Anda di halaman 1dari 14

SUMBER UTAMA STUDY ISLAM 1 ( DEFINISI

AL-QUR’AN DAN METODE MEMAHAMINYA )


Makalah ini Disusun Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
PENGANTAR STUDY ISLAM

Disusun Oleh :
KELOMPOK 4

NAMA : DEWI SASMITA


NIRM : 1212.21.3162

Dosen Pengampu
M. AMIN, SH.I M.H

PRODI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ROKAN


BAGAN BATU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga karna karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini berisikan tentang : SUMBER UTAMA STUDY ISLAM


1( DEFINISI AL-QUR’AN DAN METODE MEMAHAMINYA ). Dalam
penyusunan makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih
kepada dosen dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan tugas makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Aamiin....................

Penyusun

November 2021

i
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar...................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan............................................................................................1
1. Latar Belakang......................................................................................1
2. Rumusal Masalah..................................................................................1
Bab II Pembahasan...........................................................................................2
1. Definisi Al-qur’an..................................................................................2
2. Metode Mamahaminya.........................................................................5
Bab III Penutup...............................................................................................11
Kesimpulan..........................................................................................11
Daftar Pustaka.................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Setiap agama yang ada di dunia ini memiliki kitab suci sebagai pedoman
dalam melakukan kehidupan beragama masing-masing. Islam sebagai satu-
satunya agama yang diturunkan Allah memiliki kitab suci yang lamgsung
datang dari Allah melalui wahyu kepada Nabi Muhammad melalui perantara
malaikat Jibril.
Al-Qur’an sebagai wahyu Allah memiliki keutamaan dan keistimewaan
tersendiri bila dibandingkan dengan kitab Allah lainnya, baik dari segi bahasa
maupun dari segi isinya. Dari segi bahasa, Al-Qur'an bahasanya sangat indah,
sehingga dapat mempesona bagi setiap orang yang mendengar dan
memahaminya. Susunan kata-katanya juga memiliki kesimbangan, baik
antara kata dengan lawannya, antara kata dengan dampaknya, juga antara kata
dengan kenyataannya. Dari segi isi, Al-Qur'an isinya sangat lengkap dan
dapat menjelaskan berbagai persoalan yang dihadapi manusia. Al-Qur'an
berbicara masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang yang semuanya
sangat akurat dan pasti akan terjadi.

2. Rumusan Masalah
2.1 Apa yang dimaksud defini Al-Qur’an ?
2.2 Bagaimana cara memahami metode Al-Qur’an ?

1
BAB II
PEMAHASAN

A. Definisi Al-Qur’an
1. Menurut Bahasa
Secara bahasa diambil dari kata: ‫ وقرانا‬-‫راة‬CC‫ ق‬-‫را‬CC‫ يق‬- ‫ر ا‬CC‫ ق‬yang berarti
sesuatu yang dibaca. Arti ini mempunyai makna anjuran kepada umat
Islam untuk membaca Alquran. Alquran juga bentuk mashdar dari ‫القراة‬
yang berarti menghimpun dan mengumpulkan. Dikatakan demikian sebab
seolah-olah Alquran menghimpun beberapa huruf, kata, dan kalimat secara
tertib sehingga tersusun rapi dan benar.1 Oleh karena itu Alquran harus
dibaca dengan benar sesuai sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat
hurufnya, juga dipahami, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dengan
tujuan apa yang dialami masyarakat untuk menghidupkan Alquran baik
secara teks, lisan ataupun budaya.
Menurut M. Quraish Shibah, Alqur’an secara harfiah erarti bacaan yang
sempurna. Ia merupakan suatu nama pilihan Allah yang tepat, karena tiada
suatu bacaan satupun sejak manusia mengenal tulisan lima ribu tahun yang
lalu yang dapat menandingi Alquran, bacaan yang sempurna lagi mulia.2
Dan Alquran mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun qira’ah
berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain
dalam suatu ucapan tersusun rapih. Quran pada mulanya seperti qora’ah
yakni mashdar dari kata qira’a, qira’atan, qur’anan.3
2. Menurut Istilah
Al-Qur’an menurut istilah adalah firman Allah SWT, yang oleh
Malaikat Jibril dengan edaksi langsung dari Allah SWT, kepada Nabi

1
Anshori, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), p.17
2
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), p.3
3
Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa,
2015),p. 15

3
Muhammad SAW, dan yang diterima oleh umat islam dari generasi ke
generasi.4
Al-Qur’an merupakan qodim pada makna-makna yang bersifat doktrin
dan makna unuversalnya saja, juga tetap menilai qodim pada lafalnya.
Dengan demikian Al-quran dinyatakan bahwasanya bersifat kalam nafsi
berada di Baitul Izzah (al-sama’ al-duniya), dan itu semuanya bermuatan
makna makhlumat yang menjadi rujukan yang menjadi rujukan atau
tempat kembalinya ayat-ayat mutashabihat, sedangkan Al-quran
diturunkan ke bumi dan diterima oleh Nabi Muhammad SAW sebagai nabi
terakhir, merupakan kalam lafdzi yang bermuatan kalam nafsi, karena
tidak mengandung ayat mutasaihat, tetapi juga ayat atau makna-maknanya
bersifat mukhalamat.5
Semetara menurut para ahli ushul fiqih alquran secara istilah :
Artinya:
“Alquran adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat (sesuatu yang
luar biasa yang melemahkan lawan), diturunkan kepada penutup para
Nabi dan Rosul (yaitu Nabi Muhammad SAW), melalui Malaikat Jibril,
tertulis pada mushaf, diriwayatkan kepada kita secara mutawatir,
membacanya dinilai ibadah, dimulai dari surah Al-Fatihah dan diakhiri
dengan surah An-Nas”. 6
Berdasarkan definisi diatas, maka setidaknya ada lima faktor penting
yang menjadi faktor karakteristik Alquran, yaitu :
1. Alquran adalah firman atau kalam Allah SWT, bukan perkataan
malaikat jibril (dia hanya menyampaikan wahyu dari Allah), ukan
sabda Nabi Muhammad SAW (beliau hanya penerima wahyu dari
Allah), dan bukan perkataan manusia biasa, mereka hanya
berkewajiban mengamalkannya.

4
Anshori, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 2013),...p.18
5
6 Andi Rosa, Tafsir Kontemporer, (Banten: Depdikbud Banten Press, 2015), p. 3
6
Muhammad Ali al-Subhani, al-Tibyan Fi Ulum Quran, (Bairut: Dar alIrsyad, 1970), p.
10

4
2. Alquran hanya diberikan kepada Nabi Muhammad SAW.tidak
diberikan kepada Nabi-nabi sebelumnya. Kitab suci yang diberikan
kepada Nabi-nabi sebelumnya bukan bernama Alquran, antara lain :
Zabur adalah nama kitab yang diberikan kepada Nabi Daud, Taurat
diberikan kepada Nabi Musa, dan Injil adalah nama kitab yang
diberikan kepada Nabi Isa as.
3. Alquran adalah mukjizat, maka dalam sepenjang sejarah umat
manusia sejak awal turunnya sampai sekarang hingga mendatang
Alquran adalah penyempurna.
4. Diriwayatkan menurut mutawir artiny Alquran diterima dan
diriwayatkan oleh banyak orang yang secara logika meraka mustahil
untuk berduka, periwayat itu dilakukan dari masa ke masasecara
berturut-turut sampai kepada kita.
5. Membaca Alquran dicatat sebagai amal ibadah. Di antara sekian
banyak bacaan hanya membaca Alquran saya yang di anggap
ibadah, sekalipun membaca tidak mengetahui maknanya, apalagi
jika kita mengetahui makna ayat atau surah yang dibaca dan mampu
mengamalkannya. Ada bacaan-bacaan lain tidak dinilai ibacah
kecuali disertai dengan niat yang baik, seperti mencari ilmu.7
B. Metode Memahami Al-qur’an
Metode memahami Alqur’an dapat diistilahkan sebagai suatu perangkat
kaidah dan aturan yang harus ditempuh seseorang ketika hendak memahami
kandungan atau isi dari suatu ayat Alqur’an.8
Adapun metode untuk memahami Alqur’an sebagai berikut :
1. Metode Analitis (tahlili).
Yaitu metode penafsiran Alqur’an dengan memaparkan segala
aspek yang terkandung didalam ayat-ayat yang menjadi objek
penafsiran, serta menerangkan makna-makna yang terkandung di

7
Anshori, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 2013),...p.18-19
8
Ibid., 2.

5
dalamnya sesuai dengan kecenderungan atau bidang seorang mufasir.9
Metode analitis biasanya menghidangkan pengertian umum kosa kata
ayat, munasabah, asbabun nuzul dan menyajikan aneka pendapat para
ulama.10
Kelemahan metode ini menurut Quraish Shibah, anatara lain :
a. Hasil penafsiran lebih cenderung bertele-tele sekaligus mengikat
generasi sesudahnya karena menghidangkan pendapat yang
diikuti dan diindahkan setiap waktu dan tempat.
b. Kurangnya rambu-rambu metodologis yang harus diikuti oleh
mufasir, ketika menarik makna dan pesan-pesan Alqur’an. Terasa
bahwa semua pendapat dalam benak mufasir ingin dihidangkan
semaunya sehingga membuat kejenuhan bagi pembaca.11
Ada juga kelebihan dalam metode ini, antara lain :
a. Ruang lingkup yang luas, karena dapat digunakan dalam dua
bentuk penafsiran, yaitu bil ma’tsur dan bil ra’yi.
b. Memuat berbagai macam ide dan gagasan seorang mufasir karena
motode ini dapat menampung berbagai macam ide dan gagasan
yang baru.12
2. Metode Global (Ijmali)
Yaitu menjelaskan ayat-ayat Alqur’an secara ringkas tetapi cukup
untuk mengetahui makna yang terkandung di dalam Alqur’an.
Disamping itu penyajiannya tidak terlalu jauh dari gaya bahasa
Alqur’an sehingga pendengar dan pembaca seakan-akan masih
membaca Alqur’an atau terjemahannya, padahal yang dibacanya adalah
tafsir Alqur’an.13
Adapun kelebihan dari metode ini, anatara lain :
a. Praktis dan mudah dipaham

9
Baidan, metodologi penafsiran Alqur’an, 31.
10
M. Quraish Shibah, Kaidah Tafsir : Syarat, Ketentuan, dan Aturan Yang Patut Anda
Ketahui dalam Memahami Alqur’an, (Tanggerang: Lentera Hati, 2013), 378.
11
Shibah, Kaidah Tafsir, 379.
12
Baidan, Metodologi Penafsiran Alqur’an, 52-54.
13
Baidan, Metodologi Penafsiran Alqur’an, 13.

6
Karena penyajiannya tidak berbelit-belit sehingga
pemahaman terhadap pesan-pesan, makna, hukum atau hikmah
dari ayat Alqur’an segera dapat diserap.14
b. Bebas dari penafsiran Israiliyat.
Karena penafsiran yang singkat relatif lebih murni dan
terbebas dari pemikiran-pemikiran Israiliyat yang kadang-kadang
tidak sejalan dengan martabat Alqur’an sebagai kalam Allah
Yang Maha suci.
c. Akrab dengan bahasa Alqur’an.
Karena uraian termuat didalamnya sangat singkat dan
padat, sehingga pembaca tidak merasakan bahwa ia telah
membaca tafsir Alqur’an.
Adapun kekurangan didalam metode ini, antara lain :
a. Menjadiakan petunjuk Alquran bersifat parsial.
Karena kurangnya perhatian terhadap kaitannya dengan
ayat-ayat yang lain didalam Alqur’an.
b. Tidak mendapatkan ruang yang cukup untuk mengemukakan
analisis yang memadai sesuai dengan bidang keahlian mufasir.
3. Metode Komparatif (Muqarin)
Pengertian metode komparatif adalah sebagai berikut :
a. Membandingkan teks ayat-ayat yang memiliki persamaan atau
kemiripan redaksi yang beragam, dalam satu kasus yang sama
atau diduga sama.
b. Membandingkan ayat Alqur’an dengan hadist Nabi SAW.
Yang pada teks lahirnya bertentangan.
c. Membandingkan pendapat para ulama dalam menafsirkan
Alquran.

14
Muhamad Ali Asri Faen, Metode Mamahami Alquran dan realitas kehidupan
Perspektif Emha Ainun Nadjib,(http://digilib.uinsby.ac.id/46255/2/Muhamad%20Ali%20Asri
%20Faen_F02518202.pdf),(29 November 2021), (21:36 WIB).

7
Dengan definisi diatas mengidikasiakan bahwa luasnya cakupan
yang tidak terbatas hanya pada membandingkan ayat dengan ayat,
melaikan juga ayat dengan hadist serta penafsiran dengan penafsiran
yang lain.15
Adapun kelebihan dari metode ini antara lain :
a. Memerikan wawasan penafsiran yang relatif leih luas kepada
pembaca bisa dibandingkan dengan metode-metode yang lain.
b. Membuka pintu untuk selalu terbuka kemungkinan adanya
pemahaman yang lain maupun yang baru.
c. Pengkaji Alquran yang hendak mengetahui berbagai macam
pendapat mufasir, tidak perlu membaca tafsir yang lain, karena
sudah tersaji dalam satu kitab tafsir.
d. Melalui metode ini, calon mufasir didorong untuk mengkaji
ayat dan hadist, serta pendapat mufasir lainnya. Sehingga
menghasilkan suatu penafsiran yang lebih objektif, terpercaya
dan relatif lebih terjamin keamanannya.
Sementara kekuarangannya, antara lain yaitu :
a. Dapat menyulitkan pengkaji tafsir pemula karena
pembahasannya yang dikemukakan kedalamnya terlalu luas
dan mendalam.
b. Metode ini kurang dapat diandalkan untuk konteks menjawab
permasalahan sosial yang tumbuh ditengah kehidupan
bermasyarakat.
c. Terkesan lebih banyak menelusuri penafsiran-penafsiran yang
pernah diberikan oleh ulama dari pada mengemukakan
pendapatnya yang baru.16
4. Metode Tematik(Maudhu’i)

15
Nashruddin Baidan. Metode Penafsiran Alquran “Kajian Kritis terhadap Ayat-ayat
yang Beredaksi Mirip,” (Yogayakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 59-60.
16
Baidan, Metodologi Penafsiran Alquran, 143-144

8
Yaitu suatu metode tafsir yang mengarahkan pandangan kepada
satu tema tertentu, lalu mencari pandangan Alquran tentang tema tersebut
dengan jalan menghimpun seluruh ayat yang memicarakannya,
menganalisis, dan memahami ayat demi ayat, lalu menghimpunnya dalam
bentuk ayat yang bersifat umum dikaitkan dengan yang khusus.17
Metode tematik dalam memahami Alquran adalah :
a. penafsiran yang mengkangkat satu surat dalam Alquran dengan
menjelasakn tujuan-tujuannya, hikmah-hikmahnya dan pesannya
secara umum dan yang merupakan tema sentral surat tersebut.
Serta menghubungkan tema sentral dalam surat tersebut antara satu
surat dengan surat lainnya.
b. penafsiran Alquran yang bermula dari himpunan ayat-ayat yang
membahas satu tema atau masalah tertentu yang diambil dari
berbagai ayat Alquran dan sedapat mungkin diurut sesuai dengan
urutan turunnya.
Kemudian menjelaskan pengertiannya, guna menarik petunjuk
secara utuh tentang satu tema atau masalah tersebut.18
Quraish Shihab memetakan langkah-langkah metode tematik,
yaitu:
a. hendaklah calon mufasir menetapkan satu atau beberapa masalah
yang hendak dibahas dan diutamakan masalah yang menyentuh
atau dirasakan langsung oleh masyarakat.
b. menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, terutama
menyangkut uraian satu kisah atau kejadian.
c. menguraikan pengertian setiap kosa kata atau kata kunci dalam
suatu ayat.
d. menjelaskan asbabun Nuzul ayat baik makro maupun mikro.19

17
Shihab, Kaidah Tafsir, 385.
18
M. Quraish Shihab, “Membumikan” Alquran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Mayarakat, (Bandung: Mizan, 2007), 111.
19
Ibid.,177-178.

9
Adapun kelebihan metode ini, antara lain :
a. Diyakini dapat menjawab tantangan zaman, karena motode ini
pada mulanya ditujukanuntuk menjawab persoalan yang terjadi
ditengah masyarakat.
b. Praktis dan sistematis, karena mempunyai langkah-langkah
tersendiri yang dipetakan oleh para pengkaji Alquran.
c. Dinamis, karena senantiasa dapat menjawab zaman.
d. Membuat pemahaman mejadi utuh, karena penetapan satu tema
yang hendak dibahas, maka bahasannya akan mendalam dan fokus.
Sementara kekurangan motode ini antara lain :
a. Terjadinya pemenggalan ayat-ayat Alquran sebagai jawaban
tentunya akan melupakan pesan dalam ayat tersebut dari luar
pembahasan.
b. Terjadi pembatasan terhadap penafsiran ayat Alquran.20

20
Baidan, Metodologi Penafsiran Alquran,165-167

10
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Oleh karena itu di dalam Al Quran terdapat ayat-ayat yang menjelaskan
tentang fungsi Al Quran, seperti dikutip dari buku Al Quran dan Hadist karya
Muhaemin:
1. Petunjuk bagi Manusia
Al Quran adalah kitab suci yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad Saw sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia yang beriman
dan bertakwa daam hidup dan kehidupannya.
2. Sumber Pokok Ajaran Islam
Sumber pokok ajaran Islam adalah Al Quran.Sebab dari Al
Quranlah diambil segala pokok syariat dan dalil-dalil syar'i yang
mencakup seluruh aspek hukum bagi manusia dalam menjalani hidup di
dunia atau di akhirat.
3. Pengajaran bagi Manusia
Al Quran adalah pengajaran bagi manusia. Karena itu manusia
mengetahui jalan yang hak dan batil, antara yang benar dan yang sesat dan
lainnya.
Dengan fungsi Al Quran itulah Al Quran memiliki peran yang sangat
penting dalam menjalani hidup. Tujuannya agar hidup berjalan kebenaran dan
keselamatan di dunia dan akhirat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 2013).


M. Quraish Shihab, Wawasan Al-qur’an, (Bandung: Mizan, 1996).
Muhammad Ali al-Subhani, al-Tibyan Fi Ulum Quran, (Bairut: Dar alIrsyad,
1970).
Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antar
Nusa, 2015).
Andi Rosa, Tafsir Kontemporer, (Banten: Depdikbud Banten Press, 2015)
Ibid.,
Baidan, metodologi penafsiran Alqur’an,
M. Quraish Shibah, Kaidah Tafsir : Syarat, Ketentuan, dan Aturan Yang Patut
Anda Ketahui dalam Memahami Alqur’an, (Tanggerang: Lentera Hati, 2013),
Shibah, Kaidah Tafsir.
M. Quraish Shihab, “Membumikan” Alquran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Mayarakat, (Bandung: Mizan, 2007).
Nashruddin Baidan. Metode Penafsiran Alquran “Kajian Kritis terhadap Ayat-
ayat yang Beredaksi Mirip,” (Yogayakarta: Pustaka Pelajar, 2011).
Muhamad Ali Asri Faen, Metode Mamahami Alquran dan realitas kehidupan
Perspektif Emha Ainun Nadjib,(http://digilib.uinsby.ac.id/46255/2/Muhamad
%20Ali%20Asri%20Faen_F02518202.pdf)

12

Anda mungkin juga menyukai