Anda di halaman 1dari 9

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Pendidikan Gizi Yanti Ernalia, M.P.H

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


STUNTING

Oleh:

Rahman Alwi (11980314483)

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2020/2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Materi Penyuluhan : Stunting di Indonesia


Pokok Bahasan : Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia
a) Pengertian Stunting
b) Situasi Ibu dan Calon Ibu
c) Situasi Bayi dan Balita
d) Situasi Sosial Ekonomi dan Lingkungan
e) Dampak Stunting
f) Upaya Pencegahan
Sasaran : Keluarga dan Para Ibu
Hari/Tanggal : 10 menit
Waktu : 18 Januari 2021
Tempat : Di Rumah

A. Tujuan Umum
Setelah dilakukannya penyuluhan, diharapkan keluarga dan para ibu lebih
mengerti tentang stunting.

B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan 10 menit ini, diharapkan :
a. Keluarga paham dengan stunting
b. Keluarga paham apa yang harus dilakukan ibu dan calon ibu
c. Keluarga paham dengan situasi bayi dan balita
d. Keluarga paham dengan situasi sosial ekonomi dan lingkungan
e. Keluarga paham tentang dampak stunting
f. Keluarga paham bagaimana cara mencegah stunting
C. Metode dan Media
- Metode yang dilakukan Ceramah, Diskusi/Tanya Jawab
- Media yang digunakan lembar Print Materi.

D. Pelaksanaan Kegiatan
No Komunikator Komunikan Waktu
.
1. Memberi salam dan Menjawab
memperkenalkan diri salam
2 menit
2. Mejelaskan tujuan mendengarkan
penyuluhan
1. Menjelaskan tentang Mendengarkan
Stunting

2. Memberikan kesempatan 6 menit


kepada komunikan untuk Mengajukan
bertanya tentang materi Pertanyaan
yang disampaikan
1. Memberikan pertanyaan Menjawab
akhir sebagai evaluasi
2 menit
2. Menyimpulkan bersama- Mendengarkan
sama
1. Menutup penyuluhan dan Menjawab
mengucapkan salam. salam

E. Evaluasi
Prosedur : Post Test
Jenis Tes : Pertanyaan secara lisan
Soal :
1. Jelaskan pengertian Stunting
2. Adakah hubungan sosial ekonomi dan budaya dengan stunting? Jelaskan dengan
bahasa sendiri!.
3. Sebutkan dampak stunting?
4. Bagaimana cara pencegahan stunting?. Jelaskan !
MATERI PENYULUHAN

SITUASI BALITA PENDEK (STUNTING) DI INDONESIA)

A. Definisi Stunting
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki tinggi atau panjang badan
yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang
atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar.
Pertembuhan anak dari WHO, balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang
disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil,
kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting dimasa
akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan
kognitif yang optimal.

B. Situasi Ibu dan Calon Ibu


Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat kehamilan serta setelah persalinan
mempengaruhi pertumbuhan janin dan risiko terjadinya stunting. Faktor lainnya
pada ibu yang mempengaruhi adalah postur tubuh ibu (pendek), jarak kehamilan
yang terlalu dekat, ibu yang masih remaja, serta asupan nutrisi yang kurang pada
saat kehamilan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan


Kesehatan Masa sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa sesudah
Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan
Seksual, faktor-faktor yang memperberat keadaan ibu hamil adalah terlalu muda,
terlalu tua, terlalu sering melahirkan, dan terlalu dekat jarak kelahiran. Usia
kehamilan ibu yang terlalu muda (di bawah 20 tahun) berisiko melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah (BBLR). Bayi BBLR mempengaruhi sekitar 20% dari
terjadinya stunting.
C. Situasi Bayi dan Balita
Nutrisi yang diperoleh sejak bayi lahir tentunya sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhannya termasuk risiko terjadinya stunting. Tidak terlaksananya inisiasi
menyusu dini (IMD), gagalnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, dan proses
penyapihan dini dapat menjadi salah satu faktor terjadinya stunting. Sedangkan
dari sisi pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) hal yang perlu
diperhatikan adalah kuantitas, kualitas, dan keamanan pangan yang diberikan.

Untuk memenuhi kecukupan gizi pada balita, telah ditetapkan program pemberian
makanan tambahan (PMT) khususnya untuk balita kurus berupa PMT lokal
maupun PMT pabrikan yaitu biskuit MT balita. Jika berat badan telah sesuai
dengan perhitungan berat badan menurut tinggi badan, maka MT balita kurus dapat
dihentikan dan dilanjutkan dengan makanan keluarga gizi seimbang (sumber:
Pemantauan Status Gizi, Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat, 2017).

D. Situasi Sosial Ekonomi dan Lingkungan


Kondisi sosial ekonomi dan sanitasi tempat tinggal juga berkaitan dengan
terjadinya stunting. Kondisi ekonomi erat kaitannya dengan kemampuan dalam
memenuhi asupan yang bergizi dan pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan
balita. Sedangkan sanitasi dan keamanan pangan dapat meningkatkan risiko
terjadinya penyakit infeksi.

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh higiene dan sanitasi yang buruk (misalnya
diare dan kecacingan) dapat menganggu penyerapan nutrisi pada proses
pencernaan. Beberapa penyakit infeksi yang diderita bayi dapat menyebabkan berat
badan bayi turun. Jika kondisi ini terjadi dalam waktu yang cukup lama dan tidak
disertai dengan pemberian asupan yang cukup untuk proses penyembuhan maka
dapat mengakibatkan stunting.
E. Dampak Stunting
Dampak yang ditimbulkan stunting dapat dibagi menjadi dampak jangka pendek
dan jangka panjang:

1. Dampak Jangka Pendek :


a. Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian;
b. Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal; dan
c. Peningkatan biaya kesehatan.

2. Dampak Jangka Panjang :


a. Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan pada
umumnya);
b. Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya;
c. Menurunnya kesehatan reproduksi;
d. Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah; dan
e. Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.
(sumber: World Health Oragnization (WHO) ).

F. Upaya Pencegahan
Stunting merupakan salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs) yang
termasuk pada tujuan pembangunan berkelanjutan ke-2 yaitu menghilangkan
kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan
pangan. Target yang ditetapkan adalah menurunkan angka stunting hingga 40%
pada tahun 2025.

Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah menetapkan stunting sebagai salah


satu program prioritas. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun
2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga, upaya yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi stunting
di antaranya sebagai berikut:
1. Ibu Hamil dan Bersalin :
a.Intervensi pada 1.000 hari pertama kehidupan;
b.Mengupayakan jaminan mutu ante natal care (ANC) terpadu;
c.Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan;
d.Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi kalori, protein, dan
mikronutrien (TKPM);
e.Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular);
f.Pemberantasan kecacingan;
g.Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam Buku KIA;
h.Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif;
i.Penyuluhan dan pelayanan KB.

2. Balita :
a.Pemantauan pertumbuhan balita;
b.Menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita;
c.Menyelenggarakan stimulasi dini perkembangan anak;
d.Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.

3. Anak Usia Sekolah :


a.Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS);
b.Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS;
c.Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS);
d.Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan narkoba.

4. Remaja :
a.Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pola
gizi seimbang, tidak merokok, dan mengonsumsi narkoba;
b.Pendidikan kesehatan reproduksi.
5. Dewasa Muda :
a.Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana (KB);
b.Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular); dan
c.Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, pola gizi seimbang, tidak
merokok/mengonsumsi narkoba.
DAFTAR PUSTAKA
Priyono. 2020. Strategi Percepatan Penurunan Stunting Pedesaan: Studi Kasus
Pendampingan Aksi Cegah Stunting di Desa Banyumundu Kabupaten
Pandeglang, vol 16 No. 2.1.
P2PTM Kemenkes RI. 2018. Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan, Pola
Asuh dan Sanitasi. www.p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-
penyakit-diabetes-melitus-dan-gangguan-metabolik/cegah-stunting-dengan-
perbaikan-pola-makan-pola-asuh-dan-sanitasi.
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia.
Jakarta.
Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat. 2017. Pemantauan Status Gizi 2016.
Jakarta
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun
2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga. Jakarta.
WHO. 2017. Stunted Growth and Development. Geneva.

Anda mungkin juga menyukai