Anda di halaman 1dari 87

Page 1 of 87

Contents

....................................................................................................................... 1
Page 2 of 87
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 5


Muqaddimah ................................................................................................. 6
Keutamaan Membaca al Qur’an................................................................ 6
Catatan : .................................................................................................... 7
Kenapa Kita Harus Memahami Al Quran ................................................... 8
Beberapa Kaidah Penting Dalam Ilmu Tafsir ........................................... 13
Tafsir Al Quran Dengan Al Quran ............................................................ 13
Tafsir al Quran Dengan Hadits Nabi Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam. ........ 14
Tafsir al Qur’an dengan perkataan para sahabat nabi shallallahu ‘alayhi
wa sallam. ................................................................................................ 16
Tafsir al Qur’an dengan perkataan Tabi’in. ............................................. 17
Tafsir Dengan Akal Atau Tafsir Ar Ra’yi. .................................................. 20
Kedudukan Akal Dalam Agama Islam. ..................................................... 20
Tugas Akal dan Batasan Kewenangannya. .............................................. 21
Tafsir Isti’adzah ............................................................................................ 25
Kenapa kita beristi’adzah sebelum membaca al Quran?. ....................... 25
Apakah hukum beristi’adzah sebelum membaca al Quran? ................... 25
Bagaimanakah Redaksi Istiadzah? ........................................................... 25
Apakah Isti’adzah Itu Termasuk Bagian Dari Al Quran Atau Tidak. ......... 26
Moment Apa Sajakah Yang Kita Diperintahkan Untuk Beristi’adzah?. ... 26
Ma’na Isti’adzah ...................................................................................... 28
Hakikat Isti’adzah .................................................................................... 28
Kepada siapa kita Isti’adzah .................................................................... 29
Tafsir Basmalah k~1=eã oM=eã ufeãkBæ ...................................................................... 32

Page 3 of 87
Kapan Saja Kita Disyari’atkan Untuk Mengucapkan Basmalah ............... 32
Apakah Basmalah Termasuk Bagian Dari Al Quran Atau Tidak? ............. 38
Apakah Basmalah Merupakan Bagian Ayat Dari Setiap Surat Atau
Bukan? ..................................................................................................... 38
Apakah Basmalah Dibaca Keras Atau Dibaca Lirih Ketika Shalat Jahr? .. 38
Nama-Nama Surah Al Fatihah ................................................................. 39
Keutamaan Surah Al Fatihah. .................................................................. 41
Surah Al Fatihah Termasuk Makkiyah atau Madaniyah ? ....................... 46
Surah al Fatihah Terdiri dari berapa ayat? .............................................. 47
Kandungan umum surat Al Fatihah. ........................................................ 47
Ayat 2 ........................................................................................................... 49
Kapan Membaca Hamdalah. ................................................................... 56
Ayat ke 3 ...................................................................................................... 61
Ayat keempat .............................................................................................. 64
Ayat 5 ........................................................................................................... 67
Fenomena penyimpangan dari ayat yang kelima. .................................. 70
Ayat 6 ........................................................................................................... 72
Ayat yang ke-7 ............................................................................................. 75
GeäNeãvp kt~fQ åqNVUã RU .................................................................................... 77

Ber‘Ilmu Tapi Tidak Beramal ........................................................................ 78


Beramal Tapi Tidak Berilmu..................................................................... 79

Beberapa kekeliruan di dalam penggunaan surat al Fatihah. ...... 86

Page 4 of 87
KATA PENGANTAR

ÁGjfReãå<ufe 9j2eã Áu%äa=æ p ufeã ÖM< p kb~fQhwBeã Ák~1=eã oM=eãufeãkBæ


Á9Ræ h üÁo~Rj-üuç2Ipueü2Qp 9j2i o~çm2QhwBeãp ÕwBeã

Surah al Fatihah adalah merupakan surah yang paling agung yang ada
di dalam al Qur’an. Untaian kalimatnya ringkas tapi makna yang
dikandung di dalamnya sangat luas.
Seorang muslim yang taat minimal membaca surah al Fatihah 17 kali
dalam satu hari. Kalau dalam satu hari kita membaca 17 kali berarti
sejak kita kecil sampai dewasa sudah berapa ratus kali atau berapa
ribu kali kita membaca surah al Fatihah.
Namun yang jadi pertanyaan, sudahkah kita memahami mutiara
kandungan makna yang ada di dalamnya? Pernahkah kita bertanya
kepada diri kita, sudahkah kita memahami isi yang terkandung dalam
Qs. Al Fatihah?.
Kalau belum, kita akan sadar kenapa selama ini shalat kita susah
untuk khusyu, bagaimana kita akan khusyu’ kalau kita tidak faham
apa yang kita baca.
Diantara bacaan yang paling pertama dan paling utama adalah surah
af Fatihah karena itu merupakan rukun shalat. Kalau rukun shalat saja
tidak kita fahami maknanya, bagaimana dengan bacaan-bacaan
lainnya.
Semoga dengan kita mempelajari tafsir surah al Fatihah ini kita akan
bisa mencapai tujuan mulia tersebut yaitu khusyu’ di dalam shalat.

Page 5 of 87
Muqaddimah
Point-point penting yang perlu kita pelajari sebelum mengkaji isi al
Qur’an, diantaranya adalah :
 Keutamaan membaca al Qur’an
 Kenapa kita harus memahami al Quran?
 Beberapa kaidah penting dalam ilmu tafsir.
Keutamaan Membaca al Qur’an
Banyak sekali ayat-ayat al Quran yang memerintahkan umat Islam
untuk membaca al Quran. Diantaranya Qs. Al Kahfi : 27. “Dan
bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhanmu
(Al Quran)....”
Setelah Allah dan RasulNya memerintahkan kaum muslimin untuk
membaca al Quran, Dia juga menjelaskan fadhilah orang yang
membaca al Quran. Diantaranya adalah :
 al Quran akan memberikan syafaat bagi orang yang rajin
membacanya. Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,
“Bacalah al Qur’an, karena dia akan datang pada hari kiamat
untuk memberikan syafaat kepada orang yang rajin
membacanya.” 1
Pada hari kiamat yang begitu mengerikan, disaat manusia
kebingungan tentang nasibnya, mau ke surga atau neraka. Saat
itulah al Quran yang rajin kita baca dunia akan berkata kepada
Allah, “Wahai Rabbku, sesungguhnya saya telah menghalangi
fulan untuk tidak tidur di malam hari, maka izinkanlah aku untuk
memberi syafaat baginya.”
 Pahala yang berlipat ganda bagi pembaca al Quran. Nabi
shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang
membaca 1 huruf dari al Qur’an, maka dia akan mendapatkan 1
pahala, dan 1 pahala tadi akan dilipat gandakan menajdi 10
pahala. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, akan
tetapi Alif satu huruf, Lam satu Huruf dan Mim satu huruf.” 2

1 (H.R. Muslim).
2 (H.R. Tirmidzi).

Page 6 of 87
Dalam hadits lain nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,
“Orang yang mahir dalam membaca al Quran akan disandingkan
dengan malaikat-malaikat yang mulia dan baik, sedangkan orang
yang membaca al Quran dengan terbata-bata, maka baginya 2
pahala.”
Catatan :
 Mahir menurut ulama adalah bacaannya bagus dan hafalannya
banyak.
 Mendapat 2 pahala. Pahala yang pertama adalah karena bacaan
al Qurannya dan yang kedua adalah pahala atas kesabarannya
dalam membaca al Quran. Sedangkan orang yang membaca
dengan mahir akan mendapatkan pahala yang banyak sehingga
disandingkan dengan malaikat-malaikat Allah yang mulia.
 Tingginya derajat seseorang di surga tergantung banyaknya ayat
al Quran yang dia baca. Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam
bersabda, “Surga itu terdiri dari 100 tingkatan, jarak antara satu
derajat ke derajat yang lainnya adalah sejauh perjalanan 100
tahun. Derajat yang paling tinggi dihuni oleh para nabi ‘alayhish
shalaatu was salam.”3
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, nabi
shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya penduduk
surga melihat orang yang tinggal di atasnya seperti kita melihat
bintang yang gemerlap nun jauh di sana di ufuk langit timur dan
barat. Karena amalan mereka bertingkat-tingkat.”
Salah satu amalan yang akan mengangkat derajat kita di surga adalah
membaca al Qur’an. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam
bersabda, “Dikatakan kepada orang yang membaca al Quran,
bacalah dan naiklah terus, dan bacalah al Quran dengan pelan-pelan
sebagaimana dulu engkau membacanya di dunia. Sesungguhnya
derajat yang akan kamu raih di surga tergantung akhir ayat yang
engkau baca, ketika engkau sedang di dunia.” 4

3 HR. at Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh al Albani


4 Hadits yang diriwayatkan oleh Imam At Tirmizi dan beliau berkata hadits ini hasan shahih.

Page 7 of 87
Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam begitu rajin membaca al Quran.
Diceritakan pernah suatu hari nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam shalat
malam dalam satu rakaat beliau membaca surat al Baqarah,
kemudian surat Ali Imran, kemudian surat An Nisa dan surat Al
Maidah.
Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan bahwasanya rasulullah
shallallahu ‘alayhi wa sallam shalat malam sampai kakinya bengkak
saking lamanya beliau berdiri. Kemudian Aisyah radhiyallahu ‘anha
bertanya, “Wahai rasulullah, mengapa engkau shalat sampai kakimu
bengkak sedangkan dosamu yang telah lalu dan yang akan datang
telah diampuni oleh Allah?” rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam
menjawab, “Wahai Aisyah, tidak patutkah aku menjadi hamba yang
bersyukur?”.
Demikian pula para sahabat radhiyallahu ‘anhum mereka begitu rajin
mengkhatamkan al Qur’an. Banyak diantara mereka yang
mengkhatamkan al Quran setiap 3 hari sekali, waktu-waktu mereka
diisi dengan membaca al Quran.
Maka luangkanlah waktu khusus dalam satu hari untuk membaca al
Quran. Minimal 1 hari 1 juz, atau ½ juz. Setiap hari rutin sehingga kita
akan mengkhatamkan al Quran setiap bulan atau 2 bulan. Dan ini
akan menjadikan derajat kita semakin tinggi di surga InsyaAllah.
Namun membaca al Quran saja belum cukup, perlu diiringi dengan
memahami apa yang kita baca.

Kenapa Kita Harus Memahami Al Quran


Kita diharuskan untuk memahami al Quran karena :
 Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkannya.
Dalilnya adalah Qs. Muhammad : 24. “Maka apakah mereka
tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci.”

Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Tidaklah


segolongan kaum berkumpul di salah satu diantara masjid-masjid
Allah, kemudian mereka membaca al Quran dan mereka
mempelajarinya, mereka akan diliputi dengan ketenangan yang
ada di dalam hati dan akan turun kasih sayang Allah kepada
Page 8 of 87
orang-orang yang ada di majelis tersebut, dan para malaikat
akan mengelilingi majelis ini.”5 Dalam hadits lain dikisahkan
bahwa para malaikat akan saling bertumpuk-tumpuk sampai
kelangit. Dan mereka yang di dalam majelis itu akan dipuji-puji
oleh Allah Allah dan dihadapan para malaikat yang ada di sisi-
Nya.”

Untuk mendapatkan ganjaran tersebut bukan hanya dengan


membaca tapi juga dengan mempelajari dan memahami
maknanya. Oleh karena para sahabat nabi shallallahu ‘alayhi wa
sallam tidak pindah ke ayat berikutnya sebelum dia memahami
dan mengamalkan ayat sebelumnya.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Kalau kami


mempelajari 10 ayat, kami tidak akan meninggalkan 10 ayat
tersebut sampai kami memahami ma’nanya dan mengamalkan
ayat yang sebelumnya.”

Dikisahkan dalam kitab “Al Muwatta’” bahwa Ibnu ‘Umar


radhiyallahu ‘anhuma untuk menghafalkan surat al Baqarah
beliau membutuhkan waktu 8 tahun.

Seorang tabi’in yang bernama Masruq bin al Ajda’ diceritakan


untuk mengetahui tafsir 1 ayat beliau rela untuk menempuh
perjalanan ribuan km. Beliau melakukan perjalanan ke kota
Bashra (Irak), begitu sampai di kota Bashrah, dia beritahu bahwa
guru yang sedang beliau cari sedang bepergian ke negara Syam.
Beliaupun saat itu juga berjalan ke negara Syam untuk menemui
guru yang dia cari, kemudian beliau menanyakan 1 ayat yang
sedang dia butuhkan tafsirnya.
 Karena rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam membaca al
Qur’an sambil memahami maknanya dan kita sebagai umatnya
harus menjadikan beliau uswah dalam kehidupan kita.

5 Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Page 9 of 87
Khudzaifah Ibnul Yaman menceritakan, “Suatu hari saya shalat
bersama rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, ketika beliau
membaca ayat-ayat al Quran yang berisi tentang kasih sayang
Allah maka beliau memohon kasih sayang Allah. kalau beliau
membaca ayat yang bercerita tentang siksaan Allah maka beliau
berhenti sejenak dan memohon perlindungan kepada Allah dari
siksaan tersebut. kalau beliau melewati ayat yang berisi perintah
untuk mensucikan Allah, maka beliau saat itu mengucapkan
ufeãlä2çA . 6
Karena itulah rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam sering
menangis ketika shalat karena beliau memahami dan menghayati
yang beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam baca. Salah seorang
sahabat yang bernama Abdullah rahimahullah mengatakan,
“Pada suatu hari saya datang kepada rasulullah shallallahu
‘alayhi wa sallam, pada saat itu beliau sedang shalat dan di
dalam dadanya terdengar suara gemuruh seperti air mendidih
yang menggelegak (menangis).”

Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Salah satu dari tujuh


golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah pada hari
kiamat adalah seseorang yang ingat kepada Allah saat dia sendiri
kemudian dia meneteskan air mata.”

Imam Ath Thabari mengatakan, “Saya merasa heran dengan


orang yang membaca al Quran namun tidak memahami
maknanya, bagaimana mungkin dia akan merasakan nikmatnya
membaca al Quran.”

Ibnu Mas’ud bercerita, “Pada suatu hari nabi shallallahu ‘alayhi


wa sallam berkata kepadaku, “Wahai Ibnu Mas’ud, bacalah al
Quran untukku.” Akupun menjawab, “Wahai rasulullah, apakah
saya membaca di hadapanmu padahal al Quran itu Allah
turunkan langsung kepadamu?.” Kata nabi shallallahu ‘alayhi wa
sallam, “Iya.” Maka akupun membaca surat an-Nisa, ketika saya
sampai ke ayat yang berbunyi, “Maka bagaimanakah (Keadaan

6 Hadits yang diriwayatkan oleh Imam an nasa’i dan dinilai shahih oleh Khuzaimah dan al Albani.

Page 10 of 87
orang kafir nanti) seandainya kami mendatangkan seorang saksi
(Rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan engkau wahai
Muhammad sebagai saksi atas mereka?.” Ketika sampai pada
ayat ini tiba-tiba nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,
“Cukup, cukup wahai Ibnu Mas’ud.” Ketika saya menengok
kepada rasul shallallahu ‘alayhi wa sallam ternyata saya melihat
kedua mata beliau sudah bercucuran air mata.7

Di dalam kitab “Tuhfatul Ahwadzi” dijelaskan bahwa Rasulullah


shallallahu ‘alayhi wa sallam menangis ketika mendengar ayat ini
karena beliau merasa kasihan kepada umatnya. Karena diantara
umatnya ada yang shalih dan ada yang tidak, sehingga akan
menyebabkan umatnya yang berbuat maksiat itu akan
dijerumuskan ke dalam neraka. Nabi shallallahu ‘alayhi wa
sallam sangat kasih sayang terhadap umatnya. Hal ini ditegaskan
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Qs. At Taubah : 128 yang
berbunyi, “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari
kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas
kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”
 Memahami al Quran merupakan sarana untuk mengamalkan
isinya. Seorang ulama yang bernama Iyas Ibnu Mu’awiyah
berkata, “Perumpamaan orang yang membaca al Qur’an dan dia
tidak memahami isinya seperti sekelompok kaum yang
kedatangan surat instruksi dari raja. Surat itu datang kepada
mereka pada malam hari, saat itu mereka tidak punya lampu,
akhirnya mereka bingung karena surat instruksi tersebut.
sedangkan perumpamaan orang yang membaca al Qur’an dan
faham isinya seperti orang yang membawa lampu untuk kaum
tersebut.”

Mengamalkan al Quran adalah kewajiban, sehingga orang yang


tidak mengamalkan al Qur’an mendapatkan adzab dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam
bersabda, “Ketika aku bermimpi diperlihatkan kepadaku siksaan

7 HR.Imam Bukhari

Page 11 of 87
yang Allah timpakan kepada sebagian dari hambaNya. Kemudian
kami melanjutkan perjalanan sampai kami menjumpai seorang
laki-laki yang sedang berbaring, dan di atasnya ada seorang
berdiri membawa batu yang besar. Orang yang berdiri
melemparkan melemparkan batu besar tersebut kepada orang
yang berbaring sampai kepalanya pecah. Ketika kepala orang
tersebut pecah, batu itu menggelinding kembali ke arah orang
yang berdiri dan dia segera mengambil batu itu dan kembali ke
tempatnya berdiri. Saat dia sampai ketempatnya berdiri kepala
orang yang berbaring tadi sudah kembali seperti semula, maka
diapun kembali melemparkan batu besar tersebut ke kepala
orang yang berbaring sampai kepalanya kembali pecah.
Demikianlah hal itu terus berulang. Maka akupun bertanya
kepada malaikat yang mengantarkan aku, “Siapakah orang ini
yang disiksa sedemikian rupa?. Kedua malaikat itu berkata,
“Adapun yang tadi engkau lihat kepalanya dipecahkan dengan
batu adalah seseorang yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
diajarkan kepadanya al Qur’an namun dia tidak gunakan al
Qur’an itu untuk shalat di malam hari dan dia tidak mengamalkan
al Quran tersebut di siang harinya. Dia disiksa dengan siksaan
seperti itu sampai datang hari kiamat.”8

Maka mari kita sisihkan sebagian dari waktu kita untuk


mempelajari isi al Quran, minimal membaca al Quran terjemahan
terutama surat-surat yang biasa kita pakai dalam shalat.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menambahkan hidayah dan


taufikNya kepada kita semua untuk mengamalkan amal yang
diridhai dan dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

8 Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari,

Page 12 of 87
Beberapa Kaidah Penting Dalam Ilmu Tafsir
Diantara kaidah-kaidah yang penting dalam ilmu tafsir adalah :

 Tafsir al Quran dengan al Quran


 Tafsir al Quran dengan hadits nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam
 Tafsir al Quran dengan perkataan sahabat nabi shallallahu ‘alayhi
wa sallam dan perkataan para tabi’in.

Tafsir Al Quran Dengan Al Quran


Ayat al Quran yang masih bersifat global, dijelaskan dalam ayat yang
lain. Dalilnya adalah Qs. Hud :1.
“Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan
rapi serta dijelaskan secara terperinci....”
Fachruddin ar Razy mengatakan, “Tafsir al Quran dengan al Quran
merupakan jalan terdekat untuk mencapai kebenaran.”
Ibnu Taimiyah berkata, “Sesungguhnya metode yang paling tepat
dalam menafsirkan al Quran adalah dengan menafsirkan ayat al
Quran menggunakan ayat lain, sebab terkadang di dalam al Quran
itu ada permasalahan yang disebutkan secara ringkas ternyata sudah
dijabarkan dengan panjang lebar di ayat yang lain.”
Contoh penafsiran ayat al Quran dengan ayat yang lain adalah Qs. An
Nisa : 48, ayat tersebut ditafsirkan dengan Qs. Az Zumar : 53.
Qs. An Nisa : 48. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa
syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu,
bagi siapa yang dikehendaki-Nya....”
Qs. Az Zumar : 53 “Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang
malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.”
Imam Ath Thabari, Ibnu Taimiyah, Ibnu Katsir dan As Sa’di mereka
mengatakan, “Tafsir Qs. Az Zumar 53 adalah mereka yang bertaubat.”

Page 13 of 87
Kesimpulannya, orang yang bertaubat dari perbuatan dosa, entah itu
syirik atau kekufuran, maka dosanya akan diampuni kalau dia sempat
bertaubat sebelum meninggal. Adapun dosa-dosa selain syirik, kalau
pelakunya belum sempat bertaubat sebelum meninggal maka tetap
mendapatkan peluang untuk diampuni oleh Allah. Memiliki peluang
untuk diampuni berarti juga memiliki peluang untuk di adzab, maka
janganlah kita menganggap remeh dosa sekecil apapun.
Buku tafsir yang menggunakan metode tafsir al Quran dengan al
Quran adalah, Adhwa’ al Bayan fii Idhani al Quran bi al Quran oleh
Muhammad al Amin Asy Syintiqi. Tafsir yang ditulis oleh ibnu
Taimiyah, Ibnul Qayyim dan Ibnu Katsir.

Tafsir al Quran Dengan Hadits Nabi Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam.


Maksudnya adalah ayat al Quran dijelaskan dan ditafsirkan dengan
hadits nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam.

Misalnya Qs. Al An’Am ayat 82 : “Orang-orang yang beriman dan


tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik),
mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Para sahabat bertanya, “Wahai rasulullah, siapa diantara kita yang


tidak melakukan kezhaliman?.” Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa
sallam menjawab, “Yang dimaksud dengan kezhaliman adalah
perbuatan syirik.”
Berdasarkan firman Allah Ta’ala dalam Qs. Luqman : 13, “....
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar"
Contoh lain adalah Qs. An-Nisa ayat 129, yang berbunyi, “Dan kamu
sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu),
walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian....
Qs. An-Nisa ayat 3. “.... maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang
kamu senangi, dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak
akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja....”

Page 14 of 87
Dalam Qs. An Nisa : 129 menjelaskan bahwa kalau tidak bisa berlaku
adil maka cukup satu istri saja. Sedangkan dalam Qs. An Nisa ayat 129
dijelaskan bahwa manusia itu tidak akan bisa berlaku adil. Berarti
hukum poligami menjadi terlarang karena syarat berpoligami harus
adil.
Maksud yang benar dari Qs. An Nisa ayat 129 adalah
ketidakmampuan manusia untuk berbuat adil dalam hal-hal yang
memang diluar batas-batas kemampuan mereka, misalnya dalam
masalah cinta. Adapun di dalam batas kemampuan mereka, manusia
bisa berbuat adil, contohnya dalam masalah nafkah, pembagian
nginap.

Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam at Tirmidzi dan


sanadnya dinilai shahih oleh Imam Ibnu Katsir. Aisyah Radhiyallahu
‘Anha berkata, “Rasulullah Shallallah ‘Alayhi wa sallam membagi
jatah diantara istri-istrinya dan beliau berlaku adil. Kemudian
rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam berkata, “Wahai Rabbiy inilah
pembagian yang aku lakukan dalam sesuatu yang kumampui. Dan
janganlah Engkau wahai Rabbiy mencela diriku dalam sesuatu yang
Engkau miliki dan tidak aku miliki.”
Di sini nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam mengakui kepada Allah
bahwa ada sesuatu yang diluar batas kemampuan beliau, yaitu rasa
cinta. Makanya rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam ketika ditanya,
“Wahai Rasulullah, siapakah wanita yang paling engkau cintai?,
beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam menjawab, “Aisyah.”
Berarti cintanya rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam kepada Aisyah
radhiyallahu ‘anha lebih besar dari pada cintanya kepada istri-istrinya
yang lain. Dan ini diluar batas kemampuan manusia bahkan termasuk
rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam.
Para sahabat yang menggunakan metode tafsir ini adalah Ibnu Abbas
dan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma. Dari kalangan tabi’in
diantaranya al Hasan al Bashri, Imam Ath Thabari, Imam al Qurthubi,
al Mawardi dan pengarang tafsir Jalalain, Ibnul Jauzy, Asy Syaukani
dan yang lainnya. adalah Sedangkan dari kalangan kontemporer
adalah Asy Sya’di dan asy Syinqiti.
Page 15 of 87
Contoh kitab tafsir yang penulisnya menggunakan metode ini adalah
tafsir Al Baghawi dan tafsir Ibnu Katsir.
Beberapa kitab tafsir yang menggunakan metode tafsir al Qur’an
dengan hadits namun kurang memperhatikan keshahihan hadits
sehingga banyak menggunakan hadits-hadits yang dha’if bahkan
palsu, diantaranya adalah tafsir ats Tsa’labi, tafsir al Wahidi, tafsir al
Khazin dan tafsir Az Zamakhsyari.
Imam az Zarkasyi berpesan bahwa ketika menafsirkan al Qur’an dan
hadits nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam kita harus berhati-hati dari
hadits-hadits yang dha’if dan hadits-hadits yang palsu.

Tafsir al Qur’an dengan perkataan para sahabat nabi shallallahu


‘alayhi wa sallam.

Dalilnya adalah firman Allah dalam Qs. At-Taubah ayat 100, “Orang-
orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari
golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun
ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga
yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka
kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.”
Dalil dari hadits nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam adalah, nabi
shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik generasi adalah
generasiku (para sahabat radhiyallahu ‘anhum), kemudian generasi
berikutnya (para tabi’in), kemudian generasi berikutnya (tabi’ut
tabi’in).” 9
Keistimewaan tafsir para sahabat nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam
adalah:
 Para adalah orang Arab asli sedangkan al Qur’an diturunkan
dalam bahasa Arab sehingga mereka lebih faham tentang al
Quran.

9 (H.R. Bukhari dan Muslim).

Page 16 of 87
 Mereka adalah orang-orang yang menyaksikan langsung
turunnya al Quran, sehingga mereka tahu persis momentnya apa
dan kepada siapa al Quran diturunkan.
 Karena mereka memiliki kesucian hati, pemahaman yang lurus
dan ilmu yang dalam.
Contoh tafsir al Quran dengan perkataan sahabat adalah satu ayat di
dalam al Quran tentang “Apakah kaum mukminin akan dapat melihat
Allah di Surga?.” Jawabannya adalah “iya”.
Banyak dalil-dalil dalam al Quran yang menjelaskan hal tersebut
diantaranya adalah Qs. Yunus : 26. “Bagi orang-orang yang berbuat
baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya....”
Yang dimaksud “tambahan” pada ayat diatas menurut para sahabat
nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam adalah kaum mukminin dapat
melihat wajah Allah secara langsung di surga. Diantara yang
menafsirkan ayat tersebut adalah Abu Bakar Ash Shiddiq, Khudzaifah
ibn Yaman, Abu Musa al Asy’ari dan ‘Ubadah Ibn Shamit radhiyallahu
‘anhum. Dinukil oleh Imam Ath Thabari dan al Baghawi.
Penafsiran ini dikuatkan dengan hadits nabi shallallahu ‘alayhi wa
sallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Kalau penduduk
surga telah masuk ke dalam surga, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan
berfirman, “Wahai para penghuni sesuatu, apakah kalian ingin
sesuatu yang aku akan tambahkan untuk kalian?,” mereka berkata,
“Wahai Rabbiy, bukankah Engkau telah menjadikan wajah kami
bersinar, bukankah Engkau telah memasukkan kami ke surga,
bukankah Engkau sudah menyelamatkan kami dari neraka?. Maka
Allah Subhanahu wa Ta’ala saat itu membuka tabir, maka saat itu
tidak ada pemberian yang lebih mereka cintai dibandingkan dengan
kenikmatan melihat wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Tafsir al Qur’an dengan perkataan Tabi’in.

Dalilnya adalah perkataan nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, “Sebaik-


baik generasi adalah generasiku (para sahabat radhiyallahu ‘anhum),

Page 17 of 87
kemudian generasi berikutnya (para tabi’in), kemudian generasi
berikutnya (tabi’ut tabi’in).” 10
Keistimewaan tafsir para tabi’in adalah:
 Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam memuji mereka dengan
mengatakan bahwa generasi yang terbaik sesudah para sahabat
adalah generasi tabi’in.
 Mereka banyak menimba tafsir dari para sahabat nabi shallallahu
‘alayhi yang mereka adalah murid-murid dari nabi shallallahu
‘alayhi wa sallam.
 Penguasaan mereka terhadap bahasa Arab lebih tinggi
dibandingkan dengan orang-orang setelah mereka.
Imam Ibn Rajab seorang ulama yang hidup pada abad ke 8 H
menjelaskan, “Ilmu yang paling baik yang berkenaan dengan tafsir al
Quran, ma’na hadits serta hukum halal dan haram. Sebaik-baik ilmu
tentang tafsir al Qur’an adalah apa yang diriwayatkan dari para
sahabat nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam dan generasi tabi’in.”
Contoh penerapan metode tafsir ini adalah Qs. al Hijr : 99. “dan
sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).”
Sebagian kaum sufi meyakini bahwa kewajiban untuk beribadah
kepada Allah akan berakhir ketika mereka sudah mencapai suatu
maqam yaitu suatu tingkatan yang dikenal dengan nama maqam
wushul. Kalau sudah sampai maqam tersebut dia tidak wajib lagi
untuk shalat, puasa dan yang semisalnya dan diperbolehkan untuk
melakukan segala macam bentuk perbuatan maksiat seperti minum
khamar dan kemaksiatan yang lainnya.
Salah satu tokoh sufi abad ke-4 yaitu Ahmad bin Atha’ dia pernah
berkata, “Orang yang telah sampai ma’rifat, maka dia tidak
mendapatkan beban syari’at.”
Seorang tokoh sufi yang lain yang bernama Abu Yazid al Busthomi,
“Saya merasa heran kepada orang yang sudah mengenal Allah,
mengapa dia tetap beribadah kepadanya.” Dikisahkan suatu hari Abu

10 (H.R. Bukhari dan Muslim).

Page 18 of 87
Yazid al Busthomi pernah mengeluarkan sepotong roti dari sakunya
dan memakan di depan umum di siang hari pada bulan Ramadhan.”
Ketika mereka orang-orang sufi tersebut ditanya tentang kelakuan
mereka, mereka berdalil dengan Qs. Al Hijr ayat 99 tadi. Mereka
menafsirkan kata “al Yaqin” dengan maqam wushul.
Tafsir yang benar menurut para tabi’in adalah, yang dimaksud dengan
“al Yakin” pada Qs. Al Hijr ayat 99 adalah “kematian.” Jadi arti ayat
tersebut adalah “Beribadahlah kamu sampai mati.”
Diantara ulama yang menafsirkan kata al yakin dengan kematian
adalah Salim bin Abdullah, Mujahid, Qatadah, al Hasan Al Bashri dan
Ibn Zaid, hal ini dinukil oleh Imam Ath Thabari.
Contoh kedua, Qs. Az Zukhruf ayat 84. “Dan Dialah Tuhan (Yang
disembah) di langit dan Tuhan (Yang disembah) di bumi....”
Sebagian kalangan menjadikan sebagai dalil bahwa Allah itu di mana-
mana. Ahlussunnah wal jama’ah mulai dari nabi kita shallallahu
‘alayhi wa sallam, para sahabat nabi shallallahu ‘alayhi
wa sallam , para tabi’in, para tabit tabi’in, sampai imam madzhab
yang empat semuanya meyakini bahwa Allah itu di atas Arsy. Mereka
melandaskan aqidah tersebut di atas al Qur’an, hadits nabi shallallahu
‘alayhi wa sallam dan ijma’.
Salah satu ijma’ dinukil oleh Imam Abul Hasan al Asy’ari seorang
ulama ahlussunnah beliau berkata dalam kitabnya Risalah ila Ahli Ats
Tsughar, “Dan para ulama telah bersepakat bahwa Allah Subhanahu
wa Ta’ala berada di atas langit di atas Arsy.”
Dalil yang mendukung keyakinan tersebut amat banyak di dalam Al
Qur’an maupun sunnah nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam.
Imam Adz Dzahabi seorang ulama besar bermadzhab Syafi’i yang
hidup pada abad ke-8 H, beliau menulis buku yang judulnya “al
Ulum.” Dari awal sampai akhir buku ini menjelaskan bahwa Allah
berada di atas Arsy. Beliau rahimahullah membawakan 14 dalil dari al
Quran dan 200 hadits nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam dan 153

Page 19 of 87
nukilan dari ulama salaf yang semuanya menjelaskan bahwa Allah
berada di atas Arsy.
Makna yang benar dari ayat, “Dialah Allah yang disembah di langit
dan yang disembah di bumi.” Artinya Allah itu disembah dilangit oleh
para malaikat di langit dan disembah di bumi oleh manusia dan jin.
Yang menafsirkan dengan penafsiran tersebut adalah para tabi’in
diantaranya Imam Qatadah sebagaimana dinukil oleh Ath Thabari
dalam tafsirnya.
Contoh kitab tafsir yang banyak menukil perkataan para sahabat dan
para tabi’in, diantaranya adalah :
Tafsir ath Thabari. Terdiri dari 30 jilid setelah diringkas. Aslinya
terdiri dari 900.000 halaman.
Tafsir Ibnu Abi Hatim.
Tafsir ad Durru al Manstur karya Imam As Suyuti.

Tafsir Dengan Akal Atau Tafsir Ar Ra’yi.


Tafsir dengan akal diperbolehkan jika memenuhi syarat-syaratnya.

Kedudukan Akal Dalam Agama Islam.


Akal adalah salah karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala yang terbesar
dan teristimewa bagi para manusia. Karena dengan akal seorang
manusia bisa membedakan antara hal yang bermanfaat dengan yang
tidak bermanfaat. Bisa membedakan antara yang haq dan yang bathil,
dan dengan akal manusia bisa dibedakan dengan makhluk-makhluk
lain (hewan).
Akal memiliki kedudukan yang istimewa di dalam agama Islam.
Diantara hal yang menunjukkan bahwa akal itu dihormati dan
dimuliakan di dalam agama Islam adalah :
Islam telah menjadikan akal sebagai salah satu dari lima hal pokok
yang diperintahkan oleh syari’at untuk dijaga. Lima hal tersebut
diistilahkan oleh para ulama dengan ‘Adh Dharuratul Khamz’.
Lima hal tersebut adalah agama, jiwa (nyawa), akal, anak
(keturunan) dan harta. Kenapa Islam memerintahkan kepada

Page 20 of 87
umatnya untuk menjaga lima hal ini? Karena kemaslahatan dunia
dan akhirat tergantung di dalam penjagaan manusia terhadap
lima hal ini. Diantara bentuk penjagaan Islam terhadap akal, Islam
melarang umatnya untuk meminum minuman yang
memabukkan karena bisa merusak akal.
Akal dijadikan di dalam Islam sebagai barometer kewajiban
mengamalkan syari’at. Seseorang tidak terkena kewajiban beban
syari’at bagi orang yang tidak berakal. Rasulullah shallallahu
‘alayhi wa sallam bersabda, “Ada tiga golongan manusia yang
kesalahannya tidak dihisab, orang yang tidur sampai dia
bangun,anak kecil sampai dia dewasa dan orang gila sampai
sampai dia berakal.” 11
Islam telah menetapkan denda penuh atas tindak kriminal yang
mengakibatkan hilangnya akal seseorang. Denda penuh
diistilahkan oleh para ulama dengan “Diyah Kamilah.” denda
penuh itu adalah seratus ekor unta. Dan para ulama sepakat
dalam hal ini.
Pujian agama Islam atas orang-orang yang berakal dan Islam
memotivasi umatnya untuk bertafakkur dan bertadabbur dari
segala sesuatu. Dan itu semua adalah pekerjaan akal.

Tugas Akal dan Batasan Kewenangannya.


Walaupun akal telah mendapatkan kemuliaan dan penghormatan
sedemikian rupa dari agama Islam, namun agama Islam tetap
memberikan batasan-batasan kewenangan akal, karena akal itu
terbatas.
Secerdas-cerdasnya akal seseorang tidak mungkin dia mengetahui
hakikat segala sesuatu. Kalau dia memaksakan diri untuk melewati
batas yang sudah digariskan dalam agama maka dia akan terjerumus
ke dalam kegelapan yang tidak ada batasnya dan akan tenggelam di
dalam kesalahan dan kekeliruan yang fatal.

11 Hadit yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan dinilai shahih oleh al Hakim, Adz Dzahabi dan Syaikh Al Albani.

Page 21 of 87
Imam Syafi’i mengatakan, “Sesungguhnya akal itu memiliki batas
yang tidak dapat dia lampaui sebagaimana mata memiliki batas yang
tidak dapat dia lampaui.”
Diantara hal-hal yang berada diatas kemampuan akal misalnya
menyibukkan diri dengan membayangkan hakikat Dzat Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Dibayang-bayangkan Allah itu bentuknya
bagimana, wajahnya bagaimana, tangannya bagimana dan
seterusnya. Ini adalah diluar batas kemampuan akal manusia. Contoh
yang lain mencoba mencari hakikat ruh, ruh itu warnanya apa,
bentuknya bagaimana? Atau membahas berlebihan tentang adzab
kubur atau ni’matnya atau tentang neraka atau tentang surga tanpa
keterangan dari Allah dan rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam.
Allah memerintahkan akal untuk menerima dan melaksanakan
perintah syari’at walaupun akal tersebut belum mengetahui apa
hikmah dibalik perintah tersebut. Maksiat yang pertama kali terjadi
adalah karena tidak mengamalkan aturan tersebut. Pembangkangan
Iblis terhadap perintah Allah untuk bersujud kepada nabi Adam
‘alaihis salam karena menurut akalnya api itu lebih mulia daripada
tanah. Iblis menolak dalil dengan akal.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Qs. Al A’raf : 12. “Allah
berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada
Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik
daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau
ciptakan dari tanah"
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengumpakan akal dengan mata, “Akal
kalau dia itu diterangi dengan syari’at Islam, ibarat mata yang
dibantu oleh sinar matahari atau sinar lampu. Sedangkan akal yang
tidak diterangi dengan syari’at Islam ibarat mata yang tidak dibantu
oleh lampu atau sinar matahari.”
Demikianlah akal yang tidak diterangi dengan syari’at Islam maka dia
akan terjerumus kepada kekeliruan, menolak sesuatu yang sudah
absolut di dalam agama Islam, seperti menolak adanya adzab kubur.
Akal sehat tidak akan bertentangan dengan dalil yang shahih.
Diantara ciri khas dan salah satu keindahan Islam adalah, agama Islam
Page 22 of 87
adalah agama fitrah yang sejalan dengan akal sehat dan sesuai
dengan tabiat manusia yang bersih dari penyakit syahwat dan virus
syubhat. Tidak mungkin ada kontradiksi antara akal sehat dengan dalil
yang shahih karena yang menciptakan Akal dan menurunkan Islam
adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Abul Qasim At Taimi seorang ulama yang hidup pada abad ke-6 H
berkata, “Dan kita tidak boleh menyanggah sunnah nabi shallallahu
‘alayhi wa sallam dengan akal karena hakikat agama adalah berserah
diri terhadap perintah agama bukan mengikuti apa yang didikte oleh
akal. Sebab akal yang sehat adalah akal yang mengantarkan manusia
untuk menerima sunnah adapun akal yang mengakibatkan seseorang
menolak sunnah maka itu bukanlah akal yang sehat, itu tidak lain
hanyalah bentuk kebodohan.”
Syaikhul Islam memiliki buku khusus yang membahas masalah ini
dengan judul “Menolak keyakinan bahwasanya akal itu
bertentangan dengan dalil.”
Akal sehat tidak akan bertentangan dengan dalil yang shahih. Masing-
masing memiliki karakter, yang tidak bertentangan dengan akal
adalah dalil yang shahih dan yang tidak bertentangan dengan dalil
yang shahih adalah akal yang sehat.
Contoh, dalilnya shahih tapi akalnya tidak sehat. Dalam shahih
Bukhari, Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Apabila ada
seekor lalat masuk ke dalam gelas salah seorang dari kalian, maka
hendaklah dicelupkan sampai tenggelam, kemudian buang lalatnya.
Karena salah satu sayapnya mengandung penyakit dan sayap yang
satunya mengandung obat penawar racun.”
Orang yang tidak menerima hadits ini berarti akalnya tidak sehat
karena dalilnya shahih. Ada sebagian orang yang lebih percaya
terhadap perkataan dokter (dokternyapun non muslim) daripada
percaya hadits tersebut.
Mereka mengatakan tidak masuk akal lalat yang penuh kotoran akan
mengandung penawar racun. Tidak masuk akal yang tidak sehat, tapi
akal yang sehat akan masuk karena yang menciptakan lalat adalah
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hadits ini juga sumbernya dari Allah
Page 23 of 87
yang menciptakan lalat. Allah lebih tahu tentang ciptaanNya
dibandingkan manusia.
Contoh dalil yang tidak shohih, “Hidangkanlah sayuran di meja
makan kalian, karena hal itu akan mengusir syaithan.”
Hadits ini terdapat dalam kitab “Al Mudhu’a” oleh Ibnul Jauzi.
Hadist yang lain, “Barangsiapa yang memelihara ayam jago putih,
maka syaithan dan sihir tidak mungkin bisa mendekati orang
tersebut.”
Hadits “Kalau salah satu diantara kalian berbaik sangka terhadap
suatu batu, maka batu tersebut akan memberikan manfaat
kepadanya.”
Menurut Ibnu Qayyim, hadits diatas adalah hadits palsu yang
dikarang oleh kaum musyrikin para penyembah berhala.
Seorang muslim yang cerdas kalau membaca hadits yang isinya tidak
rasional, maka dia akan kita meneliti terlebih dahulu apakah
haditsnya shahih atau tidak. Kalau menemukan suatu hadits yang kita
anggap bertentangan dengan akal sehat, maka yang pertama ceklah
akalnya kalau akalnya sehat maka ceklah haditsnya shahih atau tidak.

Page 24 of 87
Tafsir Isti’adzah
Kenapa kita beristi’adzah sebelum membaca al Quran?.
Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkannya di dalam
al Quran surah An-Nahl ayat 98. “Apabila kamu membaca Al
Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari
syaitan yang terkutuk.”
Karena Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam mempraktikan
hal tersebut. Abu Said al Khudry radhiyallahu ‘anhu menceritakan
bahwa, “Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam apabila beliau
berdiri shalat malam, setelah beliau bertakbir, beliau membaca
do’a iftitah kemudian beliau beristi’adzah, kemudian beliau
memulai membaca al Quran.” 12

Apakah hukum beristi’adzah sebelum membaca al Quran?


Imam al Qurthuby dan Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa
pendapat mayoritas ulama adalah beristi’adzah sebelum membaca
al Quran hukumnya adalah sunnah.

Bagaimanakah Redaksi Istiadzah?


Ada beberapa redaksi yang disebutkan di dalam dalil-dalil baik al
Quran maupun sunnah, diantaranya adalah :

k~-=eã oË~Feãoiufeäæ :qQü


“Aku memohon perlindungan kepada Allah dari syaithan yang
terkutuk.”
Dalil dari redaksi ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam
Qs. An-Nahl ayat 98. “Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah
kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang
terkutuk.”

u*ZmpÀu6ZmpÀr?js oi k~-=eã oË~Feãoi k~fReã S~jBeã ufeäæ :qQü

12 HR. Imam Abu Daud dan sanadnya dinilai shahih atau hasan oleh Syaikh al Albani.

Page 25 of 87
“Aku memohon perlindungan kepada Allah dari syaithan yang
terkutuk dari gangguannya, kesombongannya dan sya’irnya.”13

Apakah Isti’adzah Itu Termasuk Bagian Dari Al Quran Atau Tidak.

Para ulama telah berijma’ bahwa isti’adzah bukan bagian dari al


Quran. Ijma’ tadi dinukil oleh Imam al Qurthuby dalam tafsirnya. Dari
keterangan ini kita mengetahui sebagian khatib ketika akan
menyampaikan ayat al Quran, banyak diantara mereka berkata Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam al Quran,
k~1=eã oM=eã ufeãkBæ .k~-=eã oË~Feãoiufeäæ :qQü
kemudian baca ayat, yang seperti ini keliru karena ucapan seperti ini
mengesankan bahwa isti’adzah bagian dari al Quran padahal
isti’adzah bukan bagian dari al Quran.

Yang tepat adalah kita mengatakan, k~-=eã oË~Feãoiufeäæ :qQü Allah


Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam al Quran..... (langsung kita
baca ayatnya, kalau di awal surah maka dimulai dengan basmalah).

Moment Apa Sajakah Yang Kita Diperintahkan Untuk


Beristi’adzah?.
Sebelum membaca al Quran
Ketika seseorang sedang marah. Salah seorang sahabat nabi yang
bernama Sulaiman bin Syuroj bercerita, “Pada suatu hari ada dua
orang yang bertikai dan bertengkar di hadapan nabi Shallallahu
‘Alayhi wa Sallam, salah satu diantara dua orang yang sedang
bertikai itu marah dan kemarahannya memuncak sampai
mukanya merah dan urat nadinya menonjol. Ketika melihat itu
nabi Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam bersabda, saya tahu suatu
kalimat andaikan orang tadi yang sedang marah itu membaca
kalimat tersebut, maka kemarahannya akan hilang. 14

13 (H.R. Abu Dawud dan sanadnya dinilai hasan oleh Syaikh Al Albani).

14 HR. Imam Bukhari dan Muslim.

Page 26 of 87
Dalam riwayat lain nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam
mengatakan, k~-=eã oË~Feãoiufeäæ :qQü .
Kenapa kita kalau marah diperintahkan untuk beristi’adzah?
Karena marah itu dari syaithan. Makanya kita memohon
perlindungan kepada Allah dari godaan syaithan.
Di saat kita menempati suatu tempat yang baru didatangi.
Menempati rumah yang baru, sedang menginap kalau camping
dan seterusnya. Dalilnya adalah sabda nabi shallallahu ‘alayhi wa
sallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Khaulah binti
Hakim, “Barangsiapa yang menempati suatu tempat kemudian
dia beristi’adah dan mengucapkan,
_f5äi =Eoi Õäiä&eãufeã Öjfbæ:qQü
maka tidak suatu apapun yang bisa mencelakakan dia sampai dia
meninggalkan tempat tersebut.”

Diceritakan ada sekelompok anak-anak muda yang camping,


karena kemalaman maka mereka buka tenda. Pembimbingnya itu
mengingatkan dengan hadits nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam
ini. Merekapun mempraktikkan sunnah nabi tersebut. malam
pertama tidak terjadi apa-apa, malam kedua dan malam
ketigapun demikian. Mereka tidur, makan, minum dan memasak
disitu. Tiga hari kemudian merekapun berkemas untuk
meninggalkan tempat camping. Mereka mulai membongkar
tenda, dan menggulung tikar. Ternyata di bawah tikar itu ada ular
yang sangat berbisa dan ketika tikar itu diangkat ular itupun
langsung pergi.
Saat mendapat gangguan ketika shalat. Dari Abu Al ‘Ala dia
berkata, “Suatu hari ‘Utsman bin ‘Abil ‘Ash mendatangi rasulullah
shallallahu ‘alayhi wa sallam dan mengadu, “Wahai Rasulullah
sesungguhnya syaithan telah mengganggu saya ketika shalat
sehingga saya tidak bisa khusyu’,” maka nabi shallallahu ‘alayhi
wa sallam bersabda, “Itu adalah syaithan yang dinamakan
Khandzhob, kalau engkau merasa syaithan itu mulai datang
maka ber-isti’adza-lah kepada Allah kemudian meludahlah ke
sebelah kiri tiga kali.” Kata ‘Utsman setelah saya mendengarkan

Page 27 of 87
nasihat dari nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam tersebut, setiap
saya shalat dan saya merasakan syaithan itu datang maka saya
langsung praktikkan dan setelah itu syaithan tidak bisa lagi
mengganggu saya. 15
Membacanya di sore hari. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam
bersabda, “Barangsiapa yang ketika sore harinya dia
beristi’adzah tiga kali, dengan membaca
_f5äi =Eoi Õäiä&eãufeã Öjfbæ:qQü maka tidak orang tersebut tidak
akan ada satu binatang berbisapun yang akan mencelakan dia
pada malam hari itu.”

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Keluarga kami


diajarkan untuk mempraktikkan hal ini. Suatu ketika ada anak
perempuan kami yang tersengat binatang berbisa, tetapi sore
harinya kami sudah membaca doa ini, maka sama sekali tidak
ada bekas dari sengatan binatang berbisa itu di tubuh anak
perempuan kami tersebut.”

Ma’na Isti’adzah
Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ath-Thabari dan Imam Ibnu Katsir
di dalam buku tafsir mereka. Ma’na isti’adzah adalah aku memohon
perlindungan kepada Allah, bukan kepada selainnya dari syaithan
yang terkutuk agar syaithan tidak mencelakakanku dalam perkara
agama dan dunia. Agar syaithan tidak menghalangiku untuk
mengerjakan perintah agama. Agar syaithan tidak mendorong kita
untuk melakukan hal yang terlarang.

Hakikat Isti’adzah
Menurut Imam Ibnul Qayyim, hakikat isti’adzah adalah kita lari dari
sesuatu yang kita takuti menuju sesuatu yang akan melindungi kita
dari hal yang kita takuti tersebut. Isti’adzah adalah termasuk ibadah

15 HR. Imam Muslim. (Meludah di sini maksudnya adalah menghembus ke kiri tiga kali sambil ada sedikit

air ludah.)

Page 28 of 87
lisan, namun isti’adzah tersebut tidak akan memberikan manfaat bagi
orang yang mengucapkannya kecuali kalau diiringi dengan
penghayatan di dalam hati.
Bentuk penghayatannya adalah ketika lisan kita mengucapkan
isti’adzah maka hati kita betul-betul merasa butuh dan tergantung
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Serta adanya keyakinan yang
menghujam ke dalam hati bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki
kekuasaan yang sempurna untuk melindungi diri kita dari segala
sesuatu, termasuk di dalamnya adalah syaithan.

Kepada siapa kita Isti’adzah


Kita beristi’adzah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Salah satu
kaidah dalam Islam adalah setiap ibadah hanya boleh
dipersembahkan untuk Allah. sedangkan isti’adzah adalah salah satu
ibadah yang mulia, makanya banyak sekali perintah-perintah baik
yang bersumber dari al Quran maupun sunnah nabi shallallahu ‘alayhi
wa sallam yang memerintahkan kita untuk memohon perlindungan
kepada Allah atau beristi’adzah.
Diantaranya adalah Qs. Ghafir ayat 56. “....maka mintalah
perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi
Maha Melihat.”
Maka kalau ada orang yang beristi’adzah atau meminta perlindungan
kepada selain Allah dalam hal-hal yang tidak dimampui kecuali hanya
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala berarti dia telah terjerumus kepada
perbuatan syirik. Hal ini sudah dijelaskan oleh para ulama kita dari
zaman dahulu sampai sekarang.
Diantaranya apa yang diucapkan oleh Imam al Qaththaabi seorang
ulama besar dalam madzhab Syafi’i yang wafat pada tahun 388 H.
Beliau mengatakan, “Dan meminta perlindungan kepada makhluk
adalah perbuatan syirik.”
Imam al Qurtuby yang wafat pada tahun 671 H, mengatakan, “Dan
bukan merupakan suatu hal yang samar bahwasanya meminta
perkindungan kepada jin bukan kepada Allah adalah merupakan
kekufuran dan kesyirikan.”
Page 29 of 87
Contoh –contoh beristi’adzah kepada selain Allah yang sudah
termasuk kedalam kategori kesyirikan adalah terdapat dalam
beberapa bait-bait syair dalam buku yang berjudul “al Burdah” buku
ini sebenarnya ditulis untuk mengenang sejarah nabi kita Muhammad
shallallahu ‘alayhi wa sallam.
Dialah Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam yang diharapkan
syafaatnya dalam setiap ketakutan yang datang menerpa.
Sepanjang masa setiap ada kezdhaliman yang menyerangku lalu aku
memohon perlindungan kepadanya niscaya aku akan mendapatkan
perlindungan di sisinya dan dia tidak berbuat dzhalim.
Barangsiapa mendapatkan pertolongan dari rasulullah shallallahu
‘alayhi wa sallam, andaikan dia dihadang oleh harimau di sarangnya
niscaya dia enggan untuk menyakitinya.
Wahai makhluk yang paling mulia, kepada siapakah aku akan
berlindung jika bukan kepadamu saat musibah besar menimpa.
Kalimat pada bait ke-empat menunjukkan isti’adzah kepada nabi
Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam, padahal isti’adzah adalah
hak proreogatif dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kecintaan seseorang kepada nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam
ukurannya adalah sejauh mana dia mampu meneladani sosok nabi
Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam dan sejauh mana dia
beristiqamah dengan ajaran beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam.
Barometer kecintaan seseorang kepada rasulullah shallallahu ‘alayhi
wa salam ini, dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Qs. Ali
Imran : 31. “Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-
dosamu".
Apakah beristi’adzah kepada beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam
adalah salah satu dari ajarannya? Jawabannya adalah bukan ajaran
nabi kita. Bahkan beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam sendiri
beristi’adzah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika beristi’adzah
kepada rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam itu berarti kita sedang
mengangkat posisi nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam
Page 30 of 87
sejajar dengan posisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena isti’adzah itu
hanya ditujukan kepada Allah saja.
Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam telah
mengingatkan kepada umatnya agar jangan berlebih-lebihan
terhadap diri beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam. Sebagaimana
dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, beliau
shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian terlalu
mengagung-agungkan diriku, seperti orang-orang Nashrani terlalu
mengagung-agungkan nabi ‘Isa ‘alaihis salam. Sesungguhnya aku
adalah hamba Allah, maka katakanlah hamba Allah dan utusan-
Nya.”
Ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam mengatakan
“Katakanlah aku adalah hamba Allah”, maka hal ini adalah
peringatan bagi umat Islam agar tidak menjadikan nabi Muhammad
shallallahu ‘alayhi wa sallam sebagi seorang Khalik (Pencipta). Dan
ketika beliau mengatakan “dan rasulNya”, adalah agar umat Islam
tidak meremehkan kedudukan nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi
wa sallam, beliau adalah manusia tetapi manusia yang istimewa
karena dia adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Apakah kita boleh meminta pertolongan kepada selain Allah dalam
hal-hal yang mampu dilakukan oleh makhluk, misalnya minta
perlindungan kepada polisi ketika kita diancam oleh seseorang.
Maka jawabannya adalah boleh. Dalilnya adalah sabda nabi
shallallahu ‘alayhi wa sallam dalam satu hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari dan Muslim tatkala beliau shallallahu ‘alayhi wa
sallam menjelaskan bagaimana sikap yang harus ditempuh oleh
seorang muslim ketika menghadapi zaman fitnah.
Beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang
menemukan perlindungan maka hendaklah ia berlindung
kepadanya.”
Dalil yang lain dalam shahih Muslim yang menceritakan bahwasanya
pada suatu hari ada seorang anak yang memohon perlindungan
kepada nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam dan beliau lindungi karena
beliau mampu melindungi anak tersebut.
Page 31 of 87
Tafsir Basmalah k~1=eã oM=eã ufeãkBæ
Kapan Saja Kita Disyari’atkan Untuk Mengucapkan Basmalah
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan disunnahkan untuk
memulai setiap perkataan dan perbuatan dengan basmalah.
Demikian juga perkataan Imam al Qurthubi Rahimahullah Ta’ala.
Namun ada beberapa momen yang mendapatkan penegasan ekstra
dalam al Qur’an dan sunnah supaya dimulai dengan membaca
basmalah, diantara momen tersebut adalah:
Sebelum berwudhu. Dalilnya adalah sabda nabi shallallahu ‘alayhi
wa sallam dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu
Dawud dan dinilai hasan oleh Imam Ibnu Katsir, di mana
rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Tidak ada
shalat bagi orang yang tidak wudhu. Dan tidak ada wudhu bagi
orang yang tidak mengucapkan basmalah sebelum
melakukannya.”
Saat masuk dan keluar masjid.
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullahi
shallallahu ‘alayhi wa sallam apabila masuk masjid beliau
berkata, 9jI2Q2I ktfe ü ufeã kBæ . Dan apabila beliau keluar
masjid beliau membaca 9jI2Q2I ktfeüufeã kBæ .” 16
Dalam riwayat lain, setelah membaca, 9jI2Q 2I ktfeü ufeã kBæ
kemudian membaca c&M<åãqæüée3&Y ktfeü (Ya Allah bukakanlah
untukku pintu-pintu rahmatMu). Untuk doa masuk masjid,
adapun keluar masjid setelah membaca 9jI2Q 2I ktfeü ufeã kBæ
ditambahkan, cfNY oi cfzAü 3ü ktfeü (Ya Allah sesungguhnya
17
aku meminta kepadaMu fadhilahMu) .

16 (H.R. Ibnu Sunni dan sanadnya dinilai hasan oleh Al Albani).

17 (H.R. Muslim).

Page 32 of 87
Di waktu pagi dan sore hari. Dalilnya adalah sabda nabi shallallahu
‘alayhi wa sallam, “Ketika seorang membaca setiap pagi dan sore
3 kali maka tidak ada sesuatupun yang bisa mencelakakan atau
membahayakan orang tersebut.

Á k~fReãSjBeã qsp À xäjBeãò vp L<öãéY {~E ujAãSi =N} v |;eãufeãkBæ


“Dengan menyebut nama Allah, yang dengan nama-Nya tidak
ada sesuatupun yang dapat membahayakan, baik yang di bumi
maupun di langit. Dia-lah Yang Maha Mendengar dan Yang Maha
Mengetahui.”18
Ketika masuk rumah. Dalilnya adalah sabda rasulullah shallallahu
‘alayhi wa sallam di dalam shahih Muslim, beliau bersabda,
“Apabila seseorang memasuki rumahnya, kemudian dia
mengucapkan bismillah ketika masuk dan ketika makan, syaithan
akan berkata, “Kita tidak mendapatkan tempat menginap dan
kita tidak mendapatkan makanan di rumah ini.” Apabila ada
seseorang memasuki rumahnya kemudian dia tidak membaca
bismillah maka syaithan akan berkata, “Kalian akan
mendapatkan tempat menginap di rumah ini.”
Sebelum makan dan minum. Dalilnya adalah sabda nabi
shallallahu ‘alayhi wa sallam,
c~f} äji gapÀcn~j~æ gapÀ ufeã kA h wUä}
“Wahai anak muda, ucapkanlah bismillah sebelum engkau
makan, dan makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah
makanan yang terdekat denganmu.” 19

Dalam hadits lain beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,


“Kalau ada salah seorang diantara kalian tidak mengucapkan
bismilah sebelum makan, maka syaithanpun berkata, “Kita
mendapatkan makanan.”

18 [H.R. Tirmidzi dan beliau berkata hadits ini hasan shahih].


19 (H.R. Bukhari dan Muslim).

Page 33 of 87
Seseorang yang lupa membaca bismillah sebelum makan, maka
rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Kalau salah
seorang diantara kalian akan makan maka hendaklah dia
mengucapkan ufeã kBæ , kalau dia lupa mengucapkan sebelum

makan, maka hendaklah dia membaca, r=5ü p uepü ufeã kBæ.


(dengan nama Allah sebelum dan sesudah makan).” 20
Sebelum masuk WC. Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,
“Penutup yang menghalangi pandangan syaithan dari auratnya
bani Adam adalah ucapan “Bismillah” ketika seseorang akan
masuk ke WC. Kemudian ditambah dengan do’a sebelum masuk
WC yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim yaitu,
+y äç> ãp +ç>ãoi cæ :qQü 3 ü ktfeã. (Ya Allah aku memohon
perlindungan kepadamu dari syaithan laki-laki dan syaithan
perempuan.)” 21
Ketika menutup pintu dan perkakas rumah lainnya. Dalilnya
adalah suatu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Muslim, rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Kalau
hari sudah mulai gelap, maka tahanlah anak-anak kalian supaya
tidak keluar rumah. Karena syaithan pada waktu itu berkeliaran.
Maka apabila sudah lewat sebagian malam, sebagian riwayat
mengatakan kalau sudah lewat waktu isya, maka biarkan mereka
(maksudnya kalau ada kebutuhan). kemudian tutuplah pintu-
pintu kalian dan ucapkanlah Bismillah, karena syaithan tidak bisa
membuka pintu yang terkunci. Dan tutuplah teko kalian sambil
mengucapakan Bismillah. Dan tutupilah pula bejana-bejana
kalian (meskipun cara menutupinya itu dengan meletakkan
sesuatu apapun juga) dan ucapkanlah Bismillah ketika
menutupnya. Dan matikanlah lampu-lampu kalian kalau mau
tidur.” 22
Sebelum melakukan hubungan suami istri. Dalilnya hadits nabi
shallallahu ‘alayhi wa sallam yang diriwayatkan oleh Bukhari dan

20 HR. Abu Dawud dan dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani.


21 HR. Ibnu Majah dan hadits ini dinilai shahih oleh Al Albani.
22 (H.R. Muslim).

Page 34 of 87
Muslim. Beliau shallallah ‘alayhi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya salah seorang dari kalian jika sebelum
bersetubuh dengan istri-istri kalian, dia membaca,
än&]><äiläË~Feãèn-pläË~Feãänçn-ktfeü ufeãkBæ
Dengan nama Allah, Yaa Allah jauhkanlah kami dari syaithan dan
jauhkanlah syaithan dari apa yang Engkau karuniakan kepada
kami. Kemudian dia dikarunia anak, maka syaithan tidak bisa
mencelakainya.”
Saat akan keluar rumah. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam
bersabda, “Kalau ada salah seorang yang keluar dari rumahnya,
kemudian dia membaca ufeäæ vü Õ q] v p d q1v ufeã 2Q #fa q% ufeã kBæ
“Dengan nama Allah aku bertawakkal kepada Allah tidak ada
daya dan kekuatan kecuali milik Allah.”23
Maka akan dikatakan kepada orang tersebut engkau telah
mendapatkan petunjuk, kebutuhanmu akan terpenuhi dan
engkau akan terlindungi. Dan syaithan-syaithan pada minggir
semuanya. Maka syaithan berkata kepada syaithan lainnya apa
yang engkau bisa perbuat terhadap seseorang yang telah
mendapatkan hidayah, kebutuhannya terpenuhi dan sudah
dilindungi.”
Doa keluar rumah yang lain sebagaimana diceritakan oleh Ummul
mu’minin Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha beliau berkata,
“Setiap rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam keluar dari
rumahku beliau selalu menengadahkan mukanya kelangit
kemudian beliau membaca doa diatas.

Á kfÎü pü kfÎü pü Ád>ü pü d>ü pü ÁgMü pü gMü lü cæ:qQü 3ü ktfeã


Á$Q gt.} pügt-ü pü
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu, jangan
sampai aku sesat atau disesatkan, berbuat kesalahan atau
disalahi, menganiaya atau dianiaya dan berbuat bodoh atau
dibodohi.” 24

23 HR. Abu Dawud dan dinilai shahih oleh Al Albani.


24 (Hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani dan Imam Nawawi.)

Page 35 of 87
Ketika terpeleset. Dari Abu Malik dari seorang sahabat nabi
shallallahu ‘alayhi wa sallam, dia berkata, “Pada suatu hari saya
membonceng nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, tiba-tiba
tunggangan itu kepeleset. Maka akupun serta merta berkata,
“Celaka syaithan.” Maka nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam
berkata, “Jangan kamu ucapkan celakalah syaithan, karena kalau
kamu ucapkan perkataan seperti itu syaithan itu akan membesar
tubuhnya sampai seperti rumah besarnya. Dan syaitan itu
berkata, “Sesungguhnya orang itu terpeleset karena
perbuatanku.” Akan tetapi katakanlah, Bismillah, karena
sesungguhnya jika engkau terpeleset kemudian membaca
Bismillah maka syaithan akan mengecil sampai sekecil lalat.”25
Ketika salah satu dari anggota kita terasa sakit baik sakit medis
maupun non medis. Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim. Seorang sahabat yang bernama ‘Utsman bin
Abil ‘Ash suatu hari mengadu kepada Nabi shallallahu ‘alayhi wa
sallam tentang rasa sakit yang dirasakannya di tubuhnya
semenjak dia masuk Islam, maka rasulullah shallallahu ‘alayhi wa
sallam bersabda, “Letakkan tanganmu di tempat yang terasa
sakit, dan ucapkanlah
(7 kali) <:ä1ü p 9- ü äi =E oi u% < 9] p ufeäæ :qQ ü (3 kali) ufeãkBæ
Dengan nama Allah 3 kali, aku berlindung kepada Allah dan
kuasaNya dari kejahatan apa yang aku rasakan dan aku
khawatirkan.

Kalau kita cermati dari nomor 1 sampai nomor 11 diatas rata-rata


redaksi basmalah-nya itu hanya menggunakan lafazh Bismillah.
Bukan Bismillahirrahmaanirrahiim, karena demikianlah yang
diajarkan oleh rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dalam
hadits-haditsnya yang shahih.
Kapan kita mengucapkan “Bismillahirrahmaanirrahiim?.” Ada
dua tempat kita disunnahkan mendatangkan redaksi
“Bismillahirrahmaanirrahiim.” dengan lengkap yaitu :

25 HR. Imam Abu Dawud yang sanadnya dinilai shahih oleh Imam Al Hakim.

Page 36 of 87
Ketika memulai sebuah surat. Dalil dari al Quran adalah Qs. An
Naml ayat 30 .
k~1=eã oM=eã ufeãkBæumüpläj~fAoiumü
“Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya
(isi)nya: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang.”

Dalil dari hadits nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam adalah surat


beliau kepada yang beliau kirimkan kepada raja Heraclius di
Romawi. Surat itu isinya dari dimulai dengan, k~1=eã oM=eã ufeãkBæ
dari Muhammad hamba Allah dan rasulNya untuk Heraclius
pembesar Romawi.

Setelah itu nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam mengucapkan salam


yang bunyinya, salam sejahtera bagi orang yang mengikuti
petunjuk (bukan Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa
barakatuh, karena beliau mengirim surat kepada non muslim).
Sesungguhya aku menawarkan kepadamu dakwah Islam,
masuklah ke dalam Islam kamu akan selamat, dan Allah akan
mengaruniakan pahala yang berlipat ganda kepada engkau.
Sampai akhir surat.
Sebelum membaca al Quran. Dalilnya adalah hadits nabi
shallallahu ‘alayhi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim. Kata Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, “Ketika rasul
shallallahu ‘alayhi wa sallam suatu hari sedang duduk-duduk
bersama kami, tiba-tiba beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam
tertidur sejenak. Kemudian beliau bangun dan mengangkat
kepalanya sambil tersenyum, maka kami bertanya, “Apakah yang
menyebabkan engkau tersenyum wahai rasul.” Beliau menjawab,
“Ketika saya tidur itu Allah menurunkan kepadaku sebuah sebuah
surat, maka beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam kemudian
membaca Bismillahirrahmanirrahim kemudian beliau membaca
Qs. Al Kautsar ayat 1-3.
Maka Imam Nawawi menegaskan bahwa salah satu adab
membaca al Qur’an adalah membaca basmalah sebelum setiap
surat kecuali surah At Tawbah.
Page 37 of 87
Apakah Basmalah Termasuk Bagian Dari Al Quran Atau Tidak?
Ulama sepakat bahwa basmalah adalah bagian dari al Quran surat an
Naml ayat 30, kesepakatan ini dinukil oleh Ibnul ‘Arabi, Al Qurthubi
dan Ibnu Katsir.

Apakah Basmalah Merupakan Bagian Ayat Dari Setiap Surat


Atau Bukan?
Para ulama berbeda pendapat, tetapi mayoritas ulama berpendapat
bahwa basmalah itu merupakan ayat pertama dari surat al Fatihah.
Apakah Basmalah juga merupakan ayat pertama bagi surah al
Baqarah dan surah-surah lain di dalam Al Qur’an selain surah At
Taubah? Jawabannya adalah hadits nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam,
dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dia berkata, “Adalah rasulullah
shallallahu ‘alayhi wa sallam tidak mengetahui adanya pembatas
antara satu surat dengan surat yang lainnya, melainkan setelah
diturunkan Bismillahirrahmanirrahim.” 26

Apakah Basmalah Dibaca Keras Atau Dibaca Lirih Ketika Shalat


Jahr?

Ulama berbeda pendapat dalam masalah ini. Baik yang berpendapat


dibaca jahr atau sirr dua-duanya memiliki dalil yang banyak dan kuat
serta shahih.
Dalil yang berpendapat basmalah dibaca dengan lirih adalah suatu
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan isnadnya kuat sesuai
dengan syarat Muslim. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu dia bercerita,
“Aku shalat dibelakang rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, dan
saya juga pernah shalat bersama Abu Bakar dan ‘Umar. Dan mereka
semua tidak ada yang mengeraskan “Bismillahirrahmanirrahim.”
Dalil yang yang berpendapat bahwa basmalah dibaca jahr adalah
suatu suatu hadits yang diriwayatkan oleh Imam An Nasa’i dan hadits

26 HR. Imam Abu Dawud dan sanadnya dinilai shahih oleh Ibnu Katsir.

Page 38 of 87
ini dinilai shahih oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Al Hakim dan Adz
Dzahaby. Nu’aim al Mujammir bercerita, “Suatu hari saya shalat
dibelakang Abu Hurairah, kemudian beliau membaca
Bismillahirrahmanirrahim (membaca dengan jahr), kemudian beliau
membaca surah al Fatihah. Ketika Abu Hurairah salam dari
shalatnya, Abu Hurairah berkata, “Demi Allah, sesungguhnya
shalatku itu paling persis dengan shalatnya rasulullah shallallahu
‘alayhi wa sallam.”
Pendapat yang paling tengah adalah pendapat yang mengatakan dua-
duanya boleh. Boleh membaca dengan sirr dan boleh membaca
dengan jahr. Inilah yang dipilih oleh beberapa ulama besar seperti
Imam Ibnu Khuzaimah dan Imam Ibnul Qayyim dan al Hafidzh az
Zaila’i.
Imam Al Hafidz Az Zaila’i mengatakan, seorang insan diperbolehkan
untuk meninggalkan suatu amalan yang afdhal guna menarik hati dan
mewujudkan persatuan diantara umat Islam.
Nama-Nama Surah Al Fatihah
Seorang ulama yang bernama al Fairuz Abadi yang hidup pada abad
ke-9 Hijriyah mengatakan bahwa surah al Fatihah memiliki 30 nama,
diantaranya :
Al Fatihah atau Fatihatul Kitab. Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam
bersabda,
åä&beã Ö2%äZæ ü=^}keoU ÕwIv
“Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul
Kitab.” 27
Surah al Fatihah dinamakan fatihatul kitab atau al Fatihah,
sebagaimana dijelaskan oleh para ulama termasuk Imam al
Qurthuby adalah :
- Membaca al Qur’an didahului dengan membaca surah al
Fatihah.
- Mushaf al Qur’an dimulai dengan surah al Fatihah.

27 Bukhari dan Muslim.

Page 39 of 87
- Seseorang memulai bacaan dalam shalatnya dengan surah
al fatihah.
Ummul Kitab atau Ummu Qur’an. Nabi shallallahu ‘alayhi wa
sallam bersabda,
3ä*UãSçBeãpåä&beãhü p lã=^eãhüufe 9j<ã
“(Surat) alhamdulillah yaitu al Fatihah adalah Ummul Quran,
Ummu Kitab dan as Sab’ul Matsani,” 28
Dinamakan demikian karena al Fatihah adalah intinya al Qur’an.
Al Qur’anul ‘Adzhim “Al Qur’an yang agung”. Dalilnya adalah Qs.
Al Hijr : 87. “Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu
tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Quran yang
agung.”
Yang dimaksud dengan tujuh ayat yang diulang-ulang dan al
Qur’an yang Agung ini adalah Qs. Al Fatihah. Nabi shallallahu
‘alayhi wa sallam bersabda,

u&~%pü|;eãk~ÏReã lã=^eãp 3ä*UãSçBeãésGjeäReãå<ufe 9j<ã


“Alhamdulillahirabbil ‘alamin (surat al Fatihah) adalah as Sab’ul
Matsani dan al Qur’an yang agung yang dikaruniakan
kepadaku.”29
Kenapa dinamakan al Qur’an yang agung? Jawabannya adalah
sebagaimana kita ketahui bahwa al Qur’an itu isinya secara
umum bisa diklasifikasikan menjadi tiga, tauhid, hukum fiqh dan
nasihat. Surat al fatihah dari awal sampai akhir mencakup ketiga
hal tersebut. makanya dinamakan dengan al Qur’an al ‘Adzhim,
dinamakan dengan al Qur’an yang agung.
As Sab’ul Matsani. Dalilnya Qs. Al Hijr : 87. “Dan sesungguhnya
Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-
ulang dan Al Quran yang agung.”

As Sab’u artinya tujuh dan al Matsaani memiliki 3 arti yaitu yang


pertama, surat yang selalu diulang-ulang dibaca disetiap rakaat

28 HR. Imam Tirmidzi.


29 HR. Imam Bukhari.

Page 40 of 87
shalat. Yang kedua seorang hamba di dalam surah al Fatihah
memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang ketiga Allah Subhanahu
wa Ta’ala memberikan al Qur’an ini khusus untuk Islam dan tidak
diberikan kepada umat-umat sebelumnya.

Keutamaan Surah Al Fatihah.


Surat al Fatihah memiliki banyak keutamaan, diantaranya:
Surat yang paling mulia yang ada di dalam al Qur’an. Seorang
sahabat yang bernama Abu Sa’id bin Al Mu’alla menceritakan,
“Suatu hari saya sedang shalat sunnah kemudian saya dipanggil
oleh rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam maka sayapun tidak
menjawab panggilan rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam.
Setelah selesai shalat saya menemui rasulullah shallallahu ‘alayhi
wa sallam dan berkata, Ya rasulullah sesungguhnya saya tadi
tidak memenuhi panggilanmu karena saya sedang shalat.” Maka
nabi shallallahu ‘alayhi sallam bersabda, “Bukankah engkau telah
mendengar bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
berfirman, “Penuhilah panggilan Allah dan rasulNya jika
memanggil kalian?.”

Pelajaran yang diambil dari sabda nabi shallallahu ‘alayhi wa


sallam tersebut adalah, wajibnya memenuhi panggilan nabi
shallallahu ‘alayhi wa sallam meskipun dalam keadaan shalat
kalau shalat yang kita lakukan adalah shalat sunnah. Selain nabi
shallallahu ‘alayhi wa sallam yang wajib kita penuhi panggilannya
adalah ibu kita. Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam berkata,
“Wahai Abu Said bin Al Mu’alla maukah kamu saya ajarkan surah
yang paling mulia yang ada di dalam Al Qur’an sebelum keluar
dari masjid?” Abu Said menjawab, “Mau ya rasulullah.”
Kemudian mereka berdua berjalan menuju pintu masjid sambil
rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam menggandeng tanganku.
Tatkala kami sudah hampir keluar rasulullah shallallahu ‘alayhi wa
sallam belum memberitahukan kepadaku apa yang beliau
janjikan tadi, maka akupun berkata, “Wahai rasulullah, bukankah
engkau tadi sudah berkata kepadaku akan mengajarkan surah
yang paling mulia yang ada dalam al Quran sebelum kita

Page 41 of 87
keluar?.” Maka nabi shallallahu ‘alayhi wasallam berhenti dan
berkata, ““Alhamdulillahirabbil ‘alamin (surat al Fatihah) adalah
as Sab’ul Matsani dan al Qur’an yang agung yang dikaruniakan
kepadaku.”30
Surah al Fatihah adalah merupakan cahaya. Ibn Abbas
radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata, “Suatu hari tatkala
malaikat Jibril sedang duduk bersama nabi shallallahu ‘alayhi
wasallam, tiba-tiba mendengar suara keras dari atas, mendengar
suara itu malaikat Jibril mendonggakkan kepalanya ke atas dan
berkata, “Itu adalah suara pintu yang ada di langit yang baru
dibuka hari ini dan sebelumnya tidak pernah di buka. Ketika pintu
itu dibuka turunlah seorang malaikat. Ketika Jibril melihat
malaikat itu dia langsung berkata, “Wahai Muhammad, Ini yang
barusan keluar adalah malaikat yang akan turun ke bumi dan
malaikat ini tidak pernah turun sebelumnya.” Setelah malaikat itu
sampai di hadapan nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, malaikat itu
berkata, “Wahai Muhammad, saya membawa suatu kabar
gembira dengan mendatangkan dua cahaya yang tidak pernah
Allah berikan kepada nabi sebelummu, yaitu surah Al Fatihah dan
dua ayat terakhir dari surah Al Baqarah. Setiap engkau membaca
satu huruf yang di dalamnya ada permohonan melainkan engkau
pasti akan diberi isi dari permohonan tesebut.”31
Surah al Fatihah adalah obat. Dalilnya adalah suatu hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, diceritakan oleh
Abu Sa’id al Khudry, beliau bercerita, “Pada suatu hari kami
sekelompok dari sahabat nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam
sedang melakukan perjalanan jauh dan nabi shallallahu ‘alayhi wa
sallam tidak bersama kami. Ditengah-tengah perjalanan kami
singgah di suatu kampung milik kabilah Arab, saat itu kami sudah
kehabisan bekal. Maka kami bertamu ke orang-orang kampung
tersebut tapi orang-orang dikampung itu tidak mau menjamu.
Saat itu kami melihat kepala desanya tersengat binatang berbisa,
akhirnya penduduk kampung tersebut berusaha mencari obat ke
sana ke mari dan tidak ada yang bisa menyembuhkan bahkan

30 HR. Imam Bukhari.


31 Hadits Shahih Riwayat oleh Imam Muslim

Page 42 of 87
kondisinya semakin parah. Saat itu ada seorang penduduk
kampung berkata, “Kenapa kita tidak mendatangi orang-orang
asing yang baru datang itu, siapa ada diantara mereka yang
punya sesuatu.” Akhirnya mereka mendatangi para sahabat nabi
shallallahu ‘alayhi wa sallam sambil berkata, “Wahai kafilah,
pemimpin kami tersengat binatang berbisa, dan kami sudah
berusaha untuk mengobati dengan segala cara tapi tidak ada
yang bermanfaat buat dia sama sekali. Adakah diantara kalian
yang memiliki sesuatu untuk menyembuhkan pemimpin kami?.
Salah seorang sahabat langsung berkata, “Ya, saya bisa, tapi
kalian tadi tidak mau menjamu kami dan saya tidak mau
mengobati pemimpin kalian kecuali kalian berjanji akan memberi
upah kepada kami.” Merekapun berjanji akan memberikan upah
kambing. Dalam riwayat lain disebutkan kambing itu 30 ekor.
Akhirnya sahabat nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam tersebut
mendatangi pemimpin kampung itu dan membacakan surah al
Fatihah. Setelah dibacakan surah Al Fatihah pemimpin kampung
tadi sembuh dan seperti tidak terjadi apa-apa. Sesuai dengan
perjanjian, penduduk kampung tersebut memberikan kambing
30 ekor. Salah seorang sahabat mengatakan mari kita bagi-bagi
kambing ini supaya setiap orang merasakan enaknya. Orang yang
meruqyah tadi mengatakan, “Tidak kita tidak akan membagi
kambing-kambing ini kecuali setelah kita bertemu dengan nabi
shallallahu ‘alayhi wa sallam dan menceritakan kejadiannya lalu
kita menunggu apa yang diputuskan oleh nabi shallallahu ‘alayhi
wa sallam untuk kita.” Sesampainya di Madinah mereka
menceritakan kejadian tersebut kepada nabi shallallahu ‘alayhi
wa sallam, mendengar cerita tersebut, beliau kemudian
bersabda, “Apa yang kalian lakukan itu benar, bagikanlah
kambing ini diantara kalian dan juga beri saya bagian,” kata nabi
shallallahu ‘alayhi wa sallam sambil tersenyum. kemudian nabi
shallallahu ‘alayhi wa sallam bertanya kepada orang tersebut,
“Dari mana engkau tahu bahwa surah Al Fatihah itu bisa jadi
obat?.”

Page 43 of 87
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, di dalam muqaddimah bukunya Ad
Daa wa ad Dawa’ beliau mengatakan, surah Al Fatihah adalah
merupakan obat yang paling mudah. Beliau kemudian bercerita,
“Saya pernah tinggal di kota Mekah untuk beberapa saat ketika saya
tinggal di sana saya menderita beberapa macam penyakit. Saya tidak
menemukan dokter, obatpun tidak saya temukan. Akhirnya sayapun
teringat dengan hadits ini dan mengobati penyakit yang saya derita
dengan surah al Fatihah. Luar biasa, setiap saya menderita penyakit
dan bacakan surah al Fatihah maka penyakit saya hilang tanpa bekas.
Kemudian saya ceritakan pengalaman saya ini kepada orang-orang
yang menderita sakit, dan menakjubkan. Banyak sekali diantara
mereka yang sembuh ketika dibacakan surah al Fatihah.
Namun perlu kita fahami, bahwa untuk mendatangkan manfaat dari
al Fatihah, al Qur’an, do’a dan dzikir yang lainnya, diperlukan
kesiapan orang yang diobati dan kekuatan pengaruh dari orang yang
mengobati. Kalau ada orang yang diobati dengan surah al Fatihah
atau dengan dzikir atau dengan ruqyah kemudian tidak sembuh boleh
jadi karena ketidak siapan orang yang diobati atau tidak meyakini
sepenuh hati bahwa al Fatihah adalah obat hanya sekedar coba-coba
saja, atau tidak kuatnya pengaruh orang yang mengobati (maksudnya
adalah orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala.
Ibnul Qayyim mengumpamakan Qs. Al Fatihah ini dengan golok yang
sangat tajam, kalau golok yang tajam ini dipegang sama anak kecil
maka tidak akan bermanfaat. Begitu pula surat Al Fatihah, surah Al
Fatihah zatnya itu manjur, tapi tergantung orang yang membacanya)
atau adanya faktor eksternal yang sangat kuat yang menghalangi bisa
berpengaruhnya obat tersebut dalam tubuh orang yang diobati.
Surah al Fatihah merupakan dialog seorang hamba dengan Rabb-
nya. Setiap kita membaca satu ayat maka Allah akan menjawab
ayat tersebut dengan firmannya. Dalilnya adalah satu hadits di
dalam shahih Muslim, nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam
bersabda, “Aku membagi surah Al Fatihah menjadi dua bagian
antara diriKu dan antara hambaKu, dan hambaKu akan diberikan
permohonannya. Maka apabila hambaKu mengucapkan, “Segala

Page 44 of 87
Puji bagi Allah Rabb Semesta alam.” Maka Allah akan menjawab,
“HambaKu telah memujiKu.” Dan apabila hambaKu
mengucapkan, “Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
Allah akan menjawab, “HambaKu telah memuliakan diriKu.” Dan
apabila hambaKu mengucapkan, “Penguasa hari pembalasan.”
Allah akan menjawab, “HambaKu telah mengAgungkan diriKu.”
Dan apabila hambaKu mengucapkan, “Hanya kepadaMu kami
menyembah dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan.”
Allah akan menjawab, “Ini adalah merupakan urusan antara
diriKu dan hambaKu dan hambaKu akan kuberi apa yang dia
minta.” Dan apabila hambaKu mengucapkan, “Tunjukkanlah
kepada kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah
Engkau beri nikmat kepada mereka dan bukan jalan orang-orang
yang Engkau murkai dan bukan pula jalan orang-orang yang
sesat.” Allah akan menjawab, “Inilah hak hambaKu, dan
hambaKu akan memperoleh apa yang diminta olehnya.”
Ini adalah bincang-bincang antara seorang hamba dengan Rabb-nya.
kata Ibnu Rajab al Hambali, hadits ini menunjukkan bahwa Allah
mendengar bacaan orang yang shalat. Dan setiap hambaNya
bermunajat kepada Allah, akan dijawab oleh Allah subhanahu wa
Ta’ala. Andaikan kita meresapi makna ini di dalam jiwa kita dan
mencoba untuk merasakannya niscaya kita akan mendapatkan
nikmatnya bermunajat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Setiap kita
dirundung masalah kita cepat dan bergegas lari kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala, kita mengadu kepada Allah akan masalah kita,
kita memohon bantuan dari Allah, kita memohon pertolongan Allah,
limpahan dan curahan kasih sayang Allah dan curahan ampunanNya.
Seperti apa yang dicontohkan oleh Nabi kita shallallahu ‘alayhi wa
sallam. Kata Khdzaifah Ibnul Yaman, “Adalah nabi shallallahu ‘alayhi
wa sallam apabila dirundung masalah, beliau langsung shalat.”
Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam ketika waktu shalat fardhu datang,
beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Wahai Bilal, berdirilah
kamu, lantunkanlah adzan. Tenangkanlah kami, istirahatkanlah kami
dengan shalat.”

Page 45 of 87
Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam merasa tenang ketika shalat karena
beliau terlepas dari urusan-urusan dunia yang melelahkan. Itulah
hiburan orang yang beriman, karena ketika shalat dia merasakan
ketenangan dan ketentraman yang luar biasa yang tidak didapatkan
dengan mendengarkan lagu atau dengan permainan-permainan
melalaikan.
Pernahkah kita merasa ketika shalat kita sedang bermunajat dengan
Allah Subhanahu wa Ta’ala?. Sudahkah kita merasakan nikmatnya
shalat? Kalau belum merasakan semua itu,maka salah satu caranya
adalah dengan meresapi bahwasanya surat Al Fatihah adalah
merupakan dialog antara Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan
hambaNya. Maka coba, ketika kita membaca surah al Fatihah kita
baca ayat perayat, setiap selesai membaca satu ayat kita berhenti dan
merasakan Allah sedang menjawab ucapan kita. Nabi shallallahu
‘alayhi wa sallam di dalam shalatnya membaca surah al Fatihah ayat
perayat.

Surah Al Fatihah Termasuk Makkiyah atau Madaniyah ?


Ada perbedaan pendapat ulama dalam masalah ini, ada yang
mengatakan termasuk surah Makkiyah, ada yang mengatakan
Madaniyah dan ada yang mengatakan sebagian turun di Mekah dan
sebagian turun di Madinah. Namun, pendapat yang paling kuat dan
ini adalah pendapat mayoritas ulama, adalah pendapat yang
mengatakan bahwa surah al Fatihah adalah Makkiyah.

Dalilnya adalah surah al Hijr : 87. “Dan sesungguhnya Kami telah


berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al
Quran yang agung.”
Yang dimaksud “tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang” yaitu surat
al Fatihah. Surah al Hijr ayat 87 ini termasuk surah Makkiyah. Hal ini
menunjukkan bahwa surat AL Fatihah adalah surah Makkiyah.
Dalil yang kedua adalah, para ulama sepakat bahwa hukum wajibnya
shalat diturunkan di Mekah pada malam Isra’ Mi’raj, satu setengah
tahun sebelum Hijrah. Sedangkan salah satu rukun shalat adalah

Page 46 of 87
membaca surah Al Fatihah. Ini menunjukkan bahwa surah Al Fatihah
diturunkan di Mekah juga.

Surah al Fatihah Terdiri dari berapa ayat?


Para ulama sepakat bahwa surat AL Fatihah itu terdiri dari tujuh ayat,
Ijma’ itu dinukil oleh Imam al Baghawi dan Imam al Qurthubi. Hanya
mereka berbeda pendapat apa yang ke tujuh itu apa?. Dalam hal ini
ada dua pendapat. Pendapat yang pertama mengatakan ayat yang
ketujuh adalah
َّ َ َ ‫َ َ ر ر‬
َ ‫ٱلضٓال‬ ‫َ ر رَ ر‬
٧ ‫ِي‬ ‫وب علي ِهم وَل‬
ِ ‫غۡيِ ٱلمغض‬
Jadi ayat yang pertama adalah
٢‫ي‬ ِ َ‫ر‬
َ ‫ٱۡل رمد ِ َّّلِل ِ َرب رٱل َعَٰلَم‬
ِ
‫َ َٰ َ َّ َ َ ر َ ر َ َ َ ر ر َ ر ر َ ر‬
Pendapat yang kedua mengatakan bahwa ayat yang ketujuh adalah
َّ َ َ ‫َ َ ر ر‬
َ ِ ‫ٱلضٓال‬
٧‫ي‬ ‫وب علي ِهم وَل‬
ِ ‫ض‬ ‫غ‬ ‫صرط ٱَّلِين أنعمت علي ِهم غۡيِ ٱلم‬ ِ
Ayat yang pertama adalah
َّ ‫ٱلرِنَٰمۡح‬ َّ
َّ ِ ‫ٱّلِل‬
١ ‫ٱلرحِي ِم‬ ‫ِمۡسِب‬
Pendapat yang paling kuat adalah pendapat yang kedua.

Kandungan umum surat Al Fatihah.


Berdasarkan pembagian isi dari al Qur’an menjadi tiga, yaitu tauhid,
hukum fiqh dan nasihat, kita akan membagi kandungan surat Al
Fatihah menjadi tiga juga.
Kandungan tauhid. Kandungan tauhid di dalam surat Al Fatihah
diantaranya adalah pujian terhadap Allah Tabaraka wa T’ala, ini
terdapat dalam ayat ke-2, 3 dan 4. Selanjutnya adalah kita
berusaha mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui nama-
nama Allah Tabaraka wa Ta’ala, yaitu Allah adalah Ar Rahmaan,
Ar Rahiim, Rabbul ‘Alamiin, Maaliki Yaumid diin. Dan inti tauhid
terdapat dalam ayat yang berbunyi, “Iyyakana’budu wa iyyaka
nasta’iin.”
Kandungan hukum fiqh. Kandungan hukum fiqih dalam surat Al
Fatihah adalah ayat yang berbunyi, “Iyyakana’budu wa iyyaka

Page 47 of 87
nasta’iin.” Maksudnya niat setiap ibadah harus kita ikhlaskan
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kandungan nasihat. Kandungan nasihat terdapat dalam ayat yang
berbunyi, Maaliki yaumid diin. Hal ini mengingatkan kepada kita
akan adanya hari pembalasan.
Nasihat yang kedua adalah, “ihdinash shirothol mustaqim,
shirothol ladziina an’amta ‘alayhim ” adalah motivasi agar kita
meniti jalan yang lurus, jalannya orang-orang yang diberi
kenikmatan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka adalah para
nabi, orang-orang yang jujur, orang-orang yang mati sahid dan
orang-orang yang shaolih.”
Nasihat yang ketiga adalah, “Ghoiril maghdhubi ‘alayhim wa
ladhdhaalliin.” Peringatan dari jalannya orang-orang yang
dimurkai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan orang-orang yang
sesat.

Page 48 of 87
Ayat 2

Ayat yang kedua, yaitu ayat yang berbunyi :


٢‫ي‬ ِ َ‫ر‬
َ ‫ٱۡل رمد ِ َّّلِل ِ َرب رٱل َعَٰلَم‬
ِ
“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.”

Kalimat
َّ َ‫ر‬
ِ ‫ٱۡل رمد ِّلِل‬ Allah berfirman “Segala Puji Bagi Allah.” Imam
Ibnul ‘Arabi, kata beliau, Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji dirinya
sendiri dan memulai isi dari al Qur’an dengan pujian terhadap diriNya,
namun di sisi lain Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang para
hambaNya untuk memuji dirinya sendiri.

Dalilnya adalah firman Allah dalam Qs. An Najm : 32 “.... maka


janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling
mengetahui tentang orang yang bertakwa.”

Dalil yang kedua adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa


sallam, “Apabila kamu melihat orang yang suka memuji, maka
lemparkanlah debu di mukanya.” (H.R. Muslim).
Imam al Qurtubi mengatakan orang memuji yang tercela adalah
orang-orang yang memuji orang lain dengan hal-hal yang sebenarnya
tidak ada dalam diri orang tersebut, tujuannya adalah untuk
kepentingan harta duniawi, dan orang-orang yang memuji orang lain
untuk menjerumuskan orang tersebut ke dalam sifat sombong.
Memuji yang dibolehkan adalah memuji seseorang karena orang
tersebut memiliki sifat-sifat yang terpuji, dan jangan dilakukan di
depannya, tujuannya adalah untuk memotivasi dia meneruskan sifat-
sifat mulia tersebut, dan memberikan semangat kepada orang lain
agar mengikuti jejak orang tersebut.
Dalam ayat di atas Allah memuji dirinya sendiri tapi Allah melarang
para hambanya untuk memuji dirinya sendiri. Kenapa? Ada tiga
jawaban yang disimpulkan oleh para ulama, yaitu :

Page 49 of 87
 Allah sedang mengajari kita bagaimana cara kita memuji Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
َّ َ‫ ر‬.
 Ayat tersebut sebenarnya ma’nanya adalah Ucapkanlah ِ ‫ٱۡل رمد ِّلِل‬
 Allah memang pantas memuji diriNya sedangkan manusia
dilarang memuji dirinya karena manusia adalah makhluk sangat
yang lemah dari segala sisi. Adapun Allah Tabaraka wa Ta’ala
adalah Dzat yang memiliki kesempurnaan dari segala sisi.

َ ‫ ر‬dalam
‫ٱۡل رمد‬ ُ bahasa Arab artinya adalah pujian yang sempurna. kata
‫ر‬
‫ٱۡل رمد‬
َ ada tambahan dua huruf di dalamnya yaitu ã dan d. Fungsi ã dan
d adalah untuk menunjukkan bahwasanya Allah mencakup seluruh
pujian yang ada. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki Asmaul
Husna dan sifat-sifat yang terpuji.
Kenapa kita memuji Allah ? Imam Ath Thabari mengatakan makna
َّ َ ‫ ر‬dari adalah rasa syukur yang murni kepada Allah Tabaraka
ِ ‫ٱۡل رمد ِّلِل‬
wa Ta’ala. karena Allah Tabaraka Wa Ta’ala telah melimpahkan
kenikmatan kepada kita yang tidak terhitung jumlahnya. Bukan
hanya kenikmatan dunia tetapi juga kenikmatan ukhrawi yaitu surga
yang keindahannya tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah
terbetik dalam hati dan tidak pernah terdengar oleh telinga.
‫ر ر‬
َ bukan sembarang pujian akan tetapi pujian yang diiringi
Kata ‫ٱۡلمد‬
dengan pengagungan dan rasa cinta. Kenapa kita mengagungkan
Allah ? karena Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Dzat yang memiliki
kesempurnaan sifat, kesempurnaan Dzat dan kesempurnaan
perbuatan. Kenapa kita mencintai Allah? karena Allah Subhanahu wa
Ta’ala begitu banyak memberikan kenikmatan kepada kita, di saat
kita berbuat maksiat kepadaNya, Allah tetap melimpahkan
nikmatNya kepada kita.
Pujian yang tidak diiringi dengan pengagungan dan rasa cinta bukan
َ ‫ ر‬tetapi 09Uã. Contohnya seorang bawahan yang berkarakter ABS
‫ٱۡل رمد‬
asal babe senang, dia menyanjung-nyanjung atasannya bukan karena
Page 50 of 87
cinta tetapi karena ada udang dibalik batu, karena mengharapkan
pangkatnya dinaikkan atau gajinya ditambah. Ada juga orang yang
menyanjung-nyanjung orang lain bukan karena keinginan duniawi
tetapi karena takut pada orang tersebut.
Ketika lisan kita bisa mengucapkan alhamdulillah, maka itu adalah
nikmat yang sangat besar, bahkan lebih besar dari pada nikmat
kesehatan, nikmat harta, nikmat rumah, nikmat istri, nikmat
keturunan dan segala macam nikmat duniawi yang lainnya. Hal itu
diisyaratkan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam
dalam sabdanya, “Kalau sekiranya setiap hamba mendapatkan
kenikmatan dari Allah dia mengucapkan “Alhamdulillah” , ucapan dia
itu lebih utama dari nikmat yang Allah berikan kepadanya.”
Bagaimana kita membalas nikmat Allah ketika kita mampu
mengucapkan “Alhamdulillah” ? dengan mengucapkan
“Alhamdulillah” lagi. Makanya kita diperintahkan untuk senantiasa
mengucapkan “Alhamdulillah” karena nikmat Allah tidak akan pernah
putus. Seorang ulama yang bernama Bakr bin Abdillah al Muzani
mengatakan, “Tidaklah seorang hamba mengucapkan
“Alhamdulillah” ketika mendapatkan kenikmatan, melainkan ucapan
“Alhamdulillah” itu juga merupakan nikmat dari Allah Tabaraka wa
Ta’ala. Bagaimana kita mensyukuri nikmat tersebut?, kita mensyukuri
nikmat tersebut dengan kembali mengucapkan “Alhamdulillah” dan
itu juga nikmat dari Allah Tabaraka wa Ta’ala, dan nikmat Allah tidak
ada habisnya. “Semoga Allah berkenan untuk melimpahkan kepada
kita kemampuan untuk memperbanyak mengucapkan
“Alhamdulillah”.
Surat Al Fatihah di awali dengan pujian kepada Allah dan diakhiri
dengan doa. Dalam surat ini Allah ingin mengajarkan kepada kita
adab berdo’a, yaitu mendahului do’a dengan pujian. Imam Nawawi
mengatakan, “Ulama berijma’ bahwa disunnahkan memulai do’a
dengan pujian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan membaca
shalawat kepada rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam.”
Dalilnya adalah salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu
Dawud dan dinilai shahih oleh At Tirmidzi, Ibnu Hibban dan al Hakim.
Fadhalah bin ubaid berkata, “Pada suatu hari rasulullah shallallahu
Page 51 of 87
‘alayhi wa sallam mendengar ada salah seorang sahabat yang shalat,
ditengah-tengah shalatnya itu dia berdoa kepada Allah Tabaraka wa
Ta’ala, tetapi doanya itu tidak didahului dengan pujian kepada Allah
dan tidak didahului dengan shalawat. Ketika nabi shallallahu ‘alayhi
wa sallam mendengar apa yang diucapkan oleh orang tersebut, beliau
shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “orang ini tergesa-gesa,”
setelah orang itu selesai shalat, nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam
memanggil orang tersebut dan beliau berkata, “Kalau salah seorang
diantara kalian ingin berdoa, hendaklah dia memulai doanya dengan
pujian dan sanjungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian
bershalawat kepada rasulNya shallallahu ‘alayhi wa sallam,
kemudian setelah itu silahkan berdoa sekehendaknya.”

Kata GjeäReã å< tersusun dari dua kata yaitu, kata å< dan GjeäReã.
Makna å< sebagaimana disebutkan oleh para ahli tafsir adalah Dzat
yang terkumpul pada dirinya tiga sifat khas, yaitu Pencipta _eä>ã,
Pemilik ceäUã dan Pengatur =æ9Uã . Jadi å< adalah Dzat yang di dalam
dirinya terhimpun tiga sifat sekaligus, yaitu Pencipta, Pemilik dan
Pengatur.
Kalau kita cermati di dalam kehidupan sehari-hari kita akan
mendapatkan bahwa tidak semua pencipta sesuatu pasti akan
memilikinya, contohnya tukang kayu atau tukang batu. Demikian juga
tidak setiap yang memiliki sesuatu dialah yang menciptakannya,
contoh mobil, sepeda motor dan lain-lain. Demikian pula tidak setiap
yang mengatur sesuatu pasti dia memiliki sesuatu tersebut,
contohnya tukang parkir.
Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala berbeda, Allah Subhanahu wa
Ta’ala memiliki tiga sifat ini secara mutlaq, yaitu Pencipta, Pemilik dan
Pengatur.

Sedangkan makna GjeäReã adalah segala sesuatu selain Allah. Langit,


bumi dan seisinya dan apa yang ada diantara keduanya baik yang kita
ketahui maupun yang kita tidak ketahui. Kita bisa bayangkan betapa
banyak ciptaan Allah, betapa besar kekuasaannya dan betapa luas
wilayah yang diatur oleh Allah Subahnahu wa Ta’ala.
Page 52 of 87
Kita akan menjelaskan 3 sifat Allah tersebut, yaitu Pencipta, Pemilik
dan Pengatur.
 Allah adalah pencipta alam semesta. Secara fitrah seluruh
manusia tanpa terkecuali mukmin atau kafir mereka sepakat
bahwasanya Allah adalah Sang Pencipta.

Dalilnya adalah Qs. Lukman ayat 25. Dan sesungguhnya jika kamu
tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit
dan bumi?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah"....”
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan fitrah manusia itu
mengakui adanya Pencipta. Namun demikian ada orang
fitrahnya sudah rusak atau bahkan mati sehingga dia berani
mengingkari hal tersebut.
Diantara contohnya apa yang dikisahkan oleh Imam Abul Qasim ad
Dairi di dalam kitabnya Al Hujjah Fi Bayanil Mahajjah, beliau bercerita
tentang seorang atheis yang mengklaim bahwasanya dia bisa
menciptakan satu makhluk tanpa campur tangan Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Dia kemudian membeli sekerat daging segar kemudian
menyediakan sebuah toples yang bersih. Lalu dia masukkan daging
itu ke dalam toples kemudian dia tutup rapat-rapat. Kemudian dia
diamkan selama satu pekan, satu pekan kemudian pada daging yang
terdapat dalam toples itu sudah muncul belatung. Kemudian berkata,
“Akulah pencipta makhluk kecil itu.”
Seorang ulama ingin memberi pelajaran kepada orang atheis tadi.
Kemudian dia berkata, “Orang yang menciptakan sesuatu seharusnya
dia tahu betul seluk beluk apa yang diciptakannya. Wahai fulan, kalau
kamu mengatakan bahwa dirimulah yang menciptakan belatung-
belatung tersebut, maka tolong beritahukan kepadaku berapa jumlah
belatung yang engkau ciptakan, tolong bedakan mana yang jantan
dan mana yang betina, yang mana anaknya dan yang mana
induknya?”. Mendengar perkataan ulama tersebut, orang atheis tadi
langsung terdiam seribu bahasa.
Andaikan atheis tadi benar-benar dia yang menciptakan belatung,
itupun tidak pantas untuk menjadikan dia bersikap congkak, karena
Page 53 of 87
dia hanya menciptakan hewan yang kecil dan menjijikkan. Adapun
Allah, Dialah yang menciptakan seluruh makhluk tanpa terkecuali.
Ada seorang ulama yang hidup pada abad ke-empat Hijriyah beliau
bernama Abu Syaikh Al Asbahani menulis sebuah buku yang berjudul
al Adzhomah artinya keagungan. Dalam buku yang sebanyak lima jilid
ini beliau berusaha untuk mengupas keAgungan Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan sebagian ciptaanNya. Salah satu contohnya adalah langit
dan tetumbuhan.
Dalam surat Ar Ra’d ayat 2 Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman
tentang langit. “Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang
(sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas
´Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing
beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan
(makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya
kamu meyakini pertemuan(mu) dengan Tuhanmu.”
Kalau kita mendengar ada sebuah bangunan sebesar Masjid Agung ini
tiangnya hanya satu ditengah, pasti kita akan berbondong-bondong
untuk melihat, bahkan mungkin akan menjadi salah satu diantara 8
keajaiban dunia. Sedangkan langit, yang terdiri dari tujuh lapis dan
luasnya hanya Allah yang tahu. Dan tidak ada satupun tiang yang
menyanggahnya. Itulah salah satu kedahsyatan, salah satu keajaiban
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Contoh yang lain tentang tetumbuhan, masih dalam surat Ar Ra’du
ayat 4 Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajak kita untuk berfikir,
bagaimana tetumbuhan yang sangat beragam bentuknya, buahnya
macam-macam, warnanya beda-beda, semuanya ternyata diairi oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan satu air saja yaitu air hujan.
“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan
kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang
bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama.
Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian
yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.”

Page 54 of 87
 Allah Sebagai Pemilik dan Penguasa alam Semesta. Dia yang
memerintah dan melarang, Allah yang memberi balasan kebaikan
dan menghukum, Dia yang memberi dan menahan pemberian,
Dia memuliakan sebagian orang dan menghinakan sebagian
orang, Allah angkat derajat sebagian orang dan Allah jatuhkan
sebagian yang lain, dan Allah hidupkan yang ini dan matikan yang
itu, Allah murka kepada seseorang dan Allah ridho kepada orang
yang lain. Allah membantu orang yang dizhalimi dan Allah
membalas orang yang mendzhalimi, Allah mengkayakan orang
miskin dan memiskinkan orang kaya. Dan seluruh perbuatan-
perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menunjukkan
bahwasanya kekuatan dan kepemilikan Allah atas alam semesta
ini mutlak dan sempurna. Berbeda dengan kekuasaan manusia
yang tidak mutlak dan tidak sempurna, kekuasaan manusia
sifatnya semu dan terkadang hanya formalitas. Contohnya, ada
seorang yang dipasang sebagai penguasa di satu daerah tetapi
bukan dia yang menguasai daerahnya, masuk pasar yang
menguasai adalah preman, masuk kampung tertentu ternyata
yang menguasai adalah kyai dan seterusnya dan itu terjadi di
wilayah yang menjadi kekuasaannya. Kekuasaan Allah bukan
hanya untuk manusia, tetapi juga malaikat, jin, bahkan binatang
yang terkecil sekalipun, semuanya dalam kekuasaan Allah Jalla
Jalaluh.
 Allah sebagai pengatur alam semesta. Dikisahkan pada suatu hari
Imam Abu Hanifah dia diajak berdebat dengan orang-orang
pengikut sekte “Dahriyah”, yaitu sekte yang meyakini atau
mengingkari adanya pencipta dan pengatur alam semesta. Kata
mereka alam ini berjalan dengan sendirinya. Matahari terbit dari
timur dan terbenam dari barat itu terjadi begitu saja, tidak ada
yang mengaturnya.
Sebelum memulai perdebatan, Imam Abu Hanifah berkata,
“Sebelum kita membahas tentang permasalahan ini saya ingin
bertanya kepada kalian, percayakah kalian bahwa di sungai
Dijlah (Baghdad Irak) ada sebuah perahu, perahu ini dia memuat
dengan sendirinya sayur-sayuran dan barang-barang lainnya,
kemudian perahu ini menurunkan sendiri sayuran-sayuran yang
ada diatasnya, dia juga berpindah sendiri dari satu tepi ke tepi
Page 55 of 87
lainnya, tanpa ada seorangpun nelayan diatasnya. Percayakah
kalian dengan hal ini?.” Mereka menjawab, “Mustahil itu nggak
masuk akal.” Kata Imam Abu Hanifah, “Andaikan hal itu mustahil
di sebuah perahu yang sangat kecil, apakah mungkin hal itu
terjadi di alam semesta?.” Merekapun terdiam.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Qs. Az Zumar ayat 5.


“ Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar;
Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas
malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing
berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Qs. Adz Dzariyat ayat 21, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.


“....dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak
memperhatikan.”

Dengan menghayati makna dari nama Allah GjeäReã å< kita akan
sangat banyak memetik pelajaran berharga sebagai bekal untuk
mengarungi kehidupan dunia yang sangat fana ini. Diantara buah
dari keimanan kita akan nama Allah yang satu ini adalah :
 Di dalam segala permasalahan, kesulitan, musibah kita
hanya kembali kepada GjeäReã å< kenapa?. Karena Dialah
yang memiliki segala sesuatu yang ada di muka bumi ini,
Dialah yang menguasai apa yang ada di muka bumi ini dan
Dialah yang bisa melepaskan kita dari kesulitan tersebut.
 Kita akan terjauh dari sifat sombong.

Kapan Membaca Hamdalah.


Moment-moment apa saja kita diperintahkan untuk mengucapkan
“Hamdalah”. Jawabannya adalah kita selalu diperintahkan membaca
“Hamdalah” kapan saja. Kenapa?
Karena kita selalu berada dalam limpahan nikmat Allah
Subhanahu Wa Ta’ala baik dalam perkara duniawi maupun dalam
perkara ukhrawi. Dalam perkara duniawi, nafas, kesehatan,

Page 56 of 87
pakaian, rumah tempat tinggal, istri dan anak-anak yang kita
miliki, kendaraan yang kita miliki semua itu dari Allah Jalla wa
‘Ala’. Dalam perkara ukhrawi, kita bisa shalat, kita bisa ngaji, bisa
amar ma’ruf nahi mungkar itu semua karena Allah wa ‘Ala’.
Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah merupakan Dzat yang
memiliki sifat-sifat yang mulia dan nama-nama yang sangat
indah. Makanya Allah Jalla wa ‘Ala berhak untuk kita puji dan kita
puja karena Allah memiliki Asmaul Husna nama-nama yang mulia
dan sifat-sifat yang baik.
Namun ada beberapa moment yang mendapatkan penekanan khusus
dari nabi kita Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam untuk kita
mengucapkan ‘Hamdalah”, diantaranya yaitu :
Sesudah selesai makan dan minum. Dalilnya antara lain adalah .
Qs. Al Baqarah ayat 172.
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang
baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada
Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.”

Dalil dari Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam adalah hadits yang


diriwayatkan oleh Imam Muslim, nabi shallallahu’alayhi wa
sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala
akan ridha kepada seorang hamba ketika dia makan kemudian
setelah makan dia memuji Allah dengan mengucapkan
Hamdalah, juga ketika seorang hamba minum kemudian setelah
minum dia mengucapkan Hamdalah.”

Bagaimana redaksi Hamdalah setelah makan dan minum? Ada


beberapa redaksi yang disebutkan oleh nabi shallallahu ‘alayhi wa
sallam. Diantara reaksi yang shahih adalah apa yang disebutkan
di dalam Shahih Bukhari dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu
beliau menceritakan, “Adalah nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam
apabila telah selesai makan, beliau mengucapkan,

änæ<unQûnV&Bi vp ÀP8qi vpéZbi RU Àu~Yäa=çiäç~Ê ãR*a ã9j1 ufe 9j<ã

Page 57 of 87
redaksi yang lain disebutkan di dalam sunan At Tirmidzi dan
dinilai hasan oleh Syaikh Al Albani bahwasanya Rasulullah
shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang makan,
selesai makan dia mengucapkan doa ini,
Õq] vp 4i dq1RUoi u~n]><p ã;s 4jRÊü |;eã ufe 9j<ã
Akan diampuni dosanya yang telah lampau.”

Itulah alangkah indahnya Islam, ketika seorang hamba


melakukan perkara duniawi diiringi dengan doa dia akan
mendapatkan dua keuntungan sekaligus. Keutungan duniawi
perutnya kenyang keuntungan ukhrawi dosanya diampuni.
Dalam shalat ketika i’tidal. Redaksi kalimatnya antara lain adalah

9Ræ{~Eoi#zEäi xgi pÀäjtn~æ äip L<öã xgip $ãpäjBeã xgi À9j<ãce änæ<
Atau
Áu~Yäa=çiäç~Ê ãR*a ã9j1À9j<ãcep änæ<
Disebutkan, Rifa’ah bin Rabi’ As Suraqi berkata, “Pada suatu hari
kami shalat dibelakang nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, ketika
beliau i’tidal beliau mengucapkan r9j1oUufeãSjA. Seorang
makmum yang mendengar ucapan rasul shallallahu ‘alayhi wa
sallam tersebut, dia mengucapkan u~Yäa=çiäç~Ê ãR*a ã9j1À9j<ãcep änæ<.
Setelah selesai shalat, rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam
berkata, “Siapa yang diantara kalian yang membaca doa tadi?,
laki-laki tersebut berkata,”Saya wahai Rasulullah,” maka
rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Ketika kamu
mengucapkan kalimat mulia tadi, saya melihat lebih dari 30
malaikat mereka untuk berlomba-lomba menulis kalimat mulia
tersebut.”
Setelah shalat. Mengucapkan ufe 9j<ã 33 kali. Dalam shahih Muslim
disebutkan, nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang membaca doa ini akan diampuni dosa-
dosanya walaupun dosa-dosanya itu sebanyak buih di lautan.”
Ibnu Mas’ud rahimahullah berkata, “Sedikit tapi ada sunnahnya
dari rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam lebih baik dari pada
Page 58 of 87
banyak tetapi tidak ada tuntunannya dari rasulullah shallallahu
‘alayhi wa sallam.”
Untuk menilai perbuatan atau amalan itu baik bukan dari
banyaknya tapi dari kualitasnya sesuai dengan tuntunan
rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam atau tidak.
Sebelum khutbah, pengajian, nulis buku dan yang semisalnya. Hal
ini diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam kepada
para sahabatnya. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam mengajari kami
pembuka urusan atau pendahulu urusan, yaitu.... (H.R. An Nasa’i
dan dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani).
Ketika mendapatkan nikmat atau dihindarkan dari marabahaya.
Baik itu kita alami sendiri maupun oleh keluarga kita atau dialami
oleh kaum muslimin pada umumnya. Dalilnya adalah kisah Isra’
Mi’raj yang disebutkan di dalam shahih Muslim. Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa
sallam ketika perjalanan isra’ beliau dihadapkan dengan dua
mangkuk satu isinya khamar dan yang satu isinya susu, Rasulullah
shallallahu ‘alayhi wa sallam disuruh memilih salah satu diantara
kedua mangkuk tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam
kemudian mencermati kedua isi mangkuk tersebut kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam mengambil susu, ketika
Jibril melihat bahwa mangkuk yang diambil oleh Rasulullah
shallallahu ‘alayhi wa sallam adalah mangkuk yang isinya susu,
maka Jibril berkata, Õ=&Zfe !ã9s |;eã ufe 9j<ã,” segala puji bagi Allah yang
telah menunjukkan kepadamu kepada fitrah. Andaikan engkau
memilih khamar maka umatmu akan sesat.”
Ketika memakai pakaian baru. Dalilnya adalah satu hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan sanadnya dinilai shahih
oleh Syaikh Abdurrazaak al Badr . Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu
‘anhu berkata, Sesungguhnya nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam
ketika memakai pakaian baru beliau membaca doa
cæ:qQüpÀue SnIäi R5p rR5oi ceýAüÀu~n%qBa#mü 9j<ã ce ktfeü
ueSnIäi =Ep r=Eoi
“Ya Allah, hanya milikMu segala puji, Engkaulah yang memberi
pakaian ini kepadaku. Aku memohon kepadaMu untuk
Page 59 of 87
memperoleh kebaikannya dan kebaikan yang ia diciptakan
karenanya. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatannya dan
kejahatan yang ia diciptakan karenanya.”
Ketika bersin. Kenapa kita mengucapkan hamdalah ketika bersin?
Karena itu merupakan salah satu kenikmatan. Riset kedokteran
modern membuktikan bahwa salah satu faktor yang
menyebabkan seorang bersin adalah karena adanya sesuatu yang
masuk ke dalam hidung yang kalau tidak dikeluarkan akan
membahayakan tubuh bahkan mungkin bisa sampai ke otak.
Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala membuat suatu sistem di dalam
tubuh manusia kalau itu masuk maka harus bersin.
Karena mendapat kenikmatan maka kita mengucapkan “ufe 9j<ã.”
Dalilnya adalah sabda nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, “Apabila
salah seorang diantara kalian bersin, ucapkankanlah, ufe 9j<ã
“Segala puji bagi Allah.” hendaklah orang yang disampingnya
yang mendengarkan mengucapkan, ufeã cj1=} “Semoga Allah
memberi rahmat kepadamu.” Bila teman atau saudaranya
mengucapkan demikian bacalah, kbeäæ 3fJ}p ufeã kb} 9t} “Semoga Allah
memberi petunjuk kepadamu dan memperbaiki keadaanmu.”
Ketika kita melihat seseorang yang diuji dengan cacat baik cacat
jasmani maupun akhlak, atau musibah apa saja duniawi maupun
ukhrawi.
w~NZ%_f1 oji R*a2Q 4fNYpÀuæ!w&æãäji3äYäQ|;eãufe 9j<ã
“Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kesehatan
kepadaku dan tidak memberikan ujian kepadaku sebagaimana
yang Allah ujikan kepadamu. Dan Allah telah melebihkan saya
dibandingkan banyak diantara makhluk-makhluknya.” (H.R.
Imam At Tirmidzi dan dinilai hasan oleh Syaikh Al Albani
Rahimahullahu Ta’ala).
Kata nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, siapa yang melihat orang
yang cacat atau terkena musibah, kemudian dia membaca doa ini,
maka dia tidak akan ditimpa atau terkena dengan cobaan
tersebut.”

Page 60 of 87
Ayat ke 3

oM=eã, Dzat yang kasih sayangnya meliputi seluruh manusia yang


mu’min maupun yang kafir di dunia maupun di akhirat. k~1=eã Dzat
yang kasih sayangnya khusus untuk kaum mu’minin di dunia dan di
akhirat.
Mengapa Allah Subhanahu wa Ta’ala mengulang kalimat k~1=eã oM=eã ini
di ayat yang ketiga, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah
menyebutkannya dalam ayat yang pertama.
Imam al Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan bahwa setelah di
ayat yang kedua Allah Subhanahu wa Ta’ala mensifati diriNya sebagai
Rabbul ‘Alamiin dan ini menimbulkan rasa takut di dalam jiwa para
hambaNya karena keperkasaan Allah Jalla wa ‘Ala, di mana Allah
Subhanahu wa Ta’ala adalah Penguasa, Pengatur, Pemilik alam
semesta ini. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengiringinya bahwa
Allah Subhanahu wa Ta’ala itu oM=eã dan k~1=eã , yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang, yang rasa sayangnya itu begitu luas, sehingga
tumbuhlah rasa harap di dalam jiwa para hambaNya.
Imam al Qurthubi mengatakan menggabungkan antara rasa takut dan
rasa harap sangat membantu kita agat kita rajin beribadah kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Konsep menumbuhkan rasa takut dan harap kepada Allah banyak
disebutkan di dalam al Qur’an maupun hadits nabi shallallahu ‘alayhi
wa sallam. Diantaranya dalamQs. Al Hijr ayat 49-50.
49. Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya
Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
50. dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat
pedih.
Dalam ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta’ala menggabungkan antara
harapan rasa takut dan di dalam jiwa hambaNya. Harapan supaya

Page 61 of 87
seseorang tidak putus asa dan rasa takut supaya seorang tidak
ngelunjak.
Seseorang yang hanya menonjolkan rasa harap akan bermudah-
mudah dalam melakukan perbuatan dosa dan maksiat dengan
mengatakan Allah itu Maha Penyayang dan Maha Pengampun, dan
ini adalah sesuatu yang membahayakan iman. Seseorang yang hanya
menonjolkan rasa takut juga akan berbahaya karena dia bisa
terjerumus kedalam keputus asaan, misalnya orang yang tenggelam
dalam perbuatan maksiat dia enggan bertaubat karena menganggap
dosanya terlalu banyak sehingga tidak akan mungkin diampuni oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Contoh dalam hadits nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam adalah salah
satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Rasulullah
shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Andaikan seorang mu’min
mengetahui siksaan yang ada pada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
niscaya tidak seorangpun yang berharap bisa mendapatkan surgaNya.
Sendainya orang kafir mengetahui bagaimana kasih sayang Allah
Subhanahu wa ta’ala maka tidak ada seorangpun yang tidak berharap
bisa meraih surgaNya.”
Dalam hadist ini nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam menggabungkan
antara dua hal, memotivasi kita supaya tumbuh harapan kita kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan juga nabi Shallallahu ‘alayhi wa sallam
menakut-nakuti kita akan siksaan Allah Jalla wa ‘Ala. Jadi perlu
diseimbangkan antara harap dan takut kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
Imam Ibnul Qayyim berkata, perjalanan hati seorang hamba menuju
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala itu seperti seekor burung, kepala
dan dua sayap. Kepalanya adalah rasa cinta dan kedua sayapnya
adalah rasa takut dan rasa harap. Kalau seekor burung kepalanya
masih utuh dan sayapnya masih sehat maka terbangnya bagus. Tapi
kalau burung tersebut maka burungnya mati, demikian pula kalau
salah satu diatara dua sayapnya itu ada yang terluka maka akan
menjadi sasaran empuk setan. Sehingga seharus seorang hamba
menggabungkan antara rasa cinta, harap dan takut kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Kita beribadah kepada Allah Subhanahu wa
Page 62 of 87
Ta’ala karena dorongan rasa cinta kepada Jalla wa ‘Ala yang telah
melimpahkan nikmatNya kepada kita semua. Namun tidak cukup
hanya rasa cinta saja, kitapun juga harus menumbuhkan rasa takut
kepada Allah, karena kalau kita tidak beribadah Allah itu siksaNya
sangat pedih, demikian pula kita harus menumbuhkan rasa harap
kepada Allah agar ketika kita beribadah kita bisa semangat. Orang
yang menggabungkan ketiga hal ini dia akan sampai kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala.

Page 63 of 87
Ayat keempat
o}9eã hq} ceäi
ada beberapa cara membaca, tetapi yang paling mashyur ada 2 yaitu
: cfi dan ceäi, dan dua-duanya sama-sama shahih dan sama-sama
mutawatir diriwayatkan dari nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam,
sehingga boleh dipakai.

Makna ceäi adalah pemilik yang memiliki dari kata cfjeã kalau cfjeã
atau cfi artinya adalah raja, berasal dari kata cfjeã. Kedua ma’na ini
baik pemilik maupun raja itu sama-sama ada dalam diri Allah
Subhanahu wa Ta’ala, Allah juga Raja dan Allah juga Pemilik.
Penyebutan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai raja hari pembalasan
itu mengisyaratkan bahwasanya pada hari tersebut keadilan akan
ditegakkan, itu isyarat dari makna cfi (raja).

Adapun isyarat dari ceäi yang berarti pemilik itu menunjukkan


bahwasanya pembalasan pada hari kiamat akan dilakukan dengan
benar sesuai dengan yang telah ditentukan oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Karena Allah yang memiliki hari tersebut, maka segala sesuatu
tergantung Allah dan semuanya akan dijalankan sesuai dengan apa
yang sudah diatur oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Penggabungan antara makna raja dan penguasa ini menunjukkan
bahwa sesungguhnya kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah
kekuasaan yang hakiki.

hq} artinya adalah hari, o}9eã artinya adalah pembalasan atau


pengganjaran amalan. Jadi hari kiamat adalah merupakan hari
pembalasan amalan. Dan saat itu tidak ada lagi kesempatan untuk
beramal. Sebagaimana dunia adalah merupakan hari atau waktu
untuk beramal dan tidak ada pembalasan pada hari kiamat juga
merupakan waktu pembalasan dan bukan waktu untuk beramal.
Kalau kita sudah memasuki hari itu maka sudah tidak ada kesempatan
sedikitpun untuk beramal.
Page 64 of 87
Ali Bin Thalib berkata, “Dunia telah berjalan meninggalkan kita dan
akhirat telah berjalan menghampiri kita. Dan masing-masing dunia
dan akhirat dua-duanya sama-sama memiliki anak. Jadilah kalian
anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak-anak dunia.
Karena hari ini waktu untuk beramal bukan pembalasan dan kelak
pada hari kiamat waktu pembalasan bukan waktu untuk beramal.”
Jadi kalau kita ingin beramal waktunya adalah sekarang, kalau nyawa
sudah ada ditenggorokan kita sudah berhenti waktu beramal kita.
Apalagi kalau kita sudah menghadap Allah Jalla wa ‘Ala sekalipun kita
merintih kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sekalipun kita meronta,
menghiba, berteriak dan memohon kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala, “Wahai Rabbii berilah aku kesempatan untuk shalat satu
rakaat saja wahai Rabbi, saya ingin meletakkan kepalaku di atas
tanah, tunduk kepadaMu, atau berilah saya kesempatan wahai Rabbi
untuk mengucapkan dzikir satu kalimat saja, “SubhanaLlah” untuk
menambah timbangan amal kebajikan saya. Andaikan kita merintih,
meronta, meminta tidak akan dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala karena pintu beramal sudha tertutup rapat. Maka mumpung
masih di dunia mari kita perbanyak amal, supaya nanti pada hari
kiamat kita bisa memetik buah dari amalan yang kita kerjakan. Dan
semoga kita tidak termasuk orang-orang yang merugi.

o}9eã hq} ceäi, penguasa atau raja atau pemilik hari pembalasan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah
penguasa dunia dan akhirat, tetapi di dalam ayat ini Allah hanya
menyebutkan bahwa Dia (Allah ) adalah penguasa hari kiamat bukan
penguasa dunia dan akhirat. Menurut ahli tafsir, di dunia banyak
penguasa selain Allah, banyak raja, banyak pejabat dan lain
sebaginya, akan tetapi di hari kiamat tidak ada penguasa selain Allah.
kekuasaan seluruh makhluk yang mereka ketika dunianya adalah
penguasa, raja, pejabat atau apapun juga, ketika di hari kiamat
kekuasaan mereka musnah.
Kata Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Pada hari ketika mereka semua
keluar dari kuburan, dan tidak ada suatupun dari keadaan mereka
yang yang tersembunyi di mata Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kemudian Allah berfirman, “Milik siapakah kekuasaan pada hari
Page 65 of 87
ini?.” Semuanya makhluk pada saat itu tidak ada satupun yang
menjawab, semuanya terdiam. Kemudian Allah sendiri menjawab,
“Kekuasaan pada hari ini adalah milik Allah Subhanahu wa Ta’ala
yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan.” (Qs. Al Mu’min : 16).
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim,
rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Pada hari kiamat
Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menggenggam bumi dan langit akan
dilipat oleh Allah dengan tangan kananNya. Saat itu Allah berfirman,
“Sayalah raja, dimanakah para raja dunia?.”
Semuanya kekuasaannya musnah, jangankan untuk menjadi raja
untuk berbicara sepatah katapun mereka tidak bisa kecuali dengan
izin Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana dalam Qs. Hud : 105.
“Pada hari kiamat itu datang, tidak ada seorangpun yang bisa
berbicara kecuali dengan izin dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Kenyataan ini memberikan pelajaran kepada kita semua, khususnya
kepada para penguasa, hendaknya mereka tidak sewenang-wenang
dalam mempergunakan kekuasaannya, kepada karena kekuasaan
mereka adalah tiitpan dari Allah, kekuasaan mereka bersifat semu,
kekuasaan hakiki adalah di tangan Allah.

Page 66 of 87
Ayat 5
GR&Bm !ä}ü p 9çRm!ä}ü
Ayat ini merupakan satu ayat yang sangat istimewa dan ayat ini begitu
agung. Sampai-sampai sebagian ulama salaf sebagaimana dinukil oleh
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, “Surat al Fatihah
adalah merupakan inti dari al Qur an dan inti dari surat al Fatihah
adalah GR&Bm !ä}ü p 9çRm!ä}ü.

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah menulis sebuah buku fenomenal


yang khusus di dalamnya beliau mengupas kandungan dari ayat ini
dan berbagai pembahasan yang ada hubungannya dengan ayat ini
dan beliau beri judul “Madaarijus saalikin bayna iyyaakana’budu wa
iyyaaka nasta’iin.” Yang terdiri dari 3 jilid. Ini menunjukkan bahwa
ayat ini adalah suatu ayat yang luar biasa. Bahkan ini adalah
merupakan suatu ayat yang sangat agung.

9çRm !ä}ü hanya kepada Engkaulah kami beribadah. Di sini kita


memanggil Allah dengan kata Engkau. Mulai dari ayat pertama
sampai keempat semua kata ganti Allah adalah Dia. Karena dari ayat
pertama sampai ayat keempat isinya adalah pujian kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Setelah kita memuji Allah seakan-akan kita
telah mendekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kita telah
hadir di hadapan Allah setelah melalui sekian pujian dan pujaan
kepada Allah maka saat itulah kita berkata, hanya kepada Engkaulah
wahai Allah kami beribadah dan hanya kepada Engkaulah wahai Allah
kami memohon pertolongan.
Orang yang seperti ini persis seperti orang yang telah mencapai
derajat ihsan. Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam pernah ditanya oleh
salah seorang sahabatnya, “Wahai nabiyullah apakah ihsan
tersebut?” nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam menjawab, “Engkau
beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat Dia.”
Ihsan ini adalah derajat yang paling tinggi, dibawahnya adalah iman
di bawahnya iman adalah Islam.

Page 67 of 87
Susunan kalimat “Hanya kepada Engkau kami beribadah”,
mendahulukan obyek daripada predikat dan subyek. Dalam tatanan
bahasa Arab kalau obyek didahulukan sebelum subyek itu
menunjukkan adanya pembatasan dan pengkhususan maksudnya
adalah ibadah itu dibatasi dan dikhususkan hanya untuk Allah.
berbeda kalau kita mengucapkan, “Kami hanya beribadah kepada
Allah.” kalimat ini bisa berarti kami beribadah kepada Allah tetapi
juga beribadah kepada selain Allah. dan ini adalah makna ihlas dalam
beribadah yaitu mempersembahkan seluruh ibadah kita tanpa
terkecuali, yang lahir maupun yang batin, perbuatan maupun ucapan,
yang besar maupun yang kecil hanya untuk Allah Subhanahu wa
Ta’ala, lawan dari ihlas adalah syirik, yaitu menyekutukan Allah dalam
beribadah.
Imam an Nawawi rahimahullah menjelaskan makna hadits yang
berbunyi, “Islam adalah engkau beribadah kepada Allah dan tidak
mempersekutukannya dengan sesuatu apapun.” Imam Nawawi
berkata, dalam hadits ini setelah Nabi shallallahu alayhi wa sallam
memerintahkan kita untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam mengiringinya dengan
larangan untuk berbuat syirik, karena pada zaman dahulu orang-
orang musyrik mereka juga beribadah kepada Allah tetapi mereka
mendua, selain beribadah kepada Allah mereka juga beribadah
kepada selain Allah dengan alasan mereka adalah washilah yang akan
mengantarkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ini tidak ada di
dalam ajaran Islam.
Ajaran Islam adanya adalah ikhlas seluruh ibadah tanpa terkecuali
hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. ibadah adalah segala bentuk
perbuatan dan perkataan yang terlihat maupun yang tidak terlihat
yang dicintai dan diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. atau
menjalankan ketaatan kepada Allah dan Rasulnya kemudian
menjauhi perbuatan maksiat.
Ketika seorang insan melakukan ibadah dia tertuntut untuk
melakukannya dengan rasa cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
tunduk, patuh, khusyu, tenang dan diiringi dengan rasa harap dan
rasa takut.

Page 68 of 87
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma ketika beliau menafsirkan
Iyyakana’budu kata beliau, “Hanya kepadamulah wahai Rabbiy kami
bertauhid, kami merasa takut dan kami berharap hanya kepadamu
wa Rabby bukan selain engkau.”
Imam Ibnu Rajab menjelaskan bahwa ayat ini adalah merupakan inti
seluruh kitab samawi. Karena tujuan utama penciptaan makhluk di
muka bumi adalah untuk merealisasikan hal ini sebagaimana dalam
Qs. Adz Dzariyat ayat 56.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.”
Seluruh kita samawi serta seluruh rasul yang diutus oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala tujuan utamanya adalah untuk merealisasikan
GR&Bm !ä}ü p 9çRm!ä}ü . Dalilnya Qs. An Nahl ayat 36.
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja)....”

Makna GR&Bm !ä}ü p adalah hanya kepadaMu kami meminta


pertolongan. Pertolongan dalam segala hal.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, makna dari hanya
kepada-Mu-lah wahai Allah kami meminta pertolongan untuk
menjalankan ketaatan kepada-Mu dan didalam setiap urusan kami.
Imam Ibnu Rajab al Hambali rahimahullah mengatakan, “Perintah
untuk beribadah kepada Allah digandengkan dengan perintah untuk
meminta pertolongan kepada Allah, karena ibadah adalah
merupakan hak Allah atas para hambaNya dan para hamba tidak
mungkin bisa menunaikan hak tersebut tanpa pertolongan dari Allah
Jalla wa ‘Ala. makanya kita diperintahkan untuk beribadah dan
diperintahkan untuk minta tolong.”
Jadi, jangan harap bahwasanya kita bisa beribadah kepada Allah kalau
tidak dapat pertolongan dariNya. Karena manusia adalah makhluk
yang lemah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan manusia
diciptakan oleh Allah bersifat lemah.”

Page 69 of 87
Kita bisa shalat, berpuasa, ngaji itu semata-mata karena pertolongan
dari Allah Jalla wa ‘Ala. Menghadirkan perasaan ini untuk membantu
kita untuk mengikis rasa sombong, rasa bangga, rasa ujub yang ada di
dalam diri orang-orang yang rajin beribadah kepada Allah Jalla wa
‘Ala. karena penyakit orang yang rajin beribadah adalah rasa
sombong.
Banyak sekali ayat maupun hadits yang memerintahkan kita untuk
meminta kepada Allah, diantaranya adalah sabda nabi shallallahu
‘alayhi wa sallam dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim. “Setelah lewat setengah malam atau dua pertiga
malam, Allah Subhanahu wa Ta’ala turun ke langit dunia kemudian
Dia berfirman, “Apakah ada diantara hambaku yang mau meminta
niscaya akan diberi. Apakah ada diantara hambaku yang mau
berdoa, niscaya akan dikabulkan. Apakah diantara hambaku yang
mau memohon ampun kepadaku niscaya dia akan diampuni, sampai
datang waktu Shubuh.”
Seorang tabi’in yang bernama Wahb Ibnu Munabbih suatu hari dia
pernah melihat seorang yang senang datang ke tempat penguasa
untuk meminta-minta. Dia berkata, “Celakalah engkau mengapa
engkau mendatangi mereka yang menutup pintunya dan berusaha
untuk menampakkan kefakirannya dan dia menyembunyikan
kekayaannya. Kenapa engkau tinggalkan Dzat yang pintunya dia
buka siang dan malam dan Dzat yang menampakkan kekayaannya
dan Dzat yang berkata, “Berdoalah kepadaku niscaya akan
kukabulkan.”

Fenomena penyimpangan dari ayat yang kelima.


Permintaan tolong kepada rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam,
kepada syaikh Abdul kadir al Jailani dan yang mereka sebut sebagai
wali-wali Allah.
Pengagungan kepada rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam
dilakukan dengan mengikuti perintahnya, menjauhi larangannya,
beribadah dengan tuntunan yang diajarkan olehnya dan
membenarkan berita yang disampaikan oleh beliau.

Page 70 of 87
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam melarang umatnya untuk
mengagungkan beliau secara berlebihan. Beliau shallallahu ‘alayhi wa
sallam bersabda, “Janganlah kalian terlalu berlebihan di dalam
memujiku secara berlebihan sebagaimana kaum Nashara terlalu
berlebihan dalam memuji ‘Isa Ibn Maryam.”
Nasihat Abdul Qadir al Jailani “Ihlaskan ibadah kalian hanya untuk
Allah dan janganlah kalian berbuat syirik. Mintalah kalian kepada
Allah dan jangan minta kepada selain Allah. Minta tolonglah kepada
Allah dan jangan minta tolong kepada selain Allah.”

Page 71 of 87
Ayat 6
k~^&BUã Éã=Jeãäm9sü
“Tunjukilah kami jalan yang lurus.
Setelah pada ayat 1-5 semuanya berisi pujian dan sanjungan kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. pada ayat ke-enam ini barulah isinya doa
kepada Allah. dalam hal ini Allah mengajarkan kepada hambaNya
etika berdoa. Memulai doa kepada Allah dengan memuji dan
menyanjungnya dengan Asmaul Husna kemudian kita berdoa
meminta kebutuhan kita kepada Allah. contohnya ketika kita mau
memohon ampun kepada Allah, maka kita menyebut Ya Gaffar
ampunilah aku, atau ya Tawwab terimalah taubatku. Inilah yang
dinamakan dengan tawassul dengan Asmaul Husna, dan ini adalah
tawassul yang dibolehkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, maksudnya adalah arahkanlah
kami dan perlihatkanlah kepada kami petunjuk dan hidayahMu.
Penggunaan kata “Kami” pada ayat ke-5 dan ke-6 ini maknanya
adalah peng-Agungan kepada Allah. maksudnya “Kami segenap
manusia hanya beribadah dan minta tolong kepadaMu, dan meminta
kepadaMu agar menunjukkan kepada kami seluruh manusia jalan
yang lurus.”
Imam At Thabari mengatakan jalan yang lurus adalah jalan yang jelas
yang tidak ada belok-beloknya.
Makna jalan yang lurus adalah Islam, hal ini disebutkan oleh nabi
Shallallahu ‘alayhi wa sallam dalam sabdanya, “Jalan yang lurus
adalah agama Islam.”
Kita minta ditunjukkan kepada jalan yang lurus karena Allah
memerintahkan kepada kita untuk meminta hal itu dan karena
kebutuhan kita terhadap hidayah sangat besar. Hidayah kepada jalan
yang lurus dan kita butuh supaya istiqomah di atas jalan yang lurus.
Imam Ibnu Qayyim mengatakan petunjuk itu terdiri dari 10 tingkatan,
barangsiapa yang bisa meraih 10 tingkatan ini berarti saat itu dia telah
Page 72 of 87
mendapatkan petunjuk jalan yang lurus yang sempurna. petunjuk
tersebut adalah :

 Petunjuk untuk mendapatkan ‘ilmu syar’i (al Qur an dan Sunnah


Nabi Shallallahu ‘alayhi wa sallam) sesuai dengan pemahaman
salafus shalih.
 Petunjuk agar diberi kemampuan dan kekuatan untuk mencari
‘ilmu tersebut.
 Petunjuk agar diberi kemauan untuk mencari ‘ilmu tersebut.
 Petunjuk untuk mengamalkan ‘ilmu tersebut.
 Petunjuk agar istiqomah dalam mengamalkan ‘ilmu tersebut.
 Petunjuk agar dijauhkan dari hal-hal yang mengganggu
pengamalan ‘ilmu, misalnya hawa nafsu, syahwat dan subhat.
 Petunjuk agar mendapatkan tambahan ‘ilmu yang banyak. Jangan
pernah merasa cukup dengan ‘ilmu yang dimiliki.
 Petunjuk untuk mengetahui tujuan utama jalan yang kita tempuh.
 Petunjuk agar kita senantiasa merasa butuh kepada hidayah
melebihi seluruh kebutuhan kita yang lainnya.
 Petunjuk untuk mengetahui jalan yang menyimpang. Jalan yang
menyimpang itu ada dua, yaitu orang yang enggan mengamalkan
kebenaran karena sifat angkuh dan orang yang tidak mau
mengamalkan kebenaran karena tidak tahu.
Barangsiapa yang menggapai 10 tingkatan petunjuk ini, maka saat dia
baru berada di atas k~^&BUã É ã=I jalan yang lurus.

Apakah kita masih butuh hidayah atau petunjuk di akhirat.


Jawabannya adalah iya, karena jalan menuju surga bukanlah jalan
yang ringan. Hal ini disebutkan dalam satu hadits yang diriwayatkan
oleh Imam al Hakim dan dinyatakan shahih oleh beliau, jalan menuju
surga itu lebih tajam dari pedang dan jalan itu berada di atas api
neraka.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nabi shallallahu
‘alayhi wa sallam bersabda, “Orang yang pertama kali jalan ini dia
akan melewati seperti kilat, sekejap mata dia sudah sampai di depan
pintu surga. Kemudian orang berikutnya dia akan berjalan melewati
jalan tersebut seperti angin, ringan sampai ke depan pintu surga.
Page 73 of 87
Kemudian ada yang seperti terbangnya burung, dan ada pula yang
melewati jalan tersebut seperti seorang laki-laki yang berlari tanpa
ada hambatan. Sampai datang orang yang tidak bisa melewati jalan
tersebut kecuali dengan merayap. Disamping kanan dan kiri jalan ini
tersedia besi-besi pengait yang siap untuk menyambar orang-orang
yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan untuk disambar.
Ada orang yang lewat dan dia terluka karena sambaran dari besi
tersebut tetapi masih selamat sampai ke surga, dan adapula yang
melewati jalan tersebut dia tersambar oleh besi-besi pengait sampai
dia terlempar ke dalam neraka. Demi Allah sesungguhnya keraknya
neraka jahannam jauhnya sepanjang 70 tahun perjalanan.”
Siapakah orang-orang yang selamat melewati jalan tersebut sukses
sampai ke surga dan siapa pula orang-orang yang na’as tersambar
oleh besi tersebut dan masuk ke dalam neraka. Orang-orang yang
selamat adalah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus ketika
dia di dunia.
Buah manis yang akan kita petik di akhirat nanti adalah bagaimana
kita menjalani kehidupan ketika di dunia ini. Kalau di dunia dia berada
di atas jalan yang lurus maka dia adalah orang-orang yang akan
selamat sampai ke surga. Sedangkan orang-orang yang na’as adalah
orang-orang yang terpedaya oleh syahwat, subhat dan maksiat
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Page 74 of 87
Ayat yang ke-7
GeäNeãvp kt~fQ åqNVUã RU kt~fQ#Rmüo};eãÉ=I
Ayat ke-tujuh ini merupakan tambahan keterangan dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala untuk memperjelas maksud dari firman Allah
“Tunjukilah kami jalan yang lurus.” Yaitu “Jalan orang-orang yang
telah engkau beri nikmat terhadap mereka, bukan jalan orang-orang
yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat.”
Menurut para ulama tafsir, orang-orang yang telah Allah beri nikmat
adalah orang-orang yang Allah sebutkan di dalam Qs. An Nisa : 69.
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu
akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat
oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati
syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-
baiknya.”
Dalam tafsir As Sa’di disebutkan Ash shiddiqun adalah orang-orang
yang sempurna pembenarannya terhadap apa yang dibawa oleh para
Rasul ‘alayhimush shalatu was salam. mereka mengetahui yang haq.
Mempercayainya seyakin-yakinnya, mengamalkan kemudian
mendakwahkan. Diantaranya adalah sahabat nabi shallallahu alayhi
wasallam yang bergelar ash shiddiq yaitu Abu Bakar ash Siddiq.”
Asy Syuhada adalah orang-orang yang wafat di jalan Allah.
Ash shalihuun yaitu orang-orang sholih yang tidak masuk ke dalam
tiga golongan di atas.
Pelajaran yang sangat berharga yang kita bisa petik dari Qs. Al fatihah
ayat 7 dan Qs. An Nisa ayat 56 adalah, bahwa keta’atan yang
dilakukan oleh para ahli ibadah semuanya itu semata-mata nikmat
dan karunia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Imam Thabari dalam tafsirnya mengatakan ini mengajarkan kepada
kita agar kita sadar bahwasanya seluruh ibadah yang bisa kita lakukan
itu adalah semata-mata karena karunia, nikmat dari Allah Subhanahu

Page 75 of 87
wa Ta’ala. Kita tidak mungkin beribadah kalau bukan bantuan dan
karunia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. kita bisa shalat, menghadiri
pengajian, puasa satu bulan penuh, mau berpegang dengan aqidah
yang lurus itu semuanya berkat dan karunia dari Allah semata.
Keyakinan ini akan membantu kita untuk mengikis penyakit
berbahaya yang sering menimpa para ahli ibadah, yaitu penyakit ujub
alias sombong. Karena dengan kita meyakini bahwa segala sesuatu
yang kita kerjakan adalah semata-mata karunia dari Allah Jalla wa ‘Ala
saat itu kita merasa betapa kecilnya kita.
Setan tidak akan tinggal diam terhadap orang yang telah rajin ibadah.
Dia akan mengompori agar ahli ibadah tersebut agar terjerumus ke
dalam suatu penyakit yang bisa menyebabkan amal ibadahnya sia-sia
bahkan bisa menyebabkan kepada suatu akhir yang sangat
mengerikan yaitu su’ul khatimah, penyakit itu adalah ujub atau
sombong.
Ini berbahaya, kalau kita sudah terjerumus kepada penyakit ini,
na’udzu billahi min dzalik itu adalah merupakan pertanda awal kita
telah menyimpang dari jalan yang lurus dan kita butuh cepat-cepat
kembali kejalan yang lurus.
Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam selalu berdoa,

GQ ÖY=ÊéBZm1ü 4fb% vp
“Dan janganlah Engkau jadikan aku bergantung pada kekuatanku
sendiri meskipun hanya sekejap mata.”
Kebergantungan kepada diri sendiri itu adalah pintu untuk masuk ke
dalam suatu alam kehinaan dan kenistaan. Kita sudah mengandalkan
kekuatan diri sendiri, pekerjaanku berhasil karena saya yang
melakukannya, daganganku laris karena saya adalah sarjana
ekonomi, desa ini maju karena saya lurahnya, sekolah ini terkenal
karena saya guru dan kepala sekolahnya, anak-anak saya berhasil
karena siapa dulu bapaknya.

Page 76 of 87
Setelah Allah menunjukkan jalan yang lurus, Allah kemudian
mengingatkan kepada hambaNya dua jenis jalan yang menyimpang,
yaitu dalam ayat yang berbunyi : GeäNeãvp kt~fQ åqNVUã RU.

Defenisi bid’ah menurut Asy Syatibi adalah tatacara beribadah yang


tidak diajarkan oleh nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, atau tidak
dijelaskan dalam al Qur’an dan hadits.”

GeäNeãvp kt~fQ åqNVUã RU


Setelah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajak kita untuk meniti jalan
yang lurus, Allah tidak mencukupkan hanya mengajarkan kepada kita
jala yang lurus tersebut, namun Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengiringi nasihat itu dengan peringatan agar kita tidak menempuh
jalan yang tidak lurus. Peringatan itu Allah sebutkan di dalam akhir
ayat tadi, GeäNeãvp kt~fQ åqNVUã RU ”Bukan jalan orang-orang yang
dimurkai dan bukan jalan orang-orang yang sesat.”
Di dalam ayat ini Allah mengingatkan kita dari dua jalan yang
menyimpang. Golongan pertama adalah kaum yang dimuraki yang
kedua adalah kaum yang sesat. Siapakah mereka. mayoritas ulama
bahkan ada yang mengatakan bahwa itu adalah ijma’ menafsirkan
bahwa yang dimaksud dengan golongan orang-orang yang dimurkai
adalah kaum Yahudi sedangkan yang dimaksud dengan golongan
yang sesat adalah kaum Nashrani.
Bahkan penafsiran itu muncul dari lisan nabi kita nabi Muhammad
shallallahu ‘alayhi wa sallam. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad dan dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, Ibnu Taimiyah
dan al Albani, rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya orang-orang yang dimurkai adalah orang Yahudi dan
orang-orang yang sesat mereka adalah orang Nashrani.”
Apa karakter orang Yahudi sampai mereka itu dicap sebagai orang
yang dimurkai dan apa karakter orang Nashrani sampai mereka dicap
sebagai golongan orang yang sesat.
Orang Yahudi terkenal sebagai kaum yang banyak ilmu, tapi enggan
untuk mengamalkannya, sehingga mereka dimurkai oleh Allah,
Page 77 of 87
sedangkan orang Nashrani terkenal sebagai kaum yang banyak
beramal tetapi tidak berdasarkan ilmu.
Pelajaran berharga yang dapat kita ambil adalah agar kita berhati-
hati dari dua sifat tersebut yaitu berilmu tapi tidak beramal atau
beramal tanpa ilmu. Kalau ada kaum muslimin yang berilmu tetapi
tidak mengamalkannya berarti dia mirip kaum Yahudi sebaliknya
kalau ada kaum muslimin yang beramal tanpa ilmu maka mereka
mirip kaum Nashrani.

Ber‘Ilmu Tapi Tidak Beramal


Banyak ayat dalam al Qur’an maupun hadits nabawi yang
memberikan ancaman bagi orang-orang yang ber’ilmu tanpa amal.
Diantaranya Qs. Ash Shaf : 2-3. “2. Wahai orang-orang yang beriman,
kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan. 3.
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan.”
Qs. Al Baqarah : 44 “44. Mengapa kamu suruh orang lain
(mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri
(kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)?
Maka tidaklah kamu berpikir.”
Dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan dinilai
shahih oleh Imam Al Hakim dan al Albani. Nabi shallallahu ‘alayhi wa
sallam bersabda, “Pada malam isra’ saya melewati atau
diperlihatkan sekelompok orang yang lidahnya sedang dipotong
dengan gunting dari api neraka.” Maka aku bertanya kepada
malaikat, “Apa yang telah mereka perbuat?”, malaikat tersebut
menjawab, “Orang-orang tersebut adalah para khatib, da’i,
muballigh yang mengajak orang kepada kebaikan tetapi mereka
melupakan diri mereka sendiri (tidak mempraktikkan apa yang
mereka katakan), padahal mereka membaca al kitab, tidakkah
mereka berfikir?.”
Imam Adz Dzahabi (beliau hidup pada abad ke 8 H) berkata, “Adapun
di masa ini (di masa beliau rahimahullah) ilmu yang tersisa dari ilmu
yang sedikit itu hanya sedikit. Yang memiliki ilmu yang sedikit itupun
Page 78 of 87
jumlahnya tidak banyak, dan lebih sedikit lagi orang yang
mengamalkan ilmu yang sedikit tersebut.”
Kepandaian dan keberkahan ilmu seseorang bukan diukur dari
banyaknya hafalan atau banyaknya gelar yang dia miliki, tetapi
seberapa banyak dia mengamalkan ilmu yang dia miliki.
Al Fudhail Ibn Iyadh, “Orang yang berilmu itu masih dianggap bodoh
selama ia belum mengamalkan ilmunya, manakala seorang itu sudah
mengamalkan ilmunya saat itulah dia dianggap sebagai ‘ulama.”
Imam Asy Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Ilmu itu bukan yang
dihafal, ilmu itu adalah yang bermanfaat (yang dipraktikkan).”
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kami para sahabat nabi
kalau sudah belajar sepuluh ayat dalam al Qur’an, kami tidak akan
pindah ke sepuluh ayat berikutnya sampai kami faham maknanya dan
mengamalkannya.”
Keuntungan ukhrawi bagi orang yang mengamalkan ilmunya adalah
akan mendapat keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan akan
memudahkan jalannya menuju surga. Adapun keuntungan duniawi
bagi orang yang mengamalkan ilmu adalah ilmu tersebut akan awet
di kepalanya.
‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata, “Ilmu akan memanggil
amal untuk ikut dibelakangnya. Kalau seandainya amal itu ikut maka
ilmu itu akan awet di kepala kita, kalau amal itu enggan maka ilmu
tersebut akan musnah.”
Contoh kalau sudah menghafal dzikir pagi dan petang, agar tidak lupa
maka harus dipraktikkan setiap hari.

Beramal Tapi Tidak Berilmu


Salah sifat yang paling menonjol yang menyebabkan orang-orang
Nashara dicap sebagai golongan orang yang sesat oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala adalah karena mereka beramal tanpa ilmu.
Maka hendaknya kita berhati-hati jangan sampai kita terjerumus ke
dalam sifat-sifat yang tercela ini sehingga kita menyerupai orang-

Page 79 of 87
orang yang telah divonis oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai
orang yang sesat.
Islam telah memperingatkan kita dari sifat beramal tanpa ilmu. Ilmu
menempati posisi yang sangat penting di dalam agama Islam. Ayat
yang pertama kali Allah turunkan kepada nabi kita Muhammad
shallallahu ‘alayhi wa sallam adalah, Iqra’ “Bacalah”. Membaca
adalah merupakan salah satu sarana terbesar dalam menimba ilmu.
Dengan membaca banyak ilmu yang bisa kita dapatkan. Ini
menunjukkan betapa tingginya kedudukan ilmu dan derajat ilmu
dalam Islam. Di dalam motivasi umatnya dalam menuntut ilmu, Allah
dan RasulNya memaparkan betapa bahayanya beramal tanpa ilmu
baik di dunia maupun di akhirat.
Dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Ummul
Mu’minin Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa rasulullah shallallahu
‘alayhi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang melakukan suatu
amalan yang tidak sesuai dengan petunjukku, maka amalan tersebut
ditolak.”
Alangkah na’asnya orang-orang yang beramal dan merasa bekalnya
sudah cukup bahkan sudah banyak, ketika dia menghadap kepada
Allah, dia dapatkan amalannya itu berubah menjadi debu karena
tidak diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. ini salah satu bahaya
beramal tanpa ilmu di akhirat.
Adapun bahayanya di dunia adalah. Jabir radhiyallahu ‘anhu berkisah,
“Suatu ketika kami bepergian tidak bersama nabi shallallahu ‘alayhi
wa sallam, di tengah perjalanan ada salah seorang diantara kami
yang terlempar batu di kepalanya sampai luka parah mengucurkan
darah. Malam harinya kami tidur beristirahat, orang yang terluka
dikepalanya tersebut ternyata mengalami mimpi basah. Maka dia
bingung bagaimana melakukan mandi junub dalam keadaan
kepalanya sedang terluka. Kemudian dia bertanya kepada teman-
temannya, “Apakah aku mendapatkan keringanan untuk
bertayammum sebagai ganti mandi wajib?”. Mereka menjawab,
“Selama engkau bisa menggunakan air maka kami menganggap
kamu itu tidak berhak untuk mendapatkan keringanan.” Begitu
mendengar jawaban temannya diapun mandi. Begitu selesai mandi
Page 80 of 87
diapun pingsan dan meninggal. sesampainya di Madinah ada yang
mengabarkan kepada nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam peristiwa
tersebut. Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam menjawab, “Mereka
telah membunuhnya, semoga Allah membinasakan mereka. Kenapa
mereka tidak bertanya kalau tidak tahu. Obatnya ketidak tahuan
adalah bertanya. Sebenarnya cukuplah dia untuk membungkus
lukanya kemudian dia usap diatas lukanya kemudian dia mandi tanpa
membasahai kepalanya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud
rahimahullah dan dinilai shahih oleh Imam al Hakim, Ibnu Khizaimah,
Ibnu Hibban dan al Albani.
Berbicara, berbuat tanpa ilmu bisa mengakibatkan melayangnya
nyawa orang yang tidak bersalah.
Setelah membaca hadits diatas kita akan menyadari betapa urgennya
mempelajari ilmu syar’i. Tetapi sayangnya sangat sedikit diantara
kaum muslimin yang menyadari hal tersebut. Bisa kita tanyakan pada
diri kita masing-masing, berapa jam waktu yang kita sisihkan untuk
belajar agama setiap hari?. Bahkan terkadang terhadap pendidikan
agama anak-anak kitapun kurang kita perhatikan.
Salah satu potret nyata dalam kehidupan sehari-hari. pkl 06.30 pagi
kalau anak kita belum berangkat sekolah maka kita akan
memaksanya dengan segala cara agar dia segera berangkat ke
sekolah. Apakah sikap kita akan sama ketika sore hari anak-anak kita
enggan ke TPA? Ilmu yang mereka pelajari di TPA adalah salah satu
faktor yang menentukan nasib mereka di surga atau di neraka pada
hari akhirat nanti.
Begitukah kita memberikan porsi untuk keselamatan mereka di
akhirat? Ini menunjukkan bahwa kita masih kurang perhatian dalam
ilmu agama. Baik dalam diri kita sendiri maupun dalam diri anak-anak
kita. Padahal rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam pernah
bersabda, “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala murka, Allah

Page 81 of 87
benci terhadap orang yang pintar dalam perkara duniawi namun dia
bodoh dalam perkara ukhrawi.”32
Ini menunjukkan bahwasanya kita perlu untuk meningkatkan diri kita.
Kalau dalam perkara duniawi kita sibuk bertanya ke sana kemari, coba
kita bandingkan ketika kita akan shalat, ketika kita akan berpuasa
sempatkah kita berfikir untuk bertanya, cara takbir yang benar itu
bagaimana? Cara sujud yang seperti diajarkan oleh rasulullah
shallallahu ‘alayhi wa sallam itu bagaimana? Cara puasa yang
diajarkan oleh rasul shallallahu ‘alayhi wa sallam yang sesuai dengan
sunnah beliau itu bagaimana?. Apakah kita merasa sudah tahu itu
semua? Atau kita merasa tidak butuh?.
Dan yang lebih menyedihkan ada diantara kamum muslimin yang
mendiskreditkan peranan ilmu syar’i atau bahkan ada diantara
mereka yang berusaha merintangi kaum muslimin untuk belajar ilmu
syar’i. Banyak cara yang mereka tempuh, ada yang menggunakan alat
namanya dikotomi ilmu syariat dan ilmu hakikat. Mereka
mengesankan bahwasanya orang belajar ilmu syari’at (belajar al
Qur’an, belajar hadits nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam) itu baru
belajar kulitnya agama, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan
mereka yang sudah belajar intinya agama yang mereka namakan
dengan ilmu hakikat.
Adapula orang-orang yang berusaha merintangi kaum muslimin
untuk belajar ilmu agama dengan cara membuat kaum muslimin tidak
berani bertanya karena nanti kualat. Seorang tokoh sufi yang hidup
pada abad ke-8 H yang bernama Abi Wafaq, dia pernah berkata,
“Sikap murid yang jujur dengan gurunya itu seperti mayit menyikapi
orang yang memandikannya. Tidak boleh bicara, tidak boleh berbuat
bahkan tidak mampu untuk berbicara dihadapan gurunya saking
kharismatiknya gurunya. Tidak boleh masuk, tidak keluar, tidak boleh
bergaul dengan siapa saja dan tidak boleh menyibukkan diri dengan

32 HR. Al Hakim dan dishahihkan oleh al Albani.

Page 82 of 87
ilmu, baca Qur an ataupun berdzikir kecuali dengan izin dari
gurunya.”
Kaum muslimin harus memiliki sikap kritis, diajari sesuatu dia harus
bertanya dalilnya mana, al Qurannya surah apa, ayat berapa. Kalau
ada haditsnya diriwayatkan oleh siapa, shahih atau tidak.
Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam adalah orang yang paling mulia,
paling kharismatik tetapi beliau tetap ditanya oleh sahabat-
sahabatnya bahkan beliau mengajarkan kepada para sahabatnya agar
bertanya, dan itu tidak mengurangi rasa hormat para sahabat kepada
nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam. Dengan tetap memperhatikan adab
dan etika seorang seorang muslim.
Maka marilah kita bersikap cerdas terhadap apa yang disampaikan
kepada kita apalagi dalam masalah ilmu agama. Beribadah kepada
Allah bukan dengan mengikuti tradisi di masyarakat, beribadah
kepada Allah bukan dengan mempertahankan warisan nenek
moyang, beribadah kepada Allah Jalla wa ‘Ala adalah dengan aturan
yang diajarkan oleh nabi kita Muhammad shallallahu ‘alayhi wa
sallam.
Akhirat adalah tempat pembalasan, sedangkan dunia ini adalah
tempat beramal. Maka kalau beramal, beramallah yang sungguh-
sungguh dan dicari ilmunya.
Allah berfirman dalam Qs. Al Mulk ayat 2.
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa
di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun.”
Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan amalan yang paling baik adalah
amalan yang paling ihlas karena Allah dan yang paling sesuai dengan
tuntunan yang diajarkan oleh rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mengatakan, “Untuk menguji siapa
diantara kalian yang amalannya paling banyak,” akan tetapi “Siapa
diantara kalian yang amalannya paling baik. Dan kriteria baik bukan

Page 83 of 87
menurut rasio seseorang akan tetapi menurut Qur an dan hadits nabi
shallallahu ‘alayhi wa sallam.
Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Sedikit tetapi sesuai dengan
sunnah nabi shallallahu ‘alayhi wa salalm dari pada banyak tetapi
tidak ada tuntunannya.”
Syaikh Utsaimin rahimahullah mengatakan, dalam ayat ini Allah
terlebih dahulu menyebutkan golongan orang yang dimurkai (yaitu
orang yang berilmu tapi enggan beramal), kemudian Allah
menyebutkan golongan orang yang sesat (yaitu orang yang beramal
tanpa ilmu). Ini merupakan isyarat bahwa golongan yang pertama
dari buruk dari pada golongan yang kedua. Karena orang yang
beramal tanpa ilmu ketika dia ditegur biasanya dia lebih mudah untuk
kembali. Tetapi orang yang berilmu namun enggan beramal itu
biasanya karena sifat angkuh, gengsi dan lain sebagainya untuk
kembali kepada jalan yang lurus itu lebih susah.
Jalan yang baik adalah jalannya kaum muslimin yang berilmu
kemudian mengamalkan ilmunya. Semoga kita termasuk golongan
tersebut. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.
Kata yang biasa kita ucapkan setelah membaca surah al Fatihah yaitu
Aamiin.
Membaca Aamiin setelah membaca surah al Fatihah hukumnya
adalah sunnah, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibnu Katsir
Rahimahullahu Ta’ala.
Membaca Aamiin ketika selesai membaca surah al Fatihah diucapkan
baik ketika shalat maupun diluar shalat. Hanya saja ketika shalat ada
penekanan khusus atau sunnah muakkad.
Sahabat nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam yang bernama Wa’il bin
Hajar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Pada suatu hari saya mendengar
nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam membaca GeäNeãvp kt~fQ åqNVUã RU

Page 84 of 87
setelah itu beliau mengucapkan o~iã , Beliau memanjangkan
33
suaranya.”
Dalam Sunan Abu Dawud dikisahkan, “Beliau mengeraskan bacaan
o~iã.” Disebutkan dalam satu riwayat ketika para sahabat nabi
shallallahu ‘alayhi wa sallam mengucapkan o~iã masjidnya bergetar.

Ini adalah syi’ar yang kita harus mempertahankan. Kata o~iã adalah
karunia yang Allah berikan khusus untuk umat Islam. Sebelum umat
Islam, kata o~iã tidak dikenal. Makanya ini salah satu yang
menyebabkan orang Yahudi sangat iri kepada kaum muslimin.
Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Tidak ada yang melebihi
keirian orang Yahudi terhadap kaum muslimin dibandingkan keirian
mereka terhadap dua karunia yang Allah berikan kepada kaum
muslimin. Yang pertama salam u%äa=æpufeã ÖM<p kb~fQ hwBeã yang kedua
kata o~iã .”

Kata o~iã ini bukan kata-kata yang ringan, dia memiliki fadhilah yang
luar biasa. Dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dan Muslim. Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Apabila
imam sampai kepada bacaan GeäNeãvp kt~fQ åqNVUã RU , ucapkanlah
o~iã . Barangsiapa yang ucapan o~iã nya bersamaan dengan ucapan
o~iã nya para malaikat maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.”
Cara membaca o~iã menurut Imam Ibnu Katsir seperti ketika
membaca C} . Makna o~iã adalah Ya Allah Kabulkanlah. Kata o~iã tidak
termasuk dalam ayat al Quran.

33 hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan dinilai shahih oleh imam At Tirmidzi.

Page 85 of 87
Beberapa kekeliruan di dalam penggunaan surat al Fatihah.
Tradisi kirim pahala surat al Fatihah kepada orang yang sudah
wafat. Hal ini tidak pernah dipraktikkan oleh nabi shallallahu
‘alayhi wa sallam, para sahabatpun tidak pernah ada yang
mempraktikkannya. Makanya para ulama dari dulu sampai
sekarang termasuk para Imam Madzhab Fiqh mengingkari jenis
amalan seperti ini.
Beberapa perkataan ulama tentang hal tersebut adalah :
 Imam Ibnu Hajar al Atsqalani rahimahullah beliau berkata, “Doa
ini dibuat-buat tidak ada sumbernya di dalam sunnah.”
 Imam al Hafidz at Taqawi berkata, “Saya ditanya tentang
kebiasaan orang-orang setelah shalat, mereka membaca surat al
Fatihah dan menghadiahkannya kepada kaum muslimin yang
masih hidup maupun yang telah mati, maka saya jawabnya, cara
ini tidak ada contohnya dari nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam.”
 Muhammad Rasyid Ridha mengatakan, “Tidak ada haditnya baik
yang shahih maupun yang dhaif.”
 Imam Ibnu Katsir menafsirkan Qs. An Najm ayat 38 dengan
mengatakan, “Pahala hadiah bacaan al Qur’an tidak sampai
kepada mayyit karena hal itu bukan dari amalan dan usahanya.”
Oleh karena itu rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam tidak
pernah mencontohkannya dan tidak pernah menganjurkan
umatnya untuk melakukannya baik secara dalil maupun isyarat,
dan perbuatan ini tidak pernah dinukil dari para sahabat nabi
shallallahu ‘alayhi wa sallam. Seandainya amalan ini baik maka
pasti para sahabat sudah melakukannya.”
Membuka acara dengan surat al Fatihah. Hal ini tidak ada
tuntunannya dari nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam. Yang ada
tuntunannya adalah beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam
membuka acara dengan khutbatul hajah.
Menutup doa dengan membaca surat al Fatihah. Ini juga tidak
ada tuntunannya dari nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam. Yang ada
adalah membaca doa dengan membaca shalawat kepada nabi
shallallahu ‘alayhi wa sallam.

Demikian Wallahu a’lam Bishshawab.


Page 86 of 87
Page 87 of 87

Anda mungkin juga menyukai