Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH AL QURAN

Mata Kuliah Studi Islam


Dosen Pengampu : Dr. Ahmad Murodi

Disusun Oleh:

Endang Koswara / 5520210051

PROGRAM STUDI S2 MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN

UNIVERSITAS AS-SYAFI”IYAH

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbilalamin, Segala puji hanya layak kita panjatkan kehadirat
Allah Swt. Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul ”Al Quran”.
Penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak atas penyusunan
makalah ini, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Dosen pengampu Mata Kuliah Studi Islam, Bapak Dr. Ahmad Murodi. yang
telah memberikan dukungan, dan kepercayaan yang begitu besar.
Semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada
langkah yang lebih baik lagi kedepannya. Meskipun penulis berharap isi dari
makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan namun tak ada gading yang tak
retak, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca.
Bekasi, 10 Juni 2022

                                                                                     Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al Quran adalah kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada nabi
Muhammad SAW sebagai rahmat yang tak ada taranya bagi alam semesta, di
dalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman dan pelajaran
bagi siapa yang mempelajarinya dan mengamalkannya. Bukan itu saja tetapi juga Al
quran adalah sebagai kitab suci terakhir di turunkan Allah SWT yang isinya
mencakup segala pokok-pokok syariat yang terdapat dalam kitab-kitab sebelumnya.
Karena itu orang yang mempercayai Al quran akan bertambah cinta
kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk mempelajarinya dan memahaminya
serta untuk mengamalkannya dan mengajarkannya sampai merata rahmatnya
dirasakan oleh penghuni alam semesta. Sehubungan dengan hal tersebut di dalam
mukaddimah Al quran dan Terjemahnya juga ditegaskan bahwa:
Membaca Al quran, baik mengetahui artinya maupun tidak adalah termasuk
ibadah, amal saleh dan memberi rahmat serta menjadi manfaat bagi yang
melakukannya, memberi cahaya ke dalam hati yang membacanya sehingga
terang benderang, juga memberi cahaya kepada keluarga, rumah tangga tempat
Al quran itu dibaca.1

Indonesia adalah sebuah negara yang mempunyai masyarakat islam terbanyak


diantara negara-negara lain di dunia, dari sekitar 178 juta penduduk hampir 90%
adalah penduduk beragama islam yang taat karena itu perhatian pemerintah banyak
dupayakan untuk membangun masyarakat mencari kesejahteraan rohaniah
keagamaan disamping kesejahteraan lahiriah.
Diantara upaya-upaya itu adalah penyediaan kitab suci Al-Quran. Kami
sebagai seorang yang beragama islam membuat makalah ini untuk lebih
mengenalkan Al-Quran.
1
Departemen Agama RI, Al quran dan Terjemahnya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al Quran,
Jakarta, 1976-1977. h. 122
B. Perumusan Masalah
Atas dasar penentuan latar belakang diatas, maka kami dapat mengambil
perumusan masalah sebagai berikut:
1. Al Quran Menurut Bahasa
2. Al Quran Menurut Istilah
3. Nama dan Sifat Al Quran
4. Fungsi Al Quran
5. Otentisitas Al-Qur’an
6. Pokok-pokok Kandungan dalam Al Quran

C. Tujuan Penulisan
Setiap kita hendak melakukan sesuatu pekerjaan atau pun kegiatan
hendaknya kita melakukan atau lebih dahulu apa yang kita yang ingin kita
capai. Sehingga apa yang kita lakukan lebih terarah dan teratur untuk
memperolaeh hasil sesuai yang diharapkan.
Berdasarkan rumusan masalah diatas , tujuan penulisan ini adalah untuk
membahas tentang:
1. Al Quran Menurut Bahasa
2. Al Quran Menurut Istilah
3. Nama dan Sifat Al Quran
4. Fungsi Al Quran
5. Otentisitas Al-Qur’an
6. Pokok-pokok Kandungan dalam Al Quran
BAB II

PEMBAHASAN

A. Al Quran Menurut Bahasa


Secara bahasa diambil dari kata: A‫ وقرانا‬A-‫ قراة‬A-‫ يقرا‬- ‫ قر ا‬yang
berarti sesuatu yang dibaca. Arti ini mempunyai makna anjuran kepada
umat Islam untuk membaca Alquran. Alquran juga bentuk mashdar dari ‫الق‬
A‫ راة‬yang berarti menghimpun dan mengumpulkan. Dikatakan demikian
sebab seolah-olah Alquran menghimpun beberapa huruf, kata, dan kalimat
secara tertib sehingga tersusun rapi dan benar.1 Oleh karena itu Alquran
harus dibaca dengan benar sesuai sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat
hurufnya, juga dipahami, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dengan
tujuan apa yang dialami masyarakat untuk menghidupkan Alquran baik
secara teks, lisan ataupun budaya.
Menurut M. Quraish Shihab, Alquran secara harfiyah berarti
bacaan yang sempurna. Ia merupakan suatu nama pilihan Allah yang tepat,
karena tiada suatu bacaanpun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu
tahun yang lalu yang dapat menandingi Alquran, bacaan sempurna lagi
mulia.2
Dan juga Alquran mempunyai arti menumpulkan dan menghimpun
qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata- kata satu dengan yang
lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapih. Quran pada mulanya seperti
qira’ah, yaitu mashdar dari kata qara’a, qira’atan, qur’anan.3

1
Anshori, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), p.17
2
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), p.3
3
Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antar
Nusa, 2015),p. 15
Allah berfirman:

Artinya:
“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Qur’an, dan
pasti Kami pula yang memeliharanya.” (Al-Hijr/15:9).4

B. Al Quran Menurut Istilah


Alquran menurut istilah adalah firman Allah SWT. Yang
disampaikan oleh Malaikat Jibril dengan redaksi langsung dari
Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW, dan yang diterima
oleh umat Islam dari generasi ke generasi tanpa ada perubahan.5
Menurut Andi Rosa Alquran merupakan qodim pada
makna-makna yang bersifat doktrin dan makna universalnya saja,
juga tetap menilai qodim pada lafalnya. Dengan demikian Alquran
dinyatakan bahwasannya bersifat kalam nafsi berada di Baitul
Izzah (al-sama’ al-duniya), dan itu semuanya bermuatan makna
muhkamat yang menjadi rujukan atau tempat kembalinya ayat-ayat
mutasyabihat, sedangkan Alquran diturunkan ke bumi dan diterima
oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir, merupakan
kalam lafdzi yang bermuatan kalam nafsi, karena tidak
mengandung ayat mutasyabihat, tetapi juga ayat atau makna-
maknanya bersifat muhkamat.6

4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT
Syaamil Cipta Media),...p. 262
5
Anshori, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 2013),...p.18
6
Andi Rosa, Tafsir Kontemporer, (Banten: Depdikbud Banten Press, 2015),
p. 3
Sementara menurut para ahli ushul fiqh Alquran secara
istilah adalah:

Artinya:
“Alquran adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat (sesuatu
yang luar biasa yang melemahkan lawan), diturunkan kepada
penutup para Nabi dan Rosul (yaitu Nabi Muhammad SAW),
melalui Malaikat Jibril, tertulis pada mushaf, diriwayatkan kepada
kita secara mutawatir, membacanya dinilai ibadah, dimulai dari
surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas”.7

Berdasarkan definisi di atas, maka setidaknya ada lima


faktor penting yang menjadi faktor karakteristik Alquran, yaitu:
1. Alquran adalah firman atau kalam Allah SWT, bukan
perkataan mMalaikat Jibril (dia hanya penyampai wahyu dari
Allah), bukan sabda Nabi Muhammad SAW. (beliau hanya
penerima wahyu Alquran dari Allah), dan bukan perkataan
manusia biasa, mereka hanya berkewajiban mengamalkannya.
2. Alquran hanya diberikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Tidak diberikan kepada Nabi-nabi sebelumnya. Kitab suci yang
diberikan kepada para nabi sebelumnya bukan bernama
Alquran tapi memiliki nama lain; Zabur adalah nama kitab
yang diberikan kepada Nabi Daud, Taurat diberikan kepada

7
Muhammad Ali al-Subhani, al-Tibyan Fi Ulum Quran, (Bairut: Dar al-
Irsyad, 1970), p. 10
Nabi Musa, dan Injil adalah kitab yang diberikan kepada Nabi
Isa as.
3. Alquran adalah mukjizat, maka dalam sepanjang sejarah umat
manusia sejak awal turunnya sampai sekarang dan mendatang
tidak seorangpun yang mampu menandingi Alquran, baik
secara individual maupun kolektif, sekalipun mereka ahli sastra
bahasa dan sependek-pendeknya surat atau ayat.
4. Diriwayatkan secara mutawatir artinya Alquran diterima dan
diriwayatkan oleh banyak orang yang secara logika mereka
mustahil untuk berdusta, periwayatan itu dilakukan dari masa
ke masa secara berturut-turut sampai kepada kita.
5. Membaca Alquran dicatat sebagai amal ibadah. Di antara
sekian banyak bacaan, hanya membaca Alquran saja yang di
anggap ibadah, sekalipun membaca tidak tahu maknanya,
apalagi jika ia mengetahui makna ayat atau surat yang dibaca
dan mampu mengamalkannya. Adapun bacaam-bacaan lain
tidak dinilai ibadah kecuali disertai niat yang baik seperti
mencari Ilmu.8 Jadi, pahala yang diperoleh pembaca selain
Alquran adalah pahala mencari Ilmu, bukan substansi bacaan
sebagaimana dalam Alquran.

C. Nama dan Sifat Al Quran


Alquran mempunyai banyak nama yang kesemuanya
menunjukan ketinggian peran dan kedudukannya. Dengan kata
lain, Alquran merupakan kitab samawi yang paling mulia. Di
antara nama-nama Alquran adalah: al-Furqan, at-Tanzil, adz-Dzikr,

8
Anshori, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 2013),...p.18-19
al-Kitab. Selain itu, alquran juga memiliki beberapa sifat yang
mulia seperti, nur, hudan, rahmah, syifa, mau’izah, aziz, mubarak,
basyir, nadzir, dan semacamnya.9
1. Dinamakan Alquran sebagaimana QS. Al-Isra [17]: (9)

Artinya

“Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan)


yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-
orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka
ada pahala yang besar.” QS. Al-Isra [17]: (9)10

2. Dinamakan Al-Furqon sebagaimana QS Al-Furqon [25]: (1)

Artinya:
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al
Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi
peringatan kepada seluruh alam”. QS Al-Furqon [25]: (1)11
3. Dinamakan At-Tanzil sebagaimana QS. Asy-Syua’ra [26] :
(192-193)

9
Anshori, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 2013),...p. 20
10
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT
Syaamil Cipta Media),...p.283
11
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT
Syaamil Cipta Media),...p. 359
Artinya:
“dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh
Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin
(Jibril)”. QS. Asy-Syua’ra [26] : (192-193)12

4. Dinamakan Adz-Dzikr sebagaimana QS. Al-Hijr [15]: (9)


Artiny
a:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. QS. Al-Hijr
[15]: (9)13

5. Dinamakan al-Kitab sebagaimana QS. Ad-Dukhan [44] (1-3)

Artinya:
“ Haa miim, demi kitab (Al Quran) yang menjelaskan” QS. Ad-
Dukhan [44] (1-3).14

Adapun sifat-sifat Alquran dapat dirujuk dalam firman


Allah SWT, antara lain:
1. Sifat al-Burhan (bukti kebenaran) dan nur mubin (cahaya yang
terang) sebagaimana firman Allah SWT:

12
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT
Syaamil Cipta Media),...p.375
13
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT
Syaamil Cipta Media),...p.262
14
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT
Syaamil Cipta Media),...p. 499
Artinya:
“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti
kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya)
dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang
benderang (Al Quran)”. QS. An-Nisa [4] : (174)15

2. Sifat asy-syifa (obat) dan ar-rahmah (kasih sayang)


sebagaimana firman Allah SWT:
Arti nya
dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian”.QS. Al-Isra 8216

3. Sifat huda (petunjuk) sebagaimana firman Allah SWT:

Artinya:
“dan Jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam
bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa
tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran)
dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab?
Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi
orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman
pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu
suatu kegelapan bagi mereka[1334]. mereka itu adalah
(seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh". QS. Fushilat
[41]: (44)17

15
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT
Syaamil Cipta Media),...p.105
16
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT
Syaamil Cipta Media),...p.290
1. Sifat mau’izah (nasihat) sebagaimana firman-Nya:

Artinya :
“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran
dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang
yang beriman”. QS. Yunus [10] : (57).18

D. Fungsi Al Quran
Alquran merupakan kitab suci umat Islam yang memiliki
banyak manfaat bagi umat manusia. Alquran diturunkan sebagai
petunjuk bagi seluruh manusia melalui malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad SAW, sebagai Rosul yang dipercaya menerima
mukjizat Alquran, Nabi Muhammad SAW menjadi penyampai,
pengamal, serta penafsir pertama dalam Alquran. Fungsi Alquran
antara lain:
1. Al-Huda (petunjuk)
Di dalam Alquran ada tiga posisi Alquran yang fungsinya
sebagai petunjuk. Alquran menjadi petunjuk bagi manusia
secara umum, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, dan
petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Jadi Alquran tidak
hanya menjadi petunjuk bagi umat Islam saja tapi bagi
manusia secara umum. Kandungan Alquran memang ada yang

17
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT
Syaamil Cipta Media),...p.481
18
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT
Syaamil Cipta Media),...p.215
bersifat universal seperti yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan dan itu bisa menjadi petunjuk bagi semua orang
tidak hanya orang yang beriman Islam dan bertakwa saja.
2. Asy-Syifa
Di dalam Alquran disebutkan bahwa Alquran merupakan obat
bagi penyakit yang ada di dalam dada manusia. Penyakit
dalam tubuh manusia memang tak hanya berupa penyakit fisik
saja tapi bisa juga penyakit hati Perasaan manusia tidak selalu
tenang, kadang merasa marah, iri, dengki, cemas, dan lain-
lain.Seseorang yang membaca Alquran dan mengamalkannya
dapat terhindar dari berbagai penyakit hati tersebut. Alquran
memang hanya berupa tulisan saja tapi dapat memberikan
pencerahan bagi setiap orang yang beriman. Saat hati
seseorang terbuka dengan Alquran maka ia dapat mengobati
dirinya sendiri sehingga perasaannya menjadi lebih tenang dan
bahagia dengan berada di jalan Allah. Kemudian syifa (obat)
yang saya bahas dalam penelitian ini melalu living quran pada
praktik pengobatan Ustadz Sanwani.
3. Al-Furqon (pemisah)
Nama lain Alquran adalah Al-Furqon atau pemisah. Ini
berkaitan dengan fungsi Alquran lainnya yang dapat menjadi
pemisah antara yang hak dan yang batil, atau antara yang
benar dan yang salah. Di dalam Alquran dijelaskan berbagai
macam hal yang termasuk kategori salah dan benar atau hak
dan yang batil.
Jadi jika sudah belajar Alquran dengan benar maka seseorang
seharusnya dapat membedakan antara yang benar dan yang
salah. Misalnya saja saat mencari keuntungan dengan
berdagang, dijelaskan bahwa tidak benar jika melakukan
penipuan dengan mengurangi berat sebuah barang dagangan.
Begitu juga dengan berbagai permasalahan lainnya yang bisa
diambil contohnya dari ayat-ayat Alquran.
4. Al-Mu’izah (nasihat)
Alquran juga berfungsi sebagai pembawa nasihat bagi orang-
orang yang bertakwa. Di dalam Alquran terdapat banyak
pengajaran, nasihat-nasihat, peringatan tentang kehidupan bagi
orang-orang yang bertakwa, yang berjalan di jalan Allah.
Nasihat yang terdapat di dalam Alquran biasanya berkaitan
dengan sebuah peristiwa atau kejadian, yang bisa dijadikan
pelajaran bagi orang-orang di masa sekarang atau masa
setelahnya.
Nasihat dan peringatan tersebut penting karena sebagai
manusia kita sering menghadapi berbagai masalah dan cara
penyelesaiannya sebaiknya diambi bdari ajaran agama.
Bagaimana cara kita menghadapi tetangga, suami, orang tua,
dan bahkan musuh kita telah diajarkan dalam Alquran

E. Otentisitas Al-Qur’an
Al-Qur’an Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri
dan sifat. Salah satu di antaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang
keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu
dipelihara. Inna nahnu nazzalna al-dzikra wa inna lahu
lahafizhun (Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Qu’ran dan
Kamilah Pemelihara-pemelihara-Nya).
Demikianlah Allah menjamin keotentikan Al-Qur’an, jaminan yang
diberikan atas dasar Kemahakuasaan dan Kemahatahuan-Nya, serta
berkat upaya-upaya yang dilakukan oleh makhluk-makhluk-Nya,
terutama oleh manusia. Dengan jaminan ayat di atas, setiap Muslim
percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai Al-Qur’an
tidak berbeda sedikit pun dengan apa yang pernah dibaca oleh
Rasulullah SAW., dan yang didengar serta dibaca oleh para sahabat
Nabi Muhammad SAW.

Tetapi, dapatkah kepercayaan itu didukung oleh bukti-bukti lain?


Dan, dapatkah bukti-bukti itu meyakinkan manusia, termasuk mereka
yang tidak percaya akan jaminan Allah di atas? Tanpa ragu kita
mengiyakan pertanyaan di atas, karena seperti yang ditulis oleh
almarhum ‘Abdul-Halim Mahmud, mantan Syaikh Al-Azhar: “Para
orientalis yang dari saat ke saat berusaha menunjukkan kelemahan Al-
Qur’an, tidak mendapatkan celah untuk meragukan keotentikannya. Hal
ini disebabkan oleh bukti-bukti kesejarahan yang mengantarkan mereka
kepada kesimpulan tersebut.
Ada kutipkan pendapat seorang ulama besar Syi’ah kontemporer,
Muhammad Husain Al-Thabathaba’iy, yang menyatakan bahwa sejarah
Al-Qur’an demikian jelas dan terbuka, sejak turunnya sampai masa kini.
Ia dibaca oleh kaum Muslim sejak dahulu sampai sekarang, sehingga
pada hakikatnya Al-Qur’an tidak membutuhkan sejarah untuk
membuktikan keotentikannya. Kitab Suci tersebut lanjut Thabathaba’iy
memperkenalkan dirinya sebagai Firman-firman Allah dan
membuktikan hal tersebut dengan menantang siapa pun untuk menyusun
seperti keadaannya. Ini sudah cukup menjadi bukti, walaupun tanpa
bukti-bukti kesejarahan. Salah satu bukti bahwa Al-Qur’an yang berada
di tangan kita sekarang adalah Al-Qur’an yang turun kepada Nabi
Muhammad SAW. tanpa pergantian atau perubahan –tulis
Thabathaba’iy lebih jauh– adalah berkaitan dengan sifat dan ciri-ciri
yang diperkenalkannya menyangkut dirinya, yang tetap dapat ditemui
sebagaimana keadaannya dahulu.
Dr. Mustafa Mahmud, mengutip pendapat Rasyad Khalifah, juga
mengemukakan bahwa dalam Al-Qur’an sendiri terdapat bukti-bukti
sekaligus jaminan akan keotentikannya.
Huruf-huruf hija’iyah yang terdapat pada awal beberapa surah dalam
Al-Qur’an adalah jaminan keutuhan Al-Qur’an sebagaimana diterima
oleh Rasulullah saw. Tidak berlebih dan atau berkurang satu huruf pun
dari kata-kata yang digunakan oleh Al-Qur’an. Kesemuanya habis
terbagi 19, sesuai dengan jumlah huruf-huruf B(i)sm Ali(a)h Al-
R(a)hm(a)n Al-R(a)him. (Huruf a dan i dalam kurung tidak tertulis
dalam aksara bahasa Arab).

Huruf (qaf) yang merupakan awal dari surah ke-50, ditemukan


terulang sebanyak 57 kali atau 3x19.

Huruf-huruf kaf, ha’, ya’, ‘ayn, shad, dalam surah Maryam,


ditemukan sebanyak 798 kali atau 42x19.

Huruf (nun) yang memulai surah Al-Qalam, ditemukan sebanyak 133


atau 7x19. Kedua, huruf (ya’) dan (sin) pada surah Yasin masing-masing
ditemukan sebanyak 285 atau 15x19. Kedua huruf (tha’) dan (ha’) pada
surah Thaha masing-masing berulang sebanyak 342 kali, sama dengan
19x18.

Huruf-huruf (ha’) dan (mim) yang terdapat pada keseluruhan surah


yang dimulai dengan kedua huruf ini, ha’ mim, kesemuanya merupakan
perkalian dari 114x19, yakni masing-masing berjumlah 2.166.

Bilangan-bilangan ini, yang dapat ditemukan langsung dari celah ayat


Al-Qur’an, oleh Rasyad Khalifah, dijadikan sebagai bukti keotentikan
Al-Qu’ran. Karena, seandainya ada ayat yang berkurang atau berlebih
atau ditukar kata dan kalimatnya dengan kata atau kalimat yang lain,
maka tentu perkalian-perkalian tersebut akan menjadi kacau.
Angka 19 di atas, yang merupakan perkalian dari jumlah-jumlah yang
disebut itu, diambil dari pernyataan Al-Qur’an sendiri, yakni yang
termuat dalam surah Al-Muddatstsir ayat 30 yang turun dalam konteks
ancaman terhadap seorang yang meragukan kebenaran Al-Qur’an.

Demikianlah sebagian bukti keotentikan yang terdapat di celah-celah


Kitab Suci tersebut.

F. Pokok-pokok Kandungan dalam Al Quran


Pokok-pokok kandungan dalam Alquran antara lain:
1. Petunjuk tentang Akidah
Petunjuk akidah ini berintikan tentang keimanan akan keesaan Allah
dan kepercayaan kepastian adanya hari kebangkitan, perhitungan, serta
pembalasan kelak.
2. Petunjuk tentang Syariah
Petunjuk mengenai syariah yaitu jalan yang harus diikuti manusia
dalam berhubungan dengan Allah dan dengan sesama insan demi
kebahagiaan hidup manusia di dunia ini dan di akhirat kelak.
3. Petunjuk tentang Akhlak
Mengenai akhlak yang baik dan buruk yang harus diindahkan oleh
manusia dalam kehidupan, baik kehidupan individual maupun kehidupan
sosial.
4. Kisah-kisah Umat Manusia di Zaman Lampau
Sebagai contoh kisah kaum Saba yang tidak mensyukuri karunia yang
diberikan Allah, sehingga Allah menghukum mereka dengan mendatangkan
banjir besar serta mengganti kebun yang rusak itu dengan kebun lain yang
ditumbuhi pohon-pohon yang berbuah pahit rasanya.
5. Berita tentang Zaman yang Akan Datang
Yakni zaman kehidupan akhir manusia yang disebut kehidupan
akhirat. Kehidupan akhirat dimulai dengan peniupan sangkakala (trompet)
oleh Malaikat Israil. “Apabila sangkakala pertama ditiupkan, diangkatlah
bumi dan gunung-gunung, lalu keduanya dibenturkan sekali bentur. Pada
hari itulah terjadilah kiamat dan terbelahlah langit…”. (Qs al-Haqqah: 13-
16).
Alquran mengandung tiga komponen dasar hukum, sebagai berikut:
1. Hukum I’tiqadiah, yakni hukum yang mengatur hubungan
rohaniah manusia dengan Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan
dengan akidah/keimanan. Hukum ini tercermin dalam rukun iman.
Ilmu yang mempelajarinya disebut ilmu tauhid, ilmu ushuluddin,
atau ilmu kalam.
2. Hukum Amaliah, yakni hukum yang mengatur secara lahiriah
hubungan manusia dengan Allah SWT, antara manusia dengan
sesama manusia, serta manusia dengan lingkungan sekitar. Hukum
amaliah ini tercermin dalam Rukun Islam dan disebut hukum
syara/syariat. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu
Fikih.
3. Hukum Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan perilaku
normal manusia dalam kehidupan, baik sebagai makhluk
individual atau makhluk sosial. Hukum ini tercermin dalam konsep
Ihsan. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut ilmu akhlak atau
tasawuf.
Sedangkan khusus hukum syara dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yakni:
1. Hukum ibadah, yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah SWT, misalnya salat, puasa, zakat, dan haji.
2. Hukum muamalat, yaitu hukum yang mengatur manusia dengan
sesama manusia dan alam sekitarnya. Termasuk ke dalam hukum
muamalat adalah sebagai berikut:
 Hukum munakahat (pernikahan).
 Hukum faraid (waris).
 Hukum jinayat (pidana).
 Hukum hudud (hukuman).
 Hukum jual-beli dan perjanjian.
 Hukum tata Negara/kepemerintahan.
 Hukum makanan dan penyembelihan.
 Hukum aqdiyah (pengadilan).
 Hukum jihad (peperangan).
 Hukum dauliyah (antarbangsa).
BAB III
PENUTUP

A.       KESIMPULAN
Al-Quran adalah salah satu kalam allah S.W.T yang diturunkan
kepada nabi Muhammad S.A.W. dan arti “quran” berarti “bacaan” yaitu
pedoman seluruh umat islam diseluuh penjuru dunia yang dipakai  sebagai
petunjuk, pegangan dan lain sebagainya, didalam baik melakukan ibadah,
budi pekerti dan lain-lain.
Al-Qur’an merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah,
dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara. Inna nahnu nazzalna al-dzikra wa
inna lahu lahafizhun (Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Qu’ran dan
Kamilah Pemelihara-pemelihara-Nya).

Kandungan dalam Al-qur’an yaitu Aqidah, Ibadah, Akhlak, Hukum,


Sejarah dan dorongan untuk berfikir.

Al-Qur’an meruakan mkujizat bagi Rasulullah Muhammad SAW,


pedoman hidup bagi setiap muslim, Korektor dan penyempurna terhadap
kitab-kitab Allah yang sebelumnya dan bernilai abadi.

B.   SARAN

Kita sebagai umat islam harus selalu menjaga dan melestarikan


kemurnian Al-Quran. Disamping dengan berkembangnya moderenisasi dan
globalisasi yang mendunia, agar kita tidak melenceng dari ajaran yang
dibesarkan oleh rasulullulah S.A.W. dan tidak masuk kedalam lubang
kemusyrikan.
DAFTAR PUSTAKA

Al -Qattan, Manna Khalil. 2015. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Bogor: Pustaka Litera Antar
Nusa
Al-Subhani, Muhammad Ali. 1970 al-Tibyan Fi Ulum Quran. Bairut: Dar al- Irsyad
Anshori. 2013. Ulumul Quran. Jakarta: Rajawali Press
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: PT Syaamil Cipta
Media
Shihab, M. Quraish 1996..Wawasan Al-qur’an. Bandung: Mizan

Anda mungkin juga menyukai