Anda di halaman 1dari 21

INTERPRETASI AL-QURAN

Makalah

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada Mata Kuliah
Ulumul Quran Prodi Pendidikan Agama Islam
Kelompok lima Semester III
IAIN BONE

Oleh
Kelompok XI

LISA RAMADANI
02.18.1133
WIDIASTUTI
02.181130
AYU ANDIRA
02.18.1135

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE
2020
KATA PENGANTAR

AlhamdulillahiRobbil ‘Alamin Segala puji dan syukur saya panjatkan


kepada tuhan yang mahaesa, karena atas berkatnya dan limpahan rahmatnyalah
maka kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah yang
berjudul “Interpretasi al-quran” dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata
kuliah oleh Drs AMINULLAH, M. Pd.I Makalah ini berisi tentang interpretasi
Al-quran, yang menurut kami memberikan manfaat yang besar bagi kita
semua. Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu meminta maaf dan
memohon pemakluman biladalam isi makalah ini ada kekurangan
danadatulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung perasaan
pembaca. Meski menurut kami telah kami susun secara maksimal, namun
kami sebagai manusia biasa menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna karnanya kami mengharapkan kritikdan saran yang membangun dari
pembaca sekalian. Besar harapan kami semoga makalah ini dapat menjadi
sarana dan bermanfaat bagi kita semua. Dengan ini kami mempersembahkan
makalah ini dengan rasa penuh terima kasih dan semoga Allah swt
memberkahi makalah ini.

Watampone, 9 Januari 2020

Kelompok XI
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian Tafsir Al-Quran
b. Macam-macam Tafsir berdasarkan sumbernya
c. Macam-macam tafsir berdasarkan metodenya
d. Syarat-syarat dalam menafsirkan Al-Quran
e. Kaidah-kaidah Tafsir

BAB III PENUTUP


a. Kesimpulan
b. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Quran merupakan sumber pertama dan utama hukum islam,
sehingga ia diyakini bersifat abadi dan universal. Pernyataan tersebut
disepakati semua ulama. Abadi berarti terus berlaku sampai akhir zaman.
Sedangkan universal berarti syariatnya berlaku untuk seluruh dunia tanpa
memandang perbedaan struktur etnis dan geografis. Pada saat Al-Qur’an di
turunkan, Rasul Saw. Yang berfungsi sebagai mubayyin ( pemberi
penjelasan), menjelaskan kepada sahabat-sahabatnya tentang arti dan
kandungan Al-Qur’an, khususnya menyangkut ayat-ayat tidak di pahami
dan samar artinya keadaan ini berlangsung sampai dengan wafatnya Rasul
Saw walaupun harus di akui bahwa penjelasan tersebut tidak semua kita
ketahui akibat tidak sampainya riwayat-riwayat tentangnya atau karena
memang Rasul Saw tidak menjelaskan semua kandungan Al-Qur’an.
Al-Quran datang dengan membuka lebar-lebar mata manusia, agar
mereka menyadari jati diri dan hakikat keberadaan mereka dipentas bumi
ini. Juga, agar mereka tidak terlena dengan kehidupan ini, sehingga mereka
tidak menduga bahwa hidup mereka hanya dimulai dengan kelahiran dan
berakhir dengan kematian. Al-Quran mengajak kita berfikir tentang
kekuasaan Allah dan dengan berbagai argumentasi, kitab suci itu juga
mengajak mereka untuk membuktikan keharusan adanya hari kebangkitan,
dan dan bahwa kebahagiaan mereka pada hari itu akan ditentukan oleh
persesuaian sikap hidup mereka dengan apa yang dikehendaki oleh sang
pencipta, Allah swt..
Al-Quran yang diyakini sebagai firman-firman Allah, merupakan
petunjuk mengenai apa yang dikehendaki-Nya. Jadi, manusia yang ingin
menyesuaikan sikap dan perbuatannya dengan apa yang dikehendaki-Nya
itu, demi meraih kebahagiaan akhirat, harus dapat memehami maksud
petunjuk-petunjuk tersebut. “Upaya memahami maksud firman-firman
Allah sesuai dengan kemampuan manusia” Itulah yang disebut tafsir.
Karenanya, sangat jelaslah urgensi tafsir. Kebutuhan akan tafsir akan
menjadi lebih penting lagi jika disadari bahwa manfaat petunjuk-petunjuk
ilahi itu tidak hanya terbatas diakhirat kelak. Petunjuk-petunjuk itupun
menjamin kebahagiaan manusia didunia ini.
B. Rumusan masalah
a. Apa Pengertian Tafsir Al-Quran ?
b. Jelaskan Macam-macam Tafsir berdasarkan sumbernya?
c. Jelaskan Macam-macam tafsir berdasarkan metodenya?
d. Apa Syarat-syarat dalam menafsirkan Al-Quran?
e. Bagaimana Kaidah-kaidah Tafsir?
C. Tujuan penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian Tafsir Al-Quran
b. Untuk mengetahui macam-macam Tafsir berdasarkan sumbernya
c. Untuk mengetahui macam-macam tafsir berdasarkan metodenya
d. Untuk mengetahui syarat-syarat dalam menafsirkan Al-Quran
e. Untuk mengetahui kaidah-kaidah Tafsir
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tafsir Al-Qur’an


Dalam bahasa Arab kata tafsir berasal dari akar kata “ al-fasr”
kemudian di ubah menjadi bentuk “ taf’il “ yaitu menjadi “al-tafsir” yang
berarti penjelasan atau keterangan.1 Dalam kamus “Lisanul Arab” Ibnu
Mansur menjelaskan bahwa kata “al-fasr” berarti menyingkapkan sesuatu
maksud lafad yang musykil dan pelik.
Sebagian ulama berpendapat bahwa kata tafsir (fusara) adalah kata
kerja yang terbalik dari kata “safara” yang juga berarti menyingkapkan.
Pembentukan kata dari al-fasr menjadi bentuk taf’il yakni “al-tafsir” adalah
untuk menunjukkan arti tafsir (banyak, sering berbuat). Menurut Ar-Raghib,
kata “al-fasr” dan “as-safr” adalah dua kata yang berdekatan makna
lafadnya. Yang pertama untuk menunjukkan arti menampakkan
(menzahirkan) makna yang ma’qul (abstrak) sedangkan yang kedua untuk
menunjukkan arti menampakkan benda pada penglihatan mata. Dalam al-
Quran dinyatakan :
    
  

Terjemahnya :
“Tidaklah mereka dating kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil,
melainkan kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling
baik tafsirnya”. (Q.S Al-Furqan : 33)
Tafsir menurut Istilah sebagaimana dijelaskan oleh Ar-Zarkasyi dalam
kitab “Al-Burhan fi Ulumil Quran” ialah : Tafsir ialah ilmu untuk
memahami kitab Allah swt yang diturunkan kepada Nabi-Nya Muhammad
saw. Dan menjelaskan makna-maknanya, mengeluarkan hukum-hukum dan

1
Ar-Zarqani, manahilul Irfan fi Ulumil Quran, Matba’ah Isa Al-Babil Halani Wa Syirkahu,
juz 11 hal 5
hikmah-hikmahnya, menguraikannya dari segi bahasa, nahwu, sharaf, ilmu
bayan, usul fiqih dan ilmu qiraat, untuk mengetahui sebab-sebab turunnya
ayat dan nasikh-mansukh”2
Kata tafsir dalam Agama Islam secara khusus menunjukkan kepada
masalah penafsiran Al-quran dan ilmu-ilmu tafsir Al-Quran.3
B. Macam-macam tafsir berdasarkan sumbernya
1. Tafsir bil Ma’tsur
Tafsir bil Ma’tsur ialah (tafsir Al-Quran) yang didasarkan atas dalil-
dalil sahih yang dinuqilkan dengan sahih secara tertib, mulai tafsir Al-Quran
dengan Al-quran, atau dengan As-sunnah, karena As-sunnah itu datang
untuk menjelaskan kitab Allah, atau dengan apa yang diriwayatkan dari para
sahabat, mereka adalah orang yang paling tahu dengan kitab Allah tersebut,
atau dengan apa yang dikatakan oleh tokoh Tabi’in, karena umumnya
mereka menerima hal itu dari para sahabat.4
Pada tafsir bil Ma’tsur, penafsiran ayat-ayat Al-Quran diambil, dari
sumber-sumber yang berhubungan dengan makna ayat yang akan
ditafsirkan, lalu disebutkan penafsirannya berdasarkan riwayat, nukilan atau
kutipan yang diambil tersebut, tanpa berijtihad di dalam menjelaskan
maksud ayat yang ditafsirkan dan tidak mencari penafsiran dari sumber
yang lain, bahkan menghindari keterangan yang tidak ada faedahnya selama
tidak ada dalilnya.
Contohnya, Allah berfirman :
   
  
Terjemahanya :

“Sedang mereka itu bukan orang-orang yang dimurkai Allah dan bukan

pula orang-orang yang sesat”(Q.S A-Fatihah : 7 )

2
Zarkasyi, Al-Quran fi Ulumil Quran, juz 1, Darul Ma’rifah, Bairut, hal 5
3
Ahmad Asy-syirbashi, sejarah Tafsir Al-Quran, pustaka firdaus, Jakarta, hal 6
4
Manna’ul Qathan, mubahis fi ulumil Quran
Yang dimaksud dengan orang-orang yang dimurkai dan orang-orang

yang sesat dalam ayat tersebut dijelaskan oleh Hadist Nabi saw :”Dari Adi

bin Hibban berkata, berkata Rasulullah saw :”Sesungguhnya orang yang

dimurkai adala orang-orang Yahudi dan orang-orang yang sesat adalah

orang-orang Nasrani”(H.R Tirmidzi)

2. Tafsir bil Ra’yi

Sebagaimana dikutip oleh Prof. Dr. H Abdul Djalal, Mana’Qaththan

menjelaskan Tafsir bil ra’yi sebagai berikut “Tafsir bil ra’yi ialah (tafsir Al-

Quran) di mana dalam tafsir tersebut, munfassir menerangkan makna hanya


berlandaskan kepada pemahaman yang khusus dan tidaklah keterangannya
itu dari pemahaman yang sesuai dengan jiwa syariah dan yang berdasarkan

nas-nasnya.5”Pada tafsir bil ra’yi, munfassir menjelaskan makna-makna Al-

Quran hanya berpegang pada pemahaman sendiri dan penyimpulan

(istimbat) yang didasarkan pada Ra’yu semata. Tidak termasuk kategori ini

pemahaman (Al-Quran) yang sesuai dengan ruh syariah dan didasarkan


pada nas-nasnya.

Terhadap tafsir bil ra’yi para ulama berlainan pendapat ; ada yang

membolehkan, ada pula yang mengharamkan. Sebetulnya hanya berlaku

kalau didalam menafsirkan ayat al-quran dengan ra’yu itu tidak terdapat

dasar sama sekali atau jika dilaksankan tanpa pengetahuan kaidah bahasa
Arab ; pokok-pokok hukum syariah dan lain sebagainya, atau jika
penafsiran tersebut dipakai untuk menguatkan kemauan nafsu belaka6.
Golongan salaf berkeberatan untuk menafsirkan al-quran dengan sesuatu
yang tidak mereka ketahui dengan mengambil dasar, Firman Allah :
5
Manna’ul Qathan, op Cit., hal 302
6
Prof Dr. H. Abdul Djalal, urgensi Tafsir Maudlui pada masa kini, kalam mulia,
Jakarta, 1990 hal. 67
     
   
 
   
 

Terjemahnya :

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai

pengetahuan tentangnya”(Q.S al-Isra : 36)

Sebagian ulama membolehkan penafsiran dengan menggunakan metode

tafsir bil ra’yi dengan syarat-syarat yang terpenuhi sebagai seorang

mufassir. Al-quran sendiri mendorong supaya berijtihad dan memikirkan


ayat-ayat, guna mengetahui hukum-hukumnya. Mereka bersandar dengan
firman Allah :
  
 
 
  
Terjemahnya :

“Ini adalah kitab yang kami turunkan kepada engkau dengan penuh

dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya, dan

supaya mendapat peringatan orang-orang yang berakal”(Q.S Shad : 29

Kitab-kitab tafsir yang dimasukkan dalam kategori tafsir bil ra’yi antara

lain ialah :
a. Tafsir Mafatihul Ghaib, karya Faruddin Ar-Razi
b. Anwaru at Tanzil wa Haqiqatut Takwil, karya Iman Abul Barakat
An-Hasafi.
c. Madarikut Tanzil fi Ma’anit Tanzil, karya Iman Al-khazin7

3. Tafsir bil lzdiwaji (Campuran)


Tafsir bil lzdiwaji disebut juga dengan metode campuran antara tafsir

bil ma’tsur dan tafsir bil ra’yi yaitu dengan menafsirkan al-quran yang

didasarkan atas perpaduan antara sumber tafsir riwayat yang kuat dan sahih,
dengan sumber hasil ijtihad akal pikiran yang sehat. Tafsir macam ini
banyak ditulis pada tafsir modern yang muncul sesudah kebangkitan
kembali umat islam, dengan tujuan untuk membersihkan tafsir-tafsir al-
quran dari ikatan kaidah bahasa dan teori-teori ilmu yang kurang erat
hubungannya dengan maksud ayat.
Contoh-contoh kitab tafsir yang termasuk kategori jenis ini antara lain :
a. Tafsir Al-manar, karya Syaikh Rasyid Rida
b. Al-jawahiru fi Tafsiril Quran, karya Shaikh Tantahwi Jauhari
c. Tafsirul Maraghi, karya Syaikh Ahmad Mustafa Al-Maraghi
C. Macam-macam Tafsir berdasarkan Metodenya
Dengan demikian maka metode tafsir dapat ditinjau dari beberapa segi,
yaitu :
1. Cara penjelasannya
Dari segi penjelasannya terhadap tafsiran ayat-ayat Al-Quran maka
metode penafsiran Al-Quran ada dua macam yaitu :
a. Metode Tafsir Bayani
Metode ini sering disebut juga metode diskriptif, yaitu tafsir al-quran
yang dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran hanya dengan
memberikan keterangan secara diskriptif tanpa membandingkan
riwayat
b. Metode Tafsir Muqarin
Metode Tafsir muqarin sering disebut dengan metode komperatif,
yaitu tafsir Al-Quran yang dalam menafsirkan ayat-ayat al-quran
dengan cara membandingkan ayat, riwayat atau pendapat yang satu

7
Adz-Dzahabi, op Cit
dengan yang lainnya, untuk dicari persamaan dan perbedaannya serta
factor-faktor yang mempengaruhinya.
c. Keluasaan penjelasaanya tafsir
Dari segi keluasaan penjelasaanya, tafsir al-quran dapat dibagi dua,
yaitu :
1. Metode Tafsir Ijmali
Tafsir Ijmali, yaitu tafsir Al-Quran yang dalam menafsirkan
ayat-ayat al-quran hanya dijelaskan secara global saja, tidak
secara mendalam atau panjang lebar dan mudah dipahami oleh
orang awam.
2. Metode Tafsir Itrabi
Tafsir Itrabi, yaitu kitab tafsir Al-quran yang dalam menafsirkan
Ayat-ayat al-quran dilakukan secara detail dan terperinci serta
uraian-uraian yang panjang lebar sehingga menjadi jelas dan
terang.
2. Susunan dan tertib Ayat
Tafsir Al-Quran jika ditinjau dari segi susunan dan tertib ayat yang
ditafsirkan, maka metode tafsir al-quran dapat dibagi menjadi dua
yaitu :
a. Metode tafsir Tahlili
Metode Tahlili yaitu metode tafsir Al-Quran yang dalam
menafsirkan ayat-ayat al-quran dilakukan dengan cara urut dan
tertib ayat dan surat sesuai dengan uritan yang terdapat dalam
mushaf, yakni dimuali dari surat al-fatihah, al-baqarah, ali imran
dan seterusnya hingga surat An-nas.

b. Metode tafsir Maudu’i

Metode Maudu’i yaitu metode tafsir Al-Quran yang dalam

menafsirkan ayat-ayat Al-Quran dilakukan dengan cara


mengumpulakan ayat-ayat yang berbicara tentang suatu topic
permasalahan tertentu.. Kemudian ayat-ayat tersebut diturunkan
sedemikian rupa, baru kemudian ditafsirkan dari berbagai segi
secara terpadu.8
Disamping menggunakan metodologi penafsiran seperti tersebut
diatas, sebagian mufassir terkadang dalam menafsirkan ayat-ayat
suci al-quran dipengaruhi oleh disiplin ilmu yang dikuasainya,
sehingga dalam kitab tafsirnya terlihat kecendrungan masing-
masing. Kecendrungan mufassir didalam menafsirkan ayat-ayat
al-quran terkadang juga difokuskan pada tafsiran ayat-ayat
tertentu saja. Berdasarkan berbagai jenis focus tafsiran yang
dilaksanakan para Mufassir, maka telah berkembang berbagai
aliran tafsir Al-Quran, seperti :
1. Tafsir Lugawi
Tafsir Lugawi yaitu tafsir Al-quran yang dalam menjelaskan
ayat-ayat suci al-quran lebih banyak difokuskan kepada bidang

bahasa seperti dari segi I’rab dan harakat bacaannya,

pembentukan kata, kalimat dan kesusastraan.

2. Tafsir Isy’ari

Tafsir isy’ari yaitu tafsir yang dalam kitab tafsirnya banyak

difokuskan kepada bidang tasawuf atau kebatinan.


3. Tafsir Ilmi
Tafsir ilmi yaitu tafsir yang beraliran ilmiah atau modern.
Tafsir ini banyak difokuskan pada bidang ilmu pengetahuan
umum. Menurut mereka Al-quran itu menghimpun ilmu-ilmu
agama dan ilmu-ilmu pengetahuan yang tidak semuanya dapat
dijangkau oleh akal manusia. Itu semua sebenarnya bukanlah
hal yang baru menurut al-quran, sebab semuanya telah
diungkap dan diisyaratkan oleh ayat-ayat al-quran.9

8
Prof Dr. H Abdul Djalal, op. cit., hal 85
9
Dr. Ali Hasan Al-Aridl, sejarah dan metodologi Tafsir, Rajawali Pers, Jakarta.,1992 hal
63
4. Tafsir Fiqih
Tafsir fiqih yaitu tafsir al-quran yang beraliran fiqih atau
hukum atau tafsir yang dalam penafsirannya banyak
difokuskan pada bidang hukum. Kadang-kadang dalam hal ini
yang ditafsirkan hanya menyangkut soal hukum saja,
sedangkan pada ayat-ayat lain yang tidak memuat hukum-
hukum fiqih, tidak ditafsirkan.
D. Syarat-Syarat Menafsirkan Al-Quran
Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam penafsiran maka para
mufassir telah menetapkan ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan
kadar pengetahuan ahli tafsir. Dr. Abd Hay Al-Farmawiy menentukan
persyaratan seorang mufassir sebagai berikut :
1. Sehat itikad dan menepati Agama
2. Sehat Maksud

3. Selalu berosientasi kepada naqli dari Nabi, sahabat dan Tabi’in terutama

pada tafsir bil al ma’tsur

4. Menguasai Ilmu-ilmu yang dibutuhkan oleh seseorang mufassir, yaitu :

Bahasa Arab, nahwu, sharaf, isytiqaq, ma’ani, buyan, badi’, qira’at,

ushuluddin, ushul fiqh, asbab an-nuzul, kisah, nasikh mansukh, fiqh,


hadis-hadis Pembina tafsir, mujmal dan mubham, serta ilmu yang
dianugrahkan Tuhan kepada seseorang karena ia banyak beramal.10
E. Kaidah-kaidah tafsir
Dari kelompok pertama ini dapat disebutkan kaidah-kaidah yang
berkaitan dengan sumber pokok tafsir Al-Quran tentang mana yang dapat
ditafsirkan dari kandungan Al-Quran dan mana yang tidak. Juga tentang
pembagian tafsir, tingkatan tafsir, tafsir dengan riwayat dan tanpa riwayat
serta beberapa kaidah lainnya.
1. Sumber Pokok tafsir ada lima, yaitu :

10
Dr. Abd, Hay Al-Farmawy, Al-Bidayah fi Al-Tafsir Al-Maudhu’ry (mesir maktabah Al-
Jumhuriah, 1977) hal. 17-20
a. Al-Quran
Seorang munfasir pertama-tama harus kembali kepada Al-Quran,
dengan meneliti secara cermat dalam rangka mengumpulkan ayat-
ayat Al-Quran tentang suatu pokok persoalan. Kemudian
menghubungkan dan memperbandingkan kandungan ayat-ayat yang
mengandung arti mujmal yang diperinci oleh ayat lain. Atau jika
pada suatu ayat masalahnya disebut secara singkat, maka diperluas
oleh ayat lain. Dalam hal ini, mufassir harus merinci yang mujmal
dengan ayat-ayat yang merinci kandungan ayat tersebut. Dengan
kata lain, ia harus menguraikan ayat yang singkat itu dengan uraian
di ayat lain. Inilah tafsir al-quran bin al-quran.
b. Hadist Nabi Muhammad saw
Mufassir harus memperhatikan Hadist-hadist Nabi. Bila
mendapatkan hadist sahih, ia harus menafsirkan ayat berdasarkan
hadist tersebut. Ia tidak dibenarkan untuk menafsirkannya menurut
pandangannya sendiri, dengan meninggalkan hadist tersebut.
c. Penjelasan sahabat Nabi
Apabila terdapat penjelasan nabi untuk menafsirkan ayat al-quran, ia
harus menggunakan penjelasan tersebut sebagai dasar tafsirnya.
Hanya saja, mengingat bahwa banyak riwayat yang tidak benar dari
sahabat, diperlukan kehati-hatian dan seleksi yang teliti.
d. Bahasa Arab
Al-Quran turun dalam bahasa Arab, maka arti kata-kata dalam
bahasa Arab tersebut harus menjadi dasar untuk menafsirkan ayat-
ayat Al-Quran.
e. Pengertian-pengertian yang ditunjuk oleh susunan kalimat dan yang
diperkuat oleh ketentuan-ketentuan serta prinsip-prinsip dalam
syariat Islam.11

11
Az-Zarkasyi Al-Burhan fi Ulum Al-Quran, Jilid II, (Cairo: Mustafa al-Halaby, 1377
H/1958 M) hlm. 156-161 ; As-Suyuthy, Al-Itqan, Jilid II (Cairo : Mustafa al-Halaby,
1370 H/1951 M), hlm 178-179. Baca juga M. Husain Al-Jadzaby, At-Tafsir wa al-
Muffasirun, Jilid I (Dar Al-kutub Al-Haditsah, 1381 H/1961 M), hlm. 271-272.
2. Tentang mana isi kandungan Al-Quran yang dapat ditafsirkan dan yang
tidak.
Isi kandungan Al-Quran ada tiga macam :
a. Pengetahuan yang tidak diungkapkan oleh Allah kepada siapa pun
dari makluk-Nya, karena merupakan rahasia Allah. Juga hal-hal
seperti tentang hakikat Dzat Allah dan hal-hal ghaib yang tidak dapat
diketahui kecuali oleh Allah sendiri
b. Pengetahuan yang hanya diberitahukan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad. Rahasia dari Al-Quran ini merupakan kekhususan yang
diberikan kepada Nabi untuk mengetahuinya.
c. Pengetahuan yang oleh Allah diajarkan kepada Rasulullah saw. Dan
Nabi diperintahkan untu mengajarkannya. Pengetahuan ini
merupakan pengertian-pengertian dari Al-Quran yang sebagian jelas
dan mudah dipahami, yang sebagian lainnya tersembunyi dan sukar
dimengerti.
Pengetahuan jenis ini terbagi dua :
 Yang boleh dibicarakan berdasarkan riwayat, seperti asbab an-
nuzul, an-nasikh wa al-mansukh, al-qiraat, kisah-kisah tentang
umat-umat terdahulu, berita-berita tentang kejadian yang akan
datang.
 Yang dapat dimengerti melalui pemikiran dan istinbath.
Pertama yang masih diperselisihkan boleh-tidaknya, yaitu
menakwilkan ayat-ayat mutasyabihat tentang sifat-sifat Allah.
Kedua, yang sudah disepakati tentang kebolehannya, yaitu
mengambil ketentuan-ketentuan hukum12
3. Mengenai Tafsir dengan riwayat dan tanpa riwayat. Sebab ada tafsir
yang bergantung pada riwayat dan ada yang tidak. Riwayat tersebut ada

yang dari Nabi, dari sahabat dan dari Tabi’in.

a. Riwayat dari Nabi harus diteliti sanadnya dan diambil yang shahih.

12
As-Suyuthi, op. Cit., hlm. 183
b. Riwayat dari sahabat, jika riwayat itu berkaitan dengan sebab-sebab
ataupun situasi kejadian yang mereka saksikan. Kemudian ketika
terdapat pertentangan diantara pendapat-pendapat para sahabat,
apabila dapat dipertemukan, selesailah masalahnya. Jika tidak, Ibn
Abbas yang harus diutamakan pendapatnya. Namun Imam Asy-

Syafi’I, jika masalah itu berkaitan dengan waris atau faraidh, ia

mendahulukan pendapat

c. Adapun pendapat atau riwayat dari tabi’in, maka seperti diutarakan

dimuka masih diperselisihkan kedudukannya. Bagi tafsir yang tidak


berdasar riwayat, maka pemahaman ayat-ayat Al-Quran bertolak dari
pemahaman kata-kata dalam susunan kalimat dan penggunaannya
dalam bahasa Arab sesuai dengan konteksnya.13
4. Tentang pembagian tafsir
a. Tafsir yang dapat diketahui setelah memerhatikan apa yang berlaku
dalam bahasa Arab.
b. Tafsir yang langsung dapat diketahui dari kata-kata yang artinya
mudah ditangkap dari teks.
c. Tafsir yang diketahui hanya oleh Allah.
d. Tafsir mengenai hal-hal yang dapat dipahami melalui ijtihad para

ulama ini yang kadang-kadang dinamakan ta’wil.14

5. Beberapa kaidah penting


a. Mufasir harus berusaha menafsirkan secara tepat, dengan
menghindari penyimpangan dari arti yang dimaksud dan
memerhatikan susunan kalimat dalam kaitannya dengan
keseluruhan tujuan pembicaraan.
b. Pertama-tama mufasir menganalisa kata-kata dalam tingkat mufrad
untuk dibicarakan isytiqaq-nya, tashrif-nya dan artinya.

13
Loc. cit
14
Az-Zarkasyi, Op. Cit., hlm. 164-166 ; As-Suyuthi, op. Cit., hlm. 182
c. Jika tafsir bil al-ra’yi bertentangan dengan tafsir bil al-ma’tsur

(dengan nash qath’i) maka tafsir bil al-ra’yi tidak lagi mendapat

tempat.15
6. Ilmu-ilmu yang harus dikuasai oleh mufassir.
a. Ilmu-ilmu bahasa Arab
b. Ilmu-ilmu balaghah

c. Ilmu qira’at

d. Ilmu Usul Fiqh


e. Ilmu Usuluddin
f. Ilmu Asbab An-Nuzul
g. Ilmu An-Nasikh wa Al-Mansukh
h. Ilmu Al-Qashash
i. Ilmu Hadist
j. Ilmu Al-Mauhibah16

15
Subhi Al-salih, Mabahits fi Ulum Al-Quran (Dar Al-Ilm.li Almalayin, 1974 ), hlm. 293
16
M. Ali Al-Sabuny, op, cit hlm. 157 ; Az-Dzahaby, hlm. 256 ; As-suyuthi, hlm 179-180
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam bahasa Arab kata tafsir berasal dari akar kata “ al-fasr”
kemudian di ubah menjadi bentuk “ taf’il “ yaitu menjadi “al-tafsir” yang
berarti penjelasan atau keterangan. Dalam kamus “Lisanul Arab” Ibnu
Mansur menjelaskan bahwa kata “al-fasr” berarti menyingkapkan sesuatu
maksud lafad yang musykil dan pelik. Tafsir menurut Istilah sebagaimana
dijelaskan oleh Ar-Zarkasyi dalam kitab “Al-Burhan fi Ulumil Quran” ialah
: Tafsir ialah ilmu untuk memahami kitab Allah swt yang diturunkan kepada
Nabi-Nya Muhammad saw. Dan menjelaskan makna-maknanya,
mengeluarkan hukum-hukum dan hikmah-hikmahnya, menguraikannya dari
segi bahasa, nahwu, sharaf, ilmu bayan, usul fiqih dan ilmu qiraat, untuk
mengetahui sebab-sebab turunnya ayat dan nasikh-mansukh.
Macam-macam tafsir berdasarkan sumbernya: 1. Tafsir bil Ma’tsur, 2.

Tafsir bil Ra’yi, 3. Tafsir bil lzdiwaji (Campuran).

Macam-macam Tafsir berdasarkan Metodenya:


1. Cara penjelasannya
a. Metode Tafsir Bayani
b. Metode Tafsir Muqarin
2. Keluasaan penjelasaanya tafsir
a. Metode Tafsir Ijmali
b. Metode Tafsir Itrabi
3. Susunan dan tertib Ayat
a. Metode tafsir Tahlili

b. Metode tafsir Maudu’i

Syarat-Syarat Menafsirkan Al-Quran yaitu: Sehat itikad dan menepati


Agama, sehat Maksud, selalu berosientasi kepada naqli dari Nabi, sahabat

dan Tabi’in terutama pada tafsir bil al ma’tsur, menguasai Ilmu-ilmu yang

dibutuhkan oleh seseorang mufassir, yaitu : Bahasa Arab, nahwu, sharaf,

isytiqaq, ma’ani, buyan, badi’, qira’at, ushuluddin, ushul fiqh, asbab an-

nuzul, kisah, nasikh mansukh, fiqh, hadis-hadis Pembina tafsir, mujmal dan
mubham, serta ilmu yang dianugrahkan Tuhan kepada seseorang karena ia
banyak beramal.
Kaidah-kaidah tafsir yaitu dari kelompok pertama ini dapat disebutkan
kaidah-kaidah yang berkaitan dengan sumber pokok tafsir Al-Quran tentang
mana yang dapat ditafsirkan dari kandungan Al-Quran dan mana yang tidak.
Juga tentang pembagian tafsir, tingkatan tafsir, tafsir dengan riwayat dan
tanpa riwayat serta beberapa kaidah lainnya.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan ataupun kesalahan, baik dari penyajian materi maupun
penulisan makalah. Hal ini di karenakan keterbatasan kemampuan menulis,
tentunya untuk lebih meningkatkan kualitas pada makalah berikutnya,
penulis mengharap kritik dan saran bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Ar-Zarqani. manahilul Irfan fi Ulumil Quran. Matba’ah Isa Al-Babil

Halani Wa Syirkahu. juz 11 hal 5

Zarkasyi. Al-Quran fi Ulumil Quran. juz 1. Darul Ma’rifah, Bairut, hal 5

Asy-syirbashi, Ahmad. sejarah Tafsir Al-Quran. pustaka firdaus.

Jakarta, hal 6

Qathan, Manna’ul. mubahis fi ulumil Quran

Djalal, Abdul. urgensi Tafsir Maudlui pada masa kini. kalam mulia.

Jakarta. 1990 hal. 67

Al-Aridl, Ali Hasan. sejarah dan metodologi Tafsir. Rajawali Pers.

Jakarta. 1992 hal 63

Dr. Hay Al-Farmawy, Abd. Al-Bidayah fi Al-Tafsir Al-Maudhu’ry

(mesir maktabah Al-Jumhuriah. 1977) hal. 17-20

As-Suyuthi, op. Cit., hlm. 183


Al-salih, Subhi. Mabahits fi Ulum Al-Quran (Dar Al-Ilm.li Almalayin.

1974 ). hlm. 293

Al-Sabuny, M Ali. Op. cit hlm. 157 ; Az-Dzahaby, hlm. 256 ; As-

suyuthi. hlm 179-180

Anda mungkin juga menyukai