KEMENAG RI
(STUDI KAJIAN AYAT-AYAT PENCIPTAAN BUMI)
PENDAHULUAN
Al Qur’an merupakan mukjizat agung nabi Muhammad SAW, Alquran turun secara
berangsur, melalui 3 proses, pertama Al qur’an turun dari Allah SWT ke lauhil mahfudz (QS
Al buruj 21-22), kedua Al Quran diturunkan ke langit dunia dan kemudian sampai kepada
nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril(QS Ad-Dukhan:3 dan QS Al Qadar:1), dan
ketiga Al Qur’an turun ke bumi selama kurang lebih 23 tahun, atau dalam riwayat lain
dikatakan 22 tahun 2 bulan 22 hari, sebagaimana termaktub dalam QS Al Isra ayat 106. 1
(Kristina, Rabu, 13 juli 2022)
“Al quran Kami turunkan berangsur angsur agar engkau Muhammad membacakannya kepada
manusia secara perlahan dan kami benar benar menurunkannya secara bertahap.”(QS Al Isra:106)
Al Qur’an sampai kepada kita secara tawatur(narasi yang dikuatkan berkali-kali karena
melalui beberapa jalur). Al Quran terdiri dari 114 surat, 6218 ayat, 77.473 kata, dan 312.000
huruf. Surat yang pertama turun adalah Al Alaq (96), dan surat yang terakhir turun adalah
An-Nasr(110), terdapat 86 surat Makiyyah, dan 28 surat Madaniyyah. (Al-Banna, 2016)2
Membaca Al Qur’an merupakan ibadah, memahami, dan merenungkan lebih manafaat dan
dapat memupuk keimanan dan merasakan manisnya Al Qur’an, daripada hanya sekedar
menghatamkannya tanpa mentadaburinya. Al-Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia,
petunjuk, dan rahmat bagi kaum yang meyakini.” [QS. al-Jatsiyah: 20].
Memahaami dan merenungkan Al Qur’an bisa melalui penelaahan terjemah dan tafsir Al
Qur’an, kemukzijatan Al Qur’an dalam segi Bahasa dapat dibuktikan dengan lahirnya
berbagai macam madzhab tafsir dengan karakteristik, metode, corak, dan para mufasirnya.
Pada kesempatan ini kami akan mencoba memperkenalkan Madzhab Tafsir Ilmi Tfasir Ilmi
Kementrian Agama RI dan LIPI, dengan objek penelitian tafsir “Penciptaan Bumi ?
METODE PENELITIAN
1
Kristina, Al Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur, sampai berapa lama? (Kristina, Rabu, 13 juli 2022)
2
Al Banna Hasan Sharif, Journey Trough The Qur’an(Pengembaraan Meniti Mutiara Al Qur’an), Panduan Praktis
Memahami 114 suratdalam Al Qur’an dengan Mind Map,Cordoba 2016 Bndung. Hal 1.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan sumber kepustakaan
(library Reseach), dengan sumber kajian berupa sumber primer dan sekunder. Sumber primer
yang berasal dari kitab Tafsir Ilmi Kemenag RI, sedangkan sumber sekunder berasal dari
buku-buku, jurnal, artikel dan sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan pembahasan
yang sedang diteliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Definisi Madzhab Tafsir Ilmi
Secara Etimologi
Tafsir ilmi secara etimologi merupakan gabungan dua maṣdar. Al-Tafsir al-’Ilmi
berasal dari dua kata, yaitu “al- Tafsȋr” dan “al-’ilmi”. Al-Tafsir adalah bentuk masdar
dari fassara- yufassiru-tafsiir yang berarti: al-kasyf (mengungkapkan), al-idhah
(menjelaskan), al-bayan (menjelaskan), al-syarh (menjelaskan), sedangkan al-’ilmiy di
nisbatkan kepada kata ‘ilm (ilmu) yang berarti ilmiah atau bersifat ilmiah.3 Jadi
secara etimologi tafsir ilmi berarti tafsir ilmiah atau penafsiran ilmiah
Secara Terminologi
Ada beberapa pendapat dari Para Ulama, diantaranya:
1. Abd al-Majid al-Salam al-Muhtasib: berpendapat bahwa tafsir yang
dimaksudkan oleh para mufassir untuk tujuan menemukan suatu ungkapan
dan mengungkapkan apa kandungan dalam ayat Al-Qur’an terhadap teori-teori
ilmiah atau temuan ilmiah dan mencoba menggali berbagai masalah ilmiah
dan pemikiran filosofis.
2. Fahd Al-Rumi: berpendapat bahwa ijtihad seorang Mufasir dalam menemukan
hubungan antara ayat-ayat kauniyah Al-Qur’an dengan penemuan ilmu-ilmu
eksperimen yang bertujuan untuk mengungkapkan kemukjizatn Al-Qur’an
sebagai sumber ilmu yang sesuai dan sejalan disetiap waktu dan tempat.
3. Muhammad Husein Ad-Dzahabi: berpendapat bahwa tafsir yang dilakukan
untuk menentukkan istilah-istilah keilmuan dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan
berijtihad dari ayat-ayat tersebut.
4. Abd Al-Rahman: berpendapat bahwa tafsir Al-Qur’an yang berlandaskan uraian
dan keterangan isyarat Al-Qur’an yang menunjukkan keagungan Allah Swt
dalam mengatur ciptaan-Nya.
Dari beberapa pendapat, maka dapat disimpulkan bahwa tafsir ilmi atau
scientific exegies adalah penafsiran Al-Qur’an dengan pendekatan ilmu pengetahuan
untuk mengungkapkan kemukjizatan Al-Qur’an. Dapat kita ketahui juga bahwa
ayat-ayat Al-Quran yang menjadi objek penafsiran bercorak ‘ilmi ini yaitu ayat-ayat
yang mengandung nilai-nilai ilmiah dan kauniyyah (kealamaan). Ayat-ayat kauniyyah
adalah istilah yang digunakan oleh para ulama atau ahli tafsir untuk menyebut ayat-
3
Mufidah, Luthfatul. (2022). Fenomena siang dan malam dalam Al-Qur’an serta implikasinya terhadap kesehatan manusia (kajian tafsir
ilmi kemenag). Skripsi: Program studi Ilmu Al-Qur’an dan tafsir, Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim: Riau
ayat dalam Al-Qur’an yang berbicara tentang alam dan segala isinya seperti
membahas langit, bumi, hewan, tumbuhan termasuk manusia.4
Istilah kauniyyah berasal dari kata al-kaun yang berarti alam yang meliputi
langit dan bumi dan segala sesuatu di dalamnya. Istilah lain yang digunakan
mufassir untuk menyebut ayat-ayat kauniyyah, seperti Tantawi Jauhari, yang
menyebutnya sebagai ayat al-’ulum. Jumlah ayat-ayat kauniyyah yang terdapat dalam
Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat kauniyyahnya yaitu 750 ayat. Menurut M. Ahmad
Al-Ghamrawi tidak kurang dari 800 ayat-ayat kauniyyah, sedangkan menurut
Zaghlul Al-Najjar terdapat 1000 ayat-ayat kauniyyah.
6
Mustaqim, Abdul. (2017). Kontroversi tentang corak Tafsir Ilmi. Jurnal studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an dan Hadtis. Vol.7, No. 1
yaitu kelompok pertengahan yaitu kelompok yang membuat pengecualian dengan
syarat tertentu.7
1. Para Ulama yang menerima Tafsir Ilmi
Para Ulama yang menerima tafsir ilmi berpendapat bahwa dalil-dalil Al-Quran
itu meliputi seluruh ilmu pengetahuan yang dapat dicapai dengan cara
perenungan te rhadap ayat-ayatnya yang dikolerasikan dengan berbagai ilmu.
Atau cara sebaliknya yang mereka lakukan untuk membuktikan bahwa Al-
Quran itu selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan yaitu dengan
menarik teori-teori ilmu pengetahuan yang dikolerasikan dengan ayat-ayat
Al-Quran. Adapun Para Ulama yang menerima tafsir ilmi diantaranya: Abu
Hamid al-Ghazali, Fakhruddin ar- Razi, al-Zarkasyi, Jalaluddin as-Suyuthi, al-
Marsi dan Thantawi Jauhari
2. Para Ulama yang menolak Tafsir Ilmi
Para Ulama yang menolak tafsir ilmi berpendapat bahwa mereka khawatir bahwa
tafsir ini melenceng dari maksud awal diturunkannya Al-Qur’an sebagai
petunjuk bagi manusia. Karena hal tersebut jika kemudian diyakini bahwa ayat-
ayat kauniyyah di dalam Al-Qur’an tidak bisa dipahami kecuali dengan teori
sains yang berkembang dari waktu ke waktu. Hal itu sama saja
menyimpang karena teori ilmiah bersifat relatif yang saat ini mendapatkan posisi
kebenaran dan sangat mungkin kelak akan dicampakkan. Diantara para Ulama
yang menolak yaitu: Abu Ishaq al-Syatibi, Husein ad-Dzahabi, dan Mahmud
Syaltut.
3. Para Ulama yang bersikap moderat terhadap tafsir Ilmi
Dari pro dan kontra mengenai corak tafsir ilmi, sesungguhnya dapat dicari jalan
tengah yaitu Al-Qur’an memanglah bukan kitab ilmu pengetahuan, namun tidak
dapat dipungkiri bahwa di dalam Al-Qur’an banyak mengandung isyarat-isyarat
atau pesan-pesan moral akan pentingnya untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan. Berkenaan dengan hal ini para mufassir kontemporer dapat
memaklumi keberadaan tafsir ilmi. Para Ulama yang lebih moderat dalam
menyikapi perkembangan ilmu pengetahuan yang dikolerasikan dengan teks-
teks al-Quran. Di antara mereka itu ialah Diantaranya: Muhammad Musthafa
al-Maraghi, Ahmad Umar Abu Hajar , Ayatullah Makarem al-Syirazi.
Para mufassir kontemporer moderat memiliki 2 kriteria sebagai pedoman dalam
menafsirkan tafsir ilmi, yaitu:
1. Kriteria Umum yaitu yang harus dimiliki oleh setiap mufassir
Bagi seorang mufassir harus menguasai segenap ilmu yang biasa digunakan
dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an
Hendaklah bagi seorang mufassir memperhatikan tafsir Al-Qur’an yang
diakui
7
Sulaiman. (2019). Tafsir Ilmi dalam Perspektif Al-Qur’an. Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan hadits. Vol.2, No.2, Juli
Hendaklah seorang mufassir selalu membandingkan segala sesuatu yang
dapat dijadikan pelajaran dengan dalil -dalil naqli dan aqli sebelum ia
menafsirkan ayat-ayat.
2. Kriteria Khusus yaitu yang berhubungan dengan tafsir dan metode yang
digunakan. Kriteria itu adalah
Tafsir ilmi yang diakui adalah tafsir yang menggunakan ilmu-ilmu
eksperimen atau ilmu-ilmu yang dapat dibuktikan melalui penelitian
Ayat-ayat Al-Qur’an yang ditafsirkan dengan corak ilmi ini adalah ayat-ayat
yang jelas mengisyaratkan kepada ilmu
Dengan seiringnya waktu, tugas dan tanggung jawab Semakin luas, pada tahun
1982 Menteri Agama nomor 1 tahun 1982, mengeluarkan peraturan yang berisi: meneliti
dan menjaga mushaf Al-Qur'an, merekam bacaan- bacaan Al-Qur'an, menerjemahkan
dan menafsikan Al-Qur'an secara preventif dan represif, meneliti dan mempelajari
kebenaran mushaf Al-Qur'an bagi tuna netra, menghentikan peredaran mushaf Al-Qur'an
yang belum ditashih Lajnah pentashihan Al-Qur'an. Maka dapat disimpulkan tujuan
didirikannya Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‘an adalah untuk melakukan
pengembangan dan penelitian Al-Qur’an, menerbitkan naskah, menerjemahkan dan
menafsirkan Al-Qur’an, memelihara Al-Qur’an dan melaporkan hasil penelitian Al-
Qur’an.8
Tafsir Ilmi Kementerian Agama merupakan hasil perpaduan antara tafsir dan ilmu
Al-Qur’an yang digagas Kementerian Agama Republik Indonesia melalui Bidang Penelitian
dan Pengembangan Serta Diklat yang dilakukan oleh lembaga Lajnah Pentasihan Mushaf
Al-Qur’an (LPMA) bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Karya ini dapat dikatakan sebagai karya pertama pemerintah Indonesia di bidang tafsir
ilmiah (al-laun al-‘ilmi). Tafsir ilmiah tidak hanya bersifat ilmiah, tetapi juga menggunakan
metode tematik (maudhu’i) dengan membahas beberapa persoalan yang berkaitan dengan
Al-Qur’an dan tafsir ilmiah. Penafsiran ini menjadi kajian yang menarik karena beberapa
8
RI, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama. (2011). Penciptaan Bumi dalam perspektif Al-
Qur’an dan sains. Jakarta: Lajnah pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Hal.xii
alasan, yaitu interpretasi yang disatukan oleh beberapa ahli yang dibagi menjadi dua tim,
serta keberadaan tafsir ini digagas oleh Kementerian Agama. Secara tidak langsung posisi
interpretasi ini mendapat legitimasi dari pemerintah sebagai interpretasi yang diterima dan
diharapkan menjadi acuan masyarakat. Oleh karena itu, menarik untuk mengkaji
kepentingan pemerintah di balik persiapan interpretasi.
Tim kajian dan penyusunan Tafsir Ilmi terdiri dari para ahli dengan latar belakang
keilmuan yang berbeda dan dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama, mereka
menguasai persoalan kebahasaan dan hal lain yang terkait penafsiran Al-Qur‘an, seperti
Asbabul Nuzul, munasabatul- ayat, riwayat-riwayat dalam penafsiran dan keilmuan Islam yang
lainnya. Kelompok Kedua, mereka mengetahui persoalan-pesoalan saintifik, seperti fisika,
kimia, geologi, biologi, astronomi, dan lainnya. Kelompok pertama disebut tim Syar’i
dan kedua disebut tim kauni.
Tafsir Ilmi Kemenag RI merupakan suatu karya yang melibatkan banyak pihak,
secara garis besar tim pelaksana penyusun ini dikelompokkan menjadi dua tim, yakni
syar’i dan kawni. Tim syar’i terdiri dari sejumlah ulama Al-Qur‘an, yaitu: Dr Ahsin Sakho
Muhammad, Prof. Dr. H. Syibli Syardjaya, LML, Prof. Dr. H. Hamdani Anwar, Dr. H.
Muchlis M. Hanafi MA, Prof Dr. H Darwis Hude, M.Si, dan Tim kauni terdiri dari para
saintis, yaitu: Prof. Dr. H. Umar Anggara Jenie, M.Sc; Prof. Dr.dr.M Kamil Tajudin,
Sp.And; Prof. Dr. Hery Harjono, Dr. H.Muhammad Hisyam, MA; Prof. Dr. Arie
Budiman; Dr. H. Mudji Raharto; Prof. Dr. H Thomas Djamaluddin; Ir . H. Dudi Hidayat,
M.Sc,; Dr. H. M. Rachman Djuwansyah dan Ir. H. Hoemem Rzie Sahil.9
Tafsir yang di gagas pada tahun 2009 telah menghasilkan 10 tema penting terkait Al-
Qur’an dan sains yang diterbitkan tahun berikutnya yaitu tahun 2010. Kegiatan penerbitan
ini berlanjut hingga tahun 2016, total tafsir yang telah diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an yaitu 19 karya Tafsir Ilmi.
9
RI, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama. (2011). Penciptaan Bumi dalam perspektif Al-
Qur’an dan sains. Jakarta: Lajnah pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Hal.xii
5. Kaiamat dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains 2011
6. Seksualitas dalam Perspektif Al-Qur’an dan sains 2012
7. Manfaat Benda-Benda Langit dalam Perspektif Al-Qur’an dan 2012
Sains
8. Kisah Para Nabi Pra-Ibrahim dalam Perspektif Al-Qur’an dan 2012
Sains
9. Hewan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains 2012
10. Waktu dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains 2013
11. Samudra dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains 2013
12. Makanan dan Minuman dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains 2013
Metode yang digunakan dalam penyusunan Tafsir Ilmi Kemenag ini menggunakan
metode tematik dengan menitik beratkan pada kajian saintifik terhadap ayat-ayat
kauniyah didalam Al-Qur’an, bisa dikatakan bahwa karya ini adalah karya pertama
pemerintah Indonesia dibidang tafsir yang bercorak saintifik. Penafsiran ini tidak
hanya berlatarbelakang berbagai tafsir ilmiah, tetapi juga berbagai latar belakang
keilmuan seperti: Fisika, Kimia, Geologi, Biologi, Astronomi, dan lainnya. Coraknya
saintifik yang masuk dalam kategori tafsir bi al-ra’yi. Artinya penafsiran ini tidak hanya
menggunakan teks Al-Qur’an atau Hadist saja, tetapi juga rasio-rasio untuk
memberikan penjelasan terhadap ayat yang ditafsirkan tersebut menjadi sangat jelas
dari berbagai penjelasannya.
Tafsir ilmi Kemenag RI ini menempatkan Al-Qur’an dengan tegas sebagai objek
sekaligus sumber utama penafsiran ayat-ayat yang berkaitan ditampilkan untuk
memperkokoh topik yang sedang dibahas. Selain itu tafsir ini juga mengutip hadis-hadis
Nabi untuk mempertajam penjelasan. Paradigma yang dibangun oleh Tafsir Ilmi
Kementerian Agama adalah paradigma interpretasi modern yang menggunakan paradigma
tafsir kontemporer yang menggunaka paradigma fungsional dalam interpretasi modern
didasarkan pada buku teks, alasan, dan realitas empiris. waktu. Oleh karena itu, Tafsir Ilmi
Kementerian Agama bukan deduktif dari sumbernya melainkan tafsir dialektika. Beberapa
hal yang mendukung adalah sumber penafsiran yang berasal dari teks, dan alasan tafsir
adalah sejarah dan situasi empiris yang berasal dari penelitian dan penelitian ilmiah,
diantaranya Teks: Al-Qur’an dan Hadis, akal (Rasio), serta realitas dari hasil kajian dan
riset ilmu pengetahuan oleh tim Kemenag dalam melakukan penafsiran dan merujuk
kepada hasil-hasil penelitian.11
َو َلَقۡد َخ َلۡق َن ا ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو ٱَأۡلۡر َض َو َم ا َب ۡي َن ُهَم ا ِفى ِس َّت ِة َأَّياٍم َو َم ا َم َّس َن ا ِمن ُّلُغ وٍب
“Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan langit, bumi, dan apa yang ada antara
keduanya dalam enam masa dan Kami tidak merasa letih sedikit pun.”
QS As Sajadah(32): 4
ٱُهَّلل ٱَّلِذى َخ َلَق ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو ٱَأۡلۡر َض َو َم ا َب ۡي َن ُهَم ا ِفى ِس َّت ِة َأَّياٍم ُثَّم ٱۡس َت َو ٰى َع َلى ٱۡل َع ۡر ِش ۖ َم ا َلُك م ِّمن
ُد وِنِهۦ ِمن َو ِلٍّى َو اَل َش ِفيٍع ۚ َأَفاَل َتَت َذ َّك ُروَن
Allah adalah Zat yang menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya
dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy. Bagimu tidak ada seorang pun
pelindung dan pemberi syafaat selain Dia. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan?
QS Al Hadid(57) : 4
12
Berry Halfino, Sain Qur’an Menakjubka Anak Shaleh dan Cerdas(Keajaiban Bumi),hal 9,Sygma Media Inovasi, 2020, Bandung Jawa Barat.
13
RI, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‘an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama. (2011).penciptaan Bumi Dalam Prespektif Al-
Qur’an Dan Sains (Bumi, tempat kehidupan yang nyaman)hal 13. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur‘an
14
Yahya Harun, Pustaka Sain Populer Islami(Penciptaan Alam Semesta) hal 65, Sygma Publishing 2010, Bandung Jawa Barat
15
RI, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‘an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama. (2011).penciptaan Bumi Dalam Prespektif Al-
Qur’an Dan Sains (Bumi, tempat kehidupan yang nyaman)hal 13. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur‘an
ُه َو ٱَّلِذى َخ َلَق ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو ٱَأۡلۡر َض ِفى ِس َّت ِة َأَّياٍم ُثَّم ٱۡس َت َو ٰى َع َلى ٱۡل َع ۡر ِش ۚ َي ۡع َلُم َم ا َي ِلُج ِفى
ٱَأۡلۡر ِض َو َم ا َي ۡخ ُرُج ِم ۡن َه ا َو َم ا َي نِز ُل ِمَن ٱلَّس َم ٓاِء َو َم ا َي ۡع ُرُج ِفيَه اۖ َو ُه َو َمَع ُك ۡم َأۡي َن َم ا ُك نُتۡم ۚ َو ٱُهَّلل
ِبَم ا َتۡع َم ُلوَن َبِص يٌر
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Kemudian, Dia bersemayam
di atas ʻArasy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar darinya
serta apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. Dia bersamamu di mana saja
kamu berada. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Menurut ahli astronom keempat ayat di atas, menerangan proses penciptan langit dan bumi
dalam enam masa atau enam periode. Di dalam Al Qur’an enam masa, dumpamakan dan
dijelaskan secara berlainan, ada yang 1000 tahun(QS Al Hajj(22): 47), bahkan setara dengan
50.000 tahun (QS Al Ma’arij(70): 4). Proses penciptaan Alam Semesta dalam enam masa,
termasuk di dalamnya pencitaan bumi, ditafsirkan bilma’tsur dengan QS. An Naazi’at ayat
27-33.
َء َأنُتۡم َأَش ُّد َخ ۡل ًقا َأِم ٱلَّس َم ٓاُءۚ َب َن ٰى َه ا
Apakah penciptaan kamu yang lebih hebat ataukah langit yang telah dibangun-Nya? 16
Masa pertama terdapat pada QS An Naziyat: 27, memberi petunjuk tentang proses
penciptaan alam semesta dengan peristiwa Big Bang, yaitu ledakan besar sebagai permulaan
terciptanya materi, ruang, dan waktu.
َر َفَع َس ۡم َك َه ا َفَس َّو ٰى َه ا
“Dia telah meninggikan bangunannya, lalu menyempurnakannya.”
Masa Kedua termaktub dalan QS An Naziyat: 28, yang membuktikan tentang proses
pengembangan alam semesta, sehingga benda langit posisinya semakin berjauhan(langit
semakin tinggi dan menjauh) lalu disempurnakan Allah SWT, melalui proses Panjang, dan
bukan proses sekali jadi, proses penciptaan alam semsta melaui proses Evolutif, yaitu
oproses perubahan secara bertahap bermula dari awan antar bintang, menjadi bintang,
kemudian akhirnya mati dan digantikan generasi bintang bintang baru.
َو َأۡغ َط َش َلۡي َلَه ا َو َأۡخ َر َج ُض َح ٰى َه ا
“Dia menjadikan malamnya (gelap gulita) dan menjadikan siangnya (terang benderang).”
Masa Ketiga, ditunjukkan pada QS An Naziyat: 29, menjelaskan adanya Tata Surya yang
juga berlaku pada bintang bintang lain, Masa ini merupakan waktu penciptaan Matahari
yang bersinar dan Bumi, serta Benda benda langit lainnya yang berotasi mengelilingi sang
surya, sehingga terjadi fenomena pergantian siang dan malam.
16
Al Qur’an Digital, Tafsir Learn Qur’an.com, Leran Qur’an Tafsir, Googlenya Al Qur’an.
َو ٱَأۡلۡر َض َب ۡع َد َٰذ ِلَك َد َح ٰى َه ٓا
Masa Keempat, ditunjukkan pada QS An Naziyat: 30, yang membuktikan proses Evolusi
Bumi, proses ini terjadi setelah proses pembentukan bulan dari lontaran sebagian kulit
bumi, karena tumbukan benda langit lainnya, dan menurut perkiraan bumi dihamparkan
ketika lempengan benua Pangea mulai terpecah, atau bias jadi usianya lebih tua dari benua
Pangea(Wallahu a’lam bishshowwab)
َأۡخ َر َج ِم ۡن َه ا َم ٓاَءَه ا َو َم ۡر َع ٰى َه ا
ُقۡل َأِئَّنُك ۡم َلَت ۡك ُفُروَن ِبٱَّلِذى َخ َلَق ٱَأۡلۡر َض ِفى َي ۡو َم ۡي ِن َو َتۡج َع ُلوَن َلُهٓۥ َأنَداًد اۚ َٰذ ِلَك َر ُّب ٱۡل َٰع َلِميَن
“Pantaskah kamu mengingkari Tuhan yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu
adakan pula sekutu-sekutu bagi-Nya? Itulah Tuhan semesta alam.”(Fushilat:9)
17
RI, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‘an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama. (2011).penciptaan Bumi Dalam Prespektif Al-
Qur’an Dan Sains (Bumi, tempat kehidupan yang nyaman)hal 13. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur‘an
QS Fushilat(41): 9 menjelaskan bahwa Allah SWT, meminta nabi Muhammad SAW, untuk
bertanya kepada orang kafir Mekkah, mengapa mereka ingkar kepada Allah, padahal Allah
telah menciptakan bumi yang mereka pijak dan tempai dengan leluasa. Bumi diciptakan
dalam 2 masa melalui proses Panjang diawali dari penciptaan materi sejenis gumpalan asap,
sampai menjadi bumi yang padat dan keras seperti sekarang.
َو َج َع َل ِفيَه ا َر َٰو ِس َى ِمن َفۡو ِقَه ا َو َٰب َر َك ِفيَه ا َو َقَّد َر ِفيَه ٓا َأۡق َٰو َت َه ا ِفٓى َأۡر َبَعِة َأَّياٍم َسَو ٓاًء ِّللَّسٓاِئِليَن
“Dia ciptakan pada (bumi) itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya, lalu Dia memberkahi
dan menentukan makanan-makanan (bagi penghuni)-nya dalam empat masa yang cukup
untuk (kebutuhan) mereka yang memerlukannya.”(Fushilat:10)
QS Fushilat(41): 10 Menjelaskan proses penciptaan gunung gunung yang kokoh, kata
gunung di sini disebutkan dengan rawasiya, bentuk jamah dari rasi, dan kata rasi berasal
dari fi’il atau kata kerja rasa, yarsu, raswan atau rusuwwan yang berarti tetap tegak, bentuk
isim makannya masya yang berarti tempat berlabuh yang tetap atau pelabuhan, arroasi
berarti yang membuang sauh, yang tetap, atau gunung. Pada ayat ini diterangkan Allah
SWT menciptakan gunung gunung dipermukaan bumi di sepanjang pertemuan antar
benua. Agar manusia dan makhluk lain di muka bumi tidak terguncang, karena getaran
gempa akibat pergeseran lempeng bumi QS An Nahl(16): 15. Gunung gunung yang
terbentuk juga mengandung mineral melalui proses erosi dengan waktu yang sangat
Panjang hingga terpisah mineral mineral tertentu dari batuan induknya. “Dia memancangkan
gunung-gunung di bumi agar bumi tidak berguncang bersamamu serta (menciptakan) sungai-sungai
dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk.”(An Nahl: 15)
Manfaat diciptakannya gunung untuk menahan awan supaya berkumpul dan kemudian
menurunkan hujan, menumbuhkan berbagai macam tanamann(QS Al A’raf: 57) “Dan
Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya
(hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang
tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu
pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati,
mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” Gunung juga sebagai tempat resapan air hujan
dan tempat penyimpanan air, kemanfaatan lain dari gunung adalah sebagai lahan
tumbuhnya pohon pohon besar yang membentuk hutan dan menjadi paru paru dunia.
Sebagaimana termaktub dalam QS Fushilat: 11-12.
ُثَّم ٱۡس َت َو ٰٓى ِإَلى ٱلَّس َم ٓاِء َو ِهَى ُد َخ اٌن َفَقاَل َلَه ا َو ِلَأۡلۡر ِض ٱۡئ ِتَي ا َط ۡو ًعا َأۡو َكۡر ًها َقاَلَت ٓا َأَت ۡي َن ا َط ٓاِئِعيَن
Dia kemudian menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap. Dia berfirman
kepadanya dan kepada bumi, “Tunduklah kepada-Ku dengan patuh atau terpaksa.”
Keduanya menjawab, “Kami tunduk dengan patuh.”(Fushilat:11)
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT, mmerintahkan langit dan bumi untuk tunduk dan
patuh pada ketentuanNya, kemudian kedua benda langit dating dengan penuh ketaatan
pada sunnatullah, yaitu hokum yang berlaku pada seluruh alam ciptaanNya, yang biasa
disebut hokum alam.
َفَقَض ٰى ُهَّن َس ۡب َع َس َٰم َو اٍت ِفى َي ۡو َم ۡي ِن َو َأۡو َح ٰى ِفى ُك ِّل َسَم ٓاٍء َأۡم َر َه اۚ َو َز َّي َّن ا ٱلَّس َم ٓاَء ٱلُّد ۡن َي ا ِبَم َٰص ِبيَح
ۡل ۡل ۡق ۡف ًظ َٰذ
َو ِح اۚ ِلَك َت ِديُر ٱ َع ِز يِز ٱ َع ِليِم
“Lalu, Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap langit Dia mewahyukan
urusan masing-masing. Kemudian langit yang paling dekat (dengan bumi), Kami hiasi dengan
bintang-bintang sebagai penjagaan (dari setan). Demikianlah ketetapan (Allah) Yang
Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui”.(Fushilat:12)
Allah SWT, menciptakan Langit menjadi tujuhlapis yang kokoh selama dua masa, dan Allah
menetapkan pada tiap tiap lapisn langit fungsi, urusan, dan tugasnya masing masing. Tujuh
lapisan langit jika direlevansikan dengan pendapat ahli astronomi, langit langit yang kokoh
dengan lpisan lapisan atmosfir, diantaranya: (1) Troposphere, (2) Tropopause, (3)
Strartosphere, (4) Stratopause, (5) Meshophere, (6) Mesopause, (7) Thermosphere.
Pembagian ini sesuai temperature suhu dan lapisan lapisan atmosfer dan jaraknya dari
permukaan bumi. Kekokohan lapisan lapisan tersebut, diartikan kokoh dalam menyelimuti
bola bumi karena adanya gaya gravitasi.
Secara garis besar masa waktu penciptaan Bumi dibagi menjadi empat periode diantarnya:
eon(masa),era(era), period(periode), dan epoch, pada tafsir penciptaan bumi skala waktu
geologi dibatasi pada eon, yang untuk selanjutnya disebut sebagai masa. Masa yang sangat
Panjang ini rentang waktunya dibagi menjadi empat: Fanerozokin(Phanerozoic),
Proterozoikum(protorezoic), Arken(Archean), dan Hadean. Berikut kami tampilkan table proses
Penciptaan Bumi menurut masa geologi dan penjelasan tafsir Ilmi Kementrian Agama RI
dan LIPI. 18
Masa Umur Masa /Eon Peristiwa
(Al (Juta
Qur’an) Tahun
Yang Lalu)
6 0-542 Fanerozoiku Gunung-gunung Dia pancangkan dengan kukuh.
m (Semua itu disediakan) untuk kesenanganmu dan
hewan ternakmu. proses penciptaan alam semesta
dengan peristiwa Big Bang, yaitu ledakan besar
sebagai permulaan terciptanya materi, ruang, dan
waktu.
18
RI, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‘an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama. (2011).penciptaan
Bumi Dalam Prespektif Al-Qur’an Dan Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur‘an
tinggi dan menjauh) lalu disempurnakan Allah
SWT, melalui proses Panjang, dan bukan proses
sekali jadi, proses penciptaan alam semsta melaui
proses Evolutif, yaitu oproses perubahan secara
bertahap bermula dari awan antar bintang, menjadi
bintang, kemudian akhirnya mati dan digantikan
generasi bintang bintang baru.
4 542-2500 Arkean Setelah itu, bumi Dia hamparkan (untuk dihuni).
Menjelaskan adanya Tata Surya yang juga berlaku
pada bintang bintang lain, Masa ini merupakan
waktu penciptaan Matahari yang bersinar dan
Bumi, serta Benda benda langit lainnya yang
berotasi mengelilingi sang surya, sehingga terjadi
fenomena pergantian siang dan malam.
3 3.800-4.600 Hadean Dia menjadikan malamnya (gelap gulita) dan
menjadikan siangnya (terang benderang).
membuktikan proses Evolusi Bumi, proses ini
terjadi setelah proses pembentukan bulan dari
lontaran sebagian kulit bumi, karena tumbukan
benda langit lainnya, dan menurut perkiraan bumi
dihamparkan ketika lempengan benua Pangea
mulai terpecah, atau bias jadi usianya lebih tua dari
benua Pangea. (Wallahu a’lam bishshowwab)
19
RI, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‘an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama. (2011).penciptaan
Bumi Dalam Prespektif Al-Qur’an Dan Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur‘an
DAFTAR PUSTAKA
RI, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‘an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama.
(2011).penciptaan Bumi Dalam Prespektif Al-Qur’an Dan Sains. Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al- Qur‘an
Mustaqim, Abdul. ( 2017). Kontroversi Tentang Corak Tafsir Ilmi. Jurnal Studi Ilmu-Ilmu
Al-Qur’an dan Hadis, Vol.7, No.1
Bahri, M. syaeful. (2022). Relasi Agama dan sains dalam Tafsir Ilmi Kemenag RI. Tesis:
Program studi magister Ilmu Al-Qur’an dan tafsir, Insitut PTIQ: Jakarta
Rohmah, Lutviatur. (2023). Penafsiran tentang penyangga langit dalam Al- Qur’an (studi
komparasi Tafsir Ilmi Kemenag RI dan Tafsir Al-Azhar karya Hamka). Skripsi:
Program studi Ilmu Al-Qur’an dan tafsir. Universitas Islam Negeri Walisongo,
Semarang
Sulaiman. (2019). Tafsir Ilmi dalam Perspektif Al-Qur’an. Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan hadits.
Vol.2, No.2, Juli
Mufidah, Luthfatul. (2022). Fenomena siang dan malam dalam Al-Qur’an serta
implikasinya terhadap kesehatan manusia (kajian tafsir ilmi kemenag). Skripsi:
Program studi Ilmu Al-Qur’an dan tafsir, Universitas Islam Negri Sultan Syarif
Kasim: Riau
Berry Halfino, Sain Qur’an Menakjubka Anak Shaleh dan Cerdas(Keajaiban Bumi),
hal 9,Sygma Media Inovasi, 2020, Bandung Jawa Barat.
Yahya Harun, Pustaka Sain Populer Islami(Penciptaan Alam Semesta) hal 65,
Sygma Publishing 2010, Bandung Jawa Barat
Kristina, Al Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur, sampai berapa lama? (Kristina,
Rabu, 13 juli 2022)
Al Banna Hasan Sharif, Journey Trough The Qur’an(Pengembaraan Meniti Mutiara Al Qur’an),
Panduan Praktis Memahami 114 surat dalam Al Qur’an dengan Mind Map,Cordoba 2016
Bndung. Hal 1.
Al Qur’an Digital, Tafsir Learn Qur’an.com, Leran Qur’an Tafsir, Googlenya Al Qur’an.