Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.................................................................................... 2
BAB I................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN........................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 3
BAB II.............................................................................................................. 4
PEMBAHASAN.............................................................................................. 4
2.1 TAFSIR....................................................................................................... 4
A. Pengertian Tafsir..................................................................................... 4
B. Klasifikasi Tafsir..................................................................................... 5
2.2 TA’WIL...................................................................................................... 6
A. Pengertian Ta’wil.................................................................................... 6
B. Klasifikasi Ta’wil.................................................................................... 8
2.3 TERJEMAH............................................................................................... 8
A. Pengertian Terjemah............................................................................... 8
B. Klasifikasi Terjemah............................................................................... 9
C. Syarat-Syarat Terjemah........................................................................... 9
D. Terjemah Al-Qur’an................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14
1.3

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan lehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kerena berkat
limpah rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
yang berjudul “TAFSIR, TA’WIL DAN TERJEMAH”.
Makalah ini disususun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Ulumul
Qur’an dari Ibu Nur Mardia, SH. MH. & menambah wawasan bagi pembacanya.
Kami sangat berterima kasih pada semua pihak yang telah membantu pengerjaan
kami, baik pembimbing, teman sejawat dan teman satu kelompok kami.
Penulis menyadari bahwa sangat banyak sekali kekurangan yang ada pada
makalah ini, maka itu kritik dan saran yang membangun kami. Sekian dari penulis
semoga makalah ini bermanfaat.

Banjarmasin, 26 November 2019

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya menafsirkan Al-Qur’an sudah ada sejak masa Rasulullah masih hidup.
Predikat Al-Qur’an sebagai petunjuk dan rahmat bagi manusia, sehingga menuju
ke surga nya allah.
Sebelum menafsirkan al-qur’an kita harus tau dulu terjemahnya. Apabila
terjemah itu belum jelas maka kita harus menafsirkannya. Oleh karena itu kita
harus memahami tafsir, ta’wil dan terjemah. Dalam makalah ini membahas
tentang tafsir, ta’wil dan terjemah agar para pembaca bisa memahami al-qur’an.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tafsir?
2. Apa pengertian ta’wil?
3. Apa pengertian terjemah?
4. Bagaimana pembagian tafsir, ta’wil dan terjemah?

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 TAFSIR
A. Pengertian Tafsir
Secara bahasa, kata tafsir mengikuti pola taf'il, berasal dari kata al fasr yang
berarti" Menjelaskan, menyingkap, dan menampakan atau menerangkan makna
yang abstrak." Dalam lisan al A'rab al-tafsir berarti menyingkapakan maksud
suatu lafadz yang musykil (pelik), sedangkan al fasr berarti menyingkap sesuatu
yang tertutup.
Adapun tafsir menurut pengertian istilah ialah ilmu yang membahas tentang
cara pengucapan lafaz lafaz Al Qur'an sesusai dengan yang dikehendaki oleh
Allah SWT., sehingga yang kurang jelas menjadi jelas, yang samar menjadi tidak
samar, yang sulit dipahami menjadi mudah dipahami dan yang merupakan rahasia
tidak menjadi rahasia lagi, sesusai ukuran kemampuan manusia.
Beberapa ulama juga banyak yang berpendapat tentang pengertian dari tafsir:
a. Menurut al- Jazairi (penulis at Tafsir al-aysar) tafsir adalah mensyarahkan
lafal yang sukar dipahami oleh pendengar dengan uraian yang menjelaskan
maksudnya.
b. Menurut Abdul az-Zarkani dalam Manahil al-irfan fi 'ulum al-Qur'an. Tafsir
adalah ilmu yang membahas al-Qur'an dari segi pemahaman maknanya sesuai
yamg dikehendaki Allah SWT. Menurut kadar kemampuan manusia.
c. Menurut al- Jurjani dalam at- Ta'rifat, tafsir adalah menjelaskan makna Al
Qur'an, dari segi urutannya, kisahnya, sebab turunnya, dengan mengemukakan
kalimat yang menunjukkan pada makna secara terang.
d. Menurut az-Zarkasyi, tafsir adalah "Ilmu untuk memahami kitab Allah yang
diturunkan kepada nabi Muhammad SAW., dengan menjelaskan makna
maknanya, mengeluarkan atau menggali hokum-hukum dan hikmah-
hikmahnya."

4
e. Sedangkan menurut az-Zahabi, definisinya bersifat umum dan menyangkup
beberapa aspek pengetahuan, tafsir adalah:" ilmu yang membahas maksud-
maksud Allah yang terkandung dalam al- Qur'an sesuai dengan kemampuan
manusia, maka ia mencakup hal-hal yang dibutuhkan untuk memahami makna
dan menjelaskan apa yang dikehendaki."
B. Klasifikasi Tafsir
Tafsir bi al-Ma'tsur, Tafsir bi al-Ra'yi, Tafsir Isyari Pembahasan mengenai
klasifikasi tafsir tidak lepas dari metode yang digunakan mufasir dalam
menafsirkan Al Qur'an.
1. Tafsir bi al Ma'tsur
Tafsir bi al- Ma'tsur kerap disebut Tafsir bi al-riwayah atau bi al-naqli.
Metode penafsiran ini merujuk kepada penafsiran Al Qur'an dengan dasar
periwayatan, riwayat dari Al Qur'an, sunnah dan perkataan sahabat.
2. Tafsir bi al-Ra'yi
Metode penafsiran ini disebut juga tafsir bi al-dirayah, atau tafsir bi al-
ma'qul, sesuai nama yang disandangnya, tafsir ini tidak menyandarkan pada
periwayatan, melainkan pada kekuatan rasional (ijtihad). Dengan demikian
sandaran mereka adalah kemampuan bahasa, aspek perdaban arab,
pemahaman gaya bahasa, yang dipakai untuk komunikasi, dan penggunan
sains dan ilmu pengetahuan lain yang menopang dalam penafsiran suatu
ayat.
3. Tafsir bi al-Isyari
Mayoritas ulama mengatakan, bahwa tafsir al-isyari ialah penafsiran dengan
tidak memfokuskan pada makna lahirnya. Al-Shabuni mengatakan, bahwa
tafsir al-isyarii ialah ta'wil Al-Qur'an dengan menembus makna lahirnya.
2.2 TA’WIL
A. Pengertian Ta’wil
Secara etimologis, menurut sebagian ulama, kata ta’wil memiliki makna yang
sama dengan kata tafsir, yakni “menerangkan’ dan “menjelaskan”. Ta’wil berasal

5
dari kata “aul”. Kata tersebut dapat berarti: Pertama al-ruju’ (kembali,
mengembalikan) yakni, mengembalikan makna pada proporsi yang
sesungguhnya.1
Adapun takwil menurut istilah, dalam hal ini bantak para ulama memberikan
pendapatnya, antara lain:
a. Menurut al- Jurzani
Memalingkan suatu lafadz dari makna lahirnya terhadap makna yang
dikandungnya, apabila makna alternative yang dipandangnya sesuai dengan
ketentuan al-kitab dan as-sunnah.
b. Menurut definisi lain:
Takwil ialah mengembalikan sesuatu pada ghayahnya, yakni menerangkan
apa yang dimaksud.
c. Menurut ulama salaf:
(1). “Menafsirkan dan menjelaskan makna suatu ungkapan, baik bersesuai
dengan makna lahirnya ataupun bertentangan.” Definisi takwil seperti ini
sama dengan definisi tafsir. Dalam pengertian ini pula, Ath-Thabrani
menggunakan itilah takwil di dalamnya kitab tafsirnya.
(2). “hakikatnya sebenarnya yang dikehendaki suatu ungkapan.2
Ringkasan, pengertian takwil dalam penggunaan istilah adalh suatu usaha
untuk memahami lafadzh-lafadzh (ayat-ayat) al Qur’an melalui pendekatan
pendekatan memahami arti atau maksud sebagai kandungan dari lafadzh itu.
Dengan kata lain, takwil berarti mengartikan lafadzh dengan beberapa
alternative kandungan makna yang bukan makna lahiriahnya, bahkan
penggunaan secara masyhur kadang-kadang diindentikan dengan tafsir.3
Jadi, menta’wilkan ayat-ayat al-Qur’an berarti “membelokkan” atau”
memalingkan” lafal-lafal atau ayat-ayat al-Qur’an dari maknanya yang tersurat

1
Ulumul Qur’an,Usman, Mei 2009 Hal 317
2
Rosihon Anwar, Ulum al-Qur’an , Maret 2012, Hal 212
3
Ibid hal 212

6
kepada yang tersirat dengan maksud mencari makna yang sesuai dengan ruh al-
Qur’an dan sunah Rasulullah s.a.w.4
Dalam al-Qur’an banyak dijumpai lafal-lafal yang memiliki makna tersirat di
samping tersurat yang dalam pemahamannya bila tidak menggunakan “siasat”
untuk menentukan makna yang sejalan dengan ketentuan nash yang qath’i, maka
akan terjadi kekeliuran. Makna lahir (tersurat) dan makna batin (tersirat) disebut
juga dengan makna qarib(dekat) dan makna ba’id (jauh).5
Sasaran ta’wil pada umumnya adalah menyangkut ayat-ayat mutasyabihat
atau ayat-ayatyang mempunyaisejumlah kemungkinan makna yang terkandung di
dalamnya. Dalam hal ini, ayat-ayat mutasyabihat ialah ayat-ayat yang tidak
terangmaknanya. Menurut para ulama dari kalangan Mutakallimin, ayat-ayat
mutasyabihat itu biaasanya menyangkut tentang Dzat Allah dan sifat-sifat-Nya.
Kebalikannya adalah ayat-ayat muhkamat, yaitu ayat-ayat yang tegas dan terang
maknanya.6
Bagi para ulama’salaf, ayat-ayat mutasyabihat tidaklah begitu banyak, sebab
mereka mempunyai kemampuan untuk mmahaminy dengan kedalaman bahasa
Arab yang dimilikinya. Namun setelah itu, lebih-lebih setelah kemampuan
memahami bahasa Arab semakin lemah, maka jumlah atau bilangan ayat-ayat
mutasyabihat menjadi semakin banyak. Sehubungnya dengan itu, T.M Hasbi al-
Shiddieqiy mengatakan, bahwa memang kebanyakan ayat-ayat yang disebut
mutasyabihat itu oleh ulama’-ulama’ yang muncul belakangan disebabkan oleh
lemahnya dalam memahami bahasa Arab.7
B. Klasifikasi Ta'wil
Klasifikasi ta’wil dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
1. Ta'wil kalam

4
Ulumul Qur’an,Usman, Mei 2009 Hal 319
5
Ibid hal 319
6
Ibid hal 319
7
Ulumul Qur’an,Usman, Mei 2009 Hal 319

7
Dalam pengertian bahwa si pembicara mengembalikan perkataan dengan
merujuk pada asalnya. Arti kalam sendiri adalah arti yang haqiqi dari si
pembicaranya.
2. Ta'wil Amr
Ialah esensi perbuatan yang diperintahkan, misalnya hadist yang
diriwayatkan dari Aisyah r.a, Ia beerkata "Rasulullah membaca dalam rukuk
dan sujudnya"

2.3 TERJEMAH
A. Pengertian Terjemah
Tarjamah atau dalam tradisi pengucapan bahasa Indonesia menjadi terjemah.
Dalam buku Manhil al-irfan, karya al-Zaqarnin dijelaskan bahwa menurut
tinjauan bahasa, kata terjemah mengandung empat pengertian. Pertama,
menyampaikan pembicaraan, kalam kepada orang yang belim mengetahuinya.
Kedua, menafsirkan pembicaraan, kalam dengan menggunakan bahasa aslinya,
dengan pengertian semacam ini, maka gelar Ibn Abass sebagai turjuman al-qur'an
dapat dipahami. Ketiga, menafsirkan pembicaraan, kalam dengan bahasa lain
yang bukan bahasa lain. Keempat, pemindahan pembicaraan, kalam dari suatu
bahasa kedalam bahasa lain. Itulah keempat pengertian terjemah menurut
linguistic. Sedangkan, pengertian terjemah secara istilah yaitu menjelaskan makna
suatu perkataan ke dalam bahasa yang lainnya, dengan tidak merubah semua
kandungan makna dan maksud awal.
B. Klasifikasi Terjemah
Berdasarkan pengertian terjemah secara istilah ini, Az-Zurqani membaginya
kepada:
a. Terjemah Harfiyah
Adanya terjemah yang mana sususnan dan urutan-urutan kata-katanya selalu
dipelihara, sehingga terjemah itu sama dengan meletekkan kata-kata persamaan
(sinonim) dengan sinonimnya (dari Bahasa yang baru) sebagian orang

8
menyebut terjemah ini dengan terjemah lafdziyah dan sebagian orang lain
menyebutkankannya dengan musawiyah.
b. Terjemah Tafsiriyah
Adalah terjemah yang mana susunan dan urutan-urutan kata-katanya tidak
terpelihara, yang dipentingkan ialah baiknya pengertian-pengertian dan tujuan-
tujuannya secara sempurna. Oleh karena itu disebut juga terjemah maknawi.
Dan disebut juga tafsiriyah karena baiknya pengertian dan tujuan dari pada
kalam sehingga menyerupai tafsir, namun bukan tafsir.
C. Syarat-Syarat Terjemah
Baik terjemah harfiyah maupun terjemah tafsiriyah ada syarat-syaratnya yang
diringkas sebagai berikut:
a. Penterjemah hendaknya mengetahu dua Bahasa (Bahasa asli dan Bahasa
terjemah).
b. Mendalami dan menguasai ushlub-ushlub dan keistimewaan-keistimewaan
Bahasa yang yang hendak ia terjemahkan.
c. Hendaknya sighah (bentuk) terjemah itu benar dimana mungkin dituangkan
kembali ke dalam bahasa aslinya.
d. Terjemah itu bisa memenuhi semua arti dan maksud Bahasa asli dengan
lengkap dan sempurna.
Sedangkan untuk terjemah harfiyah disamping syarat tersebut di atas
disyaratkan pula dua syarat yaitu:
a. Adanya kosa kata yang sempurna dalam Bahasa terjemah sama dengan kosa
kata Bahasa aslinya.
b. Harus ada persesuaian kedua Bahasa mengenai kata ganti dan kalimat
penghubung yang menghubungkan Antara satu jumlah dengan jumlah yang
lain untuk menyusun kaliamat.
D. Terjemah Al-Qur’an
Dua macam terjemah itu, bila diterapkan ke dalam al-qur’an maka dapat
diketahui sebagai berikut:

9
1) Terjemah Al-Qur’an dengan harfiyah
Ada kalanya terjemah harfiyah bil mitsl ada kalanya terjemah harfiyah bil
duunil mitsl.
Terjemah harfiyah bil mitsl, adalah susunan al-qur’an itu diterjemahkan
dengan Bahasa lain secara persis, dimana mufrodat/kosa kata terjemah itu
menempati mufrodat/kosa katanya, susunan kalimat terjemah menempati
susunan kalimatnya, sehingga terjemah itu berwujud seperti apa yang dibawa
oleh susunan aslinya.
Maka terjemah harfiyah bil mitsl adalah sesuatu yang tidak mungkin
diterapkan kepada kitab Allah yang mulia, karena Al-Qur’an turun dengan
mempunyai dua tujuan pokok, yaitu:
a. Menjadi bukti atas kebenaran Nabi saw pada apa yang disampaikan dari
Tuhannya. Hal itu karena al-qur’an menjadi mukjizat. Maka tidak ada yang
mampu untuk mendatangkan hal yang semisalnya walaupun jin dan
manusia berkumpul untuknya.
Tujuan pertama bahwa al-qur’an itu menjadi bukti aras kebenaran Nabi
saw, maka tidak mungkin disampaikan dengan rerjemah persis/harfiyah bil
mitsl. Karena al-qur’an itu meskipun kemukjizatannya secara global dalam
beberapa hal seperti pemberitahuan tentang sesuatu yang ghaib,
kesempurnaan syari’at yang tidak terdapat cela dan berbagai segi
kemujizatannya terdapat pada setiap ayatnya, didalamnya terdapat
kekhususan sastra yang dating sesuai dengan kondisi tertentu.
b. Tujuan kedua yaitu al-qur’an sebagai petunjuk bagi manusia yang
didalamnya terkandung kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.
Dengan istimbat hokum-hukum dan petunjuk-petunjuk al-qur’an.
Demikian ini, sebagiannya kembali kepada makna asli (primer)
yang mana seluruh manusia sama dalam memahami dan menunaikannya
dan seluruh Bahasa memeliharanya. Jenis pengertian ini mungkin untuk
diterjemahkan dan diambil pengertian hokum-hukumnya. Sedangkan

10
sebagian lain dari hukum-hukum dan petunjuk-petunjuk itu diperoleh
dari makna yang kedua (sekunder). Hal ini banyak didapatkan dalam
istimbat imam-imam mujtahid makna yang kedua ini lazim bagi al-
qur’an, dan tanpa makna yang kedua mak al-qur’an itu tidak menjadi al-
qur’an.
Terjemah harfiyah jika mungkin memelihara makna yang pertama, maka
tidak mungkin untuk memelihara makna yang kedua.
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa terjemah al-qur’an secara
harfiyah itu tidak mungkin menempti kedudukan asli dalam memperoleh apa
ysng dituju al-qur’an karna tidak terpenuhinya tujuan pertama dan hilangnya
sebagian dari tujuan kedua.
Adapun terjemah harfiyah bi dunnil mitsl, adalah menterjemahkan susunan
al-qur’an secara persis menurut kadar kemampuan penterjemah dan keluasan
Bahasanya. Ini sesuatu yang mungkin (boleh), namun terbatas sebagian
perkataan manusia dan tidak boleh dinisbatkan kepada kitabullah, keran
didalamnya terdapat pembatalan susunan al-qur’an.
1. Terjemah Al-Qur’an Dengan Tafsiriyah
Terjemah tafsiriryah atau maknawiyah adalah ungkapan tentang
penjelasan perkataan disertai keterangan maknanya dengan Bahasa lain tanpa
memelihara susunan dan tertib aslinya serta tanpa meperhatikan makna kata
dari Bahasa asal, karena yang dipentingkan adalah maksud/pengertiannya.
Makna Qaththan menjelaskan:
Terjemah tafsiriyah itu terjemah pemahaman sesorang secara khusus tidak
mengandung segi-segi takwil yang terkandung bagi makna-makna Al-qur’an.
Terjemah itu hanya mengandung apa yang didapatkan oleh mufassir saja.
Dari uraian tersebut dapat diketahui perbedaan Antara terjemah harfiyah dan
terjemah tafsiriyah. Untuk mrnjelaskan perbedaan ini, ada contoh jika orang
hendak menterjemahkan.

11
Firman Allah SWT:

ْ ‫ك َواَل تَ ْبس‬
‫ُطهَا ُك َّل ْالبَ ْس ِط فَتَ ْق ُع َد َملُو ًما َمحْ سُورًا‬ َ ِ‫ك َم ْغلُولَةً ِإلَ ٰى ُعنُق‬
َ ‫َواَل تَجْ َعلْ يَ َد‬

“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan


janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan
menyesal.”
Terjemah harfiyah itu niscaya didatangkan dengan kalimat yang menunjukkan
larangan mengikatkan tangan pada leher dan terlalu mengulurkannya. Ungkapan
seperti ini tidak sesuai dengan makna yang dimksud oleh al-qur’an. Bahkan
kadang-kadang diingkari oleh pemilik Bahasa itu, karena tidak menginginkan
utnuk melakukan perbuata yang dilarang oleh al-qur’an. Adapun bila
diterjemahkan dengan tafsiriyah, maka yang lafadz yang melarang itu untuk kikir
dan boros

Kesimpulan

1. Tafsir adalah pengungkapan lafaz-lafaz yang kententuanya sudah ditentukan Allah


SWT., dimana menjelaskan yang yadinya tidak jelas, menjadikan yang samar menjadi
tidak samar lagi, dan yang sulit dipahami menjadi mudah dipahami. Sedangkan arti
Takwil sendiri adalah memalingkan makna ayat-ayat al- Qur'an dengan makna yang
lain dan arti dari terjemah yaitu menjelaskan makna suatu perkataan ke dalam bahasa
yang lainnya, dengan tidak merubah semua kandungan makna dan maksud awal.

12
.

DAFTAR PUSTAKA
Drajat, Amroeni. 2017.Ulumul Qur'an.Kencana: Depok
Thohari, Fuad dan Iman Bukhori, Pengantar Study Al Qur'an. 2014
Ahmad Ali, Mudzakkirah fi Ulumil Qur’an
Az-Zakarsyi, Badruddin, Al-Burhan fi Ulum Al-Qur’an Kutub Arabiyah, Th. 1957
Usman, Ulumul Qur’an, Mei. 2009

13

Anda mungkin juga menyukai