Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’anul Karim adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya
selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an sebagai risalah
terakhir yang diturunkan kepada nabi terakhir melalui perantara r u h a l
a m i n (malaikat Jibril) tentunya mempunyai tujuan, fungsi, visi dan misi
utama yang berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya yang diturunkan
kepada nabi-nabi terdahulu, lebih dari itu Al Qur’an memiliki tujuan lain
melebihi tujuan-tujuan kitab-kitab itu. Sebagai kitab terakhir Al-Qur’an tentu
ditujukan kepada seluruh umat manusia sepanjang waktu dan di segala
tempatnya, baik manusia yang berbicara dengan bahasa Arab maupun
yang berbahasa selain Arab.
Universalitas Al-Qur’an sebagai kitab terakhir bagi manusia tidak
diturunkan untuk kemaslahatan kaum ataupun g o l o n g a n t e r t e n t u
seperti objek dakwah kitab-kitab sebelumnya yang hanya
diturunkan dalam jangka waktu tertentu dan untuk kelompok tertentu
dan untuk kelompok atau umat tertentu saja. Sebagai wahyu yang berupa kitab
atau teks yang diam, tentu Al-Qur’an tidak dapat diaplikasikan tujuan, fungsi,
visi dan misi risalahnya oleh manusia kecuali telah ditafsirkan dan dapat
dipahami oleh umat yang menjadi objeknya, yaitu manusia yang ingin
mengamalkan isi kandungannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Al-Qur’an ?
2. Bagaimana kedudukan dan fungsi Al-Qur’an ?
3. Bagaimana sejarah turunnya Al-Qur’an ?
C. Tujuan Rumusan Masalah
1. Menjelaskan definisi Al-Qur’an.
2. Menjelaskan kedudukan dan fungsi Al-Qur’an .
3. Menjelaskan sejarah turunnya Al-Qur’an.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Qur’an
a. Secara etimologi (asal kata) Al-Qur’an berasal dari kata arab qaraa ) ‫ )قرا‬yang
berarti membaca, sedangkan al-farra’ menyatakan bahwa kata Al-Qur’an
berasal dari kata qarain (‫ ) قرانن‬jamak dari qarinah (‫ ) قرينة‬dengan makna
berkait-kaitan, karena bagian Al-Qur’an yang satu berkaitan dengan bagian
yang lain. Al-Asya’ari mengidentifikasikan etimologi Al-Qur’an berasal dari
kata qarn (‫رن‬,,‫)ق‬, yang berarti gabungan, karena Al-Qur’an merupakan
gabungan dari berbagai ayat, surat, dan sebagainya. Al-Syafi’iy berbeda
pendapat dari yang disebut diatas yang menyebutkan bahwa Al-Qur’an tidak
berasal dari kata apapun, karena Al-Qur’an merupakan kalamullah yang
diturunkan Nabi Muhammad SAW yang nama itu datang dari Allah, maka ia
tidak perlu dinisbatkan kepada suatu akar kata apapun. Disamping itu ia
menyebutkan nama Al-Qur’an.
b. Secara terminologi Al-Qur’an berarti :
1. Menurut ‘Abd Al-Wahhab Al-Khallaf
Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan melalui ruhul amin
(Jibril) kepada Nabi Muhammad SAW dengan bahasa arab, isinya dijamin
kebenarannya dan sebagi hujjah kerasulannya, undang-undang bagi
seluruh manusia dan petunjuk dalam beribadah serta dipandang ibadah
dalam membacanya, yang terhimpun dalam mushaf yang dimulai dari
surat Al-Fatihah dan diakhiri surat An-Nass, yang diriwayatkan kepada
kita dengan jalan mutawatir.
2. Menurut Muhammad Salim Muhsin :
Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang ditulis dalam mushaf-mushaf dan diriwayatkan kepada kita
dengan jalandan membacanya dipandang ibadah serta sebagi penentang
(bagi yang tidak percaya) walaupun surat terpendek.

2
3

3. Menurut Mahmud Syaltout:


‫اللفظ العربي المنزل على محمد ص م المنقول إلينا با لتواتر‬
"Al-Qur’an adalah lafad yang berbahasa Arab yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang dinukilkan kepada kita dengan cara
mutawatir."
4. Menurut Hasby Al-Shiddiqiy dan Departemen Agama RI
Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang merupakan mu’jizat yang
diturunkan /diwahyukan kepada Nabi Muhammad dan membacanya
sebagai ibadah. Dengan definisi tersebut maka Al-Qur’an paling tidak
mengandung ciri-ciri :
a. Wahyu Tuhan
b. Diturunkan Kepada Nabi
c. Melalui Malaikat Jibril
d. Membacanya sebagai ibadah
e. Sebagai mu’jizat bagi Nabi Muhammad SAW

B. Kedudukan Al-Qur’an Dan Fungsi Al-Qur’an


1. Kedudukan Al-Qur’an
Al-Qur’an sebagai kitab Allah yang menempati posisi sebagai sumber
pertama dan utama dari seluruh ajaran islam, baik yang mengatur hubungan
manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan Allah, hubungan
manusia dengan sesamanya, dan hubungan manusia dengan alam. Dasar hukum
yang pertama bahwa Al-Qur’an adalah sumber yang asasi bagi syariat islam. Dari
Al-Qur’an inilah dasar-dasar hukum islam beserta cabang-cabangnya digali.
Agama islam, agama yang dianut oleh umat muslim di seluruh dunia,
merupakan way of life yang menjamin kebahagian hidup pemeluknya di dunia dan
di akherat kelak. Agama islam datang dengan Al-Qur’an membuka lebar-lebar
mata manusia agar mereka menyadari jati diri dan hakekat keberadaan manusia di
atas bumi ini. Agar manusia tidak terlena dengan kehidupan ini, sehingga manusia
4

tidak menduga bahwa hidup mereka hanya di mulai dengan kelahiran dan
kematian saja.
Al-Qur’an mengajak manusia berpikir tentang kekuasaan Allah SWT. Dan
dengan berbagai dalil. Al-Qur’an juga mengajarkan kepada manusia untuk
membuktikan keharusan adanya hari kebangkitan, dan bahwa kebahagiaan
manusia pada hari itu akan di tentukan oleh sikap persesuaian hidup mereka
dengan apa yang dikehendaki oleh Sang Pencipta.

2. Fungsi Al-Quran
Al-Qur’an menjadi salah satu mukjizat Rasulullah SAW untuk semua umat
manusia yang ada di dunia sampai akhir zaman. Al-Qur’an sebagai pedoman umat
islam selain Al hadist. Al-Qur’an yaitu kalam atau firman Allah yang telah
dturunkan kepada nabi Muhammad lewat perantara malaikat jibril. Adapun fungsi
Al-Qur’an :
1. Al-Qur’an sebagai petunjuk
Al-Qur’an sebagai petunjuk terdapat tiga posisi yaitu Al-Qur’an sebagai
petunjuk bagi manusia secara umum, petunjuk bagi orang-orang yang
bertaqwa, dan petunjuk untuk orang-orang yang beriman. Al-Qur’an
sebagai petunjuk orang yang beriman memiliki arti bahwa bagi orang
yang mempunyai iman islam yang ada pada dirinya yaini mereka yang
mengakui bahwa nabi Muhammad utusan Allah. Allah adalah tuhan satu-
satunya semesta alam,sedangkan bagi orang-orang yang bertaqwa
petunjuk Al-Qur’an artinya benar benar menjalankan perintah Allah serta
menjahui larangan-Nya.
2. Al-Qur’an sebagai pembeda (Al furqon)
Allah telah menjelaskan tetang Al furqon (pembeda). Antara haq dan
yang bathil. Barang siapa yang lebih bayak mengikuti Al-Qur’an dan As-
Sunnah maka dia yang lebih baik memperoleh Al furqon dan sebaliknya
barang siapa yang semakin jauh menyimpang dari ajara Al-Qur’an dan As
Sunnah maka semakin jauh pula ia dari Al Furqon karena tidak bisa lagi
membedakan mana benar mana salah secara jelas.
5

3. Al-Qur’an sebagai peyembuh atau penawar (syifa)


Maksud Al-Qur’an sebagai obat penyembuh adalah sebagaimana di
jelaskan dalam firman Allah:
‫َو ُنَنِّز ُل ِم َن اْلُقْر آِن َم ا ُهَو ِش َفاٌء َو َر ْح َم ٌة ِلْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو َال َيِز ْيُد الَّظاِلِم ْيَن ِإَّالَخ َس اًرا‬
“Dan Kami turunkan dari al Quran suatu yang menjadi obat (penawar)
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS al-Isrâ’:
82)
4. Al-Qur’an sebagai peringatan dan pelajaran bagi manusia
‫َأْنَز ْلَناُه ُمَباَر ٌك ُمَص ِّدُق اَّلِذ ي َبْيَن َيَد ْيِه َو ِلُتْنِذَر ُأَّم اْلُقَر ٰى َو َم ْن َح ْو َلَهاۚ َو اَّلِذ يَن‬ ‫َو َٰه َذ ا ِكَتاٌب‬
‫ِخ َر ِة ُيْؤ ِم ُنوَن ِبِهۖ َو ُهْم َع َلٰى َص اَل ِتِهْم ُيَح اِفُظون‬ ‫ُيْؤ ِم ُنوَن ِباآْل‬
“Dan ini(Al Qur’an) adalah kitab yang telah kami turunkan yang di
berkahi membenarkan kitab kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar
kamu memberi peringatan kepada (penduduk) umul qura (mekkah) dan
orang orang yang di luar lingkungannya. Orang orang yang beriman
kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al-Quran)
dan mereka selalu memelihara sembahyangnya.” (Q.S.al-An’am/6:92)

C. Sejarah Al-Qur’an
1. Proses Pewahyuan Al-Qur’an
Secara garis besar, cara wahyu diturunkan pada para Nabi dan Rasul
sebagaimana yang disebutkan dalam Alqur’an, Surah As-Syura:51 melalui 3
cara:
a. Dengan pemberitahuan langsung(secara wahyu) kedalam jiwa Nabi, seperti
mimpi Nabi Ibrahim ketika diperintah untuk menyembeih anaknya.
b. Dengan cara penyampaian di balik tabir.
c. Dengan cara melalui perantara Malaikat baik dengan bentuknya yang asli
atau menyerupai manusia.
6

Adapun cara-cara Al-qur’an diturunkan pada Rasulullah dengan


bermacam macam cara dan keadaan, diantaranya:
a. Malaikat mewahyukan Al-qur’an kedalam hatinya. Dalam hal ini
Rasulullah tidak melihat sesuatu apapun hanya beliau merasa bahwa wahyu
Alqur’an sudah berada dalam kalbunya.
b. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi Muhammad, berupa seorang
laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehinnga beliau
mengetahui dan hafal benar kata-kata itu.
c. Wahyu datang kepadanya seperti gemerincingan lonceng. Cara inilah yang
amat berat dirasakan oleh Nabi. Kadang-kadang pada keningnya
berpancaran keringat, meskipun turunnya wahyu itu dimusim dingin.
Kadang-kadang unta beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa
amat berat, bila wahyu itu turun ketika beliau sedang mengendarai unta.
Rasulullah bersabda: ”Terkadang Malaikat datang kepadaku bagaikan
dencingan lonceng dan itulah yang paling berat bagiku, lalu dia pergi dan
akupun telat menyadari apa yang telah dikatakannya. Terkadang dia
menjelma untukku sebagai seorang laki-laki lalu dia berbicara padaku dan
aku memahami apa yang dikatakannya.”(HR.Bukhari)
d. Malaikat menampakkan dirinya kepada Rasulullah tidak berupa seorang
laki-laki, namun menampakkan wujud yang asli.
Jumhur Ulama berpendapat bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi
Muhammad selama kurang lebih 23 tahun. Al-Qur’an mulai diturukan ketika
nabi Muhammad sedang berkhalwat serang diri di gua Hiro’ pada malam
Senin, tanggal 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran, bertepatan tanggal 6
Agustus 610 M. Masa turunnya Al-Qur’an dapat dibagi kedalam 2 periode.
Periode pertama disebut periode Makkiyah, yaitu masa ayat-ayat yag turun
ketika Nabi Muhammad masih bermukim di Mekkah selama 12 tahun 5 bulan
13 hari, persisnya sejak 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran nabi sampai
permulaan Rabiul Awal tahun 54 dari kelahiran Nabi. Periode ke-2 disebut
7

peride Madaniyah, yaitu masa-masa ayat-ayat yang turun setelah Nabi


Muhammad hijrah ke Madinah, yaitu selama 9 tahnu 9 bulan 9hari, persisya
dari permulaan Rabiul Awal tahun 54 dari kelahiran Nabi sampai 9 Dzulhijah
tahun 63 dari kelahiran nabi atau tahun 10 hijrah.
Ayat –ayat yang turun dalam priode Makkah disebut ayat-ayat
makiyah ,dan ayat-ayat yang turun dalam priode Madinah disebut ayat-ayat
madaniayah. Jika direkapitulasi, Al Qur’an yang terdiri dari 30 juz, jumlah
ayat-ayat makiyah sekitar19/30 dan ayat ayat madaniyah sekitar 11/30.
Diturunkanya Al-Qur’an secara berangsur-angsur kurang lebih 23
tahun, menandakan Al Qur’an mempunyai hubungan dialektis dengan situasi
dan tempat ketika diturunkan tentu saja Al Qur’an bukan hanya memberi
petunjuk bagi masyarakat tempat ia diturunkan,tetapi juga untuk masyarakat
sepanjang masa dan ditempat manapun. Karena itulah, ajaran Al Qur’an
bersifat universal.1
2. Proses Pembukuan Al-Qur’an
Untuk menjadi sebuah mushaf, Al-qur’an memerlukan beberapa
proses yang melibatkan beberapa orang dalam kurun waktu relative panjang.
Mushaf ini lazim disebut Mushhaf Utsmani atau Mushhaf Imam.
Proses pengumpulan Al-qur’an meliputi proses penyampaian,
pencatatan, pengumpulan catatan, dan kodifikasi, hingga menjadi mushaf Al-
qur’an yang biasa disebut dengan jam’al al-Qur’an. Semua proses ini
merupakan bagian dari upaya untuk mengamankan dan melestarikan kitab
suci al-Qur’an.2
a. Pengumpulan Al-Qur’an pada masa nabi Muhammad SAW
Cara paling lazim dalam menjaga al-Qur’an pada masa Nabi ialah
dengan hafalan (al-jam’ fi al-shudur). Hal ini selain karena masih banyaknya
sahabat yang buta huruf, juga karena hafalan orang Arab ketika itu terkenal
kuat.

1
Quraish Shihab, Sejarah & Ulum Al-Qur’an, (Jakarta:Pustaka Firdaus,2008), hlm.20
2
Ibid., hlm.25.
8

Upaya pelestarian Al-Qur’an pada masa Nabi yaitu setiap kali


menerima wahyu beliau langsung mengingat dan menghafalkannya.
Selanjutnya beliau menyampaikan kepada para sahabatnya. Jika ada masalah,
mereka langsung mengkonfirmasikannya kepada Nabi, lalu Nabi segera
memberikan penjelasan, karena hafalan Nabi sangat kuat, beliau bahkan
digelari “penghulu para penghafal Al-Qur’an”.
Penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi sudah dikenal secara umum.
Beberapa sahabat dikenal sebagai penulis wahyu, antara lain ialah: Abu Bakar
al-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib,
Mu’awiyah, Khalid bin Walid, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Tsabit bin
Qais, Amir bin Fuhairah, Amr bin ‘Ash, Abu Musa al-Asy’ary, dan Abu
Darda’.
Para sahabat menulis wahyu di kepingan tulang belulang, pelepah
kurma, dan bebatuan. Pada masa Nabi belum ada upaya untuk melakukan
kodifikasi al-Qur’an. Selain karena wahyu masih turun, juga belum ada
kebutuhan yang mendesak untuk melakukan upaya tersebut.3
b. Pembukuan Al-Qur’an pada masa khalifah Abu Bakar
Setelah Rosulullah meninggal, Abu Bakar diangkat menjadi khalifah.
Pada masa ini terjadi kekacauan yang ditimbulkan oleh orang-orang murtad,
terutama yang dipimpin Musailamah al-Kadzdzab bersama para pengikutnya.
Hal ini mengakibatkan terjadinya perang Yamamah yang terjadi pada tahun
12 H. Pada pertempuran itu banyak sahabat penghafal al-Qur’an gugur,
mencapai sekitar 70 orang, bahkan dalam suatu riwayat dinyatakan sekitar
500 orang.
Peristiwa tersebut menggugah hati Umar bin Khattab untuk meminta
kepada khalifah Abu Bakar agar al-Qur’an segera dikumpulkan dan ditulis
dalam sebuah Mushaf. Beliau khawatir al-Qur’an akan berangsur-angsur
hilang bila hanya mengandalkan hafalan semata, apalagi para penghafalnya
semakin berkurang.

3
Ibid., hlm.25-28.
9

Semula Abu Bakar ragu-ragu menerima gagasan Umar bin Khattab


tersebut. Namun akhirnya beliau pun menerimanya setelah betul-betul
mempertimbangkan kebaikan dan manfaat gagasan tersebut. Abu Bakar lalu
memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk segera mengumpulkan ayat-ayat al-
Qur’an guna ditulis dalam sebuah mushaf. Ciri penulisan al-Qur’an pada masa
Abu Bakar adalah seluruh ayat al-Qur’an dikumpulkan dan ditulis menjadi
sebuh mushaf setelah melalui proses penelitian yang sangat teliti.
Setelah Abu Bakar wafat, mushaf tersebut terjaga dengan ketat di
bawah tanggung jawab Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua. Kemudian
mushaf tersebut diserahkan kepada Hafshah binti Umar, istri Rosulullah untuk
disimpan.4
c. Pembukuan Al-Qur’an pada masa khalifah Utsman bin Affan
Sepeninggal Umar, jabatan Khalifah dipegang oleh Utsman bin Affan.
Pada masa pemerintahan khalifah ketiga ini, dunia islam mengalami banyak
perkembangan. wilayah islam sudah sedemikian luas, dan kebutuhan umat
untuk mengkaji Al-Qur’an semakin meningkat. Banyak penghafal al-Qur’an
ditugaskan ke berbagai propinsi untuk menjadi imam sekaligus menjadi
ulama’ yang bertugas mengajar umat.
Versi qiro’at yang dimiliki dan diajarkan masing-masing sahabat
tersebut berlainan satu sama lain. Hal ini menimbulkan dampak negatif di
kalangan kaum muslimin. Situasi ini mencemaskan khalifah Utsman bin
Affan. Karena itu, beliau segera mengundang para sahabat untuk memecahkan
masalah tersebut.
Inisiatif khalifah Utsman untuk membukukan dan menggandakan al-
Qur’an muncul setelah adanya usulan dari Khuzaifah. Kemudian khalifah
Utsman mengirim sepucuk surat yang isinya meminta agar Hafshah
mengirimkan mushaf yang disimpannya untuk disalin menjadi beberapa
mushaf. Pada tahun 24 H, khalifah Utsman memerintahkan Zaid bin Tsabit,
Abdullah bin Zubair, Sa’id ibn Ash, dan ‘Abd al-Rahman ibn Harits, untuk

4
Ibid., hlm. 28-29.
10

bekerja samamenggandakan Al-Qur’an. Utsman berpesan: “jika terjadi


perbedaan diantara kalian mengenai al-Qur’an, maka tulislah menurut dialek
Quraisy, karena al-Qur’an diturunkan dalam bahasa mereka”.
Setelah tim tersebut menyelesaikan tugasnya, khalifah Utsman
mengembalikan mushaf orisinal kepada Hafsah. Kemudian beberapa mushaf
hasil kerja tim tersebut dikirim ke berbagai kota (kebanyakan ulama
mengatakan sebanyak 4 buah, masing-masing dikirim ke Kuffah, Bashrah,
dan Syiria, sementara sebuah lagi disimpan Khalifah Utsman).
Sementara mushaf-mushaf lain yang ada pada saat itu diperintahkan
khalifah Utsman untuk dibakar. Pembakaran mushaf tersebut dimaksudkan
untuk mencegah terjadinya pertikaian di kalangan umat, karena masing-
masing mushaf yang dibakar itu mempunyai kekhususan.5
d. Penulisan Al-Qur’an setelah Khalifah Utsman
Inisiatif untuk menyempurnakan penulisan al-Qur’an pertama kali
dilakukan Abu Aswad al-Duwali atas intruksi pemerintahan Ai bin Abi
Thalib. Selanjutnya dengan tekun Abu Aswad memberikan tanda-tanda baca
ke dalam al-Qur’an. Tanda fathah diberikan berupa satu titik di atas huruf,
tanda kasroh berupa satu titik di bawah huruf, tanda dhommah berupa satu
titik di sela-sela huruf dan tanda sukun berupa dua titik di atas huruf.
Pada masa pemerintahan Abd Malik bin Marwan dari dinasti
Umayyah, Nashir bin ‘Ashim dan Yahya bin Ma’mar mengambil inisiatif
dengan menambahkan titik-titik pada huruf tertentu. Hal ini untuk
membedakan antara bentuk-bentuk huruf ba’ ta’ tsa’ nun ya’. Dan untuk
membedakan bentuk huruf ha dan kha antara dal dan dzal antara sin dan syin
antara shad dan dlad antara tha dan dha’antara qaf dan fa’ antara ain dan
ghain. Al-Qur’an yang mengandung banyak titik ini masih dipergunakan dan
diterbitkan sampai pertengahan abad 11 H. Namun penulisan semacam ini
menimbulkan kesulitan, terutama dalam setting pencetakannya.

5
Ibid., hlm.29-31.
11

Al- Khatib mengambil inisiatif dengan mengubah tanda titik yang


diberikan oleh Abu Aswad al-Duwali (titik-titik sebagai tanda syakal) menjadi
alif kecil untuk tanda fathah, ya’ kecil untuk tanda kasroh, waw kecil untuk
tanda dhammah, ha’ kecil untuk tanda sukun dan sin kecil untuk tanda
syiddah.
Perkembangan selanjutnya tanda-tanda syakkal itu diubah kembali
menjadi garis miring diatas sebagai tanda fathah, garis miring dibawah
sebagai tanda kasroh, wawu miring diatas sebagai tanda dhammah, dan tanda
bundar untuk tanda sukun.6

6
Shonhaji Sholeh, Pengantar Studi Islam (Surabaya:Sunan Ampel Press,2010), hlm.39-40.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan melalui ruhul amin (Jibril)
kepada Nabi Muhammad SAW dengan bahasa arab yang terhimpun dalam mushaf
yang dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri surat An-Nass, yang diriwayatkan
kepada kita dengan jalan mutawatir.
Al-Qur’an sebagai kitab Allah yang menempati posisi sebagai sumber
pertama dan utama dari seluruh ajaran islam. Adapun fungsi Al-Qur’an meliputi:
Al-Qur’an sebagai petunjuk, Al-Qur’an sebagai pembeda, Al-Qur’an sebagai
penyembuh dan penawar dari segala macam penyakit dan Al-Qur’an sebagai
peringatan dan pelajaran bagi manusia.
Masa turunnya Al-Qur’an dapat dibagi kedalam 2 periode. Periode pertama
disebut periode Makkiyah, yaitu masa ayat-ayat yag turun ketika Nabi Muhammad
masih bermukim di Mekkah selama 12 tahun 5 bulan 13 hari, persisnya sejak 17
Ramadhan tahun 41 dari kelahiran nabi sampai permulaan Rabiul Awal tahun 54
dari kelahiran Nabi. Periode ke-2 disebut peride Madaniyah, yaitu masa-masa
ayat-ayat yang turun setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, yaitu selama 9
tahun 9 bulan 9hari, persisya dari permulaan Rabiul Awal tahun 54 dari kelahiran
Nabi sampai 9 Dzulhijah tahun 63 dari kelahiran nabi atau tahun 10 hijrah.
Upaya melestarikan Al-Qur’an pada masa Nabi adalah dengan hafalan.
Para sahabat menulis wahyu di kepingan tulang belulang, pelepah kurma, dan
bebatuan. Pada masa khalifah Abu Bakar, beliau memerintahkan Zaid bin Tsabit
untuk mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an guna ditulis dalam sebuah mushaf. Pada
pemerintahan Khalifah Utsman, wilayah islam sudah sedemikian luas, dan
kebutuhan umat untuk mengkaji Al-Qur’an semakin meningkat. Oleh sebab itu
beliau menggandakan Al-Qur’an dan dikirim ke berbagai Negara. Mushaf Al-
Qur’an tersebut lazim disebut Mushhaf Utsmani atau Mushhaf Imam.

12
13

B. Saran
Demikianlah tugas peyusunan makalah Studi Al-Qur’a dan Hadits,
dengan adanya makalah ini bisa menjadikan kita lebih memahami pengertian,
kedudukan, fungsi dan sejarah Al-Quran. Sehingga kita dapat menjadi pribadi
yag beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dan bisa menambah kecintaan kita
kepada Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA

Shihab, Quraish. 2008. Sejarah & Ulum Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Sholeh, Shonhaji. 2010. Pengantar Studi Islam. Surabaya: Sunan Ampel Press.

Hasan, Amirul & Muhammad Halabi. 1996. Dirasat Fi Ulum Al-Qur,an.


Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Ash-Shabuny, Aly.1984. Pengantar Study Al-Qur’an (At-Tibyan). Bandung: PT.


Al-Ma’arif.

14

Anda mungkin juga menyukai