Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

AL-QUR’AN DAN HADITS SEBAGAI SUMBER UTAMA ISLAM

Dosen Pengampuh:
Dr. Asep Suryaman, S.Ag., M.Pd

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
1. Rinaldi Meidyansyah (2223320096)
2. Monika Arbaini (2223320071)
3. Dhea Ananda (2223320081)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr, Wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas makalah yang berjudul “Al-qur’an dan Hadits Sebagai Sumber Utama
Islam”. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan kepada
pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Asep Suryaman,
S.Ag., M.Pd yang telah membimbing penulis sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan tugas makalah ini. Penulis menyadari, makalah
yang penulis buat ini masih jauh dari kata sempurana. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum, Wr, Wb.

Bengkulu, Maret 2024


Penulis

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian al-Qur’an............................................................................... 3
B. Kandungan Hukum dalam Al-Qur’an..................................................... 6
C. Cara Al-Qur’an Menjelaskan Hukum Islam........................................... 7
D. Kehujjahan Al-qur’an Sebagai Sumber Hukum Islam............................ 8
E. Pengertian Hadist.................................................................................... 9
F. Fungsi Hadits.......................................................................................... 10
G. Kedudukan Hadist Terhadap al-Qur’an.................................................. 11
H. Fungsi Hadist Terhadap al-Qur’an.......................................................... 12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama islama adalah agama yang ajarannya rahmatil lil’alamin, mereka
memiliki kitab yang suci yaitu Al-Qur’an. Keontetikannya terjamin sepanjang
masa, ajarannya bersifat konprehensif dan universal, sesuai untuk segala waktu
dan tempat (shalihun li kulli makanin wa zamanin). Diturunkan kepada
makhluk yang sempurna perangainya, suci jiwanya, panutan makhluk seluruh
alam jagad raya.
Al-Qur’an dan hadits adalah kitab rujukan paling utama bagi seluruh
umat muslim seluruh dunia. Kitab yang tidak mempunyai kecacatan sedikitpun
ajarannya berlaku sepanjang massa, membacanya bernilai ibadah,
mengamalkannya berujung kebahagiaan.
Sumber hukum pertama adalah al- Qur’an, yaitu wahyu atau kalamullah
yang sudah dijamin keontentikannya dan jugaterhindar dari intervensi tangan
manusia. Sehingga dengan penyucian tersebut meneguhkan posisi al-Qur’an
sebagai sumber hukum yang utama. Oleh karena itu, sebagai sumber utama
hendaklah ia memiliki sifat dinamis, benar, dan mutlak. Sudah selayaknya jika
al-Qur’an bersifat dinamis, benar, dan mutlak. Dinamis dalam arti al-Qur’an
dapat diterapkan di manapun, dan kapanpun, serta kepada siapapun. Kebenaran
al-Qur’an dapat dibuktikan dengan realita atau fakta yang terjadi sebenarnya.
Terakhir, al-Qur’an tidak diragukan kebenarannya serta tidak akan
terbantahkan.
Dalam eksistensinya, sumber hukum dalam Islam tidak hanya al-Qur’an
saja, melainkan juga Hadis, Ijma’ dan Qiyas. Ketiganya hanyalah sebagai
sumber skunder hukum-hukum Islam, sumber-sumber ini bukan berfungsi
sebagai penyempurna al-Qur’an melainkan sebagai penyempurna pemahaman
manusia akan maqasid al-syari’ah. Karena al-Qur’an telah sempurna
sedangkan pemahaman manusia yang tidak sempurna, sehingga dibutuhkan

4
penjelas (bayan) sebagai tindakan penjabaran tentang sesuatu yang belum
dipahami secara seksama.
Namun dalam penulisan makalah ini, penulis memfokuskan pembahasan
pada sumber hukum islam berupa al-qur’an dan hadist.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian al-Qur’an?
2. Jelaskan kandungan hukum dalam Al-Qur’an?
3. Sebutkan cara al-qur’an menjelaskan hukum Islam?
4. Sebutkan kehujjahan al-qur’an sebagai sumber hukum Islam?
5. Jelaskan pengertian Hadist?
6. Sebutkan fungsi Hadits?
7. Bagaimana kedudukan hadist terhadap Al-Qur’an?
8. Sebutkan fungsi Hadist terhadap Al-Qur’an?
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian al-Qur’an.


2. Untuk mengetahui kandungan hukum dalam Al-Qur’an.
3. Untuk mengetahui cara al-qur’an menjelaskan hukum Islam.
4. Untuk mengetahui kehujjahan al-qur’an sebagai sumber hukum Islam.
5. Untuk mengetahui pengertian Hadist.
6. Untuk mengetahui fungsi Hadits.
7. Untuk mengetahui kedudukan hadist terhadap Al-Qur’an.
8. Untuk mengetahui fungsi Hadist terhadap Al-Qur’an

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian al-Qur’an
Secara etimologi al-Qur’an berasal dari kata qara-a, yaqra-u, qira’atan
atau qur-anan yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun
(aldhammo) huruf-huruf serta kata-kata dari satu bagian ke bagian lain secara
teratur. Dikatakan al-Qur’an karena ia berisikan intisari semua kitabullah dan
intisari dari ilmu pengetahuan. Sementara itu para ulama memberikan pendapat
yang berbedabeda mengenai asal kata al-Qur’an. Sebagian ulama yang lain
juga berpendapat bahwa lafazh al-Qur’an bukanlah musytak dari qara’a
melainkan isim alam (nama sesuatu) bagi kitab yang mulia, sebagaimana
halnya nama Taurat dan Injil. Penamaan ini dikhususkan menjadi nama bagi
Kitab Suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.1
Al-Quran adalah wahyu Ilahi yang diturunkan ke bumi melalui seorang
Nabi yang tidak bisa menulis dan membaca tulisan, beliau adalah Nabi
Muhammad Saw. Walau beliau seorang yang tidak bisa menulis dan membaca
pada awal masa kenabiannya, namun rasa semangat dalam menerima wahyu,
serta menghafalkannya tidak mengurangi sama sekali. Hal itu dibuktikan ketika
dalam proses pentransferan wahyu ke Rasulullah.2
Al-Quran diturunkan dalam bahasa arab karena AlQuran turun pada Nabi
Muhammad SAW yang merupakan orang berbangsa arab. Oleh karena itu, ada
anggapan bahwa setiap orang yang mengerti bahasa Arab dapat mengerti isi
Al-Quran. Lebih dari itu ada orang yang merasa telah dapat memahami dan
menafsirkan Al-Quran dengan bantuan terjemahnya, sekalipun tidak mengerti
bahasa Arab. Padahal orang orang arab sendiri banyak yang tidak mengerti
bahasa Al-Quran apalagi memahami kandungan dan terjemahnya atau
mengamalkan ajarannya. Maka dari itu untuk mengetahui isi kandungan Al-
Quran diperlakukan ilmu yang mempelajari bagaiamana tata cara menafsiri al-

1
Salim Said Daulay, dkk, “Pengenalan Al-Quran”, Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan
Vol.9 No.5 (2023), h.75.
2
Dasmun, “Studi Al-Quran dan Al-Hadits “, Jurnal Risaalah Vol.1 No.1 (2015), h.86.

6
Quran yaitu Ulumul Quran dan juga bagaimana cara menghafal Al-Quran
beserta faedahfaedahnya.3
Penyebutan lafadz Allah dalam pengertian al-Qur’an dimaksud untuk
membedakan antara perkataan malaikat, jin, dan manusia dengan kalamullah
(al-Qur’an) itu sendiri. Adapun kata al-munazzal maksudnya membedakan al-
Qur’an dari kalamullah yang lainnya, karena langit dan bumi beserta isinya
juga bagian dari kalamullah. Sedangkan kalimat ‘ala Muhammad saw.
dimaksud untuk membedakan wahyu yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad dengan wahyu yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul sebelum
beliau. Adapun redaksi al-muta’abbad bi tilawatihi maksudnya al-Qur’an
merupakan firman Allah yang dibaca setiap melaksanakan ibadah.4
Selain sebagai firman Allah kepada Nabi saw. Al-Qur’an juga sebagai
mukjizat daripada Nabi saw. Mukjizat sendiri berarti sesuatu yang melemahkan
atau perkara yang keluar dari kebiasaan (amru khariju lil’adah). Dikatakan
sebagai mujkizat karena pada saat itu masyarakat Arab Jahiliyah pandai dalam
membuat sastra Arab (syair), sastra Arab pada saat itu bearada dalam puncak
kejayaan sehingga membuat manusia berbondong-bondong, berlomba-lomba
dalam membuat syair, dan syair yang terbaik akan ditempel di dinding Ka’bah
dan membuat yang bersangkutan merasa sombong.5
Setelah datangnya al-Qur’an kepada Nabi saw. Masyarakat Arab
terkagum-kagum dan takjub akan lantunan yang terdapat pada al-Qur’an,
mereka mengatakan bahwa al-Qur’an adalah buatan Nabi saw. Bukan firman
dari Allah swt. akan tetapi itu semua tidak benar karena Nabi adalah seorang
yang ummi (tidak dapat membaca dan menulis) dan dibantah oleh al-Qur’an.
Jika memang benar al-Qur’an adalah syair buatan manusia (Muhammad saw.)
maka masyarakat jahiliyah dituntut untuk membuat syair yang seindah seperti
al-qur’an, dan terbukti mereka tidak sanggup.

3
Teungku Hasbi ash-Shidqy Muhammad, Ulumul Qur’an, (Depok: PT. Raja Grafindo
Persada, 2013), h. 3
4
Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Itqan Publising, 2014), h.16
5
Nor Kandir, Al-Qur’an Sumber Segala Ilmu, (Pustaka Al-Mandiri, 2016), h.10

7
Firman Allah swt.

‫ُشَه َد ۤا َء ُك ْم َو اْد ُعْو ا ِّم ْث ِلٖه ِّمْن ِبُسْو َر ٍة َفْأُتْو ا َع ْب ِد َن ا َع ٰل ى َن َّز ْلَن ا ِّمَّما َر ْيٍب ِفْي ُكْنُتْم‬
‫َو ِاْن‬
‫ٰص ِد ِقْي َن ُكْنُتْم ِاْن ِهّٰللا ُد ْو ِن ِّمْن‬
Artinya: “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang
semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika
kamu orang-orang yang benar”. (Q.S. Al-Baqarah: 23).
Turunnya al-Qur’an tidaklah sekali dalam bentuk mushaf yang terdapat
pada saat ini, melainkan al-Qur’an turun secara periodik atau bertahap. Tujuan
dari turunnya yang bertahap ini dimaksud agar memperbaiki umat manusia,
diantaranya sebagai penjelas, kabar gembira, seruan, sanggahan terhadap
musyrikin, teguran dan juga ancaman. Akan tetapi ada perbedaan pendapat
dikalangan ulama’ berkenaan dengan proses turunnya alQur’an, ada pendapat
yang mengatakan bahwa al-Qur’an turun pada malam hari (lailatu al-qadar),
ada pula pendapat yang mengatakan bahwa turunnya al-Qur’an melalui tiga
proses tahapan. Tahap pertama diturunkan di Lauh al-Mahfudz, kemudian
diturunkan ke langit pertama di Bait al-Izzah, dan terakhir diturunkan kepada
Nabi Muhammad secara berangsur-angsur dan sesuai kebutuhan serta peristiwa
yang sedang terjadi atau dihadapi oleh Nabi saw.6
Meskipun terdapat perbedaan mengenai proses turunnya al-Qur’an, amun
pada intinya al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur. Tujuan dari proses
tersebut diantaranya memenuhi kebutuhan nabi dan kaum muslimin, bentuk
keperluan yang dibutuhkan nabi akan proses turunnya al-Qur’an secara
beransur-ansur diantaranya untuk meneguhkan hati nabi karena setiap proses
turun ayat disertai dengan suatu peristiwa tertentu, dan agar mudah untuk
dihafal.7

6
Muhammad Abdu al-‘Adzim al-Zarqani, Manahilu al-‘Irfan, (al-Qahirah: Dar al-Hadi:
2001), h.41
7
Amroeni Drajat, Ulumu Qur’an: Pengantar Ilmu-Ilmu al-Qur’an, (Depok: Kencana,
2017), h.35.

8
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW. Sebagai mukjizat baginya dan bukti kebenaran
kerasulannya. Allah menurunkan Al Qur’an kepada Rasul dan Nabi-Nya yang
terakhir Muhammad SAW. Dengan membawa beberapa fungsi antara lain :
1. Petunjuk bagi manusia
Allah SWT menurunkan Al Qur’an dimaksudkan sebagai petunjuk
bagi manusia. Al Qur’an memberikan petunjuk dalam persoalan-pesoalan
Aqidah, Syari’ah, dan Akhlak, dengan jalan meletakkan dasar-dasar
prinsipil mengenai persoalan-persoalan tersebut; dan Allah SWT
menugaskan Rasul SAW. Untuk memberikan keterangan yang lengkap
mengenai dasar-dasar itu.
2. Sumber Pokok Ajaran Islam
Fungsi Al Qur’an sebagai sumber pokok ajaran Islam sudah
diyakini dan diakui kebenarannya oleh segenap umat Islam. Kerena
didalamnya memuat segala macam-macam aturan tentang hukum, social,
ekonomi, politik, kebudayan, pendidikan, moral, dan seba-?gainya yang
harus dijadikan way of life (aturan hidup) bagi seluruh umat manusia dalam
rangka memecahkan persoalan yang dihadapinya.
3. Peringatan dan Pelajaran Bagi Manusia
Dalam Al Qur’an banyak diterangkan tentang kisah para Nabi dan
umat-umatnya dahulu baik umat yang taat melaksanakan ajaran dan perintah
Allah meupun merekan yang mengingkarinya atau menentang seruan Allah
dan Rasul-Nya.

Pandai-pandailah mengambil peajaran dari kisah-kisah yang diterangkan


dalam Al Qur’an. Kesemuanya sangat berguna bagi kita manusia, baik sebagai
pelajaran maupunperingatan. Orang-orang yang mengingkari ajaran atau
hokum Allah akan hancur binasa, sedangkan orang-orang yang taat, tunduk dan
patuh melaksanakan akan selamat dan bahagia di dunia dan akhirat
sebagaimana yang dijanjikan Allah dalam Al Qur’an.8

8
Mo Asnawi, dkk, Buku Pelajaran Al-Qur’an dan Hadits, (Jateng: CV. Gani Son, 2004),
h.12.

9
B. Kandungan Hukum dalam Al-Qur’an
Merujuk pada pembahasan para para ulama, sebagian dari mereka ada
yang membagi hukum yang terkandung dalam al-qur’an menjadi tiga,
sebagaimana pernyataan Wahbah Zuhaili di dalam kitab Ushul al-Fiqh al-
Islamiyi yang juga dikutip oleh Siska, diantaranya:9
1. Hukum Akidah (I’tiqaditah) ialah sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan
manusia kepada Allah swt. dan juga kepada para Malaikat, Kitab, Rasul,
serta hari akhir
2. Hukum Etika (Khuluqiyyah) adalah suatu perilaku yang berkaitan dengan
kepribadian diri. Diantaranya kejujuran, rendah hati, sikap dermawan dan
menghindari sifat-sifat buruk pada dirinya seperti halnya dusta, iri, dengki,
sombog.
3. Hukum Amaliyah (Amaliyah) suatu perilaku sehari-hari yang berhubungan
dengan sesama manusia. Hukum Amaliyah dibagi menjadi dua bagian,
yakni:
a. Muamalah ma’a Allah atau pekerjaan yang berhubungan dengan Allah,
seperti shalat, puasa, zakat, haji, nadzar, dan lain sebagainya
b. Muamalah ma’a an-naas atau pekerjaan yang berhubungan langsung
dengan manusia baik secara pribadi maupun kelompok. Contohnya,
kontrak kerja, hukum pidana, dan lain sebagainya.
C. Cara Al-Qur’an Menjelaskan Hukum Islam
Al-qur’an merupakan sumber hukum islam yang sifatnya umum, maka
sebagian besar hukum yang dijelaskan bersifat global dan hanya beberapa yang
bersifat mendetail. Secara garis besar penjelasan hukum oleh al-qur’an terdiri
dari tiga cara sebagai berikut:10
1. Ijmali (global)
Penjelasan al-qur’an bersifat umum, sedangkan sunnah nabi yang
nantinya akan menjelaskan lebih mendetail. Sebagaimana perintah

9
Siska Lis Sulistiani, “Perbandingan Sumber Hukum Islam”, Tahkim: Jurnal Peradaban
dan Hukum Islam Vol.1 No.1 (2018), h.1.
10
Septi Aji Fitra Jaya, “Al-Qur’an dan Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam”, Jurnal Indo-
Islamika Vol.9 No.2 (2019), h.209-210.

10
mendirikan shalat, membayar zkat, dan penjelasan lafadz yang tidak jelas
secara makna
2. Tafshili (terperinci)
Al-qur’an menjelaskan hulum secara terperinci, dan disertai
penjelasan yang mendetail, adapun sunnah nabi menjadi penguat bagi
penjelasan al-qur’an tersebut. Contohnya hukum waris, tata cara dan
hitungan dalam thalaq, mahram (orang yang haram untuk dinikahi), tata
cara li’an (saling melaknat), antara suami dan istri, dan penetapan hukum
dalam kasus pidana hudud.
3. Isyarah (Isyarat)
Penjelasan al-qur’an hanya sebatas pokok hukum, baik secara isyarat
maupun secara ungkapan langsung. Adapun sunnah Nabi memberikan
penjelasan hukum yang terkandung dalam pokok bahasan tersebut secara
terperin
D. Kehujjahan Al-qur’an Sebagai Sumber Hukum Islam
Para ulama’ sepakat menjadikan Al-qur’an sebagai sumber pertama dan
utama bagi syari’at islam karena dilator belakangi oleh beberapa alasan,
diantaranya:
1. Kebenaran Al-qur’an
Abdul wahab khallaf mengatakan bahwa ”kehujjahan Al-qur’an itu
terletak pada kebenaran dan kepastian isinya yang sedikitpun tidak ada
keraguan atasny”. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT. dalam QS.Al-
Baqarah ayat 2, yang artinya: “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan
padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”.
2. Kemukjizatan Al-qur’an
Mukjizat memiliki arti sesuatu yang luar biasa yang tiada kuasa
manusia membuatnya karena hal itu adalah diluar kesanggupan manusia.
Mukjizat merupakan suatu kelebihan yang Allah SWT berikan kepada para
nabi dan rosul untuk menguatkan kenabian dan kerosulan mereka, dan untuk
menunjukan bahwa agama yang mereka bawa bukanlah buatan mereka
sendiri melainkan benar-benar datang dari Allah SWT. Seluruh nabi dan

11
rosul memiliki mukjizat, termasuk diantara mereka adalah rosulullah
Muhammad SAW yang salah satu mukjizatnya adalah kitab suci Al-
qur’an.11

E. Pengertian Hadist
Hadist secara etimologi mempunyai makna al-Jadid, yang mempunyai
arti baru lawan kata al-Qadim, artinya lama. Kemudian hadist juga mempunyai
arti al-khabar yang berarti berita tentang sesuatu yang telah dipercakapkan
serta dipindahkan atau dilontarkan pada orang lain. Sedangkan makna hadist
secara terminologi menurut Ibnu Hajar, bahwa yang disebut dengan hadist
secara shara’ adalah segala hal yang disandarkan oleh Nabi Muhammad SAW,
serta hal tersebut bertujuan seakan-akan bandingan dan pelengkap pada al-
qur’an.12
Ahli ushul fiqhi memberi definisi hadis menurut terminologi terbatas dan
lebih sempit dari yang dikemukakan oleh ahli Hadis. Hal ini terjadi, karena
mereka memandang hadis merupakan bagian dari sunnah. Sunnah menurut
ulama Ushul Fiqhi adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad saw.berupa perkataan, perbuatan, dan taqrir yang bersangkut paut
dengan hukum Menurut mereka, hadis adalah sabda Nabi Muhammad saw.
yang pantas dijadikan dalil untuk hukum syariat.13
Abdul Fatah menjelaskan bahwa Kata hadis di ambil dari kata dasar
huruf arab (‫ح‬-‫د‬-‫ ) ث‬dan menurut ar-Razi adalah adanya sesuatu setelah tidak
adanya sesuatu, sedangkan Ibnu Manzur memberi makna hadis dengan jadid
(yang baru), yang merupakan lawan qadim (yang lama), selain itu Subkhi juga
memaknai hadis dengan khabar berita). Kata hadis telah di ulang-ulang di
dalam Al-Qur’an sebanyak 28 kali dengan rincian 23 kali dalam bentuk mufrad

11
Abdul Latif, “Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Utama”, Jurnal Hukum dan Keadilan
Vol.4 No.1 (2017), h.64-65.
12
Hoirul Anam, dkk, “Kedudukan Al-Quran Dan Hadis Sebagai Dasar Pendidikan Islam”,
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol.8 No.2 (2015), h.7.
13
M. Jayadi, “Kedudukan dan Fungsi Hadis dalam Islam”, Jurnal Adabiyah Vol.11 No.2
(2011), h.244.

12
(al-hadis) dan 5 kali dalam bentuk jamak (hadis), kata ini juga digunakan
dalam kitab-kitab hadis di banyak tempat.14

Hadis merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah al-Qur’an. Istilah


hadis biasanya mengacu pada segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW., berupa sabda, perbuatan, persetujuan, dan sifatnya (fisik
ataupun psikis), baik yang terjadi sebelum maupun setelah kenabiannya. Terma
hadis terkadang dipertukarkan dengan istilah sunnah. Sebagian ulama hadis
menganggap kedua istilah tersebut adalah sinonim (mutaradif), sementara
sebagian yang lainnya ada yang membedakan antara keduanya.15
Pada masa jahiliyah pengucapan kata al-hadith yang bermakna khabar
sudah sangat terkenal yaitu ketika menyebutkan ayyam mereka dengan nama
al-hadith. Kemudian penggunaan kata al-hadith semakin luas adalah sesudah
wafatnya Rasulullah, yaitu meliputi perkataan dan perbuatan serta apa yang
dapat diterima dari Rasulullah. Oleh karena itu, kata al-hadith menjadi suatu
istilah tersendiri di kalagan muhaddithin dan para ulama, ialah segala sesuatu
yang bersumber dari Nabi saw., baik berupa ucapan, perbuatan, pengakuan
atau sifat.16
F. Fungsi Hadits
Dalam uraian tentang Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa sebagian besar
ayat-ayat hukum dalam Al-Qur’an adalah dalam bentuk garis besar yang secara
amaliyah belum dapat dilaksanakan tanpa penjelasan dari hadits. Dengan
demikian fungsi hadits yang utama adalah untuk menjelaskan Al-Qur’an.
Dengan demikian bila Al-Qur’an disebut sebagai sumber asli bagi hukum
fiqh, maka Hadits disebut sebagai bayani. Dalam kedudukannya sebagai bayani
dalam hubungannya dengan Al-Qur’an, ia menjalankan fungsi sebagai berikut :

14
Abdul Fatah Idris, Hadis-Hadis Prediktif Dan Teknis (Studi Pemikiran Fazlur Rahman),
(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002), h.11.
15
Leni Andariati, “Hadis dan Sejarah Perkembangannya”, Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis
Vol.4 No.2 (2020), h.154.
16
Mahmud Thahhan, Ulumul Hadis: Studi Kompleksitas Hadis Nabi, (Yogyakarta: Titian
Ilahi Press, 2001), h.18

13
1. Menguatkan dan menaskan Al-Qur’an
Hukum-hukumyang tersebut dalam Al-Qur’an atau disebut fungsi
ta’kid dan taqrir. Dalam bentuk ini Hadits hanya seperti mengulangi apa-apa
yang tersebut dalam Al-Qur’an.
2. Memberikan penjelasan terhadap apa yang dimaksud dalam Al-Qur’an
Fungsi Hadis disini ialah memberikan penjelasan terhadap apa yang
dimaksud dalam Al-Qur’an dalam hal:
a. Menjelaskan arti yang masih samar dalam Al-Qur’an
b. Merinci apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secari garis besar.
c. Membatasi apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secara umum
d. Memperluas maksud dari sesuatu yang tersebut dalam Al-Qur’an
3. Menetapkan suatu hukum yang secara jelas tidak terdapat dalam Al-Qur’an.
Fungsi Hadis disini menetapkan suatu hukum dalam hadits yang
secara jelas tidak terdapat dalam Al-Qur’an. Dengan demikian kelihatan
bahwa Hadits menetapkan sendiri hukumyang tidak ditetapkan dalam Al-
Qur’an. Fungsi hadits dalam bentuk ini disebut itsbat.17

G. Kedudukan Hadist Terhadap al-Qur’an


Hadis dalam Islam menempati posisi yang sacral, yakni sebagai sumber
hukum setelah al-Qur’an. Maka, untuk memahami ajaran dan hukum Islam,
pengetahuan terhadap hadis haruslah suatu hal yang pasti. Rasulullah saw.
adalah orang yang diberikan amanah oleh Allah swt untuk menyampaikan
syariat yang diturunkannya untuk umat manusia, dan beliau tidak
menyampaikan sesuatu terutama dalam bidang agama, kecuali bersumber dari
wahyu. Oleh karenanya kerasulan beliau dan kemaksumannya menghendaki
wajibnya setiap umat Islam untuk berpegang teguh kepada hadis Nabi saw.
Pendapat para ulama tentang kedudukan hadis terhadap al-Qur’an:18
1. Al-Qur’an dengan sifat yang qath’I al-wurud (keberadaannya yang pasti dan
diyakini) sudah seharusnya kedudukannya lebih tinggi dari pada hadis.
Dimana status hadis (kecuali yang mutawatir) adalah zhanni al-wurud.
17
Abdul Malik dan Syamsul Hidayat, Fitrah Al-Qur’an Hadits, (Solo : CV. Al-fath, 2006),
h.54.
18
Nawir Yuslem, Ulumul Hadis, (Jakarta: Mutiara Sumber Dewi, 1998), 63-65.

14
2. Hadis berfungsi sebagai penjelas dan penjabar dalam atas al-Qur’an.
Maksudnya, yang dijelaskan adalah al-Qur’an yang kedudukannya lebih
tinggi. Maka eksistensi dan keberadaan hadis sebagai bayyan tergantung
kepada eksistensi al-Qur’an.
3. Sikap para sahabat yang selalu merujuk kepada al-Qur’an terlebih dahulu
jika bermaksud mencari jalan keluar atas suatu masalah. Jika di dalam al-
Qur’an tidak ditemukan maka merreka merujuk kepada Sunnah yang
mereka ketahui, atau bisa menanyakan kepada sahabat yang lain.
H. Fungsi Hadist Terhadap al-Qur’an
Pada dasarnya Hadis Nabi adalah sejalan dengan al-Qur’an karena
keduanya bersumber dari wakyu. Akan tetapi mayoritas hadis sifatnya adalah
operasional, karena fungsi utama hadis adalah sebagai penjelas atas al-Qur’an.
Secara garis besar, fungsi Hadis terhadap al-Qur’an ada tiga, diantranya:19
1. Menegakkan kembali keterangan atau Perintah yang terdapat di dalam al-
Qur’an. Dalam hal ini hadis datang dengan keterangan atau perintah yang
sejalan dengan alqur’an.
2. Menjelaskan dan menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang datang secara
mujmal (global). Dalam hal ini kaitannya ada tiga hal:
a) Menafsirkan serta memperinci ayat-ayat yang bersifat umum
b) Mengkhususkan ayat-ayat yang bersifat umum
c) Memberi batasan terhadap ayat bersifat mutlaq.
3. Menetapkan hukum-hukum yang tidak ditetapkan oleh al-Qur’an (bayan
Tasyri’)

19
Abu Yasid, “Hubungan Simbiotik al-Qur’an dan Hadis dalam Membentuk Diktum-
Diktum Hukum,” Jurnal Tsaqafah Vol.7 No.1 (2011), h.141.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara etimologi al-Qur’an berasal dari kata qara-a, yaqra-u, qira’atan
atau qur-anan yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun
(aldhammo) huruf-huruf serta kata-kata dari satu bagian ke bagian lain secara
teratur. Dikatakan al-Qur’an karena ia berisikan intisari semua kitabullah dan
intisari dari ilmu pengetahuan.
Merujuk pada pembahasan para para ulama, sebagian dari mereka ada
yang membagi hukum yang terkandung dalam al-qur’an menjadi tiga,
sebagaimana pernyataan Wahbah Zuhaili di dalam kitab Ushul al-Fiqh al-
Islamiyi yang juga dikutip oleh Siska, diantaranya:
1. Hukum Akidah (I’tiqaditah)
2. Hukum Etika (Khuluqiyyah)
3. Hukum Amaliyah (Amaliyah)
Al-qur’an merupakan sumber hukum islam yang sifatnya umum, maka
sebagian besar hukum yang dijelaskan bersifat global dan hanya beberapa yang
bersifat mendetail. Secara garis besar penjelasan hukum oleh al-qur’an terdiri
dari tiga cara sebagai berikut:
1. Ijmali (global)
2. Tafshili (terperinci)
3. Isyarah (Isyarat)
Para ulama’ sepakat menjadikan Al-qur’an sebagai sumber pertama dan
utama bagi syari’at islam karena dilator belakangi oleh beberapa alasan,
diantaranya:
1. Kebenaran Al-qur’an
2. Kemukjizatan Al-qur’an
Hadist secara etimologi mempunyai makna al-Jadid, yang mempunyai
arti baru lawan kata al-Qadim, artinya lama. Kemudian hadist juga mempunyai

16
arti al-khabar yang berarti berita tentang sesuatu yang telah dipercakapkan
serta dipindahkan atau dilontarkan pada orang lain.
Dalam kedudukannya sebagai bayani dalam hubungannya dengan Al-
Qur’an, ia menjalankan fungsi sebagai berikut :
1. Menguatkan dan menaskan Al-Qur’an
2. Memberikan penjelasan terhadap apa yang dimaksud dalam Al-Qur’an
3. Menetapkan suatu hukum yang secara jelas tidak terdapat dalam Al-Qur’an.
Secara garis besar, fungsi Hadis terhadap al-Qur’an ada tiga, diantranya:
1. Menegakkan kembali keterangan atau Perintah yang terdapat di dalam al-
Qur’an. Dalam hal ini hadis datang dengan keterangan atau perintah yang
sejalan dengan alqur’an.
2. Menjelaskan dan menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang datang secara
mujmal (global).
3. Menetapkan hukum-hukum yang tidak ditetapkan oleh al-Qur’an (bayan
Tasyri’)

17
DAFTAR PUSTAKA

Al-Zarqani, Muhammad Abdu al-‘Adzim. 2021. Manahilu al-‘Irfan. al-Qahirah:


Dar al-Hadi.
Anam, Hoirul, dkk. 2015. “Kedudukan Al-Quran Dan Hadis Sebagai Dasar
Pendidikan Islam”, Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 8(2): 7.
Andariati, Leni. 2020. “Hadis dan Sejarah Perkembangannya”, Diroyah: Jurnal
Ilmu Hadis 4(2): 154.
Asnawi, Moh, dkk. 2004. Buku Pelajaran Al-Qur’an dan Hadits. Jateng: CV.
Gani Son.
Dasmun. 2015. “Studi Al-Quran dan Al-Hadits”, Jurnal Risaalah 1(1): 86.
Daulay, Salim Said, dkk. 2023. “Pengenalan Al-Quran”, Jurnal Ilmiah Wahana
Pendidikan 9(5): 75.
Drajat, Amroeni. 2017. Ulumu Qur’an: Pengantar Ilmu-Ilmu al-Qur’an. Depok:
Kencana.
Idris, Abdul Fatah. 2002. Hadis-Hadis Prediktif Dan Teknis (Studi Pemikiran
Fazlur Rahman). Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Ilyas, Yunahar. 2014. Kuliah Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Itqan Publising.
Jaya, Septi Aji Fitra. 2019. “Al-Qur’an dan Hadis Sebagai Sumber Hukum
Islam”, Jurnal Indo-Islamika 9(2): 209-210.
Jayadi, M. 2011. “Kedudukan dan Fungsi Hadis dalam Islam”, Jurnal Adabiyah
11(2): 244.
Kandir, Nor. 2016. Al-Qur’an Sumber Segala Ilmu. Pustaka Al-Mandiri.
Latif, Abdul. 2017. “Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Utama”, Jurnal Hukum
dan Keadilan 4(1): 64-65.
Malik, Abdul dan Syamsul Hidayat. 2006. Fitrah Al-Qur’an Hadits. Solo: CV.
Al-fath.
Muhammad, Teungku Hasbi ash-Shidqy. 2013. Ulumul Qur’an. Depok: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sulistiani, Siska Lis. 2018. “Perbandingan Sumber Hukum Islam”, Tahkim:
Jurnal Peradaban dan Hukum Islam 1(1): 1.

18
Thahhan, Mahmud. 2001. Ulumul Hadis: Studi Kompleksitas Hadis. Yogyakarta:
Titian Ilahi Press.
Yasid, Abu. 2011. “Hubungan Simbiotik al-Qur’an dan Hadis dalam Membentuk
Diktum-Diktum Hukum,” Jurnal Tsaqafah 7(1): 141.
Yuslem, Nawir. 1998. Ulumul Hadis. Jakarta: Mutiara Sumber Dewi.

19

Anda mungkin juga menyukai