Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Wahyu Tuhan, Teks dan Ijtihad Akal Manusia, Aspek Ushul dan Furu’ dalam Islam

Disusun oleh

FATTAHUL MUBDI

NIM: 20210402316

PASCASARJANA

PROGRAM STUDI AL-AHWAL ASY-SYAKHSYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. latar belakang
Dalam doktrin agama ada dua sumber untuk mendapatkan pengetahuan dan
petunjuk kebenaran: al-ulum al-naqliyah (ilmu-ilmu naqli) berdasarkan wahyu, dan
al-ulum aqliyah (ilmu-ilmu rasional) berdasarkan akal. salah satu wahyu Allah SWT
adalah al-quran, al-quran merupakan kitab suci terakhir umat islam sebagai pedoman
hidup dan penyempurna dari dari ajaran-ajaran agama sebelumnya.
Turunnya islam serta penyampaian al-quran tidak lepas dari kuasanya yang
perlu kita imani, penolakan sebagian orang terhadap kemurnian dan kemu’jizatan al-
qur’an menunjukkan bahwa ia tidak mengimani al-quran sebagai kitab suci terakhir
dan paling sempurna isinya. kemajuan ilmu pengetahuan modern tentu tidak lepas
dari sumbangsih al-quran yang bersumber dari yang Maha Akbar. kalau saja mereka
mengikuti isyarat-isyarat dalam al-quran tentu banyak kemanfaatan dan kebaikan
yang akan ditemui oleh manusia menuju keridhoan Allah STW.
Al-quran sebagai wahyu Allah sangat disakralkan oleh kalangan umat islam
sebagai kitab suci terakhir yang mengandung petunjuk dan pedoman hidup manusia
agar selamat didunia dan akhirat. al-quran tidak hanya cukup dibaca maupun dihafal
melainkan juga perlu pengkajian dan penelitian. Al-quran apabila dikaji maka
semakin tampak kedalaman dan keluasan maknanya maka perlu kesungguhan,
keahlian khusus dan keluletan dalam meneliti dan mengkaji al-quran bukan hanya
pada teksnya melainkan juga pada segala aspek yang terkait dengan al-qur’an karena
tidak semua orang mampu menyelami makna al-quran secara menyeluruh.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian wahyu tuhan (al-quran)?
2. Apa pengertian ijthad serta aspek ushul dan furu’ dalam islam?
C. Tujuan pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian wahyu tuhan (al-quran)
2. untuk mengetahui pengertian ijtihad serta aspek ushul dan furu’ dalam islam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian wahyu
Wahyu diambil dari bahasa arab yang maknanya isyarat atau petunjuk. wahyu
adalah pernyataan Allah SWT yang diturunkan kepada para Nabi dan rasulnya untuk
disampaikan pada umatnya. 1
Secara etimologi wahyu berasal dari bahasa arab waha-yahi-wahyan yaitu
tersembunyi dan cepat. dengan demikian wahyu mencakup beberapa definisi yaitu
bisikan atau bujukan Allah SWT, ilham, insting bintang, isyarat yang cepat, bisikan
syetan, menyampaikan perintah. Selain itu wahyu diartikan juga sebagai al-muha isim
maf’ul dari kata waha yang berarti sesuatu yang diwahyukan.
Adapun pengertian wahyu secara terminologi terdapat beberapa pendapat
diantaranya ustadz Muahammad Abduh dalam Risalah At-Tauhid, wahyu adalah
pengetahuan yang diperoleh seseorang dengan keyakinan bahwa itu berasal dar Allah
SWT, baik melalui perantara maupun tanpa perantara. Sedangkan Hasbi Ash-
shiddieqy mendefinisikan wahyu sebagai sesuatu yang dimasukkan kedalam dada
para Nabi. Dari beberapa pengertian diatas dapat didefinisikan bahwa wahyu adalah
pengetahuan ghaib yang datang dari Allah SWT langsung kedalam jiwa seseorang
diberikan secara cepat dan rahasia, baik secara langsung maupun melalui perantara.2
Cara penyampaian wahyu, berdasarkan firman Allah SWT dalam surah asy-
syura ayat 51 dijelaskan bahwa metode penyampaian wahyu ada dua cara yaitu tanpa
melalui perantara Malaikat dan melalui perantara Malaikat. Tanpa melalui perantara
Malaikat bisa melalui mimpi seperti yang diperintahkan kepada Nabi Ibrahim untuk
meneyembelih putranya yaitu Ismail. Terdapat dalam surat as-shaffat ayat 102. Ada
pula yang langsung dari Allah SWT memperdengarkan suara dibalik tabir seperti
yang terjadi pada Nabi Musa as ketika akan diangkat menjadi Nabi. terdapat dalam
surah Thaha ayat 11-13.
Melalui perantara Malaikat yaitu melalui Jibril as dalam bentuk aslinya seperti
yang terjadi pada peristiwa isro’ mi’raj dan turunnya wahyu pertama, kedatangan
jibril seperti bunyi bel, gemerincing lonceng, atau lebah, Jibril as menjelma sebagai

1
Pius A. Partanto, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arloka,1994) h.781
2
Kadar M. Yusuf, Studi Al-quran (Jakarta: Amzah, 2014) h.23
manusia laki-laki yaitu ketika Nabi Muhammad SAW ditanyakan tentang islam, iman,
ihsan dan hari kiamat.
B. Pengertian wahyu tuhan (al-quran)
Secara harfiah al-quran berasal dari bahasa arab yang artinya bacaan atau
himpuan. Al-quran berarti bacaan, karena merupakan kitab yang wajib dibaca dan
dipelajari, dan berarti himpunan firman-firman Allah SWT (wahyu). menurut istilah,
al-quran adalah kitab suci umat islam yang berisi firman-firman Allah SWT yang
diwahyukan dalam bahasa arab kepada rasul/nabi terakhir Nabi Muhammad SAW,
yang membacanya adalah ibadah.3
Didalam beberapa buku atau kitab yang membahas tentang al-quran terdapat
perbedaan pendapat dikalangan para ahli ilmu. Namun demikian secara umum mereka
sepakat bahwa al-quran merupakan sebuah kitab suci umat islam. Secara etimologi art
al-quran dapat dilihat dari bentuk tulisan dan bacaannya. Dalam hal ini ada dua
pendapat yaitu mengatakan al-quran ditulis dan dbaca tanpa hamza menurut asy-
syafi’i, al-farra’ dan al-asy-‘ari. Sedangkan al-lihyani dan al-zaijaj mengatakan al-
quran ditulis dan dibaca dengan hamzah karena mengikuti wazan fu’laa-nu. kalau ada
oarang yang membaca dengan hamzah itu untuk meringankan bacaan yaitu
mengalihkan harokat fathah pada huruf sebelumnya.
Secara definitif ulama berbeda pendapat mengenai definisi al-quran, ada yang
mengatakan al-quran termasuk isim musytaq ada pula yang mengatakan isim goiru
musytaq atau isim ‘alam. Mereka juga berselisih mengenai jumlah nama-nama
alqur’an, ada yang mengatakan 55 nama dan ada pula yang mengatakan 90 nama atau
julukan. Sementara struktur al-quran meliputi juz, surat dan ayat sedangkan tinjauan
khusus al-quran terdiri dari kata, huruf, baris, halaman dan qira’at. Al-quran memuat
berbagai hal yang berhubungan dengan kepentingan manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial, baik yang berkaitan dengan tuhannya maupun sesama
manusia. dengan demikian, al-quran bagi manusia berfungsi sebagai nasehat
(mau’izhah), obat (syifa’), petunjuk (hudan), rahmat, dan pembeda (furqan).
Al-quran sebagai kitab Allah SWT menempati posisi sebagai sumber pertama
dan utama dari seluruh ajaran islam, baik yang mengatur hubungan manusia dengan
dirinya sendiri, hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan
sesamanya, dan hubungan manusia dengan alam. Al-quran berfungsi sebagai petunjuk

3
Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-kaidah memahami firman tuhan (Jakarta: Rajagrafindo
Persada,2014)h.46-48
atau pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup didunia dan
diakhirat.
C. pengertian hadist
hadist berasal dari bahasa arab yang artinya baru, tidak lama, ucapan,
pembcaraan, dan cerita. menurut istilah ahli hadist yang dimaksud dengan hadist
adalah segala berita yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW, berupa ucapan,
perbuatan, dan takrir (persetujuan Nabi SAW) serta penjelasan sifat-sifat Nabi
Muhammad SAW.
Hadist merupakan sumber ajaran islam, yang kedua dari al-quran. dilihat dari
sudut periwayatannya, jelas antara hadis dan al-quran terdapat perbedaan. Untuk al-
quran semua periwayatannya berlangsung secara mutawatir. Sedangkan periwayatan
hadis sebagian berlangsung secara mutawatir dan sebagian lagi berlangsung secara
ahad. Sehingga mulai dari sinilah timbul berbagai pendapat dalam menilai kualitas
hadis, sekaligus sumber perdebatan dalam kancah ilmiah, atau bahkan dalam kancah-
kancah non ilmiah. Akibatnya bukan kesepakatan yang didapatkan, akan tetapi
sebalikya perpecahan yang terjadi.
Sebagaimana dalam uraian tentang al-quran telah dijelaskan bahwa sebagian
besar ayat hukum dalam al-quran adalah dalam bentuk garis besar yang secara
amaliyah belum dapat dilaksanakan tanpa penjelasan dari hadis. Dengan demikan
keterkaitan hadis dan al-quran yang utama adalah berfungsi untuk menjelaskan al-
quran. Dengan demikian bila al-quran disebut sebagai sumber asli bagi hukum fikih,
maka hadist disebut sebagai bayani.
Para ulama islam berpendapat bahwa hadis menempati kedudukan pada
tingkat kedua sebaga sumber hukum islam setelah al-quran. mereka beralasan kepada
dalil-dalil al-quran surah Ali ‘imran, 3:132, surah Al-ahzab, 33:36 dan Al- hasyr,
59:7, serta hadist riwayat Tirmizi dan Abu Daud yang berisi dialog antara Rasulullah
SAW dengan sahabatnya Mu’az bin jabal tentang sumber hukum islam.
Fungsi atau peranan hadis (sunnah) di samping al-quran karim adalah:
1. Mempertegas atau memperkuat hukum-hukum yang telah disebutkan
dalam al-quran (bayan at-taqriri atau at-ta’qid).
2. Menjelaskan, menafsirkan, dan mernci ayat-ayat al-quran yang masih
umum dan samar (bayan at-tafsir).
3. Mewujudkan suatu hukum atau ajaran yang tidak tercantum dalam al-
quran (bayan at-tasyri). Namun pada prinsipnya tidak bertentangan dengan
al-quran
D. Ijtihad Insani
Menurut pengertian kebahasaan kata ijtihad berasal dari bahasa arab, yang
kata kerjanya “jahada”, yang artinya berusaha dengan sungguh-sungguh. Ijtihad
menempati kedudukan sebagai sumber hukum islam setelah al-quran dan hadist.
Dalilnya adalah al-quran dan hadist.4 Allah SWT berfirman: yang artinya “Dari mana
saja kamu keluar maka palingkanlah wajahmu ke arah masjidil haram dan dimana saja
kamu (sakalian) berada maka palingkanlah wajahmu ke arahanya. “(Q.S. AL-baqarah,
2:150).
Fungsi ijtihad adalah meski al-quran sudah diturunkan secara sempurna dan
lengkap, tidak berarti semua hal dalam kehidupan manusia diatur secara detail oleh al-
quran maupun hadist. Selain itu ada perbedaan keadaan pada turunnya al-quran
dengan kehdupan modern. Sehingga setiap saat masalah baru akan terus berkembang
dan diperlukan aturan-aturan turunan dalam melaksanakan ajaran islam dalam
kehidupan beragama sehari-hari. Jika terjadi persoalan baru bagi kalangan umat islam
disuatu tempat tertentu atau disuatu masa waktu tertentu maka persoalan tersebut
dikaji apakah perkara yang dipersoalkan itu sudah ada dan jelas ketentuannya dalam
al-quran atau al-hadis.
Sekiranya sudah ada maka persoalan tersebut harus mengikuti ketentuan yang
ada sebagaimana disebutkan dalam al-quran atau hadis. Namun jika persoalan tersebut
merupakan perkara yang tidak jelas atau tidak ada ketentuannya dalam al-quran dan
hadis, pada saat itulah maka umat islam memerlukan ketetapan jthad. tapi yang
berhak membuat ijtihad adalah mereka yang mengerti dan paham al-quran dan hadis.
Adapun jenis-jenis ijthad sebagai berikut:
1. Qiyas
2. Istihsan
3. Maslahah mursalah
4. Sududz dzariah
5. Istihsab
6. Urf

4
A M Saefuddin, Ijtihad Politik Cendikiawan Muslim (Gema insani press, 2020) h.58
E. Ushul (yang mutlaq) dalam al-quran
 Perintah wajibnya shalat
 Perintah wajibnya zakat
 Perintah wajibnya haji
 Perintah wajibnya puasa
 Perintah wajibnya nikah
Segala ketentuan hukum yang Ushul atau yang mutlaq dalam al-quran adalah
segala perintah wajibnya, sementara untuk Furu’iyah dengan macam-macam hasil dari
ijthad insani
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Secara etimologi wahyu berasal dari bahasa arab waha-yahi-wahyan yaitu
tersembunyi dan cepat. dengan demikian wahyu mencakup beberapa definisi yaitu
bisikan atau bujukan Allah SWT, ilham, insting bintang, isyarat yang cepat, bisikan
syetan, menyampaikan perintah. Selain itu wahyu diartikan juga sebagai al-muha isim
maf’ul dari kata waha yang berarti sesuatu yang diwahyukan.
Didalam beberapa buku atau kitab yang membahas tentang al-quran terdapat
perbedaan pendapat dikalangan para ahli ilmu. Namun demikian secara umum mereka
sepakat bahwa al-quran merupakan sebuah kitab suci umat islam. Secara etimologi art
al-quran dapat dilihat dari bentuk tulisan dan bacaannya. Dalam hal ini ada dua
pendapat yaitu mengatakan al-quran ditulis dan dbaca tanpa hamza menurut asy-
syafi’i, al-farra’ dan al-asy-‘ari. Sedangkan al-lihyani dan al-zaijaj mengatakan al-
quran ditulis dan dibaca dengan hamzah karena mengikuti wazan fu’laa-nu. kalau ada
oarang yang membaca dengan hamzah itu untuk meringankan bacaan yaitu
mengalihkan harokat fathah pada huruf sebelumnya.
Hadist merupakan sumber ajaran islam, yang kedua dari al-quran. dilihat dari
sudut periwayatannya, jelas antara hadis dan al-quran terdapat perbedaan. Untuk al-
quran semua periwayatannya berlangsung secara mutawatir. Sedangkan periwayatan
hadis sebagian berlangsung secara mutawatir dan sebagian lagi berlangsung secara
ahad. Sehingga mulai dari sinilah timbul berbagai pendapat dalam menilai kualitas
hadis, sekaligus sumber perdebatan dalam kancah ilmiah, atau bahkan dalam kancah-
kancah non ilmiah. Akibatnya bukan kesepakatan yang didapatkan, akan tetapi
sebalikya perpecahan yang terjadi.
Menurut pengertian kebahasaan kata ijtihad berasal dari bahasa arab, yang
kata kerjanya “jahada”, yang artinya berusaha dengan sungguh-sungguh. Ijtihad
menempati kedudukan sebagai sumber hukum islam setelah al-quran dan hadist.
Dalilnya adalah al-quran dan hadist. Allah SWT berfirman: yang artinya “Dari mana
saja kamu keluar maka palingkanlah wajahmu ke arah masjidil haram dan dimana saja
kamu (sakalian) berada maka palingkanlah wajahmu ke arahanya. “(Q.S. AL-baqarah,
2:150).
DAFTAR PUSTAKA

Anshori, 2014, Ulumul Qur’an Kaidah-kaidah memahami firman tuhan (Jakarta:


Rajagrafindo Persada)

A M Saefuddin, 2020, Ijtihad Politik Cendikiawan Muslim (Gema insani press)

Kadar M. Yusuf, 2014, Studi Al-quran (Jakarta: Amzah)

Pius A. Partanto, 1994, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arloka)

Anda mungkin juga menyukai