Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Al-QU’RAN SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM

Dosen Pengampu :

Di Susun Oleh :

PROGRAM STUDI
FAKULTAS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. KH. SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga
kita dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang merupakan tugas dari mata kuliah Ushul
Fiqh . Dalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu, terutama kepada dosen yang telah memberi kami petunjuk, sehingga kami bisa
menyelesaikan masalah ini.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan
saran sangat kami harapkan demi penyempurna dalam pembuatan makalah ini. Kami berharap
makalah ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak.

Purwokerto, 11 Maret 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................

A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan Pembahasan.......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................

A. Apa yang dimaksud dengan Al-Qur’an dan nama nama lain.........................


B. Pembagian surah dan proses turunya Al-Qu’ran ..........................................
C. Fungsi dan tujuan Al-Qur’an ………………………………………………
D. Pokok ajaran dan keistimewaan Al-Qur’an………………………………..
E. Pendapat ulama terkait kehujjahan sebagai sumber hukum……………….
F. Bagaimana hukum yang terkandung dalam al-Qur’an.................................
G. Kedudukan Al- Qur’an sebagai sumber hukum islam………………………
BAB III PENUTUP....................................................................................................

A. Kesimpulan ...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
Sebagaimana telah dimaklumi, bahwa Al Qur`an disamping sebagai kitab sucinya ummat
Islam juga merupakan sumber hukum Islam yang pertama dan utama. Sebagai kitab suci, Al
Qur`an harus diimani dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai pribadi,
sebagai anggota keluarga dalam sebuah rumah tangga maupun sebagai warga masyarakat,
bangsa dan negara Republik Indonesia tercinta ini.
Menurut H.A. Djazuli, yang dimaksud dengan Al Qur`an adalah Kalam Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw, tertulis dalam mushaf berbahasa Arab, yang disampaikan kepada
kita denagn jalan mutawatir, dan membacanya mengandung nilai ibadah, dimulai dengan surah
al Fatihah dan diakhiri dengan surah An Nas.1
Yang dimaksud dengan mutawatir pada pengertian di atas adalah,bahwa Al Qur`an itu
diriwayatkan oleh orang banyak dengan berturut-turut. Oleh karena itu, apa yang diriwayatkan
orang seorang tidak dinamakan Al Qur`an. Dengan demikian, bacaan Al Qur`an yang tidak biasa
dikenal (bacaan syadz) dan tidak sepakati oleh Qurra (ahli pembacaan Al Qur`an), tidak
dinamakan Al Qur`an dan tidak sah pula untuk shalat.
Sebagai sumber hukum, di dalam Al Qur`an telah disebutkan secara rinci hal-hal yang berkaitan
dengan masalah-masalah ibadah dan al ahwal asy syakhshiyah. Sedang masalah-masalah lainnya
hanya disebutkan secara umum, secara global yang dalam ilmu fiqh dikenal dengan istilah kully,
atau tidak serinci, tidak mendetail bila dibandingkan dengan masalah-masalah ibadah dan al
ahwal asy syakhshiyah tersebut. Hal itu berti, bahwa manusia sebagai makhluk Allah swt
memerlukan tuntunan yang lebih pasti, lebih rinci, lebih mendetail dari Allah secara langsung.
Sehingga dengan demikian, Al Qur`an dapat diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan yang
terjadi di masyarakat, dan terhadap berbagai masalah-masalah yang terjadi sepanjang zaman.
Jadi hukum-hukum yang bersifat umum, global atau kully itu memiliki sifat fliksibelitas yang
tinggi dalam menghadapi berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat.2
B . Rumusan Masalah
A. Apa yang dimaksud dengan Al-Qur’an dan nama nama lain ?
B. Pembagian surah dan proses turunya Al-Qu’ran ?
C. Fungsi dan tujuan Al-Qur’an ?
D. Pokok ajaran dan keistimewaan Al-Qur’an ?

1
A. Djazuli, H., Ilmu Fiqh, Penggalian, Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam, Kencana, Prenada
Media Group, Ed. Rev., 2005, hal. 62
2
A. Hanafi, Ushul Fiqh, Wijaya, Jakarta, 1981, hal. 102
E. Pendapat ulama terkait kehujjahan sebagai sumber hukum ?
F. Bagaimana hukum yang terkandung dalam al-Qur’an ?
G. Bagaimana kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber hukum islam ?
C . Tujuan Pembahasan
A. Untuk mengetahui Al-Qur’an dan nama lain
B. Untuk mengetahui pembagian surah dan proses turunya Al-Qu’ran
C. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan Al-Qur’an
D. Untuk mengetahui pokok ajaran dan keistimewaan Al-Qur’an
E. Untuk mengetahui pendapat ulama terkait kehujjahan sebagai sumber hukum
F. Untuk mengetahui bagaimana hukum yang terkandung dalam al-Qur’an
G. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber hukum islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Qur’an dan nama lainya


Secara harfiyah, Al Qur`an yang berasal dari bahasa Arab, yang kata kerjanya adalah qara`a -
yaqra`u, yang berarti membaca3. Jadi qur`an berarti bacaan. Pengertian tersebut sesuai dengan
firman Allah pada surah Al Qiyamah,
ayat 17 dan 18 sebagai berikut:

Artinya: Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan


(membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaannya itu.4
Adapun nama –nama al Qur’an yaitu :
1. Al kitab (kitabullah),yang merupakan sinonim dari kata Al Qur’an artinya,kitab suci sebagai
petunjuk bagi oranh yang bertakwa.nama ini diterangkan dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat
2.
2. Az-zikr,artinya peringatan,nam ini di terangkan dalam Al-Qur’an surat al-hijr ayat 9.
3. Al- furqan, artinya pembeda,nama ini diterangkan dalam surat al Furqan ayat 1.
4 As-suhuf berate lembaran-lembaran,seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al- bayinah
ayat 2.
B. Pembagian surah dan proses turunya Al-Qu’ran
1. Assabi’uthiwaal, yaitu tujuh surat yang panjang,ketujuh surat itu yaitu al-baqarah (286), al-
A’raf (206), Ali Imran (200), an-nisa (176), al an’am (165),al-maidah (120), dan Yunus ( 109)

3
3 Mahmud Yunus, H. Kamus Arab Indonesia,Yayasan Penyelenggara Penterjemah /Penafsir Al Qur`a, Jakarta,
1973, hal. 335
4
4 Nasruddin Razak, Dienul Islam, PT Al Ma`arif, Bandung, 1986, hal 86
2. Al-Miuun, yaitu surat yang berisi seratus ayat lebih.Maksudnya surat-surat tersebut memiliki
ayat sekitar seratus ayat atau lebih. Misalnya,surat Hud (123 ayat),Yusuf (111 ayat), dan At-
Taubah (129 ayat).
3. Al-Matsaani, yaitu surat-surat yang berisi kurang dari seratus ayat. Maksudnya surat-surat
tersebut kurang dari seratus ayat.Misalnya,surat Al-anfal (75 ayat),ar-rum (60 ayat),dan al-
hijr(99 ayat).
4. Al- Mufashshal, yaitu surat-surat pendek seperti al-ikhlas,ad-duha,dan an-nasr.suat-surat
seperti ini kebannyakan di temukan dalam juz ke 30.
Wahyu yang pertama dan terakhir diturunkan .
Wahyu yang di turunkan oleh Allah swt kepada nabi Muhammad adalah surat Al-Alaq ayat ke 1-
5 di gua hira.Tepatnya pada tangal 17 ramadan,tahun ke 40 bertepatan dengan tanggal 6 Agustus
610 M.
Ptoses turunya adalah :
1.Al-Qur’an diturunnkan sekaligus
Al-Qur’an diturunkan secara sekaligus pada malam lailatul qadar kemudiaan diturunkan secara
berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad saw.
2.Al-Qur’an di turunkan secara berangsur-angsur.
Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur pada setiap malam lailatul qadar.
3.Al-Qur’an diturunkan dari Lauhul Mahfuz ke Baitul izzah. AL-Qur’an diturunkan pertama kali
pada malam lailatul qadar sekaligus dari Lauhul Mahfuz ke Baitul izzah,kemudian b aru
diturunkan sedikit demi sedikit kepada Nabi Muhammad saw.
Sejarah turunnya Al-Qur’an
Allah SWT menurunkan Al-Qur’an dengan perantaraan malaikat jibril sebagai pengentar wahyu
yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW di gua hiro pada tanggal 17 ramadhan ketika
Nabi Muhammad berusia / berumur 41 tahun yaitu surat al alaq ayat 1 sampai ayat 5. Sedangkan
terakhir alqu’an turun yakni pada tanggal 9 zulhijjah tahun 10 hijriah yakni surah almaidah ayat
3.Alquran turun tidak secara sekaligus, namun sedikit demi sedikit baik beberapa ayat, langsung
satu surat, potongan ayat, dan sebagainya. Turunnya ayat dan surat disesuaikan dengan kejadian
yang ada atau sesuai dengan keperluan. Selain itu dengan turun sedikit demi sedikit, Nabi
Muhammad SAW akan lebih mudah menghafal serta meneguhkan hati orang yang
menerimanya. Lama al-quran diturunkan ke bumi adalah kurang lebih sekitar 22 tahun 2 bulan
dan 22 hari.
C. Fungsi dan tujuan Al-Qur’an
1.Petunjuk bagi Manusia.
Allah swt menurunkan Al-Qur’ansebagai petujuk umar manusia,seperti yang dijelaskan dalam
surat (Q.S AL-Baqarah 2:185 (QS AL-Baqarah 2:2) dan (Q.S AL-Fusilat 41:44)
2. Sumber pokok ajaran islam.
Fungsi AL-Qur’an sebagai sumber ajaran islam sudah diyakini dan diakui kebenarannya oleh
segenap hukum islam.Adapun ajarannya meliputi persoalan kemanusiaan secara umum seperti
hukum,ibadah,ekonomi,politik,social,budaya,pendidikan,ilmu pengethuan dan seni.
3. Peringatan dan pelajaran bagi manusia.
Dalam AL-Qur’an banyak diterangkan tentang kisah para nabi dan umat terdahulu,baik umat
yang taat melaksanakan perintah Allah maupun yang mereka yang menentang dan mengingkari
ajaran Nya.Bagi kita,umat uyang akan datang kemudian rentu harus pandai mengambil hikmah
dan pelajaran dari kisah-kisah yang diterangkan dalam Al-Qur’an.
4. sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw.
Turunnya Al-Qur’an merupakan salah satu mukjizat yang dimilki oleh nabi Muhammad saw.
Tujuan Pokok Al-Quran
1. Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam
keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.
2. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan
dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.
3. Petunjuk mengenal syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang
harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. Atau dengan kata
lain yang lebih singkat, “Al-Quran adalah petunjuk bagi selunih manusia ke jalan yang harus
ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.”
D. Pokok ajaran dan keistimewaan Al-Qur’an
1.Akidah
akidah adalah keyakinan atau kepercayaan.Akidah islam adalah keyakinan atau kepercayaan
yang diyakini kebenarannya dengan sepenuh hati oleh setiap muslim.Dalam islam,akidah bukan
hanya sebagai konsep dasar yang ideal untuk diyakini dalam hati seorang muslim.Akan
tetapi,akidah tau kepercayaan yang diyakini dalam hati seorang muslim itu harus mewujudkan
dalam amal perbuatan dan tingkah laku sebagai seorang yang beriman.
2.Ibadah dan Muamalah
Kandungan penting dalam Al-Qur’an adalah ibadah dean muamallah.Menurut Al-ur’an tujuan
diciptakannya jin dan manusia adalah agar mereka beribadah kepada Allah.Seperti yang
dijelaskan dalam (Q.S Az,zariyat 51:56)
Manusia selain sebagai makhluk pribadi juga sebagai makhluk sosial.manusia memerlukan
berbagai kegiatan dan hubungan alat komunikasi .Komonikasi dengan Allah atau hablum
minallah ,seperti shalat,membayar zakat dan lainnya.Hubungan manusia dengan manusia atau
hablum minanas ,seperti silahturahmi,jual beli,transaksi dagang, dan kegiatan kemasyarakatan.
Kegiatan seperti itu disebut kegiatan Muamallah,tata cara bermuamallah di jelaskan dalam surat
Al-Baqarah ayat 82.
3.Hukum
Secara garis besar Al-Qur’an mengatur beberapa ketentuan tentang hukum seperti hukum
perkawinan,hukum waris,hukum perjanjian,hukum pidana,hukum musyawarah,hukum
perang,hukum antar bangsa.
4. Akhlak
Dalam bahasa Indonesia akhlak dikenal dengan istilah moral .Akhlak,di samping memiliki
kedudukan penting bagi kehidupan manusia,juga menjadi barometer kesuksesan seseorang dalam
melaksanakan tugasnya.Nabi Muhammad saw berhasil menjalankan tugasnya menyampaikan
risalah islamiyah,anhtara lain di sebabkan memiliki komitmen yang tinggi terhadap
ajhlak.ketinggian akhlak Beliau itu dinyatakan Allah dalam Al-Qur’an surat al-Qalam ayat 4.
5. Kisah-kisah umat terdahulu
Kisah merupakan kandungan lain dalam Al-Qur’an.Al-Qur’an menaruh perhatian penting
terhadap keberadaan kisah di dalamnya.Bahkan,di dalamnya terdapat satu surat yang di namaksn
al-Qasas.Bukti lain adalah hampir semua surat dalam Al-Qur’an memuat tentang kisah. Kisah
para nabi dan umat terdahulu yang diterangkan dalam Al-Qur’an antara lain di jelaskan dalam
surat al-Furqan ayat 37-39.
6. Isyarat pengemban ilmu pengetahuan dan teknologi
Al-Qur’an banyak mengimbau manusia untuk mengali dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi.Seperti dalam surat ar-rad ayat 19 dan al zumar ayat 9.Selain kedua surat tersebut
masih banyak lagi dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi seperti dalam
kedokteran,farmasi,pertanian,dan astronomi yang bermanfaat bagi kemjuan dan kesejahteraan
umat manusia.
Keistimewaan Dan Keutamaan Al-qur’an :
1. Memberi pedoman dan petunjuk hidup lengkap beserta hukum-hukum untuk kesejahteraan
dan kebahagiaan manusia seluruh bangsa di mana pun berada serta segala zaman / periode
waktu.
2. Memiliki ayat-ayat yang mengagumkan sehingga pendengar ayat suci al-qur’an dapat
dipengaruhi jiwanya.
3. Memberi gambaran umum ilmu alam untuk merangsang perkembangan berbagai ilmu.
4. Memiliki ayat-ayat yang menghormati akal pikiran sebagai dasar utama untuk memahami
hukum dunia manusia.
5. Menyamakan manusia tanpa pembagian strata, kelas, golongan, dan lain sebagainya. Yang
menentukan perbedaan manusia di mata Allah SWT adalah taqwa.
6. Melepas kehinaan pada jiwa manusia agar terhindar dari penyembahan terhadap makhluk serta
menanamkan tauhid dalam jiwa.
E. Pendapat ulama terkait kehujjahan sebagai sumber hukum
Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Menurut Ulama Imam Mazhab
1. Pandangan Imam Abu Hanifah
Imam Abu Hanifah sependapat dengan jumhur ulama bahwa al-Qur’an merupakan sumber
hukum islam. Namun, Imam Abu Hanifah itu berpendapat bahwa al-Quran itu mencakup
maknanya saja. Diantara dalil yang menunjukan pendapat Imam Abu Hanifah tersebut, bahwa
dia membolehkan shalat dengan menggunakan bahasa selain Arab, misalnya dengan bahasa Parsi
walaupun tidak dalam keadaan madharat.
2. Pandangan Imam Malik
Menurut Imam Malik, hakikat al-Quran adalah kalam Allah yang lafadz dan maknanya dari
Allah SWT. Ia bukan makhluk, karena kalam Allah termasuk sifat Allah. Imam Malik juga
sangat menentang orang-orang yang menafsirkan al-Qur’an secara murni tanpa memakai atsar,
sehingga beliau berkata, “Seandainya aku mempunyai wewenang untuk membunuh seseorang
yang menafsirkan al-Qur’an (dengan daya nalar murni), maka akan kupenggal leher orang itu.”
Dengan demikian, dalam hal ini Imam Malik mengikuti Ulama Salaf (Sahabat dan Tabi’in) yang
membatasi pembahasan al-Qur’an sesempit mungkin karena mereka khawatir melakukan
kebohongan terhadap Allah SWT. Maka tidak heran kalau kitabnya, Al-Muwathha dan Al
Mudawwanah sarat dengan pendapat sahabat dan tabi’in. Dan Imam Malik mengikuti jejak
mereka dalam cara menggunakan ra’yu.
3. Pendapat Imam Syafi’i
Imam Syafi’i berpendapat bahwa al-Qur’an merupakan sumber hukum islam yang paling pokok,
dan beranggapan bahwa al-Quran tidak bisa dilepaskan dari as-Sunnah, karena hubungan antara
keduanya sangat erat sekali. Sehingga seakan-akan beliau menganggap keduanya berada pada
satu martabat, namun bukan berarti Imam Syafi’i menyamakan derajat al-Qur’an dengan
Sunnah, perlu di pahami bahwa kedudukan as-Sunnah itu adalah sumber hukum setelah al-
Qur’an, yang mana keduanya ini sama-sama berasal dari Allah SWT. Dengan demikian tak
heran bila Imam Syafi’i dalam berbagai pendapatnya sangat mementingkan penggunaan bahasa
Arab, misalkan dalam shalat, nikah dan ibadah lainnya. Beliau mengharuskan penguasaan bahasa
Arab bagi mereka yang mau memahami dan mengistinbat hukum dari al-Qur’an.
4. Pandangan Imam Ahmad Ibnu Hambal
Imam Ibnu Hambal berpendapat bahwa al-Qur’an itu sebagai sumber pokok hukum islam, yang
tidak akan berubah sepanjang masa. Al-Qur’an juga mengandung hukum-hukum yang bersifat
global dan penjelasan mengenai akidah yang benar, di samping sebagai hujjah untuk tetap
berdirinya agama islam. Seperti halnya Imam As-Syafi’i, Imam Ahmad memandang bahwa
Sunnah mempunyai kedudukan yang kuat di samping al-Qur’an sehingga tidak jarang beliau
menyebutkan bahwa sumber hukum itu adalah nash, tanpa menyebutkan al-Qur’an dahulu atau
as-Sunnah dahulu, tetapi yang dimaksud Nash tersebut adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah.5
F. Hukum yang terkandung dalam al-Qur’an
Penjelasan Al-Qur’an terhadap Hukum
Ayat-ayat Al-Qur’an dari segi kejelasannya artinya ada dua macam, yaitu:
Ayat muhkam: ayat yang jelas maknanya, tersingkap secara terang sehingga menghindarkan
keraguan dalam mengartikannya dan menghilangkan adanya beberapa kemungkinan
pemahaman.
Ayat mutasyabih: ayat yang tidak pasti arti dan maknanya, sehingga dapat dipahami dengan
beberapa kemungkinan.6
Dari segi penjelasannya terhadap hukum, ada beberapa cara yang digunakan al-Qur’an,
yaitu:
Secara Juz’I (terperinci), al-Qur’an memberikan penjelasan secara lengkap, sehingga dapat
dilaksanakan menurut apa adanya, meskipun tidak dijelaskan Nabi dengan Sunnahnya.
Secara Kulli (global), penjelasan aL-Qur’an terhadap hukum berlaku secara garis besar, sehingga
masih memerlukan penjelasan dalam pelaksanaanya. Yang paling berwenang memberikan
penjelasan adalah Nabi Muhammad dengan sunnahnya.
Secara Isyarah, al-Qur’an memberikan penjelasan terhadap apa yang secara lahir disebutkan di
dalamnya dalam bentuk penjelasan secara isyarat. Di samping itu, juga memberikan pengertian
secara isyarat kepada maksud lain. Dengan demikian satu ayat al-Qur’an dapat memberikan
beberapa maksud.7
Hukum yang Terkandung dalam Al-Qur’an
Secara garis besar hukum-hukum dalam al-Qur’an dapat dibedakan menjadi tiga macam:
Hukum-hukum yang bertalian dengan I’tiqad yaitu hukum-hukum yang mengatur hubungan
manusia dengan Allah mengenai apa-apa yang harus diyakini dan yang harus dihindari
sehubungan dengan keyakinannya, seperti keharusan mengesakan Allah dan larangan
mempersekutukan-Nya.

5
Rahcmat Syafe’I, Ilmu Ushul Fiqh, cet. ke-4, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 54.
6
Amir Syarifuddin, op. cit., hlm. 68.
7
Ibid., hlm. 70.
Hukum-hukum yang bertalian dengan akhlak yaitu hukum-hukum yang mengatur hubungan
pergaulan manusia mengenai sifat-sifat baik yang harus dimiliki dan sifat-sifat buruk yang harus
dijauhi dalam kehidupan bermasyarakat.
Hukum-hukum yang bertalian dengan Amaliyah yaitu hukum-hukum yang menyangkut
tindak-tanduk manusia dan tingkah laku lahirnya dalam hubungan dengan Allah, dalam
hubungan dengan sesama manusia, dan dalam bentuk apa-apa yang harus dilakukan atau harus
dijauhi.
Hukum amaliyah secara garis besar terbagi dua:
Hukum ‘ibadah dalam arti khusus, hukum yang mengatur tingkah laku dan perbuatan lahiriah
manusia dalam hubungannya dengan Allah, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.
Hukum mu’amalah dalam arti umum, hukum yang mengatur tingkah laku lahiriah manusia
dalam hubungannya dengan manusia atau alam sekitarnya, seperti jual beli, kawin, dan
pembunuhan.
Bentuk hukum muamalah ada beberapa macam, yaitu:
Hukum mu’amalat dalam arti khusus, hukum yang mengatur hubungan antara sesama
manusia yang menyangkut kebutuhan akan harta bagi keperluan hidupnya. Contoh: jual beli,
sewa menyawa, pinjam meminjam. Contoh ayat: Allah berfirman dalam surat al-Qasas: 26-27
‫َۤل‬ ‫ٰۤي‬
‫َقَل ِإِّنْۤي ُأِرْيُد َأْن ُأْنِكَح َك ِإْح َدى اْبَنَتْي ٰه َتْيِن َع ى َأْن َت ْأُج َرِنْي َثَم اِنَي‬۰ ‫َقاَلْت ِإْح ٰد ُهَم ا َاَبِت اْسَتْأِج ْر ُه ِإَّن َخْيَر َمِن اْسَتْأَج ْر َت ْالَقِو ُّى ْاَأَلِم ْيُن‬
‫ِح َج ٍج َفِإْن َأْتَم ْم َت َع ْش ًراَفِم ْن ِع ْنِد َك َو َۤم اُأِرْيُد َأْن َأُش َّق َع َلْيَك َس َتِج ُد ِنْۤي ِإْنَش ۤا َء ُهّٰللا ِم َن الَّصاِلِح ْيَن‬
‘’Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang
bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”.Berkatalah dia (Syu’aib):
“Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini,
atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun
maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan
kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang- orang yang baik”.
Hukum munakahat, hukum yang mengatur hubungan antara sesama manusia yang menyangkut
kebutuhan akan penyaluran nafsu syahwat secara sah dan yang berkaitan dengan itu. Contoh:
kawin, cerai, rujuk dan pengasuhan atas anak yang dilahirkan. Contoh ayat: Allah berfiman
dalam QS. al-Baqarah: 236

‫اَل ُجَن اَح َع َلْيُك ْم ِاْن َطَّلْقُتُم الِّنَس آَء َم اَلْم َتَم ُّس ْو ُهَّن َاْو َتْفِر ُض ْو اَلُهَّن َفِرْيَض ًة َّو َم ِّتُع ْو ُهَّن َع َلى ْالُم ْو ِس ِع َق َد َر ُه َو َع َلى ْالُم ْقِتِر َق َدُر ُه‬
‫َم َتاًعاَبْالَم ْع ُرْو ِف َح ًّقاَع َلى ْالُم ْح ِسِنْيَن‬
‘’Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu
menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu
akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan
mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma’ruf.
Dan janganlah kamu ber’azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis ‘iddahnya.
Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka takutlah
kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.’’
Hukum mawarits atau wasiat, hukum yang mengatur hubungan antara sesama manusia yang
menyangkut perpindahan harta yang tersebab oleh adanya kematian. Contoh ayat: Allah
berfiman dalam QS an-Nisa’:11
‫ُيْو ِص ْيُك ُم ُهّٰللا ِفْۤي َاْو اَل ِد ُك ْم ِللَّذ َك ِرِم ْثُل َح ِّط ْاُالْنَثَيْيِن َفِاْن ُك َّن ِنَس آًء َفْو َق اْثَنَتْيِن َفَلُهَّن ُثُلَثاَم اَتَر َك َوِاْن َكاَنْت َو اِهَد ًةَفَلَهاالِنْص ُف َو َاِلَبَو ْيِه ِلُك ِّل‬
‫َو اِهٍد ِّم ْنُهَم االُّسُد ُس ِمّم اَتَر َك ِاْن َك اَن َل ُه َو َل ٌد َف ِاْن َّلْم َيُك ْن َّل ُه َو َلٌد َّو َو ِر َس ُۤه َاَب ٰو ُه َفُاِلِّم ِه الُّثُلُث َف اْن َك اَن َل ُۤه ِاْخ َو ٌة َفُاِلِّم ِه الُّس ُد ُس ِم ْن‬
‫َبْع ِدَو ِص َّيٍةُّيْو ِصْي ِبَهآَاْو َد ْيٍن ٰا َبآُؤ ُك ْم َو َاْبَنآُؤ ُك ْم َالَتْد ُرْو َن َاُّيُهْم َاْقَر ُب َلُك ْم َنْفًعا َفِرْيَض ًة ِّم َن ُهّٰللا ِاَّن َهّٰللا َك اَن َع ِلْيًم اَحِكْيًم ا‬
Hukum Jinayah atau pidana, hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan manusia
lain yang menyangkut dengan usaha pencegahan terjadinya kejahatan atas harta, maupun
kejahatan penyaluran nafsu syahwat atau menyangkut kejahatan dan sanksi bagi pelanggarnya.
Contoh: pencurian, pembunuhan, dan perzinahan. Contoh ayat: Allah berfiman dalam QS al-
Baqarah: 178
‫ٰۤي‬
‫َاُّيَهااَّلِذ ْيَناٰا َم ُنْو اُك ِتَب َع َلْيُك ُم ْالِقَص اُص ِفى ْالَقْتٰل ى ْالُحُّر ِبْالُحِّر َو ْالَع ْبُد ِبْالَع ْبِدَو ْالْنٰث ى ِبْالُع ْنٰث ى َفَم ْن ُع ِفَي َلُه ِم ْن َاِح ْيِه َش ْي ٌء َفاِّتَباٌع بْالَم ْع ُرْو ِف‬
‫َو َاۤد اٌءِاَلْيِه ِبِاْح َس اٍن ٰد ِلَك‬
Hukum murafa’at atau qadha atau acara, hukum yang mengatur hubungan antara sesama
manusia yang berkaitan dengan usaha penyelesaian akibat tindak kejahatan di pengadilan.
Contoh: kesaksian, gugatan, dan pembuktian di pengadilan. Contoh ayat: Allah berfirman dalam
QS. an-Nisaa’: 135
‫ٰۤي َاُّيَهااَّل ِذ ْيَن ٰا َم ُنْو اُك ْو ُنْو اَق َّواِم ْيَن ِبْالِقْس ِط ُش َهَدآَءِهّٰلِل َو َل ْو َعلٰۤى َاْنُفِس ُك ْم َاِو اْلَو اِل َد ْيِن َو ْاَالْق َر ِبْيَن ِاْن َّيُك ْن َغ ِنًّياَاْو َفِقْيًراَفاُهّٰلل َاْو لٰى ِبِهَم ا‬
‫َفَالَتَّتِبُعوااْلَهٰۤو ى َاْن َتْع ِد ُلْو ا َو ِاْن َتْلُۤو اَاْو ُتْع ِر ُضْو اَفِاَّن َهّٰللا َك اَن ِبَم اَتْع َم ُلْو َن َخ ِبْيًرا‬
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan,
menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu.
Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar
balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha
Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.
Hukum dusturiyah atau tata negara, hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan
manusia lain yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Contoh: ulil amri,
khalifah, baitul mal. Contoh ayat: Allah berfirman dalam QS al- A’raf: 142
‫َو ٰو َع ْد َناُم ْو ٰس ى َثٰل ِثْيَن َلْيَلًةَّو َاْتَم ْم ٰن َهاِبَع ْش ٍر َفَتَّم ِم ْيَقاُت َر ِّبِۤه َاْر َبِع ْيَن َلْيَلًة َو َق اَل ُم ْو ٰس ى َاِلِخ ْي ِه ٰه ُرْو َن اْخ ُلْفِنْي ِفْي َق ْو ِمْي َو َاْص ِلْح َو اَل َتَّتِب ْع‬
‫سِبْيَل اْلُم ْفِسِد ْيَن‬
Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh
malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka
sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa
kepada saudaranya yaitu Harun: “Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan
perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan”.
Hukum dualiyah atau antar negara atau internasional, hukum yang mengatur hubungan
manusia dengan sesamanya dalam suatu negara dengan manusia di negara lain, dalam keadaan
damai dan keadaan perang. Contoh: tawanan, ekstradisi, perjanjian. Contoh ayat: Allah
berfirman dalam QS. Muhammad: 4
‫ّٰۤت‬
‫َف ِاَذ اَلِقْيُتُم اَّل ِذ ْيَن َكَفُرْو اَفَض ْر َب الِّر َق اِب َح ى ِاَۤذ اَاْثَخ ْنُتُم ْو ُهْم َفُث ُّد وااْلَو َثاَق َفِاَّم ا َم ًّناَبْعُد َو ِاَّم اِف َۤد اًءَح ّٰت ى َتَض َع اْلَح ْر ُب َاْو َزاَر َه ا ٰذ ِل َك‬
‫َو َلْو َيَۤش اُءُهّٰللا اَل ْنَتَصَرِم ْنُهْم َو َٰل ِكْن ِّلَيْبُلَو ْاَبْع َض ُك ْم ِبَبْع ٍض َو اَّلِذ ْيَن ُقِتُلْو اِفْي َس بْيِل ِهّٰللا َفَلْن َّيِض َّل َاْع َم اَلُهْم‬
‘’Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang
leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan
sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir.
Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah
hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang syahid
pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka.’’
G. Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber hukum islam
Berbicara tentang sumber hukum Islam, pada ulama sepakat bahwa Al Qur`an menempati urutan
yang pertama dan utama, setelah Al Qur`an adalah Al Hadis yang kemudian disusul dengan
ijma` dan qiyas. Saidus Syahar menyebutkan bahwa sumber-sumber syari`at dapat dibagi dalam
dua bagian, yaitu sumber utama dan deduction atau kesimpulan. Sumber utama adalah wahyu,
yang dapat dibagi kepada wahyu langsung (Al Qur`an) dan wahyu tidak langsung (sunnah).
Sedangkan deduction atau kesimpulan yang ditarik dari wahyu juga terbagi kepada:
1. Qiyas (analogi), yakni penarikan kesimpulan seseorang mujtahid.
2. Ijma` (persamaan pendapat dari beberapa mujtahid)
3. Dan lain-lain8
Dalam sebuah riwayat, terjadi dialog antara Rasulullah saw dengan sahabatnya yang bernama
Mu`az bin Jabal sebelum mengutusnya untuk menjadi Gubernur di negeri Yaman, yang
dikenal dengan hadis Mu`az bin Jabal sebagai berikut:

‫ذﺎﻌﻣ لﺎﻗ ؟ءﺎضﻗ كﻟ ضﺮﻋ اذإ ﻰضﻘﺗ ﻒﻴك ﻰيأﺮﺑ ﺪهﺘجأ ﺪجأ ﻢﻟ نإف ﷲا‬: ‫لﻮﺳر ﺔﻨسﺒف ﺪجأ ﻢﻟ نإف ﷲا بﺎﺘﻜﺑ ﻰضﻗأ‬
Artinya: Bagaimana engkau akan memutuskan hukum jika disodorkan perkara kepadamu?
Mu`az menjawab, “Saya akan memutuskan perkara itu sesuai dengan hukum Al Qur`an
(Kitabullah). Apabila aku tidak jumpai di dalam Kitabullah, aku akan memutuskan
dengan Sunnah Rasulullah, jika tidak ada di dalam Sunnah Rasulullah, saya akan melakukan
ijtihad dengan kemampuanku”.9

8
Saidus Syahar, op. cit., hal. 36
9
Khallaf, Abdul Wahhab, Sumber-Sumber Hukum Islam, Terjemahan dari judul asli Mashadir at
Tasyri` al Islami fima la nashsha fihi, Risalah Bandung, 1984, hal. 2
Jika ditinjau dari segi kekuatannya, sumber hukum tersebut dapat digolongkan atas
sumber yang disepakati dan sumber yang tidak disepakati oleh para ulama. Sumber hukum yang
disepakati oleh ulama sebagai sumber utama ajaran Islam adalah Al Qur`an dan Al
Sunnah/Hadis.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, para ulama sepakat bahwa Al Qur`an adalah sumber
hukum Islam yang pertama dan utama. Pada umumnya isi kandungan Al Qur`an bersifat kully,
umum atau global dalam mengemukakan satu persoalan. Itulah sebabnya Al Qur`an
memerlukan interpritasi sebagai upaya untuk mencari ayat yang sifatnya kully, umum atau
global tersebut. Untuk merinci kandungan Al Qur`an diperlukan hadis Nabi saw, sebab tanpa
adanya hadis Nabi tersebut, banyak ayat Al Qur`an yang sulit dipahami secara jelas. Karena
itulah hadis-hadis berfungsi untuk memberikan penjelasan atau menafsirkan (hadis tafsir)
terhadap ayat-ayat yang bersifat global tersebut. Karena hadis-hadis Nabi saw juga jumlahnya
terbatas, maka dianjurkan kepada para ulama yang mempunyai kemampuan ijtihad untuk
menafsirkan Al Qur`an, agar kandungan Al Qur`an dapat dipahami secara utuh.
Kecuali hal-hal yang bersifat kully, umum atau global, Al Qur`an sebagai sumber pokok ajaran
Islam juga menjelaskan secara rinci atau mendetail terhadap hal-hal yang berhubungan
dengan aqidah, kewarisan, cara menyatakan li`an antara suami istri, beberapa macam hukum
jarimah hudud dan wanita-wanita yang dilarang dikawin10.
Sedang menurut Drs. Hasbullah Bakry, hukum-hukum yang ada dalam Al Qur`an pada
pokoknya terbagi dua macam, yaitu:
a. Hukum-hukum yang mengatur bagaimana hubungan manusia terhadap Tuhannya,
Hubungan tersebut ialah menyangkut tatacara peribadatan seperti shalat, puasa dan lain-lain.
b. Hukum-hukum yang mengatur bagaimana hubungan antar sesama manusia. Hukum-
hukum yang dimaksud disebut dengan hukum mu`amalat. Hukum Al Qur`an yang mengatur
tentang mu`amalat tersebut terdiri dari 4 empat macam, yaitu:
1) Yang berhubungan dengan masalah rumah tangga seperti perkawinan, perceraian, pembagian
harta peninggalan dan lain-lain.
2) Yang berhubungan dengan jihad seperti hukum berperang, syarat wajib berperang, urusan
tawanan, hal-hal kesopanan dalam berperang, dan pembagian harta rampasan.
3) Yang berhubungan dengan mu`amalat perdagangan seperti jual beli, sewa-menyewa dan lain-
lain.
4) Yang berhubungan dengan hukuman terhadap tindak kejahatan seperti qishas dan hudud11

10
A. Hanafi, op.cit, hal 57
11
Bakry Hasbullah, Pokok-pokok Ilmu Agama Islam, Siti Syamsiyah, Solo, 1961, hal.33
BAB III
PENUTUP
A . Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Al Qur`an adalah kalam Allah swt dalam bentuk bahasa Arab yang disampaikan kepada
Nabi Muhammad saw, dengan perantaraan malaikat Jibril as. Dan selanjutnya dari Nabi
Muhammad saw disampaikan kepada para sahabat secara mutawatir. Bagi orang yang
membaca Al Qur`an tersebut akan diberikan pahala oleh Allah swt, karena membaca Al Qur`an
itu dianggap sebagai ibadah kepada Allah swt.
2. Al Qur`an itu diturunkan kepada Nabi Muhammad saw adalah secara berangsur-angsur,
disamping untuk memperkokoh ketahanan mental atau memperkuat hati Nabi Muhammad
saw, juga dimaksudkan untuk memberikan kemudahan kepada para sahabat untuk
menyimak, mempelajari, memahami dan menghafalnya, serta agar ayat-ayat yang diturunkan
sesuai dengan situasi, kondisi dan perkembangan masyarakat.
3. Al Qur`an menempati posisi yang pertama dan utama sebagai sumber hukum Islam, baru
disusul dengan hadis-hadis Nabi saw dan sumber-sumber hukum lainnya yang merupakan hasil
ijtihad atau ar ra`yu seperti ijma`, qiyas, mashlahah mursalah, istihsan dan lain-lain. Hal itu
terjadi, karena ayat-ayat Al Qur`an banyak yang bersifat umum, global atau kully, kecuali dalam
masalah- masalah ibadah dan al ahwal asy syakhshiyah yang dijelaskan secara rinci/mendetail.
4. Para `ulama sepakat bahwa turunnya Al ur`an kepada Nabi Mauhammad saw adalah secara
berangsur-angsur. Namun mereka berbeda pendapat tentang adanya tahapan-tahapan turunnya Al
Qur`an dari Allah ke Lauh Mahfuzh, dari Lauh Mahfuzh ke Bait al `Izzah di langit dunia. Dan
terakhir dari Bait al `Izzah kepada Nabi Muhammad saw secara berangsur-angsur.
DAFTAR PUSTAKA
Khalaf, Abdul Wahhab. 2003. Ilmu Ushul Fikih. Jakarta: Pustaka Amani.
Salam, Zarkasji Abdul, Oman Fathurrohman SW. 1994. Pengantar Ilmu Fiqh Usul Fiqh I.
Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam.
Syafe’i, Rachmat. 2010. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: CV Pustaka Setia.
Syarifuddin, Amir. 1997. Ushul Fiqh Jilid I. Ciputat: Logos
A. Djazuli, H., Ilmu Fiqh, Penggalian, Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam, Kencana,
Prenada
Media Group, Ed. Rev., 2005, hal. 62
2
A. Hanafi, Ushul Fiqh, Wijaya, Jakarta, 1981, hal. 102
3
Mahmud Yunus, H. Kamus Arab Indonesia,Yayasan Penyelenggara Penterjemah /Penafsir Al
Qur`a, Jakarta, 1973, hal. 335
4
Nasruddin Razak, Dienul Islam, PT Al Ma`arif, Bandung, 1986, hal 86
5
Rahcmat Syafe’I, Ilmu Ushul Fiqh, cet. ke-4, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 54.
6
Amir Syarifuddin, op. cit., hlm. 68.
7
Ibid., hlm. 70.
8
Saidus Syahar, op. cit., hal. 36
9
Khallaf, Abdul Wahhab, Sumber-Sumber Hukum Islam, Terjemahan dari judul asli Mashadir
at Tasyri` al Islami fima la nashsha fihi, Risalah Bandung, 1984, hal. 2
10
A. Hanafi, op.cit, hal 57
11
Bakry Hasbullah, Pokok-pokok Ilmu Agama Islam, Siti Syamsiyah, Solo, 1961, hal.33

Anda mungkin juga menyukai