Anda di halaman 1dari 17

AL-QUR’AN DAN SUNNAH

SEBAGAI SUMBER KEILMUAN

Disusun Oleh:
A.Fera Faradiba
Arham Kasmin
Hendra
Mutmainaah Syam
Rahma Dewi Amaliah
Sudarsih

JURUSAN PROFESI PENDIDIKAN GURU


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2023

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah- Nya. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Al-Qur‟an dan Sunnah sebagai Sumber
Keilmuan“.
Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada nabi kita
Muhammad SAW, keluarga dan sahabat – sahabatnya yang telah membimbing
umat manusia dari alam jahiliyah menuju alam islamiyah.
Dengan terselesainya makalah ini tak lupa penulis menyampaikan
terimakasih kepada :
1. Allah SWT. atas semua nikmat dan karunia-Nya berupa kemudahan dan ilmu
yang bermanfaat.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungannya.
3. Pak Dr. Muhammad Ali Bakri, S. Sos., M.Pd. sebagai dosen yang senantiasa
mengarahkan dan membimbing dalam menyelesaikan makalah ini.
4. Serta semua pihak yang ikut membantu dalam penulisan karya tulis ini
Tidak ada yang dapat saya berikan kepada mereka selain iriangan doa
yang tulus dan ikhlas semoga amal baik mereka diterima dan mendapat balasan
yang lebih baik dari Allah SWT. Harapan penulis bahwa makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan
tentang sebuah keterampilan dasar mengajar. Tegur sapa dari pembaca akan
penulis terima dengan tangan terbuka demi perbaikan dan penyempurnaan karya
selanjutnya.

Makassar, 16 November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
PEMBAHASAN ............................................................................................. 1
A. Definisi Al-Quran dan Sunnah ......................................................... 1
B. Definisi Ayat Qauliyah dan Ayat Kauniyah .................................... 3
C. Tema-Tema Pokok Al-Quran dan As-Sunnah ................................ 5
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 14

iii
1

AL-QUR’AN DAN SUNNAH SEBAGAI SUMBER KEILMUAN

A. Definisi Al-Quran dan Sunnah


1. Al-Qura’an
Al Qur'an berasal dari bahasa arab, yang berarti bacaan atau sesuatu
yang dibaca berulang-ulang. Konsep pemakaian kata tersebut dapat dijumpai
pada surat al Qiyamah ayat 17 - 18. Secara istilah, al Qur'an diartikan sebagai
kalm Allah swt, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai
mukjizat, disampaikan dengan jalan mutawatir dari Allah swt sendiri dengan
perantara malaikat jibril. Bagi kaum muslimin membaca al Qur'an dinilai
ibadah kepada Allah swt.
Al Qur'an merupakan wahyu murni dari Allah swt, bukan dari hawa
nafsu perkataan Nabi Muhammad saw. Al Qur'an memuat aturan-aturan
kehidupan manusia di dunia. Al Qur'an merupakan petunjuk bagi orang-orang
yang beriman dan bertaqwa. Di dalam al Qur'an terdapat rahmat yang besar
dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Al Qur'an merupakan petunjuk
yang dapat mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju jalan yang terang.
Berikut ini pengertian al Qur'an menurut beberapa ahli:
a. Muhammad Ali ash-Shabuni
Al Qur'an adalah Firman Allah swt yang tiada tandingannya,
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw penutup para nabi dan rasul
dengan perantaraan malaikat Jibril as, ditulis pada mushaf-mushaf
kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, membaca dan
mempelajari al Qur'an adalah ibadah, dan al Qur'an dimulai dengan surat
al Fatihah serta ditutup dengan surat an Nas.
b. Dr. Subhi as-Salih
Al Qur'an adalah kalam Allah swt merupakan mukjizat yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw ditulis dalam mushaf dan diriwayatkan
dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah.
c. Syekh Muhammad Khudari Beik
Al Qur'an adalah firman Allah yang berbahasa arab diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw untuk dipahami isinya, disampaikan kepada kita
2

secara mutawatir ditulis dalam mushaf dimulai surat al Fatihah dan


diakhiri dengan surat an Nas.
2. As-Sunnah
Jika dipandang dari sudut etimologi atau bahasa, sunnah berarti metode
atau jalan. Hal ini dapat disimpulkan dari hadis Rasulullah shallallahu „alaihi
wasallamyang berbunyi,

“Barang siapa yang mencontohkan jalan yang baik di dalam Islam, maka ia
akan mendapat pahala dan pahala orang yang mengamalkannya setelahnya
tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barang siapa yang
mencontohkan jalan yang jelek, maka ia akan mendapat dosa dan dosa orang
yang mengerjakannya sesudahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit
pun.”(HR. Muslim: 2398)
Hadits di atas bermuara dari datangnya suku Mudhar ke kota Madinah
dalam keadaan miskin. Kondisi mereka membuat hati Rasulullah terenyuh.
Selepas itu, Rasulullah pun berkhutbah. Mendengar khutbah tersebut, seorang
sahabat serta merta menyedekahkan hartanya, pakaiannya, gandum, dan
kurma. Lantas akhirnya sahabat yang lain berbondong-bondong turut
menyedekahkan apa yang mereka punya, mengikuti sahabat yang bersedekah
kali pertama. Maka Rasulullah pun menyebutkan hadis di atas.
Dari penjelasan ini dapat kita tarik benang merah bahwa menurut bahasa
sunnah berarti metode atau jalan, yang mencakup makna konotasi positif
maupun negatif. Makna lain dari sunnah secara bahasa adalah kebiasaan,
syariat, contoh terdahulu, dan adat.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat kita simpulkan bahawa al
Qur'an adalah wahyu Allah swt. yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw
dengan perantara malaikat jibril, disampaikan dengan jalan mutawatir kepada
kita, ditulis dalam mushaf dan membacanya termasuk ibadah. Al Qur'an
diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad saw selama
kurang lebih 22 tahun.
3

B. Definisi Ayat Qauliyah dan Ayat Kauniyah


Pada dasarnya, seluruh ilmu pengetahuan berasal dari Allah SWT. Untuk
bisa memahaminya, belajar ayat-ayat dalam Al-Quran merupakan jawabannya.
Sebab, Al-Quran adalah kitab yang Allah SWT ciptakan kepada Nabi Muhammad
SAW dan penyempurnaan kitab-kitab sebelumnya. Terdapat berbagai macam ayat
dalam Al-Quran. Namun jika dikerucutkan untuk mengenal ayat-ayat Allah, ayat
dalam Al-Quran dibagi menjadi dua macam, yakni ayat qauliyah dan kauniyah.

1. Ayat Qauliyah
Dikutip dari buku Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah Kelas IX oleh
Harjan Syuhada dan Fida' Abdilah (2021:50), pengertian dari ayat qauliyah
berarti perkataan, sabda, atau firman. Jadi, ayat qauliyah ialah tanda-tanda
kebesaran Allah SWT yang berupa firman-Nya, yaitu Al-Quran. Dengan
demikian, setiap Muslim wajib mempelajari ayat-ayat al-Qur'an yang menjadi
pedoman hidupnya. Jika tidak mau mempelajari Al-Quran, niscaya tidak akan
dapat melaksanakan ajarannya dalam hidup sehari-hari.
Beberapa contoh ayat kauniyah dalam Al-Quran di antaranya:
a. Surat Ar-Rad Ayat 13

Artinya, “Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula)
para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar,
lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka
berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dialah Tuhan Yang Maha keras
siksa-Nya.”

b. Surat Thaha Ayat 1-5

Artinya, “Taa Haa. Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu


(Muhammad) agar engkau menjadi susah; melainkan sebagai peringatan
bagi orang yang takut (kepada Allah), diturunkan (dari) Allah yang
4

menciptakan bumi dan langit yang tinggi, (yaitu) yang Maha Pengasih,
yang bersemayam di atas 'Arsy.”

2. Ayat Kauniyah

Sedangkan ayat kauniyah berarti keadaan (keadaan alam). Jadi, ayat


kauniyah berarti tanda-tanda kebesaran Allah Swt. yang berupa keadaan
alam. Dengan demikian, setiap Muslim juga wajib mempelajari keadaan
alam, walaupun tidak secara resmi di bangku sekolah. Tujuannya adalah
untuk mengetahui ilmu-ilmu tersebut maka dapat menambah keimanan setiap
Muslim.

Apabila ilmu agama tidak diimbangi dengan ilmu-ilmu pengetahuan,


ibarat orang yang berjalan seperti orang pincang. Tempat yang dituju sudah
jelas, namun kaki menjadi kendala sehingga mengalami kesulitan.
Sebaliknya, ilmu pengetahuan yang tidak diimbangi ilmu agama ibarat orang
yang tidak tahu arah tujuan hidup. Oleh sebab itu, ilmu agama dan ilmu
pengetahuan harus dimiliki secara bersamaan. Maka tak mengherankan
apabila setiap Muslim harus menyadari betapa pentingnya menguasai ilmu-
ilmu pengetahuan tersebut.

Adapun contoh ayat kauniyah dalam Al-Quran di antaranya:

a. Surat Ali Imran Ayat 190-191

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih


bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), 'Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka.'”
5

b. Surat Ar-Rum Ayat 20

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia


menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia
yang berkembang biak.”

C. Tema-Tema Pokok Al-Quran dan As-Sunnah

Pokok-pokok Al-quran adalah hal terpenting yang harus diketahui oleh setiap
umat. Agar kita tahu apa-apa saja hal-hal yang sebenarnya dibahas didalam Al-
quran. Dengan demikian kita dapat mengetahui apa yang terjadi dikemudian hari
dan dapat megnatisipasi hal-hal yang terjadi.Al-Qur‟an adalah kitab suci terakhir
yang diturunkan oleh Allah kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad saw
untuk dijadikan sebagai pedoman hidup. Petunjuk-petunjuk yang dibawanya pun
dapat menyinari seluruh isi alam ini. Sebagai kitab bidayah sepanjang zaman, al-
Qur‟an memuat informasi-informasi dasar tentang berbagai masalah, baik
informasi tentang hukum, etika, kedokteran dan sebagainya.

Hal ini merupakan salah satu bukti tentang keluasan dan keluwesan isi
kandungan al-Qur‟an tersebut. Informasi yang diberikan itu merupakan dasar-
dasarnya saja, dan manusia lah yang akan menganalisis dan merincinya, membuat
keautentikan teks al-Qur‟an menjadi lebih tampak bila berhadapan dengan
konteks persoalan-persoalan kemanusiaan dan kehidupan modern. Al-Quran juga
merupakan kitab suci agama islam untuk seluruh umat muslim di seluruh dunia
dari awal diturunkan hingga waktu penghabisan spesies manusia di dunia baik di
bumi maupun di luar angkasa akibat kiamat besar. Di dalam surat-surat dan ayat-
ayat alquran terkandung kandungan yang secara garis besar dapat kita bagi
menjadi beberapa hal pokok atau hal utama beserta pengertian atau arti definisi
dari masing-masing kandungan inti sarinya.

1. Al gahazali
Menurut Al Ghazali ada lima fokus pembahasan yang sering dan paling
penting yang terdapat dalam Al Quran.
6

a. Allah Al Wahid, Allah Maha Esa.


b. Alam semesta, Al Kaun yang menunjukkan adanya sang penciptanya.
c. Kisah –Kisah Al Quran.
d. Kebangkitan dari kubur dan adanya pembalasan, al baa'st wa al jaza'.
e. Aspek pendidikan dan tasyri'.
2. Fazlur Rahman
1. Tuhan
Al-Qur‟an membahas terkait Tuhan, yaitu Allah SWT. Terdapat 99
sifat Allah yang disebutkan dalam Al-Qur‟an yang biasa disebut sebagai
Asmaul Husna, nama-nama yang paling baik. Sifat Allah yang paling
sering disampaikan dan paling terkenal adalah „Maha Pengasih‟ dan
„Maha Penyayang‟. Allah adalah pencipta semesta alam, yang berkuasa
atas segalanya dan Maha Esa (tunggal).
Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai
suatu tindakan kemurahhatian yang paling utama untuk semua ciptaan
yang memuji keagungan-Nya dan menjadi saksi atas keesan-Nya dan
kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul dimana pun tanpa harus
menjelma dalam bentuk apa pun. Perkataan Allah, nama tuhan yang
sesungguhnya, lebih dari 2500 kali disebutkan di dalam al-qur‟an, (tidak
terhitung ar-Rabb, Tuhan, dan ar-Rahman, yang pengasih; walaupun
menunjukkan kualitas-kualitas, kedua perkataan ini telah memperoleh
substansi).
Sementara tujuan hidup manusia adalah untuk “Mengabdi” kepada
Allah atau memperkembangkan potensi-potensinya sesuai dengan perintah
(amr) Allah dengan kemeuannya sendiri dan untuk memanfaatkan alam (
yang secara otomatis adalah muslim, atau tunduk kepada Allah ), ia pun
harus mempunyai cara-cara yang memadai untuk memperoleh nafkah dan
untuk menemukan jalan yang benar. Jadi Tuhan, yang di dalam
kelimpahan kasih-Nya menciptakan alam dan manusia, di dalam kasih-
Nya yang tiada berkeputusan itu telah memberikan kepada manusia
kesadaran dan kemauan yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan
7

dan memanfaatkan pengetahuan tersabut untuk menyadari tujuan hidup


yang sesungguhnya.

2. Manusia sebagai individu


Manusia adalah ciptaan allah, ia diciptakan secara alamiyah karena
Tuhan menciptakan Adam dari tanah. Manusia adalah satu-satunya
kekecualian didalam hukum universal ini karena diantara semuanya dialah
satu-satuya cipataan Allah yang memiliki kebebasan untuk mentaati atau
mengingkari perintah-Nya. Satu-satunya perbedaan adalah jika setiap
ciptaan Allah secara otomatis telah mentaati sifat-sifatnya. Transformasi
dari eksistensi menjadi keharusan ini merupakan keistimewaan dan resiko
yang unik dari manusia. Itulah sebabnya mengapa sedemikian pentingnya
bagi manusia untuk mendengarkan hati nuraninya, walaupun syeitan selalu
melancarkan intrik-intriknya.
Jadi kesimpulannya setiap individu dan setiap bangsa secara terus-menerus
harus mendengarkan hati nuraninya.

ُ ‫َاء َو ْال ُم ْنك َِر َو ْالبَ ْغً ِ ٌَ ِع‬


‫ظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم‬ ِ ‫ان َو ِإٌت َِاء ذِي ْالقُ ْربَى َوٌَ ْن َهى َع ِه ْالفَ ْحش‬ ِ ْ ‫َّللاَ ٌَأ ْ ُم ُر ِب ْال َعدْ ِل َو‬
ِ ‫اْل ْح َس‬ َّ ‫ِإ َّن‬
)09( َ‫تَرَ َّك ُرون‬

Artinya:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebijakan,


memberi kepada kamu kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran. (16: 90)

Dan karena penulisan ke hati mereka itu yang merupakan ikrar


primordial ini mereka tidak dapat berdalih bahwa mereka telah berbuat
demikian karena “ingatan yang bersifat turun menurun” sesuai dengan apa-
apa yang telah dilakukan oleh “bapa-bapa kami”. Tugas pokok para nabi
adalah untuk menjagakan hati nurani manusia sehingga ia dapat membaca
apa-apa yang telah dituliskan Allah kedalam hatinya itu dengan lebih jelas
8

dan lebih meyakinkan. Jadi dengan kelogisan yang sempurna Al-qur‟an


berkata bahwa Allah telah membuat para nabi terebut mengucapkan ikrar
yang teguh: “dan ketika Allah menerima ikrar dari nabi-nabi, dari engkau
(Muhammad), Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa. Sesungguhnya kami menerima
ikrar yang teguh dari mereka”.
Al-qur‟an menyatakan bahwa kelemahan manusia yang paling dasar
dan yang menyebabkan semua dosa-dosa besarnya adalah kepicikan (dha‟f)
dan kesempitan pikiran (qathr). Al-qur‟an secara tak henti-hentinya
menyabutkan kelemahan ini di dalam bentuk-bentuk dan konteks-konteks
yang berbeda. Baik kesombongan manusia karena memandang dirinya
sebagai hukum tertinggi maupun keputusannya adalah akibat dari
kepicikan. Sifat manusia yang mementingkan dirinya sendiri namun yang
akhirnya merugikan dirinya sendiri, ketamakan yang senentiasa
dimilikinya. Tingkah lakunya yang ceroboh serta panik, kurangnya
kepercayaan kepada dirinya sendiri, dan kekuatiran-kekuatiran yang terus
menerus menghantuinya pada dasarnya adalah akibat dari kesempitan
pikiran.
3. Manusia anggota masyarakat
Tidak dapat diragukan lagi bahwa tujuan utama al-qur‟an adalah
menegakkan sebuah tata masyarakat yang adil, berdasarkan etika, dan
dapat bertahan dimuka bumi ini apakah individu yang lebih penting sedang
masyarakat adalah instrument yang diperlukan didalam penciptaannya atau
sebaliknya, itu hanya merupakan sebuah masalah akademis, karena
tampaknya individu dan masyarakat tidak dapat dipisahkan. Tidak ada
individu yang hidup tanpa masyarakat.

Al-qur‟an menekankan persamaan manusia yang esensil ini karena


disemua makhluk hidup bangsa manusia sajalah yang memiliki keunikan.
Tetapi didalam diri manusia sajalah diketemukan jarak yang paling jauh,
dan itulah sebabnya mengapa al-quran disamping berbicara mengenai rasul-
rasul Allah, hati nurani mereka, kepekaan mereka, ketajaman intelegensi
mereka, dan kesalehan mereka juga berbicara mengenai kebanyakan umat
9

manusia yang seperti binatang, bahkan lebih buruk dari pada binatang
karena tidak dapat diberi petunjuk karena sedemikian lalainya.

4. Alam semesta
Al-qur‟an sedikit sekali berbicara tentang kejadian alam (kosmogoni).
Mengenai metafisika penciptaan, al-qur‟an hanya mengatakan bahwa alam
semesta beserta segala sesuatu yang hendak diciptakan Allah di dalamnya
tercipta sekedar dengan firman-Nya: “jadilah!”. Oleh karena itu Allah
adalah pemilik yang mutlak dari alam semesta dan penguasa alam semesta
yang tak dapat disangkal disamping pemeliharaannya yang maha pengasih.
Karena kekuasaannya yang mutlak maka jika Allah hendak menciptakan
langit dan bumi, maka dia berkata kepada keduanya: “ jadilah kalian, baik
dengan suka maupun dengan terpaksa!”.

Bila Allah menciptakan sesuatu maka kepadanya dia memberikan


kekuatan atau hukum tingkah laku yang didalam al-quran dikatakan
petunjuk, perintah, atau ukuran, dan dengan hukum tingkah lakunya
ciptaannya itu dapat selaras dengan ciptaan-ciptaannya yang lain didalam
alam semesta. Jika sesuatu ciptaan melanggar hukumnya dan melampaui
ukurannya, maka alam semesta menjadi kacau . al-quran sering
mengemukakan tata alam sempurna yang ini tidak hanya sebagai bukti
mengenai adanya Allah tetapi juga sebagai bukti mengenai keesaan-Nya.

Alam semesta beserta keluasan dan keteraturanya yang tak terjangkau


akal ini harus dipandang manusia sebagai pertanda Allah, karena hanya
yang tak terhingga serta unik sajalah yang dapat menciptakannya. Pertanda
ini dapat dikatakan sebagai pertanda yang alamiah. Tetapi jika sebagian
atau hampir semua manusia tidak dapat terbujuk untuk beriman kepada
Allah dengan menyaksikan proses-proses alam yang biasa, maka untuk
sementara waktu Allah dapat menyimpangkan, menekan, atau meniadakan
kehebatan/efisasi sebab-sebab alamiah tersebut. Petanda-petanda seperti
banjir, angin toapn, gempa bumi, hujan lebat, di derah-daerah gersang,
merupakan tanda-tanda yang jelas dan biasanya terjadi jika suatu kaum
10

telah melakukan kesesatan-kesesatan secara keterlaluan dan tidak dapat


dikembalikan kepada jalan yang benar.

5. Kenabian dan wahyu


Kenabian dan wahyu Allah adalah ini berdasarkan kepenghasilan Allah
dan ketidakdewasaan didalam persepsi dan motivasi ethisnya. Para nabi
adalah manusia-manusia luar biasa yang karena kepekaan mereka,
ketabahan mereka, karena wahyu Allah yang mereka terima serta yang
kemudian mereka sampaikan kepada manusia dengan ulet tanpa mengenal
takut dapat mengalihkan hati nurani ummat manusia dari ketenangan
tradisonal dan tensi hipormal kedalam suatu keawaan sehingga mereka
dapat menyaksikan Tuhan sebagai Tuhan, dan syaitan sebagai syaitan.

Sejak awal sejarah islam kaum muslimin berpandangan bahwa runtutan


Rasul-rasul Allah berakhir dengan nabi Muhammad : “Muhammad bukan
bapak dari salah seorang diantara kalian, dia adalah Rasull Allah yang
terakhir” (Al-ahzab : 40). Penafsiran ini memang benar, tetapi bagi orang
luar terasa agak bersifat dogmatis dan kurang rasional. Untuk memperoleh
penfsiran ini para pemikir, theolog, filosof, dan sejarahwan Muslim
dizaman pertengahan telah mengemukakan beberapa argumentasi.
Argumentasi-argumentasi ini mempunyai dua buah landasan yang berbeda,
namun saling berhubungan.
Proposisi bahwa nabi Muhammad adalah nabi yang terakhir didukung
oleh kenyataan bahwa sebelum islam tidak ada gerakan relegius yang
bersifat global. Tapi keyakinan bahwa muhammad adalah Rasul Allah yang
terakhir ini jelas sekali , merupakan sebuah tanggung jawab yang berat
terhadap orang-orang yang mengaku sebagai muslim. Utusan-utusan Allah
kepada umat manusia oleh al-quran dinamakan nabi dan rasul .

Menurut al-Qur‟an, nabi adalah utusan-utusan Allah kepada ummat


manusia. Berbeda dengan Bibel, dalam al-Qur‟an, Nabi yang
“menyampaikan khabar” tidak berarti „yang menerangkan keadaan di masa
mendatang”, tetapi “ yang menyampaikan kabar dari Allah”. Nabi diutus
Allah untuk mencegah kejahatan dan menyampaikan kabar gembira kepada
11

orang-orang yang saleh. Secara tradsional penulis-penulis Muslim tentang


al-Qur‟an membuat perbedaan antara Nabi dan Rasul.

Nabi adalah utusan Allah yang tidak membawakan hukum (syari‟ah) dan
mungkin pula kitab Allah kepada manusia. Sedangkan rasul adalah utusan
Allah yang membawakan hukum dan kitab Allah. Meskipun demikian,
perbedaan yang tegas ini masih dapat diragukan kebenarannya karena al-
Qur‟an menyebut tokoh-tokoh religius tertentu sebagai nabi dan rasul (lih.
ayat-ayat 7:158; 19:51,54). Namun perbedaan ini telah ada dalam
kenyataan bahwa perkataan “nabi” semakin sering dipergunakan dalam al-
Qur‟an sejak periode Mekkah yang terakhir dan periode Madinah. Rasul itu
menyebut peranan yang lebih penting daripada nabi. Sedangkan seorang
nabi berperan sekedar sebagai pembantu rasul, misalnya: Harun yang
beperanan sebagai pembantu Musa.

6. Estakologi
Eskatologi adalah gambaran kenikmatan surga dan neraka. Surga dan
neraka adalah tempat dimana perbuatan manusia akan mendapat
imbalah/balasan. Tetapi ide pokok yang mendasari ajaran-ajaran Al-quran
mengenai akhirat adalah bahwa akan tiba saat (al‟sa‟ah) ketika setiap
manusia akan memperoleh kesadaran unik yang tak pernah dialaminya
dimasa sebelumnya mengenai amal perbuatannya.
Sudah tentu kebahagiaan dan penderitaan manusia di akhirat itu tidak
hanya bersifat spiritual. Berbeda dengan pendapat filosof-filosof muslim,
al-quran tidak mengakui suatu akhirat yang dihuni oleh jiwa-jiwa tanpa
raga. Kitab ini tidak mengakui adanya dualisme diantara jiwa dengn raga
karena manusia adalah sebuah organisme hidup yang merupakan sebuah
unit dan berfungsi penuh.
Jadi, Al-quran tidak membenarkan surga dan neraka yang sama sekali
bersifat spritual. Dengan demikian yang menjadi subyek kebahagiaan dan
siksaan adalah manusia sebagai pribadi. Sementara hukuman dan
kebahagian fisik bersifat literal dan tidak merupakan kiasan, Al-quran
12

menjelaskan bahwa aspek spritual dari hukuman dan kebahagiaan itulah


yang terpenting.
Tujuan terpenting manusia, menurut Al-Quran adalah
memperkembangkan “pandangan yang tajam” didalam kehidupan ini yang
merupakan kesempatan untuk beraksi dan meperoleh kemajuan, karena
pada saat pengadilan nanti, manusia tidak dapat memperbaiki dirinya lagi.
Disaat itu manusia akan memanen, bukan menabur benih dan memelihara
apa-apa yang telah ditanamnya. Jadi kita dapat mengatakan hanya ada
keberhasilan atau kegagalan disaat yang terakhir nanti atau hanya ada surga
dan neraka yang kekal.
7. Syaitan dan kejahatan
Syaitan adalah musuh bagi manusia (12:5 : 17:53), syaitan juga lah yang
menyeabkan adam dan hawa menjadi turun kebumi. Iya membujuk adam
dan hawa dengan segala caranya. Ide terpenting dari Al-Quran adalah
bahwa aktifitas saytan memasuki stiap bidang kehidupan manusia dan
bahwa manusia harus selalu berjaga-jaga. Kepada nabi Muhammad
diakatakan “ jika syaitan menggoda berlindunglah kepada Allah,
sesungguhnya Allah mendengar dan mengetahui orang-orang yang
waspada menghadapi tipu daya syaitan, mereka segera ingat dan melihat
kembali” (7:200-201).

Al-Qur‟an menegaskan bahwa walaupun secara prinsip tidak ada


manusia yang kebal terhadap godaan syeitan, namun syeitan itu
sesungguhnya tidak dapat memperdayakan orang-orang yang senantiasa
menjaga integritas moral mereka dari serangannya. Sebenarnya pula,
cengkeraman syeitan itu tidak kuat; melainkan hanya kelemahan, tidak
adanya keberanian moral dan tidak adanya kewaspadaan di dalam diri
manusialah yang membuat syetan itu terlihat sedemikian kuat. Meskipun
syeitan itu tidak kuat, tetapi ia itu licik dan licin. Ia lebih banyak
mempergunakan tipu daya dan siasat daripada menantang dengan terang-
terangan. Aktivitasnya tidak menggempur melainkan membujuk, berkianat,
dan menghadang.
13

8. Lahirnya Masyarakat Muslim


Kelahiran masyarakat Muslim di madinah yang merupakan entitas
tersendiri dan terpisah dari masyarakat-masyarakat yahudi dan kristen. Dari
keterangan-keterangan Al-Quran kita dapat mengetahui bahwa sebelum
kedatangan islam, sebagian penduduk Makkah sangat menginginkan
adanya agama baru seperti yahudi dan kristen. Bahwa orang-orang Makkah
tidak mau mengakui Isa ataupun Musa (mungkin karena mereka ingin
melebihi orang-orang kristen dan yahudi) .

Ketika ajaran-ajaran nabi bahwa Allah itu Esa, bahwa orang-orang yang
miskin harus diberi kesempatan untuk maju, dan disaat terakhir nanti ada
hari pengadilan, mulai mendapat tantangan, banyak kisah-kish mendetail
mengenai para nabi dizaman dahulu yang diulangi didalam Al-Quran.
Karena kesamaan spritual dengan nabi-nabi zaman dahulu melalui
penerimaan wahyu itu, Muhammad benar-benar yakin mengenai
keidentikan setiap risalat yang dismpaikan olehh nabi-nabi. Setiap kitab
suci bersumber dari dan merupakan sebagian dari sumber tunggal atau pola
dasar yang disebut ibu semua kitab dan kitab yang tersembunyi.

Jika Alah itu Esa dan risalatnya juga Esa serta pada dasarnya tidak dapat
dipecah-pecah, maka umat manusia harus menjadi 1 kaum. Karena diantara
para penganut agama-agama yang terdahulu itu ada yang membenarkan
misinya maka muhammad ingin mempersatukan agama-agama tersebut
kedalam sebuah masyarakat, menurut ajaran-ajaran dan persyaratn-
persyaratannya, tetapi begitu bertambah luas pengetahuannya mengenai
perbedaan diantara agama-agama dan sekte-sekte tersebut, lambat laun iya
pun segera menyadari bahwa persatuan itu tidak mungkin digalang.
14

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Irfan Helmy, Kesatuan Tema dalam Al-Qur‟an (Telaan Historis-


Metodologis Tafsir Maudhu‟iy), Ilmu Ushuluddin, 19 (2), hlm. 169-
184
Rahman fazrur, Tema-tema pokok Al-quran, Bandung, Pustaka,1980
Jamaluddin El-fandi, Muhammad, Al quran tentang alam semesta, Jakarta,
Amzah, 2013
Ma‟mun Efendi Nur, Konsep Fiqih Dalam Al-Quran Dan Al-Hadis, Bima
Sejati, 2006)
A. Syafi‟i, Fiqh Ushul Fiqh, Pustaka setia, 1997
https://mt2kmj.blogspot.com/2016/02/definisi-al-quran-dan-as-sunnah.html

Anda mungkin juga menyukai