QURAN”
M A K A L AH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Islam Komprehensif
Oleh Dosen Pengampu : Dr. Hj. Hasniyati Gani MpdI
OLEH :
ADY HASPAM
NIM. 1234567890
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
Penyusun
Ady Haspam
2
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan Penulisan......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
10
3
BAB III PENUTUP
Kesimpulan .................................................................................................
13
Daftar Pustaka.................................................................................................
14
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an adalah sumber dari segala sumber ajaran islam. Kitab suci
menempati posisi sentral bukan saja dalam perkembangan dan pengembangan ilmu-ilmu
keislaman tetapi juga merupakan inspirator dan pemandu gerakan-gerakan umat islam
sepanjang 14 abad lebih sejarah perkembangan umat ini. Al-Qur’an ibarat lautan yang
amat luas dalam dan tidak bertepi, penuh dengan keajaiban dan keunikan tidak akan
pernah sirnah dan lekang di telan masa dan waktu maka umtuk mengetahui dan
memahami betapa dalam isi kandungan Al-Qur’an diperlukan tafsir.
4
Penafsiran terhadap Al-Qur’an mempunyai peranan yang sangat besar dan
penting bagi kemajuan dan perkembangan umat islam. Oleh karena itu sangat besar
perhatian para ulama untuk menggali dan memahami makna-makna yang tergantung
dalam kitab suci ini. Sehingga lahirlah bermacam-macam tafsir dengan corak dan
metode penafsiran yang beraneka ragam pula, dan dalam penafsiran itu Nampak dengan
jelas sebagai suatu cermin perkembangan penafsiran Al-Qur’an serta corak pemikiran
para penafsirnya sendiri.
B. Rumusan Masalah :
A. Pengertian Tafsir, Takwil, Terjemah dan Ilmu Tafsir.
B. Perbedaan dan Persamaan Tafsir, Takwil, Terjemah dan Ilmu Tafsir
C. Sejarah Penafsiran Al-quran
D. Metode Tafsir dan Corak Penafsiran Al-Qur’an
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah untuk mengetahui materi Metode Tafsir dan
Corak penafsiran Al-Qur’an serta memenuhi tugas dosen dalam rangka pengambilan
nilai, juga dijadikan bahan diskusi kelompok pada Mata Kuliah Studi Islam
Komprehensif.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
وال يأتونك بمثل إال جئناك بالحق وأحسن تفسيرا
Artinya:”Tidaklah orang-orang kafir itu dating kepadamu (membawa) sesuatu yang
ganjil, melaingkan kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik
penjelasannya” (Q.S. Al-Furqan[25]:33).”
Sedangkan pengertian tafsir secara istilah, para ulama mempunyai beberapa
pandangan yang berbeda:
a. Menurut al-Jazairi (Penulis at-Tafsir al-Asyar) Tafsir adalah mensyarahkan lafal
yang sukar di pahami oleh pendengar dengan uraian yang menjelaskan maksudnya.
b. Menurut Abdul ‘Azim az-Zarqani dalam manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an.
Tafsir adalah ilmu yang membahas Al-Qur’an dari segi pemahaman maknanya
Sesuai yang di kehendaki Allah Swt, Menurut kadar kemampuan manusia.
c. Menurut Al-jurjani dalam At-Ta’rifat, tafsir adalah menjelaskan makna Al-Qur’an,
baik segi urutannya, kisahnya, sebab turunya, dengan mengemukakan kalimat yang
menunjukkan pada makna secara terang.
d. Menurut Az-zarkasyih, Tafsir adalah
“Ilmu untuk memahami kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw, dengan menjelaskan makna-maknanya, Mengeluarkan atau
Menggali hukum-hukum dan hikmah-hikmanya.”
e. Sedangkan Menurut Az-zahabi, defenisinya bersikap umum dan mencakup
berbagai aspek pengetahuan, Tafsir adalah:
“Ilmu yang membahas maksud-maksud Allah Swt yang terkandung dalam
Al-Qur’an sesuai dengan kemampuan manusia , maka ia mencakup hal-hal yang
Dibutuhkan untuk memahami makna dan menjelaskan apa yang dikehendaki.”
2. Pengertian Takwil
Takwil secara bahasa adalah kembali atau mengembalikan, menyiasati dan
memalingkan. Mentakwil Al-Qur’an adalah memalingkan kata atau kalimat yang ada
didalam Al-Qur’an dari maknanya yang zahir (tersurat) kepada makna batin tersirat
7
karna makna batin itu dianggap lebih sesuai dengan jiwa ajaran Al-Qur’an dan sunnah
Rasulullah Saw.
3. Pengertian Terjemah
Terjemah secara bahasa berarti menyalin atau memindahkan dari suatu bahasa
kedalam bahasa lainnya atau mengalih bahasakan. Sedangkan secara istilah menjelaskan
makna suatu perkataan kedalam bahasa yang lainnya, dengan tidak merubah semua
kandungan maknah dan maksud awal . Macam- macam Al-Qur’an ada dua yaitu
terjemah Harfiyah dan terjemah tafsiriyah atau maknawiyah.
4. Pengertian Ilmu Tafsir
Menurut TM Hasbih As-Siddiqi Ilmu tafsir adalah ilmu yang menerangkan
tentang hal nuzulul ayat, keadaan-keadaannya, kisah-kisahnya, sebab-sebab turunnya,
tertib makiyyah dan madaniyahnya, muhkam dan mutasyabihnya,mujmal dan
mufassalnya, halal dan haramnya, wa’ad dan wa’idnya dan amr dan nahinya serta I’tibar
dan amsalnya.
8
dikehendaki oleh Allah Swt
3 Menerangkan makna ayat melalui Pendekatan pengembangan keilmuan
pendekatan riwayat
4 Menerangkan makna-makna yang Menerangkan makna-makna yang
tersurat tersirat
5 Menerangkan makna kalimat, baik Menerangkan makna batin atau makna
makna hakiki maupun majazinya yang dikehendaki
6 Berhubungan dengan makna ayat yang Berhubungan dengan makna yang suci
biasa-biasa saja
7 Menjelaskan makna dalam tafsir telah Penjelasan makna dalam takwil
diberikan oleh Al-Qur’an sendiri diperoleh melalui eksplorasi dengan
memanfaatkan ilmu-ilmu alatnya
Persamaan antara tafsir dan takwil ialah sama-sama menerangkan makna ayat-
ayat Al-Quran dan sebagai sarana untuk memahami Al-Quran.
9
diterjemahkan ijmali(garis besarnya) maupun secara
tafsili(terperinci)
4 Menerjemah diakui sudah melakukan Pengakuan didapatkan dari orang
penerjemahan apabila ia telah berhasil sepaham dengan yang membaca hasil
memindahkan makna bahasa yang penafsiran
petama ke bahasa terjemah
Antara keduanya jelas ada unsur persamaan, yaitu bahwa baik tafsir maupun
terjemah bertujuan untuk menjelaskan. Tafsir menjelaskan sesuatu maksud yang semula
sulit dipahami, sedangkan terjemah juga menjelaskan makna dari suatu bahasa yang tak
dikuasai melalui bahasa lain yang dikuasai. Ada unsur persamaan antara keduanya
bukan berarti keduanya sama secara mutlak.
10
Tafsir dam ta`wil memiliki persamaan, yaitu sama-sama berusaha menjelaskan
pesan-pesan yang dikehendaki Allah.
11
Penafsiran Al-Qur’an pada masa Sahabat
Sahabat adalah generasi terbaik bertemu langsung dengan Rasulullah Saw,
menyaksikan peristiwa yang melatar belakangi turunnya suatu ayat dan keterkaitan
turunnya sebuah ayat dengan ayat yang lain. Mereka mempunyai kedalaman
pengetahuan dari segi bahasa yang digunakan saat itu, kejernihan pemahaman, kuatnya
keyakinan apalagi mereka telah melakukan ijma’ dalam suatu penafsiran.
Para sahabat yang terkenal banyak menafsirkan Al-Qur’an adalah keempat
khalifah, ibn mas’ud, Ibn ‘Abbas, Ubai bin ka’b, Zaid Bin Tsabit, Abu Musa Al-Asy’ari,
‘Abdullah bin Zubair, Anas bin Malik, Abdullah bin Umar, Jabir bin Abdullah bin Amr
bin Ash dan Aisya .
Ibn Abbas adalah sagabat yang paling banyak dan paling dalam
pengetahuannya mengenai penafsiran Al-Qur’an . Beliau di gelari turjuman Al-Qur’an
(penafsir Al-Qur’an).Rasulullah Saw pernah mendokan beliau dengan:
“ Ya Allah, berikanlah pemahaman Agama kepadanya(Ibn Abbas) dan ajarkanlah
tafsir kepadanya.”
Ciri-ciri penafsiran pada Masa sahabat yaitu:
1. Tidak semua ditafsirkan karena mereka paham bahasa Arab
2. Jarangnya perselisihan dalam memahami makna
3. Sering mersa cukup dengan makna umum, tidak diperinci lagi
4. Menerangkan dengan bahasa yang sepadan
5. Jarang mengambil kesimpulan dari fikih
6. Kitab tafsir belum dibukukan , penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an terdapat dalam
hadits
Adapun sumber penafsiran para sahabat diambil dari Periwayatan Rasulullah,
Ijtihad para sahabat dan isra iliyyat.
12
Pada masa Tabi’in kebutuhan akan tafsir jauh lebih meningkat, dikarenakan
semakin luasnya daerah kekuasaan islam serta banyaknya orang non Arab yang
berbondong-bondong memeluk agama islam. Maka, pada saat itulah berdiri madrasah-
madrasah tafsir yang sangat terkenal dimana gurunya adalah para sahabat dan muridnya
adalah para Tabi’in .Munculnya madrasah tafsir termasyur di mekkah, madinah dan
irak.
Madrasah Tafsir di mekkah di pelopori bin Abbas. Diantara murid-muridnya
yang terkenal adalah sa’id bin jubair, Mujahid, Ikrimah maulah bin Abbas, Tawus bin
kissan Al-yamani, dan Ata’ bin Ra’bah.
Madrasah Tafsir dimadinah di pelopori Ubai bin Ka’b diantara muridnya dari
Tabi’in adalah Zaid bin Aslam, Abu Aliyah, dan Muhammad bin Ka’b Al-Qarazi.
Di kuffah atau Irak , madrasah tafsir dipelopori oleh Abdullah bin Mas’ud,
diantara muridnya yang terkenal dari kalangan Tabi’in adalah ‘Al-qamah bin Qais,
Masruq, Aswad bin Yasid, Murrah Al-hamdani, dan Qatadah bin Di’amah asSadusih.
Karakteristik penafsiran pada masa Tabi’in yaitu
1. Banyak mengambil sumber dari isra aliyyat hal ini karena banyak ahli kitab
masuk islam
2. Mulai muncul banyaknya perbedaan dalam penafsiran , jika dibandingkan
dengan masa-masa sebelumnya
3. Munculnya benih-benih perbedaan mahzab.
13
Periode kodifikasi tafsir dimulai sejak munculnya pembukuan, yaitu pada akhir
ke khalifahan bani Umayyah dan Awal ke khalifahan bani Abbasiyah, pada priode ini
tafsir memasuki beberapa tahap :
Tahap pertama , pada tahap ini proses penyebaran tafsir adalah melalui
periwayatan. Sahabat meriwayatkan dari Rasulullah, lalu Tabi’in meriwayatkan
dari sahabat.
Tahap Kedua, Setelah masa sahabat dan Tabi’in tafsir memasuki tahap kedua
yaitu ketika hadis Rasulullah mulai dibukukan.
Tahap ketiga yaitu, tafsir dipisahkan dari hadis sehingga ia menjadi ilmu yang
tersendiri.
Tahap keempat yaitu, para penulis tafsir berpegang pada metode periwayatan
dari Rasulullah, Sahabat, Dan Tabi’in.
Tahab kelima yaitu, terjadi penulisan tafsir yang memadukan antara pemahaman
Rasional dan tafsir metode periwayatan dari Rasulullah , Sahabat, dan Tabi’in
hal ini berlansung sejak masa Abbasiyah hingga sekarang.
14
didalamnya. Metode tahlili berusaha menjelaskan makna yang terkandung
didalam ayat-ayat Al-Qur’an secara meneyeluruh. Adapun kelebihan tafsir tahlili
yaitu dapat mengetahui dengan mudah tafsir suatu surat atau ayat, mudah
mengetahui korelasi antara satu surat atau ayat dengan surat atau ayat lainnya,
mengandung banyak aspek pengetahuan meliputi hukum sejarah sains.
Sedangkan kelemahannya yaitu Menghasilkan penafsiran yang parsial, terkesan
adanya penafsiran berulang-ulang, masuknya pemikiran israiliyat
Tafsir Maudu’I. Metode tafsir maudu’I disebut juga metode tematik yaitu
menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an yang mempunyai maksud yang sama, sama-
sama membicarakan suatu topic masalah dan menyusunnya berdasar kronologi
serta sebab turunnya ayat tersebut. Kemudian penafsir mulai memberikan
keterangan dan penjelasan serta kesimpulan. Adapun kelebihannya yaitu Hasil
tafsir maudu’I memberikan pemecahan terhadap permasalahan-permasalahan
hidup praktis, Tafsir madu’I lebih tuntas dalam membahas masalah,
kemungkinan untuk mengetahui satu permasalahan secara lebih mendalam dan
lebih terbuka sedangkan kelemahan Tafsir Msudu’I yaitu terbuka kemungkinan
melibatkan pemikiran dalam penafsiran, tidak menafsirkan segala aspek yang
dikandung satu ayat tetapi hanya salah satu aspek yang menjadi topic
pembahasan saja.
Tafsir Muqorin. Tafsir Muqorin antar ayat merupakan upaya mebandingkan
ayat-ayat Al-Qur’an antara sebagian dan sebagian lainnya. Adapun kelebihan
Tafsir Muqorin adalah memberikan wawasan penafsiran yang relative lebih luas
dari metode-metode lain, membuka pintu untuk bersikap toleran terhadap
pendapat orang lain Sedangkan kelemahan Tafsir Muqorin yaitu tidak dapat
diberikan kepada pemulan, kurang dapat diandalkan untuk menjawab
permasalahan social yang tumbuh ditengah masyarakat .
Tafsri Ijmali. Metode Tafsir ijmali iyalah menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an
dengan cara mengemukakan makna global. Ciri-ciri dari metode ini adalah
15
mufassir menafsirkan Al-Qur’an dari Awal sampai akhir tanpa perbandingan
(Muqarin) dan penetapan judul(maudui) . Adapun kelebihan Tafsir Ijmali yaitu
praktis dan mudah dipahami, bebas dari penafsiran israiliyat, menggunakan
bahasa yang singkat dan dekat dengan bahasa Al-Qur’an sedangkan
Kelemahannya yaitu kurang diperhatikan kaitan antara satu ayat dengan ayat-
ayat yang lain, ruangan penafisran terbatas untuk penjelasan yang memadai.
16
- Menguasai Ilmu-ilmu yang berhubungan dengan ilmu-ilmu Al-Qur’an seperti
Hadist, usul fikih dan lain-lain
- Berakidah yang benar
- Mengetahui prinsip-prinsip tokoh agama islam
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tafsir adalah menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan yang dikehendaki
oleh Allah Swt sehingga yang kurang jelas menjadi jelas, yang samar menjadi tidak
samar, dan yang sulit dipahami menjadi gampang dipahami. Mentakwilkan Al-Qur’an
artinya adalah memalingkan lafal-lafal atau kalimat-kalimat yang ada didalam Al-
17
Qur’an dari maknanya yang zahir kepada makna lain.Sedangkan terjemah adalah
menjelaskan suatu makna suatu perkataan kepada bahasa yang lainnya dengan tidak
merubah semua kandungan makna awal. Sejarah perkembangan ilmu tafsir terbagi
menjadi empat yaitu : Penafsiran Al-Qur’an pada zaman Nabi Muhammad, Penafsiran
Al-Qur’an pada zaman Sahabat, Penafsiran Al-Qur’an pada zaman Tabi’in, Penafsiran
Al-Qur’an pada zaman Tadwin( Pembukuan Al-Qur’an).
Secara garis besar penafsiran Al-Quran dilakukan dalam 4 cara, yaitu : Ijmali
( global ), Tahlili ( analistis ), Muqarin (perbandingan ), dan Maudu’I ( tematik ).
DAFTAR PUSTAKA
M. Quraish Shihab, Dr. MA. 1994. Membumikan Al-Qur’an (Fungsi dan peran wahyu
dalam kehidupan masyarakat). Bandung: Mizan.
18
Muhammad Husain Al-Zahabity. 1961. Al-Tafsir wa Al-Mufassirun (Jilid 1). Dar Al-
Kutub Al-Haditsah, Mesir.
19