Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TAFSIR AL-QUR’AN DAN MACAM-MACAMNYA

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Al-Qur’an
Dosen pengampu :
Dr. H. Moh. Syamsul Falah, M. Pd. I

Disusun Oleh:

1. Farida Zuhria (2293044050)


2. Aditya Tri Putra (2293044051)
3. Meizia Khatami (2293044052)

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
2023
KATA PENGANTAR

Terimakasih kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenan
beliau lah bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.semua itu
hanya karena berkat serta tuntunan tuhan dalam kehidupan kami. Dalam makalah yang kami
susun ini menjelaskan tentang “Tafsir Al-Qur’an dan Macam-macamnya”

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu


kami dalam penyusunan makalah ini. Baik itu teman-teman, dosen dan semua yang telah
membantu yang kami tidak bisa sebut satu persatu .

Besar harapan kami bahwa makalah ini bernilai baik, dan dapat di gunakan dengan
sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini belum lah sempurna
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dalam rangka penyempurnaan untuk
pembuatan makalah selanjutnya. Sesudah dan sebelumnya kami ucapkan terimakasih.

Jombang, 12 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………………. 2
Daftar Isi………………………………………………………………………………….…. 3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..…. 4
A. Latar Belakang……………………………………………………………………. 4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………… 4
C. Tujuan Masalah……………………………………………………………………. 4
BAB II PEMBAHASAN………..………………………………………………………….. 5
A. Pengertian Al-Qur’an dan Tafsir …….……………………………………….. 5
B. Macam-macam Tafsir …………..…………………………………………….... 6
C. Pengertian dan sejarah perkembangan Tafsir Maudhu’i……...……………... 8
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………... 11
A. Keimpulan………………………………………………………………………..... 11
B. Saran…………………………………………………………………….………... 11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………… 12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan Kalam Allah SWT. yang diturunkan dengan perantara
malaikat Jibril sebagai wahyu kepada Rasulullah SAW. Yang berfungsi sebagai
petunjuk serta pedoman hidup bagi seluruh umat manusia baik di Dunia maupun di
Akhirat. Kesemuanya itu dapat terimplementasikan jika isi kandungan Al-Qur’an
tersebut dapat dipahami oleh manusia itu sendiri, untuk selanjutnya diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Maka pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Qur’an melalui
penafsiran-penafsiran, memiliki peranan sangat besar bagi maju-mundurnya umat,
menjamin istilah kunci untuk membuka gudang yang tertimbun dalam Al-Qur’an.

Saat dimasa Rasulullah, para sahabat menanyakan persoalan-persoalan yang


tidak jelas kepada Rasul, maka setelah wafatnya mereka harus melakukan ijtihad,
khususnya mereka yang mempunyai kemampuan, seperti Ali bin Abi Thalib dan yang
lainnya. Pada konteks seperti inilah, tafsir atas ayat-ayat Al-Quran diperlukan. Dalam
perspektif 'ulum Al-Quran, setidaknya ditemukan beberapa terminology penafsiran.

Tafsir merupakan salah satu ilmu dalam keilmuan keislaman yang belum
matang. Oleh sebab itu, kegiatan penafsiran terhadap Al-Qur’an tidak akan pernah
berhenti sampai kapanpun. Sehingga muncullah beragam karya tafsir yang sarat
dengan ragam metode dan pendekatan. Dalam perkembangannya dari waktu ke waktu,
beberapa metode dan pendekatan yang muncul tersebut antara lain: tafsir bi al-ma’tsur
atau tafsir riwayat, yang kemudian berkembang ke arah tafsir bi al-ra’yi atau ijtihad
dengan akal, tafsir bil-iqtirani, serta metode tafsir maudhu’i (tematik).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Al-Qur’an dan Tafsir menurut bahasa dan istilah?
2. Apa sajakah macam-macam Tafsir?
3. Bagaimana pengertian dan sejarah perkembangan Tafsir Maudhu’i ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Al-Qur’an dan Tafsir menurut bahasa dan istilah.
2. Untuk mengetahui macam-macam Tafsir.
3. Untuk mengetahui pengertian dan sejarah perkembangan tafsir maudhu’i.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian menurut bahasa dan istilah


1. Al-Qur’an
Ditinjau dari segi bahasa, secara umum diketahui bahwa kata Al-qur’an
berasal dari kata qara’a yang berarti mengumpul atau menghimpun. Qira’ah berarti
merangkai huruf -huruf dan kata-kata satu dengan lainnya dalam satu ungkapan kata
yang teratur. Al-qur’an asalnya sama dengan qira’ah, yaitu akar kata (mashdar-
infinitif) dari qara’a,qira’atan wa qur’anan sehingga maknanya menjadi yang dibaca
atau bacaan. Seperti firman Allah dalam (Al-Qiyamah : 17-18) yang artinya :

“Sesungguhnya Kami-lah yang bertanggung jawab mengumpulkan (dalamdadamu)


dan membacakannya (pada lidahmu). Maka apabila kami telahmenyempurnakan
bacaannya (kepadamu, dengan perantara Jibril), maka
bacalah menurut bacaannya itu.”1

Para Ahli ushul fiqih menetapkan bahwa al-Qur’an adalah nama bagi
keseluruhan al-Qur’an dan nama untuk bagian-bagiannya yang diturunkan kepada
Muhammad SAW. Maka jadilah ia sebagai identitas diri. Al-Qur’an adalah wahyu
Tuhan dengan kebenaran mutlak yang menjadi sumber ajaran Islam. Al-Qur’an
adalah kitab suci bagi umat Islamyang memberi petunjuk kepada jalan yang benar.
Ia berfungsi untukmemberikan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia, baik
secara pribadi maupun kelompok. Ia juga menjadi tempat pengaduan dan
pencurahan hati bagi yang membacanya.2

2. Tafsir

Para pakar ilmu tafsir banyak memberi pengertian baik secara etimologi
maupun terminologi terhadap tafsir. Secara etimologi kata tafsir berarti al-ibanah wa
kasyfu al-mughattha (menjelaskan dan menyingkap yang tertutup). Dalam kamus
Lisan al-‘Arab, tafsir berarti menyingkap maksud kata yang samar. Hal ini
didasarkan pada firman Allah Surah al-Furqan ayat 33 yang artinya:

1 Syaikh Manna’ Al-qaththan Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), hlm. 16

2 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1995), h. 172


“Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil,
melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik
penjelasannya”

Sedangkan secara terminologi penulis akan mengungkapkan pendapat para pakar.


Al-Zarqoni menjelaskan tafsir adalah ilmu untuk memahami al-Qur’an yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan menjelaskan makna-maknanya dan
mengeluarkan hukum dan hikmah-hikmahnya. Menurut Abu Hayyan sebagaimana
dikutip Manna al-Qaththan, mendefinisikan tafsir sebagai ilmu yang membahas cara
pengucapan lafaz al-Qur’an, petunjuk-petunjuknya, hukum-hukumnya baik ketika
berdir isendiri maupun tersusun, dan makna yang dimungkinkan baginya ketika
tersusun serta hal lain yang melengkapinya.
Ilmu tafsir merupakan bagian dari ilmu syari’at yang paling mulia dan paling
tinggi kedudukannya, karena pembahasannya berkaitan dengan Kalamullah yang
merupakan sumber segala hikmah, serta petunjuk dan pembeda dari yang haq dan
bathil. Ilmu tafsir telah dikenal sejak zaman Rasulullah dan berkembang hingga di
zaman modern sekarang ini. Kebutuhan akan tafsir semakin mendesak lantaran
untuk kesempurnaan beragama dapat diraih apabila sesuai dengan syari’at,
sedangkan kesesuaian dengan syari’at banyak bergantung pada pengetahuan
terhadap Al-Qur’an, kitabullah3

B.   Macam-Macam Tafsir
1. Tafsir Bi al-Ma’tsur
Dinamakan dengan bil ma’tsur (dari kata “atsar” yang berarti sunnah, hadits,
jejak, peninggalan) karena dalam melakukan penafsiran, seorang mufasir menelusuri
jejak atau peninggalan masa lalu dari generasi sebelumnya, hingga kepada Nabi
SAW.
Tafsir bi al-ma’tsur adalah menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, Al-
Qur’an dengan Sunnah Nabi dan Al-Qur’an dengan pendapat atau penafsiran para

3  Ibid, h. 173
sahabat Nabi dan tabi’in. Contoh dari Tafsir Bi al-Ma’tsur adalah pada Surat Ali-
Imran Ayat 133:

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa.”

Adapun yang dimaksud dengan “Al-Muttaqin” (orang-orang yang


bertakwa). Pada ayat tersebut, ditafsirkan sebagai berikut:

 “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang


maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.4
2. Bi al-Ra’yi
Tafsir biar ar-ra’yi adalah menafsirkan Al-Qur’an dengan menggunakan
kemampun ijtihad atau pemikiran tanpa meninggalkan tafsir Al-Qur’an dengan Al-
Qur’an atau dengan hdits dan tidak pula meninggalkan sama sekali penafsiran para
sahabat dan tabi’in. Bentuk ini mengembangkan penafsiran dengan bantuan
bermacam-macam ilmu pengtahuan seperti ilmu bahasa Arab, ilmu qiraah, ilmu-
ilmu Al-Qur’an, ilmu hadits, ushul fiqh, ilmu sejarah, dan lain sebagainya. Dinamai
dengan at-tafsir bi- ar-ra’yi karena yang dominan memang penalaran atau ijtihad
mufasir itu sendiri.
3. Tafsir Bil Iqtirani
Tafsir bil iqtirani disebut juga dengan metode campuran antara tafsir bil
Matsur dan Tafsir bi al-ra’yi yaitu menafsirkan Al-Quran yang didasarkan atas
perpaduan antara sumber tafsir riwayat yang kuat dan shahih, dengan sumber hasil
ijtihad akan pikiran yang sehat.5

C. Pengertian dan Sejarah Perkembangan Tafsir Maudhu’i


Tafsir maudhu’I merupakan sebuah metode tafsir yang dicetuskan oleh para ulama’
untuk memahami makna-makna dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Sebelum kita mengetahui secara

4 Nazar Bakry, Fiqh & Ushul Fiqh, Jakarta:  Raja Grafindo Persada, 2003.Hlm 198


5 H. Amir Syarifudin. Ushul Fiqh. Jakarta: LOGOS Wacana Ilmu, 2002. Hlm 48
mendalam tentang metode tafsir ini, maka akan peneliti paparkan pengertian metode tafsir
ini.Secara bahasa kata maudhu’i berasal dari kata maudhu’ yang merupakan isim maf’ul dari
kata wadha’a yang artinya masalah atau pokok pembicaraan 6 yang berkaitan dengan aspek-
aspek kehidupan manusia yangdijabarkan ayat-ayat Al-Quran. Berdasarkan pengertian di atas,
secara sederhana metode Tafsir Maudhu’i ini adalah menafsirkan ayat-ayat Al-Quran
berdasarkan tema atau topik pemasalahan atau pembahasan.7
Sedangkan menurut istilah, Baqir Al-Sadr memberikan pengertian, bahwa Tafsir
Maudhu’i adalah suatu metode Tafsir yang berupaya menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an dari
berbagai surah dan yang pula dengan persoalan atau temayang ditetapkan sebelumnya,
kemudian membahas dan menganalisa kandungan ayat-ayat tersebut sehingga menjadi suatu
kesatuan yang utuh. Istilah tematik digunakan untuk menjelaskan ciri pertama bentuk tafsir
ini, yaitu mulai dari sebuah tema yang berasal dari kehidupan kenyataan lalu kembali ke Al-
Qur’an atau juga disebut sintesis karena merupakan upaya menyatukan pengalaman manusia
dengan Al-Qur’an.8
Menurut al-Farmawi, Tafsir Maudhu’i adalah mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an
yang mempunyai maksud yang sama, dalam arti sama-sama membahas satu topik masalah
dan menyusunnya berdasarkan kronologis dan sebab turunnya ayat-ayat tersebut, selanjutnya
mufassir mulai memberikan keterangan dan penjelasan serta mengambil kesimpulan bahwa
dalam membahas suatu tema, diharuskan untuk mengumpulkan seluruh ayat yang
menyangkut tema tersebut. Namun, jika hal tersebut sulit untuk dilakukan, maka dipandang
memadai dengan menyeleksi ayat-ayat yang mewakili (representatif).9
Dari dua penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa metode Tafsir Maudhu’i
adalah upaya untuk menafsirkan Al-Qur’an yang berkenaan dengan suatu permasalahan,
dengan mengumpulkan seluruh ayat yang bersangkutan atau sebagian yang mewakili untuk
kemudian menjelaskannya sebagai satu kesatuan untuk memperoleh pemecahan atau
pandangan Al-Qur’a natas suatu permasalahan tersebut, dengan tetap berpacu pada protokol
ilmu-ilmu penafsiran yang sudah dirumuskan sebelumnya.
6 Ahmad Warson Munawir, al-Munawwir Kamus Arab – Indonesia (Surabaya: Pustaka Progesi, 1987), h. 1565.
7 Musthafa Muslim, Mabahis fi al-Tafsir al-Maudhu’i (Damaskus: Dar al-Qalam, 1997),h.16

8 Muhammad Baqir as-Sadr, Pendekatan Tematik terhadap Tafsir Al-Qur’an, dalamUlumul Quran , Vol. I, No.
4, 1990, h. 34.

9 Abd al-Hayy al-Farmawi, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudhu’i  (Maktabah al-Hadarah al-Arabiyah, Kairo,


1977), h. 52.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang abadi. Al-Qur’an ibarat
samudera tak bertepi yang menyimpan berjuta-juta mutiara ilahi. Untukmeraihnya,
semua orang harus berenang dan menyelami samudera al-Qur’an. Tidak semua
penyelam itu memperoleh apa yang diinginkannya karenaketerbatasan
kemampuannya. Di sinilah letak urgensi perangkat ilmu tafsir.Ilmu tafsir
senantiasa berkembang dari masa ke masa, bahkan para pakar telah banyak
menelurkan tafsir yang sesuai dengan tuntutan zaman demimenegaskan eksistensi
al-Qur’an salih li kulli zaman wa makan.
Tafsir dibagi menjadi beberapa macam. Diantaranya adalah Tafsir Bi al-
Ma’tsur, Bi al-Ra’yi , dan Tafsir Bil Iqtirani.
Pengertian tafsir maudhu’i adalah sebuah manhaj penafsiran yang berusaha
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an berkenaan suatu tema tertentu,
denganmengumpulkan seluruh ayat atau sebagian ayat yang mewakili tema
pembahasan,dan menjelaskannya sebagai satu kesatuan untuk memperoleh
jawaban atau persepsi AL-Qur’an secara utuh mengenai permasalahan yang
dibahas, dengan tetap berada dalam koridor ilmu penafsiran yang ada.
B. Saran
Seharusnya kita sebagai manusia hendaknya mempelajari ilmu tafsir agar
kedepannya dapat meminimalisir penyimpangan dalam mentafsirkan ayat-ayat al-
qur’an.

DAFTAR PUSTAKA
Al-qaththan, Manna’, 2006 Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Al-Farmawi, Abd al-Hayy, 1997, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudhu’i, Maktabah al-Hadarah


al-Arabiyah, Kairo.

As-Sadr, Muhammad Baqir, 1990, Pendekatan Tematik terhadap Tafsir Al-Qur’an, dalam


Ulumul Quran , Vol. I, No. 4, h. 34.

Bakry, Nazar. Fiqh & Ushul Fiqh. 2003. Jakarta:  Raja Grafindo Persada.

Munawir, Ahmad Warson, 1987, al-Munawwir Kamus Arab – Indonesia,


Surabaya: Pustaka Progesif-

Muslim, Musthafa, 1997, Mabahis fi al-Tafsir al-Maudhu’i, Damaskus: Dar al-Qalam.

Shihab, Quraish, 1995, Membumikan al-Qur’an, Bandung: Mizan.

Syarifudin, Amir. Ushul Fiqh. 2002. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai