Disusun untuk memenuhi tugas Individu Mata Kuliah Studi Al-Qur’an dan Hadis
Tematik
Dosen Pengampu
Dr. H. Suaib H. Muhammad, M.Ag.
Disusun oleh:
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan penulis 2
BAB II PEMBAHASAN
C. Hakikat Hermeneutika 11
A. Kesimpulan 11
DAFTAR PUSTAKA 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muhammad SAW. yang penggunaanya tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Di
umat manusia. Al-Qur’an telah membuktikan keistimewaanya baik dari segi isi,
susunan kata, sastra bahkan memiliki peran penting dalam peradaban umat
manusia. Bagi yang membaca akan mendapat pahala dan menjadikan Al-Qur’an
sebagai tolak ukur dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT. serta muamalah
Al-Qur’an sangat sulit untuk dipahami dan rumit, yang karenanya harus
Nabi Muhammad SAW. wafat tidak ada lagi otoritas tunggal untuk menjelaskan
setidaknya 3 aspek teori pemahaman, yaitu tafsir, ta`wil, dan yang terakhir
pihak. Di pandang dari segi eksistensinya yang sangat dekat dengan Al-Qur`an,
maka kedudukan tafsir sangat penting dan utama. Hal ini yang mendasari penulis
Qur`an.
1
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian tafsir, takwil dan hermeneutik dalam studi al-
qur’an.
studi al-qur’an.
3. Untuk mengetahui penerapan tafsir, takwil dan hermeneutik dalam studi al-
qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tafsir
a. Pengertian Tafsir
dari akar kata al-fasr, kemudian diubah menjadi bentuk taf’īl yakni
menjadi kata al-tafsir. Dalam lisan al’arab kata al-fasr berarti menyikapi
oleh pendengar dengan uraian yang lebih diperjelas pada maksudnya, baik
1
Muhammad ‘Ali Al- Shabuniy, al- Tibyan fi “ulum al-Qur’an, Beirut, Dar al Irsyad,
1970, hlm. 73
2
Muhammad Husein al-Dzahabi, aL-Tafsir wa al-Mufassirun, Mesir: Dar al-Kutub al-
Haditsah 1976, hlm 13.
3
Amroeni Drajat, Ulumul Qur’an: Pengntar Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Cet. 1 Depok:
Kencana, 2017), 123.
4
Lihat Rif’at Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta : Bulan
BIntang, 1988) , 139
5
Ajahari, Ulumul Qur’an ( Ilmu-Ilmu Al Qur’an), (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2018),
250
3
4
diungkapkan pada satu surah dan satu ayat yaitu pada surah al-Furqan ayat
33 berikut:
1) Abu Hayyan
2) Badruddin Al-Zarkasy
hikmahnya.7
3) Al-Ashbahani
6
Muhammad ‘Abd al-Azhim az-Zarqani, Manahul al-‘Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an,
Beirut: Dar ‘Ihya al-Kutub al-‘Arabiyah t.t, Jld 1, hlm. 311.-315.
7
Ajahari, Ulumul Qur’an ( Ilmu-Ilmu Al Qur’an), (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2018),
hlm. 249.
8
Jalaluddin, al-Suyuthy, al-Itqān, Cet I (Lebanon:Muassasah Risalah Nasyirun, 2008),
hlm. 758
5
Qur’an.
ilmu.
yang dimiliki.9
maupun aturan-aturan.
dibagi dua yakni tafsir bi al-ma’tsur dan tafsir bi al- ra’yi. Tafsir bi-al
9
‘Ali Al- Shabuniy, al- Tibyan fi, hlm., 74
10
Ajahari, Ulumul Qur’an, hlm. 261.
6
dalam istilah ilmu tafsir berarti sesuatu yang diberitakan, baik berasal
Qur’an.11
ilmu dalam Islam, dimana para mufassir tidak hanya dengan ayat atau
11
Louis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A‘lam, (Beirut: Dar al-Mashriq, 1973),
hlm.583
12
Hasbi Ash-Shiddieqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an/Tafsir, ( Jakarta:
Bulan Bintang, 1990), hlm. 213
13
H. Nurdin, Ulumul Qur’an, ( Banda Aceh: CV Bravo, 2018), hlm. 55.
14
Lihat Manna al-Qaththan, Mabahis fi Ulumil Qur’an, (Riyadl: Maktabah Ma’arif,
1981), hlm., 351.
7
Selain dua corak penafsiran di atas, ada satu lagi jenis tafsir yakni
Tafsir bil Isyari’ disebut juga tafsir shūfi, model tafsir yang penjelasannya
diambil dari takwil ayat-ayat al-Qur’an yang isinya tidak sesuai dengan
teks ayat, sehingga yang dikutip hanya isyarat atau maksud teks ayat
lain, hanya saja tafsir bi al-Ra’yi lebih menekankan pada fungsi akal
(hati/perasaan).16
1) Metode Ijmalii
hanya secara ringkas, global dari ayat dan surat didalam mushaf dengan
2) Metode Tahlili
15
Muhaimin, Dimensi-Diemnsi Studi Islam, (Yogyakarta : Karya Abdiama, 1994), hlm.
118.
16
Muhaimin, Dimensi, hlm. 119.
8
3) Metode Muqqarin
ayat al-Qur’an yang memiliki persamaan redaksi dalam dua kasus atau
lebih, atau memiliki redaksi yang berbeda bagi satu kasus yang sama
menafsirkan al-Qur’an.17
4) Metode Maudhu’i
2. Takwil
a. Pengertian Takwil
tafsīrnya.18
Kata takwil dari segi bahasa adalah sama dengan arti kata tafsir,
mempunyai sifat khusus dari makna lahir kemakna batin, karena ada
18
Manna’ al-Qaththan, al-mabāhits Fī ‘Ulūm al-Qur`ān, (Mesir: Maktabah Wahbah,
1995), hlm. 318. Lihat juga dalam Manāhil al-‘Irfān Fi ‘Ulūm al-Qur`ān, (Beirut:Dar al-Kitab al-
Araby, 1995), hlm. 7.
19
Ajahari, Ulumul Qur’an, hlm. 252.
20
Ajahari, Ulumul Qur’an, hlm. 252.
21
Usman, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 318.
10
memalingkan lafal-lafal atau ayat ayat al-Qur’an dari makna yang tersurat
kepada makna yang tersirat dengan maksud mencari makna yang sesuai
diantaranya:
adalah pengertian lanjutan yang tersirat yang di gali dari ayat-ayat al-
Qur’an.
sebagian makna dari banyak makna yang tercakup dalam pengertian ayat
1. Pengertian Hermeneutik
“hermenuin” yang memiliki arti tafsir atau penjelasan serta penerjemah atau
11
disebut juga menafsirkan. Kata hermeneutik berasal dari kata kerja Yunani
hermeneuin dan kata benda hermeneia. Jika diterjemahkan kata ini berarti
seorang tokoh mitologis yang dikenal dengan nama Hermes. Seorang dewa
dalam bahasa yang dimengerti oleh manusia. Maka dari itu, hermeneutik erat
(erkleren)24. Jadi pemahaman yang stuktural diluar teks bukan hanya melalui
teks yang berbicara melainkan juga makna teks juga bisa dipahami. Oleh
diekspresikan dari niat subjektif sang pengarang. Makna diambil dari semua
penafsiran atau pengungkapan makna dalam suatu teks, yang dalam hal ini
22
Richard E. Palmer, Hermeneutics Interpretation Theory in Schleiermacher, Dilthey,
Heidegger, and Gadamer, Terj. Musnur Hery dan Damanhuri Muhammad dengan judul
Hermeneutika Teori Baru Mengenai Interpretasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. II, 2005),
hlm.14-16
23
Saifudin, Hermeneutika Sufi, dalam Hermeneutika Al-Qur’an & Hadis, (Yogyakarta:
eLSAQ Pres, 2010), hlm. 37
24
Maulidi, Sketsa Hermeneutika Gerbang, jurnal studi agama dan
demokrasi, ,Menafsirkan Hermeneutika, 14, (2003). hlm. 28
12
adalah Bibel, lahir dari mitologi Yunani, dan berkembang dalam budaya
Kristen.
sosial di masa lampau agar dapat dimengerti orang yang hidup di masa, tempat
subjek yang dimaksud adalah the world of the text (dunia teks), the world of
the author (dunia pengarang) dan the world of the reader (dunia pembaca) yang
masing-masing mempunyai fungsi sendiri dan saling terkait satu sama lain
penafsiran.26
suci.
25
Ilyas Supena, Hermeneutika Teologis Rudolf Bultmann, lihat, Edi Mulyono, Belajar
Hermeneutika: dari Konfigurasi Filosofis menuju Praksis Islamic Studies, Komaruddin Hidayat,
Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutika, (Jakarta: Paramadina, 1996), hlm.3.
26
Mamat S. Burhanuddin, Hermeneutika al-Qur‟an ala Pesantren, (Yogyakarta: UII
Press, 2006(, hlm. 62-69
27
Ajahari, Ulumul Qur’an, hlm. 222-223.
13
Dalam ushul fiqh cara menafsirkan ayat-ayat dalam al-Qur’an, hadits atau
tradisional penafsiran lebih menekankan pada aspek lafal. Para ualam lebih
apapun bentuknya selalu berisi tentang 3 hal yaitu orang yang menyampaikan
unsur yaitu unsur author (pengarang), unsur teks dan unsur reader (pembaca). 3
unsur terswbut mempunyai eran dan fungsi tersendiri dan tidak dapat
diabaikan. Jika 3 unsur tersebut salah satunya ditinggalkan maka akan terjadi
maka unsur teks adalah nash syar’i (al-Qur’an dan hadits), unsur pengarang
adalah Allah dan “Rasulullah”, dan unsur pembaca adalah umat islam.29
misal dalam penafsiran al-qur’an belum bisa diterima semua pihak dalam
28
E. Sumaryono, Hermeneutik, Sebuah Metode Filsafat, (Yogyakarta : Kanisius, 1999),
hlm. 178
29
M. Luqmanul Hakim Habibie, “Hermeneutik dalam Kajian Islam,’’ ISSN, 1 (Juni,
2016), hlm. 223.
14
sudah dilakukan. Maka dari itu, banyak pemikir islam yang mengkritiknya.30
Qur’an adalah memberikan teori dan konsep pemahaman yang berasal dari
berbagai determinasi turut menentukan sebuh proses pemahaman, baik itu dari
lasti akan benar pada kahirnya karena akan mengeliminasi setiap pemahaman
kitab suci. Pola penafsiran yang satu sisi mengungkapkan asumsi metodologis
berbagai ruang dan waktu berbeda. Sebagaimana yang diiginkan dan dipegang
secara apologis oleh banyak kalangan umat beragama terhadap kitab sucinya.
Tapi ada hal penting yang harus di perhatikan dalam penafsiran ala
dengan penulis karena jika dikaitkan teks akan terbelenggu pada satu
30
Syahiran Syamsuddin, dkk, Hermeneutika Al-Qur‟an Madzhab Yogya, (Yogyakarta :
Islamaika), 2003, hlm. 61
31
Hakim Habibie, Hermeneutik, hlm. 234.
32
Ahmad Kali Akbar, “Hermeneutika Versus Ta‟wil (Studi Komparatif)”, Ponorogo :
Jurnal Kalimah UNIDA Gontor, 1, (Maret 2015)..
15
b. Penafsir harus memiliki wawasan dan idi-ide serta pengetahuan karena hal
d. Teks tidak terikat pada satu pemahaman saja akan tetapi lebih luas dan
biasa jadi teks itu memiliki pemahaman yang terus berkembang dan
selesai.
dalam konteks al-Qur’an karena hermeneutika muncul dari tradisi barat yang
merupakan kitab suci agam islam tidak mungkin menerima metode yang
dipakai orang barat. Maka dari itu, hermeneutika perlu perincian lebh lanjut
akan makna dan penerapannya sehingga tidak dipadang sebagai produk barat
belaka, akan tetapi dihayati lebih luas tentang penafsiran teks al-Qur’an.
33
E. Sumaryono, Hermeneutic Sebuah Metode Filsafat, hlm. 136
16
34
M. Rikza Chamami, Studi Islam Kontemporer, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012),
hlm. 147
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
memahami al-Qur’an baik itu dari segi pengertian, makna yang terkandung
ma’tsur dan tafsir bi al- ra’yi. Tafsir bi al-ma’tsur adalah penafsiran al-
Qur’an dengan al-Qur’an itu sendiri sedamgkan tafsir bi al- ra’yi adalah
mufassir.
kalimat yang ada dalam al-Qur’an dari makna lahirnya kemakna lainnya,
sehinggga dengan cara demikian pengertian yang diperoleh lebih cocok dan
dalam suatu teks, yang dalam hal ini adalah Bibel, lahir dari mitologi
diadopsi oleh tradisi keilmuan islam, atau yang biasa disebut dalam kajian
17
DAFTAR PUSTAKA
18
19