peradaban
Nuzul Alquran mempunyai makna sangat signifikan bagi
umat Islam, tidak saja karena Alquran merupakan sumber
utama ajaran Islam, tetapi juga merupakan sumber inspirasi
pembangunan peradaban berkemajuan. Wahyu pertama (QS
al-‘Alaq [96]: 1-5) yang turun kepada Nabi Muhammad SAW
sejatinya menginstruksikan pentingnya pengembangan
budaya literasi sebagai basis pembangunan peradaban.
Menurut Nasr Hamid Abu Zayd, jika Mesir mewariskan
peradaban pascakematian (piramid, artefak-artefak kuburan
megah peninggalan Firaun), Yunani mewariskan peradaban
intelektual (filsafat), Islam membangun peradaban ilmu,
dalam bentuk peradaban teks dan pemikiran.
01
Menganalisis Keanekaragaman Corak Penafsiran
Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Muhammad SAW
dan ia merupakan bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW, sekaligus
petunjuk untuk umat manusia kapan dan di mana pun, memiliki berbagai
macam keistimewaan. Keistimewaan tersebut antara lain terletak pada
susunan bahasa dalam Al-Qur’an yang unik dan menarik, dan pada saat
yang bersamaan mengandung makna yang dapat dipahami oleh siapa pun
yang memahami bahasanya. Oleh karena itu para Ulama berusaha untuk
memahami Al-quran dengan menggunakan pemahaman mereka, walaupun
dapat dipahami tentunya tingkat pemahaman mereka berbeda-beda akibat
berbagai faktor.
Pengertian tafsir
01 Menurut Bahasa
Tafsir berasal dari bahasa arab yakni fassara-yufassiru-tafsiran yang berarti penjelasan,
pemahaman, dan perincian, tafsir juga dapat diartikan al,-idlah wa al tabyin yaitu : penjelasan
dan keterangan. Pendapat lain menyebutkan bahwa tafsir sejarah dengan timbangan (wazan)
kata taf’il, di ambil dari kata al-fasr yang berarti al-bayan ( penjelasan ) dan al-kasyf yang
berarti membuka atau menyingkap, dan dapat juga diambil dari kalimat atau kata al-tafsarah
yaitu istilah yang digunakan untuk suatu alat yang biasa digunakan oleh dokter untuk
mengetahui penyakit.
02 Menurut istilah
Dalam pengertian yang ada, adapaun Ilmu tafsir menurut istilah adalah ilmu untuk
mengetahui-memahami maksud al-Qur’an, menjelaskan maknanya, megeluarkan
hukum dan hikmahnya, yang disandarkan kepada ilmu bahasa dan sastra, usul fiqh,
ilmu qiraa’at, asbab nuzul, dan nasakh-mansukh. Sementara Ulama
mendefinisikannya dengan lebih ringkas atau lebih panjang tetapi tetap mencakup
point-point tersebut.
Pengertian Tafsir menurut para ahli
Menurut Imam Al-Zarqani bahwa tafsir adalah ilmu yang membahas kandungan Al-
Qur’an baik dari segi pemahamannya , maknanya atau artinya sesuai yang
dikehendaki Allah , menurut kadar kesanggupan manusia.
Menurut Al-Muturidi bahwa tafsir merupakan penjelasan yang pasti dari maksud
suatu lafal dengan persaksian bahwa Allah bermaksud demikian dengan
menggunakan dalil-dalil yang pasti melalui para periwayat yang adil dan jujur.
Menurut Az-Zarkasyi bahwa tafsir adalah ilmu yang berfungsi untuk mengetahui
kandungan kitabullah ( Al-Qur’An ) yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW
dengan cara mengambil penjelasan maknanya, hukumnya serta hikmahnya yang
terkandung dalam Al-Qur’an.
PERKEMBANGAN TAFSIR DI INDONESIA
Usaha menafsirkan al-Quran dalam bahasa Indonesia telah
dilakukan oleh para ulama Islam Indonesia, dari pertama kali
Islam masuk ke Indonesia sampai sekarang. Dan untuk
perkembangkan tafsir di Indonesia para ulama
mengklarifikasikannya menjadi 4 periode, yaitu:
1. Abad ke VII-XV (Klasik)
2. Abad ke-15 hingga abad ke-17
(abad pertengahan)
3. Abad ke 19 (abad pra modern)
4. Abad ke-20 (abad modern)
Corak-corak Penafsiran
Corak tafsir adalah nuansa atau sifat khusus yang mewarnai
sebuah penafsiran dan merupakan salah satu bentuk ekspresi
intelektual seseorang mufassir, ketika ia menjelaskan maksud-
maksud ayat al-Qur’an. Artinya bahwa kecenderungan pemikiran
atau ide tertentu mendominasi sebuah karya tafsir.
Berikut akan di jelaskan beberapa corak-corak
mufassir dalam menafsirkan Al-quranul Karim.
Kondisi Geografis
Sosio Kultural Arabia
Situasi Keberagaman
Dinamika Politik
Keadaan Perekonomian
Dialektika gaya Bahasa al-quran
Paradigma majaz
Dalam kajian gaya bahasa Arab modern konsep majaz lazim digunakan
oleh para sarjana klasik sebagai lawan dari istilah haqiqah. Berkaitan
dengan persoalan majaz, secara historis setidaknya ada tiga kelompok
berbeda pandangan yang memposisikan majaz sebagai lawan dari haqiqah.
03
Merekonstruksi Penafsiran