PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Al-Qur’an itulah sumber tasyri’ pertama bagi umat Islam. Karena itu
orang Islam harus memahami artinya, mengetahui rahasianya, dan mengamalkan
isi Al Qur’an itu untuk mendapatkan kebahagiaan hidup dunia akhirat. Tidak
semua orang itu dapat memahami lafaz-lafaz dan ibarat-ibarat, disamping
menjelaskan keterangan ayat-ayatnya itu. Cara dan kemampuan berpikir orang itu
berlain-lainan mengenai suatu hal. Pada umumnya orang itu hanya memikirkan
arti-artinya yang kelihatan saja memikirkan ayat-ayat Al-Quran itu hanya secara
global. Oleh karena itu, maka al-Qur’an tersebut harus dipelajari dengan
mendalam. Untuk mempelajari makna al-Qur’an secara mendalam, tidak cukup
hanya dengan mengandalkan al-Qur’an terjemahan saja. Pada faktanya, banyak
orang telah menghabiskan waktu hidupnya untuk mengkaji al-Qur’an guna
memahami maknanya.
1
Untuk memahami maknanya ada beberapa ilmu yang digunakan dalam
mempelajari pengkajian al-Qur’an secara mendalam, diantaranya ilmu Tafsir,
Ta’wil, dan Tarjamah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan Tafsir?
2. Bagaimana sejarah perkembangan Tafsir?
3. Apa saja macam-macam Tafsir?
4. Apakah yang dimaksud dengan Takwil dan pembagiannya?
5. Apakah pengertian dari Tarjamah?
6. Bagaimana sejarah perkembangam Tarjamah?
7. Apa saja macam-macam Tarjamah?
8. Apakah perbedaan Tafsir, Takwil dan Tarjamah?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian Tafsir
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan Tafsir
3. Untuk mengetahui macam-macam Tafsir
4. Untuk mengetahui pengertian Takwil dan pembagiannya
5. Untuk mengetahui pengertian Tarjamah
6. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Tarjamah
7. Untuk mengetahui macam-macam Tarjamah
8. Untuk mengetahui perbedaan Tafsir, Takwil dan Tarjamah
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Tafsir
A. Pengertian Tafsir
Tafsir ialah dari ilmu-ilmu syari’at yang paling mulia dan paling tinggi. Ia
adalah ilmu yang paling mulia, sebagai judul, tujuan, dan kebutuhan, karena
judul pembicaraan ialah kalam atau wahyu Allah SWT yang jadi sumber segala
hikmah dan sumber segala keutamaan. Selanjutnya; bahwa yang menjadi
tujuannya ialah berpegang pada tali Allah yang kuat dan menyampaikan kepada
kebahagiaan yang hakikat atau sebenarnya. Sesungguhnya makin terasa
kebutuhan padanya ialah, karena setiap kesempurnaan agama dan dunia, haruslah
sesuai dengan ketentuan syara’. Ia sesuai bila ia sesuai dengan ilmu yang terdapat
dalam kitab Allah SWT.1
1
Drs.H.Kahar Masyur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, cetakan 1, Rineka Cipta, Jakarta,
1992, hlm 163.
2
Dr.Rosihon Anwar. M.Ag, Ilmu Tafsir, cetakan 3, Pustaka Setia, Bandung, 2005, hlm
139.
3
Mana’ul Quthan, Mahabits fi ‘Ulumil Qur’an, cetakan 2, Rineka Cipta, Jakarta, 1995,
hlm 164.
3
Artinya: “tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (sesuatu) yang
ganjilmelainkan kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang
paling baik penjelasannya (Q.S. Al-Furqaan 25:33)
Tafsir pada hakikatnya adalah menjelaskan lafazh yang sukar dipahami oleh
pendengar dengan mengemukakan lafazh sinonimnya atau makna yang
mendekatinya, atau dengan jalan mengemukakan salah satu dilalah lafazh
tersebut.
d. Menurut Az-Zarkasyi
Tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan makna-
makna kitab Allah yang diturunkan kepada nabi-Nya, Muhammad SAW.,
serta menyimpulkan kandungan-kandungan hukum dan hikmahnya.
4
Dr.Rosihon Anwar. M.Ag, Ilmu Tafsir, cetakan 3, Pustaka Setia, Bandung, 2005, hlm
141.
4
suatu hasil usaha tanggapan, penalaran, dan ijtihad manusia untuk
menyingkap nilai-nilai samawi yang terdapat didalam Al-Qur’an.
Artinya: “Dan kami tidak mengutus seorang Rasulpun melainkan dengan bahasa
kaumnya, supaya dia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka
itu”.(Q.S.Ibrahim 14:4)
Kitab yang diturunkan itu adalah dengan bahasa Nabi dan kaumnya.
Bahasa Muhammad sehari-hari adalah bahasa Arab. Al-Qur’an itu diturunkan
dalam bahasa Arab. Dengan demikian maka kata-kata yang diucapkan oleh Nabi
adalah muhkam. Allah berfirman dalam Al-Qur’an. Artinya:”Sesungguhnya kami
menurunkan Al-Qur’an itu dalam bahasa Arab, agar kamu memahaminya”.
(Q.S.Yusuf 12:2).
5
Mana’ul Quthan, Mahabits fi ‘Ulumil Qur’an, cetakan 2, Rineka Cipta, Jakarta, 1995,
hlm 174.
5
memberi peringatan. Dengan bahasa Arab yang jelas”.(Q.S.As-syu’ara 26: 192-
195).
Ada orang yang mengatakan lafaz kiflaini (dua bagian) di sini ialah berlipat ganda
dalam bahasa Habsyi. Ada firman Allah yang berbunyi.
Nasyi-ah itu bahasa Habsyi yang berarti seseorang itu berdiri malam hari. Ada
firman Allah yang berbunyi.
Ada yang mengatakan bahwa lafaz awwibiy itu juga berasal dari bahasa
Habsyi.Ada firman Allah yang berbunyi.
6
Artinya: “Batu-batu dari sijil (tanah yang terbakar)”. (Q.S.Hud 11:82).
Ada orang yang mengatakan bahwa sijil itu adalah bahasa Persi yang telah di
Arabkan.
6
Mana’ul Quthan, Mahabits fi ‘Ulumil Qur’an, cetakan 2, Rineka Cipta, Jakarta, 1995,
hlm 176.
7
Artinya: “Dan kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar kamu menerangkan
kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka, dan supaya
mereka memikirkannya”. (Q.S.An-nahl 16:44).
7
Drs.H.KaharMasyur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, cetakan 1, Rineka Cipta, Jakarta,
1992, hlm 164.
8
memikul aku dan langit mana yang dapat menaungi aku, bila aku
mengatakan mengenai kitab Allah sesuatu yang tidak aku ketahui?”
Ibnu Abas menceritakan, “Dahulu saya tidak tahu apakah maksud:
Faathiris samaawaati, sehingga minta dikisaslah kepada saya dua orang
Arab dusun mengenai suatu sumur. Salah seorang mereka mengatakan
“sayalah yang menfatarnya”, maksudnya ialah: saya yang memulainya.
Dengan demikian, maka Ibnu Abas baru paham, bahwa faathir itu ialah
yang mula-mula menciptakan. (KM)(Hr.Bukhari dalam buku Al-adab).
Rasul SAW pernah menafsirkan bagi mereka sebagian kata-kata dalam
ayat-ayat Al-Qur’an. Bukhari menceritakan dari ‘Uqbah bin ‘Amir, bahwa
dia mendengar Rasul SAW berpidato di atas mimbar : surat Al-Anfaal: 60,
yaitu :
Siagakah bagi mereka (Umat Islam) apapun yang kamu sanggupi, berupa
kekuatan.
Beliau terangkan, bahwa yang dimaksud ialah arramyu atau kepandaian
melontarkan sesuatu alat atau senjata perang.
Rasul pernah pula menerangkan apakah alkawtsar dalam Surat Alkawtsar:
yang dimaksud dengannya ialah telaga kawtsar beliau dalam syurga.
8
Drs.H.KaharMasyur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, cetakan 1, Rineka Cipta, Jakarta,
1992, hlm 166.
9
Apa-apa yang mereka dengar dari tokoh-tokoh Ahli kitab yang telah
masuk Islam dan baik Islam mereka.
C. Macam-Macam Tafsir
Macam-macam tafsir terbagi menjadi dua, yaitu: (1) macam-macam tafsir
berdasarkan sumber-sumbernya, dan (2) macam-macam tafsir berdasarkan
metodenya.9
1. Macam-macam Tafsir berdasarkan sumbernya
a. Tafsir bi Al-Ma’tsur
Ada empat otoritas yang menjadi sumber penafsiran bi al-ma’tsur.
Al-Quran yang dipandang sebagai penafsir terbaik terhadap Al-Quran
sendiri.
Otoritas hadis Nabi yang memang berfungsi, diantaranya, sebagai
penjelas (mubayyin) Al-Qur’an.
Otoritas penjelasan sahabat yang dipandang sebagai orang yang banyak
mengetahui Al-Qur’an.
Otoritas penjelasan yang disampaikan secara lisan oleh Tabi’in
9
Dr.Rosihon Anwar. M.Ag, Ilmu Tafsir, cetakan 3, Pustaka Setia, Bandung, 2005, hlm
143.
10
Adz-Dzahabi mencatat kelemahan-kelemahan tafsir bi al-ma’tsur, yaitu:
b. Tafsir bi ar-ra’yi
Kemunculan tafsir bi ar-ra’yi dipicu pula oleh hasil interaksi umat Islam
dengan peradaban Yunani yang banyak menggunakan akal. Oleh karena itu,
dalam tafsir bi ar-ra’yi ditemukan peranan akal yang sangat
dominan.Mengenai keabsahan tafsir bi ar-ra’yi, pendapat ulama terbagi
dalam dua kelompok. (1) Kelompok yang melarangn dan (2) kelompok yang
mengizinkan.
c. Tafsir al-Isyari
11
setiap orang, kecuali orang-orang yang telah dibukakan hatinya oleh Allah
SWT.
Contoh bentuk penafsiran secara Isyari antara lain adalah pada ayat
Metode tafsir ini telah ada sejak masa para sahabat Nabi, sejak
zaman klasik dan zaman pertengahan. Pada mulanya tafsir Tahlili terdiri
atas beberapa bagian ayat saja, kadang kala mencakup penjelasan
mengenai kosa katanya. Dalam perkembangan selanjutnya, para ahli
tafsir merasakan kebutuhan untuk menafsirkan AL Quran seluruhnya.
12
sistematikanya mengikuti urutan surah-surah Al Quran, sehingga makna-
maknanya dapat saling berhubungan.
c. Metode Muqarran
d. Metode Madlui
2.2. Takwil
A. Pengertian Takwil dan pembagiannya
13
yaitu apa yang dimaksud.Terbagi dua yaitu,insyak dan ikhbar.Salah satu
yang termasuk insyak adalah amr (kalimat perintah).
“Mahasuci Engkau ya Allah dan segala puji untuk Engkau ya Allah Tuhan
kami ampunilah aku.”
Takwil ikhbar yaitu sesuatu yang diberitakan. Seperti firman Allah yang
berbunyi:
14
melupakannya sebelum itu. Sesungguhnya telah dating Rasul-Rasul Tuhan kami
membawa yang hak maka adalah bagi kami atau dapatkan bagi kami
dikembalikan kedunia,sehingga kami dapat beramal yang lain dari yang pernah
kami amalkan?” (Q.S.Al-A’raf[7]:52-53).
Dalam ayat ini Allah menceritakan Dia telah menjelaskan kitab, dan
mereka tidak menunggu-nunggu kecuali takwil-Nya yaitu datangnya apa yang
diberitakan Quran akan terjadi,seperti hari kiamat dan tanda-tandanya serta segala
apa yang ada di akhirat berupa buku catatan amal(suhuf),neraca
amal(mizan),surga,neraka dan lain sebagainya. Maka pada saat itulah mereka
mengatakan: “Sungguh telah datang Rasul-Rasul Tuhan kami membawa yang
hak,maka adakah bagi kami pemberi syafaat yang akan memberikan syafaat
kepada kami,atau dapatkah kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami dapat
beramal yang lain dari yang pernah kami amalkan?”
Kedua,takwilul kalam dalam arti menafsirkan dan menerangkan
artinya.Pengertian inilah yang dimaksud oleh Ibn Jarir at-Tabari dalam tafsirnya
dengan kata-kata:”pendapat tentang ‘takwil’ firman Allah ini begini dan
begitu…” dan kata-kata:” Ahli ’takwil’ berbeda pendapat tentang ayat ini”.Jadi
yang dimaksud dengan kata “takwil” di sini adalah tafsir.Inilah arti takwil
menurut ulama salaf.10
Takwil menurut pengertian mutakhir yaitu memutar lafaz dari anti yang
kuat kepada arti yang dikuatkan dengan dalil yang dikaitkan kepadanya. Istilah ini
tidak disepakati.
Ringkasnya, pengertian takwil dalam penggunaan istilah adalah suatu
usaha untuk memahami lafaz-lafaz (ayat-ayat) Al-Quran melalui pendekatan
memahami arti atau maksud sebagai kandungan dari lafaz itu. Dengan kata lain,
takwil berarti mengartikan lafazh dengan beberapa alternatife kandungan makna
yang bukan makna lahiriahnya, bahkan penggunaan secara masyhur kadang-
kadang diidentikan dengan tafsir.
10
Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Pustaka Litera Antarnusa, Bogor,
2009, hlm 457-460
15
Sasaran takwil pada lazimya menyangkut ayat yang mutasyabihat atau
ayat-ayat yang mempunyai sejumlah kemungkinan makna yang
dikandungnya.Dalam Al-Akhlak wal Wajibat, Al-Maghraby mengemukakan:
”Adapun takwil ialah bahwa ayat mempunyai sejumlah kemungkinan makna yang
dikandungnya. Maka ketika engkau sebutkan makna demi makna kepada
pendengar, ia menjadi ragu-ragu tidak tahu mana yang harus dipilihnya. Karena
itu takwil lebih banyak digunakan untuk ayat-ayat mutasyabihat”.11
Ayat-ayat mutasyabihat ialah ayat-ayat yang tidak terang maknanya.
Menurut ulama mutakallimin adalah ayat-ayat yang di dalamnya disebutkan Dzat
atau Sifat Allah SWT. Kebalikan ayat ini adalah ayat Muhakamat yakni ayat-ayat
yang telah terang maknanya dan tegas pengertian yang dimaksudnya.
Ta’wil menurut golongan mutaakhirin adalah memalingkan makna lafadz
yang kuat (rajih) kepada makna yang lemah karena ada dalil menghendakinya.
Takwil semacam ini banyak digunakan oleh kebanyakan ulama mutaakhirin,
dengan tujuan untuk lebih memahasucikan Allah SWT keserupaaannya dengan
makhluk seperti yang mereka sangka. Dugaan ini sungguh bathil karena dapat
menajtuhkan mereka dalam kekhawatiran yang sama dengan apa yang mereka
takuti, atau bahkan lebih dari itu. Misalnya aliran mu’tazilah yang menafsirkan
ayat-ayat yang memberikan kesan bahwa Tuhan bersifat jasmani secar teoritis.
Dengan kata lain, ayat-ayat alqur’an yang menggambarkan bahwa Tuhan bersifat
jasmani diberi takwil oleh muktazilah dengan pengertian yang layak bagi
kebesaran dan keagungan Allah. Seperti, kata ‘istawa’dalam surat Thaha ayat 5
ditakwilkan dengan al istila wa al ghalabah (menguasai dan mengalahkan), kata
aini ditakwilkan dalam surat Thaha ayat 39 ditakwilkan dengan
‘ilmi’(pengetahuan). Kata yad dalam surah shad ayat 75 ditakwilkan dengan al
quwwah atau al qudrah. Ayat-ayat alquran yang dijadikan sandaran dalam
mendukung pendapat di atas adalah ayat 103 surah al-an’am ayat 23 surah al
qiyamah. Hal semacam ini mengandung kontradiktif, seperti kata yad ditakwilkan
dengan kekuasaan, karenamemaksa mereka untuk menetapkan sesuatu makna
11
RidhaEka Rahayu. 2014. Ulumul Quran, (http://kumpulanmakalah-makalah-agama-
islam.blogspot.co.id/2014/03/Ulumul-Quran-ilmu-Tafsir-takwil-dan-terjemah.html)
diakses pada 15 Oktober 2016
16
yang serupa dengan makna yang mereka sangka harus ditiadakan, mengingat
makhlukpun mempunyai kekuasaan.
2.3. Tarjamah
A. Pengertian Tarjamah
Tarjamah berasal dari bahasa Arab yang artinya “salinan dari sesuatu
bahasa ke bahasa lain” atau berarti mengganti, menyalin dan memindahkan
kalimat dari suatu Bahasa ke Bahasa lain.12
Kata Tarjamah, yang dalam bahasa Indonesianya biasa kita sebut
dengan Terjemah, secara etimologi mempunyai beberapa arti:
Menyampaikan suatu ungkapan pada orang yang tidak tahu
Menafsirkan sebuah ucapan dengan ungkapan dari bahasa yang sama
Menafsirkan ungkapan dengan bahasa lain
Memindah atau mengganti suatu ungkapan dalam suatu bahasa ke dalam
bahasa yang lain
Adapun yang dimaksud dengan tarjamah Al-Quran adalah seperti
yang dikemukakan oleh Ash-Shabuni:
“Memindahkan Al-Quran kepada Bahasa lain yang bukan Bahasa Arab
dan mencetak terjemah ini ke dalam beberapa naskah agar dibaca orang
yang tidak mengerti Bahasa Arab sehingga ia dapat memahami kitab Allah
SWT.dengan perantara terjemahan ini.”13
12
Prof. Dr. Rosihon Anwar, M. Ag., Ulum Al-qur’an, Pustaka Setia, Bandung, 2007, hlm
212
13
Dessy Wulandari. 2014.Materi Terjemah,(http://mega-kumpulan-kumpulan-
makalah.blogspot.co.id/2014/03/Kumpulan-makalah-makalah-ulumul-Qur'an.html)
diakses pada 15 oktober 2016.
17
Prof. W. Montgomery Watt dalam bukunya bell’s Introduction to
the Quran (Islamic Surveys 8), menyebutkan bahwa pertanda dimulainya
perhatian Barat terhadap study Islam adalah dengan kunjungan Peter the
Venerable, Abbot of Clugny ke Toledo, pada abad kedua belas, diantara
usahanya adalah menerbitkan serial keilmuan untuk menandingi kegiatan
intelektual Islam saat itu, terutama di Andalus. Sebagai bagian dari
kegiatan tersebut adalah menterjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Latin
yang dilakukan oleh Robert of Ketton (Robertus Retanensis), dan selesai
pada juli 1143.
Abad Renaissance di Barat memberi dorongan lebih besar untuk
menerbitkan buku-buku Islam, pada awal abad keenam belas buku-buku
Islam banyak diterbitkan, termasuk penerbitan Al-Quran pada tahun 1530
di Venica dan terjemah Al-Quran kedalam bahasa Latin oleh Robert of
Ketton tahun 1543 di Basle, dengan penerbitnya Bibliander. Dari
terjemahan bahasa Latin inilah, kemudian Al-Quran diterjemahkan ke
dalam berbagai bahasa Eropa.
Al-Quran juga diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa selain
Eropa, seperti Afrika, Persia, Turki, Urdu, Tamil, Pastho, Benggali,
Jepang dan berbagai bahasa di kepulauan Timur, tidak ketinggalan pula
Al-Quran juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, pada
pertengahan abad ketujuh belas, Abdul Ra’uf fansuri, seorang ulama dari
Singkel, Aceh, menterjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Melayu, walau
mungkin terjemahan itu ditinjau dari sudut ilmu bahasa Indonesia modern
belum sempurna, namun, pekerjaan itu adalah berjasa besar sebagai
pekerjaan perintis jalan; hingga pada saat ini, kita bisa mendapatkan
berbagai terjemahan Al-Quran dalam bahasa Indonesia dengan sangat
mudah dan bermacam-macam versi.
18
C. Macam-macam Tarjamah
Tarjamah terbagi menjadi dua macam
1. Tarjamah Harfiyah atau Tarjamah Lafdhiyah.
Pengertian Tarjamah Harfiyah adalah memindahkan (suatu isi
ungkapan) dari satu bahasa ke bahasa yang lain, dengan
mempertahankan bentuk atau urutan kata-kata dan susunan kalimat
aslinya atau mengalihkan lafaz-lafaz dari satu bahasa ke dalam lafaz-
lafaz yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan
dan tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dengan susunan dan
tertib bahasa pertama
2. Tarjamah Tafsiriyah atau Tarjamah Ma’nawiyah.
Sedangkan Tarjamah Tafsiriyah adalah menerangkan sebuah kalimat
dan menjelaskan artinya dengan bahasa yang berbeda, tanpa
memepertahankan susunan dan urutan teks aslinya, dan juga tidak
mempertahankan semua Ma’na yang terkandung dalam kalimat aslinya
yang diterjemah.
Sebagai contoh adalah رىvvؤّخ ر أخvvّد م رجًال ويvد يقvv زيBila kita artikan
dengan Tarjamah Harfiyah, maka, artinya adalah Zaid mendahulukan satu
kakinya dan mengakhirkan kaki yang satunya lagi, sedangkan bila kita
mengartikan dengan Tarjamah Tafsiriyah, maka, artinya adalah Zaid ragu-
ragu ( )يترّد دdalam mengambil keputusan, misalnya; Dalam istilah bahasa
Arab, kata mendahulukan satu kaki dan mengakhirkan kaki yang lainya,
sebagai bentuk Kinayah (Metafora) dari perasaan ragu-ragu dalam
mengambil keputusan.
Dalam menerjemahkan Al-Quran hendaknya mencakupi syarat-
syarat sebagai berikut:
Penerjemah hendaknya mengetahui dua Bahasa (Bahasa asli dan
Bahasa terjemah)
Mendalami dan menguasai uslub-uslub dan keistimewaan
Bahasa yang diterjemahkan.
19
Hendaknya sighat (bentuk) terjemah itu benar dan apabila
dituangkan kembali ke dalam Bahasa aslinya tidak terdapat
kesalahan.
Terjemahan itu harus dapat mewakili semua arti dan maksud
Bahasa asli dengan lengkap dan sempurna.
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tafsir bermakna menjelaskan maksud dan tujuan ayat-ayat Al-Quran,
baik dari sisi makna, kisah, hukum, maupun hikmah, sehingga mudah
dipahami oleh umat.
Takwil adalah memindahkan lafaz dari makna yang lahir kepada makna
lain yang juga dipunyai lafaz tersebut dan makna tersebut sesuai dengan
Alquran dan sunah. Dengan demikian, takwil berarti mengembalikan
sesuatu pada maksud yang sebenarnya, yakni menerangkan yang
dimaksud dari ayat Alquran.
Terjemah adalah memindahkan pembicaraan dari satu bahasa ke dalam
bahasa yang lain dengan mengungkapkan makna dari bahasa itu.
Tafsir menyangkut seluruh ayat, sedangkan takwil hanya berkenaan
dengan ayat-ayat yang mutasyabihat (samar dan perlu penjelasan).
Selain itu, tafsir menerangkan makna-makna ayat dengan pendekatan
riwayat, sedangkan takwil dengan pendekatan dirayat. Tafsir
menerangkan makna ayat yang terambil dari bentuk ibarat (tersurat),
sedangkan takwil dari yang tersirat (isyarat-isyarat).
B. SARAN
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak terdapat
kekurangan, baik dalam penulisan maupun keefektifan kalimat. Oleh
karena itu, bagi pembaca harap memberi saran ataupun komentar yang
membangun untuk dapat memperbaiki kekurangan pada makalah ini.
21
DAFTAR PUSTAKA
http://kumpulanmakalah-makalah-agama-islam.blogspot.co.id/2014/03/Ulumul-
Quran-ilmu-Tafsir-takwil-dan-terjemah.htmldiakses pada 15 Oktober 2016
http://mega-kumpulan-kumpulan-makalah.blogspot.co.id/2014/03/Kumpulan-
makalah-makalah-ulumul-Qur'an.htmldiakses pada 15 Oktober 2016
22