Anda di halaman 1dari 24

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Metodologi Studi Islam Muhlasin, S.Ag, M.Pd.I

MAKALAH

SUMBER AJARAN ISLAM

DISUSUN OLEH :

FIKA SRI ALANDANI (11980324455)

NABILA QADIRA AZZAHRA (11980324473)

RICI SYAHRANI (11980320151)

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM RIAU


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
PROGRAM STUDI S1 GIZI
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu. Tanpa pertolongannya
tentunya kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah dan curahkan kepada baginda kami tercinta yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya diakhirat nanti.

Mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas kelimpahan nikmat sehat-nya,


baik itu berupa sehat fisim maupun akal pikiran, sehingga tim penulis mempu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Sumber Ajaran Islam”.

Tim penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk
itu, tim penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini tim penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Pekanbaru, 01 November 2020

Tim penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................i

DAFTAR ISI ...............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

a. Latar Belakang ………………………......................................................1


b. Rumusan Masalah …...………………….…………................................2
c. Tujuan ………………………………………………..…....………..........2

BAB II PEMBAHASAN

1. Al-Qur’an ……………………………………………………………………3
2. Hadits …………………………………….…………………………………..9

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan ....................................................................................................19

b. kritik dan Saran.............................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................20

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam al-Qur’ān Allah Swt. Berfirman, “… barangsiapa tidak
memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-
orang kafir.” (Q.S. al-Mā’idah/5:44). Ayat tersebut mendorong manusia,
terutama orang-orang yang beriman agar menjadikan al-Qur’ān sebagai
sumber ajaran atau hukum dalam memutuskan suatu perkara, sehingga siapa
pun yang tidak menjadikannya sebagai sumber hukum untuk memutuskan
perkara, maka manusia dianggap tidak beriman. Hukum-hukum Allah Swt.
Yang tercantum di dalam al-Qur’ān sesungguhnya dimaksudkan untuk
kemaslahatan dan kepentingan hidup manusia itu sendiri. Allah Swt. Sebagai
pencipta manusia dan alam semesta Maha Mengetahui terhadap apa yang
diperlukan agar manusia hidup damai, aman, dan sentosa.
Bukankah para ahli teknologi yang membuat barang-barang canggih,
seperti pesawat terbang, mobil, omputer, handphone, dan barang-barang
elektronik lainnya selalu memberikan buku petunjuk penggunaan atau
pemakaian kepada para pemiliknya? Apa tujuan produsen atau para ahli
tersebut menerbitkan buku tersebut? Jawabannya bahwa tanpa menggunakan
buku petunjuk tersebut, dikhawatirkan barang-barang yang digunakan akan
cepat rusak. Begitulah Allah Swt. Menurunkan Kitab Suci-Nya, al-Qur’ān,
agar manusia terbebas dari kerusakan, baik yang bersifat kerusakan lahir
maupun kerusakan batin.
Namun demikian, masih banyak orang yang mengaku beriman yang belum
menjadikan al-Qur’ān dan hadis sebagai pedoman hidupnya. Banyaknya
pelanggaran terhadap hukum Islam, seperti pencurian, perampokan, korupsi,
perzinaan, dan kemaksiatan lainnya merupakan bukti nyata dari hal-hal
tersebut.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian Al-qur’an dan Hadits?
2. Bagaimanakah kedudukan Al-qur’an dan hadits sebagai sumber ajaran
islam?
3. Bagaimanakah sejarah turunnya Al-qur’an hingga di bukukan?
4. Apa saja isi kandungan Al-qur’an?
5. Apa saja fungsi dan nama-nama lain Al-qur’an?
6. Bagaimanakah struktur Hadits?
7. Apa saja macam-macam Hadits?
8. Bagaimanakah fungsi Hadits terhadap Al-qur’an?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian Al-Qur’an dan Hadits
2. Memahami kedudukan Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber ajaran islam
3. Mengetahui serta memahami sejarah turunnya Al-qur’an hingga di
bukukan
4. Memahami isi kandungan Al-qur’an
5. Memahami fungsi dan nama-nama lain Al-qur’an
6. Mengetahui dan memahami struktur Hadits
7. Mengetahui macam-macam Hadits
8. Memahami fungsi Hadits terhadap Al-qur’an

2
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Al-quran

a. Pengertian Al-Qur’an

Al-Qur’an berasal dari kata qara’a, yang artinya menyatukan dan


menghimpun. Dari segi bahasa, al-Qur’ān berasal dari kata qara’a – yaqra’u –
qirā’atan – qur’ānan, yang berarti sesuatu yang dibaca atau bacaan. Qara’a
juga berarti membaca. Al-Qur’an adalah himpunan huruf-huruf dan kata-kata
dalam satu ayat, himpunan ayat-ayat dalam satu surat, himpunan surat dalam
Al-Qur’an, yang dapat dibaca.
Quran dalam arti kebahasaan, dijumpai di surah 75 Al-Qiyaamah ayat 17 &
18:

Merurut istilah, Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang di turunkan oleh
Allah kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat Jibril secara
mutawatir, serta sebagai mukjizat dan membacanya bernilai ibadah.

Al-Jurjani mendefinisikan Alqur'an:


Alqur'an adalah (Kalamullah) yang diturunkan kepada Rasulullah tertulis
dalam mushhaf, ditukil dari Rasulullah secara mutawatir dengan tidak
diragukan.

b. Kedudukan Al-Quran

Sebagai sumber hukum Islam, al-Qur’ān memiliki kedudukan yang sangat


tinggi. Al-Qur’ān merupakan sumber utama dan pertama sehingga semua
persoalan harus merujuk dan berpedoman kepadanya. Hal ini sesuai dengan
firman Allah Swt. dalam al-Qur’ān:
3
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Ta’atilah Allah dan ta’atilah
Rasul-Nya (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara
kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah kepada Allah Swt. (al-Qur’ān) dan Rasu-Nyal (sunnah), jika
kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. an-Nisā’/4:59)

Qur’ān adalah kitab yang berisi sebagai petunjuk dan peringatan bagi
orang-orang yang beriman. Al-Qur’ān sumber dari segala sumber hukum baik
dalam konteks kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak. Namun demikian,
hukum-hukum yang terdapat dalam Kitab Suci al-Qur’ān ada yang bersifat
rinci dan sangat jelas maksudnya, dan ada yang masih bersifat umum dan
perlu pemahaman mendalam untuk memahaminya.

c. Sejarah Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar yang diturunkan oleh Allah kepada
Nabi Muhammad. Al-Qur’an pertama kali diturunkan pada saat Nabi
Muhammad berkhalawat di Gua Hira. Saat itu Nabi Muhammad sedang risau
dengan kondisi masyarakat bangsa Arab, terutama di kota Mekkah.
Al-Qur’an pertama kali turun pada tanggal 17 Ramadhan, saat Nabi
Muhammad berusia 40 tahun. Surat pertama yang turun adalah surat al-‘alaq
ayat 1-5, Al-Qur’an turun tidak sekaligus, melainkan secara bertahap selama
22 tahun 2 bulan 22 hari. Ayat terakhir yang turun adalah surat al-maidah ayat
3. Ayat ini turun pada tanggal 9 Zulhijjah 10 Hijriah.
Periode penurunan Al-Qur’an di bagi menjadi 2, yaitu periode Mekkah dan
periode Madinah. Periode mekkah berlangsung selama 12 tahun masa
kenabian Rasulullah. Surat-surat yang turun pada periode Mekkah ini disebut
surat Makkiyah. Periode Madinah berlangsung selama 10 tahun masa
kenabian. Surat-surat Al-Qur’an yang turun pada periode Madinah disebut
surat Madaniyah.
4
Penulisan Al-Qur’an dimulai sejak masa Nabi Muhammad. Sahabat yang
ditunjuk oleh Nabi Muhammad untuk menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an adalah
Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, dan Ubay bin
Ka’ab. Para sahabat menuliskannya di atas pelepah kurma, daun lontar, kulit
kayu, dan sebagainya. Para sahabat juga menghafalkan Al-Qur’an.
Pada masa Khulafaur Rasyidin, banyak sahabat penghafal Al-Qur’an yang
wafat. Dimulailah pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an yang telah di tulis. Zaid
bin Tsabit bertugas memimpin pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an.

d. Isi Kandungan Al-Qur’an


Al-Qur’an mukjizat terbesar yang Allah turunkan kepada Nabi
Muhammad. Al-Qur’an berisi tentang hal-hal berikut ini :
1) Akidah

Akidah berhubungan dengan masalah tauhid, yaitu keyakinan bahwa


Allah Maha Esa. Al-Qur’an memuat ajaran akidah islam, yaitu rukun
iman. Rukun iman terdiri atas : iman kepada Allah, iman kepada Malaikat,
iman kepada Kitab, iman kepada Nabi dan Rasul, iman kepada hari akhir,
dan iman kepasa Qada dan Qadar.

2) Ibadah

Al-Qur’an berisi tentang ibadah dan muamalah. Ibadah mencakup lima


rukun Islam yaitu, syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Ibadah terdiri
atas dua jenis, yaitu ibadah mahdah dan ibadah ghairu mahda. Ibadah
mahdah terdiri atas shalat, puasa, zakat, dan haji. Ibadah ghairu mahdah
terdiri atas belajar, bekerja, silahturahmi, dan sebagainya.

3) Muamalah

Muamalah adalah segala perbuatan yang berhubungan dengan sesame


manusia. Hal yang termasuk muamalah, antara lain jual beli, utang
piutang, dan sewa. Al-Qur’an telah mengatur bagaimana cara
bermuamalah dengan sesame manusia.

4) Hukum

Al-Qur’an mengandung ajaran hukum dan ketentuan-ketentuan bagi umat


manusia. Al-Qur’an berisi hukum perwakilan, hukum waris, hukum
perjanjian, hukum pidana, hukum perang, dan sebagainya.

5
5) Akhlak

Islam mengatur bagaimana berakhlak yang baik. Di dalam Al-Qur’an,


terdapat ayat-ayat yang menjelaskan tentangakhlak-akhlak baik dan buruk.
Teladan akhlak yang baik ada pada diri Nabi Muhammad. Sebagaimana
disebutkan dalam surat al-Ahzab ayat 21 :

‫َكثِ ۡيرًا هّٰللا َ َك َر َو َذ ااۡل ٰ ِخ َر َو ۡاليَ ۡو َم هّٰللا َ يَ ۡرجُوا َكانَ لِّ َم ۡن َح َسنَةٌ اُ ۡس َوةٌ هّٰللا ِ َرس ُۡو ِل فِ ۡى لَ ُكمۡ َكانَ لَقَ ۡد‬

“ Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah” (QS.al-
Ahzab:21)

6) Kisah-kisah terdahulu

Di dalam Al-Qur’an banyak diceritakan kisah umat terdahulu. Mulai kisah


zaman Nabi Adam hingga Nabi Muhammad. Kisah-kisah itu mengandung
pelajaran yang baik bagi seluruh umat manusia, misalnya kisah perahu
Nabi Nuh, kisah Nabi Musa dan Fir’aun, dan kisah Ashabul Kahfi.

7) Ilmu pengetahuan

Ayat pertama yang berbunyi ‫ك بِاس ِْم ا ْق َر ْأ‬


َ ِّ‫ق الَّ ِذي َرب‬
َ َ‫ َخل‬yang artinya :

“Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptahan.” Ayat


itu bermakna bahwa sebagai manusia harus belajar untuk mengenal
berbagai pengetahuan. Al-Qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan.

e. Nama-nama lain Al-Qur’an


Al-Qur’an mempunyai beberapa nama yang kesemuanya menunjukkan
kedudukannya yang tinggi dan luhur. Tidak diragukan lagi bahwa Al-Qur’an
adalah kitab “ samawi “ yang paling mulia. Sedangkan nama lain dari Al-
Qur’an adalah Al-Kitab, Al-Furqan, Az-Zikr, At-Tanzi, Al-Mubin, Al-Huda,
Al-Hakim dan sebagainya. Berikut ini akan dikemukakan empat saja, di
antaranya :

 Al-Furqan artinya Pembeda


Dinamai al-furqan berdasarkan pada firman Allah Swt :

6
Artinya :
Mahasuci Allah yang telah menurunkan Furqan (Al-Qur'an) kepada
hamba-Nya (Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada
seluruh alam (jin dan manusia). ( QS. Al-Furqan / 25 : 1 )

Dinamakan Al-furqan karena ia sebagai pembeda antara yang benar


dengan yang salah, antara yang baik dengan yang buruk, serta yang sejati
dengan yang palsu. Semua itu dijelaskan dalam kitab suci ini. Salah
seorang ulama “sayid Qutub” menyatakan manusia tidak mempunyai
kemampuan dengan akalnya untuk “menentukan” mana yang baik
danmana yang buruk, mana yang benar mana yang salah. Manusia dengan
akalnya hanya mampu “memilih” mana yang baik mana yang buruk, mana
yang benar mana yang salah. Maka Allah yang menciptakan manusia dan
memberinya akal serta menurunkan kepadanya Al-furqan, sebagai
pembenda (penentu) mana yang baik dan mana yang buruk, manayang
benar dan mana yang salah, agar ia memilihnya. Oleh karena itulah Al-
Qur’an dinamakan Al-furqan.

 Az-Zikr artinya Peringatan

‫الذ ۡك َر نَ َّز ۡلنَا نَ ۡحنُ اِنَّا‬


ِّ ‫لَ ٰحـفِظُ ۡونَ لَ ٗه َواِنَّا‬

Artinya :
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami
(pula) yang memeliharanya.” ( QS. Al-Hijr / 15:9 )

Dinamakan Az-Zikr karena Al-Qur’an diturunkan Allah memang untuk


memberi peringatan kepada manusia mengenai hal-hal yang dapat
menyelamatkan dan membahagiakan. Serta hal-hal yang dapat
mencelakakan dan menyengsarakan manusia. Dengan demikian
diharapkan manusia dapat memperhatikan peringatan-peringatan dari
Allah.

7
 Mau’izah artinya ajaran, nasihat, atau tuntutan
Artinya :
“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-
Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada di dalam
dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman” (QS.
Yunus/10:57)
Al-Qur’an mengajari manusia akan segala hal yang diperlukan di dalam
kehidupannya, agar tercapai kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di
akhirat nanti. Oleh karena itu, banyak dikemukakan contoh orang-orang
yang saleh dan durhaka beserta akibatnya. Misalnya, kisah Nabi Ibrahim,
Musa, Ayyub, ataupun kisah umat Nabi Nuh, kisah Fir’aun, Qarun, dan
sebagainya.

 Al-Kitab artinya Kitab


Dinamakan Al-Kitab berdasarkan firman Allah swt :
Artinya :
“Alif Lam Mim. Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya,
petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah/2:1-2)
Artinya :
“Ha Mim. Demi kitab (Al-Qur’an) yang jelas, sesungguhnya kami
menurunkannya pada malam yang diberkahi.” (QS. Ad-Dukhan/44:1-3)

f. Fungsi Al-Qur’an
1) Al-Huda ( Petunjuk )
Dalam Al-Qur’an ada tiga posisi Al-Qur’an yang fungsinya sebagai
petunjuk. Al-Qur’an menjadi petunjuk bagi manusia secara umum,
petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa dan petunjuk bagi orang-orang
yang beriman.

8
2) Al-Furqon ( Pemisah )
Fungsi Al-Qur’an sebagai pemisah adalah dapat memisahkan antara hak
dan yang batil, atau antara yang benar dan yang salah. Di dalam Al-
Qur’an dijelaskan beberapa hal mengenai yang boleh dilakukan atau yang
baik, dan yang tidak boleh dilakukan atau yang buruk.
3) Al-Asyifa ( Obat )
Al-Qur’an bisa menjadi obat penyakit mental di mana membaca Al-
Qur’an dan mengamalkannya dapat terhindar dari berbagai hati atau
mental. Meskipun Al-Qur’an hanya sebatas tulisan saja, namun
membacanya dapat memberikan pencerahan bagi setiap orang yang
beriman.
4) Al-Mau’izah ( Nasihat )
Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak pengajaran, nasihat-nasihat,
peringatan tentang kehidupan bagi orang-orang yang bertakwa, yang
berjalan di jalan Allah. Nasihat yang terdapat di dalam Al-Qur’an
biasanya berkaitan dengan sebuah peristiwa atau kejadian, yang bisa
dijadikan pelajaran bagi orang-orang di masa sekarang atau masa
setelahnya.

2. Hadits

a. Pengertian Hadis
Secara etimologis, hadits memiliki makna sebagai berikut:
a. Jadid, lawan qadim: yang baru (jamaknya hidats, hudatsa, dan huduts);
b. Qarib, yang dekat, yang belum lama terjadi;
c. Khabar, warta, yakni: sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari
seseorang kepada seseorang yang lain (Hasbi Asshiddiqy, 1980: 20).

9
Adapun pengertian Hadits secara terminologis menurut Ahli Hadits:

Definisi di atas menyatakan bahwa yang termasuk dalam kategori hadits


adalah perkataan nabi (qauliyah), perbuatan nabi (fi’liyah), dan segala
keadaan Nabi (ahwaliyah). Di samping itu, sebagian ahli hadits menyatakan
bahwa, masuk juga ke dalam keadaannya; segala yang diriwayatkan dalam
kitab sejarah (shirah), kelahiran dan keturunannyanya (silsilah) serta tempat
dan yang bersangkut paut dengan itu, baik sebelum diangkat menjadi
nabi/rasul, maupun sesudahnya.

Menurut sementara ahli hadits menyamakan arti dari hadits dan sunah.
Hadits qauliy (sunah dalam bentuk ucapan) ialah segala ucapan Nabi yang ada
hubungannya dengan pembinaan hukum. Seperti hadits Nabi yang
menjelaskan semua amal perbuatan tergantung pada niat. Adapun hadits fi’liy
ialah segala perbuatan Nabi saw. yang diberitakan oleh para sahabat mengenai
ibadah dan lain-lain. Misalnya, cara melaksanakan salat, cara menunaikan
ibadah haji, etika puasa, dan cara menyelenggarakan peradilan dengan
menggunakan saksi sumpah. Selanjutnya mengenai hadits taqririy ialah segala
perbuatan sahabat yang diketahui Nabi saw.. Perbuatan-perbuatan tersebut ada
yang dibiarkan saja (pertanda Nabi merestui) dan disebut hadîts taqrir sukutiy.
Ada pula yang dengan tegas dinyatakan kebaikan dan kebenarannya hadîts
taqrîr lafdziy.

10
Sunah sebagai dasar hukum (dalil) menduduki urutan kedua setelah al-
Quran. Sunah juga bisa menjadi hujjah, sumber hukum dan menjadi tempat
mengistinbatkan hukum syara’ karena didasarkan pada beberapa dalil, di
antaranya:
a. Allah memerintahkan umatnya untuk taat kepada Rasulullah sebagai
bentuk ketaatan terhadap Allah, sebagaimana ayat alQuran: َ

Artinya: “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan
apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (Al-
Hasyr: 7).
b. Rasulullah mempunyai wewenang untuk menjelaskan al-Quran, seperti
dijelaskan dalam firman Allah:
Artinya: “Barang siapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah
menaati Allah. Dan barang siapa yang berpaling dari ketaatan itu, maka
kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka” (An-
Nisa: 80).
Artinya: “Dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-
kitab. Dan kami turunkan kepadamu al-Quran agar kamu menerangkan
kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan
supaya mereka memikirkan.” (an-Nahl: 44)
c. Sunah adakalanya menerangkan ayat al-Quran yang masih mujmal dan
adakalanya menambah hukum yang tidak diatur secara jelas dalam al-
Quran. Sehingga sudah barang tentu Sunah yang menjelaskan al-Quran
akan menempati posisi kedua setelah al-Quran.

11
d. Wurûd al-Quran qath’iy seluruhnya, sedangkan Sunah banyak yang
wurûd-nya dzanniy.
e. Urutan dasar hukum yang digunakan oleh para sahabat yang
menempatkan Sunah pada tempat yang kedua.

b. Struktur Hadits
a. Mukharrij adalah perawi terakhir yang meriwayatkan hadis. Atau dengan
kata lain, mukharrij adalah perawi terakhir sekaligus perawi yang berhasil
menghimpun berbagai macam hadis dalam sebuah kitab hadis. Misalnya
alBukhari, Muslim, al-Turmudzi, Abu Daud, al-Nasa’i, Ibn Majah dan lain
sebagainya adalah ulama yang menghimpun suatu hadis dalam karya-
karya mereka. Istilah mukharrij juga identik dengan istilah mukhrij. Kedua
istilah tersebut terkait erat dengan kegiatan takhrij al-hadis.
b. Rawi, yaitu orang yang meriwayatkan hadits.
c. Perawi pertama, adalah orang pertama yang meriwayatkan hadis. Dalam
hal ini diperselisihklan oleh ulama, ada yang memahami guru pertama
mukhrij, ada yang memahami murid pertama sahib al-matan (dalam hal ini
sahabat kalau hadisnya al-marfu’ yaitu hadis yang dinisbatkan kepada
Nabi dan tabi’in kalau hadisnya al-mawquf, yaitu hadis yang dinisbatkan
kepada sahabat). Namun pendapat pertama yang lebih masyhur.
d. Perawi terakhir adalah lawan dari perawi pertama
e. Sanad, yaitu sekelompok orang atau seseorang yang menyampaikan hadits
dari Rasulullah saw. sampai kepada kita sekarang ini. Sanad secara bahasa
berarti ‚sandaran yang kita bersandar padanya‛. Juga berarti yang dapat
dipegangi, dipercayai, kaki bukit, atau gunung juga disebut sanad.
Jamaknya adalah asanid atau sanadat. sedangkan secara istilah adalah
jalan menuju matan. Yaitu mata rantai perawi dari mukharrij sampai sahib
al-matan yang pertama. Dalam istilah ilmu hadis, selain istilah sanad
lazim juga disebut isnad.
12
f. Sahib al-matan adalah yang mengeluarkan pernyataan tersebut. Bisa jadi
Rasulullah yang disebut hadis marfu’ atau sahabat yang disebut hadis
mawquf atau generasi sesudahnya yang disebut hadis maqtu’
g. Matan, yaitu isi atau materi hadits yang disampaikan Rasulullah saw.
Matan secara bahasa berarti punggung jalan (muka jalan); tanah yang
keras dan tinggi. Sedangkan secara istilah, matan adalah teks-teks hadits,
baik yang bersumber kepada Nabi, sahabat, maupun tabiin.

Dari uraian struktur hadis di atas, dapat ditampilkan sebuah contoh hadis
berikut ini:

1. Mukhrij atau mukharrij hadis adalah Imam al-Bukhari.


2. Perawi atau rawi hadis adalah al-Humaydi (Abd Allah ibn Zubayr),
Sufyan, Yahya ibn Sa’id al-Anshari, Muhammad ibn Ibrahim al-Taymi,
Alqamah ibn Waqqas al-Laytsi dan Umar ibn Khatthab.
3. Perawi pertama adalah Umar ibn Khattab sekaligus sebagai sanad
terakhir
4. Perawi terakhir adalah al-Humaydi (Abdullah ibn Zubayr) sekaligus
sebagai sanad pertama.

13
5. Sanad hadis adalah mata rantai perawi dari al-Humaidi (Abd Allah ibn
Zubayr), Sufyan, Yahya ibn Sa’id alAnshari, Muhammad ibn Ibrahim al-
Taymi, Alqamah ibn Waqqas al-Laytsi sampai kepada Umar ibn Khatthab.
6. Shahib al-matan adalah Rasulullah saw. karena hadis di atas merupakan
hadis marfu’
7. Matan hadis atau teks hadis adalah pernyataan Nabi saw.:

Dari paparan tentang struktur hadis di atas, dapat dipahami bahwa kajian
dalam studi hadis pada hakekatnya terfokus kepada dua hal; yaitu kajian
sanad hadis dan kajian matan hadis.

c. Macam-macam Hadits
Ditinjau dari segi perawinya, hadis terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu
seperti berikut.
1) Hadits Mutawatir
Diriwayatkan oleh banyak orang kepada banyak orang dan
seterusnya demikian hingga tercatat, dengan beberapa banyak sanad
pula, ini disebut dengan hadits mutawatir. Sunah mutawatir ini pun
dibagi menjadi dua macam, yaitu:
(1) Mutawâtir lafdziyyah, yaitu redaksi dan kandungannya sama,
tidak ditemukan perbedaan. Contohnya antara lain, “Maka
barangsiapa membuat kebohongan terhadap saya dengan sengaja,
hendaknya mengambil tempat duduk dari api neraka (HR.
Bukhori dan Muslim).

14
Sunnah ini diriwayatkan oleh sekitar 200 orang sahabat dengan redaksi
tidak berbeda.
(2) Mutawâtir ma’nawiyyah yaitu redaksinya berbeda-beda tetapi
maknanya tetap sama.

2) Hadis Masyhur
Diriwayatkan oleh tiga orang lebih, kepada tiga orang atau lebih
dan seterusnya begitu hingga tercatat dengan sanad sekurang-
kurangnya tiga, ini disebut hadits masyhûr atau mustafîd. Contoh dari
hadits ini: “Amal-amal itu tergantung pada niat, dan setiap amal hanya
akan memperoleh apa yang diniatkannya.” (Riwayat Bukhari dan
Muslim). Pada generasi sahabat, hadits ini hanya diriwayatkan oleh
Umar bin Khattab, Abdullah bin Mas’ud, dan Abu Bakar, tetapi pada
generasi tabi’in dan selanjutnya diriwayatkan oleh banyak rawi, yang
mencapai derajat mutawatir
3) Hadis Aĥad
Hadis aḥad adalah hadis yang hanya diriwayatkan oleh satu atau
dua orang perawi, sehingga tidak mencapai derajat mutawattir.

Dilihat dari segi kualitas orang yang meriwayatkannya (perawi), hadis


dibagi ke dalam empat bagian, yaitu sebagai berikut.

1) Hadis Śaḥiḥ adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil,
kuat hafalannya, tajam penelitiannya, sanadnya bersambung
kepada Rasulullah saw., tidak tercela, dan tidak bertentangan
dengan riwayat orang yang lebih terpercaya. Hadis ini dijadikan
sebagai sumber hukum dalam beribadah (hujjah).

15
2) Hadis Ḥasan, adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil,
tetapi kurang kuat hafalannya, sanadnya bersambung, tidak cacat, dan
tidak bertentangan. Sama seperti hadis śaḥiḥ, hadis ini dijadikan
sebagai landasan mengerjakan amal ibadah.

3) Hadis da’īf, yaitu hadis yang tidak memenuhi kualitas hadis śaḥīiḥ
dan hadis Ḥasan. Para ulama mengatakan bahwa hadis ini tidak dapat
dijadikan sebagai hujjah, tetapi dapat dijadikan sebagai motivasi dalam
beribadah.

4) Hadis Maudu’, yaitu hadis yang bukan bersumber kepada


Rasulullah saw. atau hadis palsu. Dikatakan hadis padahal sama sekali
bukan hadis. Hadis ini jelas tidak dapat dijadikan landasan hukum,
hadis ini tertolak.

d. Kedudukan hadits sebagai sumber ajaran islam


Sebagai sumber hukum Islam, hadis berada satu tingkat di bawah alQur’ān.
Artinya, jika sebuah perkara hukumnya tidak terdapat di dalam alQur’ān,
yang harus dijadikan sandaran berikutnya adalah hadis tersebut. Hal ini
sebagaimana firman Allah Swt:

16
Demikian pula firman Allah Swt. dalam ayat yang lain:

Artinya: “Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya ia


telah menaati Allah Swt. Dan barangsiapa berpaling (darinya), maka
(ketahuilah) Kami tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi pemelihara
mereka.” (Q.S. an-Nisā’/4:80)

e. Fungsi hadits terhadap Al-qur’an

Rasulullah saw. sebagai pembawa risalah Allah Swt. bertugas menjelaskan


ajaran yang diturunkan Allah Swt. melalui al-Qur’ān kepada umat manusia.
Oleh karena itu, hadis berfungsi untuk menjelaskan (bayan) serta menguatkan
hukum-hukum yang terdapat dalam al-Qur’ān. Fungsi hadis terhadap al-
Qur’ān dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu sebagai berikut.

a. Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’ān yang masih bersifat umum.


Contohnya adalah ayat al-Qur’ān yang memerintahkan śalat. Perintah śalat
dalam al-Qur’ān masih bersifat umum sehingga diperjelas dengan hadis-
hadis Rasulullah saw. tentang śalat, baik tentang tata caranya maupun
jumlah bilangan raka’at-nya. Untuk menjelaskan perintah śalat tersebut,
misalnya keluarlah sebuah hadis yang berbunyi, “Śalatlah kalian
sebagaimana kalian melihat aku śalat”. (H.R. Bukhari)

17
b. Memperkuat pernyataan yang ada dalam al-Qur’ān.
Seperti dalam al-Qur’ān terdapat ayat yang menyatakan, “Barangsiapa di
antara kalian melihat bulan, maka berpuasalah!” Kemudian ayat tersebut
diperkuat oleh sebuah hadis yang berbunyi, “... berpuasalah karena
melihat bulan dan berbukalah karena melihatnya ...” (H.R. Bukhari dan
Muslim)
c. Menerangkan maksud dan tujuan ayat yang ada dalam al-Qur’ān.
Misal, dalam Q.S. at-Taubah/9:34 dikatakan, “Orang-orang yang
menyimpan emas dan perak, kemudian tidak membelanjakannya di jalan
Allah Swt., gembirakanlah mereka dengan azab yang pedih!” Ayat ini
dijelaskan oleh hadis yang berbunyi, “Allah Swt. tidak mewajibkan zakat
kecuali supaya menjadi baik harta-hartamu yang sudah dizakati.” (H.R.
Baihaqi)
d. Menetapkan hukum baru yang tidak terdapat dalam al-Qur’ān.
Maksudnya adalah bahwa jika suatu masalah tidak terdapat hukumnya
dalam al-Qur’ān, diambil dari hadis yang sesuai. Misalnya, bagaimana
hukumnya seorang laki-laki yang menikahi saudara perempuan istrinya.
Hal tersebut dijelaskan dalam sebuah hadis Rasulullah saw.:
Artinya: “Dari Abi Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda: “Dilarang
seseorang mengumpulkan (mengawini secara bersama) seorang
perempuan dengan saudara dari ayahnya serta seorang perempuan
dengan saudara perempuan dari ibunya.” (H.R. Bukhari)

18
BAB 3
PENUTUP

a. Kesimpulan
Al-Qur’ān adalah kalam Allah Swt. (wahyu) yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad saw. melalui Malaikat Jibril dan diajarkan kepada umatnya, dan
membacanya merupakan ibadah. Hadis atau sunnah adalah segala ucapan atau
perkataan, perbuatan, serta ketetapan (taqrir) Nabi Muhammad saw. yang
terlepas dari hawa nafsu dan perkara-perkara tercela.
Al-Qur’ān adalah sumber ajaran utama selain sebagai kitab suci. Oleh
karena itu, semua ketentuan ajaran dan hukum yang berlaku tidak boleh
bertentangan dengan ajaran-ajaran dan hukum-hukum yang terdapat dalam al-
Qur’ān. Hadis merupakan sumber ajaran kedua setelah al-Qur’ān. Dengan
demikian, hadis memiliki fungsi yang sangat penting dalam ajaran dan hukum
Islam. Di antara fungsi hadis, yaitu untuk menegaskan ketentuan yang telah ada
dalam alQur’ān, menjelaskan ayat al-Qur’ān (bayan tafsir), dan menjelaskan
ayat-ayat al-Qur’ān yang bersifat umum (bayan takhśiś).

b. Kritik dan Saran


Dalam penulisan makalah ini kami sadar masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari teman-teman akan senang hati
kami terima sehingga kami bisa menjadi lebih baik nanti nya.

19
DAFTAR PUSTAKA

- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.(2017). Pendidikan Agama Islam


dan Budi Pekerti: Untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
- Rohidin. (2016). Buku Ajar Pengantar Hukum Islam :Dari Semenanjung
Arabia hingga Indonesia. Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books.
- Supiana.(2017). Metodologi Studi Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
- https://books.google.co.id/books?
id=V9iDDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=METODOLOGI+STUDI+ISLAM
&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjyp7LzjuTsAhUNzjgGHXAIDpQQ6AEwA3oECAI
QAg
- Matsna, Moh. (2016). Al-Qur’an Hadits. Semarang : PT Karya Toha Putra.
20

Anda mungkin juga menyukai