Anda di halaman 1dari 17

i

Dosen Pembimbing Mata Kuliah

Dr. Ali Akbar, M.I.S Ulumul Qur’an

MAKALAH

"Pengertian Tafsir Dan Ilmu Tafsir Serta Perbedaan Antara Tafsir, Takwil
Dan Terjemah”

DI TULIS OLEH :

1. Khurratul Akmar ( 12130222902 )


2. Mardiana ( 12130221267 )
3. MHD. Hadi Wahydi (12130211079)

IAT 3C

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

RIAU2021/2022
ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya
sehingga makalah dengan judul " Pengertian Tafsir Dan Ilmu Tafsir Serta
Perbedaan Antara Tafsir, Takwil Dan Terjemah " dapat terselesaikan.Makalah ini
dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas dari Mata Kuliah " ULUMUL
QUR’AN II" Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan kepada para pembaca. Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Ustadz Dr.H. Ali Akbar,M.Is. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah
wawasan kami berkaitan dengan topik yang diberikan. Kami juga mengucapkan
terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih


banyakmelakukan kesalahan.Oleh karena itu, kami memohon maaf atas
kesalahan dan ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah
ini.Kami juga mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila
menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Wasalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pekanbaru, 09 September 2022

Penulis,
iii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan...................................................................................................... 1
BAB II................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAAN .............................................................................................................. 3
2.1. Pengertian Tafsir ...................................................................................................... 3
2.2. Pengertian Ilmu Tafsir ............................................................................................. 4
2.3. Asal perkataan tafsir ................................................................................................ 5
2.4. Pengertian Takwil Dan Syarat-Syarat Takwil.......................................................... 6
2.4. Pengertian Terjemah, Macam-Macam Dan Syarat-Syarat Terjemah ...................... 8
2.5 . Perbedaan Dan Persamaan Tafsir, Takwil, Dan Terjemah ................................... 10
2.7. Contoh Tafsir, Takwil Dan Terjemah .................................................................... 11
BAB III ............................................................................................................................. 13
PENUTUP ........................................................................................................................ 13
3.1. Kesimpulan ............................................................................................................ 13
3.2. Saran ...................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………14
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Al-Qur’an merupakan sumber ajaran Islam pertama dan utama
menurut kekayakinan umat Islam dan diakui kebenarannya oleh penelitian
ilmiah. Al-Qur’an adalah kitab suci yang didalamnya terdapat firman-firman
(wahyu) Allah yang diturunkan dalam bahasa arab dan tidak dipungkiri ayat-
ayatnya masih banyak bersifat global. Sehingga tidak bisa dipahami secara
tekstual, untuk itu perlu penerjemahan dan penafsiran agar Al-Qur’an bisa
dipahami secara tekstual.

Seiring dengan perkembangan zaman, sudah banyak sekali tafsir


Al-Qur’an yang ditulis oleh para mufasir atau ulama Indonesia.Salah satunya
yaitu, Tafsir al-Mannar, al-Qurtubi, dan al-Azhar yang ditulis oleh H. Abdul
Malik Karim Amarullah (HAMKA).Dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an
tersebut tidak boleh dilakukan sesuka hati atau asal-asalan, karena dalam
menafsirkan ayat Allah ada tata cara dan undang-undangnya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Tafsir ?
2. Apa yang dimaksud dengan Ilmu Tafsir ?
3. Apa asal perkataan tafsir ?
4. Apa pengertian takwil dan syarat-syarat takwil ?
5. Apa pengertian terjemah, macam-macam dan syarat-syarat terjemah ?
6. Apa perbedaan dan persamaan antara Tafsir, Takwil, dan Terjemah ?
7. Apa contoh tafsir, takwil dan terjemah ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetahui Pengertian Tafsir
2. Untuk Mengetahui Pengertian Ilmu Tafsir
3. Untuk Mengetahui Asal Perkataan Tafsir
4. Untuk Mengetahui Pengertian Takwil takwil dan syarat-syarat takwil
2

5. Untuk Mengetahui pengertian terjemah, macam-macam dan syarat-syarat


terjemah
6. Untuk Mengetahui perbedaan dan persamaan antara Tafsir, Takwil, dan
Terjemah
7. Untuk Mengetahui contoh tafsir, takwil dan terjemah
3

BAB II

PEMBAHASAAN
2.1. Pengertian Tafsir

Secara etimologi, kata tafsir diambil dari kata fassara-yufassiru-


tafsiran yang berarti keterangan atau uraian. al-Jurni berpendapat bahwa kata
tafsir menurut pengertian bahasa adalah al-kasyf al-idzhar yang artinya
menyingkap (membuka) dan melahirkan.1Dengan demikian, tafsir berarti
kasyf al-murad ‘an al-lafzh al musykil (meningkap maksud dari kata yang
sulit)2. Didalam Al-Qur’an kata tafsir diungkap hanya pada satu surah dan
satu ayat yakni dalam QS. Al-Furqan : 33

ً ‫سنَ تَ ْف ِس‬
‫يرا‬ ِ ّ ‫َو َﻻ يَأْتُون ََك بِ َمث َ ٍل إِ ﱠﻻ ِجئْ ٰنَ َك بِ ْٱل َح‬
َ ‫ق َوأَ ْح‬
Artinya : “Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa)
sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar
dan yang paling baik penjelasannya.”3

Kata tafsir dalam ayat tersebut berkaitan dengan Al-Qur’an yang


membawa kebenaran dan penjelasan yang paling baik.Pemahaman terhadap
makna Al-Qur’an, selain kata tafsir yang digunakan juga istilah lain, seperti
ta’wil dan tabyin.Tabyin lebih dikhususkan pada fungsi Nabi yang mendapat
tugas menjelaskan maksud firman-firman Allah SWT4.

Dari segi terminologis, terdapat beberapa pengertian tafsir menurut para


ulama, yaitu :

1
Mukarromah Oom, Ulumul Qur’an(Depok : Desember 2013), hlm. 99
2
Al-Imam al-Allamah Abi al-Fadhal Jamal ad-din Muhammad ibn Mukarram ibn Manzhur, Lisan
al-‘Arab (Riyadh: Daru ‘Alam al-Kutub, 2003), hlm 361
3
QS. Al-Furqan : 33
4
M. Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian Kosakata (Lentera Hati : Jakarta, 2007),
hlm.975-976
4

1. Abu Hayyin

Tafsir adalah ilmu yang membahas tentang cara pengucapan


lafazh-lafazh Al-Qur’an dan tentang arti dan makna dari lafazh-lafazh
tersebut, baik kata perkata maupun dalam kalimat yang utuh serta hal-hal
yang melengkapinya.

2. Az-Zarkasyi

Tafsir adalah ilmu untuk memahami Kitabullah yang


diturunkankepada Nabi Muhammad SAW, menjelaskan makna-maknanya
serta mengeluarkan hukum dan hikmahnya.

3. Az-Zarqani

Tafsir adalah ilmu yang membahas tentang Al-Qur’an Al-Karim


dari segi makna yang terkandung didalamnya sesuai dengan maksud yang
diinginkan oleh Allah SWT.sebatas kemampuan manusia.5

Dari beberapa pengertian yang di kemukakan di atas dapat disimpulkan


bahwa tafsīr adalah usaha untuk memahami dan mempelajari isi kandungan al-
Qurān yang merupakan sumber segala hikmah dan kemuliaan. Tujuan utama
mempelajari tafsīr adalah untuk dapat berpegang teguh pada tali yang kokoh
dan mencapai kebahagiaan yang hakiki. Didalam .menafsirkan Al-Qur’an,
disamping nya dibatasi oleh kemampuan masing-masing sebagai manusia, para
mufasir juga dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, sosial budaya yang
berbeda.

2.2. Pengertian Ilmu Tafsir


Ilmu tafsir adalah ilmu yang pokok dalam Al-Qur‟an karena ilmu ini
menjelaskan kalimat dan huruf dalam Al-Qur‟an. Memahamkan Al-Qur’an
harus berdasarkan ilmu tafsir yang diberi otoritas khusus oleh para Ulama.

5
Ilyas Yunahar, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta : ITQAN Publishing, 2013), hlm. 270
5

Tidak semua orang bebas menafsirkan Al-Qur‟an. kecuali para mufassiriin


yang mempunyai kewenangan dalam menafsirkan Al-Qur’an.

Alquran salah satu dari sejumlah kecil kitab suci yang telah memberikan
pengaruh begitu luas dan mendalam dalam jiwa dan tindakan manusia. Bagi
kaum muslimin Alquran bukan saja sebagai kitab suci melainkan juga petunjuk
yang menjadi pedoman sikap dan tindakan mereka dalam memainkan peran
sebagai manusia di muka bumi. Ibarat katalog sebuah produk barang, Alquran
adalah petunjuk bagi pengelola alam ini sehimgga Kita sebagai manusia haurs
menghormati.

2.3. Asal perkataan tafsir

Al-Qur‟an turun membawa hukum-hukum dan syariat secara berangsur-


angsur menurut konteks peristiwa dan kejadian selama kurun waktu dua puluh
tahun lebih. Namun hukum-hukum dan syariat ini ada yang tidak dapat
dilaksanakan sebelum arti, maksud dan inti persoalannya dimengerti dan
difahami.

Pada saat al-Qur‟an diturunkan, Rosululloh Saw. menjelaskan kepada para


sahabat tentang arti dan kandungan ayat yang samar artinya. Keadaan ini
berlangsung sampai dengan wafatnya Rosul Saw. Jika pada masa Rosul Saw.
para sahabat bisa langsung menanyakan kepadanya, tetapi setelah beliau wafat
mau tidak mau mereka harus melakukan ijtihad, padahal masih banyak ayat al-
Qur‟an yang belum diketahui tafsirannya. Di samping itu, para sahabat juga
ada yang menanyakan tentang sejarah nabi-nabi atau kisah-kisah yang
tercantum dalam al-Qur‟an kepada para tokoh ahlul kitab yang telah memeluk
agama Islam. Dari sini lahirlah benih-benih israiliyat. Di samping itu, para
sahabat juga mempunyai murid-murid dari kalangan tabi‟in, sehingga lahirlah
tokoh-tokoh tafsir baru dari kalangan tabi‟in, seperti Sa‟id bin Zubair, Ka‟ab
Al-Ahbar, Zaid bin Aslam, Hasan Al-Bashri dan lain-lain.6

6
Abd. Muin Salim, Metodologi Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2005), 33.
6

2.4. Pengertian Takwil Dan Syarat-Syarat Takwil

Ta‟wīl menurut bahasa berasal dari kata “aul” ( ‫ األ‬ٚ‫ )ي‬yang artinya
kembali ke asal. Sedangkan menurut istilah, menurut golongan Salaf, ta‟wīl
mempunyai dua makna yaitu :

1. ta‟wīl dengan pengertian sesuatu makna yang kepadanya mutakallim


(pembicara, orang pertama) mengembalikan perkataannya, atau sesuatu makna
yang kepadanya suatu kalam dikembalikan.

Dan kalam itu kembali dan merujuk kepada makna hakikinya yang
merupakan esensi sebenarnya yang di maksud. Kalam ada dua macam yaitu
Insya‟ dan Ikhbar. Salah satu yang termasuk insya‟ adalah amr. Maka ta‟wīl
al-amr adalah esensi perbuatan yang diperintahkan. Sedangkan ta‟wīl al-ikhbar
adalah esensi dari apa yang diberitakan itu sendiri yang benar-benar terjadi.

2. ta‟wīl dalam arti menafsirkan dan menjelaskan maknanya. Jadi yang


dimaksud dengan ta‟wīl disini adalah tafsīr. Sedangkan ta‟wīl menurut
golongan Muta‟akhkhirin adalah memalingkan makna lafaz yang kuat (rajih)
kepada makna yang lemah (marjuh) karena tidak ada dalil yang menyertainya.

Syarat-Syarat Takwil

Para ulama sepakat pada suatu prinsip bahwa suatu teks al-Quran harus
dipahami sesuai dengan makna lahiriahnya kecuali jika ada dalil atau indikasi
yang menghendaki pemalingan makna itu ke makna lain7. Pemalingan makna
(takwil) ini tidak dibenarkan kecuali jika ada dalil atau indikasi yang
menghendakinya.8Oleh karena itu, untuk menjaga kesucian dan kemuliaan teks
al-Quran dari penyimpangan-penyimpangan, maka para ulama menetapkan
syarat-syarat yang harus dipenuhi ketika melakukan takwil. Suatu takwil dapat

7
aṣ-Ṣābuni, Pengantar ..., hal. 267
8
Mannā’ Khalīl al-Qaṭṭān, Studi Ilmu ..., hal. 457- 458
7

diterima apabila memenuhi syarat-syarat itu. Menurut al-Syatibiy, bahwa 2


syarat yang harus dipenuhi ketika melakukan takwil, yaitu :

1. Makna yang dipilih harus sesuai dengan hakikat kebenaran yang diakui oleh
mereka yang memiliki otoritas dalam bidangnya.

2. Makna yang dipilih itu telah dikenal oleh bahasa Arab klasik.9

Apa yang dikemukakan al-Syatibiy, kelihatannya memberikan peluang


yang cukup besar dalam kegiatan penakwilan ayat-ayat al-Quran, sepanjang
mempunyai keahlian dalam bahasa Arab dan pemaknaannya. Berbeda dengan
Abu Zahrah yang tidak hanya mensyaratkan pada keahlian bahasa Arab saja,
tetapi juga harus mempunyai sandaran yang kuat berupa dalil. Menurutnya, ada
3 syarat takwil yang harus dipenuhi untuk kebolehan penakwilan ayat-ayat al-
Quran, yaitu :

1. Lafadz yang ditakwil harus muhtamil (mempunyai kemungkinan arti lain)


walaupun arti itu jauh dari arti sebenarnya asalkan bukan arti yang gharib
(asing) sama sekali.

2. Takwil diterapkan ketika lahiriah suatu teks al-Quran bertentangan dengan


kaidah-kaidah umum yang sudah berlaku dalam agama atau bertentangan
dengan teks lain yang lebih kuat.

3. Takwil harus mempunyai sandaran kuat berupa sanad (dalil).10

Sedangkan Wahbah al-Zuhailiy menambah kejelasan dan kelengkapan


tentang syarat takwil tersebut hingga menjadi 4 syarat, yaitu:

1. Lafadznya harus yang bisa menerima takwil.

9
Abu Ishak al-Syatibiy, al-Muwafaqat (Beirut: Dar al-Ma`rifah, 1971) Juz III.

10
. Jalaluddin al-Suyuthiy, al-Tahbir Fî `Ilm al-Tafsir (Beirut: Dar al-Fikr, 1416 H/1996 M).
8

2. Takwil harus didasarkan pada dalil atau indikasi yang sah dan dalil tersebut
harus lebih kuat dari pada makna lahiriah lafadz.

3. Takwil tersebut harus merupakan salah satu makna yang dikandung oleh
lafadz yang dipalingkan maknanya itu.
4. Orang yang menakwil adalah yang mempunyai otoritas dan kompetensi untuk
itu sehingga dalam melakukan takwil sesuai dengan ketetapan bahasa atau
kebiasaan syara` (`urf syar`) atau pemakaian (isti`maliy)11.

Perbedaan penetapan mengenai jumlah syarat takwil ketiga ulama di


atas, sebetulnya tidak bertentangan, tetapi justru saling melengkapi antara satu
dengan lainnya. Dengan demikian, setelah memperhatikan pendapat-pendapat
tersebut, maka minimal ada 5 komponen yang harus ada ketika melakukan
takwil, yaitu:

1. Lafadz ini harus bisa menerima takwil (muhtamil).

2. Makna ini tidak terlepas dari makna lahiriah itu sendiri dan sudah dikenal
dalam bahasa Arab.

3. Dalil ini membuat lebih kuat dari pada makna lahiriahnya.

4. Orang yang mentakwil. Dan ini harus ahlinya.

5. Waktu. takwil dilakukan ketika lahiriah suatu teks kelihatan bertentangan


dengan kaidah agama lainnya.12

2.5. Pengertian Terjemah, Macam-Macam Dan Syarat-Syarat Terjemah


Pengertian Terjemah
Terjemah adalah memindahkan al-Qurān pada bahasa lain yang bukan
bahasa Arab dan mencetak terjemah ini ke dalam beberapa naskah agar dapat

11
Wahbah al-Zuhailiy, Ushul al-Fiqh (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.).
12
al-Syaukaniy, Irsyad al-Fuhul (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.).
9

dibaca orang yang tidak mengerti bahasa Arab sehingga ia bisa memahami
maksud Kitab Allah swt. dengan perantara terjemah ini.

Macam-Macam Dan Syarat-Syarat Terjemah

Macam-macam terjemah ini terbagi menjadi dua yaitu:


1. Terjemah harfiyyah, adalah menterjemahkan al-Qurān kepada bahasa Inggris,
Jerman, Perancis, dan lain-lain mengenai lafazh, kosa kata, jumlah dan
susunannya dengan terjemahan yang sesuai dengan bahasa aslinya.

2. , Terjemah tafsīriyyah (ma‟nawiyah), adalah menterjemahkan arti ayat-ayat


al-Qurān dimana si penterjemah sama sekali tidak terikat dengan lafazhnya,
tetapi yang menjadi perhatiannya adalah arti al-Qurān di terjemahkan dengan
lafaẓ-lafaẓ yang tidak terikat oleh kata-kata dan susunan kalimat. Penterjemah
hanya berpegang pada bahasa asal lalu memahaminya kemudian dituangkan ke
dalam bentuk bahasa lain dan arti ini sesuai dengan maksud pemakai bahasa asal
tanpa memaksakan diri membahas dan meneliti setiap suku kata atau lafazh.

Syarat-Syarat Terjemah

Baik terjemahan harfiyyah maupun terjemahan tafsīriyyah, harus


memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.

a. Penterjemah hendaknya mengetahui dua bahasa (bahasa asli dan bahasa


terjemah).

b. Mendalami dan menguasai uslub-uslub dan keistimewaan-keistimewaan


bahasa yang hendak ia terjemahkan. 13

c. Hendaknya shighoh (bentuk) terjemah itu benar, dimana mungkin dituangkan


kembali ke dalam bahasa aslinya.

d. Terjemah itu bisa memenuhi semua arti dan maksud bahasa asli dengan
lengkap dan sempurna.

13
aṣ-Ṣābuni, Pengantar ...,hal. 276
10

Sedang untuk terjemahan harfiyyah, disamping syarat-syarat tersebut


diatas di syaratkan pula dua syarat berikut ini:

a. Adanya kosa kata-kosa kata yang sempurna dalam bahasa terjemah


sama dengan kosa kata-kosa kata bahasa asli.
b. Harus adanya persesuaian kedua bahasa mengenai kata ganti dan kalimat
penghubung yang menghubungkan antara satu jumlah dengan jumlah yang lain
untuk menyusun kalimat.

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bagi kita bahwa terjemahan harfiyyah


tidak boleh untuk menerjemahkan alQurān karena beberapa faktor sebagai
berikut.

a. Bahwasanya tidak boleh menulis al-Qurān bukan dengan huruf-huruf


bahasa Arab, dimaksudkan agar tidak menjadi penyalahgunaan dan perubahan
arti. 14
b. Bahasa-bahasa yang bukan bahasa Arab didalamnya tidak terdapat
lafaẓ-lafaẓ , kosa kata dan kata ganti yang bisa menduduki lafaẓ-lafaẓ bahasa
Arab.
c. Meringkas lafaẓ-lafaẓ bahasa Arab, besar kemungkinan menimbulkan
kerusakan arti yang menyebabkan cacat dalam redaksi dan susunan.15

2.6. Perbedaan Dan Persamaan Tafsir, Takwil, Dan Terjemah

Persamaan Tafsir, Takwil Dan Terjemah


a. Ketiganya menerangkan makna ayat-ayat al-Qur’an
b. Ketiganya sebagai sarana untuk memahami al-Qur’an16

14
Ibid, hal. 276-277; lihat juga Mannā’ Khalīl al-Qaṭṭān, Studi Ilmu ..., hal. 443
15
aṣ-Ṣābuni, Ibid, hal. 277
16
Rifat Syauqi Nawawi, Pengantar Ilmu Tafsir
11

Perbedaan Tafsir, Takwil Dan Terjemahan

Tafsir Takwil

Pemakaiannya banyak dalam lafal- Pemakaiannya lebih banyakpada


lafal mufrodat makna-makna dan susunan kalimat

Jelas diterangkan dalam Al-Qur’an Kebanyakan diistinbath oleh para


dan hadits-hadits shahih ulama

Banyak berhubungan dengan riwayat Banyak berhubungan dengan


dirayat

Digunakan dalam ayat-ayat Digunakan dalam ayat-ayat


muhktamat (jelas) mutasyabihat (tidak jelas)

Bersifat menerangkan petunjuk yang Menerangkan hakikat yang


dikehendaki dikehendaki

1. Tafsir : Menjelaskan makna ayat yang kadang-kadang dengan panjang lebar,


lengkap dengan penjelasan hukum-hukum dan hikmah yang dapat diambil dari
ayat itu dan seringkali disertai dengan kesimpulan kandungan ayat-ayat tersebut.

2. Takwil : Mengalihkan lafadz-lafadz ayat Al-Qur’an dari arti yang lahit dan
rajah kepada arti lain yang samar dan marjuh.

3. Terjemah : Hanya mengubah kata-kata dari bahasa bahasa arab ke bahasa lain
tanpa memberikan penjelasan arti kandungan secara panjang lebar dan tidak
menyimpulkan isi kandungannya. 17

2.7. Contoh Tafsir, Takwil Dan Terjemah

Berikut adalah contoh dari tafsir, takwil dan terjemah :


17
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Al-Qur‟an & Tafsir (Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra, 2009), 159.
12

Q.S. An-Nahl (50) bunyi lafadz nya :

۩ َ‫ࣖ َيخَافُ ْونَ َربﱠ ُه ْم ِ ّم ْن فَ ْوقِ ِه ْم َو َي ْفعَلُ ْونَ َما يُؤْ َم ُر ْون‬

Terjemahan: "Mereka takut kepada Tuhan yang (berkuasa) di atas mereka


dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)."18

Takwil : Kata di atas memiliki maksud ialah ketinggian dan kebesaraan. Jadi,
maksud kata nya adalah yaitu para malaikat takut dengan ketinggian dan
kebesaran Allah.19

Tafsir : Disini sendiri untuk tafsir nya di kutip dari tafsir Ibnu Katsir yaitu
terjemahan kalimat :

“ Mereka takut kepada Tuhan yang (berkuasa) di atas mereka.

Yakni mereka bersujud dengan rasa takut dan malu kepada Tuhan yang maha
agung lagi maha besar. 20

“dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)."

Artinya, para malaikat selalu tetap taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan
mengerjakan semua perintah-Nya serta meninggalkan semua larangan-Nya.

18
Umma web portals
19
Takwil Aliran Salaf Dan Khalaf
20
Tafsir Ibnu Katsir
13

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Secara etimologi, kata tafsir diambil dari kata fassara-yufassiru-tafsiran


yang berarti keterangan atau uraian.Sedangkan secara terminologis tafsir
adalah keterangan dan penjelasan tentang arti dan maksud ayat-ayat Al-Qur’an
. Ilmu tafsir adalah ilmu yang pokok dalam Al-Qur‟an karena ilmu ini
menjelaskan kalimat, huruf dalam Al-Qur‟an. Memahamkan Al-Qur’an harus
berdasarkan ilmu tafsir yang diberi otoritas khusus oleh para Ulama. Tidak
semua orang bebas menafsirkan Al-Qur‟an.

Ta‟wīl menurut bahasa berasal dari kata “aul” ( ‫ األ‬ٚ‫ )ي‬yang artinya kembali
ke asal. Para ulama sepakat pada suatu prinsip bahwa suatu teks al-Quran harus
dipahami sesuai dengan makna lahiriahnya kecuali jika ada dalil atau indikasi
yang menghendaki pemalingan makna itu ke makna lain.

Terjemah adalah memindahkan al-Qurān pada bahasa lain yang bukan


bahasa Arab dan mencetak terjemah ini ke dalam beberapa naskah agar dapat
dibaca orang yang tidak mengerti bahasa Arab sehingga ia bisa memahami
maksud Kitab Allah swt. dengan perantara terjemah ini. Terjemah tebagi
menjadi dua . Terjemah harfiyyah, dan Terjemah tafsīriyyah (ma‟nawiyah).

3.2. Saran
Sekian yang dapat kami sajikan dalam makalah, tentunya makalah ini
masih banyak kesalahan dan jauh dari kata sempurna yang perlu bimbingan
untuk pembenaran. Maka dari itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami
harapkan agar kesalahan yang sama tidak terjadi dalam pembuatan makalah
yang akan dikerjakan selanjutnya.
14

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Subhan. 2020. Kajian Ulumul Qur’an. Mataram: CV. Al-Haramain


Lombok.

Abu Ishak al-Syatibiy, al-Muwafaqat (Beirut: Dar al-Ma`rifah, 1971) Juz III.
Ajahari. 2018. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Ansyory, Anhar. 2012. Pengantar Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Lembaga


Pengembangan Studi Islam Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Arifin, Zainal. 2018. Pengantar Ulumul Qur’an. Medan: Perpustakaan


Nasional .

Drajat, Amroeni. 2017. Ulumul Qur’an. Depok: KENCANA.

Hamid, Abdul. 2016. Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakarta: Prenamedia Group.

Jalaluddin al-Suyuthiy, al-Tahbir Fî `Ilm al-Tafsir (Beirut: Dar al-Fikr, 1416


H/1996 M).

Ilyas, Yunahar. 2013. Kuliah Ulumul Qur’an. Yogyakarta: ITQAN Publishing.

Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-Fiqh (t.tp: Dar al-Fikr, t.th.).

Mukarromah, Oom. 2013. Ulumul Qur’an. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Ridwan Moh, Zainuddin. Tafsir, Ta’wil, dan Terjemah.hlm. 1-14.

Rifat Syauqi Nawawi, Pengantar Ilmu Tafsir, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1992).

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy. 2009. Sejarah & Pengantar Ilmu


Al-Qur‟an & Tafsir, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.

Wahid Abdul, Muhammad Zaini. 2016. Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul
Hadits. Aceh: Yayasan Pena Banda Aceh Wahbah al-Zuhailiy, Ushul al-Fiqh
(Beirut: Dar al-Fikr, t.th.). al-Syaukaniy, Irsyad al-Fuhul (Beirut: Dar al-Fikr,
t.th.).

Anda mungkin juga menyukai