Anda di halaman 1dari 7

KAIDAH-KAIDAH DALAM MENAFSIRKAN AL-QUR’AN

Firdaus
Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin DPK. STAI Al-Furqan Makassar
Firdaus019@yahoo.com

Abstract:
This article describes the rules for interpreting the quran with a theoretical approach to
literature. Based on the results of the study obtained an understanding that interpretation is
the beginning of the word interpretation which means that the study of guidelines explains
the content of the book of God in meaning and wisdom that can be used as a lesson for
humans as servants of Allah. As well as the discussion of this interpretation becomes the
initial capital to be able to interpret the Al-quran properly and correctly in order to avoid
irregularities and errors in terms of interpreting the Qur'an. Ahmad Izzan wrote in his book
about the study of the Qur'anic interpretation rules, some of which explained the basic
principles of interpretation which included several basic principles of interpretation,
namely; a) Interpretation of the Qur'an with the Qur'an, b) Interpretation of the Qur'an with
Sunnah, c) Interpretation of the Qur'an with Qoul Shoha-bah (shohabah words), d) Tafsir
Al-Qur'an 'with Tabi'in.
Abstrak:
Artikel ini menguraikan kaidah-kaidah dalam menafsirkan al-qur‟an dengan pendekatan
teoritis kepustakaan. Berdasarkan hasil kajian diperoleh pemahaman bahwa Penafsiran
merupakan awal kata dari tafsir yang artinya adalah ilmu yang mempelajari pedoman-
pedoman menjelaskan kandungan kitab Allah secara makna dan hikmah-hikmah yang dapat
dijadikan pelajaran bagi manusia sebagai hamba Allah. Serta pembahasan tafsir ini menjadi
modal awal untuk bisa menaf-sirkan Al-qur‟an dengan baik dan benar agar terhindar dari
penyimpangan dan kekeliruan dalam hal menafsirkan Al-Qur‟an. Adapun Ahmad Izzan
menuliskan dalam bukunya tentang studi kaidah tafsir Al-Qur‟an, sebagiannya menjelaskan
tentang kaidah dasar tafsir yang menca-kup beberapa kaidah-kaidah dasar penafsiran, yaitu;
a) Tafsir Al-Qur‟an dengan Al-Qur‟an, b) Tafsir Al-Qur‟an dengan Sunnah, c)Tafsir Al-
Qur‟an dengan Qoul Shoha-bah (perkataan shohabah), d) Tafsir Al-Qur‟an dengan Tabi‟in.
Kata Kunci: Kaidah-kaidah, Menafsirkan, Al-qur‟an
I. PENDAHULUAN Sebagai sumber ajaran Islam yang
Al-Qur‟an merupakan salah satu utama al-Qur‟a diyakini berasal dari Allah
wahyu yang berupa kitab suci yang diturun- dan mutlak benar. Keberadaan al-Qur‟an
kan Allah kepada Nabi Muhammad Saw. sangat dibutuhkan oleh manusia. Di dalam
Al-Qur‟an yang berupa kalam Allah ini al-Qur‟an terdapat petunjuk hidup yang
merupakan kitab atau wahyu yang istimewa sangat dibutuhkan oleh manusia sebagai
dibandingkan dengan wahyu-wahyu yang pedoman dalam menjalani kehidupan.
lainnya. Bahkan salah satu keistimewaan- Petunjuk yang ada dalam al-Qur‟an
nya adalah tidak ada satu bacaanpun sejak memang terkesan masih bersifat umum dan
peradaban baca tulis dikenal lima ribu global, maka dari itu perlu penjabaran dari
tahun yang lalu, yang dibaca baik oleh hadits. Disamping itu, akal manusia juga
orang yang mengerti artinya, maupun oleh harus mengolah petunjuk dan hukum yang
orang yang tidak mengerti artinya.1 ada dalam al-Qur‟an, karena al-Qur‟an
diturunkan dan diperuntukkan bagi orang
1
Quraish Shihab, Lentera Al-Qur’an: kisan dan yang berakal. Sejalan dengan hal tersebut,
Hikmah Kehidupan (Bandung: PT. Mizan Pustaka, Quraish Shihab menjelaskan, al-Qur‟an
2008), hal. 21

Firdaus., Kaidah-kaidah dalam menafsirkan al-qur’an 229


sebagai wahyu, merupakan bukti kebenaran Al-Qur‟an, maka penulis kiranya meng-
Nabi Muhammad Saw. sebagai utusan anggap bahwa pembahasan kaidah-kaidah
Allah. Fungsi utamanya adalah sebagai dasar penafsiran Al-Qur‟an menarik untuk
petunjuk bagi seluruh umat manusia.2 Al- dikaji bersama dengan beberapa rumusan
Qur‟an tidak dapat dipahami hanya dengan masalah yang telah ditentukan sebagai
membaca dan menerjemahkannya saja. berikut.1) Apa pengertian penafsiran Al-
Untuk memahami al-Qur‟an diperlukan Qur‟an?. 2) Bagaimana kaidah-kaidah
ilmu penafsiran al-Qur‟an. penafsiran?
Penafsiran al-Qur‟an dilakukan sejak
II. PEMBAHASAN
masa Nabi Muhammad masih hidup sampai
masa kontemporer ini. Dan itupun tidak A. Pengertian Penafsiran Al-qur’an
berhenti sampai di sini. Al-Qur‟an walau- Penafsiran merupakan asal kata
pun dikaji sepanjang masa, tetaplah tidak dari tafsir, kata tafsir itu sendiri berdasarkan
didapat pemahaman secara sempurna. secara etimologi atau bahasa yaitu diambil
Karena itulah diperlukan berbagai ilmu dari kata fassara-yufassiru-tafsiran yang
untuk membantu dalam penafsiran al-
berarti keterangan atau penjelasan, dan
Qur‟an, karena Al-Qur‟an diturunkan dalam
mengungkapkan pengertian yang dapat
bentuk bahasa Arab yang tidak semua
dipikirkan uraian dalam bahasa Arab, kata
orang dapat memahami secara langsung
tafsir (‫ )التفسير‬berarti (‫)األيضاح والتبين‬
maknanya, maka dari itu untuk para
menjelaskan.3 Pada dasarnya tafsir ber-
mufassir perlu memperhatikan kaidah-
kaidah atau berbagai bentuk tata cara dasarkan bahasa tidak akan lepas dari
menafsirkan Al-Qur‟an dengan baik. kandungan makna al-idhah (menjelaskan),
Tafsir merupakan ilmu-ilmu syariat al-bayan (menerangkan), al-kasyf (meng-
yang paking mulia dan paling tinggi, ilmu ungkapkan), al-izhar (menampakkan), dan
yang paling mulia obyek pembahasan dan al-ibanah (menjelaskan).4 Tafsir secara
tujuan. Obyek pembahasan adalah kala- terminologi menurut Abu Hayyan adalah
mullah yang merupakan sumber segala ilmu yang membahas tentang tata cara
hikmah dan segala keutamaan. Tujuan pengucapan lafaz-lafaz Al-Qur‟an tentang
utamanya untuk dapat berpegang pada tali petunjuk-petunjuknya, hukum-hukumnya
yang kokoh dan mencapai kebahagiaan baik ketika berdiri sendiri maupun ketika
yang hakiki. Untuk mencapai tujuan utama tersusun dan makna-makna yang dimung-
hendaknya kalamullah yang menjadi kinkan baginya ketika tersusun seta hal-hal
sumber keutamaan dikaji dengan penafsiran lain yang melengkapinya.
Al-Qur‟an dengan sebaik-baiknya untuk Pandangan Az-zarkasy penafsiran
menghindari dari kekurangan dan ke- Al-Qur‟an adalah ilmu untuk memahami
keliruan dalam menyampaikan isi dari kitabullah yang diturunkan kepada
pembahasan Al-Qur‟an. Kemudian tidak Muhammad Saw, menjelaskan maknanya
mengabaikan beberapa komponen-kom- serta mengeluarkan hukum dan hikmah-
ponen yang tercakup dalam kaidah-kaidah nya.5 Sehingga ilmu tafsir bisa diartikan
penafsiran, komponen-komponen yang ada sebagai tafsir merupakan bagian dari ilmu
dalam kaidah tafsir yaitu salah satunya syari‟at yang paling mulia dan paling tinggi
adalah harus memperhatikan ketentuan- kedudukannya, karena pembahasannya
ketentuan dalam menafsirkan al-Qur‟an berkaitan dengan Kalamullah yang merupa-
serta sistematika yang ditempuh dalam kan sumber segala hikmah, serta petunjuk
menguraikan penafsiran, dan ilmu-ilmu dan pembeda dari yang haq dan bathil. Ilmu
bantu seperti ilmu bahasa Arab.
Maka dari itu, ilmu-ilmu penafsiran 3
Kahar Al-Mansur, Pokok-Pokok Ulumul
al-Qur‟an penting untuk dipahami guna Qur’an (Jakarta: PT. Rineka Cipta,1992)
dalam mengetahui kaidah-kaidah penafsiran 4
Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an (Bandung:
Pustaka Setia,2004) hal. 209
2 5
Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an Manna‟Khalil al-Qattan, Study ilmu-ilmu al-
(Bandung: Mizan Pustaka, 1994), hal.27 Qur’an, terj.(Jakarta: Halim Jaya, 2002), hal.156

230 Volume 5, Nomor 2, Juli 2019


tafsir telah dikenal sejak zaman Rasulullah Para mufassir mengingatkan agar
dan berkembang hingga di zaman modern dalam memahami atau menafsirkan ayat-
sekarang ini. Kebutuhan akan tafsir sema- ayat Al-Qur‟an seseorang harus memper-
kin mendesak lantaran untuk kesempurnaan hatikan segi-segi bahasa Al-Qur‟an serta
beragama dapat diraih apabila sesuai korelasi antarsurat tanpa mengabaikan
dengan syari‟at, sedangkan kesesuaian kaidah-kaidah kebahasaan. Orang yang
dengan syari‟at bannyak bergantung pada berbicara dan menulis tafsir Al-Qur‟an
pengetahuan terhadap Al-Qur‟an. tanpa memiliki pengetahuan yang memadai
Al-qur‟an merupakan kitab yang tentang kaidah dan aturan bahasa Arab,
sangat berpengaruh begitu luas dan men- cenderung melakukan penyimpangan dalam
dalam terhadap jiwa dan tindakan manusia. menafsirkan Al-Qur‟an dan memberikan
Ia merupakan dokumen historis yang arti etimologis, arti hakiki maupun arti
mereflesikan situasi sosial, ekonomi, ke- kiasannya. Untuk menghindari penyim-
agamaan dan politik abad 7 M. Pada saat pangan atau kesalahan penafsiran, para ahli
yang sama. Ia juga menjadi kitab petunjuk membuat kaidah-kaidah penafsiran.
(QS.2:2) dan tata aturan tindakan bagi Diantara kaidah-kaidah penafsiran
berjuta-juta manusia yang hidup di bawah yang dimaksud adalah: kaidah dasar tafsir,
naungannya, dan mencari makna kehidupan kaidah isim dan fi’il, kaidah amr dan nahi,
mereka di dalamnya. kaidah istifham, kaidah ma’rifah dan
Sehingga penafsiran Al-qur‟an dapat nakirah, kaidah mufrad dan jama’, kaidah
dimaknai sebagai upaya dalam menjelaskan tanya jawab, kaidah wujuh dan nazha’ir,
kandungan ayat-ayat Al-Qur‟an supaya kaidah dhamir, mudzakkar, mu’annats,
mudah dipahami dan dihayati makna dari kaidah syarat dan hadzf, jawabusy syarth,
setiap ayat yang diturunkan oleh Allah swt. kaidah hadzful maf’ul, kaidah redaksi
kalimat umum dan sebab khusus. Pada
B. Kaidah-kaidah Dasar Penafsiran Al- tugas makalah ini, penulis mempunyai
Qur’an batasan pembahasan yaitu hanya menjelas-
Ibnu Taimiyyah dalam Muqaddi- kan terkait ruang lingkup kaidah-kaidah
mah fi Ushulit Tafsir menyatakan bahwa: dasar tafsir.
“Jika ada orang yang bertanya: apakah jalan Berikut penjelasan kaidah – kaidah
yang terbaik untuk menafsirkan Al-Qur‟an, dasar penfasiran yang dinyatakan oleh Ibnu
jawabnya adalah menafsirkan Al-qur‟an Taimiyyah yaitu:
dengan Al-qur‟an apabila engkau tidak 1. Tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an
mendapatkan penafsirannya dalam Al-
Qur‟an, tafsirkanlah dengan sunnah, karena Sebagian dari ayat-ayat Al-Qur‟an
sesungguhnya ia memberikan penjelasan memberikan penafsiran terhadap ayat yang
lain. Penafsiran ayat-ayat Al-Qur‟an dengan
terhadap Al-Qur‟an. Apabila tidak kau
ayat lainnya tidak ada perbedaan pandangan
temukan tafsirnya dalam Al-qur‟an dan
di antara para ulama. Mereka sepakat
tidak pula dalam Sunnah, merujuklah
bahwa ada ayat Al-Qur‟an yang diturunkan
kepada perkataan-perkataan sahabat Nabi sebagian penjelasan atau kelengkapan
SAW, karena mereka paling mengetahui terhadap ayat lainnya. Sebagian ayat
sesudah Nabi Saw. Mengingat mereka menjadi lebih jelas maksudnya ketika
menyaksikan sebagian turunnya Al-Qur‟an dikaitkan dengan ayat-ayat tertentu. Ayat
dan situasi ketika ayat itu turun, serta Al-Qur‟an yang dijelaskan secara umum, di
mereka memiliki pemahaman yang benar suatu tempat dijelaskan di tempat lain
dari Nabi Saw. Apabila tidak ditemukan secara terperinci. Bagian yang belum
penafsiran dalam Al-Qur‟an dan Sunnah, dijelaskan di suatu tempat (mubham)
serta tidak ada pula penafsiran sahabat, dijelaskan ditempat lain. Ayat yang tidak
dalam hal ini, para imam merujuk pada terbatas pesan dan pengertiannya (mutlaq)
perkataan tabi‟in....” pada suatu surat menjadi terikat pada surat
lainnya (Muqayyad). Ayat yang menjadi

Firdaus., Kaidah-kaidah dalam menafsirkan al-qur’an 231


„amm (umum) pada suatu konteks
‫ين يَظُنُّو َن أَنَّ ُهم ُّم َٰلَ ُقوا َرِِّّبِ ْم َوأَنَّ ُه ْم إِلَْي ِو‬ ِ َّ
ditakhsiskan pada konteks lainnya.6 Berikut َ ‫ٱل ذ‬
‫ََٰرِجعُو َن‬
contoh menafsirkan Al-Qur‟an dengan
Alqur‟an:
Terjemahnya:
a. QS. Al-Baqarah[2]:2
(yaitu) mereka yang yakin, bahwa
ِ ِ ِ ‫ك ٱلْ ِك َٰتَب ََل ري‬ ِ
َ ‫ب فيو ُى ًدى لِّْل ُمتَّق‬
‫ني‬ َ ‫َٰذَل‬
mereka akan menemui Tuhannya, dan
َ َْ ُ bahwa mereka akan kembali kepada-
Nya.
Terjemahnya:
Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada c. QS. Al-Baqarah (2) : 37 :

ٍ ِ ِ ِ
keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertakwa ‫اب َعلَْي ِو‬
َ َ‫فَتَ لَ َّق َٰى ءَ َاد ُم من َّربِّوۦ َكل ََٰمت فَت‬
Ditafsirkan oleh ayat selanjutnya
‫يم‬ ‫ح‬ِ‫ٱلر‬ َّ ‫اب‬‫إِنَّوۥُ ُى َو ٱلت ََّّو‬
(ayat 3-4):
ُ ُ
‫ٱلصلَ َٰوَة‬
َّ ‫يمو َن‬ ِ ِ ِ ِ ِ َّ Terjemahnya:
ُ ‫ين يُ ْؤمنُو َن بٱلْغَْيب َويُق‬ َ ‫ٱل ذ‬ Kemudian Adam menerima beberapa

ِ َّ ِ ِ
kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun
‫ين يُ ْؤِمنُو َن ِِبَا‬
َ ‫ َوٱلذ‬.‫َوِمَّا َرَزقْ َٰنَ ُه ْم يُنف ُقو َن‬
menerima tobatnya. Sungguh, Allah
Maha Penerima tobat, Maha Penya-
ِ ‫ك وبِ ْٱلء‬ ِ ِ
‫اخَرِة‬ َ َ َ ‫ك َوَماأُن ِزَل من قَْبل‬ َ ‫أُن ِزَل إِلَْي‬
yang”.
Kata “Kalimaatun” (beberapa kali-

‫ُى ْم يُوقِنُو َن‬


mat) tersebut dijelaskan/ditafsirkan oleh
ayat yang lain, dalam QS. Al‟A‟raf
(7):23:
Terjemahnya:
(yaitu) mereka yang beriman kepada
yang gaib, melaksanakan salat, dan ‫قَ َاَل َربَّنَا ظَلَ ْمنَا أَن ُف َسنَا َوإِن ََّّلْ تَ ْغ ِفْر لَنَا‬
ِ ْ ‫وتَر ََحنَالَنَ ُكونَ َّن ِمن‬
َ ‫ٱلََٰس ِر‬
‫ين‬
menginfakkan sebagian rezeki yang
Kami berikan kepada mereka, dan َ ْ َْ
mereka yang beriman kepada (Al-
Qur'an) yang diturunkan kepadamu Terjemahnya:
(Muhammad) dan (kitab-kitab) yang Keduanya berkata, "Ya Tuhan kami,
telah diturunkan sebelum engkau, dan kami telah menzalimi diri kami
mereka yakin akan adanya akhirat”. sendiri. Jika Engkau tidak mengam-
puni kami dan memberi rahmat
b. QS. Al-Baqarah[2]:45: kepada kami, niscaya kami termasuk

‫ٱلصلَ َٰوةِ َوإِنَّ َهالَ َكبِ َريةٌإََِّل‬ َّ ِ‫ٱستَعِينُواب‬


orang-orang yang rugi."
َّ ‫ٱلص ِْْبَو‬ ْ ‫َو‬ 2. Tafsir Al-qur’an dengan Sunnah/
ِ ِ ْ ‫علَى‬
َ ‫ٱلََٰشع‬
Hadits
‫ني‬ َ Penafsiran Al-Qur‟an dengan sunnah
Terjemahnya: didasarkan atas firman Allah dalam surat
Dan mohonlah pertolongan (kepada An-nahl ayat 43-44 yang artinya “dan tidak
Allah) dengan sabar dan shalat. Dan ada yang Kami atur sebelumnya selain
(shalat) itu sungguh berat, kecuali manusia lelaki;kepada mereka Kami beri
bagi orang-orang yang khusyuk. wahyu. Maka, tanyakanlah kepada ahli
Ditafsirkan oleh ayat selanjutnya risalah, jika kamu tidak tahu. Kami utus
(ayat 46): mereka dengan tanda-tanda yang jelas dan
kitab-kitab kenabian yang sama; dan Kami
turunkan kepadamu risalah ini supaya kau
6
Ahmad Izzan, M.Ag, Studi Kaidah Tafsir Al- jelaskan kepada manusia apa yang sudah
Qur’an:menilik Keterkaitan Bahasa-Tekstual dan diturunkan kepada mereka, dan supaya
Makna Kontekstual Ayat, (Bandung: Humaniora,
mereka renungkan”. Berkenaan dengan
2009), hal.9

232 Volume 5, Nomor 2, Juli 2019


prinsip di atas, Imam Syafi‟i seperti dikutip Hendaklah kamu mencukupkan
Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa setiap bilangannya dan mengagungkan Allah
hukum yang ditetapkan oleh Rasulullah atas petunjuk-Nya yang diberikan
Saw. merupakan pemahaman yang berasal kepadamu, agar kamu bersyukur.
dari Al-Qur‟an. Ayat diatas ditafsirkan oleh hadits-
Peran Rasulullah Saw. dihadapan hadits dari Abu Hurairah Radhiallahu
Al-Qur‟an meliputi: „Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu
a. Menjelaskan bagian yang mujmal (glo- „Alaihi wa Sallam bersabda:

َِّ ُ‫وموا لُِرْؤيَتِ ِو َوأَفْ ِطُروا لُِرْؤيَتِ ِو فَِإ ْن غ‬


bal) dan mentasbih (mengkhususkan)
yang „amm (umum). ‫ِّب‬ ُ‫ص‬ ُ
b. Menjelaskan arti dan kaitan kata tertentu
ِ ِ ِ
dalam Al-Qur‟an.
c. Memberikan ketentuan tambahan ter-
َ ‫َعلَْي ُك ْم فَأَ ْكملُوا ع َّد َة َش ْعبَا َن ثَََلث‬
‫ني‬
Artinya:
hadap beberapa peraturan yang telah ada
Berpuasalah kalian karena melihatnya
dalam Al-Qur‟an, seperti zakat fitrah.
(hilal) dan berhari rayalah karena
d. Menjelaskan nasakh (penghapusan) ayat melihatnya, jika hilal hilang dari
e. Menjelaskan untuk menegaskan hukum- penglihatanmu maka sempurnakan
hukum yang ada dalam Al-qur‟an.7 bilangan Sya‟ban sampai tiga puluh
Contoh penafsiran Al-Qur‟an dengan hari“. (HR. Bukhari No. 1909)
sunnah sebagai berikut: QS. Al-Baqarah Dari Ibnu Umar Radhiallahu
[2]:185 : „Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu
‫ضا َن ٱلَّ ِذى أُن ِزَل فِ ِيو ٱلْ ُقْرءَا ُن ُى ًدى‬ َ ‫شهُر َرَم‬ ْ
„Alaihi wa Sallam bersabda:

ِ َ‫ت ِّمن ٱ ْْل َد َٰى وٱلْ ُفرق‬ ٍ َ‫َّاس وب يِّ َٰن‬ ‫وموا لُِرْؤيَتِ ِو َوأَفْ ِطُروا لُِرْؤيَتِ ِو فَِإ ْن أُ ْغ ِم َي‬
ُ‫ص‬ ُ َ‫ف‬
‫ان فَ َمن‬ ْ َ ُ َ َ َ ِ ‫لِّلن‬ ِ ِ
ِ ‫ني‬
َ ‫َعلَْي ُك ْم فَاقْد ُروا لَوُ ثَََلث‬
‫ص ْموُ َوَمن َكا َن‬ ُ َ‫َّهَر فَ ْلي‬ْ ‫َش ِه َد من ُك ُم ٱلش‬
ِ
َ ‫يضا أ َْو َعلَ َٰى َس َف ٍر فَع َّدةٌ ِّم ْن أَيَّ ٍام أ‬
‫ُخَر‬ ً ‫َم ِر‬
Artinya:
Maka berpuasalah kalian karena
‫يد بِ ُك ُم ٱلْعُ ْسَر‬ُ ‫يد ٱللَّوُ بِ ُك ُم ٱلْيُ ْسَر َوََل يُِر‬ ُ ‫يُِر‬
melihatnya (hilal) dan berhari rayalah
karena melihat-nya, lalu jika kalian
‫َولِتُ ْك ِملُوا ٱلْعِ َّدةَ َولِتُ َكبِّ ُروا ٱللَّوَ َعلَ َٰى َما‬ terhalang maka ditakarlahlah sampai
tiga puluh hari. (HR. Muslim No. 1080)
‫َى َدىَٰ ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكُرو َن‬ ‫وموا َح ََّّت‬ ِ ِ ‫إََِّّنَا الش‬
Terjemahnya: ُ‫ص‬ ُ َ‫َّهُر ت ْس ٌع َوع ْشُرو َن فَ ََل ت‬ ْ
Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di
dalamnya diturunkan Al-Qur'an, seba-
‫تََرْوهُ َوََل تُ ْف ِطُروا َح ََّّت تََرْوهُ فَِإ ْن غُ َّم َعلَْي ُك ْم‬
ِ
ُ‫فَاقْد ُروا لَو‬
gai petunjuk bagi manusia dan penjela-
san-penjelasan mengenai petun-juk itu
dan pembeda (antara yang benar dan Artinya:
yang batil). Karena itu, barang-siapa di Sesungguhnya sebulan itu 29 hari,
antara kamu ada di bulan itu, maka
maka janganlah kalian berpuasa sampai
berpuasalah. Dan barangsiapa sakit
atau dalam perjalanan (dia tidak ber- kalian melihatnya (hilal), dan janganlah
puasa), maka (wajib menggantinya), kalian berhari raya sampai kalian
sebanyak hari yang ditinggalkannya melihatnya, jika kalian terhalang maka
itu, pada hari-hari yang lain. Allah takarkan/perkirakan/hitungkanlah dia.
menghendaki kemudahan bagimu, dan ”(HR. Muslim No. 1080, 3)8
tidak menghendaki kesukaran bagimu.
8
Abu Abdirrohman Al Banteni, Pokok-pokok
7
Ibid.,hal.14 Tafsir Al-Qur’an,. 22 Oktober 2015.

Firdaus., Kaidah-kaidah dalam menafsirkan al-qur’an 233


konsisten dalam penafsiran mereka atas
3. Tafsir Al-Qur’an dengan Qaul
ayat ayat Al Qur‟an selalu merujuk kepada
Shahabah Shahabat Radhiyallahu anhum, karena
Sahabat adalah orang-orang beriman Tabi‟in adalah sebaik baik manusia setelah
yang diridhai Allah, yang pernah ketemu shahabat radhiyallahu anhum dan paling
dengan Nabi Saw. pada masa hidupnya. selamat dari hawa nafsu daripada generasi
Mereka ikut menyaksikan peristiwa yang seudahnya, dan bahasa arab belum banyak
melatarbelakangi turunnya suatu ayat dan berubah pada masa mereka, sehingga
mereka adalah orang yang lebih dekat
keterkaitan turunnya dengan ayat lain.
kepada kebenaran dalam memahami al
Mereka melihat dan mendengar apa yang Qur‟an daripada generasi sesudahnya.
tidak dilihat orang lain sesudahnya. Mereka Berkata Syaikhul Islam Ibn Taymiyyah
mempunyai kedalaman pengetahuan dalam dalam kitab Majmu’ Fatawa, “Apabila
segi bahasa saat bahasa itu digunakan, mereka para tabi‟in bersepakat atas sesuatu
kejernihan pemahaman, kebenaran fitrah, maka tidak diragukan akan keberadaannya
keyakinan yang kuat. Mereka juga mampu sebagai hujjah, akan tetapi jika mereka
melakukan ijma‟ dalam suatu penafsiran. 9 berselisih, maka perkataan sebagian mereka
Diantara contoh penafsiran Al Qur‟an tidak menjadi hujjah atas sebagian lainnya
dengan ucapan shahabat adalah surat Al dan tidak pula menjadi hujjah atas orang-
Maidah ayat 6: orang setelah mereka, maka hal tersebut
dikembalikan kepada bahasa Al Qur‟an

َ‫ضى أ َْو َعلَى َس َف ٍر أ َْو َجاء‬ َ ‫َوإِ ْن ُكْنتُ ْم َمْر‬


atau sunnah atau keumumman bahasa Arab
atau perkataan shahabat tentang hal itu.10
ِ ِ‫أَح ٌد ِمْن ُكم ِمن الْغَائ‬
َ‫ِّساء‬
‫ن‬ ‫ال‬ ‫م‬ ‫ت‬ ‫س‬ ‫َلم‬ ‫َو‬ ‫أ‬ ‫ط‬ Sementara itu pendapatnya Imam
َ ُ ُ ْ َ ْ َ ْ َ Az-zarqani dalam manahilul ‘irfan menulis
Artinya: bahwa terdapat perbedaan pendapat di
dan jika kamu junub maka mandilah, kalangan ulama mengenai tafsir tabi‟in.
dan jika kamu sakit atau dalam Sebagian memandangnya ma’tsur karena
perjalanan atau kembali dari tempat penafsiran mereka sebagian besar diterima
buang air (kakus) atau menyentuh dari sahabat Nabi Saw. Sebagian lainnya
perempuan,” menilainnya sebagai tafsir bir ra’yi. Kelom-
Tafsir tersebut dalam riwayat yang pok yang disebut terakhir, yaitu ash-
shahih dari Ibn Abbas Radhiyallahu Anhu shabuni yaitu bahwa kedudukan para tabi‟in
bahwa beliau menafsirkan ‫ال َم ْستُ ُم النِّ َسا َء‬ sama dengan mufassir lainnya (selain Nabi
(menyentuh) dengan jima‟ (berhubungan SAW dan sahabatnya). Mereka menafsirkan
suami istri). Al-Qur‟an sesuai dengan kaidah-kaidah
Menafsirkan Al Qur‟an dengan bahasa Arab, dan tidak berdasar pertim-
perkataan sahabat Radhiyallahu Anhum, bangan atsar (hadits).
terutama kalangan shahabat yang mengua-
sai tafsir, karena Al Qur‟an diturunkan III. KESIMPULAN
dengan bahasa mereka dan pada zaman Berdasarkan uraian yang telah
mereka, karena merekalah generasi –setelah dipaparkan di atas, maka dapat diambil
para anbiya- yang paling jujur dalam kesimpulan sebagai berikut:
mencari Al-Haq, paling selamat dari hawa 1. Penafsiran merupakan awal kata dari
nafsu, dan paling bersih dari penyim- tafsir yang artinya adalah ilmu yang
pangan-penyimpangan yang dapat meng- mempelajari pedoman-pedoman men-
halangi seseorang untuk mendapatkan jelaskan kandungan kitab Allah secara
taufiq dari Allah. makna dan hikmah-hikmah yang dapat
4. Tafsir Pemuka Tabi’in
10
Yakni menafsirkan Al-Qur‟an Abu Abdirrohman Al Banteni, Pokok-pokok
dengan ucapan para pemuka Tabi‟in yang Tafsir Al-Qur’an,. 22 Oktober 2015. Dikutip dari
http://yayasanalhanif.or.id/pokok-pokok-tafsir-al-
qur-an/. Artikel. 15 Januari 2013/ accessed 22
9
Ahmad Izzan, M.Ag, Studi Kaidah..,hal. 14-15 Oktober 2015/ pukul 20.35.WIB.

234 Volume 5, Nomor 2, Juli 2019


dijadikan pelajaran bagi manusia sebagai Abu Abdirrohman Al Banteni, Pokok-
hamba Allah. Serta pembahasan tafsir ini Pokok Tafsir Al-Qur’an. Dikutip
menjadi modal awal untuk bisa menaf- dari http://yayasanalhanif.or.id/
sirkan Al-qur‟an dengan baik dan benar pokok-pokok-tafsir-al-qur;an.
agar terhindar dari penyimpangan dan Accessed 22- oktober-2015
kekeliruan dalam hal menafsirkan Al-
Qur‟an. Ahmad Izzan, Studi Kaidah Dasar Tafsir
2. Adapun Ahmad Izzan menuliskan dalam Al-Qur’an: menilik keterkaitan
bukunya tentang studi kaidah tafsir Al- Bahasa Tekstual dan Makna
Qur‟an, sebagiannya menjelaskan ten- Kontekstual Ayat. Bandung:
tang kaidah dasar tafsir yang menca-kup Humaniora. 2009
beberapa kaidah-kaidah dasar penaf- Kahar Al-Mansur, Pokok-Pokok Ulumul
siran, yaitu: Qur’an. Jakarta: Rineka Cipta. 1992
a. Tafsir Al-Qur‟an dengan Al-Qur‟an M.Quraish Shihab, Membumikan Al-
b. Tafsir Al-Qur‟an dengan Sunnah
Qur’an. Bandung: Mizan Pustaka.
c. Tafsir Al-Qur‟an dengan Qoul Shoha-
bah (perkataan shohabah) 1994
d. Tafsir Al-Qur‟an dengan Tabi‟in. Manna‟Khalil al-Qattan, Study Ilmu-Ilmu
Al-Qur’an,terj. Jakarta: Halim Jaya.
DAFTAR PUSTAKA 2002
Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an. Bandung:
M. Quraish Shihab, Lentera Al-Qur’an. Pustaka Setia. 2004
Bandung: Mizan Pustaka. 2008

Firdaus., Kaidah-kaidah dalam menafsirkan al-qur’an 235

Anda mungkin juga menyukai