Anda di halaman 1dari 10

Makalah Al-Qur’an dan Hadist

“Mengenal Al-Qur’an dan Wahyunya”

Nama Kelompok :
1. Annisa Aulia Janna
2. Intan Meysanti Amanda
3. M. Baihaqi Rahmatullah
4. Muhammad Billy Agam

MAN 3 PALEMBANG
TAHUN PELAJARAN 2021 – 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang ditulis
dalam mushaf-mushaf, yang dinukilkan secara mutawatir tanpa syubuhat. Sedangkan
menurut ahli tahqiq (orang-orang sufi), al-Qur’an adalah ilmu laduni yang bersifat global,
yang mencakup hakikat kebenaran.1 Al-Qur’an selamat dari penyelewengan, perubahan,
terputusnya sanad dan campur tangan orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya, seperti
Taurat dan Injil. Karena memang Allah tidak menjamin Taurat dan Injil untuk menjaganya.
Bahkan Allah menyerahkan kepada rahib dan pendeta untuk menghafalnya sendiri.2
Sedangkan al-Qur’an yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW terjaga dengan utuh.
Dengan adanya para penghafal, para penulis, pembukuan, percetakan sampai sekarang ini.
Sehingga al-Qur’an tidak mengalami perubahan sedikitpun, mulai dari waktu diturunkan
sampai akhir zaman.
Alquran memberikan banyak pengaruh kepada kehidupan umat manusia. Kalimat-
kalimat atau ayat-ayat dalam Alquran sangat kaya dan beragam sehingga sangat menarik
untuk diteliti. Kalimat didalamnya mengandung banyak pesan dan isi baik berupa perintah,
anjuran, larangan, berita, dan cerita oleh Allah swt kepada umat manusia. Semua diciptakan
dengan maksud agar manusia bahagia hidup dunia dan akhiratnya. Agar tujuan itu dapat
dibuktikan secara nyata oleh manusia, maka Alquran hadir dengan petunjuk-petunjuk,
keterangan-keterangan, dan konsep-konsep, baik yang bersifat global maupun terperinci,
yang tersurat maupun yang tersirat dalam berbagai persoalan dan disemua bidang kehidupan
umat manusia.
Bahasa yang digunakan dalam terjemahanAlquran tidak dibuat seperti bahasa
jurnalistik, misalnya saja koran, majalah, buletin dan lain sebagainya. Alquran adalah wahyu
Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Dengan alasan wahyu Allah tersebut
Alquran tidak dibuat dengan bahasa jurnalistik seperti yang tercantum dalam media cetak
Koran.Untuk memahami makna yang terkandung dalam Alquran manusia perlu mengkaji
lebih dalam. Kajian yang bisa dilakukan antara lain, menelaah kandungan makna serta
mendeskripsikan makna yang terkandung dalam setiap ayat demi ayat dalam Alquran.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada pembahasan kali ini yaitu bagaimana proses turunya wahyu Allah
yaitu Al-Qur’an ?

C. Tujuan
Tujuan pembahasan ini yaitu untuk mengenal Al-Qur’an dan wahyunya.

D. Manfaat
Manfaat pembahasaan ini yaitu untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih
mendalam mengenai Al-Qur’an dan wahyunya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Qur’an
Secara etimologi al-Qur’an berasal dari bahasa Arab dalam bentuk kata benda abstrak
mashdar dari kata (qara’a – yaqrau-Qur’anan) yang berarti bacaan. Sebagian ulama yang
lain berpendapat bahwa lafazh al-Qur’an bukanlah musytak dari qaraȇa melainkan isim alam
(nama sesuatu) bagi kitab yang mulia, sebagaimana halnya nama Taurat dan Injil. Penamaan
ini dikhususkan menjadi nama bagi Kitab Suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
Saw.
Sedangkan pengertian al-Qur’an menurut istilah (terminologi), para ulama berbeda
pendapat dalam memberikan definisi, sesuai dengan segi pandangan dan keahlian masing-
masing. Berikut dicamtumkan beberapadefinisi al-Qur’an yang dikemukakan para ulama,
antara lain:
1. Menurut Imam Jalaluddin al-Suyuthy seorang ahli Tafsir dan Ilmu Tafsir di dalam
bukunya “Itmam al-Dirayah” menyebutkan: “Al-Qur’an ialah firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.untuk melemahkan pihak-pihak yang
menantang-nya, walaupun hanya dengan satusurat saja dari padanya”.
2. Muhammad Ali al-Shabuni menyebutkan pula sebagai berikut: “Al-Qur’an adalah Kalam
Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. penutup para
Nabi dan Rasul, dengan perantaraan malaikat Jibril a.s dan ditulis pada mushaf-mushaf
yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan
mempelajarinya merupakan suatu ibadah, yang dimulai dengan surat al-Fatihah dan
ditutup dengan surat an-Nas.
3. As-Syekh Muhammad al-Khudhary Beik dalam bukunya “Ushul al-Fiqh” “Al-Kitab itu
ialah al- Qur’an, yaitu firman Allah Swt. yang berbahasa Arab, yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad Saw. untuk dipahami isinya, untuk diingat selalu, yang disampaikan
kepada kita dengan jalan mutawatir, dan telah tertulis didalam suatu mushaf antara kedua
kulitnya dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas”. Berdasarkan
definisi-definisi yang dikemukan di atas, maka unsur-unsur terpenting yang dapat diam

Jadi, dari definisi-definisi tersebut dapat di ambil unsur-unsur terpenting dalam Al-
Aur’an yaitu:
1. Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dengan
perantara malaikat jibril as. Oleh karena dapat dipahami bahwa firman Allah yang
diturunkan kepada selain Nabi Muhammad Saw. bukanlah dikatakan al-Qur’an.
Demikian juga ucapan Nabi Muhammad yang dikenal hadits atau wahyu-wayhu yang
beliau terima diluar cara penyampaian al-Qur’an oleh Malaikat Jibril (seperti hadits
Qudsi) juga bukanlah al-Qur’an, walaupun hadits-hadits itu sebenarnya juga berasal dari
wahyu Allah.
2. Al-Quran itu diturunkan dalam bahasa Arab. Atas dasar ketentuan ini berarti terjemahan
al-Qur’an ke dalam bahasa-bahasa asing selain bahasa Arab tidak dapat disamakan
kedudukannya dengan al-Qur’an sebagai Kitab Suci. Sebab terjemahan-terjemahan al-
Qur’an tidak mempunyai sifat-sifat khas seperti yang dimiliki oleh al-Qur’an itu sendiri,
sehingga tidak berdosa bila menyentuhnya tanpa wudhu’ (bersuci) terlebih dahulu.
3. Al-Qur’an itu diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. secara berangsur-angsur,
bertahap sedikit demi sedikit bukan sekaligus, sesuai dengan peristiwa dan tuntutan baik
bersifat individual atau sosial kemasyarakatan waktu itu.
4. Al-Qur’an itu disampaikan secara mutawatir, artinya diriwayatkan oleh orang banyak,
diterima dari orang banyak, disampaikan kepada orang banyak, sehingga mustahil
menurut akal sehat mereka yang menyampaikan maupun yang menerimanya sepakat
berdusta untuk menyampaikan sesuatu yang tidak berasal dari Rasulullah Saw.
5. Al-Qur’an itu seluruhnya, bahkan setiap surat dari padanya adalah menjadi mu’jizat
(melemahkan pihak-pihak yang menantangnya), dan tidak seorangpun yang dapat
menandinginya.
6. Membaca Al-Quran merupakan suatu ibadah. Apabila membaca Al-Quran dengan niat
untuk beribadah kepada Allah, maka Allah akan menerima dan menilainya sebagai suatu
ibadah, dengan arti Allah akan memberikan ganjaran pahala atas si pembaca tersebut.

B. Nama-nama lain dari Al-Qur’an


1. Al-Kitab, yang berarti tertulis atau yang ditulis. Ini menunjukkan bahwa wahyu itu
dirangkum dalam bentuk tulisan yang merupakan kumpulan huruf-huruf dan
menggambarkan ucapan.
2. Al-Furqan, yang berarti memisahkan atau membedakan. Penamaan itu mengisyaratkan
bahwa al-Qur’an membedakan antara kebenaran dan kebathilan.
3. Adz-Dzikr, yang berarti peringatan. Penamaan ini berarti menunjukkan bahwa di dalam
al- Qur’an memuat berbagai peringatan bagi umat manusia.
4. Al-Tanzil, berarti yang diturunkan.
5. Al-Balaghah berarti penyampaian atau kabar
6. Al-Basya’ir yang berarti pedoman.
7. Al-Bayan yang berarti penerangan.
8. An-Nur berarti pelita.
9. Al-Huda berarti petunjuk.
10. Al-Busyra berarti kabar gembira.
11. Ar-Rahmat berarti rahmat atau karunia.
12. Al-Mau’izhah yang berarti pelajaran atau nasehat.
13. Asy-Syifa’ yang berarti obat atau penawar.

C. Pengertian Wahyu
Al-Wahy atau wahyu adalah kata masdar (infinitif); dan materi kata itu menunjukkan
dua pengertian dasar, yaitu: tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu, maka dikatakan bahwa
wahyu ialah pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat yang khusus ditujukan kepada
orang yang diberitahu tanpa diketahui orang lain. Menurut ilmu bahasa, wahyu ialah :
isyarat yang cepat dengan tangan dan sesuatu isyarat yang dilakukan bukan dengan
tangan. Juga bermakna surat, tulisan, sebagaimana bermakna pula, segala yang kita
sampaikan kepada orang lain untuk diketahuinya.
Menurut istilah, wahyu ialah : sebutan bagi sesuatu yang dituangkan dengan cara
yang cepat dari Allah kedalam dada Nabi-nabi-Nya, sebagaimana dipergunakan juga
untuk lafadz Al-Qur’an. Dapat diartikan juga bahwa wahyu Allah kepada nabi-nabi-Nya
adalah : pengetahuan pengetahuan yang Allah tuangkan kedalam jiwa Nabi, untuk mereka
sampaikan kepada manusia untuk menunjuki dan memperbaiki mereka didalam dunia
serta membahagiakan mereka diakhirat.
Oleh sebab itu para ulama berpendapat mengenai cara turunnya wahyu Allah yang
berupa Qur’an kepada Jibril dengan beberapa pendapat:
a. Bahwa Jibril menerimanya secara pendengaran dari Allah dengan lafalnya yang
khusus.
b. Bahwa Jibril menghafalnya dari lauhul mahfuz.
c. Bahwa maknanya disampaikan kepada Jibril, sedang lafalnya adalah lafal Jibril, atau
lafal Muhammad s.a.w.

D. Cara Al-Qur’an di Wahyukan


Nabi Muhammad SAW dalam hal menerima wahyu mengalami bermacammacam cara
dan keadaan, diantaranya
1. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi dengan rupanya yang asli. Hal ini
tersebut dalam Al-Qur’an.
“Sesungguhnya Muhammad telah melihatnya (Jibril) pada kali yang lain. Ketika (ia
berada) di Sidratul Muntaha “. (QS. A n-Najm :13-14)
2. Malaikat memasukkan wahyu kedalam hatinya. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW
tidak melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa bahwa itu sudah berada saja dalam
kalbunya. Mengenai hal ini Nabi mengatakan : “Ruhul Qudus mewahyukan ke dalam
kalbuku “. (QSAsySyuura : 51)
3. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi Muhammad SAW berupa seorang laki-
laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal
benar akan kata-kata itu.
4. Wahyu datang kepadanya seperti gemerincing lonceng. Cara yang seperti inilah yang
amat berat yang dirasakan oleh Nabi. Kadang-kadang pada keningnya bercucuran
keringat, terkadang disaat beliau mengendarai unta, untanya berhenti dan terduduk
karena merasakan beban yang teramat berat.
5. Allah berbicara kepada Nabi dari belakang hijab, baik dalam keadaan nabi yang sadar
(jaga), sebagaimana sewaktu beliau Isra’, ataupun dalam keadaan tidur seperti yang
diriwayatkan oleh Turmudzi melalui sebuah hadits dari Muadz.
6. Melalui mimpi yang benar.
7. Israfil turun membawa beberapa kalimat wahyu, sebelum Jibril datang membawa
wahyu Al-Qur’an.
8. Segolongan ahli ilmu berpendapat, bahwa ada lagi satu cara wahyu itu diturunkan,
yaitu Allah berbicara langsung dengan Nabi dengan bertatap muka tanpa hijab.
Adapun pendapat ini berdasarkan faham bahwa Nabi Muhammad dapat melihat Allah
dengan mata kepalnya. Hal inilah yang kemudian banyak diperselisihkan oleh para
ulama. Karena `Aisyah menolak pendapat bahwa Rasulullah SAW dapat melihat Allah
dengan langsung.

E. Ayat Pertama dan Terkahir Turunnya


Permulaan turun AI-Qur’anul Karim adalah tanggal 17 Ramadhan tahun ke 40 dari
kelahiran Nabi s a w. yaitu dikala beliau sedang bertahannuts (beribadah) di Gua Hira,
dimana kala itu turun wahyu (Jibril AI-Amin) dengan membawa beberapa ayat AIQur’anul
Hakim. la (Jibril) menyekap Nabi ke dadanya lalu melepaskannya (dan melakukan yang
demikian itu berulang tiga kali), sambil mengatakan “iqra’ (bacalah)” pada setiap kalinya,
dan Rasul s a w. menjawabnya “ma ana bi qaari (saya tidak bisa membaca)”. Pada dekapan
yang ketiga kalinya Jibril membacakan:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya” Al-Alaq: 1-5.
Adapun ayat terakhir turun ialah QS. Al-Baqarah: 281:
“Dan peliharalah dirimu dari (adzab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu
semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang
sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya
(dirugikan)”

F. Meyakini dan Berperan Teguh Terhadap Ajaran Al-Qur’an


1. Meyakini Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup
Bagi umat islam, percaya kepada Al-Qur’an adalah suatu kewajiban yang harus
ditanamkan dan dipeluk terus dalam hatinya. Tidak ada artinya mengaku beragama islam
kalau masih ragu-ragu terhadap sucinya. Al-Qur’an adalah kitab suci yang sepenuhnya
berasal dari Allah SWT dan sedikitpun tidak ada campuran tangan Nabi Muhammad
SAW. Oleh karena itu, meyakini kebenaran dan keaslian Al-Quran adalah suatu
kewajiban yang harus tetap terjaga di dalam hati setiap umat islam. Tidak boleh pudar
dan harus selalu ditingkatkan keimannanya dengan cara rajin membaca, memahami dan
mengamalkan isi kandungannya.
2. Perperan Teguh Terhadap Ajaran Al-Qur’an
Mayoritas umat islam ternyata masih banyak yang bersikap sebatas pada
pengakuan bahwa Al-Qur’an adalah kalamullahyang harus dimulyakan dan dibaca untuk
mendapatkan pahala. Cara umat islam memulyakan Al-Qur’an masih sebatas fisiknya,
tetapi belum diamalkan sebagai fungsinya. Umat islam belum bisa merasakan kehadiran
Al-Qur’an sebagai rahmat bagi dirinya karena Al-Qur’an belum banyak dipahami
dihayati dan diamalkan ajarannya. Akibatnya, ketika mereka menghadapi berbagai
masalah, baik dalam bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, pendidikan, politik, budaya, dan
lain sebagainya, mereka mencari jalan lain yang belum tentu sesuai dengan AL-Qur’an.
Padahal sebagaimana telah kita ketahui, tujuan AL-Qur’an diturunkan adalah untuk
membimbing manusia agar tidak tersesat dalam menempuh perjalanan hidupnya.
Orang yang berpegang teguh terhadap ajaran-ajaran Al-Qur’an akan tampak
dalam perilaku kehidupan sehari-harinya sebagai orang yang berakhlak mulia, misalnya
jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun dan lain sebagainya. Nilai kerohaniaanya
pun menjadi lebih mantap karena keimanannya kepada Allah SWT, semakin kuat dan
amal ibadahnya semakin berkualitas.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Al-Qura’an adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang ditulis dalam bentuk mushaf-mushaf dan dijadikan pedoman
kepada umat Nabi Muhammad SAW. Allah SWT menurukan wahyunya kepada Nabi
Muhammad pertama kali yaitu Surah Al-Alaq ayat 1-5 dan ayat terakhir yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad yaitu Surah Al-Baqarah ayat 281.
B. SARAN
Demi kesempurnaan makalah ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun kepada pembaca.

Anda mungkin juga menyukai