Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

AL-QUR’AN, WAHYU DAN NUZULUL QU’RAN


Matakuliah: Studi Al Quran dan Hadist Hukum
Dosen Pengampuh: Dr. H. Suarning, M. Ag

OLEH:

REZKI AMALIAH SYAFRUDDIN


2220203874130001
AIDIL
222020387410002

RIDWAN
222020387410003

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PAREPARE
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah rahmat dan limpahannya sehingga kita

dapat menyelesaikan makalah ini dan tak lupa pula kita kirimkan shalawat serta salam atas

junjungan nabi besar Muhammad SAW nabi yang telah menjadi surih tauladan bagi kita

semua.

Adapun proses pembuatan makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan

tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan

makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan

baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang

dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin

memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Al- Qur’an, Wahyu dan

Nuzuzul Qur’an ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan

inspirasi terhadap pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Kelompok 1

Penulis

i
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Qur’an dan Wahyu ........................................................3


B. Nama lain Al-Qur’an...........................................................................10
C. Pengertian Nuzulul Qur’an ................................................................12
D. Hikmah diturunkan Al-Qur’an secara berangsur-angsur....................17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .........................................................................................22
B. Saran....................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap ajaran tentunya terdapat hukum-hukum yang mengikat para pemeluknya,

begitu juga dalam agama Islam terdapat beberapa sumber hukum yang mengatur

tingkah laku pemeluknya (muslim) dalam kegiatannya menjadi seorang hamba dan

khalifah di bumi. Sumber hukum Islam merupakan dasar utama untuk mengambil

ketetapan atau istinbat hukum. Oleh karenanya segala sesuatu yang menjadi pokok

permaslahan haruslah berdasarkan pada sumber hukum tersebut.

Sumber hukum pertama adalah Al-Qur’an, yaitu wahyu atau kalamullah yang

sudah dijamin keontentikannya dan juga terhindar dari intervensi tangan manusia.

Sehingga dengan penyucian tersebut meneguhkan posisi Al-Qur’an sebagai sumber

hukum yang utama.

Al-Qur’anul karim adalah mu’jizat islam yang kekal dan mu’jizatnya selalu

diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan Allah kepada Rasulullah,

Muhammad saw,untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap gulita menuju

jalan yang terang, serta membimbing  jalan yang lurus.Sesugguhnya al-Qur’an adalah

kalamullah, maka karena itu,setiap mukmin  mengagugkan al-Qur’an dan berusaha

untuk berpegang teguh dengan hukum-hukumNya serta membaca dan

merenungkanNya Mempelajari Al-Qur’an adalah kewajiban bagi seorang muslim.

Karena,Al-Qur’an adalah kitab suci kaum muslimin yang menjadi sumber ajaran Islam

yang pertama dan utama. Kitab suci yang harus mereka imani dan aplikasikan dalam

kehidupan mereka agar memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat.Karena itu,

1
hendaknya kita tidak hanya mempelajari isi dan pesan-pesannya, tetapi juga berupaya

semaksimal mungkin untuk menjaga otentitasnya. Penting bagi kita untuk mengetahui

sejarah turunnya Al Qur`an, agar iman semakin tumbuh dan teguh. Bagimana sejarah

turunnya al -Qur’an tersebut? Pelajaran apa yang dapat kitaambil dari sejarah turunnya

al -Qur’an? Dan banyak hal yang mesti kita ketahui tentang al-Qur’an ini.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalahnya meliputi:

1. Apa pengertian Al-Qur’an dan Wahyu secara umum?

2. Apa nama lain dari Al-Qur’an?

3. Apa pengertian Nuzulul Qur’an secara umum?

4. Apa hikmah di turunkan Al-Qur’an secara berangsur-angsur?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian Al’Qur’an dan Wahyu secara umum

2. Untuk mengetahui nama lain dari Al-Qur’an

3. Untuk mengetahui Apa pengertian Nuzulul Qur’an secara umum

4. Untuk mengetahui hikmah di turunkan Al-Qur’an secara berangsur-angsur

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AL-QUR’AN DAN WAHYU

1. Pengertian Al-Qur’an

Menurut pendapat yang popular, kata Al-Qur’an merupakan bentuk masdar dari

kata qara’a, yaqra’u, qira’atan qur’anan dengan pengertian maf’ul yakni al-maqru

(yang dibaca). Arti ini mempunyai makna anjuran kepada umat Islam untuk membaca

Al-Quran. Pendapat yang lainnya bahwa asal- usul kata Al-Qur’an adalah al-qar’u

yang berarti kumpulan atau himpunan. Adapun pendapat imam Syafi’i mengatakan

bahwa kata Al-Qur’an merupakan nama diri yang diberikan oleh Allah swt kepada

kitab suci yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw, sama halnya dengan

penamaan Kitab Taurat, Zabur, dan Injil menurut imam Syafi’I semua itu bukan kata

bentukan dari kata tertentu.

Adapun secara terminologis, Menurut Ash-Shabuni, al- Qur’an adalah firman

yang tiada tandingannya (mukjizat) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.

dengan perantaraan malaikat Jibril, tertulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan

kepada manusia secara mutawatir (oleh orang banyak), dinilai ibadah bagi yang

membacanya, dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas.1

1
Muhammad Yunan, “AL Mutsla : Jurnal Ilmu-ilimu Keislaman dan Kemasyarakatan” Nuzulul Qur’an dan
Asbabun Nuzul, No.1 Juni 2020 (Online) h.43. Dalam https://media.neliti.com/media/publications/340070-
nuzulul-quran-dan-asbabun-nuzul-4b859480.pdf (diakses tanggal 09 September 2022).

3
Berdasarkan definisi di atas, maka setidaknya ada lima faktor penting yang

menjadi faktor karakteristik Al-Quran, yaitu:

a. Al-Quran adalah firman atau kalam Allah SWT, bukan perkataan Malaikat

Jibril (dia hanya penyampai wahyu dari Allah), bukan sabda Nabi

Muhammad SAW. (beliau hanya penerima wahyu Al-Quran dari Allah), dan

bukan perkataan manusia biasa, mereka hanya berkewajiban

mengamalkannya.

b. Al-Quran hanya diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak diberikan

kepada Nabi-nabi sebelumnya. Kitab suci yang diberikan kepada para nabi

sebelumnya bukan bernama Al-Quran tapi memiliki nama lain; Zabur adalah

nama kitab yang diberikan kepada Nabi Daud, Taurat diberikan kepada Nabi

Musa, dan Injil adalah kitab yang diberikan kepada Nabi Isa as.

c. Al-Quran adalah mukjizat, maka dalam sepanjang sejarah umat manusia

sejak awal turunnya sampai sekarang dan mendatang tidak seorangpun yang

mampu menandingi Alquran, baik secara individual maupun kolektif,

sekalipun mereka ahli sastra bahasa dan sependek-pendeknya surat atau

ayat.

d. Diriwayatkan secara mutawatir artinya Alquran diterima dan diriwayatkan

oleh banyak orang yang secara logika mereka mustahil untuk berdusta,

periwayatan itu dilakukan dari masa ke masa secara berturut-turut sampai

kepada kita.

e. Membaca Al-Quran dicatat sebagai amal ibadah. Di antara sekian banyak

bacaan, hanya membaca Alquran saja yang di anggap ibadah, sekalipun

4
membaca tidak tahu maknanya, apalagi jika ia mengetahui makna ayat atau

surat yang dibaca dan mampu mengamalkannya. Adapun bacaam-bacaan

lain tidak dinilai ibadah kecuali disertai niat yang baik seperti mencari Ilmu.

Jadi, pahala yang diperoleh pembaca selain Alquran adalah pahala mencari

Ilmu, bukan substansi bacaan sebagaimana dalam Al-Quran.2

2. Pengertian Wahyu

Kata wahyu (‫ويح‬LL‫ ) ال‬adalah bentuk mashdar (infinitif) dari auhayûhi-wahyan

dengan dua pengertian pokok yaitu al-khafâ’ (tersembunyi) dan as-sur’ah (cepat).

Oleh sebab itu, secara etimologis wahyu didefinisakan sebagai Pemberitahuan secara

tersembunyi dan cepat yang khusus ditujukan kepada orang yang diberitahu tanpa

diketahui oleh yang lainnya. Secara terminologis wahyu adalah Firman Allah swt

yang diturunkan kepada nabi-nabi-Nya. Istilah wahyu di dalam Al-Qur’an tidak hanya

digunakan dalam pengertian firman Allah swt yang diturunkan kepada nabi-nabi-Nya,

tetapi juga digunakan dalam pengertian lain yang beragam. Berikut ini beberapa ayat

Al-Qur’an yang menggunakan istilah wahyu dalam pengertian lain tersebut:

a. Al-Ilhâm al-fithri li al-insân


Firman Allah SWT dalam QS. Al-Qashas (28):7 yaitu:
         
          
   
Terjemahnya:
dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah Dia, dan apabila kamu khawatir
terhadapnya Maka jatuhkanlah Dia ke sungai (Nil). dan janganlah kamu khawatir

2
Ibrahim Al-Abyadi, Sejarah Al-Qur’an, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996),h. 51.

5
dan janganlah (pula) bersedih hati, karena Sesungguhnya Kami akan
mengembalikannya kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari Para rasul.
Wahyu dalam ayat di atas berarti ilham yang diberikan Allah SWT kepada ibu

Musa untuk menyusukan bayinya yang dihanyutkan ke sungai Nil dalam rangka

menyelamatkannya dari pembunuhan semua bayi laki-laki Bani Isrâîl sebagaimana

yang diperintahkan Fir’aun.

b. Al-Ilhâm al-gharîzi li al-hayawân

Firman Allah SWT dalam QS. Al-Nahl (16):28 yaitu,

        


    
Terjemahnya:
dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di
pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia",
Wahyu dalam ayat di atas berarti instink yang diberikan oleh Allah SWT kepada

lebah untuk membuat sarang di bukit, pohon-pohon kayu dan tempat-tempat yang

dibikin manusia.

c. Al-Isyârah as-sarî’ah

Firman Allah SWT dalam QS. Maryam (19):11 yaitu,

        


  

Terjemahnya:
Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada
mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.

6
Wahyu dalam ayat di atas berarti isyarat fisik yang diberikan oleh Zakariya kepada

umatnya untuk bertasbih di waktu pagi dan petang. Ayat ini bercerita tentang Nabi

Zakariya yang berpuasa bicara tiga hari tiga malam sebagai tanda isterinya akan

hamil dan kemudian melahirkan Yahya.

d. Waswasatu asy-Syaithân

Firman Allah SWT dalam QS. Al-An’am (6):121 yaitu:

        


      
      
Terjemahnya:
dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah
ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu
kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar
mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, Sesungguhnya kamu
tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.
Wahyu dalam ayat di atas berarti bisikan sesama syaitan untuk membantah

orang-orang yang beriman.

e. Ma yulqîhillahu ila malâikatihi min amrin liyaf’alûhu


Firman Allah SWT dalam QS. Al-Anfal (8):12 yaitu,
       
        
       

Terjemahnya
(ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya
aku bersama kamu, Maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman".

7
kelak akan aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, Maka
penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.
Wahyu dalam ayat di atas berarti perintah Allah SWT kepada para malaikat

untuk meneguhkan hati orang-orang yang beriman (dalam Perang Badar) dan

memasukkan rasa takut ke dalam hati musuh-musuh mereka kaum musyrikin

Makkah.

Karena wahyu secara terminologis adalah firman Allah yang diturunkan kepada
nabi-nabi-Nya maka perlu juga dikemukakan bagaimana cara Allah menurunkan

wahyu kepada para nabi.

Di dalam Surat As-Syûra ayat 51 dijelaskan bagaimana Allah

menurunkan wahyunya kepada seseorang. Allah SWT berfirman:

          
      
      

Terjemahnya:
dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan
Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan
mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-
Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha
Bijaksana.
Yang dimaksud dengan perantaraan wahyu dalam ayat di atas adalah melalui

mimpi atau ilham. Sedangkan yang dimaksud dengan di belakang tabir ialah

seorang dapat mendengar kalam Ilahi akan tetapi dia tidak dapat melihat-Nya

seperti yang terjadi kepada Nabi Musa AS. Rasul yang dimaksud dalam ayat di

atas adalah Malaikat seperti Malaikat Jibîl AS. Dari ayat di atas dapat disimpulkan

8
ada tiga cara turunnya wahyu kepada para Nabi. (1) Melalui mimpi yang benar

(ru’ya shâdiqah fi al-manâm); (2) Dari balik tabir (min warâ’ hijâb); (3) Melalui

perantaraan Malaikat seperti Malaikat Jibril.

1. Melalui Mimpi Yang Benar Wahyu dengan cara ini disampaikan langsung

kepada para nabi tanpa perantara Malaikat. Contohnya adalah mimpi Nabi

Ibrâhîm AS agar menyembelih puteranya Ismâ’îl.

2. Dari Balik Tabir Wahyu dengan cara ini juga disampaikan secara langsung

kepada para nabi tanpa perantara Malaikat. Nabi yang menerima wahyu dapat

mendengar kalam Ilahi akan tetapi dia tidak dapat melihat-Nya seperti yang

terjadi kepada Nabi Mûsa AS. Di samping dengan Nabi Mûsa AS, Allah SWT

pun telah berbicara langsung kepada Nabi Muhammad SAW pada malam Isrâ’

Mi’râj. Nabi dapat mendengar firman Allah langsung tanpa perantara Jibrîl

tetapi tidak dapat melihat-Nya. Di dalam Al-Qur’an tidak ada satu pun ayat

yang diterima dengan cara ini.

3. Melalui Perantaraan Malaikat, Cara yang ketiga wahyu Allah diturunkan kepada

para nabi-Nya adalah melalui perantaraan malaikat penyampai wahyu seperti

Malaikat Jibrîl AS. Keseluruhan ayat-ayat dari Kitab Suci Al-Qur’an diturunkan

dengan cara ini. Ada dua cara Malaikat Jibrîl datang menyampaikan wahyu

kepada Nabi Muhammad SAW yaitu pertama datang kepada Nabi suara seperti

dencingan lonceng dan suara yang amat kuat yang mempengaruhi faktor-faktor

kesadaran, sehingga Nabi dengan segala kekuatannya siap menerima pengaruh

itu. Cara ini yang paling berat buat Nabi. Apabila wahyu turun kepada

9
Rasulullah SAW dengan cara ini maka beliau akan mengumpulkan segala

kekuatan kesadarannya untuk menerima, menghafal dan memahaminya. Kedua

Malaikat menjelma menjadi seorang laki-laki lalu datang

menyampaikan wahyu kepada Nabi. Cara ini lebih ringan

dari cara yang pertama, karena adanya kesesuaian antara

pembicara dan pendengar, seperti seseorang yang berbicara

dengan saudaranya sendiri. Menurut Ibn Khaldûn, seperti

dikutip Mannâ‘ Qaththân, dalam keadaan yang pertama

Rasulullah, melepaskan kodratnya sebagai manusia yang

bersifat jasmani untuk berhubungan dengan malaikat yang

rohani sifatnya. Sedangkan dalam keadaan lain sebaliknya,

malaikat merubah diri dari yang rohani semata menjadi

manusia jasmani.3

B. NAMA LAIN AL-QUR’AN

Selain nama Al-Qur’an yang dikemukakan dalam Al-Qur’an sebanyak 73 kali, Al-

Qur’an juga memiliki nama-nama lain yang menunjukkan sisi fungsi Al-Qur’an. Para

ulama sepakat bahwa Al- Qur’an mempunyai sekian nama dan julukan, hanya saja mereka

berbeda pendapat mengenai jumlahnya, kenyataan ini menurut mereka terkait dengan

kemuliaan Al-Qur’an.

Nama-nama tersebut adalah :

a. Al-Kitab, dinamai kitab karena ayat-ayat al-Qur’an tertulis dalam bentuk kitab.

Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah (2):2 yaitu,


3
Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Quran (Yogyakarta:Itqan Publishing, 2014), h.30. (Soft Copy pdf
adobe reader).

10
         

Terjemahnya:
Kitab ini tidak ada keraguan padanya sebagai petunjuk bagi orang-orang yang
bertakwa.4

Firman Allah SWT dalam QS. Ibrahim (14):1 yaitu,

        


        
Terjemahnya:
Alif, laam raa. (ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu
mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin
Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.

b. Al-Furqan yang berarti pembeda. Artinya Al-Qur’an menjelaskan antara yang hak
dan yang batil, antara yang benar dan salah dan antara yang baik dan buruk.

Firman Allah SWT dalam QS. Al-Fuqran (25):1 yaitu,

       


 
Terjemahnya:
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya,
agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.

Seperti halnya Al-Kitab dipakai untuk sebutan semua kitab suci yang diturunkan

Allah SWT, sama halnya dengan penamaan Al-Furqan diturunkan pula kepada nabi

Musa dan Harun.

4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Syamil Quran, 2013), h. 2

11
c. Al-Mushaf, Allah swt menyebut suhuf untuk kitab-kitab yang diturunkan kepada

Nabi Ibrahim dan Musa. Firman Allah SWT dalam QS. Al-Alaq(87):18 yaitu,

         
Terjemahnya:
Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam Kitab-Kitab yang dahulu, (yaitu)
Kitab-Kitab Ibrahim dan Musa.

Pada zaman Rasulullah saw. Para sahabat menulis Al-Qur’an pada kayu, batu, kulit

dan pelapah kurma. Benda-benda yang ditulisi dengan ayat-ayat Al-Qur’an itu disebut

suhuf. Setelah suhuf-suhuf itu dikumpulkan dan digabungkan menjadi satu maka para

sahabat menyebutnya dengan mushaf. Sebutan mushaf menjadi semakin popular setelah

Khalifah Utsman bin Affan membuat panitia penghimpun ayat Al-Qur’an dan

mendistribusikan salinan mushaf-mushaf salinan panitia empat itu ke beberapa wilayah

kekuasaan Islam. Sejak itu pengertian Al-Mushaf menjadi sebuah nama yang merujuk

kepada kalam Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw tertulis di dalam

lembaran-lembran, membacanya merupakan ibadah, susunan kata dan isinya adalah

mukjizat, dunukil secara mutawatir di mulai dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri surah

An-Nas. 5

C. PENGERTIAN NUZUL AL- QUR’AN

Secara harfiah nuzul al-Qur’an dimaknai sebagai peristiwa turunnya al-Qur’an.

Kata nazzala dan anzala yang banyak digunakan untuk menggambarkan proses turunnya

5
Acep Hermawan, Ululum Qur’an (Ilmu untuk memahami Wahyu) (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2016), h.28.

12
Al-Qur’an mempunyai dua pengertian. Pertama menempatkan sesuatu pada satu tempat

yang kedua memindahkan sesuatu ke tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah,

dalam konteks turunnya Al-Qur’an tentu saja yang menjadi obyek adalah ayat-ayat Al-

Qur’an sendiri.

Kata anzala dan nazzala merupakan bentuk fi‘l thulathi mazīd dari kata nazala

dengan penambahan huruf hamzah pada bentuk anzala dan taḍ’īf pada bentuk nazzala. Kata

anzala khusus pada penyebutan kitab suci baik Taurat, Injil dan alQuran disebutkan

sebanyak 113 kali tersebar pada 34 surat dan 95 ayat dalam alQuran. Taurat disebutkan

sebanyak 21 kali, Injil disebutkan sebanyak 20 kali, alQuran disebutkan sebanyak 88 kali

dan semua bentuk katanya adalah bentuk fi’l tanpa bentuk isim.

Sedangkan kata nazzala disebutkan sebanyak 50 kali tersebar pada 28 surat dan 47

ayat dalam al-Quran. al-Quran disebutkan sebanyak 49 kali, Taurat disebutkan sekali dalam

al-Quran, sedangkan Injil tidak ada serta dalam bentuk masdar disebutkan sebanyak 14 kali

dan dalam bentuk fi’l disebutkan sebanyak 36 kali. Umumnya para ulama sepakat jika

taḍ’īf pada kata nazzala dan penambahan huruf hamzah pada kata anzala sebagai bentuk li

al-ta’diyah. Khusus taḍ’īf pada kata 112 nazzala identik kepada penyebutan al-Quran,

dikarenakan al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur, bertahap dan waktu yang

berbeda. Sedangkan kata anzala identik kepada Taurat dan Injil karena kedua kitab ini

diturunkan secara sekaligus.

Adapun kata anzala yang disebutkan dengan al-Quran bermakna turun sekaligus

sesuai konteksnya seperti turunnya al-Quran ke langit dunia atau difahami turun dalam

makna umum. Namun pendapat kontra datang dari Abū Hayyān sembari mengkritisi

alZamakhsyari, beliau tidak sepakat jika taḍ’īf pada nazzala bermakna takthīr dan tafriq.

13
Karena nazzala berasal dari bentuk kata lazīm. Sedang menurutnya, taḍ’īf dapat bermakna

takthīr apabila berasal dari bentuk kata muta’addi. Ikhtilaf ini kemudian ditegahkan oleh al-

Samīn al-Ḥalabī dan Syihāb al-Khuffaji. Bahwa alQuran tidak melulu sejalan dengan

nahwu, sehingga kedua redaksi ini dapat diaplikasikan secara tumpang tindih dalam al-

Quran.

Dalam pengertian lain Nuzulul Qur’an terdiri dari kata nuzul dan Alqur’an yang

berbentuk idafah. Penggunaan kata nuzul dalam istilah nuzulul Qur’an (turunnya Al-Quran)

tidaklah dapat kita pahami maknanya secara harfiah, yaitu menurunkan sesuatu dari tempat

yang tinggi ke tempat yang rendah, sebab Al-Quran tidaklah berbentuk fisik atau materi.

Tetapi pengertian nuzulul Qur’an yang dimaksud adalah pengertian majazi, yaitu

penyampaian informasi (wahyu) kepada Nabi Muhammad SAW. dari alam gaib ke alam

nyata melalui perantara malakikat Jibril AS. Muhammad Abdul Azhim Al-Zarqani

mentakwilkan kata nuzul dengan kata i’lam alasannya; pertama, mentakwilkan kata nuzul

dengan i’lam berarti kembali pada apa yang telah diketahui dan dipahami dari yang

diacunya, kedua, yang dimaksud dengan adanya Al-Quran di Lauh al-mahfuzh, Baitul

’Izzah dan dalam hati Nabi SAW. juga berarti bahwa Al-Quran telah di-i’lam-kan oleh

Allah pada masing-masing tempat tersebut sebagai petunjuk bagi manusia untuk mencapai

kebenaran, ketiga, mentakwilkan kata nuzul dengan i’lam hanyalah tertuju pada Al-Quran

semata dengan semua segi dan aspeknya.6

Para ulama membagi proses penurunan Al-Qur’an menjadi tiga tahapan yaitu:

6
Muhammad Yunan, “AL Mutsla : Jurnal Ilmu-ilimu Keislaman dan Kemasyarakatan” Nuzulul
Qur’an dan Asbabun Nuzul, No.1 Juni 2020 (Online) h.59. Dalam
https://media.neliti.com/media/publications/340070-nuzulul-quran-dan-asbabun-nuzul-4b859480.pdf (diakses
tanggal 09 September 2022).

14
1. Tahap pertama Al-Qur;an diturunkan oleh Allah swt ke lauh al mahfuzh secara

sekaligus dalam arti bahwa Allah swt menetapkan keberadaannya disana,

sebagaimana halnya Dia menetapkan adanya segala sesuatu sesuai dengan kehendak-

Nya, tetapi kapan saatnya serta bagaimana caranya tidak seorangpun mengetahui

kecuali Allah swt, sesuai dengan firman-Nya QS Al-Baqarah (2): 21 yaitu,

       


       
       
         
  
Terjemahnya:
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang
yang sebelummu, agar kamu bertakwa.
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap,
dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah Padahal kamu mengetahui.

Kemudian Firman Allah SWT QS Al-Buruj (85): 22 yaitu,

   


Terjemahnya
yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.

Menurut pendapat ulama, Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa Al-

Qur'an itu adalah kitab Allah yang mulia, tersimpan dalam Lauh Mahfudh. Tidak

ada yang dapat menandingi isi dan susunan kata-katanya, terpelihara dari pemalsuan

dan perubahan. Ini sebagai jawaban kepada orang-orang kafir yang mendustakan

Al-Qur'an dengan mengatakan bahwa ia adalah cerita-cerita orang dahulu kala.

15
2. Tahap kedua Al-Qur’an diturunkan dari Lauh al-Mahfuzh ke Bait al-

Izzah yang berada di langit dunia. Hal ini berdasarkan firman Allah swt QS. Al-

Baqarah (2): 185 yaitu,

       


       
         
          
      
   

Terjemahnya:
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).
karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan
itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.
an hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah
kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur.

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk

bagi manusia dan memberikan penjelasan-penjelasan mengenani petunjuk tersebut serta

sebagai pembeda yang hak dan bathil. Adapun ayat lain yeng menunjukkan bahwa Al-

Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan yaitu QS. Dukhan Ayat 3 sebagai berikut:

         


Terjemahnya:

16
Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan
Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.
Dan juga Firman-Nya QS. Al-Qadr (97):1 yaitu,

     


Terjemahnya:
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.
Ketiga malam yang disebutkan dalam ayat-ayat di atas adalah satu makna yang

berada pada bulan Ramadhan, diturunkannya dari Lauh al-Mahfuzh ke Bait al-Izzah (langit

dunia) secara sekaligus7. Terkait dengan penurunan dari Lauh al-Mahfuzh ke Bait al-Izzah

(langit dunia) ulama berbeda pendapat tentang cara dan masa turunnya yaitu: pertama,

menurut mayoritas ulama, Al-Qur’an diturunkan ke langit dunia pada malam lailatul qadar

secara sekaligus, kemudian diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun 6 bulan

kepada nabi Muhammad saw. Pendapat ini di dukung oleh riwayat an-Nasai, Ibnu Abi

Syaibah dab Hakim dari Ibnu Abbas. Kedua, Al-Qur’an turun kelangit dunia selama 20

malam lailatul qadr dalam 20 tahun atau 23 malam lailatul qadar selama 23 tahun. Ketiga,

permulaan proses penurunan Al-Qur’an terjadi pada malam lailatul qadar secara sekaligus,

kemudian diturunkan secara berangsur-angsur pada momentum yang berbeda pada semua

waktu.8

Terlepas dari berbagai pendapat yang ada dengan segala macam perbedaan dan

variasinya, yang pasti Al-Qur’an untuk pertama kali diturunkan pada malam hari bulan

Ramadhan, yang oleh Al-Qur’an dijuluki dengan malam kemuliaan (lailah al-Qadar) dan

malam yang diberkahi (lailah Mubarakah). Menurut sebagian ahli sejarah, di antaranya

Abu Ishaq, Al-Qur’an diturunkan pada malam ke-17 dari bulan Ramadhan. Penetapan

7
Usman, Ulumul Quran (Yogyakarta: Teras, 2009), h.48.
8
Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah Memahami Firman Tuhan (Jakarta: Rajawali Pres, 2014), h. 55.

17
tanggal 17 Ramadhan sebagai malam nuzul Al-Qur’an ini di dasarkan pada berbagai isyarat

bahwa hari di turunkannya Al-Qur’an bertepatan dengan peristiwa perang badar.9

3. Tahap ketiga, Al-Qur’an diturunkan dari Bait al- Izzah (langit dunia) dengan perantara

malaikat jibril a.s kepada Rasulullah saw. Untuk pertama kalinya pada tanggal 17

Ramadhan secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun sesuai dengan kondisi

permasalahan dan peristiwa, dalam masa dan waktu selama kurang lebih dua puluh tiga

tahun. Allah. Swt berfirman QS. Al-Isra (17): 106 yaitu.,

       


 

Terjemahnya:
Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi
bagian.

D. HIKMAH DI TURUNKAN AL-QUR’AN SECARA BERANGSUR-ANGSUR

Al-Qur’an tidat diturunkan kepada Rasulullah SAW sekaligus satu kitab tetapi

secara berangsur-angsur. Masa turunnya Al-Qur’an juga dipersilisahkan oleh para ulama.

Pendapat paling umum bahwa Al-Qur’an turun sepanjang 22 tahun 2 bulan 22 hari. Ada

pula kelompok yang membulatkan menjadi 23 tahun lamanya, tetapi versi lain menyebut 25

tahun.10 Lantas apa hikmah dan tujuannya? Hikmah atau tujuannya ialah :

9
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta: Rajawali Pres, 2014), h.35
10
Fatmawati Hilal, Ulumul Qur’an (Gowa: Pusaka Almaida,2014), h.25.

18
1. Untuk menguatkan hati Nabi Muhammad SAW, sebab dengan turunnya wahyu secara

bertahap menurut peristiwa, kondisi, dan situasi yang mengiringinya, tentu hal itu lebih

kuat menancap dan sangat berkesan di hati sang penerima wahyu tersebut, yakni Nabi

Muhammad. Dengan begitu turunnya malaikat kepada beliau juga lebih sering yang

tentunya akan membawa dampak psikologis kepada beliau, terbarui semangatnya dalam

mengemban risalah dari sisi Allah beliau tentunya juga sangat bergembira yang sulit di

ungkapkan dengan kata-kata. Terkadang hiburan itu dapat pula berupa seruan untuk

mengikuti dan meneladani kesabaran, ketabahan dan ketahanan mental para nabi dan

utusan Allah swt yang telah terdahulu.11

2. Sebagai tantangan dan mukjizat yang dimana orang-orang musyrik senantiasa berkubang

dalam kesesatan dan kesombngan hinnga melampaui batas. Mereka sering mengajukan

pertanyaan dengan maksud melemahkan dan menantang untuk menguji Rasulullah

sebagai nabi. Dengan di turunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur maka Allah

ingin menjelaskan kepada mereka kebenaran hal itu, karena tantangan bagi mereka yang

sering mengolok-olok Al-Qur’an dan merasa mampu untuk membuat hal yang serupa

Al-Qur’an. 12

3. Merupakan bagian dari strategi untuk keberhasilan misi kenabian, Al-Qur’an adalah

wahyu yang bersumber dari Allah SWT, Untuk kebutuhan manusia sehingga dalam

proses pembabakannya tentu selaras dengan masyarakat kontemporer Al-Quran kala itu ,

11
Moh. Sayyid Thanthawi dkk, Al-Qur’an dan Lailatul Qadr, (Jakarta:Pustaka Azzam, 2001), h.
37.
12
Manna Khalil Al-Qattan,Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (Jakarta: Litera Antarnusa ), h.161.

19
ketika dalam masyarakat arab terdapat problematika social yang akut maka satu hal yang

logis jika Al-Qur’an melakukan perubahan secara gradual. 13

4. Agar mudah di hapal dan dipahami, dengan turunnya Al-Qur’an secara berangsur-

angsur, sangatlah mudah bagi manusia khususnya umat pada saat itu untuk menghapal

serta memahami maknanya, terlebih lagi orang arab pada saat itu ada beberapa buta

huruf tentunya sangat menolong bagi mereka dalam menghapal serta memahami ayat-

ayatnya.

5. Supaya orang-orang mukmin antusias dalam menerima Al-Qur’an dan giat untuk

mengamalkannya, waktu itu kaum muslimin senantiasa mengininkan dan merindukan

turunnya ayat-ayat Al-Qur’an apalagi pada beberapa kondisi peristiwa yang sangat

membutuhkan penyelesaian seperti kabar bohong yang di sebar oleh orang-orang

munafik yang memfitnah Aisyah istri Nabi Muhammad saw.

6. Mengiringi kejadian-kejadian di masyarakat dan bertahap dalam menetapkan suatu

hukum, turunnya Al-Qur’an di mulai dari masalah-masalah yang sangat penting

kemudian menyusul masalah-masalah yang penting. Karena masalah yang paling pokok

adalam masalah iman maka pertama kali di prioritaskan oleh Al-Qur’an ialah masalah

tentang keimanan kepada Allah, malaikat, iman kepada kitab-kitabnya dan para rasulnya

dan iman kepada hari akhir. Hal itu di dukung dengan dalil-dalil ang rasional yang

bertujuan untuk mencabut segala kepercayaan-kepercayaan orang jahiliyah pada saat itu

untuk di ganti dengan beinih-benih aqidah islamiyah.14

13
Alimin dkk, Ulumul Qur’an (Jakarta:Pusat Studi Wanita UIN Jakarta, 2005), h.49
14
Umi Sambulah, dkk. Studi Al-Qur’an dan Hadis. (Malang: Uin Mailiki Press, 2016), h. 163.

20
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Al- Qur’an adalah firman yang tiada tandingannya (mukjizat) yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril, tertulis dalam mushaf-

mushaf yang disampaikan kepada manusia secara mutawatir (oleh orang banyak), dinilai

21
ibadah bagi yang membacanya, dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-

Nas.

Secara terminologis wahyu adalah Firman Allah swt yang diturunkan kepada nabi-

nabi-Nya. ada tiga cara turunnya wahyu kepada para Nabi. (1) Melalui mimpi yang benar

(ru’ya shâdiqah fi al-manâm); (2) Dari balik tabir (min warâ’ hijâb); (3) Melalui

perantaraan Malaikat seperti Malaikat Jibril.

Secara terminologis yang dimaksud dengan nuzul Al-Qur’an adalah cara dan fase

turunnya Al-qur’an dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Seperti disebutkan

dalam kitab-kitab Ulum Al-Qur’an bahwa sebelum diturunkan Allah SWT ke Lauh

Mahfuzh, kemudian dari Lauh Mahfuzh diturunkan ke Baitul Izzah di langit dunia.

Barulah dari Baitul Izzah itu Al-Qur’an ditirunkan melalui perantaraan Malaikat Jibril AS,

secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW.

Adapun hikmahnya al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur di antaranya adalah

untuk menguatkan hati Nabi Muhammad SAW, Sebagai tantangan dan mukjizat,

merupakan bagian dari strategi untuk keberhasilan misi kenabian, Supaya orang-orang

mukmin antusias dalam menerima Al-Qur’an dan giat untuk mengamalkannya,

Mengiringi kejadian-kejadian di masyarakat dan bertahap dalam menetapkan suatu

hukum.

B. SARAN

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih sangat terdapat
kesalah masalah yang tentunya akan mengundang pertanyaan yang berupa kritik dan
saran yang sifatnya membangun. Oleh itu.

22
1. Dosen yang bersangkutan agar kiranya tetap senantiasa memberikan bimbingan
demi kesempurnaan makalah ini.
2. Teman-teman atau pembaca , kami dari penulis sangat mengharapkan agar apa
yang ada dalam makalah ini kita coba mengkaji, kemudian memberikan
tanggapan berupa kritik dan saran yang sifatnya membangun dan mengambil
nilai-nilai yang bias menjadi pengetahuan buat kita bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Alimin. Ulumul Qur’an. Jakarta:Pusat Studi Wanita UIN Jakarta. 2005.


Al-Qattan, Manna Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Jakarta: Litera Antarnusa.
Amin, Muhammad Suma. Ulumul Qur’an. Jakarta: Rajawali Pres, 2014.
Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah Memahami Firman Tuhan. Jakarta: Rajawali
Pres, 2014.
Al-Abyadi, Ibrahim. Sejarah Al-Qur’an. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Bandung: Syamil
Quran, 2013.
Hermawan, Acep. Ulumul Qur’an (Ilmu untuk memahami Wahyu). Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2016.
Hilal, Fatmawati. Ulumul Qur’an. Gowa: Pusaka Almaida, 2014.

23
Ilyas, Yunahar. Kuliah Ulumul Quran. Yogyakarta: Itqan Publishing, 2014,
dalam softcopy pdf adobe rider.
Sumbula, Umi dkk. Studi Al-Qur’an dan Hadis. Malang: UIN Maliki Press,
2016.
Thanthawi, Moh Sayyid. Al-Qur’an dan Lailatul Qadr. Jakarta: Pustaka
Azzam. 2001.
Usman, Ulumul Quran. Yogyakarta:Teras, 2009.
Internet
Yunan, Muhammad. “AL Mutsla : Jurnal Ilmu-ilimu Keislaman dan
Kemasyarakatan” Nuzulul Qur’an dan Asbabun Nuzul. No.1 Juni 2020
(Online). Dalam https://media.neliti.com/media/publications/340070-
nuzulul-quran-dan-asbabun-nuzul-4b859480.pdf (diakses tanggal 09
September 2022).

24

Anda mungkin juga menyukai