Anda di halaman 1dari 12

DISKURSUS TAFSIR DAN TAKWIL

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Madzahib Wa Manahij Mufassirin
Dosen Pengampu : Muhammad Uzaer Damairi, M,TH. I,

Disusun oleh :
Diva Nurul Rahma K. U20181099
Wardatus Sholihah U20181005
Lubnatul Alawiyah U20181029

ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
SEPTEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penyusun memanjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya. Sehingga penyusun mampu
menyelesaikan makalah mengenai Diskursus Tafsir dan Takwil.
Makalah ini telah selesai disusun semaksimal mungkin dengan bantuan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penyusun menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari seutuhnya bahwa masih jauh
dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, penyusun secara terbuka menerima segala masukan dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah
ini sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.
Akhir kata kami penyusun mengucapkan terimakasih, semoga bermanfaat
bagi para pembaca.

Jember, September 2019

Pemakalah
DAFTAR ISI

Daftar Isi
Kata Pengantar
BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan

BAB II. Pembahasan


A. Definisi Tafsir dan Takwil
B. Perbedaan antara Tafsir dan Takwil
C. Syarat-syarat Takwil
BAB III. Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Dalam referensi keislaman akan kita jumpai beragam tulisan tentang Al-
Qur’an, ada buku tentang terjemahan Al-Qur’an dalam berbagai bahasa di dunia ini,
ada Tafsir Al-Qur’an yang disusun oleh mufassirin seperti Tafsir Al-Manar, Ibnu
Katsir, dsb. Masing-masing mufassirin membahas isi kandungan Al-Qur’an dari
berbagai sudut pandang yang luas dan rinci. Ada pula kamus Al-Qur’an yang
memberikan kemudahan bagi kaum muslimin mempermudah mencari ayat-ayat Al-
Qur’an yang diperlukan.
Al-Qur’an itu adalah firman Allah SWT, pedoman hidup bagi kaum muslimin
dalam menjalankan ibadah dan keagamaan, serta perjalanan hidup yang telah
disyari’atkan. Di dalam Al-Qur’an terdapat isi kandungan tiap surat, asbabun nuzul,
munasabah dsb. Sehingga dalam pemaparan Al-Qur’an kita dapat menemukan
banyak istilah-istilah yang amat perlu dijelaskan makna dan takwilnya sebagai acuan
bagi pembaca dalam memahami isi kandungan Al-Qur’an, agar tidak salah dalam
memahami kandungannya.
B. RumusanMasalah
1. Bagaimana definisi tafsir dan takwil ?
2. Jelaskan perbedaan antara tafsir dan takwil ?
3. Apa syarat-syarat takwil ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui definisi tafsir dan takwil
2. Memahami perbedaan antara keduanya
3. Mengetahui syarat-syarat takwil
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Tafsir dan Takwil


Tafsir berasal dari kata ‫ الفسر‬artinya menjelaskan dan mengupas makna,
pembalikan dari kata ‫ السفر‬diambil dari kata ‫ أصبح السفر‬pagi telah jelas (jika telah ada
cahaya). Atau bahkan ‫ التفسيرة‬yaitu semacam alat dokter untuk mengetahui penyakit.1
Dengan demikian tafsir sepanjang pengertian yang di berikan oleh bahasa.
Berarti, "mengungkapkan sesuatu yang halus "dan" menjelaskan makna sesuatu yang
dapat difikirkan". Arti yang kedua inilah yang erat hubungannya dengan tafsir al
qur'an.
Dari segi istilah dapat dikemukakan beberapa definisi :

‫علم يبحث به كيفية النطق بألفاظ القرآن ومدلوال هتا وأحكا مها اِأل فرادية والرتكيب ومعا نيها اليت‬

‫حُت مل عليها حالة الرتكيب وتتمات لذلك‬


Artinya : tafsir adalah pengetahuan yang membahas bagaimana caranya
melafadzkan lafadz lafadz "al Quran" membahas sesuatu yang ditunjuk
oleh lafadz itu. Hukum hukumnya pada waktu dia menjadi kalimat
tunggal dan waktu berada pada susunan kalimat, makna makna yang di
kandungnya dan menyempurnakannya.2

Abu Hayyan mendefinisikan tafsir sebagai “Ilmu yang membahas tentang cara
pengucapan lafadz lafadz Al-Qur’an, indikator indikatornya, masalah hukum
hukumnya baik yang independen maupun yang berkaitan dengan yang lain, serta
tentang makna maknanya yang berkaitan dengan kondisi struktur lafadz yang
melengkapinya”.3
Definisi di atas jelas mengartikan tafsir dari sudut yang dikehendaki oleh apa
saja yang mencakup masalah qiroat ( pengucapan lafadz al-quran). Logat (bahasa),

1
Farikh Marzuri Ammar. Imam Fauzi Ja’iz. Samudera Ulumul Qur’an. BIna Ilmu. Jilid IV. Surabaya.
Hlm 237.
2
UII. Mukaddimah Al-Quran dan Tafsirnya. Dana Bhakti Wakaf. Yogyakarta.1990. Hlm, 48.
3
Aunur Rofiq Al-Mazni. Pengantar Studi al-Quran. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta Timur. 2017. Hlm. 409
nahwu ( gramatika), sastra, badi’, bayan, majaz, dan di tambah dengan soal-soal
asbabun nuzul, nasikh mansukh dan lain-lain.
Kata Dr.Az Zahaby merumuskan sebagai berikut :

‫علم يبحث عن مراداهلل تعاىل بقدر الطا قة البشر ية فهو شامل لكل ما يتو قف عليه فهم املعىن وبيان‬

‫املراد‬
Artinya : pengetahuan yang membahas maksud-maksud Allah yang
terkandung dalam Al-Qur’an sesuai dengan kemampuan manusia, maka
dia mencukupkan sekalian (pengetahuan) untuk memenuhi makna dan
penjelasan dari maksud (Allah) itu.4

Definisi inilah barangkali yang lebih umum dan mencakup segala aspek
pengetahuan apa saja yang dapat dimanfaatkan dalam rangka memahami maksud
maksud yang terkandung dalam kitab suci Alquran. Dengan demikian tafsir tidak
hanya terbatas pada pengetahuan tentang bahasa alquran, asbabun nuzul, Nasikh
mansukh. Melainkan juga segala apa yang dihasilkan oleh akal pikiran manusia baik
pengetahuan bidang sosial maupun ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan untuk
menggali pengertian pengertian yang terdapat dalam kitab suci Alquran.
Sedangkan takwil berasal dari kata ‫ألول‬
ّ ‫ ا‬artinya kembali seolah maknanya
adalah mengembalikan sebuah ayat kepada ayat-ayat yang dikandungnya. Ada juga

yang beranggapan ‫الإليالة‬ pengendalian, seolah-olah orang mentakwilkan

mengambalikkan pembicaraan menempatkan makna pada tempatnya.5 Al-Qaththan


dan Al-Jurjani berpendapat bahwa arti takwil menurut lughat adalah “al-ruju’ ila al
ashl” (berarti kembali pada pokoknya). Sedangkan arti bahasanya menurut Az-
Zarqani adalah sama dengan arti tafsir.

Adapun takwil menurut istilah terdiri dari beberapa pendapat:


4
UII. Mukaddimah Al-Quran dan Tafsirnya. Dana Bhakti Wakaf. Yogyakarta. 1990. Hlm, 49.
5
Farikh Marzuri Ammar. Imam Fauzi Ja’iz. Samudera Ulumul Qur’an. BIna Ilmu. Jilid IV. Surabaya.
Hlm 237
Menurut Al-Jurzani :6

‫صرف اللفظ عن معناه الظا هر إىل معناه الظاهر حيتمله إذا كان احملتمل الذي يراه موافقا بالكتاب‬

‫والسنة‬
Artinya : memalingkan suatu lafadz dari makna lahirnya terhadap makna
yang dikandungnya, apabila makna alternative yang dipandangnya
sesuai dengan ketentuan al-Kitab dan As-Sunnah.

Dalam Al - Qur’an sendiri kata-kata takwil mempunyai beberapa arti, misal:7

‫فأما الذين ىف قلوهبم زيغ فيتبعون ماتشابه منه إبتغاء الفتنة وابتغاء تأويله‬
ّ
Artinya: Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada
kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang
mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan mencari-cari takwilnya.
(Q.S.Ali-Imran:7)

Kata takwil disini berarti interpretasi sendiri.

‫فردوه إىل اهلل والرسول إن كنتم تؤمنون باهلل واليوم اآلخر ذلك خري و أحسن تأ‬
ّ ‫فإن تنازعتم ىف شيئ‬
‫ويال‬
Artinya: Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
(Q.S. An-Nisa’ :59)
Takwil dalam ayat diatas berarti mencari kebenaran.begitu pula dalam surat
Al A’raf 53 dan Yunus 39, takwil berarti pengabaran. Sedangkan pada surat Yusuf
ayat 6, 37, 44, 45, 100 semua perkataan takwil berarti ta’bir mimpi. Sedangkan dalam
pengertian ulama tafsir, takwil berarti:8

6
Rosihon Anwar. Ulumul Al-Quran. Penerbit Pustaka Setia. Bandung. 2015. Hlm. 211.
7
UII. Mukaddimah Al-Quran dan Tafsirnya. Dana Bhakti Wakaf. Yogyakarta. Hlm. 43
8
Ibid Hlm.3
a. Menerangkan atau menjelaskan apa yang terdapat dalam kalimat baik ia
bersesuaian dengan teksnya atau berlainan. Dalam hal ini takwil adalah sinonim
dari tafsir.
b. Memalingkan makna ayat kepada makna yang lebih kuat dari makna yang
tampak saja.seperti mengalihkan pengertian “membelenggu tangan ke leher”
kepada “kikir” atau merentangkan tangan kepada “pemurah” sebagaimana
bunyi ayat surat Al Isra’ ayat 29 diatas. Dalam hal ini takwil hampir samai
pengertiannya dengan terjemah tafsiriah.

B. Perbedaan Tafsir dan Takwil


Para ulama berbeda pendapat tentang perbedaan antara keduanya. Berdasarkan
pada pembahasan di atas tentang makna tafsir dan takwil. Kita dapat menyimpulkan
pendapat terpenting diantaranya : 9
1. Apabila kita
berpendapat, takwil adalah menafsirkan perkataan dan menjelaskan
maknanya, maka tafsir dan takwil adalah dua kata yang berdekatan atau
sama maknanya.
2. Apabila kita
berpendapat bahwa takwil adalah esensi yang dimaksud dari suatu
perkataan, maka takwil dari thalab (tuntunan) adalah esensi perbuatan
yang dituntut itu sendiri, dan takwil dari khabar adalah esensi sesuatu
yang diberitakan. Atas dasar ini maka perbedaan antara keduanya cukup
besar, sebab tafsir merupakan syarah dan penjelasan bagi suatu perkataan
dan penjelasan ini berada dalam pikiran dengan cara memahaminya dan
dalam lisan dengan ungkapan yang menunjukkannya, sedangkan takwil
ialah esensi sesuatu yang berada dalam realita.
3. Dikatakan, tafsir
adalah apa yang jelas dalam Kitabullah atau tertentu (pasti) dalam Sunnah

9
Aunur Rofiq Al-Mazni. Pengantar Studi al-Quran. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta Timur. 2017. Hlm. 412-
413
yang shohih karena maknanya telah jelas. Sedang takwil adalah apa yang
disimpulkan para ulama mengatakan “Tafsir apa yang berhubungan
dengan riwayat sedang takwil apa yang berhubungan dengan dirayat”.
4. Dikatakan pula,
tafsir lebih banyak digunakan dalam menerangkan lafadz makna dan
susunan kalimat.

C. Syarat-syarat Takwil
Para ulama sepakat pada suatu prinsip bahwa suatu teks Al-Qur’an harus
dipahami sesuai lahiriahnya serta dibenarkan dengan dalil. Menurut al-Syatibi suatu
takwil dapat diterima apabila memenuhi 2 syarat, yaitu :
1. Makna yang dipilih harus sesuai dengan hakikat kebenaran
berdasarkan paham bidangnya.
2. Makna yang dipilih itu telah dikenal oleh bahasa Arab klasik.
Namun berbeda dengan Abu Zahrah yang tidak hanya mengisyaratkan dalam
bahsa Arab saja, tetapi harus ada pegangan kuat beserta dalil. Menurutnya, ada 3
syarat takwil yang harus dipenuhi untuk kebolehan penakwilan ayat-ayat Al-Qur’an :
1. Lafadz yang ditakwil harus muhtamil (mempunyai kemungkinan arti
lain), asalkan bukan makna gharib (asing).
2. Takwil diterapkan ketika lahiriah suatu teks al-Qur’an bertentangan
dengan kaidah-kaidah umum yang sudah berlaku.
3. Takwil harus mempunyai sandaran kuat berupa sanad (dalil).
Sedangkan Wahbah Al-Zuhaily mengemukakan 4 syarat, yaitu :
1. Lafadnya yang menerima takwil.
2. Takwil harus disertai dengan dalil yang kuat daripada mana lahiriah.
3. Takwil tersebut harus merupakan salah satu makna yang dipalingkan
maknanya.
4. Orang yang mentakwil harus otoritas dan kompetensi.
Sehingga terkumpulnya beberapa pendapat dari ulama-ulama kita yang tidak
saling bertentangan, namun dapat justru melengkapi satu sama lain. Sehingga
terkumpulnya 5 komponen yang harus ada ketika melakukan takwil : 10
1. Lafadz ini harus bisa menerima takwil (muhtamil).
2. Makna ini tidak terlepas dari makna lahiriah itu sendiri dan sudah
dikenal dalam bahasa Arab.
3. Dalil ini membuat lebih kuat dari pada makna lahiriahnya.
4. Orang yang mentakwil. Dan ini harus ahlinya.
5. Waktu. Takwil dilakukan ketika lahiriah suatu teks kelihatan
bertentangan dengan kaidah agama lainnya.

10
https://www.referensimakalah.com/2012/07/syarat-takwil-yang-dapat-diterima-dan.html?m1
BAB III
KESIMPULAN

Tafsir berasal dari kata ‫ الفسر‬artinya menjelaskan dan mengupas makna,


pembalikan dari kata ‫ السفر‬diambil dari kata ‫ الصبحأسفر‬pagi telah jelas (jika telah ada
cahaya). Atau bahkan ‫ التفسيرة‬yaitu semacam alat dokter untuk mengetahui penyakit.
Sedangkan takwil berasal dari kata ‫ األوّل‬artinya kembali seolah maknanya
adalah mengembalikan sebuah ayat kepada ayat-ayat yang dikandungnya. Ada juga
yang beranggapan ‫الإليالة‬ pengendalian, seolah-olah orang mentakwilkan
mengambalikkan pembicaraan menempatkan makna pada tempatnya.
Apabila kita berpendapat, takwil adalah menafsirkan perkataan dan
menjelaskan maknanya, maka tafsir dan takwil adalah dua kata yang berdekatan atau
sama maknanya. Namun, kenyataannya keduanya berbeda. Tafsir menerangkan
makna lafadz yang tak menerima selain dari satu arti., sedang takwil menetapkan
makna yang dikehendaki suatu lafadz yang dapat menerima banyak makna karena
ada dalil-dalil yang mendukungnya.
Adapun syarat takwil sesuai dengan beberapa pendapat ulama ialah :
1. Lafadz ini harus bisa menerima takwil (muhtamil).
2. Makna ini tidak terlepas dari makna lahiriah itu sendiri dan sudah dikenal
dalam bahasa Arab.
3. Dalil ini membuat lebih kuat dari pada makna lahiriahnya.
4. Orang yang mentakwil. Dan ini harus ahlinya. Waktu. Takwil dilakukan
ketika lahiriah suatu teks kelihatan bertentangan dengan kaidah agama
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ammar, Marzuqi, Farikh. Ja’iz, Fauzi, Imam. Samudera Ulumul Qur’an. Jilid 4.
Imam Jalaluddin As-Suyuthi. Terjemah Al-Itqan fi Ulumul Qur’an. Surabaya :
PT. Bina Ilmu.
El-Mazni. Rafiq. Aunur. 2017. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Al-Qathan, Manna.
‫مباحث فى علوم القرآن‬. Jakarta Timur : Pustaka Kautsar.
Universitas Islam Indonesia. Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya. Yogyakarta :
Dana Bhakti Wakaf.
Halimuddin. Pembahasan Ilmu Al-Qur’an. Jilid 2. Al-Qathan, Manna. ‫مباحث فى علوم‬
‫ القرآن‬. Jakarta : Rineka Cipta.
https://www.referensimakalah.com/2012/07/syarat-takwil-yang-dapat-diterima-dan.html?
m1
Anwar, Rosihon. 2015. Ulum Al-Quran. Bandung : Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai