Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

STUDI AL-QUR’AN DAN TAFSIR


Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pengantar Studi Islam
Dosen pengampu : Dr. Mustajab, S.Ag, M.Pd.I

Moch Sulton Fahmi Khoirul Ihsani (222101010052)


Khofifatul Hasanah (221101010009)
Sukainah Hakimah (221101010053)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER UIN KHAS

NOVEMBER 2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala puji kehadirat Allah Tuhan semesta alam. Yang telah
memberikan kami nikmat sehat dan sempat sehingga makalah yang berjudul, “Studi Al-
Qur’an dan Tafsir” bisa kami selesaikan InysaAllah dengan baik.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi islam.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi lebih jauh tentang ragam
metodologi dalam Studi Islam, karena seperti yang kita tahu bahwa Metodologi dalam Islam
sangat banyak sekali ragamnya dan sangat penting bila dijelaskan lebh lanjut.

Sholawat serta salam semoga tanpa henti kita haturkan untuk Nabi Muhammad
Shallahu Alaihi Wasallam, yang membawa agama islam sebagai agama penuh perdamaian
serta rahmat bagi seluruh alam.

Dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari dukungan serta doa dari semua pihak
yang terlibat, sehingga kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Mustajab, S.Ag,
M.Pd.I sebagai pengajar mata kuliah Pengantar Studi Islam yang telah membimbing kami.
Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran baik secara tertulis ataupun secara lisan, khususnya kepada
Dosen mata kuliah Pengantar Studi Islam Bapak Dr. Mustajab, S.Ag, M.Pd.I agar kami bisa
mengembangkan ilmu pengetahuannya, khususnya ilmu tentang Metodologi dalam Islam.

Jember, 28 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................II

Daftar Isi............................................................................................................III

BAB I Pendahuluan.............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................2

BAB II Pembahasan............................................................................................3

2.1 Pengertian Al-Qur’an………………………………..…..……...……...4


2.2 Isi dan kandungan Al-Qur’an…….……………………………………5
2.3 Fungsi Al-Qur’an………………………..……………………………..6
2.4 Bukti-bukti otensitas Al-Qur’an……………….……………………….7
2.5 Pengertian Tafsir dan fungsinya.............................................................8
2.6 Metodologi penafsiran Al-Qur’an………………………………………9
2.7 Model-model penafsiran Al-Qur’an……………………………………10

BAB III Penutup..................................................................................................6

3.1 Kesimpulan..............................................................................................6
3.2 Kritik dan Saran.......................................................................................6

Daftar Pustaka…………………………………………………………………..7

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Studi Qur’an dan Tafsir merupakan bidang ilmu yang cukup tinggi urgensinya
bagi umat islam, khususnya para pemuka islam dan para pemuda-pemudanya. Karena
di dalamnya terdapat penjelasan mengenai ilmu-ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dengan
terperinci. Menurut Az-Zarqani Studi Qur’an berisi pembahasan Al-Qur’an dari segi
turunnya, urutan-urutannya, penolakan terhadap hal-hal yang bisa menimbulkan ker-
aguan terhadapnya dan lain sebagainya.
Manna Al-Qattan juga mendefiniskan Studi Qur’an sebagai ilmu-ilmu yang mem-
bahas Al-Qur’an dari segi pengetahuan tentang sebab-sebab turunnya, pengumpulan
dan urutan-urutannya, pengetahuan tentang makki dan madani, nasikh dan mansukh,
muhkam dan mutasyabih dan hal-hal lain yang ada hubungannya dengan Al-Qur’an.
Sedangkan tafsir adalah ilmu untuk memahami kitab Allah yang diturunkan kepada
baginda nabi Muhammad SAW, serta mengesensikan hukum dan hikmah-hikmahnya.
Dan dalam makalah ini akan membahas tentang pengertian Al-Qur’an, isi dan
kandungan Al-Qur’an, Fugsi Al-Qur’an,bukti-bukti otensitas Al-Qur’an, Pengertian
Tafsir dan Fungsinya, metodologi Penafsiran al-Qur’an. dan model-model penelitian
Al-Qur’an dan Tafsir dengan lebih terperinci. .

1
1.2 Rumusan masalah
1. Apa itu pengertian Al-Qur’an?
2. Apa saja isi dan kandungan Al-Qur’an?
3. Apa saja fungsi Al-Qur’an?
4. Apa saja bukti-bukti otensitas Al-Qur’an?
5. Apa itu pengertian Tafsir dan fungsinya?
6. Apa itu Metodologi penafsiran Al-Qur’an?
7. Apa saja model-model penelitian Al-Qur’an dan Tafsir?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Al-Qur’an
2. Untuk mengetahui isi dan kandungan Al-Qur’an
3. Untuk mengetahui fungsi Al-Qur’an
4. Untuk mengetahui bukti-bukti otensitas Al-Qur’an
5. Untuk mengetahui pengertian Tafsir dan fungsinya
6. Untuk mengetahui Metodologi penafsiran Al-Qur’an
7. Untuk mengetahui model-model penelitian Al-Qur’an dan Tafsir

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Al-Qur’an


Secara Etimologi (bahasa) ada beberapa pendapat tentang Al-Qur’an.
Namun, pendapat paling kuat di kelompokkan menjadi tiga, yaitu :
1. Kata al-Qur‘an adalah isim ‘alam (nama) yang digunakan untuk menyebut
kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Ia tak ubahnya seperti
Taurat dan Injil yang digunakan untuk menyebut kitab yang diberikan
kepada Musa dan Isa. Menurut pendapat ini, al-Qur‘an bukan turunan
(musytaqq) dari kata apapun, melainkan isim murtajal, yakni kata yang
terbentuk seperti itu sejak semula. Pendapat ini dikemukaan antara lain oleh
Al-Syafi‘i (150-204 H/767-820M).
2. Kata Al-Qur‘an berasal dari qarana yang berarti menghimpun atau meng-
gabung. Hal ini sesuai dengan sifat al-Qur‘an yang menghimpun huruf,
ayat, dan surat. Pendapat ini dikemukakan oleh Abu al-Hasan al-Asy‘ary
(260-324 H/767-820 M). Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh al-
Farra (w.207 H/823 M) yang mengatakan al-Qur‘an berasal dari kata
qara’in (jamak qarinah). Secara morfologis, kata qara’in juga berasal dari
qarana. Qara’in berarti pasangan, bukti, atau sesuatu yang menjelaskan. Di-
namakan demikian karena ayat-ayat al-Qur‘an bersifat saling berhubungan
dan saling menjelaskan satu dengan lainnya.
3. Kata Al-Qur‘an adalah bentuk masdar dari qara’a yang berarti membaca.
Qur’an merupakan masdar yang juga bermakna maf‘ul, sehingga artinya
bacaan. Bentuk ini sama dengan ghufran (ampunan) yang merupakan mas-
dar dari ghafara (mengampuni), atau rujhan yang merupakan masdar dari
rajaha. Pendapat ini disampaikan oleh Al-Lihyany (w. 215 H/831 M) dan
AlZajjaj (w. 311 H/928 M). Hanya saja, Al-Zajjaj memilih mengumpulkan
sebagai makna qara’a. Meskipun begitu, antara membaca dan
mengumpulkan sesungguhnya memiliki kaitan makna, karena membaca
hakikatnya adalah mengumpulkan huruf dan kata dalam ucapan, sehingga
antara keduanya bisa berarti sama. Pendapat ini juga didasarkan pada ayat
al-Qur‘an yang berbunyi: Sesungguhnya tanggungan Kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
Maka, apabila Kami selesai membacakannya, ikutilah bacaannya itu. (al-
Qiyamah: 17-18)
Sedangkan pengertian Al Qur'an menurut manna' Khalil al qattan adalah
kalam yang diturunkan kepada baginda Nabi Muhammad saw, yang
didalamnya terdapat unsure mukjizat serta mengandung unsur tahaddi, dan
yang membacanya merupakan ibadah. Serta menjadi pedoman dan referensi
bagi seluruh manusia.

2.2 Isi dan Kandungan Al-Qur’an


Alquran adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad melalui perantara malaikat Jibril. Alquran menjadi pedoman dan
petunjuk utama bagi umat Muslim di seluruh dunia.Karena perannya itu,
Alquran mengandung isi pokok yang lengkap dan kompleks. Adapun isi kan-
dungan Alquran terdiri dari akidah, ibadah dan muamalah, hukum, sejarah,
akhlak, dan ilmu pengetahuan.
Untuk memahami isi Alquran, lebih jelasnya simak penjabaran berikut ini.
1. Akidah
Akidah secara bahasa berarti keyakinan. Sedangkan secara istilah
artinya suatu kepercayaan yang harus diyakini dengan sepenuh hati, diny-
atakan dengan lisan, dan dibuktikan dengan amal perbuatan.Inti pokok
dari akidah adalah tauhid atau keyakinan penuh akan keesaan Allah SWT.
Seorang Muslim hendaknya tidak meragukan lagi keesaan dan kebesaran
Allah, Tuhan alam semesta.
2. Ibadah dan Muamalah
Eksistensi manusia di muka bumi ini tentu karena kuasa Allah SWT.
Kuasa Allah sebagai pencipta menjadikan-Nya satu-satunya zat yang pan-
tas untuk disembah.
Untuk itu setiap manusia diperintahkan untuk menyembah Allah den-
gan melakukan ibadah. Artinya, manusia diperintahkan untuk menyembah
atau mengabdi sepenuhnya kepada Allah SWT dengan tunduk, taat, dan
patuh kepada-Nya.
3. Hukum
Hukum dalam Alquran berisikan kaidah-kaidah dan ketentuan-keten-
tuan dasar serta menyeluruh bagi umat manusia. Hukum ini dapat men-
jadikan hidup manusia menjadi lebih tentram, adil, dan sejahtera.
Adapun hukum yang tercantum dalam Alquran meliputi hukum
perkawinan, hukum waris, hukum perjanjian, hukum pidana, hukum
perang, dan hukum antarbangsa.
4. Sejarah
Alquran mengungkapkan sejarah dan cerita masa lalu untuk dijadikan
pelajaran ('ibrah) bagi umat Islam. Pelajaran ini bisa menjadi pedoman un-
tuk menjalani kehidupan agar senantiasa diridhoi Allah SWT.
Banyak diceritakan kisah para sahabat yang memiliki akhlak baik,
senantiasa mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dan be-
gitu pula sebaliknya, supaya manusia bisa mengambil pelajaran dari kisah
tersebut.
5. Akhlak
Isi kandungan yang tak kalah penting untuk dijadikan pedoman manu-
sia adalah akhlak. Secara istilah, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa manusia dan muncul secara spontan dalam tingkah laku sehari-hari.
Figur yang bisa dijadikan suri tauladan bagi umat Islam adalah Rasul-
ullah SAW. Sebab, kepribadian beliau bersumber langsung pada Alquran.
Dengan mengikuti akhlak Rasulullah, seorang Muslim akan menjadi prib-
adi yang berakhlak mulia dan jauh dari akhlak tercela.
6. Ilmu Pengetahuan
Alquran banyak mengandung ayat yang mengisyaratkan ilmu penge-
tahuan sains dan teknologi. Ilmu ini sangat potensial untuk kemudian
dikembangkan guna kemaslahatan dan kesejahteraan umat manusia.
Ayat yang pertama kali diturunkan Allah adalah Al-Alaq, yang memerintahkan
umat Islam untuk membaca sebagai jembatan utama untuk mendalami ilmu
pengetahuan. Ini mengisyaratkan Alquran ada sebagai sumber ilmu penge-
tahuan bagi manusia.
2.3 Fungsi Al-Qur’an
Fungsi Al-Qur’an tentu tidak akan mengabaikan apa yang dikatakan Al-
Qur’an tentang dirinya sendiri. Karena posisi informasi terpentingnya terletak
di situ. Al-Qur’an telah menceritakan eksistensinya melalui sebuah nama atau
sebutan yang diberikan oleh Allah SWT. Menurut Abu al-Ma‗ali Syaidzalah
(w. 495 H/997 M), al-Qur‘an memiliki 55 nama. Sementara itu Abu al-Hasan
al-Harali (w. 647H/1249 M) mengatakan bahwa al-Qur‘an memiliki lebih dari
90 nama.
Meskipun begitu, Ibn Jazzi al-Kilabi (741-793 H) berpendapat bahwa Al-
Qur‘an sesungguhnya hanya memiliki empat nama. Keempat nama itu adalah
Al-Quran, al-Kitab, al-Furqan, dan al-Dzikr. Sedangkan nama-nama yang me-
nunjukkan fungsi Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
 Al-Huda (petunjuk). Disebut demikian karena ia merupakan petunjuk bagi
manusia untuk bisa meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Nama ini
terdapat pada surat al-Baqarah: 2, 97, 185; Ali Imran: 138; al-A‘raf: 52,
203; Yunus: 57; Luqman: 3; az-Zumar: 23; Fussilat: 44; Naml: 2, 77;
Yusuf: 111; al-Nahl: 64, 89; al-Jatsiyah: 20. (2) Al-Nur (cahaya). Disebut
demikian karena ia ibarat cahaya yang menerangi kehidupan manusia,
menjelaskan perkara-perkara yang samar baik terkait hukum, aqidah,
akhlak, dan sebagainya. Nama ini ditemukan pada surat alNisa: 174; al-
Maidah: 15.
 Al-Bayan (keterangan). Disebut demikian karena ia merupakan keterangan
atau penjelasan dari Allah Swt terkait beberapa pokok ajaran-Nya. Nama ini
terdapat pada surat Ali Imran: 138.
 Al-Furqan (pembeda). Disebut demikian karena ia membedakan antara
yang benar dan yang batil, yang baik dan yang buruk, yang halal dan yang
haram. Nama ini terdapat pada surat al-Furqan: 1; al-Baqarah: 185.
 Al-Dzikr (peringatan). Disebut demikian karena ia mengingatkan manusia
akan ajaran Allah, sekaligus menjadi media bagi manusia untuk selalu
mengingat Allah Swt. Nama ini dapat ditemukan pada surat al-Hijr: 9; an-
Nahl: 44; Al- Anbiya: 7, 50; Yasin: 11; Fussilat: 41.
 Al-Syifa (obat yang menyembuhkan). Disebut demikian karena ia bisa
menjadi obat yang menyembuhkan berbagai pernyakit, utamanya penyakit
hati. Nama ini ditemukan pada surat Fussilat: 44; Yunus: 57; al-Isra: 82. (7)
 Al-Mau’idhah (nasihat, pelajaran). Disebut demikian karena ia berisi
sejumlah pesan, nasihat dan pelajaran yang patut dijadikan pedoman bagi
manusia. Nama ini terdapat pada surat Ali Imran: 138; Yunus: 57. (8)
 Al-Tadzkirah (pesan, nasihat). Disebut demikian karena ia berisi pesan dan
nasihat yang mengingatkan manusia untuk selalu menaati perintah Allah
dan menjauhi larangan-Nya. Nama ini terdapat pada surat Thaha: 3, al-
Muddatsir: 54. (9)
 Al-Balagh (keterangan yang cukup). Dinamakan demikian karena ia
merupakan keterangan yang cukup bagi seseorang untuk meraih kebahagian
dan keselamatan di dunia dan akhirat. Nama ini terdapat pada surat
Ibrahim: 52, alAnbiya: 106. (10)
 Al-Busyra (berita gembira). Disebut demikian karena ia memberi kabar
gembira bahwa orang-orang yang beriman akan mendapatkan pahala dan
sorga. Nama ini ditemukan pada surat al-Baqarah: 97; an-Nahl: 89, 102; al-
Naml: 2. (11) Al-Basyir (pemberi kabar gembira). Disebut demikian karena
memberi kabar gembira tentang adanya pahala dan imbalan yang baik bagi
orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Nama ini terdapat pada surat
Fushilat: 4
 Al-Nadzir (pemberi peringatan). Dinamakan demikian karena ia memberi
peringatan akan adanya sanksi atau hukuman bagi mereka yang durhaka.
Nama ini terdapat pada surat Fushilat: 4. (13)
 Al-Bashair (bukti atau keterangan yang jelas). Dinamakan demikian karena
ia merupakan bukti yang jelas dan keterangan yang nyata yang bisa menjadi
jalan menuju kebahagiaan. Nama ini terdapat pada surat Al-A‘raf: 203; Al-
Jatsiyah: 20. (14)
 Al-Rahmah (rahmat). Disebut demikian karena ia menjadi rahmat bagi
segenap manusia untuk keselamatan di dunia dan akhirat. Nama ini
ditemukan pada surat Yunus: 57; al-A‘raf: 52, 203; Yusuf: 111; al-Nahl:
64; al-Isra: 82; anNaml: 77; Luqman: 3. (15)
 Al-Burhan (bukti yang nyata). Disebut demikian karena ia adalah bukti
yang nyata akan kebenaran dari Allah Swt. Nama ini terdapat pada surat an-
Nisa: 174.
Selain dilihat dari nama dan sebutannya, Al-Qur’an memiliki fungsi lain
jika ditinjau dari kedudukannya. Al-Qur’an sebagai kitab terakhir yang
menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya. Oleh karena itu, Al-Qur’an memi-
liki konsekuensi, Al-Qur’an membawa misi lebih luas dari kitab sebelumnya.
Jika kitab sebelum Al-Qur’an diturunkan hanya untuk salah satu kaum, maka
Al-Qur’an lebih bersifat universal yaitu untuk semua manusia tanpa terkecuali.
Yaitu lebih rincinya sebagai berikut :
 Petunjuk bagi manusia
Fungsi pertama al-Qur‘an adalah sebagai petunjuk bagi manusia.
Seperti diketahui, fungsi utama sebuah kitab suci dalam agama dan
keyakinan apapun adalah menjadi pedoman bagi penganutnya. Begitu pula
al-Quran, menjadi pedoman bagi umat Islam. Meskipun begitu, al-Qur‘an
menyatakan bahwa ia bukan hanya menjadi petunjuk bagi kaum Muslimin,
tapi juga bagi umat manusia seluruhnya.
 Penyempurna kitab-kitab suci sebelumnya
Al-Qur‘an juga berfungsi sebagai penyempurna kitab-kitab suci
sebelumnya. Fungsi ini hadir karena al-Qur‘an adalah kitab suci terakhir
yang diturunkan oleh Allah Swt kepada rasul dan nabi-Nya. Sebagai kitab
suci terakhir, al-Qur‘an membawa tugas menyempurnakan kitab-kitab suci
terdahulu. Rasionalitas di balik fungsi ini setidaknya bisa diterangkan
melalui dua alasan. Pertama, kitab-kitab suci terdahulu memang diturunkan
untuk kaum tertentu dan zaman yang terbatas. Kedua, dalam perkembangan
sejarah, kitab-kitab suci terdahulu tidak bebas dari perubahan dan
penyimpangan.
 Sumber pokok ajaran islam
Sebagaimana diketahui, sumber agama Islam itu ada tiga, yakni: al-
Quran, Sunnah, dan Ijtihad. Al-Qur‘an adalah firman Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad. Al-Qur‘an merupakan sumber pokok seluruh
ajaran Islam. Yusuf al-Qardlawi mengatakan bahwa al-Qur‘an adalah
pokok Islam dan jiwanya. Dari al-Quranlah diperoleh ajaran tentang
keimanan (aqidah), ibadah, akhlak, dan prinsip-prinsip hukum serta syariat.

2.4 Bukti Otentitas Al-Qur’an


Sebagai seorang muslim, yakin dan percaya penuh tanpa adanya ker-
aguan terhadap Al-Qur’an merupakan kewajiban yang tak boleh ditawar. Den-
gan keyakinan tersebut maka akan terbentuk sebuah keimanan atas keotentikan
(keaslian) Al-Qur’an itu sendiri. Di samping itu, Al-Qur’an secara langsung di-
jaga serta dipelihara langsung oleh Allah SWT. Sebagaimana tertera dalam
Q.S. Al-Hijr (15:9).
Abdul Halim Mahmud menegaskan tentang ke orisinilan Al-Qur’an
bahwa “para orientalis yang dari saat ke saat berusaha menunjukkan kelemahan
Al-Qur’an, tidak mendapat celah untuk meragukan keotentikannya.” Terkait
bukti-buktinya Prof. Quraish Shihab menjelaskan melalui bukunya yang
berjudul Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat
yakni sebagai berikut :
1. Dalam huruf-huruf hija’iyah yang terdapat pada awal beberapa surat dalam
Al-Qur’an. Jika dilihat dari ini, huruf-huruf dalam Alqur’an tidak berlebih
atau berkurang satu huruf pun sejak diterima oleh Rasulullah Muhammad
saw., yang kesemuanya habis terbagi 19. Misalnya “qaf” yang menjadi awal
dari Surah ke-50, ditemui terulang sebanyak 57 kali atau 3x19.Begitupun
denga huruf kaf, ha’, ya’, ‘ayn, shad pada permulaan Surah Maryam,
ditemukan sebanyak 798 kali atau 42x19. Pun pada Surah Yasin,
huruf ya’ dan sin ditemukan sebanyak 285 kali atau 15x19.

2. Dalam konteks sejarah masyarakat Arab dahulu, yang hidup pada masa
turunnya Alqur’an adalah masyarkat yang tidak mengenal baca tulis.Karena
itu, satu-satunya andalan mereka adalah hafalan. Riwayat sejarah telah
banyak menginformasikan bahwa terdapat ratusan sahabat Nabi saw. yang
menghafalkan Alqur’an. Selain metode hafalan ini, sejarah juga telah
menginformasikan bahwa setiap ada ayat yang turun, Nabi saw.lalu
memanggil sahabat-sahabat yang dikenal pandai menulis, untuk menuliskan
ayat-ayat yang turun itu sembari menyampaikan tempat dan urutan setiap
ayat dalam surahnya. Ayat-ayat tersebut kemudian mereka tulis dalam
pelapah kurma, batu, kulit-kulit atau tulang-tulang binatang. Kepingan
naskah tulisan yang diperintahkan oleh Rasul itu baru bias dihimpun dalam
bentuk kitab pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar r.a.

3. Dalam penyusunan dan penulisan mushhaf. Pada masa Khalifah Abu Bakar
dibentuklah suatu tim yang diketuai oleh Zaid ibn Tsabit untuk membentuk
sebuah mushhaf Alqur’an. Dengan dibantu oleh beberapa orang sahabat
Nabi, Zaid pun mulai menjalanka tugas yang besar dan mulia itu.Abu Bakar
r.a memerintahkan kepada seluruh kaum Muslim untuk membawa naskah
tulisan ayat Alqur’an yang mereka miliki ke Masjid Nabawi untuk
kemudian diteliti oleh Zaid dan timnya. Abu Bakar r.a memberi petunjuk
kepada tim tersebut agar tidak menerima satu naskah kecuali memenuhi dua
syarat; a. Harus sesuai dengan hafalan para sahabat lain; b. Tulisan tersebut
benar-benar adalah yang ditulis atas perintah dan dihadapan Nabi saw.
(Quraish Shihab, 1994: 21-26).

2.5 Pengertian Tafsir dan Fungsinya


Secara etimologi, tafsir berarti menjelaskan (‫اح‬99‫)االيض‬, menerangkan (
‫)التبيين‬, menampakan (‫)االظهار‬, menyibak (‫ )الكشف‬dan merinci (‫)التفصيل‬. Tafsir
berasal dari isim masdar dari wajan (‫)تفعيل‬. Kata tafsir diambil dari bahasa arab
yaitu‫سر‬
ّ ‫سر تفسيرا ف‬
ّ ‫ يف‬yang artinya menjelaskan. Pengertian inilah yang dimaksud
di dalam lisan al arab dengan ‫ ( كشف المغطلى‬membuka sesuatu yang tertutup ).
Pengertian tafsir secara bahasa ditulis oleh Ibnu Mahdzur ialah membuka dan
menjelaskan maksud yang sukar dari suatu lafaz. Pengertian ini pulalah yang
diistilahkan oleh para ulama tafsir dengan ‫يين‬99‫اح و التب‬99‫ ( ايض‬menjelaskan dan
menerangkan ). Di dalam kamus bahasa indonesia kata “ tafsir” diartikan
dengan keterangan atau penjelasan tentang ayat-ayat Al-Qur’an.

Sedangkan secara terminologi, definisi tafsir berbeda-beda memurut para


ulama. Yaitu sebagai berikut :
1. Pendapat Abd al-Azhim al-Zarqani dalam Manahil al-'Irfan fi 'Ulum al-
Qur`an mengatakan: "ilmu yang membahas tentang al-Qur`an dari segi
dilalah-nya berdasarkan maksud yang dikehendaki oleh Allah sebatas
kemampuan manusia" 

2. Menurut Khalid bin Utsman al-Tsabt dalam Qowa'id al-Tafsir, tafsir adalah
"Ilmu yang membahas tentang keadaan al-Qur`an dari segi dilalah-nya
berdasarkan maksud yang dikehendaki oleh Allah sebatas kemampuan
manusia" 

2.6 Metodologi Penafsiran Al-Qur’an


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara yang digu-
nakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan supaya tercapai suatu tujuan sesuai
dengan keinginan. Jika dihubungkan dengan Tafsir Al-Qur’an, dapat disim-
pulkan bahwa Metodologi Penafsiran Al-Qur’an adalah cara-cara untuk mema-
hami makna keseluruhan dari suatu ayat dan surat tertentu.
Jika ditelusuri perkembangan tafsir Al-Qur’an sejak dulu sampai
sekarang, maka akan ditemukan bahwa dalam garis besarnya penafsiran Al-
Qur’an ini dilakukan dalam empat cara (metode), sebagaimana pandangan Al-
Farmawi, yaitu :
1. Metode Ijmali (Global)
Yang dimaksud dengan metode al-Tafsir al-Ijmali (global) ialah suatu
metode tafsir yang menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara menge-
mukakan makna global.Pengertian tersebut menjelaskan ayat-ayat Al-
Qur’an secara ringkas tapi mencakup dengan bahasa yang populer, mudah
dimengerti dan enak dibaca.
2. Metode Tahliliy (Analisis)
Yang dimaksud dengan Metode Tahliliy (Analisis) ialah menaf-
sirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkan-
dung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-
makna yang tercakup di dalamnya, sesuai dengan keahlian dan kecenderun-
gan mufasir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut.
3. Metode Muqarin (Komparatif)
Metode muqarin (komparatif) dapat dirangkum sebagai berikut :
 Membandingkan teks (nash) ayat-ayat Al-Qur’an yang memiliki per-
samaan atau kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih, atau memi-
liki redaksi yang berbeda bagi satu kasus yang sama........
 Membandingkan ayat Al-Qur’an dengan Hadits Nabi SAW, yang pada
lahirnya terlihat bertentangan
 Membandingkan berbagai pendapat ulama’ tafsir dalam menafsirkan
Al-Qur’an.
4. Metode Mawdhu’iy (Tematik)
Yang dimaksud dengan metode mawdhu’iy ialah membahas ayat-
ayat AlQuran sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Semua
ayat yang berkaitan, dihimpun. Kemudian dikaji secara mendalam dan tun-
tas dari berbagai aspek yang terkait dengannya seperti asbab al-nuzul, kosa
kata dan sebagainya.

2.7 Model-model penelitian Al-Qur’an dan Tafsir


Kata model memiliki arti acuan, ragam, contoh dan sebagainya. Sedangkan
penelitian berarti pemeriksaan untuk mencari fakta-fakta objektif yang diolah
dari data-data yang terkumpul.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa model peneliitian tafsir Al-
Qur’an adalah suatu contoh, ragam, acuan atau macam dari penyelidikan secara
seksama terhadap penafsiran Al-Qur’an yang pernah dilakukan oleh generasi
terdahulu untuk diketahui secara pasti tentang berbagai hal yang terkait
dengannya.  Berikut ini akan dikemukakan beberapa model penelitian
penafsiran Al-Qur’an yang dilakukan oleh para ulama tafsir :
1. Model penelitian Quraish Shihab
Hasil penelitian H.M. Quraish Shihab menyatakan bahwa seoran ahli
tafsir yang banyak mengandalkan akal, menganut prinsip tidak menafsirkan
ayat-ayat yang kandungannya tidak terjangkau oleh pikiran manusia, tidak
pula ayat-ayat yang samar atau tidak terperinci dalam Al-Qur’an.
Dari penelitian tersebut telah dihasilkan beberapa kesimpulan yang
berkenaan dengan tafsir. Antara lain sebagai berikut:
1. Periodesasi pertumbuhan dan perkembangan tafsir
2. Corak-corak penafsiran
3. Macam-macam metode penafsiran Al-Qur’aan
4. Syarat-syarat dalam menafsirkan Al-Qur’an
5. Hubungan tafsir modernisasi.
2. Model Ahmad Al-Syarbashi

Menurutnya, tafsir pada zaman Rasulullah SAW. pada awal masa


pertumbuhan Islam disusun pendek dan tampak ringkas karena penguasaan
bahasa Arab yang murni pada saat itu cukup untuk memahami gaya dan
susunan kalimat Al-Qur’an. Pada masa-masa sesudah itu penguasaan bahasa
Arab yang murni tadi mengalami kerusakan akibat percampuran masyarakat
Arab dengan bahasa-bahasa lain, yaitu ketika pemeluk Islam berkembang
meluas ke berbagai negara.

3. Model Syaikh Muhammad Al-Ghazali


Salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Al-Ghazali
adalah berjudul berdialog dengan Al-Qur’an. Dalam bukunya tersebut dila-
porkan macam-macam metode memahami Al-Qur’an, peran ilmu-ilmu sosial
dan kemanusiaan dalam memahami Al-Qur’an.
Tentang macam-macam metode memahami Al-Qur’an, Al-Ghazali
membaginya kedalam metode klasik dan metode modern dalam memahami
Al-Qur’an. Menurutnya, dalam berbagai kajian tafsir, kita banyak mene-
mukan metode memahami Al-Qur’an yang berawal dari ulama’ generasi ter-
dahulu. Mereka telah berusaha memahami kandungan Al-Qur’an, sehingga
lahirlah apa yang kita kenal dengan metode mamahami Al-Qur’an.
14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Studi Al-Qur’an dan Tafsir adalah ilmu yang meliputi seluruh aspek
Al-Qur’an dan tafsir yang tersusun secara sistematik, yang telah dikem-
bangkan oleh para ahli selama bertahun-tahun hingga kini. Hal ini bertujuan
untuk memudahkan para pelajar dalam memahami esensi yang terkandung
pada Al-Qur’an.

3.2 Kritik dan saran


Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada berbagai pihak yang
membantu dalam penulisan makalah ini, tentunya makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Maka dari itu kami mohon kritik dan saran dari berbagai pihak
agar makalah kami bisa lebih baik kedepannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Al Qattan, Manna' Khalil. 2019. Studi Ilmu Ilmu Al Qur'an. Bogor: Litera AntarNusa.

Hari ini, Berita. 2021. Isi Kandungan Alquran Sebagai Pedoman Bagi Umat Islam, https://
kumparan.com/berita-hari-ini/isi-kandungan-alquran-sebagai-pedoman-bagi-umat-is-
lam-1v3o8R4TO5I/full diakses pada 30 Oktober 2022 pukul 19.24

Mihrob. 2020. Bukti-Bukti Keotentikan Al-Qur’an, https://www.laduni.id/post/read/69057/


bukti-bukti-keotentikan-al-quran diakses pada 30 Oktober 2022 pukul 19.24
Manan, aman. 2019. Pengertian tafsir dan ilmu tafsir, https://amanmanan.weebly.com/
pengertian-tafsir.html diakses pada 30 Oktober 2022 pukul 19.24
Surya Pamungkas, Galuh. 2021. Apa Fungsi dan Manfaat Tafsir Al Qur’an Dalam Kehidu-
pan?, https://jaringansantri.com/apa-fungsi-dan-manfaat-tafsir-al-quran-dalam-ke-
hidupan/ diakses pada 30 Oktober 2022 pukul 19.24
Yasin, Hadi. 2019. MENGENAL METODE PENAFSIRAN AL QURAN, https://uia.e-
journal.id/Tahdzib/article/download/826/457 diakses pada 30 Oktober 2022 pukul
19.24
Soim, Muhammad Ibnu. 2014. MODEL PENELITIAN ILMU TAFSIR AL-QUR’AN, ibnu-
soim.blogspot.com/2014/05/bab-i-model-penelitian-ilmu-tafsir-al.html?m=1 diakses
pada 30 Oktober 2022 pukul 19.24

16

Anda mungkin juga menyukai