum Al
Mustatsna
Jenis
Al Istitsna
Al
Mustatsna
Adat
Al Istitsna
Al Mustatsna
Minhu
Wajib nashab
Tam Mutsbat
Boleh nashab
atau badal
Dii'rab sesuai
dg posisinya
Tam Manfi
Naqish Manfi
Panduan Belajar
Kalimat
Ilmu Nahwu
261
Hukum Kata yang Dikecualikan dengan
dan
Penulis berkata :
, , , ,
Dan Al Mustatsna dengan
Penjelasan :
Ada beberapa lafadz yang memiliki makna
dan . Di antara lafadz-lafadz itu ada juga yang berupa fi'il dan
huruf, yaitu :
, dan .
Adapun dan , maka hukum kata yang dikecualikan dengannya adalah
jar (khafadh) karena penyandaran (idhafah) atau kepada kata
yaitu :
tersebut. Oleh karena itu, tanwin pada kedua lafadz tersebut hilang ketika
digunakan di dalam kalimat karena keduanya menjadi mudhaf. Telah lewat
penjelasan bahwa mudhaf tidak boleh bertanwin. Lafadz
i'rab kata yang dikecualikan dengan
. Contohnya :
dii'rab seperti
( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Zaid).
Dengan menashabkan lafadz
( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Zaid).
Contoh lain :
( Sekelompok orang itu tidak berdiri kecuali Zaid), atau
( Sekelompok orang itu tidak berdiri kecuali Zaid)
dengan menashabkan
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
262
atau
.
Contoh lain :
( Tidak ada yang berdiri kecuali Zaid)
Dengan merafa'kan karena menjadi fa'il, sebagaimana kalimat :
( Tidak ada yang berdiri kecuali Zaid)
Adat Al Istitsna yang sama dengan adalah . Lafadz ini memiliki
beberapa lughoh (cara pengucapan). Bisa dibaca dengan : ( seperti lafadz
) , dan ini adalah cara pengucapan yang paling terkenal. Juga bisa dibaca
dengan :
( seperti lafadz ( .
Soal-Soal Latihan
1. Apa hukum Al Mustatsna dengan
dan ?
? Sebutkan!
Tentukan mana yang merupakan Al Mustatsna dalam kalimatkalimat berikut, dan sebutkan jenis kalimatnya!
1.
(Tidaklah sama antara mu'min yang duduk (yang tidak ikut berperang)
selain yang mempunyai 'udzur). An Nisa' : 95.
2.
3.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
263
4.
5.
( Tidak ada seorangpun yang mengunjungiku
kecuali orang-orang yang baik).
3.
4.
5.
( Murid-murid datang kecuali satu orang).
( Saya tidak melihat selain seorang murid).
( Tamu-tamu sudah pergi kecuali satu orang).
Kunci Jawaban
( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Zaid).
4. I'rab lafadz
5.
(seperti lafadz ) .
( seperti lafadz ( .
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
264
( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Zaid).
(Tidaklah sama antara mu'min yang duduk (yang tidak ikut berperang)
selain yang mempunyai 'udzur). An Nisa' : 95.
Al Mustatsna :
Al Mustatsna :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
265
1.
2.
( Tidak ada yang bersedih kecuali Ammar).
) : (
( Tidak ada seorangpun
yang
( Murid-murid datang kecuali satu orang).
( Tamu-tamu sudah pergi kecuali satu orang).
, , dan
Penulis berkata :
"
, , ,
" ,
",
.""
"
Dan Al Mustatsna dengan
.""
"
"
" "
Penjelasan :
Pada perkataan di atas, Ibnu Ajurrum menerangkan tentang kata yang
dikecualikan dengan
, , dan
Contohnya :
Terjemah lafdziyyah :
: berdiri
: kecuali
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
266
: Zaid
:
:
, :
: fi'il dan fa'il.
: fi'il madhi yang mabni di atas fathah yang tidak nampak. Fa'ilnya
nampak.
Contoh lain :
( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Amr)
( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Bakr)
I'rab kedua kalimat di atas sama dengan i'rab kalimat
, , dan :
, ,
dan
kita
Contohnya :
Terjemah lafdziyyah :
: berdiri
: kecuali
: Zaid
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
267
Terjemah maknawiyyah : Sekelompok orang itu berdiri kecuali Zaid.
I'rabnya :
:
:
, :
: fi'il dan fa'il.
: huruf jar.
Contoh lain :
( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Amr)
( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Bakr)
I'rab kedua kalimat di atas sama dengan i'rab kalimat
Soal-Soal Latihan
, , dan ?
, , dan dinashab
sebagai
!
, ,
dan
orang).
2.
3.
(Para murid lulus kecuali Zaid).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
268
(Tidak ada seorangpun yang keluar dari kelas kecuali Khalid).
4.
5.
(Hakim itu melepaskan tuduhan dari para terdakwa selain dari seorang
di antara mereka).
Kunci Jawaban
1. Hukum Al Mustatsna dengan
, ,
dan
dinashab sebagai
( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Zaid)
4. Ketika Al Mustatsna dengan
, ,
dan
( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Amr)
Harakat pada Al Mustatsna dalam kalimat-kalimat berikut :
1.
orang).
2.
3.
(Para murid lulus kecuali Zaid).
(Tidak ada seorangpun yang keluar dari kelas kecuali Khalid).
4.
5.
(Hakim itu melepaskan tuduhan dari para terdakwa selain dari seorang
di antara mereka).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
269
Jenis Ketujuh dari Isim-Isim yang Dinashab :
Isim Laa (
Penulis berkata :
"
""
""
" : ,""
."
Bab Laa
Ketahuilah bahwa Laa ( ) menashabkan isim nakirah tanpa tanwin apabila
Laa bertemu langsung dengan isim nakirah itu dan tidak berulang-ulang.
Contohnya :
Jika Laa tidak bertemu langsung dengan nakirah maka wajib mengulang Laa.
Contohnya :
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1. Menyebutkan dan memahami definisi Laa ( ) Nafiyah Lil Jinsi
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
270
Definisnya: Laa (
meniadakan khabar dari seluruh jenis benda yang terletak setelah huruf ini.
Misalnya, jika antum berkata :
"Tidak ada seorangpun yang lebih pencemburu daripada Alloh."
(Muttafaqun 'alaih dari hadits Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu).
I'rabnya :
, :
, :
"Tiada sesembahan yang berhak diibadahi selain Alloh." (Ash Shafat : 35).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
271
"Tiada sekutu bagiNya." (Al An'am : 163).
Ketahuilah bahwa ketika Laa Nafiyah Lil Jinsi memenuhi kedua syarat di atas
dan tidak disebutkan berulang kali, maka wajib menerapkan 'amalannya
sebagaimana 'amalan
di atas, tetapi huruf Laa disebutkan berulang kali, maka huruf ini memiliki
hukum lain yang diisyaratkan oleh penulis dengan perkataan beliau :
"
."
,""
"
."
Jika Laa disebut secara berulang (berarti bertemu langsung dengan nakirah),
maka boleh menerapkan pengaruhnya (menjadikan Laa sebagai 'amil yang
menashabkan isimnya) atau tidak menerapkannya. Maka jika antum ingin,
antum katakan :
Dan jika antum ingin, antum katakan:
."
Penjelasan :
Penulis menyebutkan bahwa jika Laa Nafiyah Lil Jinsi disebutkan berulang
kali, maka dia memiliki dua hukum :
Pertama : menerapkan 'amalannya, yaitu amalan
terletak setelah Laa ini difathah.
Contohnya
Terjemah lafdziyyah :
: tidak ada
: laki-laki
: di
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
272
: rumah itu
: dan
: tidak ada
: perempuan
Terjemah maknawiyyah : Tidak ada laki-laki di rumah itu dan tidak pula
perempuan.
I'rabnya :
, :
:
:
,
, :
: huruf 'athaf
: huruf jar dan isim yang dijar, memiliki keterkaitan dengan sebuah
kata yg dibuang. Huruf jar dan isim yang dijar ini adalah khabar
laa.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
273
Terjemah lafdziyyah :
: tidak ada
: laki-laki
: rumah itu
: dan
: tidak ada
: perempuan
: di
Terjemah maknawiyyah : Tidak ada laki-laki di rumah itu dan tidak pula
perempuan.
I'rabnya :
:
:
:
, :
: huruf 'athaf
kata yg dibuang. Huruf jar dan isim yang dijar ini adalah khabar
dari mubtada' di atas
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
274
Soal-Soal Latihan
1. Apa definisi Laa (
5. Jika Laa Nafiyah Lil Jinsi memenuhi syarat di atas dan disebutkan
berulang kali, berapa hukum yang berlaku padanya? Sebutkan!
) Nafiyah Lil
(Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung!) Al Qiyamah : 11.
2.
(Kitab (Al Quran) itu tidak ada keraguan padanya). Al Baqarah : 2.
3.
(Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Alloh).
4.
(Jika orang yang berpuasa makan karena lupa, maka tidak ada dosa
dan kaffarah atasnya).
5.
(Untuk menunjukkan kepada kita bahwa harus ada ilmu dan amal
sekaligus).
( Tidak ada seorangpun yang terlambat hari ini).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
275
2.
(Tidak ada perkara yang haram pada keadaan darurat).
3.
(Padahal dia tidak waspada dengan hal itu).
4.
5.
Kunci Jawaban
1. Definisi Laa (
) Nafiyah Lil
merafa'kan khabar.
4. Syarat-syarat agar Laa Nafiyah Lil Jinsi memiliki 'amal (pengaruh)
seperti
5. Jika Laa Nafiyah Lil Jinsi memenuhi syarat di atas dan disebutkan
berulang kali, ada dua hukum yang berlaku padanya :
Pertama : menerapkan 'amalannya, yaitu amalan
yang terletak setelah Laa ini difathah.
Kedua : tidak menerapkan 'amalan
setelahnya dirafa'.
sehingga kata
(Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung!) Al Qiyamah : 11.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
276
Isim Laa :
2.
(Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Alloh).
Isim Laa :
4.
(Jika orang yang berpuasa makan karena lupa, maka tidak ada dosa
dan kaffarah atasnya).
,
Isim Laa :
5.
(Untuk menunjukkan kepada kita bahwa harus ada ilmu dan amal
sekaligus).
Isim Laa :
( Tidak ada seorangpun yang terlambat hari ini).
(Tidak ada perkara yang haram pada keadaan darurat).
3.
(Padahal dia tidak waspada dengan hal itu).
4.
5.
( Tidak ada televisi dan anjing di rumah saya).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
277
,
,
,
,
:
,
.
.
."" " "
Bab Al Munada (Yang Dipanggil)
Al Munada itu ada lima, yaitu :
1. Nama-nama
)(
)
(
( Hai Zaid)
( Wahai seorang laki-laki)
Dan tiga munada sisanya itu dinashab, tidak ada i'rab lain.
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.
Penjelasan :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
278
Bentuk kalimat panggilan adalah salah satu di antara bentuk kalimat yang
biasa dipakai dalam percakapan kita sehari-hari. Sebab, kita sering
memanggil seseorang untuk suatu urusan. Kita memanggilnya dengan
namanya dan kita katakan :
( Hai Zaid)
Atau kita memanggilnya dengan salah satu sifatnya sehingga kita berkata :
( Hai pintar)
Bentuk kalimat panggilan tersusun dari dua kata :
Pertama : Huruf Nida, yaitu huruf yang dipakai untuk memanggil. Di antara
huruf-huruf nida yaitu :
, , ,
Kedua : Al Munada, yaitu nama seseorang yang dipanggil atau diminta
untuk datang. Permintaan ini menggunakan salah satu huruf nida.
Jenis- Jenis Al Munada
Al Munada dilihat dari sisi i'rab dan bentuknya, ada dua jenis : Mabni dan
Mu'rab.
Jenis Al Munada yang Pertama : Al Munada Al Mabni
Al Munada yang mabni ada dua bagian : Al Mufrad Al 'Alam dan An Nakirah Al
Maqshudah. Keduanya mabni di atas dhammah tanpa tanwin.
1.
(Nama yang Berbentuk Mufrad)
Definisinya : Al Mufrad Al 'Alam adalah nama yang bukan berupa
mudhaf dan bukan pula kata yang menyerupai mudhaf. Yang dimaksud
dengan mudhaf adalah sebuah isim yang disandarkan kepada isim lain.
Jadi yang dimaksud dengan mufrad di sini bukanlah isim mufrad.
Contohnya : Firman Alloh ta'ala :
"Wahai Adam." (Al Baqarah : 33)
:
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
279
:
: huruf nida
) Nakirah yang Sudah Jelas)
Definisinya : An Nakirah Al Maqshudah adalah isim nakirah yang disebut
untuk memanggil seseorang yang sudah jelas atau diketahui. Artinya
walaupun berupa isim nakirah, tapi tidak lagi bersifat umum sebagaimana
hukum asal nakirah.
Pada pembahasan awal tentang isim nakirah kita ketahui bahwa isim
nakirah adalah "Setiap isim yang jenisnya masih umum dan tidak
mengkhususkan suatu hal tertentu." Tetapi pada bab munada ini, ada isim
nakirah yang digunakan untuk memanggil seseorang yang sudah jelas
atau sudah diketahui. Isim inilah yang disebut dengan An Nakirah Al
Maqshudah.
Contohnya : Perkataan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Hai, Nak. Sebutlah nama Alloh."
(Muttafaqun 'alaih dari 'Umar bin Abi Salamah)
Walaupun pada kalimat di atas lafadz
: huruf nida
maqshudah.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
280
Jenis Al Munada yang Kedua : Al Munada Al Mu'rab
Al Munada Al Mu'rab ada tiga macam : An Nakirah Ghairul Maqshudah, Al
Munada Al Mudhaf, dan Asy Syabih Bil Mudhaf. Ketiga macam munada ini
dinashab.
1.
) Nakirah yang Belum Jelas(
: huruf nida
) Al Munada yang Diidhafahkan)
"Wahai ahli kitab." (Ali 'Imran : 64).
:
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
281
:
: huruf nida
: munada yang manshub karena berupa mudhaf
: mudhaf ilaih
3.
(Al Munada yang Menyerupai Mudhaf(
Definisinya : Asy Syabih Bil Mudhaf adalah munada yang bergandeng
dengan kata yang menyempurnakan makna munada tersebut.
Contohnya :
I'rabnya :
: huruf nida
Kenapa isim yang terletak setelah munada syabih bil mudhaf di'irab
sebagai maf'ul bih? Sebab, munada tersebut berupa sifat (umumnya
berupa isim fa'il atau maf'ul) yang beramal dengan amalan fi'ilnya. Yang
namanya fi'il itu pasti butuh maf'ul bih. Maka isim yang terletak setelah
munada ini di'irab sebagai maf'ul bih. Jadi dalam kalimat di atas seakanakan antum berkata :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
282
Soal-Soal Latihan
1.
2.
3.
4.
(Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu
dengan seorang anak). Maryam : 7
2.
3.
(Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh).
Maryam : 12.
4.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
283
(Wahai orang yang mengajarkan kebaikan, bergembiralah dengan
pahala yang besar!)
Berilah harakat akhir pada Al Munada dalam kalimat-kalimat berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
Kunci Jawaban
1. Penyusun kalimat panggilan ada dua, yaitu huruf nida dan al munada.
Empat contoh huruf Nida :
, , ,
" Wahai Adam." (Al Baqarah : 33)
"Hai, Nak. Sebutlah nama Alloh."
10. Hukum i'rab Al Munada yang mu'rab adalah dinashab.
11. Al Munada yang mu'rab terdiri dari tiga bagian : An Nakirah Ghairul
Maqshudah, Al Munada Al Mudhaf, dan Asy Syabih Bil Mudhaf.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
284
12. Yang dimaksud dengan Al Munada An Nakirah Ghairul Maqshudah
adalah isim nakirah yang disebut bukan untuk memanggil seseorang
yang sudah jelas atau diketahui.
13. Contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Munada An
Nakirah Ghairul Maqshudah :
sadarlah!)
14. Yang dimaksud dengan Al Munada Al Mudhaf adalah munada yang
tersusun dari dua isim, yang mana isim yang terletak pada urutan
kedua dijar.
15. Contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Munada Al
Mudhaf adalah firman Alloh ta'ala :
"Wahai ahli kitab." (Ali 'Imran : 64).
16. Yang dimaksud dengan Al Munada Asy Syabih Bil Mudhaf adalah
munada yang bergandeng dengan kata yang menyempurnakan makna
munada tersebut.
17. Contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Munada Asy
Syabih Bil Mudhaf :
(Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu
dengan seorang anak). Maryam : 7
3.
(Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh).
Maryam : 12.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
285
: munada mudhaf
5.
(Wahai orang yang mengajarkan kebaikan, bergembiralah dengan
pahala yang besar!)
!
( Bersungguh-sungguhlah wahai penuntut ilmu!)
Mu'rab
(Manshub)
Asy Syabih
Bil Mudhaf
Al Mudhaf
Panduan Belajar
An Nakirah
Ghairul
Maqshudah
An Nakirah
AlMaqshudah
Al Mufrad
Al 'Alam
Ilmu Nahwu
286
Jenis Kesembilan dari Isim-Isim yang Dinashab : Al Maf'ul Li Ajlih
Penulis berkata :
"
,
"
,
"
."
Bab Al Maful Li Ajlih
Maful Li Ajlih adalah isim yang dinashab yang disebutkan untuk menjelaskan
sebab terjadinya suatu perbuatan. Contohnya :
( Zaid berdiri untuk memuliakan 'Amr)
( Saya sengaja menemuimu dalam rangka mengharap
kebaikanmu).
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
Penjelasan
: Maful Li Ajlih
Terjemah lafdhiyyah :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
287
: kebaikanmu
Terjemah maknawiyyah :
Saya sengaja menemuimu dalam rangka mengharap kebaikanmu.
I'rabnya :
( sengaja menemui).
).
Terjemah lafdhiyyah :
: saya datang
: senang
: ilmu
: dalam
"Janganlah kalian rujuk dengan mereka untuk memberi kemudharatan." (Al
Baqarah : 231).
" Mereka menginfaqkan harta mereka karena mencari keridhaan Allah." (Al
Baqarah :265).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
288
Dan contoh dari hadits :
Soal-Soal Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan Maful Li Ajlih?
2. Berikan contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Maful Li
Ajlih!
3. Apa ciri-ciri Maf'ul Li Ajlih?
Tentukan mana lafadz yang merupakan Maful Li Ajlih dalam
kalimat-kalimat berikut :
1.
2.
(Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat
mengembalikan kalian kepada kekafiran setelah kalian beriman, karena
dengki yang (timbul) dari diri mereka). Al Baqarah : 109.
3.
(Maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat
darinya untuk menimbulkan fitnah). Ali 'Imran : 7.
4.
(Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut
miskin). Al Isra' : 31.
5.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
289
(Dahulu saya bertanya kepada beliau tentang kejelekan karena
khawatir kejelekan itu akan menjumpai saya).
Berilah harakat akhir pada Maful Li Ajlih dalam kalimat-kalimat
berikut :
1.
5.
(Saya sengaja menemuimu dalam rangka mengharap kebaikanmu).
3. Ciri-ciri Maf'ul Li Ajlih yaitu tepat bila digunakan sebagai jawaban dari
pertanyaan "Kenapa?"
Lafadz yang merupakan Maful Li Ajlih dalam kalimat-kalimat
berikut :
1.
2.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
290
(Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat
mengembalikan kalian kepada kekafiran setelah kalian beriman, karena
dengki yang (timbul) dari diri mereka). Al Baqarah : 109.
Maful li ajlih :
3.
(Maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat
darinya untuk menimbulkan fitnah). Ali 'Imran : 7.
Maful li ajlih :
4.
(Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut
miskin). Al Isra' : 31.
Maful li ajlih :
5.
(Janganlah engkau beramal karena mengharap pujian orang).
5.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
291
Jenis Kesepuluh dari Isim-Isim yang Dinashab : Al Maf'ul Ma'ah
Penulis berkata :
"
""
, ,
."
"
Bab Maful Maah
Maful Maah adalah isim yang dinashab yang disebut untuk menjelaskan
sesuatu yang bersamanya dilakukan suatu perbuatan. Contohnya :
( Air naik beserta pengukur ketinggian sungai).
Tujuan pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
Penjelasan
: Maful Maah
Definisinya
Contohnya
Terjemah lafdhiyyah :
: saya diutus
: dan
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
292
: hari kiamat
( Saya diutus beserta hari kiamat).
I'rabnya :
:
:
: wawu ma'iyyah
suatu perbuatan dari sisi penyertaan saja, bukan dari sisi samasama melakukan perbuatan tersebut.
Jenisnya :
Maf'ul Ma'ah ada dua jenis :
1. Yang Wajib Dinashab Sebagai Maf'ul Ma'ah
Maf'ul Ma'ah jenis pertama ini adalah yang hukumnya (perbuatannya)
tidak boleh disamakan dengan kata yang terletak sebelum wawu
ma'iyyah. Contoh :
Terjemah lafdhiyyah :
: begadang
: Zaid
: dan
: buku
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
293
Lafadz
lafadz ini
tidak bisa disamakan dengan Zaid dalam hal begadang. Jadi makna
kalimat di atas bukanlah :
Terjemah lafdhiyyah :
: naik
: air
: dan
: kayu (pengukur ketinggian sungai).
Yang merupakan maf'ul ma'ah adalah
Tentang makna
"Al Khasyabah adalah alat pengukur yang sudah maklum yang dipakai
oleh penduduk Mesir untuk mengetahui kadar ketinggian Sungai Nil ketika
sedang pasang (naik)."
Fotonya adalah sebagai berikut :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
294
Zaman sekarang di negara kita alat seperti itu berupa beton dan terdapat
di waduk atau bendungan.
Terjemah maknawiyyah : Air naik beserta pengukur ketinggian sungai.
Jadi makna kalimat di atas adalah : Air sungai naik, dan bagian air yang
berada di pengukur ketinggian sungai pun ikut naik menggenangi alat itu,
tetapi alat itu tetap berada di tempatnya.
Jenis Maf'ul Ma'ah yang kedua :
2. Yang Boleh Dinashab Sebagai Maf'ul Ma'ah
Maf'ul Ma'ah jenis kedua ini adalah yang hukumnya (perbuatannya) boleh
disamakan dengan kata yang terletak sebelum wawu ma'iyyah. Contoh :
Terjemah lafdhiyyah :
: begadang
: Zaid
: dan
: Ali
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
295
Selain
kata yang
Terjemah lafdhiyyah :
: begadang
: Zaid
: dan
: Ali
"
Terjemah lafdhiyyah :
: telah datang
: dan
: penguasa
"
: pasukan
Terjemah maknawiyyah : Penguasa dan para pasukan telah datang.
Jadi makna kalimat di atas adalah :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
296
Soal-Soal Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan Maful Maah?
2. Berikan contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Maful
Maah!
3. Apa nama wawu yang terletak sebelum Maful Maah?
4. Berapa jenis Maf'ul Ma'ah? Sebutkan!
5. Apa yang dimaksud dengan lafadz yang wajib dinashab sebagai Maf'ul
Ma'ah?
6. Berikan contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat lafadz yang
wajib dinashab sebagai Maful Maah!
7. Apa yang dimaksud dengan lafadz yang boleh dinashab sebagai Maf'ul
Ma'ah?
8. Berikan contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat lafadz yang
boleh dinashab sebagai Maful Maah!
Tentukan mana lafadz yang merupakan Maful Maah dalam kalimatkalimat berikut dan tentukan pula jenisnya :
1.
2.
3.
4.
5.
( Khalid berjalan beserta tembok).
( Bulan muncul beserta bintang).
( Saya berjalan beserta gunung).
( Saya berjalan beserta tepi laut).
( Muhammad duduk dengan ditemani sebuah buku).
(Seorang mu'min menjalani hidupnya bersama dengan kejujuran).
4.
5.
(Saya keluar bersamaan dengan terbitnya matahari).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
297
Kunci Jawaban
1. Yang dimaksud dengan Maful Maah adalah isim yang dinashab yang
disebutkan untuk menjelaskan siapa yang menyertai suatu perbuatan.
2. Contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat Maful Maah :
( Air naik beserta pengukur ketinggian sungai).
7. Yang dimaksud dengan lafadz yang boleh dinashab sebagai Maf'ul
Ma'ah adalah yang hukumnya (perbuatannya) boleh disamakan
dengan kata yang terletak sebelum wawu ma'iyyah.
8. Contoh sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat lafadz yang boleh
dinashab sebagai Maful Maah :
2.
3.
4.
( Khalid berjalan beserta tembok).
: maf'ul ma'ah yang wajib dinashab sebagai maf'ul ma'ah.
( Bulan muncul beserta bintang).
: maf'ul ma'ah yang boleh dinashab sebagai maf'ul ma'ah.
( Saya berjalan beserta gunung).
: maf'ul ma'ah yang wajib dinashab sebagai maf'ul ma'ah.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
298
5.
( Saya berjalan beserta tepi laut).
: maf'ul ma'ah yang wajib dinashab sebagai maf'ul ma'ah.
( Muhammad duduk dengan ditemani sebuah buku).
(Seorang mu'min menjalani hidupnya bersama dengan kejujuran).
4.
5.
(Saya keluar bersamaan dengan terbitnya matahari).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
299
Penulis berkata :
,
" "
" "
,
,
.
;
Adapun khabar
Penulis berkata :
,
.
,
:
, ,
,
, , , , ,
. , ,
, , , ,
,
Bab Isim-Isim yang Dikhafadh (Dijar)
Isim-isim yang dikhafadh itu ada tiga bagian :
1. Dikhafadh dengan huruf khafadh
2. Dikhafadh dengan idhafah
3. Dikhafadh karena mengikuti kata sebelumnya yang juga dikhafadh
Adapun yang dikhafadh dengan huruf yaitu apa-apa yang dikhafadh dengan
huruf :
, ,
, , , , ,
dan dengan huruf sumpah yaitu
, , , dengan wawu
( ) dan
dengan .
Tujuan pembelajaran :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
300
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan antum dapat :
1.
2.
3.
4.
5.
Penjelasan :
Dengan menelaah dan meneliti perkataan orang-orang Arab yang masih
murni, ditemukan bahwa isim-isim yang dikhafadh itu ada tiga jenis : Isim
yang dikhafadh dengan huruf khafadh, yang dikhafadh dengan idhafah, dan
yang dikhafadh karena mengikuti kata yang terletak sebelumnya. Contoh
untuk semua itu terkumpul dalam firman Alloh ta'ala :
Lafadz
) dan lafadz
terdiri dari dua kata, yaitu huruf ba' (
Ketika
])
: isim yang dikhafadh dengan huruf khafadh (yaitu ba' [
Sebenarnya pembahasan tentang hal ini sudah kita lewati, yaitu pada
penjelasan tentang ciri-ciri isim. Namun di sini kita akan mengulanginya
dengan menambahkan beberapa penjelasan yang lebih rinci.
Definisinya
Hukumnya
Contohnya
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
301
"Dialah yang telah menurunkan air dari langit." (An Nahl : 10).
Dalam ayat yang mulia di atas, lafadz
dikhafadh dengan huruf khafadh
Sebagian huruf-huruf khafadh memiliki makna lebih dari satu. Tetapi di sini
kita hanya mencukupkan dengan menyebut makna yang masyhur saja dari
setiap huruf itu :
: di antara
"Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang
memperbodoh dirinya sendiri." (Al Baqarah : 130).
Maksud dari adalah
(Alloh) Yang Maha Pemurah yang beristiwa di atas 'Arsy. (Thaha : 5).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
302
Maksudnya yaitu
dan ( tinggi).
"Di dalam keduanya (ada) buah-buahan, kurma serta delima." (Ar
Rahman : 68).
Maksudnya :
( Di dalam kedua surga itu ada
jarang). Contohnya :
Artinya : Kadang ada orang yang panahnya tepat mengenai sasaran,
padahal dia bukanlah seorang pemanah yang pintar.
Hal tersebut jarang terjadi.
"Masuklah kalian ke dalam surga itu disebabkan apa yang dahulu telah
kalian kerjakan". (An Nahl : 32).
Maksud dari kalimat
amalan kalian).
adalah :
(dengan sebab
"Mereka itu seperti binatang ternak." (Al A'raf : 179).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
303
"Milik Alloh-lah kerajaan langit dan bumi." (Ali 'Imran : 189).
Termasuk huruf khafadh juga adalah Huruf Qasam (sumpah). Huruf Qasam
ini ada tiga, yaitu : wawu
,
()
, ba' ()
dan ta'
()
. Huruf-huruf itu disebut
sebagai huruf sumpah, karena masuk kepada kata atau sesuatu yang dipakai
untuk bersumpah. Misalnya perkataan antum :
(Demi Alloh).
,
,
Penjelasan yang lebih rinci telah kita lewati di bab-bab awal. Silahkan antum
baca dan fahami lagi.
Juga yang termasuk huruf khafadh adalah
mengkhafadhkan isim-isim dhahir. Isim dhahir adalah isim selain dhamir. Isim
dhahir yang dikhafadh oleh kedua huruf ini hanyalah isim yang menunjukkan
waktu. Misalnya :
Terjemah lafdhiyyah :
: tidak
: saya melihatnya
: sejak
: hari kita
( ) .
Contohnya
Terjemah lafdhiyyah :
: dan
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
304
: malam
: bagaikan
: ombak
: lautan
: menurunkan
: tirainya
Terjemah maknawiyyah :
Soal-Soal Latihan
1. Berapa jenis isim-isim yang dikhafadh? Sebutkan!
2. Apa yang dimaksud dengan isim yang dikhafadh dengan huruf
khafadh?
3. Apa hukum i'rab isim yang dikhafadh dengan huruf khafadh?
4. Sebutkan makna huruf-huruf khafadh berikut :
, ,
Wawu
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
306
1.
(Maka dia mendapat hidangan air yang mendidih). Al Waqi'ah : 93.
2.
(Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap). Asy
Syarh 8.
3.
(Dari kanan dan dari kiri dengan berkelompok-kelompok). Al Ma'arij :
37.
4.
5.
(Kemudian mereka dibakar di dalam api). Al Mu'min : 72.
(Benar-benar akan memakan pohon zaqqum).
2.
(Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi
banyak berdosa).
3.
(Kepada Tuhanmulah
waktunya)).
4.
dikembalikan
kesudahannya
(ketentuan
(Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam
neraka).
5.
(Untuk kemenangan yang seperti ini hendaklah orang-orang yang
beramal berusaha).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
307
Kunci Jawaban
1. Isim-isim yang dikhafadh itu ada tiga jenis :
a. Isim yang dikhafadh dengan huruf khafadh,
b. Isim yang dikhafadh dengan idhafah, dan
c. Isim yang dikhafadh karena mengikuti kata yang terletak
sebelumnya.
2. Yang dimaksud dengan isim yang dikhafadh dengan huruf khafadh
adalah isim yang terletak setelah salah satu huruf khafadh.
3. Hukum i'rab isim yang dikhafadh dengan huruf khafadh adalah
dikhafadh dengan kasrah atau yang menggantikannya.
4. Makna huruf-huruf khafadh berikut :
Wawu
"betapa sedikit."
dan
"Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang
memperbodoh dirinya sendiri." (Al Baqarah : 130).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
308
(Alloh) Yang Maha Pemurah yang beristiwa di atas 'Arsy. (Thaha : 5).
"Di dalam keduanya (ada) buah-buahan, kurma serta delima." (Ar
Rahman : 68).
"Masuklah kalian ke dalam surga itu disebabkan apa yang dahulu telah
kalian kerjakan". (An Nahl : 32).
"Mereka itu seperti binatang ternak." (Al A'raf : 179).
Lafadz yang merupakan isim yang dikhafadh dengan huruf khafadh
dalam kalimat-kalimat berikut :
1.
(Maka dia mendapat hidangan air yang mendidih). Al Waqi'ah : 93.
Isim yang dikhafadh dengan huruf khafadh :
2.
dan
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
309
Isim yang dikhafadh dengan huruf khafadh :
5.
dan
(Benar-benar akan memakan pohon zaqqum).
2.
(Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi
banyak berdosa).
3.
(Kepada Tuhanmulah
waktunya)).
4.
dikembalikan
kesudahannya
(ketentuan
(Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam
neraka).
5.
(Untuk kemenangan yang seperti ini hendaklah orang-orang yang
beramal berusaha).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
310
Penulis berkata :
" "
,
,
;
"
" "
" , " "
"
.
Adapun isim yang dikhafadh dengan sebab idhafah, contohnya adalah:
Isim yang dikhafadh dengan idhafah itu ada dua jenis, pertama : yang
ditaqdirkan (diperkirakan) dengan lam () , dan kedua : yang ditaqdirkan
dengan min () .
Dan yang ditaqdirkan dengan min contohnya:
Penjelasan :
Selain dikhafadh dengan huruf khafadh, isim juga bisa dikhafadh bila terletak
setelah mudhaf (isim yang diidhafahkan/disandarkan). Berikut penjelasan
tentang Al Idhafah.
Al Idhafah
Definisinya : Al Idhafah adalah penyandaran yang terjadi antara dua isim
dengan taqdir (perkiraan) adanya huruf khafadh (di antara keduanya) yang
menyebabkan dikhafadhnya isim yang kedua selama-lamanya.
Contohnya : Perkataan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :
Terjemah lafdhiyyah :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
311
: kesucian
: sebagian
: iman
, :
: mubtada'
Kalimat
kepada isim yang kedua (
). Penyandaran sebuah isim kepada isim yang
lain, di dalam ilmu Nahwu disebut sebagai Al Idhafah. Isim yang pertama
dinamakan dengan mudhaf, sedangkan yang kedua dinamakan dengan
mudhaf ilaih. Mudhaf dii'rab sesuai dengan kedudukannya (entah itu sebagai
mubtada, fai'l, maf'ul, dan lain-lain). Adapun mudhaf ilaih, selalu dikhafadh.
"Apabila telah datang pertolongan Alloh dan kemenangan." (An Nashr : 1).
"Katakanlah: "Aku berlindung kepada Rabb (Yang Memelihara dan
menguasai) manusia." (An Nas : 1).
"Binasalah kedua tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya dia akan binasa." (Al
Masad : 1).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
312
Jenis-Jenis Al Idhafah
Al Idhafah ada dua jenis :
1. Idhafah yang ditaqdirkan (diperkirakan) ada huruf lam ( ) di dalamnya.
Jenis inilah yang terbanyak pada Al Idhafah. Contohnya :
( Pembantu Zaid).
Taqdirnya :
2. Idhafah
ini
( Cincin besi).
:
,
:
:
kasrah.
Ilmu Nahwu
313
( Sekelompok orang itu berdiri kecuali Zaid)
, contohnya :
"Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada
kurang buahnya sedikitpun." (Al Kahfi : 33).
, contohnya :
"Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas
(nama) Kami..." (Al Haqqah : 44).
, Contohnya :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
314
"Allah adalah Pencipta segala sesuatu." (Az Zumar : 62).
, Contohnya :
"Maha suci Alloh dari apa yang mereka sifatkan." (Ash Shaffat :
159).
) pada mayoritas
( isim maushul)?
khabariyyah
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
315
Tentukan mana lafadz yang merupakan mudhaf ilaih dalam kalimatkalimat berikut dan tentukan juga jenis idhafahnya :
1.
((Yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan). Al Humazah : 6.
2.
(Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta).
Al 'Adiyat : 8.
4.
(Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
shalih, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk). Al Bayyinah : 7.
5.
(Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam
kemuliaan). Al Qadr : 1.
(Maukah aku tunjukkan kepada kalian penghuni rumah yang akan
memeliharanya untuk kalian?)
2.
(Sesungguhnya janji Alloh itu adalah benar).
3.
(Mereka menjawab: "Kami tinggal selama sehari atau setengah hari,
maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.").
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
316
Kunci Jawaban
1. Yang dimaksud dengan Al Idhafah adalah penyandaran yang terjadi
antara dua isim dengan taqdir (perkiraan) adanya huruf khafadh (di
antara keduanya) yang menyebabkan dikhafadhnya isim yang kedua
selama-lamanya.
2. Nama isim yang pertama di dalam Al Idhafah adalah mudhaf, dan yang
kedua adalah mudhaf ilaih.
3. Al Idhafah ada dua jenis :
a) Idhafah yang ditaqdirkan (diperkirakan) ada huruf lam ( ) di
dalamnya.
( Pembantu Zaid).
( Kitab Hamid).
5. Contoh dua buah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Idhafah yang
ditaqdirkan dengan huruf min ( ) :
( Cincin besi).
( Pintu kayu).
6. Jenis-jenis lafadz yang mudhaf ilaih tidak bisa terletak setelahnya yaitu
isim-isim yang mabni seperti isim dhamir, isim isyarat, isim maushul,
dan isim istifham.
7. Mudhaf ilaih bisa terletak setelah lafadz
(isim maushul).
8. Isim-isim yang setelahnya selalu ada mudhaf ilaih :
h)
i)
)
pada
keadaannya.
Panduan Belajar
mayoritas
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Ilmu Nahwu
317
Lafadz yang merupakan mudhaf ilaih dalam kalimat-kalimat berikut
dan jenis idhafahnya :
1.
((Yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan). Al Humazah : 6.
Mudhaf ilaih :
(Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta).
Al 'Adiyat : 8.
Mudhaf ilaih :
(Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
shalih, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk). Al Bayyinah : 7.
Mudhaf ilaih :
(Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam
kemuliaan). Al Qadr : 1.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
318
Mudhaf ilaih :
(Maukah aku tunjukkan kepada kalian penghuni rumah yang akan
memeliharanya untuk kalian?)
1.
(Sesungguhnya janji Alloh itu adalah benar).
2.
(Mereka menjawab: "Kami tinggal selama sehari atau setengah hari,
maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.").
Tambahan :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
319
Penjelasan :
Yang dimaksud dengan
menerima atau tidaknya terhadap tanwin, isim mu'rab terbagi menjadi dua :
1. Isim yang bagian akhirnya bisa ditanwin. Misalnya :
-
Isim jenis pertama ini dinamakan dengan Al Munsharif.
2. Isim yang bagian akhirnya tidak bisa ditanwin. Isim jenis kedua ini
dinamakan dengan Al Mamnu' Minash Sharfi atau Al Ismu Alladzi Laa
Yansharif. Inilah yang akan kita rinci dengan pertolongan Alloh- dalam
bab ini.
Al Mamnu' Minash Sharfi
Definisinya : Al Mamnu' Minash Sharfi adalah isim mu'rab yang bagian
akhirnya tidak bisa dikasrah dan ditanwin.
Hukumnya : dirafa' dengan dhammah, dinashab dan dikhafadh dengan
fathah.
Jenis-jenisnya : Al Mamnu' Minash Sharfi ada dua jenis :
1. Isim yang tidak bisa ditanwin karena satu sebab ('illah wahidah).
2. Isim yang tidak bisa ditanwin karena dua sebab ('illatain).
Penjelasan :
Pertama : Isim yang Tidak Bisa Ditanwin Karena Satu Sebab
Isim ini terbagi menjadi tiga :
1. Isim yang diakhiri dengan Alif Ta'nits Al Maqshurah
Contoh :
(padang pasir)
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
320
( putih)
( gelang-gelang)
( pelita-pelita)
"Sesungguhnya Alloh telah menolong kalian (wahai kaum mu'minin) di
medan (peperangan) yang banyak." (At Taubah : 25).
"Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan pelitapelita (bintang-bintang)." (Al Mulk : 5).
Jenis Kedua : Isim yang Tidak Bisa Ditanwin Karena Dua Sebab
Isim yang tidak bisa ditanwin karena dua sebab adalah Al 'Alam (nama) dan
Ash Shifah (sifat) pada beberapa keadaan, yaitu :
A. Al 'Alam (Nama), tidak boleh ditanwin pada enam tempat berikut :
1. Jika nama itu mu'annats, contoh :
, ,
2. Jika nama itu a'jami (bukan berasal dari bahasa Arab) dan lebih dari
tiga huruf, contoh :
, ,
3. Jika nama itu adalah susunan Tarkib Mazji (penggabungan dua nama
menjadi satu) dan tidak diakhiri dengan lafadz
. Contoh :
,
,
Panduan Belajar
yang
Ilmu Nahwu
321
merupakan nama sebuah patung, dan
merupakan
( meremukkan). Bisa jadi juga lafadz
penyandaran nama patung kepada yang merupakan nama
yang berarti
Kawakib 1/97).
dan
(Al
4. Jika nama itu diakhiri dengan alif dan nun tambahan. Contoh :
, ,
5. Jika nama itu berada di atas pola kata fi'il. Contoh :
, ,
berada di atas pola fi'il
berada di atas pola fi'il
. Contoh : , ,
menjadi
Di antara contoh 'alam (nama) yang tidak boleh ditanwin yang terdapat
dalam Al Qur'an Al Karim adalah firman Alloh ta'ala :
"Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka,
Syu'aib." (Al A'raf : 85).
"Dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim." (An Nisa : 163).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
322
"Dan (Kami tundukkan) angin bagi Sulaiman." (Saba' : 12).
Jenis kedua dari isim yang tidak boleh ditanwin karena dua sebab
adalah :
B. Ash Shifah (Sifat), tidak boleh ditanwin pada tiga tempat berikut :
1. Jika sifat itu berada di atas pola kata fi'il. Contoh :
( paling baik)
( paling mulia)
( hijau)
Semua sifat tersebut berada di atas pola fi'il
2. Jika sifat itu diakhiri dengan alif dan nun tambahan. Contoh :
( haus)
( lapar)
( marah)
3. Jika sifat itu merupakan perubahan ('adl) dari bentuk kata yang lain.
Ada yang merupakan perubahan dari bentuk bilangan pokok yang
berulang-ulang. Contoh :
( yang lain) perubahan dari
Di antara contoh sifat yang tidak boleh ditanwin yang terdapat dalam Al
Qur'an Al Karim adalah firman Alloh ta'ala :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
323
"Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu
ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang
ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain." (Al Baqarah : 184).
"Bila kalian diberi penghormatan dengan suatu penghormatan, maka
balaslah dengan yang lebih baik darinya, atau balaslah penghormatan itu
(dengan yang serupa)." (An Nisa : 86).
Pembatal Hukum Al Mamnu' Minash Sharfi
Ada dua hal yang membatalkan hukum isim Al Mamnu' Minash Sharfi. Artinya,
jika salah satu dari dua hal ini ada pada isim itu, maka hukum isim itu kembali
seperti semula, yaitu bisa ditanwin dan dikhafadh dengan kasrah. Dua hal ini
adalah :
1. Al Idhafah
2. Alif Lam
Penjelasan :
1. Al Idhafah
Isim Al Mamnu' Minash Sharfi kembali ke hukum asal jika menjadi
mudhaf. Contohnya adalah lafadz
dalam firman Alloh ta'ala :
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya." (At Tin : 4).
Sebenarnya lafadz
dikasrah.
2. Alif Lam
Isim Al Mamnu' Minash Sharfi kembali ke hukum asal jika dimasuki alif
lam. Misalnya lafadz
"Dalam keadaan kalian beri'tikaf di dalam masjid." (Al Baqarah : 187).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
324
Lafadz
(Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim). Ash Shafat : 109.
3.
(Musa menjawab: "Sesungguhnya Alloh berfirman bahwa sapi betina
itu adalah sapi betina yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan
orang-orang yang memandangnya."). Al Baqarah : 69.
4.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
325
(Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang lebih baik."). Al Isra' : 53.
5.
(Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih
hati). Thaha : 86.
Berilah harakat akhir pada Al Mamnu' Minash Sharfi dalam kalimatkalimat berikut :
1.
(Bawalah roti ini kepada orang yang lapar itu).
Kunci Jawaban
1. Yang dimaksud dengan Al Mamnu' Minash Sharfi adalah isim mu'rab
yang bagian akhirnya tidak bisa dikasrah dan ditanwin.
2. Yang dimaksud dengan Ash Sharf adalah tanwin.
3. Al Mamnu' Minash Sharfi ada dua jenis :
a) Isim yang tidak bisa ditanwin karena satu sebab ('illah wahidah).
b) Isim yang tidak bisa ditanwin karena dua sebab ('illatain).
4. Isim yang tidak bisa ditanwin karena satu sebab terbagi menjadi tiga :
a) Isim yang diakhiri dengan Alif Ta'nits Al Maqshurah.
b) Isim yang diakhiri dengan Alif Ta'nits Al Mamdudah.
c) Shighah Muntahal Jumu' (pola kata jamak yang terakhir).
5. Contoh sebuah lafadz yang di dalamnya terdapat Alif Ta'nits Al
Maqshurah :
(padang pasir)
( pelita-pelita)
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
326
8. Isim yang tidak bisa ditanwin karena dua sebab terbagi menjadi dua :
a) Al 'Alam (Nama),
b) Ash Shifah (Sifat).
9. Al 'Alam tidak boleh ditanwin pada enam tempat :
a) Jika nama itu mu'annats, contoh :
, ,
b) Jika nama itu a'jami (bukan berasal dari bahasa Arab) dan lebih
dari tiga huruf, contoh :
, ,
,
,
. Contoh :
d) Jika nama itu diakhiri dengan alif dan nun tambahan. Contoh :
, ,
e) Jika nama itu berada di atas pola kata fi'il. Contoh :
, ,
. Contoh : , ,
( paling baik)
b) Jika sifat itu diakhiri dengan alif dan nun tambahan. Contoh :
( haus)
c) Jika sifat itu merupakan perubahan ('adl) dari bentuk kata yang
lain. Ada yang merupakan perubahan dari bentuk bilangan pokok
yang berulang-ulang. Contoh :
( yang lain) perubahan dari
11. Pembatal hukum Al Mamnu' Minash Sharfi ada dua :
a) Al Idhafah
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
327
b) Alif Lam
12. Contoh dua buah kalimat yang di dalamnya terdapat Al Mamnu' Minash
Sharfi yang telah batal hukumnya :
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya." (At Tin : 4).
"Dalam keadaan kalian beri'tikaf di dalam masjid." (Al Baqarah : 187).
Lafadz yang merupakan Al Mamnu' Minash Sharfi dalam kalimatkalimat berikut dan jenisnya :
1.
(Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim). Ash Shafat : 109.
Al Mamnu' Minash Sharfi :
(Musa menjawab: "Sesungguhnya Alloh berfirman bahwa sapi betina
itu adalah sapi betina yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan
orang-orang yang memandangnya."). Al Baqarah : 69.
Al Mamnu' Minash Sharfi :
Al Mamdudah).
4.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
328
Al Mamnu' Minash Sharfi :
fi'il).
5.
(Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih
hati). Thaha : 86.
Al Mamnu' Minash Sharfi :
nun tambahan).
(Bawalah roti ini kepada orang yang lapar itu).
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
329
BAGAN TENTANG AL MAMNU' MINASH SHARFI
Al Mamnu' Minash Sharfi
Karena Satu Sebab
Isim yang
diakhiri
dengan
alif ta'nits
Shighah
Muntahal
Jumu'
Contoh :
Contoh :
Al 'Alamiyyah
(Nama),
beserta :
Ta'nits,contoh :
'Ujmah,contoh :
Tarkib Mazji,
contoh :
Sifat,
beserta :
'Adl, contoh :
'Adl, contoh :
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
330
TABEL TENTANG AL MARFU'AT, AL MANSHUBAT,
DAN AL MAKHFUDHAT
Isim
Marfu'
1.
2.
3.
4.
5.
Fail
Naibul Fail
Mubtada'
Khabar
Isim
dan
saudarisaudarinya
dan
6. Khabar
saudarisaudarinya
7. Lafadz yang
mengikuti kata
yang dirafa' :
Naat
Athaf
Taukid
Badal
Manshub
1.
2.
3.
Maful Bih
Maful Muthlaq
Dzharaf
Zaman
4. Dzharaf
Makan
5. Hal
6. Tamyiz
7. Mustatsna
8. Isim Laa
9. Munada
10. Maful Li Ajlih
11. Maful Maah
12. Khabar
dan saudarisaudarinya
dan
13. Isim
Fi'il
Makhfudh
Marfu'
1. Kata yang
didahului
oleh huruf
khafadh
Fi'il
mudhari'
yang
dirafa' dan
tidak
didahului
oleh amil
nashab
maupun
jazm
2. Mudhaf
ilaih
3. Lafadz
yang
mengikuti
kata yang
dikhafadh
:
Manshub
Majzum
Fi'il
mudhari'
yang
didahului
oleh amil
nashab
Fi'il
mudhari'
yang
didahului
oleh amil
jazm
Naat
Athaf
Taukid
Badal
saudarisaudarinya
14. Dua maf'ul
dan saudarisaudarinya
15. Lafadz yang
mengikuti
kata yg
dinashab :
Naat
Athaf
Taukid
Badal
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
331
Penutup
Dengan pertolongan dan taufiq dari Alloh ta'ala, akhirnya ebook ini bisa
diselesaikan pada hari Kamis, 27 Jumada Al Ula 1433 H (19 April 2012 M).
Saya memohon kepada Alloh ta'ala agar menjadikan ebook ini bermanfaat
dan amalan yang ikhlas hanya untuk mengharap wajah-Nya Yang Mulia.
Demikian juga saya memohon kepada-Nya untuk mengampuni dosa-dosa
saya, kedua orang tua saya, ustadz-ustadz saya, dan saudara-saudara saya di
jalan Alloh. Walhamdulillahi rabbil 'alamin.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
332
Daftar Pustaka
1. Al Qur'an Al Karim.
2. Al Mahdzari, Abu Anas Malik bin Salim bin Mathar (1425 H/2004 M). Al
Mumti' Fi Syarh Al Ajurrumiyyah. Shan'a : Maktabah Shan'a Al
Atsariyyah.
3. Al 'Utsaimin, Muhammad bin Shalih (1426 H/2005 M). Syarh Al
Ajurrumiyyah. Riyadh : Maktabah Ar Rusyd. (PDF)
4. Al Maqthiry, Muhammad Ash Shaghir bin Qaid bin Ahmad Al 'Abadili
(1422 H/2002 M). Al Hulal Adz Dzahabiyyah 'Ala At Tuhfah As Saniyyah.
Shan'a : Darul Atsar. (PDF)
5. Na'mah, Fu'ad (tanpa tahun terbit). Mulakhkhas Qawa'id Al Lughah Al
'Arabiyyah. Kairo : Al Maktab Al 'Ilmi. (PDF)
6. Al Maktabah Asy Syamilah.
7. Internet.
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu
333
Daftar Isi
1. Muqaddimah ..................................................................................... 2
2. Biografi Ibnu Ajurrum, Penyusun Matan Al Ajurrumiyyah ...................... 7
3. Matan Al Ajurrumiyyah ...................................................................... 8
4. Jenis-Jenis Kalam .............................................................................. 21
5. Bab Al I'rab ...................................................................................... 41
6. Al Bina ............................................................................................. 49
7. Bab Mengenal Tanda-Tanda Al I'rab ................................................... 52
8. Lafadz-Lafadz yang Dii'rab ................................................................. 55
9. Lafadz-Lafadz yang Dii'rab dengan Harakat ........................................ 56
10. Lafadz-Lafadz yang Dii'rab dengan Huruf ............................................ 61
11. Bab Tentang Fi'il-Fi'il ......................................................................... 72
12. Bab Tentang 'Amil-'Amil Nashab ......................................................... 84
13. Bab Tentang 'Amil-'Amil Jazm ............................................................. 94
14. Bab Tentang Isim-Isim yang Dirafa' .................................................. 111
15. Bab Tentang Fa'il ............................................................................ 112
16. Bab Tentang Maf'ul yang Tidak Disebut Fa'ilnya ................................. 120
17. Bab Tentang Mubtada' dan Khabar .................................................. 127
18. Bab Tentang 'Amil-'Amil yg Menghapus Hukum Mubtada' dan Khabar 136
19. Bab Tentang Na'at .......................................................................... 168
20. Bab Tentang 'Athaf ......................................................................... 188
21. Bab Tentang Taukid ........................................................................ 197
22. Bab Tentang Badal .......................................................................... 204
23. Bab Tentang Isim-Isim yang Dinashab ............................................. 212
24. Bab Tentang Maf'ul Bih ................................................................... 213
25. Bab Tentang Mashdar ..................................................................... 224
26. Bab Tentang Dharaf Zaman dan Dharaf Makan ................................. 231
27. Bab Tentang Haal ........................................................................... 238
28. Bab Tentang Tamyiz ....................................................................... 245
29. Bab Tentang Istitsna ...................................................................... 253
30. Bab Tentang Laa ............................................................................. 269
31. Bab Tentang Munada ...................................................................... 277
32. Bab Tentang Maf'ul Li Ajlih .............................................................. 286
33. Bab Tentang Maf'ul Ma'ah ............................................................... 291
34. Bab Tentang Isim-Isim yang Dikhafadh ............................................ 299
35. Bab Tentang Isim-Isim yang Tidak Boleh Ditanwin ............................ 318
36. Penutup ......................................................................................... 331
37. Daftar Pustaka ................................................................................ 332
38. Daftar Isi ........................................................................................ 333
Panduan Belajar
Ilmu Nahwu