OLEH:
RIDWAN
222020387410003
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah rahmat dan limpahannya sehingga kita
dapat menyelesaikan makalah ini dan tak lupa pula kita kirimkan shalawat serta salam atas
junjungan nabi besar Muhammad SAW nabi yang telah menjadi surih tauladan bagi kita
semua.
Adapun proses pembuatan makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan
makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang
dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Al- Qur’an, Wahyu dan
Nuzuzul Qur’an ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan
Kelompok 1
Penulis
i
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .........................................................................................22
B. Saran....................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
begitu juga dalam agama Islam terdapat beberapa sumber hukum yang mengatur
tingkah laku pemeluknya (muslim) dalam kegiatannya menjadi seorang hamba dan
khalifah di bumi. Sumber hukum Islam merupakan dasar utama untuk mengambil
ketetapan atau istinbat hukum. Oleh karenanya segala sesuatu yang menjadi pokok
Sumber hukum pertama adalah Al-Qur’an, yaitu wahyu atau kalamullah yang
sudah dijamin keontentikannya dan juga terhindar dari intervensi tangan manusia.
Al-Qur’anul karim adalah mu’jizat islam yang kekal dan mu’jizatnya selalu
Muhammad saw,untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap gulita menuju
jalan yang terang, serta membimbing jalan yang lurus.Sesugguhnya al-Qur’an adalah
Karena,Al-Qur’an adalah kitab suci kaum muslimin yang menjadi sumber ajaran Islam
yang pertama dan utama. Kitab suci yang harus mereka imani dan aplikasikan dalam
1
hendaknya kita tidak hanya mempelajari isi dan pesan-pesannya, tetapi juga berupaya
semaksimal mungkin untuk menjaga otentitasnya. Penting bagi kita untuk mengetahui
sejarah turunnya Al Qur`an, agar iman semakin tumbuh dan teguh. Bagimana sejarah
turunnya al -Qur’an tersebut? Pelajaran apa yang dapat kitaambil dari sejarah turunnya
al -Qur’an? Dan banyak hal yang mesti kita ketahui tentang al-Qur’an ini.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Al-Qur’an
Menurut pendapat yang popular, kata Al-Qur’an merupakan bentuk masdar dari
kata qara’a, yaqra’u, qira’atan qur’anan dengan pengertian maf’ul yakni al-maqru
(yang dibaca). Arti ini mempunyai makna anjuran kepada umat Islam untuk membaca
Al-Quran. Pendapat yang lainnya bahwa asal- usul kata Al-Qur’an adalah al-qar’u
yang berarti kumpulan atau himpunan. Adapun pendapat imam Syafi’i mengatakan
bahwa kata Al-Qur’an merupakan nama diri yang diberikan oleh Allah swt kepada
kitab suci yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw, sama halnya dengan
penamaan Kitab Taurat, Zabur, dan Injil menurut imam Syafi’I semua itu bukan kata
yang tiada tandingannya (mukjizat) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.
kepada manusia secara mutawatir (oleh orang banyak), dinilai ibadah bagi yang
membacanya, dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas.1
1
Muhammad Yunan, “AL Mutsla : Jurnal Ilmu-ilimu Keislaman dan Kemasyarakatan” Nuzulul Qur’an dan
Asbabun Nuzul, No.1 Juni 2020 (Online) h.43. Dalam https://media.neliti.com/media/publications/340070-
nuzulul-quran-dan-asbabun-nuzul-4b859480.pdf (diakses tanggal 09 September 2022).
3
Berdasarkan definisi di atas, maka setidaknya ada lima faktor penting yang
a. Al-Quran adalah firman atau kalam Allah SWT, bukan perkataan Malaikat
Jibril (dia hanya penyampai wahyu dari Allah), bukan sabda Nabi
Muhammad SAW. (beliau hanya penerima wahyu Al-Quran dari Allah), dan
mengamalkannya.
kepada Nabi-nabi sebelumnya. Kitab suci yang diberikan kepada para nabi
sebelumnya bukan bernama Al-Quran tapi memiliki nama lain; Zabur adalah
nama kitab yang diberikan kepada Nabi Daud, Taurat diberikan kepada Nabi
Musa, dan Injil adalah kitab yang diberikan kepada Nabi Isa as.
sejak awal turunnya sampai sekarang dan mendatang tidak seorangpun yang
ayat.
oleh banyak orang yang secara logika mereka mustahil untuk berdusta,
kepada kita.
4
membaca tidak tahu maknanya, apalagi jika ia mengetahui makna ayat atau
lain tidak dinilai ibadah kecuali disertai niat yang baik seperti mencari Ilmu.
Jadi, pahala yang diperoleh pembaca selain Alquran adalah pahala mencari
2. Pengertian Wahyu
dengan dua pengertian pokok yaitu al-khafâ’ (tersembunyi) dan as-sur’ah (cepat).
Oleh sebab itu, secara etimologis wahyu didefinisakan sebagai Pemberitahuan secara
tersembunyi dan cepat yang khusus ditujukan kepada orang yang diberitahu tanpa
diketahui oleh yang lainnya. Secara terminologis wahyu adalah Firman Allah swt
yang diturunkan kepada nabi-nabi-Nya. Istilah wahyu di dalam Al-Qur’an tidak hanya
digunakan dalam pengertian firman Allah swt yang diturunkan kepada nabi-nabi-Nya,
tetapi juga digunakan dalam pengertian lain yang beragam. Berikut ini beberapa ayat
2
Ibrahim Al-Abyadi, Sejarah Al-Qur’an, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996),h. 51.
5
dan janganlah (pula) bersedih hati, karena Sesungguhnya Kami akan
mengembalikannya kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari Para rasul.
Wahyu dalam ayat di atas berarti ilham yang diberikan Allah SWT kepada ibu
Musa untuk menyusukan bayinya yang dihanyutkan ke sungai Nil dalam rangka
lebah untuk membuat sarang di bukit, pohon-pohon kayu dan tempat-tempat yang
dibikin manusia.
c. Al-Isyârah as-sarî’ah
Terjemahnya:
Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada
mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.
6
Wahyu dalam ayat di atas berarti isyarat fisik yang diberikan oleh Zakariya kepada
umatnya untuk bertasbih di waktu pagi dan petang. Ayat ini bercerita tentang Nabi
Zakariya yang berpuasa bicara tiga hari tiga malam sebagai tanda isterinya akan
d. Waswasatu asy-Syaithân
Terjemahnya
(ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya
aku bersama kamu, Maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman".
7
kelak akan aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, Maka
penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.
Wahyu dalam ayat di atas berarti perintah Allah SWT kepada para malaikat
untuk meneguhkan hati orang-orang yang beriman (dalam Perang Badar) dan
Makkah.
Karena wahyu secara terminologis adalah firman Allah yang diturunkan kepada
nabi-nabi-Nya maka perlu juga dikemukakan bagaimana cara Allah menurunkan
Terjemahnya:
dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan
Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan
mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-
Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha
Bijaksana.
Yang dimaksud dengan perantaraan wahyu dalam ayat di atas adalah melalui
mimpi atau ilham. Sedangkan yang dimaksud dengan di belakang tabir ialah
seorang dapat mendengar kalam Ilahi akan tetapi dia tidak dapat melihat-Nya
seperti yang terjadi kepada Nabi Musa AS. Rasul yang dimaksud dalam ayat di
atas adalah Malaikat seperti Malaikat Jibîl AS. Dari ayat di atas dapat disimpulkan
8
ada tiga cara turunnya wahyu kepada para Nabi. (1) Melalui mimpi yang benar
(ru’ya shâdiqah fi al-manâm); (2) Dari balik tabir (min warâ’ hijâb); (3) Melalui
1. Melalui Mimpi Yang Benar Wahyu dengan cara ini disampaikan langsung
kepada para nabi tanpa perantara Malaikat. Contohnya adalah mimpi Nabi
2. Dari Balik Tabir Wahyu dengan cara ini juga disampaikan secara langsung
kepada para nabi tanpa perantara Malaikat. Nabi yang menerima wahyu dapat
mendengar kalam Ilahi akan tetapi dia tidak dapat melihat-Nya seperti yang
terjadi kepada Nabi Mûsa AS. Di samping dengan Nabi Mûsa AS, Allah SWT
pun telah berbicara langsung kepada Nabi Muhammad SAW pada malam Isrâ’
Mi’râj. Nabi dapat mendengar firman Allah langsung tanpa perantara Jibrîl
tetapi tidak dapat melihat-Nya. Di dalam Al-Qur’an tidak ada satu pun ayat
3. Melalui Perantaraan Malaikat, Cara yang ketiga wahyu Allah diturunkan kepada
Malaikat Jibrîl AS. Keseluruhan ayat-ayat dari Kitab Suci Al-Qur’an diturunkan
dengan cara ini. Ada dua cara Malaikat Jibrîl datang menyampaikan wahyu
kepada Nabi Muhammad SAW yaitu pertama datang kepada Nabi suara seperti
dencingan lonceng dan suara yang amat kuat yang mempengaruhi faktor-faktor
itu. Cara ini yang paling berat buat Nabi. Apabila wahyu turun kepada
9
Rasulullah SAW dengan cara ini maka beliau akan mengumpulkan segala
manusia jasmani.3
Selain nama Al-Qur’an yang dikemukakan dalam Al-Qur’an sebanyak 73 kali, Al-
Qur’an juga memiliki nama-nama lain yang menunjukkan sisi fungsi Al-Qur’an. Para
ulama sepakat bahwa Al- Qur’an mempunyai sekian nama dan julukan, hanya saja mereka
berbeda pendapat mengenai jumlahnya, kenyataan ini menurut mereka terkait dengan
kemuliaan Al-Qur’an.
a. Al-Kitab, dinamai kitab karena ayat-ayat al-Qur’an tertulis dalam bentuk kitab.
10
Terjemahnya:
Kitab ini tidak ada keraguan padanya sebagai petunjuk bagi orang-orang yang
bertakwa.4
b. Al-Furqan yang berarti pembeda. Artinya Al-Qur’an menjelaskan antara yang hak
dan yang batil, antara yang benar dan salah dan antara yang baik dan buruk.
Seperti halnya Al-Kitab dipakai untuk sebutan semua kitab suci yang diturunkan
Allah SWT, sama halnya dengan penamaan Al-Furqan diturunkan pula kepada nabi
4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Syamil Quran, 2013), h. 2
11
c. Al-Mushaf, Allah swt menyebut suhuf untuk kitab-kitab yang diturunkan kepada
Nabi Ibrahim dan Musa. Firman Allah SWT dalam QS. Al-Alaq(87):18 yaitu,
Terjemahnya:
Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam Kitab-Kitab yang dahulu, (yaitu)
Kitab-Kitab Ibrahim dan Musa.
Pada zaman Rasulullah saw. Para sahabat menulis Al-Qur’an pada kayu, batu, kulit
dan pelapah kurma. Benda-benda yang ditulisi dengan ayat-ayat Al-Qur’an itu disebut
suhuf. Setelah suhuf-suhuf itu dikumpulkan dan digabungkan menjadi satu maka para
sahabat menyebutnya dengan mushaf. Sebutan mushaf menjadi semakin popular setelah
Khalifah Utsman bin Affan membuat panitia penghimpun ayat Al-Qur’an dan
kekuasaan Islam. Sejak itu pengertian Al-Mushaf menjadi sebuah nama yang merujuk
kepada kalam Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw tertulis di dalam
mukjizat, dunukil secara mutawatir di mulai dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri surah
An-Nas. 5
Kata nazzala dan anzala yang banyak digunakan untuk menggambarkan proses turunnya
5
Acep Hermawan, Ululum Qur’an (Ilmu untuk memahami Wahyu) (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2016), h.28.
12
Al-Qur’an mempunyai dua pengertian. Pertama menempatkan sesuatu pada satu tempat
yang kedua memindahkan sesuatu ke tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah,
dalam konteks turunnya Al-Qur’an tentu saja yang menjadi obyek adalah ayat-ayat Al-
Qur’an sendiri.
Kata anzala dan nazzala merupakan bentuk fi‘l thulathi mazīd dari kata nazala
dengan penambahan huruf hamzah pada bentuk anzala dan taḍ’īf pada bentuk nazzala. Kata
anzala khusus pada penyebutan kitab suci baik Taurat, Injil dan alQuran disebutkan
sebanyak 113 kali tersebar pada 34 surat dan 95 ayat dalam alQuran. Taurat disebutkan
sebanyak 21 kali, Injil disebutkan sebanyak 20 kali, alQuran disebutkan sebanyak 88 kali
dan semua bentuk katanya adalah bentuk fi’l tanpa bentuk isim.
Sedangkan kata nazzala disebutkan sebanyak 50 kali tersebar pada 28 surat dan 47
ayat dalam al-Quran. al-Quran disebutkan sebanyak 49 kali, Taurat disebutkan sekali dalam
al-Quran, sedangkan Injil tidak ada serta dalam bentuk masdar disebutkan sebanyak 14 kali
dan dalam bentuk fi’l disebutkan sebanyak 36 kali. Umumnya para ulama sepakat jika
taḍ’īf pada kata nazzala dan penambahan huruf hamzah pada kata anzala sebagai bentuk li
al-ta’diyah. Khusus taḍ’īf pada kata 112 nazzala identik kepada penyebutan al-Quran,
berbeda. Sedangkan kata anzala identik kepada Taurat dan Injil karena kedua kitab ini
Adapun kata anzala yang disebutkan dengan al-Quran bermakna turun sekaligus
sesuai konteksnya seperti turunnya al-Quran ke langit dunia atau difahami turun dalam
makna umum. Namun pendapat kontra datang dari Abū Hayyān sembari mengkritisi
alZamakhsyari, beliau tidak sepakat jika taḍ’īf pada nazzala bermakna takthīr dan tafriq.
13
Karena nazzala berasal dari bentuk kata lazīm. Sedang menurutnya, taḍ’īf dapat bermakna
takthīr apabila berasal dari bentuk kata muta’addi. Ikhtilaf ini kemudian ditegahkan oleh al-
Samīn al-Ḥalabī dan Syihāb al-Khuffaji. Bahwa alQuran tidak melulu sejalan dengan
nahwu, sehingga kedua redaksi ini dapat diaplikasikan secara tumpang tindih dalam al-
Quran.
Dalam pengertian lain Nuzulul Qur’an terdiri dari kata nuzul dan Alqur’an yang
berbentuk idafah. Penggunaan kata nuzul dalam istilah nuzulul Qur’an (turunnya Al-Quran)
tidaklah dapat kita pahami maknanya secara harfiah, yaitu menurunkan sesuatu dari tempat
yang tinggi ke tempat yang rendah, sebab Al-Quran tidaklah berbentuk fisik atau materi.
Tetapi pengertian nuzulul Qur’an yang dimaksud adalah pengertian majazi, yaitu
penyampaian informasi (wahyu) kepada Nabi Muhammad SAW. dari alam gaib ke alam
nyata melalui perantara malakikat Jibril AS. Muhammad Abdul Azhim Al-Zarqani
mentakwilkan kata nuzul dengan kata i’lam alasannya; pertama, mentakwilkan kata nuzul
dengan i’lam berarti kembali pada apa yang telah diketahui dan dipahami dari yang
diacunya, kedua, yang dimaksud dengan adanya Al-Quran di Lauh al-mahfuzh, Baitul
’Izzah dan dalam hati Nabi SAW. juga berarti bahwa Al-Quran telah di-i’lam-kan oleh
Allah pada masing-masing tempat tersebut sebagai petunjuk bagi manusia untuk mencapai
kebenaran, ketiga, mentakwilkan kata nuzul dengan i’lam hanyalah tertuju pada Al-Quran
Para ulama membagi proses penurunan Al-Qur’an menjadi tiga tahapan yaitu:
6
Muhammad Yunan, “AL Mutsla : Jurnal Ilmu-ilimu Keislaman dan Kemasyarakatan” Nuzulul
Qur’an dan Asbabun Nuzul, No.1 Juni 2020 (Online) h.59. Dalam
https://media.neliti.com/media/publications/340070-nuzulul-quran-dan-asbabun-nuzul-4b859480.pdf (diakses
tanggal 09 September 2022).
14
1. Tahap pertama Al-Qur;an diturunkan oleh Allah swt ke lauh al mahfuzh secara
sebagaimana halnya Dia menetapkan adanya segala sesuatu sesuai dengan kehendak-
Nya, tetapi kapan saatnya serta bagaimana caranya tidak seorangpun mengetahui
Menurut pendapat ulama, Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa Al-
Qur'an itu adalah kitab Allah yang mulia, tersimpan dalam Lauh Mahfudh. Tidak
ada yang dapat menandingi isi dan susunan kata-katanya, terpelihara dari pemalsuan
dan perubahan. Ini sebagai jawaban kepada orang-orang kafir yang mendustakan
15
2. Tahap kedua Al-Qur’an diturunkan dari Lauh al-Mahfuzh ke Bait al-
Izzah yang berada di langit dunia. Hal ini berdasarkan firman Allah swt QS. Al-
Terjemahnya:
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).
karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan
itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.
an hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah
kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur.
sebagai pembeda yang hak dan bathil. Adapun ayat lain yeng menunjukkan bahwa Al-
Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan yaitu QS. Dukhan Ayat 3 sebagai berikut:
16
Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan
Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.
Dan juga Firman-Nya QS. Al-Qadr (97):1 yaitu,
berada pada bulan Ramadhan, diturunkannya dari Lauh al-Mahfuzh ke Bait al-Izzah (langit
dunia) secara sekaligus7. Terkait dengan penurunan dari Lauh al-Mahfuzh ke Bait al-Izzah
(langit dunia) ulama berbeda pendapat tentang cara dan masa turunnya yaitu: pertama,
menurut mayoritas ulama, Al-Qur’an diturunkan ke langit dunia pada malam lailatul qadar
kepada nabi Muhammad saw. Pendapat ini di dukung oleh riwayat an-Nasai, Ibnu Abi
Syaibah dab Hakim dari Ibnu Abbas. Kedua, Al-Qur’an turun kelangit dunia selama 20
malam lailatul qadr dalam 20 tahun atau 23 malam lailatul qadar selama 23 tahun. Ketiga,
permulaan proses penurunan Al-Qur’an terjadi pada malam lailatul qadar secara sekaligus,
kemudian diturunkan secara berangsur-angsur pada momentum yang berbeda pada semua
waktu.8
Terlepas dari berbagai pendapat yang ada dengan segala macam perbedaan dan
variasinya, yang pasti Al-Qur’an untuk pertama kali diturunkan pada malam hari bulan
Ramadhan, yang oleh Al-Qur’an dijuluki dengan malam kemuliaan (lailah al-Qadar) dan
malam yang diberkahi (lailah Mubarakah). Menurut sebagian ahli sejarah, di antaranya
Abu Ishaq, Al-Qur’an diturunkan pada malam ke-17 dari bulan Ramadhan. Penetapan
7
Usman, Ulumul Quran (Yogyakarta: Teras, 2009), h.48.
8
Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah Memahami Firman Tuhan (Jakarta: Rajawali Pres, 2014), h. 55.
17
tanggal 17 Ramadhan sebagai malam nuzul Al-Qur’an ini di dasarkan pada berbagai isyarat
3. Tahap ketiga, Al-Qur’an diturunkan dari Bait al- Izzah (langit dunia) dengan perantara
malaikat jibril a.s kepada Rasulullah saw. Untuk pertama kalinya pada tanggal 17
Ramadhan secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun sesuai dengan kondisi
permasalahan dan peristiwa, dalam masa dan waktu selama kurang lebih dua puluh tiga
Terjemahnya:
Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi
bagian.
Al-Qur’an tidat diturunkan kepada Rasulullah SAW sekaligus satu kitab tetapi
secara berangsur-angsur. Masa turunnya Al-Qur’an juga dipersilisahkan oleh para ulama.
Pendapat paling umum bahwa Al-Qur’an turun sepanjang 22 tahun 2 bulan 22 hari. Ada
pula kelompok yang membulatkan menjadi 23 tahun lamanya, tetapi versi lain menyebut 25
tahun.10 Lantas apa hikmah dan tujuannya? Hikmah atau tujuannya ialah :
9
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta: Rajawali Pres, 2014), h.35
10
Fatmawati Hilal, Ulumul Qur’an (Gowa: Pusaka Almaida,2014), h.25.
18
1. Untuk menguatkan hati Nabi Muhammad SAW, sebab dengan turunnya wahyu secara
bertahap menurut peristiwa, kondisi, dan situasi yang mengiringinya, tentu hal itu lebih
kuat menancap dan sangat berkesan di hati sang penerima wahyu tersebut, yakni Nabi
Muhammad. Dengan begitu turunnya malaikat kepada beliau juga lebih sering yang
tentunya akan membawa dampak psikologis kepada beliau, terbarui semangatnya dalam
mengemban risalah dari sisi Allah beliau tentunya juga sangat bergembira yang sulit di
ungkapkan dengan kata-kata. Terkadang hiburan itu dapat pula berupa seruan untuk
mengikuti dan meneladani kesabaran, ketabahan dan ketahanan mental para nabi dan
2. Sebagai tantangan dan mukjizat yang dimana orang-orang musyrik senantiasa berkubang
dalam kesesatan dan kesombngan hinnga melampaui batas. Mereka sering mengajukan
ingin menjelaskan kepada mereka kebenaran hal itu, karena tantangan bagi mereka yang
sering mengolok-olok Al-Qur’an dan merasa mampu untuk membuat hal yang serupa
Al-Qur’an. 12
3. Merupakan bagian dari strategi untuk keberhasilan misi kenabian, Al-Qur’an adalah
wahyu yang bersumber dari Allah SWT, Untuk kebutuhan manusia sehingga dalam
proses pembabakannya tentu selaras dengan masyarakat kontemporer Al-Quran kala itu ,
11
Moh. Sayyid Thanthawi dkk, Al-Qur’an dan Lailatul Qadr, (Jakarta:Pustaka Azzam, 2001), h.
37.
12
Manna Khalil Al-Qattan,Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (Jakarta: Litera Antarnusa ), h.161.
19
ketika dalam masyarakat arab terdapat problematika social yang akut maka satu hal yang
4. Agar mudah di hapal dan dipahami, dengan turunnya Al-Qur’an secara berangsur-
angsur, sangatlah mudah bagi manusia khususnya umat pada saat itu untuk menghapal
serta memahami maknanya, terlebih lagi orang arab pada saat itu ada beberapa buta
huruf tentunya sangat menolong bagi mereka dalam menghapal serta memahami ayat-
ayatnya.
5. Supaya orang-orang mukmin antusias dalam menerima Al-Qur’an dan giat untuk
turunnya ayat-ayat Al-Qur’an apalagi pada beberapa kondisi peristiwa yang sangat
kemudian menyusul masalah-masalah yang penting. Karena masalah yang paling pokok
adalam masalah iman maka pertama kali di prioritaskan oleh Al-Qur’an ialah masalah
tentang keimanan kepada Allah, malaikat, iman kepada kitab-kitabnya dan para rasulnya
dan iman kepada hari akhir. Hal itu di dukung dengan dalil-dalil ang rasional yang
bertujuan untuk mencabut segala kepercayaan-kepercayaan orang jahiliyah pada saat itu
13
Alimin dkk, Ulumul Qur’an (Jakarta:Pusat Studi Wanita UIN Jakarta, 2005), h.49
14
Umi Sambulah, dkk. Studi Al-Qur’an dan Hadis. (Malang: Uin Mailiki Press, 2016), h. 163.
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Al- Qur’an adalah firman yang tiada tandingannya (mukjizat) yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril, tertulis dalam mushaf-
mushaf yang disampaikan kepada manusia secara mutawatir (oleh orang banyak), dinilai
21
ibadah bagi yang membacanya, dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-
Nas.
Secara terminologis wahyu adalah Firman Allah swt yang diturunkan kepada nabi-
nabi-Nya. ada tiga cara turunnya wahyu kepada para Nabi. (1) Melalui mimpi yang benar
(ru’ya shâdiqah fi al-manâm); (2) Dari balik tabir (min warâ’ hijâb); (3) Melalui
Secara terminologis yang dimaksud dengan nuzul Al-Qur’an adalah cara dan fase
turunnya Al-qur’an dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Seperti disebutkan
dalam kitab-kitab Ulum Al-Qur’an bahwa sebelum diturunkan Allah SWT ke Lauh
Mahfuzh, kemudian dari Lauh Mahfuzh diturunkan ke Baitul Izzah di langit dunia.
Barulah dari Baitul Izzah itu Al-Qur’an ditirunkan melalui perantaraan Malaikat Jibril AS,
untuk menguatkan hati Nabi Muhammad SAW, Sebagai tantangan dan mukjizat,
merupakan bagian dari strategi untuk keberhasilan misi kenabian, Supaya orang-orang
hukum.
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih sangat terdapat
kesalah masalah yang tentunya akan mengundang pertanyaan yang berupa kritik dan
saran yang sifatnya membangun. Oleh itu.
22
1. Dosen yang bersangkutan agar kiranya tetap senantiasa memberikan bimbingan
demi kesempurnaan makalah ini.
2. Teman-teman atau pembaca , kami dari penulis sangat mengharapkan agar apa
yang ada dalam makalah ini kita coba mengkaji, kemudian memberikan
tanggapan berupa kritik dan saran yang sifatnya membangun dan mengambil
nilai-nilai yang bias menjadi pengetahuan buat kita bersama.
DAFTAR PUSTAKA
23
Ilyas, Yunahar. Kuliah Ulumul Quran. Yogyakarta: Itqan Publishing, 2014,
dalam softcopy pdf adobe rider.
Sumbula, Umi dkk. Studi Al-Qur’an dan Hadis. Malang: UIN Maliki Press,
2016.
Thanthawi, Moh Sayyid. Al-Qur’an dan Lailatul Qadr. Jakarta: Pustaka
Azzam. 2001.
Usman, Ulumul Quran. Yogyakarta:Teras, 2009.
Internet
Yunan, Muhammad. “AL Mutsla : Jurnal Ilmu-ilimu Keislaman dan
Kemasyarakatan” Nuzulul Qur’an dan Asbabun Nuzul. No.1 Juni 2020
(Online). Dalam https://media.neliti.com/media/publications/340070-
nuzulul-quran-dan-asbabun-nuzul-4b859480.pdf (diakses tanggal 09
September 2022).
24