Anda di halaman 1dari 11

Ilmu Tafsir Al-Qur’an

Makalah

DOSEN PENGAMPU
Dr. M. Zainal Arif, MA

Disusun Oleh:
Memo Valentino Hutagaol
NIM: 23160330

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2023
Daftar Isi....................................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................3

Pendahuluan...............................................................................................................................3

A. Latar Belakang.............................................................................................................3

BAB II Pembahasan...................................................................................................................5

A. Pengertian Tafsir.........................................................................................................5

B. Ruang Lingkup Ilmu Tafsir........................................................................................10

C. Alat atau Ilmu Pendukung Ilmu dalam Penafsiran Al-Qur’an..................................10

BAB III Penutup......................................................................................................................11

A. Simpulan....................................................................................................................11

B. Saran..........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

ii
1

BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk bagi seluruh umat
manusia, Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril.
Sebagai petunjuk bagi semua umat manusia, Al-Qur’an harus dijaga kemurniannya.
Salah satu manfaat dari penjagaan keaslian dan kesucian Al-Qur’an ini yaitu agar
manusia bisa menjalani kehidupannya. Setelah Nabi Muhammad Saw wafat, para
sahabat dan para ulama khawatir akan kelangsungan kemurnian Al-Qur’an ini di masa
yang akan datang, untuk itulah ada Ulumul Qur’an yang mengkaji tentang hal-hal yang
berhubungan dengan Al-Qur’an, salah satunya ialah Tafsir.

Tetapi pada sebagian masyarakat awam masih belum mengenal tafsir secara
keseluruhan untuk diaplikasikan ke orang lain, teman atau kerabat terdekatnya. Hal
inilah yang membuat penulis ingin membahas materi ini secara singkat. Dalam
makalah ini, penulis akan membahas mengenai pengertian tafsir, macam-macam
tafsir, kaidah-kaidah tafsir, bentuk, metode, corak tafsir, fungsi, tujuan, keutamaan
tafsir, mengetahui perbedaan tafsir dan ta’wil, danengenal para Mufasir dan karya-
karyanya.
2

BAB II

Pembahasan

A. Pengertian Tafsir

Pengertian Tafsir dari segi bahasa yaitu menyingkap atau membuka. dan melahirkan.
Tetapi ada beberapa pendapat para ulama mengenai pengertian tafsir, beberap di
antaranya yaitu,

Menurut Al-Kilabi tafsir ini menjelaskan Al-Qur’an, menerangkan bahwa maknanya


dan menjelaskan apa yang dikehendaki dengan nashnya atau dengan isyaratnya atau bisa
juga dari tujuannya. Menurut pendapat lain, yaitu Syekh Al-Jazairi tafsir, pada
hakikatnya pengertian tafsir adalah menjelaskan lafadz yang sulit dipahami oleh
pendengar dengan mengemukakan lafadz persamaan atau makna yang mendekati, atau
dengan jalan mengemukakan salah satu dialah lafadz tersebut (Ajahari 2018).

Menurut Az-Zakkasyi, tafsir merupakan ilmu yang digunakan untuk memahami dan
menjelaskan makna-makna kitab Allah yang diturunkan kepada Rasulullah serta
menyimpulkan kandungan-kandungan hukum dan manfaatnya. Sedangkan, menurut Abu
Hayyan tafsir adalah ilmu mengenai cara pengucapan lafadz-lafadz Al-Qur’an serta cara
mengungkapkan petunjuk, kandungan-kandungan hukum, dan makna yang terkandung di
dalamnya. Menurut Al-Jurjani tafsir pada asalnya adalah membukadan melahirkan. Dalam
istilah syara’, ialah menjelaskan makna ayat, urusannya, kisahnya, dan sebab
diturunkannya ayat, dengan lafadz yang menunjukannya secara jelas (Adzhabi 2005) .

Dari beberapa pengertaian tafsir menurut beberapa ulama’ yang telah dijabarkan di
atas, dapat diketahui bahwa tafsir secara etimologis dapat dipakai untuk menyingkap
sesuatu yang bersifat indrawi dan dapat pula digunakan untuk menyingkap sesuatu yang
bersifat maknawi (makna rasional dari suatu teks).
3

B. Ruang Lingkup Ilmu Tafsir

Ulumul qur’an mencakup semua aspek ilmu al-Qur’an (Rohmah 2018) diantaranya:
ilmu tafsir, ilmu balaghah, i’rabil Qur’an dan lain sebagainya. Selain itu, memiliki
pokok-pokok pembahasan yaitu:
1. Nuzul, yang membahas tentang ayat-ayat yang menunjukkan tempat dan waktu
turunnya al-Qur’an misalnya: makkiyah, madaniyyah, safariyah dan lain
sebagainya. Kemudian juga membahas tentang asbabun nuzul dan sebagainya.
2. Sanad, yang membahas tentang hal-hal yang menyangkut tentang sanad yang
mutawattir, ahad, para periwayat, para penghapal al-Qur’an dan cara tahammul
(penerimaan riwayat).
3. Ada’ al-Qiro’ah, yang membahas tentang waqof, ibtida’, madd dan lain

sebagainya.

4. Pembahasan tentang lafadz al-Qur’an yang berujung pada pembahasan dalam

ilmu Nahwu.

5. Pembahasan makna al-Qur’an yang berhubungan dengan hukum, yaitu ayat yang
mempunyai makna hukum dalam berbagai aspek baik duniawi maupun ukhrawi.
Selain itu, pembahasan ini mengarah pada ilmu tafsir yang membahas berbagai
makna, isi yang terkandung dalam al-Qur’an.
Ruang lingkup ilmu al-Qur’an memiliki banyak aspek yang dapat dibahas.
Kesimpulannya adalah ruang lingkup tersebut bersumber dari al-Qur’an dan memiliki
berbagai ilmu yang membahas tentang al-Qur’an secara luas, dalam, dzhahir maupun
batin.
4

C. Alat atau Ilmu Pendukung Ilmu dalam Penafsiran Al-Qur’an

Alat atau ilmu pendukung yang menjadi pembahasan


‘Ulumul Qur’an adalah (R. Hendrawan 2020) :
a. Ilmu adab tilawat Al-Qur’an
b. Ilmu tajwid
c. Ilmu mawathin an-nuzul
d. Ilmu tawarikh an-nuzul
e. Ilmu asbab an-nuzul
f. Ilmu qira’at
g. Ilmu gharib Al-Qur’an
h. Ilmu i’rab Al-Qur’an
i. Ilmu wujuh wa an-nazha’ir
j. Ilmu ma’rifat al-muhkam wa al-mutasyabih
k. Ilmu nasikh wa al-mansukh
l. Ilmu bada>’i Al-Qur’an
m. Ilmu i’jaz Al-Qur’an
n. Ilmu tanasub ayat Al-Qur’an
o. Ilmu aqsam Al-Qur’an
p. Ilmu amtsal Al-Qur’an
q. Ilmu jadal Al-Qur’an

Pengertian al-Tafsir al-‘Ilmiy

Penafsiran al-Qur’an berbasis sains modern yang disebut dengan istilah al-tafsir al-‘ilmiy
adalah salah satu bentuk atau corak penafsiran al- Qur’an. Dari segi bahasa (etimologis), al-tafsir

al-‘ilmiy berasal dari dua kata; “al-tafsir” dan “al-‘ilmiy.” (Al-Bustani, 1986: 551). Al-tafsir bentuk
masdar dari fassara-yufassiru-tafsir yang mempunyai beberapa makna: al- ta’wi>l (interpretasi), al-kasyf

(mengungkap), al-i>dha>h (menjelaskan), al-baya>n (menerangkan), al-syarh (menjelaskan), dan al-‘ilmiy


5

di-nisbat-kan kepada kata ‘ilm (ilmu) yang berarti yang ilmiah atau bersifat ilmiah. Jadi secara
bahasa, al-tafsir al-‘ilmiy berarti tafsir ilmiah atau penafsiran ilmiah (Saeed 2016) .

Sedangkan menurut istilah (terminologi), pengertian al-tafsir al-‘ilmiy dapat kita pahami dari beberapa
pendapat yang dikemukakan para ahli. Muhammad Husayn al-Dzahaby dalam kitabnya, Al-Tafsir wa
al-Mufassir u>n, misalnya mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan al-tafsir al-‘ilmiy adalah penafsiran
yang dilakukan dengan mengangkat (menggunakan pendekatan) teori-teori ilmiah dalam
mengungkap kandungan ayat- ayat al-Qur’an dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk
menggali berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan pandangan-pandangan filsafat dari ayat-ayat
tersebut. Sedangkan Abd al-Majid al-Sala>m al-Muhtasib dalam kitabnya, Ittijahat al-Tafsir fi al-‘Ashr
al-Hadits, mengatakan bahwa al-tafsir al-‘ilmiy adalah penafsiran yang dimaksudkan oleh para
mufassirnya untuk mencari adanya kesesuaian ungkapan-ungkapan dalam ayat-ayat al-Qur’an terhadap
teori-teori ilmiah (penemuan ilmiah) dan berusaha keras untuk menggali berbagai masalah keilmuan

dan pemikiran-pemikiran filsafat (Laila 2014). Selain itu, Fahd Abdul Rahman mendefinisikan
bahwa al-tafsir
al-‘ilmiy adalah ijtihad atau usaha keras mufassir untuk mengungkap hubungan ayat-ayat
kawniyyah di dalam al-Qur’an dengan penemuan- penemuan ilmiah yang bertujuan untuk
memperlihatkan kemukjizatan al-Qur’an.

Dari ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa al-tafsir al-‘ilmiy adalah penafsiran
ayat-ayat al-Qur’an dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan. Ayat-ayat al-Qur’an yang
ditafsirkan dengan menggunakan corak ini adalah ayat-ayat kawniyyah (ayat-ayat yang berkenaan
dengan (kejadian) alam). Dalam menafsirkan ayat-ayat tersebut, mufassir melengkapi dirinya dengan
teori-teori sains (ilmu pengetahuan). Upaya penafsiran dengan cara tersebut–bagi para mufassirnya–
bertujuan untuk mengungkap dan memperlihatkan kemukjizatan ilmiah al-Qur’an di samping
kemukjizatan dari segi-segi lainnya.
Yusuf Qardhawi mengemukakan lebih luas lagi mengenai penafsiran ilmiah ini,

menurutnya, penafsiran ilmiah terhadap al-Qur’an adalah penafsiran yang dilakukan dengan
menggunakan perangkat ilmu- ilmu kontemporer dengan unsur realita-realita dan teorinya

bertujuan menjelaskan sasaran dan makna-maknanya (Laila 2014).


6

Penafsiran al-Qur’an Berbasis Sains Modern


Teori Relativitas
Teori relativitas ada dua: teori relativitas khusus dan teori relativitas umum. Teori khusus
menyatakan bahwa masing-masing pengamat yang bergerak seragam (tanpa percepatan) akan
menyatakan hasil pengukuran yang berbeda, misalnya tentang panjang, waktu dan energi.
Asumsinya, prinsip relativitas dan kecepatan cahaya yang konstan. Salah satu bukti kebenaran
teori ini yang dikenal masyarakat adalah teori kesetaraan massa dan energi, E=mc2, bila ada
‘m’ massa yang dihilangkan akan muncul energi sebesar ‘E’. Teori inilah yang menjadi dasar
penggunaan energi nuklir, baik untuk maksud damai maupun untuk maksud merusak (Laila
2014).

Kerusakan Lapisan Ozon


Sains dihadapkan pada masalah kerusakan lapisan ozon. Satelit mendeteksi lapisan ozon di atas
Antartika telah menipis dan dikenal dengan sebutan lubang ozon. Sains mengkaji sebab-
sebabnya. Ada sebab kosmogenik (bersumber dari alam), antara lain variasi akibat aktivitas
Matahari. Ada sebab antropogenik (bersumber dari aktivitas manusia). Sains juga akhirnya
menemukan sumber antropogenik itu salah satunya CFC (Chlor Fluoro Carbon) atau freon
yang banyak digunakan sebagai media pendingin Kulkas dan AC. Kini sains menemukan bahan
alternatif yang tidak merusak ozon.
Dapatkah sains dipersalahkan dan dijuluki sains Barat sekuler yang merusak? Kebetulan yang
menemukan freon adalah saintis non- Muslim. Karena sains bersifat universal, sebenarnya
mungkin juga saintis Muslim yang menemukannya. Bila demikian yang terjadi, bolehkah pada
awal penemuannya bahan yang sangat berguna dalam proses pendinginan diklaim sebagai
bagian dari hasil sains Islam, sains Barat, atau lainnya? Karena keterbatasan ilmu manusia,
tidak semua dampak dapat diperkirakan. Ketika kini diketahui dampak buruknya, tidaklah adil
untuk melempar tuduhan bahwa itu produk sains barat sekuler. Bisa jadi, bila dulu yang
menemukannya orang Muslim dan diklaim sebagai hasil sains Islam maka sains Islam yang
akan dihujat.
7

Geologi
Lempeng-lempeng litosfer bergerak dan saling berinteraksi satu sama lain. Pada tempat-tempat
tertentu saling bertemu dan pertemuan lempengan ini menimbulkan gempa bumi. Sebagai
contoh adalah Indonesia yang merupakan tempat pertemuan tiga lempeng: Eurasia, Pasifik dan
Indo-Australia. Bila dua lempeng bertemu maka terjadi tekanan (beban) yang terus menerus.
Dan bila lempengan tidak tahan lagi menahan tekanan (beban) maka lepaslah beban yang telah
terkumpul ratusan tahun itu, akhirnya dikeluarkan dalam bentuk gempa bumi. Sebagaimana
termaktub dalam Surat al-Zalzalah, 99: 1–4:
“Apabila bumi “digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat).” Dan bumi telah
“mengeluarkan beban-beban beratnya.” Dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (jadi
begini)?” Pada hari itu bumi menceritakan beritanya.”
Beban berat yang dikeluarkan dalam bentuk gempa bumi merupakan suatu proses geologi yang
berjalan bertahun-tahun. Begitupun seterusnya, setiap selesai beban dilepaskan, kembali proses
pengumpulan beban terjadi. Proses geologi atau ‘berita geologi’ ini dapat direkam baik secara
alami maupun dengan menggunakan peralatan geofisika ataupun geodesi. Sebagai contoh
adalah gempa-gempa yang beberapa puluh atau ratus tahun yang lalu, peristiwa pelepasan
beban direkam dengan baik oleh terumbu karang yang berada dekat sumber gempa. Pada masa
modern, pelepasan energi ini terekam oleh peralatan geodesi yang disebut GPS (Global
Position System).

Fisika
Kata “anzalna>” yang berarti “Kami turunkan” khusus digunakan untuk besi dalam Surat al-
Hadid (57) ayat 25, dapat diartikan secara kiasan untuk menjelaskan bahwa besi diciptakan
untuk memberi manfaat bagi manusia. Tapi ketika kita mempertimbangkan makna harfiah kata
ini, yakni “secara bendawi diturunkan dari langit”, kita akan menyadari bahwa ayat ini memiliki
kejaiban ilmiah yang sangat penting. Ini dikarenakan penemuan astronomi modern telah
mengungkap bahwa logam besi ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang raksasa di
angkasa luar.32 Surat al-Hadid (57) ayat 25 menerangkan cukup gamblang tentang hal ini:
Artinya:“…dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai
manfaat bagi manusia…”
8

Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan dari inti bintang-bintang raksasa. Akan
tetapi sistem tata surya kita tidak memiliki struktur yang cocok untuk menghasilkan besi secara
mandiri. Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar
dari Matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika jumlah besi sudah
melampaui batas tertentu dalam suatu bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi
menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang disebut “nova” atau
“supernova”. Akibat dari ledakan ini, meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan di
seluruh penjuru alam semesta dan mereka bergerak melalui ruang hampa hingga mengalami
tarikan oleh gaya gravitasi benda angkasa. Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak
terbentuk di bumi melainkan kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa
berbentuk meteor-meteor dan diturunkan ke bumi, persis seperti dinyatakan dalam ayat
tersebut.
9

Daftar Pustaka

Adzhabi, Muhammad Husain Al. 2005. TAFSIR AL QURAN Sebuah Pengantar. Baitul Hikmah
Press. Vol. 11. https://www.cairn.info/revue-etudes-2003-11-page-475.htm.
Ajahari. 2018. Ulumul Qur’an (Ilmu-Ilmu Al-Qur’an). Ulumul Qur’an (Ilmu-Ilmu Qur’an.
Laila, Izzatul. 2014. “Penafsiran Al-Qur’an Berbasis Ilmu Pengetahuan.” Epistemé: Jurnal
Pengembangan Ilmu Keislaman 9 (1). https://doi.org/10.21274/epis.2014.9.1.45-66.
R. Hendrawan. 2020. “‘Ulumul Qur’an: Prinsip-Prinsip Dalam Pengkajian Ilmu Tafsir Al-
Qur’an.” https://books.google.co.id/books?id=pvcvEAAAQBAJ.
Rohmah, Siti. 2018. “Ruang Lingkup Serta Metode Tafsir Alquran.” Jurnal IAIN Madura, no.
December.
Saeed, Abdullah. 2016. Al-Qur’an Abad 21: Tafsir Kontekstual. Edited by Ervan Nur Tawab dan
Ahmad Baikuni. Bandung: Mizan.

Anda mungkin juga menyukai