MAKALAH
DISUSUN OLEH :
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu. Tanpa pertolongannya
tentunya kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah dan curahkan kepada baginda kami tercinta yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya diakhirat nanti.
Tim penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk
itu, tim penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini tim penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Tim penulis
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1. Al-Qur’an ……………………………………………………………………3
2. Hadits …………………………………….…………………………………..9
a. Kesimpulan ....................................................................................................19
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam al-Qur’ān Allah Swt. Berfirman, “… barangsiapa tidak
memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-
orang kafir.” (Q.S. al-Mā’idah/5:44). Ayat tersebut mendorong manusia,
terutama orang-orang yang beriman agar menjadikan al-Qur’ān sebagai
sumber ajaran atau hukum dalam memutuskan suatu perkara, sehingga siapa
pun yang tidak menjadikannya sebagai sumber hukum untuk memutuskan
perkara, maka manusia dianggap tidak beriman. Hukum-hukum Allah Swt.
Yang tercantum di dalam al-Qur’ān sesungguhnya dimaksudkan untuk
kemaslahatan dan kepentingan hidup manusia itu sendiri. Allah Swt. Sebagai
pencipta manusia dan alam semesta Maha Mengetahui terhadap apa yang
diperlukan agar manusia hidup damai, aman, dan sentosa.
Bukankah para ahli teknologi yang membuat barang-barang canggih,
seperti pesawat terbang, mobil, omputer, handphone, dan barang-barang
elektronik lainnya selalu memberikan buku petunjuk penggunaan atau
pemakaian kepada para pemiliknya? Apa tujuan produsen atau para ahli
tersebut menerbitkan buku tersebut? Jawabannya bahwa tanpa menggunakan
buku petunjuk tersebut, dikhawatirkan barang-barang yang digunakan akan
cepat rusak. Begitulah Allah Swt. Menurunkan Kitab Suci-Nya, al-Qur’ān,
agar manusia terbebas dari kerusakan, baik yang bersifat kerusakan lahir
maupun kerusakan batin.
Namun demikian, masih banyak orang yang mengaku beriman yang belum
menjadikan al-Qur’ān dan hadis sebagai pedoman hidupnya. Banyaknya
pelanggaran terhadap hukum Islam, seperti pencurian, perampokan, korupsi,
perzinaan, dan kemaksiatan lainnya merupakan bukti nyata dari hal-hal
tersebut.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian Al-qur’an dan Hadits?
2. Bagaimanakah kedudukan Al-qur’an dan hadits sebagai sumber ajaran
islam?
3. Bagaimanakah sejarah turunnya Al-qur’an hingga di bukukan?
4. Apa saja isi kandungan Al-qur’an?
5. Apa saja fungsi dan nama-nama lain Al-qur’an?
6. Bagaimanakah struktur Hadits?
7. Apa saja macam-macam Hadits?
8. Bagaimanakah fungsi Hadits terhadap Al-qur’an?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian Al-Qur’an dan Hadits
2. Memahami kedudukan Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber ajaran islam
3. Mengetahui serta memahami sejarah turunnya Al-qur’an hingga di
bukukan
4. Memahami isi kandungan Al-qur’an
5. Memahami fungsi dan nama-nama lain Al-qur’an
6. Mengetahui dan memahami struktur Hadits
7. Mengetahui macam-macam Hadits
8. Memahami fungsi Hadits terhadap Al-qur’an
2
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Al-quran
a. Pengertian Al-Qur’an
Merurut istilah, Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang di turunkan oleh
Allah kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat Jibril secara
mutawatir, serta sebagai mukjizat dan membacanya bernilai ibadah.
b. Kedudukan Al-Quran
Qur’ān adalah kitab yang berisi sebagai petunjuk dan peringatan bagi
orang-orang yang beriman. Al-Qur’ān sumber dari segala sumber hukum baik
dalam konteks kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak. Namun demikian,
hukum-hukum yang terdapat dalam Kitab Suci al-Qur’ān ada yang bersifat
rinci dan sangat jelas maksudnya, dan ada yang masih bersifat umum dan
perlu pemahaman mendalam untuk memahaminya.
c. Sejarah Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar yang diturunkan oleh Allah kepada
Nabi Muhammad. Al-Qur’an pertama kali diturunkan pada saat Nabi
Muhammad berkhalawat di Gua Hira. Saat itu Nabi Muhammad sedang risau
dengan kondisi masyarakat bangsa Arab, terutama di kota Mekkah.
Al-Qur’an pertama kali turun pada tanggal 17 Ramadhan, saat Nabi
Muhammad berusia 40 tahun. Surat pertama yang turun adalah surat al-‘alaq
ayat 1-5, Al-Qur’an turun tidak sekaligus, melainkan secara bertahap selama
22 tahun 2 bulan 22 hari. Ayat terakhir yang turun adalah surat al-maidah ayat
3. Ayat ini turun pada tanggal 9 Zulhijjah 10 Hijriah.
Periode penurunan Al-Qur’an di bagi menjadi 2, yaitu periode Mekkah dan
periode Madinah. Periode mekkah berlangsung selama 12 tahun masa
kenabian Rasulullah. Surat-surat yang turun pada periode Mekkah ini disebut
surat Makkiyah. Periode Madinah berlangsung selama 10 tahun masa
kenabian. Surat-surat Al-Qur’an yang turun pada periode Madinah disebut
surat Madaniyah.
4
Penulisan Al-Qur’an dimulai sejak masa Nabi Muhammad. Sahabat yang
ditunjuk oleh Nabi Muhammad untuk menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an adalah
Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, dan Ubay bin
Ka’ab. Para sahabat menuliskannya di atas pelepah kurma, daun lontar, kulit
kayu, dan sebagainya. Para sahabat juga menghafalkan Al-Qur’an.
Pada masa Khulafaur Rasyidin, banyak sahabat penghafal Al-Qur’an yang
wafat. Dimulailah pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an yang telah di tulis. Zaid
bin Tsabit bertugas memimpin pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an.
2) Ibadah
3) Muamalah
4) Hukum
5
5) Akhlak
َكثِ ۡيرًا هّٰللا َ َك َر َو َذ ااۡل ٰ ِخ َر َو ۡاليَ ۡو َم هّٰللا َ يَ ۡرجُوا َكانَ لِّ َم ۡن َح َسنَةٌ اُ ۡس َوةٌ هّٰللا ِ َرس ُۡو ِل فِ ۡى لَ ُكمۡ َكانَ لَقَ ۡد
“ Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah” (QS.al-
Ahzab:21)
6) Kisah-kisah terdahulu
7) Ilmu pengetahuan
6
Artinya :
Mahasuci Allah yang telah menurunkan Furqan (Al-Qur'an) kepada
hamba-Nya (Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada
seluruh alam (jin dan manusia). ( QS. Al-Furqan / 25 : 1 )
Artinya :
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami
(pula) yang memeliharanya.” ( QS. Al-Hijr / 15:9 )
7
Mau’izah artinya ajaran, nasihat, atau tuntutan
Artinya :
“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-
Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada di dalam
dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman” (QS.
Yunus/10:57)
Al-Qur’an mengajari manusia akan segala hal yang diperlukan di dalam
kehidupannya, agar tercapai kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di
akhirat nanti. Oleh karena itu, banyak dikemukakan contoh orang-orang
yang saleh dan durhaka beserta akibatnya. Misalnya, kisah Nabi Ibrahim,
Musa, Ayyub, ataupun kisah umat Nabi Nuh, kisah Fir’aun, Qarun, dan
sebagainya.
f. Fungsi Al-Qur’an
1) Al-Huda ( Petunjuk )
Dalam Al-Qur’an ada tiga posisi Al-Qur’an yang fungsinya sebagai
petunjuk. Al-Qur’an menjadi petunjuk bagi manusia secara umum,
petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa dan petunjuk bagi orang-orang
yang beriman.
8
2) Al-Furqon ( Pemisah )
Fungsi Al-Qur’an sebagai pemisah adalah dapat memisahkan antara hak
dan yang batil, atau antara yang benar dan yang salah. Di dalam Al-
Qur’an dijelaskan beberapa hal mengenai yang boleh dilakukan atau yang
baik, dan yang tidak boleh dilakukan atau yang buruk.
3) Al-Asyifa ( Obat )
Al-Qur’an bisa menjadi obat penyakit mental di mana membaca Al-
Qur’an dan mengamalkannya dapat terhindar dari berbagai hati atau
mental. Meskipun Al-Qur’an hanya sebatas tulisan saja, namun
membacanya dapat memberikan pencerahan bagi setiap orang yang
beriman.
4) Al-Mau’izah ( Nasihat )
Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak pengajaran, nasihat-nasihat,
peringatan tentang kehidupan bagi orang-orang yang bertakwa, yang
berjalan di jalan Allah. Nasihat yang terdapat di dalam Al-Qur’an
biasanya berkaitan dengan sebuah peristiwa atau kejadian, yang bisa
dijadikan pelajaran bagi orang-orang di masa sekarang atau masa
setelahnya.
2. Hadits
a. Pengertian Hadis
Secara etimologis, hadits memiliki makna sebagai berikut:
a. Jadid, lawan qadim: yang baru (jamaknya hidats, hudatsa, dan huduts);
b. Qarib, yang dekat, yang belum lama terjadi;
c. Khabar, warta, yakni: sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari
seseorang kepada seseorang yang lain (Hasbi Asshiddiqy, 1980: 20).
9
Adapun pengertian Hadits secara terminologis menurut Ahli Hadits:
Menurut sementara ahli hadits menyamakan arti dari hadits dan sunah.
Hadits qauliy (sunah dalam bentuk ucapan) ialah segala ucapan Nabi yang ada
hubungannya dengan pembinaan hukum. Seperti hadits Nabi yang
menjelaskan semua amal perbuatan tergantung pada niat. Adapun hadits fi’liy
ialah segala perbuatan Nabi saw. yang diberitakan oleh para sahabat mengenai
ibadah dan lain-lain. Misalnya, cara melaksanakan salat, cara menunaikan
ibadah haji, etika puasa, dan cara menyelenggarakan peradilan dengan
menggunakan saksi sumpah. Selanjutnya mengenai hadits taqririy ialah segala
perbuatan sahabat yang diketahui Nabi saw.. Perbuatan-perbuatan tersebut ada
yang dibiarkan saja (pertanda Nabi merestui) dan disebut hadîts taqrir sukutiy.
Ada pula yang dengan tegas dinyatakan kebaikan dan kebenarannya hadîts
taqrîr lafdziy.
10
Sunah sebagai dasar hukum (dalil) menduduki urutan kedua setelah al-
Quran. Sunah juga bisa menjadi hujjah, sumber hukum dan menjadi tempat
mengistinbatkan hukum syara’ karena didasarkan pada beberapa dalil, di
antaranya:
a. Allah memerintahkan umatnya untuk taat kepada Rasulullah sebagai
bentuk ketaatan terhadap Allah, sebagaimana ayat alQuran: َ
Artinya: “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan
apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (Al-
Hasyr: 7).
b. Rasulullah mempunyai wewenang untuk menjelaskan al-Quran, seperti
dijelaskan dalam firman Allah:
Artinya: “Barang siapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah
menaati Allah. Dan barang siapa yang berpaling dari ketaatan itu, maka
kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka” (An-
Nisa: 80).
Artinya: “Dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-
kitab. Dan kami turunkan kepadamu al-Quran agar kamu menerangkan
kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan
supaya mereka memikirkan.” (an-Nahl: 44)
c. Sunah adakalanya menerangkan ayat al-Quran yang masih mujmal dan
adakalanya menambah hukum yang tidak diatur secara jelas dalam al-
Quran. Sehingga sudah barang tentu Sunah yang menjelaskan al-Quran
akan menempati posisi kedua setelah al-Quran.
11
d. Wurûd al-Quran qath’iy seluruhnya, sedangkan Sunah banyak yang
wurûd-nya dzanniy.
e. Urutan dasar hukum yang digunakan oleh para sahabat yang
menempatkan Sunah pada tempat yang kedua.
b. Struktur Hadits
a. Mukharrij adalah perawi terakhir yang meriwayatkan hadis. Atau dengan
kata lain, mukharrij adalah perawi terakhir sekaligus perawi yang berhasil
menghimpun berbagai macam hadis dalam sebuah kitab hadis. Misalnya
alBukhari, Muslim, al-Turmudzi, Abu Daud, al-Nasa’i, Ibn Majah dan lain
sebagainya adalah ulama yang menghimpun suatu hadis dalam karya-
karya mereka. Istilah mukharrij juga identik dengan istilah mukhrij. Kedua
istilah tersebut terkait erat dengan kegiatan takhrij al-hadis.
b. Rawi, yaitu orang yang meriwayatkan hadits.
c. Perawi pertama, adalah orang pertama yang meriwayatkan hadis. Dalam
hal ini diperselisihklan oleh ulama, ada yang memahami guru pertama
mukhrij, ada yang memahami murid pertama sahib al-matan (dalam hal ini
sahabat kalau hadisnya al-marfu’ yaitu hadis yang dinisbatkan kepada
Nabi dan tabi’in kalau hadisnya al-mawquf, yaitu hadis yang dinisbatkan
kepada sahabat). Namun pendapat pertama yang lebih masyhur.
d. Perawi terakhir adalah lawan dari perawi pertama
e. Sanad, yaitu sekelompok orang atau seseorang yang menyampaikan hadits
dari Rasulullah saw. sampai kepada kita sekarang ini. Sanad secara bahasa
berarti ‚sandaran yang kita bersandar padanya‛. Juga berarti yang dapat
dipegangi, dipercayai, kaki bukit, atau gunung juga disebut sanad.
Jamaknya adalah asanid atau sanadat. sedangkan secara istilah adalah
jalan menuju matan. Yaitu mata rantai perawi dari mukharrij sampai sahib
al-matan yang pertama. Dalam istilah ilmu hadis, selain istilah sanad
lazim juga disebut isnad.
12
f. Sahib al-matan adalah yang mengeluarkan pernyataan tersebut. Bisa jadi
Rasulullah yang disebut hadis marfu’ atau sahabat yang disebut hadis
mawquf atau generasi sesudahnya yang disebut hadis maqtu’
g. Matan, yaitu isi atau materi hadits yang disampaikan Rasulullah saw.
Matan secara bahasa berarti punggung jalan (muka jalan); tanah yang
keras dan tinggi. Sedangkan secara istilah, matan adalah teks-teks hadits,
baik yang bersumber kepada Nabi, sahabat, maupun tabiin.
Dari uraian struktur hadis di atas, dapat ditampilkan sebuah contoh hadis
berikut ini:
13
5. Sanad hadis adalah mata rantai perawi dari al-Humaidi (Abd Allah ibn
Zubayr), Sufyan, Yahya ibn Sa’id alAnshari, Muhammad ibn Ibrahim al-
Taymi, Alqamah ibn Waqqas al-Laytsi sampai kepada Umar ibn Khatthab.
6. Shahib al-matan adalah Rasulullah saw. karena hadis di atas merupakan
hadis marfu’
7. Matan hadis atau teks hadis adalah pernyataan Nabi saw.:
Dari paparan tentang struktur hadis di atas, dapat dipahami bahwa kajian
dalam studi hadis pada hakekatnya terfokus kepada dua hal; yaitu kajian
sanad hadis dan kajian matan hadis.
c. Macam-macam Hadits
Ditinjau dari segi perawinya, hadis terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu
seperti berikut.
1) Hadits Mutawatir
Diriwayatkan oleh banyak orang kepada banyak orang dan
seterusnya demikian hingga tercatat, dengan beberapa banyak sanad
pula, ini disebut dengan hadits mutawatir. Sunah mutawatir ini pun
dibagi menjadi dua macam, yaitu:
(1) Mutawâtir lafdziyyah, yaitu redaksi dan kandungannya sama,
tidak ditemukan perbedaan. Contohnya antara lain, “Maka
barangsiapa membuat kebohongan terhadap saya dengan sengaja,
hendaknya mengambil tempat duduk dari api neraka (HR.
Bukhori dan Muslim).
14
Sunnah ini diriwayatkan oleh sekitar 200 orang sahabat dengan redaksi
tidak berbeda.
(2) Mutawâtir ma’nawiyyah yaitu redaksinya berbeda-beda tetapi
maknanya tetap sama.
2) Hadis Masyhur
Diriwayatkan oleh tiga orang lebih, kepada tiga orang atau lebih
dan seterusnya begitu hingga tercatat dengan sanad sekurang-
kurangnya tiga, ini disebut hadits masyhûr atau mustafîd. Contoh dari
hadits ini: “Amal-amal itu tergantung pada niat, dan setiap amal hanya
akan memperoleh apa yang diniatkannya.” (Riwayat Bukhari dan
Muslim). Pada generasi sahabat, hadits ini hanya diriwayatkan oleh
Umar bin Khattab, Abdullah bin Mas’ud, dan Abu Bakar, tetapi pada
generasi tabi’in dan selanjutnya diriwayatkan oleh banyak rawi, yang
mencapai derajat mutawatir
3) Hadis Aĥad
Hadis aḥad adalah hadis yang hanya diriwayatkan oleh satu atau
dua orang perawi, sehingga tidak mencapai derajat mutawattir.
1) Hadis Śaḥiḥ adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil,
kuat hafalannya, tajam penelitiannya, sanadnya bersambung
kepada Rasulullah saw., tidak tercela, dan tidak bertentangan
dengan riwayat orang yang lebih terpercaya. Hadis ini dijadikan
sebagai sumber hukum dalam beribadah (hujjah).
15
2) Hadis Ḥasan, adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil,
tetapi kurang kuat hafalannya, sanadnya bersambung, tidak cacat, dan
tidak bertentangan. Sama seperti hadis śaḥiḥ, hadis ini dijadikan
sebagai landasan mengerjakan amal ibadah.
3) Hadis da’īf, yaitu hadis yang tidak memenuhi kualitas hadis śaḥīiḥ
dan hadis Ḥasan. Para ulama mengatakan bahwa hadis ini tidak dapat
dijadikan sebagai hujjah, tetapi dapat dijadikan sebagai motivasi dalam
beribadah.
16
Demikian pula firman Allah Swt. dalam ayat yang lain:
17
b. Memperkuat pernyataan yang ada dalam al-Qur’ān.
Seperti dalam al-Qur’ān terdapat ayat yang menyatakan, “Barangsiapa di
antara kalian melihat bulan, maka berpuasalah!” Kemudian ayat tersebut
diperkuat oleh sebuah hadis yang berbunyi, “... berpuasalah karena
melihat bulan dan berbukalah karena melihatnya ...” (H.R. Bukhari dan
Muslim)
c. Menerangkan maksud dan tujuan ayat yang ada dalam al-Qur’ān.
Misal, dalam Q.S. at-Taubah/9:34 dikatakan, “Orang-orang yang
menyimpan emas dan perak, kemudian tidak membelanjakannya di jalan
Allah Swt., gembirakanlah mereka dengan azab yang pedih!” Ayat ini
dijelaskan oleh hadis yang berbunyi, “Allah Swt. tidak mewajibkan zakat
kecuali supaya menjadi baik harta-hartamu yang sudah dizakati.” (H.R.
Baihaqi)
d. Menetapkan hukum baru yang tidak terdapat dalam al-Qur’ān.
Maksudnya adalah bahwa jika suatu masalah tidak terdapat hukumnya
dalam al-Qur’ān, diambil dari hadis yang sesuai. Misalnya, bagaimana
hukumnya seorang laki-laki yang menikahi saudara perempuan istrinya.
Hal tersebut dijelaskan dalam sebuah hadis Rasulullah saw.:
Artinya: “Dari Abi Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda: “Dilarang
seseorang mengumpulkan (mengawini secara bersama) seorang
perempuan dengan saudara dari ayahnya serta seorang perempuan
dengan saudara perempuan dari ibunya.” (H.R. Bukhari)
18
BAB 3
PENUTUP
a. Kesimpulan
Al-Qur’ān adalah kalam Allah Swt. (wahyu) yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad saw. melalui Malaikat Jibril dan diajarkan kepada umatnya, dan
membacanya merupakan ibadah. Hadis atau sunnah adalah segala ucapan atau
perkataan, perbuatan, serta ketetapan (taqrir) Nabi Muhammad saw. yang
terlepas dari hawa nafsu dan perkara-perkara tercela.
Al-Qur’ān adalah sumber ajaran utama selain sebagai kitab suci. Oleh
karena itu, semua ketentuan ajaran dan hukum yang berlaku tidak boleh
bertentangan dengan ajaran-ajaran dan hukum-hukum yang terdapat dalam al-
Qur’ān. Hadis merupakan sumber ajaran kedua setelah al-Qur’ān. Dengan
demikian, hadis memiliki fungsi yang sangat penting dalam ajaran dan hukum
Islam. Di antara fungsi hadis, yaitu untuk menegaskan ketentuan yang telah ada
dalam alQur’ān, menjelaskan ayat al-Qur’ān (bayan tafsir), dan menjelaskan
ayat-ayat al-Qur’ān yang bersifat umum (bayan takhśiś).
19
DAFTAR PUSTAKA