Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ETIKA ATAU ADAB SERTA TATA CARA DALAM


MEMBACA AL’QUR’AN
DISUSU UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

AL-QUR’AN
DOSEN PENGAMPU: DR. H. USMAN, M. AG

OLEH:

NAMA: NURUL PATIHAH (220202073)


NIM: 220202073
KELAS: 1/C

HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

2022/2023

i
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah
memberi rahmat serta hidayah-Nya kepada kita sehingga kita dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul ”ETIKA ATAU ADAB SERTA TATA CARA DALAM MEMBACA AL-
QUR’AN” untuk mata kuliah ”AL-QUR’AN” ini. Tak lupa sholawat serta salam tetap
terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sang pilihan dan sang pemilik
ukhwah. Saya membuat makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas pendidikan agama
islam.
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan
karena masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu, Saya dengan terbuka akan menerima
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Saya berharap
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca khususnya.

Mataram, 24 september 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1. Latar Belakang.......................................................................................1
2. Rumusan Masalah..................................................................................1
3. Tujuan....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
1. Adab dan tata cara membaca Al-Qur’an................................................2
BAB III PENUTUP................................................................................................7
1. Kesimpulan............................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang termasuk salah satu kitab yang kita
Imani. Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara
malaikat Jibril. Membaca Al-Qur’an merupakan amalan ibadah yang utama, yang
mempunyai berbagai keistimewaan kelebihan disbanding dengan membaca yang
lain. Sesuai dengan arti Al-Qur’an secara etimologi adalah bacaan karena Al-
Qur’an diturunkan untuk dibaca, dipahami maknanya dan juga untuk diamalkan
isinya.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana etika dan tata cara dalam membaca Al-Qur’an?
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana etika dan tata cara dalam membaca Al-Qur’an

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Etika (Adab) dan Tata Cara Membaca Al Qur’an

Al Qur’an adalah kitab suci umat islam yang termasuk salah satu kitab yang kita imani. Al
Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril.
Membaca Al Qur’an termasuk ibadah dan zikir kepada Allah SWT dan membacanya
mendapatkan pahala serta keutamaan dalam membaca Al Qur’an, seperti yang dikatakan
dalam Hadist Nabi Muhammad SAW :

Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat memberi syafaat kepada para
pembacanya." (HR. Imam Muslim).

Ada beberapa hal atau adab yang perlu diperhatikan dalam membaca Al Qur’an :

1) Membaca dalam keadaan suci


Membaca Al-Qur’an termasuk ibadah oleh karena sangat dianjurkan sebelum membacanya
dalam keadaan suci. Dan membaca Al- Qur’an termasuk salah satu zikir. Tetapi tidak
dilarang hukumnya membaca Al- Qur’an dalam keadaan tidak berwudhu.
Imam al- Haramain mengatakan bahwa orang yang membaca Al-Qur’an dalam keadaan
berhadas kecil, tidak dikatakan melakukan perbuatan makruh tetapi ia hanya meninggalkan
sebuah keutamaan. Adapun yang diharamkan membaca Al-Qur’an adalah orang yang tengah
berhadas besar, seperti dalam keadaan junub dan haid. Walaupun demikian menurut Imam
an-Nawawi, orang yang dalam keadaan berhadas besar boleh meresapi atau mendengar
bacaan Al- Qur’an tanpa melafalkan dengan lidahnya. Boleh juga bagi orang yang berhadas
besar tersebut melihat mushaf dan membacanya dengan hati tanpa menggerakan lidah.
2) Membaca di tempat yang suci
Membaca Al- Qur’an sebaiknya ditempat yang suci dari hadast, tujuannya untuk menjaga
keagungan membaca Al- Qur’an, Sebaik- baik tempat yaitu masjid. Asy- Sya’bi
berkata,”Adalah makruh membaca Al- Qur’an di tiga tempat: kamar mandi, tempat buang air
besar atu kecil, dan tempat penggilangan yang sedang berputar.” Sedangkan menurut Abu
Maisarah,”Tidaklah dikatakan nengingat Allah kecuali di tempat yang baik.
Membaca Al- Qur’an di jalan tidak dilarang asalkan bacaan Al- Qur’an tidak mengganggu
keadaan sekitar. Jangan sampai menimbulkan rasa riya’, sebagaimana Rasulullah SAW.

2
melarang orang yang mengantuk membaca Al- Qur’an karena dikhawatirkan melakukan
kesalahan.1
Dianjurkan menggunakan pakaian yang rapi dan bersih, untuk mengagungkan membaca Al-
Qur’an. Sebaik- baik pakaian adalah pakaian taqwa.
3) Meletakkannya di tempat terbaik
Salah satu cara memuliakan Al- Qur’an yaitu meletakkan ditempat yang tertinggi atau ditempat
yang terbaik.
4) Bersiwak
Sebelum memulai membaca Al- Qur’an para ulama menganjurkan untuk bersiwak atau
membersihkan mulut
5) Mengikhlaskan niat hanya beribadah kepada Allah SWT semata
Mengikhlaskan niat hanya untuk beribadah kepada Allah SWT agar setiap huruf dan ayat yang
dibaca bernilai pahala disisi Allah SWT.
6) Membaca dengan Khusyuk
Membacanya dengan memahami setiap makna dari ayat yang dibaca agar menambah kekhusyuk
an dalam membaca Al- Qur’an. 2

Kemudian ada beberapa cara dalam membaca Al Qur’an :

1) Memulai dengan membaca Ta’wudz dan bismillah


Berdasarkan firman Allah SWT dalam An- Nahl ; 983

‫َفِاَذ ا َقَر ْأَت اْلُقْر ٰا َن َفاْسَتِع ْذ ِباِهّٰلل ِم َن الَّشْيٰط ِن الَّر ِج ْيِم‬

“Maka apabila engkau (Muhammad) hendak membaca Al-Qur'an, mohonlah perlindungan


kepada Allah dari setan yang terkutuk”.

Hal ini sunnah dilakukan, maksudnya adalah dalam rangka meminta perlindungan Allah SWT.
supaya dijauhkan dari godaan setan, sehingga hati dan pikiran tetap tenang saat membaca Al-
Qur’an.

2) Memperhatikan Tajwid dan Makhrijul huruf


Para ulama terdahulu dan sekarang, menaruh perhatian besar terhadap tilawah ( cara membaca )
Al- Qur’an sehingga pengucapan lafazh- lafazh Al-Qur’an menjadi baik dan benar. Sehingga
muncul sebuah ilmu yang mempelajari hal ini, yaitu tajwidul Qur’an atau ilmu Tajwid.
1
Menjaga Kemurnian Al- Qur’an hlm. 84-85
2
Dapertemen Agama hlm. 278.
3
Al-Qur’an Surah An-NAHL

3
Munculnya ilmu tajwid bertujuan untuk memberikan kepada huruf hak-hak dan tertibnya, dan
mengembalikan huruf kepada makhraj dan asalnya, serta menghaluskan pengucapannya
dengan cara yang sempurna tanpa berlebihan, kasar, tergesa- gesa dan dipaksa-paksakan.

3. Memahami dan merenungi setiap ayat yang dibaca


Merenungkan setiap ayat yang dibaca, cara inilah yang paling dianjurkan oleh para ulama,agar
hati bisa megonsentrasikan kepada ayat yang dibaca serta memaknai setiap ayat yang baca.
Dalam kitab Syarh Al- Muhadzdzab4 dikatakan ,”Cara untuk bisa menangis di saat membaca
Al- Qur’an ialah dengan memikirkan dan meresapi makna ayat-ayat yang dibaca. Seperti
yang berkenaan dengan ancaman berat, siksa yang pedih, perjanjian, kemudian merenungkan
betapa dirinya telah melalaikan segala perintah Allah SWT. Apabila cara ini tidak dapat
membangkitkan perasaan sedih, penyesalan dan tangis, maka keadaan demikian harus
disesali pula dengan menangis karena hal itu adalah sebuah musibah,”

Rasulullah SAW. sering menangis tatkala membaca Al- Qur’an karena meresapi ayat yang
dibaca. Demikian pula dengan para sahabat, banyak yang mencucurkan air mata ketika
membaca ayat-ayat Allah SWT. Yang menggambarkan nasib yang akan ditanggung oleh
orang-orang yang berdosa.
4. Membaca dengan Tartil (perlahan )
Yaitu dengan bacaan yang pelan dan jelas serta memberikan hak setiap huruf, seperti
memperhatikan mad-nya, tajwid dan makhraj huruf. Allah SWT berfirman :

‫َأْو ِزْد َع َلْيِه َو َر ِّتِل ٱْلُقْر َء اَن َتْر ِتياًل‬

“Dan bacalah Al- Qur’an itu dengan sebaik- baiknya.” ( Al- Muzzammil: 4)5

Dan dari Ibnu Mas’ud, seorang lelaki berkata kepadanya,” Sesungguhnya aku biasa membaca
Al- Mufashshal dalam satu rakaat”. Maka Ibnu Mas’ud bertanya , “Demikian cepatkah
engkau membaca Al- Qur’an seperti layaknya membaca syair saja? Sesungguhnya akan ada
suatu kaum yang membaca Al- Qur’an, namun Al- Qur’an itu tidak sampai melewati
kerongkongan mereka. Padahal bacaan itu sampai meresap dalam hati tentu sangat
bermanfaat”.

4
Kitab Syarh Al- Muhadzdzab
5
https://tafsirweb.com/11500-surat-al-muzzammil-ayat-4.html
4
Maksudnya, membaca Al-Qur’an dengan tartil ( perlahan) kita dapat merenungi setiap ayat yang
dibaca. Tidak masalah pula membaca Al-Qur’an dengan cepat (Hadar) tetapi harus tetap
memerhatikan setiap hak-hak huruf dan mad-nya.

5. Mengeraskan suara

Karena membaca dengan suara jahar (keras) lebih utama karena bagaikan seorang bersedekah
dengan cara terang-terangan. Disamping itu, juga dapat membangkitkan jiwa, semangat,
memalingkan pendengaran orang lain kepada bacaan Al- Qur’an dan orang lain bias
mendapatkan pahala dan manfaat dari ayat dibacakan. Tetapi jika timbul rasa riya’ atau
mengganggu orang lain yang sedang melaksanakan sholat dan orang yang sedang beristirahat
, maka pada saat itu membaca dengan sir ( perlahan) lebih utama.
6. Melihat langsung ke Mushaf
Pada hal ini, para ulama berbeda pendapat tentang membaca Al- Qur’an melihat langsung
kepada mushaf dan membacanya dengan hafalan.
Pendapat pertama, membaca langsung ke mushaf adalah lebih utama, sebab melihat kepada
mushaf pun merupakan ibadah. Oleh karena itu membaca dengan melihat ini mencakup dua
ibadah , yaitu membaca dan melihat.
Pendapat kedua, membaca di luar kepala adalah lebih utama, karena hal ini akan lebih
mendorong kepada perenungan dan pemikiran makna dengan baik.
Pendapat ketiga, tergantung pada situasi dan kondisi individu masing-masing. Apabila
membaca dengan hafalan lebih baik dapat menibulkan perasaan khusyuk, perenungan dan
konsentrasi terhadap ayat- ayat yang dibacanya darpada membacanya melalui mushaf, maka
membaca dengan hafalan lebih utama. Tetapi bila keduanya sama maka membaca dari
mushaf adalah lebih utama.
7. Berdoa setelah membaca Al- Qur’an
Ada beberapa ulama yang menganjurkan untuk berdoa setelah membaca Al- Qur’an, karena
termasuk zikir kepada Allah SWT.
8. Menaruhnya kembali ke tempatnya

Karena ada beberapa segelintir orang yang membaca Al- Qur’an, tetapi mereka tidak memiliki
rasa tanggung jawab untuk meletakkan kembali Al- Qur’an ke tempat ia mengambilnya.
Sebaiknya Al- Qur’an diletakkan di tempat yang lebih tinggi seperti rak, lemari atau tempat-
tempat yang tinggi dan suci untuk menjaga keagungan Al- Qur’an.

9. Disunahkan membaca dengan suara yang merdu

Hal agar memperindah bacaan Al- Qur’an sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

5
“Hendaklah kalian menghiasi Al- Qur’an dengan suara kalian ( yang merdu ).” (H.R. Ahmad )

Membaca Al- Qur’an dengan suara yang merdu tetap wajib memperhatikan berbagai aturan dan
ketentuan dalam Ilmu Tajwid. Jika seseorang mempelajari seni membaca Al- Qur’an dengan
tujuan agar dapat menghias Al- Qur’an dengan alunan suaranya yang merdu, maka Ilmu
Tajwid menjadi syarat baginya sebelum mendalami seni tersebut. Adalah hal yang merusak
bila seorang qari membaca Al- Qur’an dengan suara yang merdu dan irama yang indah tetapi
cara membacanya salah, sehingga yang terjadi bukanlah menghias Al- Qur’an melainkan
merusak Al- Qur’an.

Janganlah memutuskan bacaan Al- Qur’an hanya karena hendak berbicara dengan orang lain
atau memenuhi hajat yang tidak mendesak. Tetapi
10. alangkah baiknya seleseikan bacaan ayat tersebut, samapai pada batas akhir ayat atau
waqaf ayat tersebut.
11. Menyelesaikan Hajat tersebut

Apabila ketika membaca Al- Qur’an, ada keingina atau hajat buang angina dari mulut ( menguap
), maka hentikanlah bacaan Al- Qur’an sejenak untuk menyelesaikan hajat tersebut. Jika telah
selesei dengan hajat tersebut, barulah melanjutkan bacaan Al- Qur’an kembali atau bisa
menggunakan waqaf ibtida’ dari tempat yang cocok dan baik untuk berhenti sejenak.

11) Jangan melakukan perbuatan bid’ah

Tergolong sebagai perbuata bid’ah membaca Al- Qur’an dengan menyanyikan dalam bentuk
tar’id ( suara menggelegar bagaikan halilintar atau memekik seperti orang kesakitan), tarqish
( seperti orang bernyanyi sambil menari), tathrib ( seperti orang bernyanyi sambil
menggoyang- goyangkan tubuhnya), dan tardid (membaca Al- Qur’an yang diikuti Jemaah
pada setiap akhir bacaan dengan cara yang tidak tepat karena tidak mengidahkan aturan
waqaf dan ibtida’nya.

6
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan paparan yang telah disebutkan diatas, dapat diambil bebrerapa kesimpulan.
Etika dalam membaca Al- Qur’an ada yang berkaitan dengan perbuatan bathiniyah da nada
berupa perbuatan amaliyah. Perbuatan bathiniyah merupakan perbuatan yang melibatkan hati
dan batin manusia, seperti memahami makna dari setiap ayat yang dibaca, meluruskan niat
kepada Allah SWT semata hanya untuk beribadah kepadanya, agar memperoleh pahala
membaca Al-Qur’an terutama manfaat dari ayat yang dibaca. Kemudian perbuatan amaliyah
merupakan cara atau peraktek terhadap etika dan tata cara membaca Al- Qur’an,yakni seperti
berwudhu sebelum membaca Al- Qur’an untuk mengagungkan Al- Qur’an, memberikan
hak- hak dari huruf Al- Qur’an ( Tajwid dan Makhrihul Huruf) untuk menjaga makna dari
ayat Al- Qur’an, membaca Al- Qur’ an ditempat yang suci dari hadast untuk menjaga
kesucian dan keagunga Al- Qur’an, mengeraskan suara bacaan Al- Qur’an dan menghiasi
dengan suara yang merdu.
Demikian makalah ini disusun, hal yang telah dijelaskan diatas bisa diterapkan
bersama-sama dalam konsep kehidupan beragama dan beribadah. Dan bisa bernilai ibadah
yang diterima disisi Allah SWT.

7
DAFTAR PUSTAKA
Acep Iim Abdurohim,2003. PEDOMAN ILMU TAJWID. Ponerogo, CV Diponegoro
Dapertemen Agama hlm. 278.
https://tafsirweb.com/11500-surat-al-muzzammil-ayat-4.html
Imam Nawawi, Kitab Syarh Al- Muhazdzhab.
Syaikh Manna’ Al-Qathtan, PENGANTAR STUDI ILMU AL-QUR’AN
(Penerjemah :H. AunurRafiq El-Mazni, Lc. MA) Edisi Indonesia, PUSTAKA AL-
KAUTSAR, Jakarta Timur, 2004 M – 1425 H

Anda mungkin juga menyukai