Oleh Kelompok 1 :
Dosen Pengampu:
Muhammad Irhash Fakhruddin, M. Ag
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah,dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sedemikian rupa. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam yang telah memberikan teladan kepada seluruh
umatnya.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima kritik dan saran dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap, semoga kehadiran makalah ini bisa memberikan manfaat dan
wawasan bagi pembaca, dan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu melimpahkan rahmat,
taufik, hidayah-Nya kepada kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
I. PENDAHULUAN.......................................................................................................................4
II. PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Ushul Qur’an........................................................................................................................5
a. Pengertian Ushul Qur’an...................................................................................................5
b. Pengertian Al-Qur’an........................................................................................................5
c. Perbedaan antara Al-Qur’an dan Hadis Qudsi..................................................................6
B. Wahyu...................................................................................................................................8
a. Pengertian Wahyu Menurut Bahasa Dan Istilah...............................................................8
b. Cara Allah Menyampaikan Wahyu kepada Malaikat Jibril............................................11
c. Cara Allah Menyampaikan Wahyu kepada Rasul..........................................................12
d. Cara Turunnya Wahyu dari Malaikat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam...13
e. Penjelasan/Bantahan terhadap Musuh Islam Tentang Keraguan Mereka akan Wahyu..14
III. PENUTUP..............................................................................................................................17
A. Kesimpulan.........................................................................................................................17
B. Saran...................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................17
3
I. PENDAHULUAN
Al-Qur'an adalah salah satu kitab suci terpenting dalam sejarah manusia, yang dianggap
sebagai wahyu ilahi yang diterima oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam pada
abad ke-7 Masehi. Kitab suci ini bukan hanya panduan spiritual bagi umat Islam, tetapi juga
sebuah sumber pengetahuan, hukum, dan etika yang memengaruhi sebagian besar aspek
kehidupan manusia. Di balik kemuliaan Al-Qur'an, terdapat ilmu yang sangat penting dalam
memahaminya, yaitu "Ushul Al-Qur'an," yang membahas prinsip-prinsip dasar dan metodologi
penafsiran kitab suci ini.
Dalam konteks ini, makalah ini akan menjelaskan Ushul Al-Qur'an dan bagaimana ilmu
ini berperan dalam pemahaman wahyu ilahi yang terkandung dalam Al-Qur'an. Pemahaman yang
mendalam tentang konsep wahyu adalah kunci untuk memahami bagaimana Al-Qur'an menjadi
sumber ajaran dan panduan bagi umat Islam. Dalam makalah ini, kami akan menguraikan
pentingnya pemahaman yang benar terhadap wahyu dan Ushul Al-Qur'an.
Makalah ini akan dibagi menjadi beberapa bagian, termasuk pengertian ushul Qur’an
dan wahyu, perbedaan Al-Qur’an dan hadis Qudsi, peran wahyu dalam pembentukan Al-Qur'an,
bagaimana Allah menyampaikan wahyunya kepada Malaikat dan Rasul, turunnya wahyu dari
malaikat kepada Rasulullah dan bantahan terhadap musuh Islam tentang keraguan mereka akan
wahyu.
Melalui pemahaman yang benar terhadap wahyu dan Ushul Al-Qur'an, kita dapat
menghargai nilai spiritual dan pedoman praktis yang terkandung dalam Al-Qur'an, serta
menggunakannya sebagai panduan dalam menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam.
Makalah ini mengajak pembaca untuk menjelajahi konsep wahyu dan Ushul Al-Qur'an dengan
lebih dalam, sehingga dapat memperdalam pemahaman mereka tentang kitab suci
Islam yang agung ini.
4
II. PEMBAHASAN
A. Ushul Qur’an
B. Pengertian Al-Qur’an
5
ada asal katanya. Jika Qur’an berasal dari kata qara-a berarti setiap yang dibaca
dapat dinamai Qur’an.
Ada beberapa perbedaan antara Al-Qur’an dengan hadist qudsi. Dan yang
terpenting ialah;
6
3. Al-Qur’an seluruhnya dinukil secara mutawatir (periwayatan dari rawi
yang banyak hingga bernilai keyakinan). Sehingga ia memiliki
qath’iyyatuts tsubut (validitas yang pasti). Adapun hadits qudsi pada
umumnya merupakan khabar ahad, yang ia memiliki zhanniyatuts tsubut
(validitas yang tingkat keyakinannya berupa sangkaan kuat). Dan hadits
qudsi itu terkadang shahih, terkadang hasan, dan terkadang lemah.
4. Al-Qur’an itu makna dan lafalnya dari Allah. Dan ia adalah wahyu Allah
baik dalam lafal dan maknanya. Sedangkan hadits qudsi maknanya dari
Allah dan lafalnya dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menurut
pendapat yang shahih. Dan ia adalah wahyu secara maknanya, bukan
lafalnya. Oleh karena itu boleh meriwayatkan hadits qudsi secara makna
menurut jumhur ulama ahli hadits.
5. Membaca Al-Qur’an adalah aktifitas ta’abbud (ibadah). Dan yang
disinggung dalam dalil-dalil keutamaan membaca kalamullah adalah
membaca Al-Qur’an. Sebagaimana hadits berikut,
7
D. Wahyu
َْر ُشوْ ۙن ِ َك اِلَى النَّحْ ِل اَ ِن اتَّ ِخ ِذيْ ِمنَ ْال ِجب
ِ ال بُيُوْ تًا َّو ِمنَ ال َّش َج ِر َو ِم َّما يَع َ َُّواَوْ ٰحى َرب
8
Allah berupa naluri dan insting yang diberikan kepada hewan.
Dalam ayat tersebut Allah memberikan naluri atau insting kepada
lebah untuk membuat sarang di bukit, pohon kayu, dan tempat
yang dibikin manusia.
ۚ َواِ َّن ال َّش ٰي ِط ْينَ لَيُوْ حُوْ نَ اِ ٰلٓى اَوْ لِيَ ۤا ِٕى ِه ْم لِيُ َجا ِدلُوْ ُك ْم
9
ۤ
ك اِلَى ْال َم ٰل ِٕى َك ِة اَنِّ ْي َم َع ُك ْم فَثَبِّتُوا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ۗا
َ ُّاِ ْذ يُوْ ِح ْي َرب
ْال َوحْ ُي َما يُو ِحي هَّللا ُ ِإلَى نَبِ ٍّي ِمنَ اَأْل ْنبِيَا ِء فَي ُْثبِتُهُفِي قَ ْلبِ ِه
b) Manna Al-Qotthon :
10
ataupun tidak. Yang pertama melalui suara yang terjelma dalam
telinganya atau bahkan tanpa suara. Beda antara wahyu dengan
ilham adalah bahwa ilham itu intuisi yang diyakini oleh jiwa yang
mendorong untuk mengikuti apa yang diminta, tanpa sadar
darmana datangnya. Hal seperti itu serupa dengan perasaan lapar,
haus, sedih, dan senang."
11
Nuwas bin Sam’an radialahhu anhu yang mengatakan bahwa Rasulullah
SAW bersabda, “Apabila Allah hendak memberikan wahyu mengenai
suatu urusan. Dia berbicara melalui wahyu, maka langit pun bergetar
dengan getaran atau dia menyatakan dengan goncangan yang dahsyat
karena takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Ketika penghuni langit
mendengarnya, maka pingsan dan jatuh. Lalu bersujudlah kepada Allah.
Yang pertama sekali mengangkat kepalanya di antara mereka itu adalah
Jibril, lalu Allah menyampaikan wahyunya kepada Jibril menurut apa
yang dikehendaki-Nya. Kemudian Jibril berjalan melintasi para malaikat.
Setiap kali dia melalui satu langit, para malaikatnya bertanya pada Jibril:
“Apakah yang telah difirmankan Tuhan kita, wahai Jibril?” Jibil
menjawab: “Dia mengatakan yang hak dan Dialah yang Mahatinggi lagi
Mahabesar.” Para malaikat itu semuanya pun mengatakan seperti apa yang
dikatakan oleh Jibril. Lalu Jibril menyampaikan wahyu itu seperti
diperintahkan Allah Azza wa Jalla.”
Allah menurunkan wahyu kepada para rasul-Nya dengan dua cara; Ada
melalui perantaraan da nada yang tidak melalui perantaraan.
Yang pertama; melalui Jibril, malaikat pembawa wahyu.
12
Yang kedua; Tanpa melalui perantaraan. Diantaranya ialah, mimpi yang
benar dalam tidur.
Mimpi yang benar dalam tidur. Aisyah Radiallahu Anha berkata,
“Sesungguhnya apa yang mula-mula terjadi pada Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam adalah mimpi yang benar itu datang bagaikan terangnya
pagi hari”. (Muttafaq Alaih)
Mimpi yang benar bagi para nabi di waktu tidur itu merupakan satu dari
sekian macam cara Allah “berkomunikasi” dengan hamba pilihan-Nya,
“Allah tiada berbicara dengan seorang manusia pun, kecuali dengan
perantaraan wahyu atau dari balik tabir atau dengan mengutus utusan
(malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang dia
kehendaki. Dia sesungguhnya Maha Tinggi dan Maha Bijaksana.” (Asy-
Syura:54)
Kalam ilahi dari balik tabir tanpa perantara. Seperti yang terjadi pada
Musa Alaihissalam. “Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada
waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung)
kepadanya, (Musa) berkata, “Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu)
kepadaku agar aku dapat melihat-Mu”. (Al-A’raf:143)
13
kesadarannya untuk menerima, menghafal, dan memahaminya. Terkadang
suara itu seperti kepakana sayap-sayap malaikat, seperti diisyaratkan
dalam hadist,
“Apabila Allah menghendaki suatu urusan di langit, maka para malaikat
memukul-mukulkan sayapnya karena tunduk kepada firman-Nya,
bagaikan gemerincingnya mata rantai di atas batu-batu yang licin.”
(HR. Al-Bukhari)
14
Orang-orang Jahiliyah baik yang klasik ataupun yang modern selalu berusaha
menimbulkan keraguan (syubhat) terhadap wahyu dengan sikap keras kepala dan
sombong. Tetapi syubhat itu lemah dan tidak dapat diterima.
“Dan jika dia [yaitu para Nabi] yang memalsukan wacana ini dan
kemudian menghubungkannya dengan Kami, niscaya Kami akan
menangkap tangan kanannya, dan kemudian memotongnya urat
kehidupan; dan tidak seorang pun di antara kamu yang dapat
menghalangi Kami untuk melakukan hal itu.”(Al-Haqqah:44-47)
َولَٰ ِكنَّٓا َأ َنشٰ ۡأاَن٤٤ لشٰ هِ ِد َين نت جِب َا ِن ِب ٱلۡغَر ۡذ قَ َضٰينٓا ىَل مو ٱَأۡلمٰٰر ومٰٰا ُك َ ٱ َ َو َما ُك
ٰ َّ نت ِم َن َ َ َ ۡ ۡ َ ٰ ُ ىَس
ِإ ِإ
ّ ِ ۡ يِب
َ قُ ُرواٗن فَتَ َط َاو َل عَلَهۡي ِ ُم ٱلۡ ُع ُم ُ ۚر َو َما ُك
نت اَث ِواٗي يِف ٓ َأهۡلِ َمدۡ يَ َن تَ ۡتلُو ْا عَلَهۡي ِ ۡم َءايَٰ ِتنَا َولَٰ ِكنَّا ُكنَّا ُم ۡر ِس ِل َني
“Dan tidaklah kamu (Muhammad) berada di sisi yang sebelah barat ketika Kami
menyampaikan perintah kepada Musa, dan tiada pula kamu termasuk orang-
15
orang yang menyaksikan. Tetapi Kami telah mengadakan beberapa generasi,
dan berlalulah atas mereka masa yang panjang, dan tiadalah kamu tinggal
bersama-sama penduduk Mad-yan dengan membacakan ayat-ayat Kami kepada
mereka, tetapi Kami telah mengutus rasul-rasul.” (Al-Qasas: 44-45)
“Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami
wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak
(pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang
baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (Hud: 49)
“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-
Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya
adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.” (Yusuf: 3)
“Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami
wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta
mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi)
siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam...” (Ali-Imran: 44)
ّ ُّمب ٌِنيٞ ّي َو َهٰ َذا ِل َس ٌان َع َريِبٞ ون لَ ۡي ِه َأجۡع َ ِم ٱ
َ ُ ۗ ِل ّ َس ُان ذَّل ِ ي يُلۡ ِحدٞ ون ن َّ َما يُ َع ِل ّ ُمهُۥ بَرَشَ َُولَ َقدۡ ن َ ۡعمَل ُ َأهَّن ُ ۡم ي َ ُقول
ِإ ِإ
“Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Sesungguhnya
Al Quran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)".
Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar
kepadanya bahasa ´Ajam, sedang Al Quran adalah dalam bahasa Arab yang
terang.” (An-Nahl: 103)
16
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam makalah ini, kita telah menjelajahi konsep dari Ushul al-Qur'an dan
bagaimana wahyu dapat sampai kepada nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Kita telah memahami bahwa Ushul al-Qur'an adalah cabang ilmu yang mempelajari
sumber, asal-usul, dan metode penafsiran Al-Qur'an, sedangkan wahyu adalah cara Allah
berkomunikasi dengan para nabi dan rasul-Nya.
Dari pembahasan ini, kita juga menyadari bahwa Al-Qur'an adalah pedoman
hidup bagi umat Islam, dan penafsiran yang benar diperlukan untuk memahami pesan
moral, etika, dan hukum yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, memahami
Ushul al-Qur'an adalah kunci untuk mendekati Al-Qur'an dengan pemahaman yang
mendalam.
Selain itu, kita juga mengingatkan bahwa wahyu adalah cara Allah
menyampaikan pesan-pesan-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul-Nya.
Wahyu adalah salah satu fondasi utama agama Islam dan memainkan peran penting
dalam pandangan dunia Muslim.
B. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
Syaikh manna' Al-Qaththan. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar, 2006.
https://an-nur.ac.id/pengertian-al-quran-nama-nama-al-quran-dan-sifatnya/
https://muslim.or.id/31262-perbedaan-al-quran-dan-hadits-qudsi.html
https://www.nasehatquran.com/2020/10/pengertian-wahyu.html?m=1
18
19