Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Pengertian,ruang lingkup,dan sejarah perkembangan


Al-Qur’an
Dosen pengampu:El Munawwarah,SE,ME,I

Di susun oleh:
Indra Julian : 231610374
Mita elviana : 231610378

Fakultas ekonomi dan bisnis Islam


Institut agama Islam Nusantara batanghari
Periode 2023-2024
Kata pengantar

Assalamualaikum wr wb
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“pengertian ,ruang lingkup dan sejarah perkembangan Al-Qur’an “
Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan
untuk menyelesaikan tugas mata pelajaran study Al-Qur’an .Dalam Penulisan
makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
penelitian ini.Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan
yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat
menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Wassalamu’alaikum wr wb

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................I
DAFTAR PUSTAKA................................................II
DAFTAR ISI ............................................................III

BAB 1
Pendahuluan .................................................I
BAB 2
Pembahasan...................................................I
1. Pengertian Al-Qur’an
2. Ruang lingkup Ulumul Qur’an
3. Sejarah perkembangan Al-Qur’an
BAB 3
Penutup ................................................................I
Kesimpulan ..........................................................II
Daftar pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN

Agama Islam, agama yang kita anut dan dianut oleh ratusan juta kaum
muslim diseluruh penjuru pelosok dunia. Yang menjamin kebahagiaan bagi
setiap penganutnya di dunia maupun di akhirat kelak. Ia mempunyai sendi
yang sangat esensial yaitu Al Qur’an yang berfungsi untuk memberi petunjuk
kepada jalan yang sebaik baiknya. Allah berfirman,”sesungguhnya Al Qur’an
ini memberi petunjuk menuju jalan yang sebaik baiknya (Qs. 17:9).
Tak dapat dipungkiri, bahwa apabila hendak bahagia bersama
Islam,penganutnya harus dekat dengan Al Qur’an. Dalam artian yang lebih
luas mengenal Al Qur’an. Memperhatikan dan mempelajari Al Qur’an,
“tidaklah mereka memperhatikan isi Al-Qur’an, bahkan ataukah hati
merekatertutup” (Qs 47:24)
BAB 2
PEMBAHASAN
1. pengertian Al-Qur’an

Al-Qur'an menurut bahasa berarti bacaan atau yang dibaca. Menurut


istilah, Al-Qur'an adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril sebagai petunjuk bagi umat
manusia. Al-Qur'an diturunkan untuk menjadi pegangan bagi mereka yang
ingin mencapai kebahagian dunia dan akhirat.
Pengertian Alquran ini mempunyai makna berupa anjuran kepada umat
Islam untuk selalu membaca Alquran.
Menurut M. Quraish Shihab, pengertian Alquran secara harfiah berarti
bacaan yang sempurna. Ia merupakan nama pilihan Allah SWT yang tepat,
karena tidak ada suatu bacaan manapun sejak manusia mengenal baca tulis
yang dapat menandingi Alquran, bacaan sempurna lagi mulia
Sedangkan Muhammad ‘Abid al-Jabiri berpendapat bahwa pengertian
Alquran adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada penghujung para
Nabi, Muhammad Saw, ditulis dalam mushaf, ditransmisikan secara
mutawatir, menjadi ibadah dengan membacanya, dan menjadi
penentang/penguat dengan kemukjizatannya.
Kemudian menurut para ahli ushul fiqh dalam al-Tibyan Fi Ulum
Quran karya Muhammad Ali al-Subhani, pengertian Alquran adalah kalam
Allah yang mengandung mukjizat (sesuatu yang luar biasa yang melemahkan
lawan), diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul (yaitu Nabi
Muhammad), melalui Malaikat Jibril, tertulis pada mushaf, diriwayatkan
kepada kita secara mutawatir, membacanya dinilai ibadah, dimulai dari surah
Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas.
Bagi seorang muslim, sudah seharusnya mereka selalu dekat
dengan Alquran. Alquran juga bukan sekadar kitab yang wajib dibaca, tapi
juga dipahami dan diamalkan sesuai dengan petunjuk di dalamnya.
Alquran adalah firman atau kalam Allah SWT, bukan perkataan
malaikat Jibril karena dia hanya sebagai penyampai wahyu dari Allah. Bukan
pula sabda Nabi Muhammad, karena beliau hanya penerima wahyu dari Allah,
dan bukan perkataan manusia biasa. Alquran hanya diberikan kepada Nabi
Muhammad. Kitab suci yang diberikan kepada para nabi sebelumnya
bukanlah Alquran, melainkan Zabur, kitab yang diberikan kepada Nabi Daud;
Taurat, kitab yang diberikan kepada Nabi Musa; dan Injil, kitab yang
diberikan kepada Nabi Isa. Alquran adalah mukjizat, dan sepanjang sejarah
umat manusia, sejak awal turunnya sampai sekarang hingga masa yang akan
datang, tidak akan ada seorang pun yang mampu menandingi Alquran, baik
secara individu maupun kolektif, sebagai mana firman Allah di dalam Al
Qur’an surah Al isyra :

‫ُق ْل َّلِٕىِن اْج َت َمَع ِت اِاْلْن ُس َو اْلِج ُّن َع ٰٓلى َاْن َّي ْأُتْو ا ِبِم ْث ِل ٰه َذ ا‬
‫اْلُقْر ٰا ِن اَل َي ْأُتْو َن ِبِم ْث ِلٖه َو َلْو َك اَن َب ْع ُضُهْم ِلَب ْع ٍض َظ ِه ْيًر ا‬

“ Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk


membuat yang serupa (dengan) Al-Qur'an ini, mereka tidak akan dapat
membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu
sama lain.”

Diriwayatkan secara mutawatir, artinya Alquran diterima dan


diriwayatkan oleh banyak orang. Periwayatan itu dilakukan dari masa ke
masa secara berturut-turut sampai kepada umat saat ini. Membaca Alquran
dicatat sebagai amal ibadah. Hanya membaca Alquran saja yang dianggap
sebagai ibadah, terlebih jika kita mengetahui makna dari apa yang dibaca.
Bacaan lain dapat dianggap ibadah jika disertai niat seperti mencari ilmu.
Oleh karena itu, pahala yang diperoleh pembaca selain Alquran adalah pahala
mencari Ilmu, bukan substansi dari bacaan sebagaimana pada Alquran.
2. Ruang lingkup Al-Qur’an
Ulumul Qur'an merupakan suatu ilmu yang mempunyai ruang lingk
up pembahasan yang luas. Ulumul Qur'an meliputi semua ilmu yang ada
hubungannya dengan Al-Qur'an, baik berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu
tafsir maupun ilmu-ilmu bahasa Arab, seperti ilmu balaghah dan ilmu I'rab al-
Qur'an. Selain itu, masih banyak lagi ilmu-ilmu yang tercakup di
dalamnya. Dalam kitab Al-Itqan, Assyuyuthi menguraikan sebanyak 80
cabang ilmu. Dari tiap-tiap cabang terdapat beberapa macam cabang ilmu
lagi. Kemudian dia mengutip Abu Bakar Ibnu al_Araby yang mengatakan
bahwa ulumul qur'an terdiri dari 77450 ilmu.
Hal ini di dasarkan pada jumlah kata yang ada pada A Qur’an dengan
dikalikan empat sebab setiap kata dalam Al Qur’an mengandung makna
dzohir, batin,terbatas dan tidak terbatas.
Perhitungan ini masih di lihat dari sudut mufrodatnya adapun jika di
lihat dari sudut kalimat-kalimatnya maka jumlahnya menjadi tidak terhitung
sebagai mana firman Allah :

‫ُقْل َّلْو َك اَن اْلَبْح ُر ِم َداًدا ِلَك ِلٰم ِت َر ِّبى َلَنِفَد اْلَبْح ُر َقبْ َل َأْن َتْنَفَد َك ِلَم ُت َر ِّبى َو َلْو ِج ْئَنا ِبِم ْثِلِه َم ددا‬
Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-
kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-
kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).
(QS Al- Kahfi 109).
Berkenaan dengan hal ini, salah satu tokoh dalam Ulumul Qur’an,
yakni M. Hasbi Ash-Shiddegy berpendapat bahwa ruang lingkup pembahasan
Ulumul Al-Qur’an terdiri dari 6 hal pokok, yaitu sebagai berikut:

1. Pesoalan atas turunnya Al-Qur’an


2. Pesoalan Sanad (Rangkaian Perawiranya)
3. Persoalan Qiro’at (Cara Membaca Al-Qur’an)
4. Persoalan kata-kata dalam Al-Qur’an
5. Persoalan Makna-Makna Al-Qur’an yang berkaitan dengan hukum-
hukum
6. Persoalan makna-mana Al-Qur’an yang berpanutan dengan kata-kata
Al-Qur’an
3. Sejarah perkembangan Al-Qur’an

Sebagai ilmu yang terdiri dari berbagai cabang dan macamnya,


‘Ulumul Qur’an tidak lahir sekaligus. Ulumul Qur’an menjelma
menjadi suatu cabang disiplin ilmu setelah melalui proses
pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal ini tentu banyak
Pribadi dan kondisi yang membuatnya sebagai cabang ilmu yang
penting untuk memahami kitab suci Al Qur’an. Berikut ini kita lihat
bagaimana alur lahirnya cabang ilmu ini.

Pada masa Rasulullah dan para sahabat, Ulumul Qur’an belum


dikenal sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri dan tertulis. Para
sahabat adalah orang Arab asli yang dapat merasakan struktur
bahasa Ara yang tinggi dan memahami apa yang diturunkan kepada
Rasul SAW. Bila mereka menemukan ksulitan dalam memahami ayat-
ayat tertentu, mereka dapat menanyakan langsung kepada Rasul
SAW. Sebagai contoh, ketika turun ayat: Dan mereka tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman…..”( Q.S Al-
An’am: 82). Para sahabat bertannya: “ siapa dari kami yang tidak
menganiaya (menzalimi) dirinya?”. Nabi menafsirkan kata zulm di
sini dengan syirik berdasarkan ayat: sesungguhnya Syirik itu
kezaliman yang besar ( Q.S Luqman:13)
Ada tiga faktor yang menyebabkan Ulumul Qur’an tidak dibukukan
di masa Rasul dan Sahabat.
o Kondisinya tidak membutuhkan karena kemampuan mereka
yang besar untuk memahami Al-Qur'an dan rasul dapat
menjelaskan maksudnya.
o Para sahabat sedikit sekali yang pandai menulis
o Adanya larangan Rasul untuk menuliskan selain Al-Qur’an.

Semuanya ini merupakan faktor yang menyebabkan tidak tertulisnya


ilmu ini baik di masa Nabi maupun di zaman sahabat.
Di zaman khalifah usman Bin Affan wilayah Islam bertambah luas
sehingga terjadi pembauran antara penakluk Arab dan bangsa-bangsa yang
tidak mengetahui bahasa Arab. Keadaan ini menimbulkan kekhawatiran di
kalangan sahabat akan terjadinya perpecahan di kalangan muslimin tentang
bacaan Al-Qur’an, selama mereka tidak memiliki sebuah Al-Qur’an yang
menjadi standar bagi bacaan mereka. Sehingga disalinlah dari tulisan aslinya
sebuah Al-Qur’an yang disebut Mushaf Imam. Dengan terlaksananya
penyalinan ini, maka berarti Usman telah meletakkan suatu dasar Ulumul
Qur’an yang disebut Rasm Al-Qur’an atau Ilmu al- Rasm al- Utsmani.
Pada masa Ali terjadi perkembangan baru dalam ilmu Qur’an.
Karena melihat banyaknya umat Islam yang berasal dari bangsa non Arab,
kemerosotan dalam bahasa Arab, dan kesalahan pembacaan Al-Qur’an. Ali
menyuruh Abu al-Aswad al-Duali untuk menyusun kaidah-kaidah bahasa
Arab. Hal ini dilakukan untuk memelihara bahasa Arab dari pencemaran dan
menjaga Al-Qur’an dari keteledoran pembacanya. Tindakan khalifah Ali ini
dianggap perintis bagi lahirnya ilmu nahwu dan I’rab Al-Qur’an.
Pada zaman Bani Umayyah, kegiatan para sahabat dan tabi’in
terkenal dengan usaha-usaha mereka yang tertumpu pada penyebaran ilmu-
ilmu Al-Qur’an melalui jalan periwayatan dan pengajaran secara lisan, bukan
melalui tulisan atau catatn. Kegiatan-kegiatan ini dipandang sebagai persiapan
bagi masa pembukuannya. Orang yang paling berjasa dalam usaha
periwayatan ini adalah khalifah yang empat, Ibn Abbas, Ibn Mas’ud, Zaid Ibn
Tsabit, Abu Musa al-Asy’ari, Abdullah Ibn al-Zubair dari kalangan sahabat.
Sedangkan dari kalangan tabi’in ialah Mujahid, Atha’, Ikrimah, Qatadah, Al-
Hasan al-Bashri, Sa’id Ibn Jubair, dan Zaid Ibn Aslam di Madinah. Kemudian
Malik bin Anas dari generasi tabi’tabi’in. mereka semuanya dianggap sebagai
peletak batu pertama bagi apa yang disebut ilmu tafsir, ilmu asban al-nuzul,
ilmu nasikh dan mansukh, ilmu gharib al- Qur’an dan lainnya.
Pada abad ke 2 H ulumul Qu’an memasuki masa pembukuan. Para
ulama memberikan prioritas perhatian mereka kepada ilmu tafsir karena
fungsinya sebagai Umm al-‘ulum Al-Qur’aniah ( induk ilmu-ilmu Al-Qur’an).
Penulis pertama dalam tafsir adalah Syu’bah Ibn al-Hajjaj, Sufyan Ibn
‘Uyaynah, dan Wali’ Ibn al-Jarrah.
Pada abad ke-3 terkenal seorang tokoh tafsir, yaitu Ibn Jarir al-
Thabari. Dia orang pertama membentangkan berbagai pendapat dan
mentarjih sebagiannya atas lainnya. Ia juga
mengemukakan I’rab dan istinbath ( penggalian hukum dari Al-Qur’an). Di
abad ini juga lahir ilmu asbab al-Nuzul, ilmu nasikh dan mansukh, ilmu
tentang ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah.
Berikut ini karya ulama pada abad ke -3, yaitu:

1. Kitab Asbab al-Nuzul karangan Ali Ibn Al-Madini


2. Kitab nasikh dan mansukh, Qiraat dan keutamaan Al-Qur’an disusun oleh
Abu ‘Ubaid al-Qasim Ibn Salam.
3. Kitab tentang ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah karya Muhammad Ibn
Ayyub al Dharis[20]

Pada abad ke-4 lahir ilmu gharib Al-Qur’an dan beberapa kitab Ulumul
Qur’an. Adapun Ulama ulumul Qur’an pada masa ini adalah:

1. Abu Bakar Muhammad Ibn al-Qasim al-Anbari, kitabnya ‘Ajaib Ulumul


Qur’an.
Isi kitab ini tentang keutamaan Al-Qur’an, turunnya atas tujuh huruf,
penulisan mushaf-mushaf, jumlah surah, ayat dan kata –kata Al-Qur’an.

2. Abu al-Hasan al-‘Asy’ari, kitabnya Al-Mukhtazan fi Ulumul Qur’an


3. Abu Bakar al-Sijistani, kitabnya Gharib Al-Qur’an
4. Muhammad Ibn Ali al- Adfawi, kitabnya Al- Istighna fi Ulumul
Qur’an[21]

Pada abad ke-5 muncul pula tokoh dalam ilmu qiraat. Adapun para
tokoh serta karyanya adalah;
1. Ali Ibn Ibrahim Ibn Sa’id al- Hufi, kitabnya Al- Burhan fi Ulumul
Qur’an dan I’rab Al-Qur’an
2. Abu Amr al- Dani, kitabnya Al-Taisir fi al-Qiraat al-Sab’I dan Al-
Muhkam fi al- Nuqath
3. Al- Mawardi, kitabnya tentang amtsal Qur’an.[22]

Pada abad ke-6 lahir pula ilmu Mubhamat Al-Qur’an. Abu Qasim
Abdur Rahman al-Suahaili mengarang Mubhamat Al-Qur’an. Ilmu ini
menerangkan lafal-lafal Al-Qur’an yang maksudnya apa dan siapa tidak jelas.
Ibn al-Jauzi menulis kitab Funun al- Afnan Fi ‘Aja’ib Al-Qur’an dan kitab Al-
Mujtaba fi Ulum Tata’allaq bi Al-Qur’an[23]
Pada abad ke-7 Ibn Abd al-Salam yang terkenal dengan sebutan Al’Izz
mengarang kitab Majaz Al-Qur’an. ‘Alam al- Din al- Sakhawi mengarang
tentang Qiraat. Ia menulis kitab Hidayah al- Murtab fi al- Mutasyabih.
Abu Syamah Abd al-Rahman Ibn Ismail al- Maqdisi, menlis kitab Al-
Mursyid al- Wajiz fi ma Yata’allaq bi al- Qur’an al- ‘Aziz.

Pada abad ke-8 H muncul beberapa ulama yang menyusun ilmu-ilmu


baru tentang Al-Qur’an, seperti berikut ini:

1. Ibn Abi al- Ishba’, kitabnya tentang badai Al-Qur’an.


Ilmu ini membahas berbagai macam keindahan bahasa dalam Al-
Qur’an.
2. Ibn Qayyim, menulis tentang Aqsamul Qur’an
3. Najamuddin al-Thufi, menulis tentang Hujaj Al-Qur’an. Isi
kitab ini tentang bukti-bukti yang dipergunakan Al-Qur’an dalam
menetapkan suatu hukum
4. Abu Hasan al-Mawardi menyusun ilmu amstal Al-Qur’an
5. Badruddin al-Zarkasyi, kitanya Al- Burhan fi Ulum Al-Qur’an.
[24]

Pada abad ke-9 muncul beberapa ulama melanjutkan


perkembangan ilmu-ilmu Qur’an, yaitu:

1. Jalaluddin al- Bulqini, kitabnya Mawaqi’ al- Ulum min Mawaqi’ al-
Nujum. Menurut Al-Suyuthi, Al-Buqini dipandang sebagai ulama
yang mempelopori penyusunan Ulumul Qur’an yang lengkap.
Sebab dalam kitabnya tercakup 50 macam ilmu Al-Qur’an

2. Muhammad Ibn Sulaiman al-Kafiaji, kitabnya Al-Tafsir fi Qawa’id


al-Tafsir. Di dalamnya diterangkan makna tafsir, takwil, Al-Qur’an,
surat dan ayat. Juga dijelaskan dalam kitabnya itu tentang syarat-
syarat menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.
3. Jalaluddin al-Suyuthi, kitabnya Al-Tahbir fi Ulum al-Tafsir(873
H). Kitab ini memuat 102 macam ilmu-ilmu Al-Qur’an. Menurut
sebagian Ulama. Kitab ini dipandang sebagai kitab Ulumul Qur’an
yang paling lengkap. Al-Suyuthi merasa belum puas, beliau
menyusun lagi sebuah kitab Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an. Di dalam
kitab ini terdapat 80 mcam ilmu-ilmu Al-Qur’an secara padat dan
sistematis. Menurut al- Zarqani kitab ini merupakan kitab pegangan
bagi para peneliti dan penulis dalam ilmu ini. Setelah wafatnya Al-
Suyuthi tidak terlihat munculnya penulis yang memiliki kemampuan
seperti kemampuannya. Sehingga terjadi kevakuman sejak wafatnya
Imam Al-Suyuthi sampai dengan akhir abad ke 13 H.[25]
Sejak penghujung abad ke-13 H hingga abad ke -15, perhatian
ulama terhadap penyusunan kitab-kitab Ulumul Qur’an kembali
bangkit. Kebangkitan ini sejalan dengan kebangkitan modern dalam
perkembangan ilmu-ilmu agama lainnya.diantara Ulama yang
menulis tentang Ulumul Qur’an ialah:

1. Syeikh Thahir Al-Jazairi, kitabnya Al-Tibyan li Ba’dh Al-


Mabahits Al-Muta’alliqah bi Al-Qur’an.
2. Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi (1332 H) kitabnya,
Mahaasin Al-Takwil
3. Muhammad Abd Al-‘Azhim Al-Zarqani, kitabnya Manaahil
Al-‘Irfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an.
4. Musthafa Shadiq Al-Rafi’, kitabnya I’jaz Al-Qur’an
5. Sayyid Quttub, kitabnya Al-Thaswir al-Fanni Fi Al-Qur’an
dan Fi Zilal Al-Qur’an
6. Muhammad Rasyid, kitabnya Tafsir al-Mannar
7. Shubhi al-Shalih, kitabnya Mabaahits Fi Ulum Al-Qur’an
8. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqi, kitabnya ilmu-ilmu Qur’an
9. Rif’at Syauki Nawawi dan Ali Hasan, kitabnya Pengantar
ilmu Tafsir
10. M. Quraish Shihab, kitabnya membumikan Al-Qur’an.[26]

Adapun mengenai kapan lahirnya istilah Ulum Al-Qur’an,


terdapat tiga pendapat, yaitu:
1. Pendapat umum di kalangan para penulis sejarah ‘Ulum Al-Qur’an
mengatakan bahwa lahirnya istilah ‘Ulum Al-Qur’an pertama kali
ialah pada abad ke-7[27]
2. Ibn Sa’id yang terkenal dengan sebutan Al-Hufi, dengan demikian
menurutnya, istilah ini lahir pada permulaan abad ke-15[28]
3. Shubhi Al-Shalih berpendapat lain. Menurutnya, orang yang pertama
kali menggunakan istilah ‘Ulum Al-Qur’an ialah Ibn Al-Mirzaban.
Dia berpendapat seperti ini berlandasan pada penemuannya tentang
beberapa kitab yang berbicara tentang kajian Al-Qur’an yang telah
mempergunakan istilah ‘Ulum Al-Qur’an. Yang paling awal
menurutnya ialah kitab Ibn Al-Mirzaban yang berjudul Al-Hawi Fi
‘Ulum Al-Qur’an yang ditulis pada abad ke-3 H. Hal ini juga
disepakti oleh Hasbi As-shiddieqi.[29]

BAB 3
PENUTUP

KESIMPULAN
Al-Qur'an merupakan kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai
petunjuk bagi manusia dalam mengarahkan kehidupannya. Secara garis besar,
al-Qur'an mengandung ajaran tentang aqidah, syariah, dan akhlak, namun al-
Qur'an juga mengandung isyarat-isyarat ilmiah yakni mengandung ayat-ayat
sains dan teknologi.
Ulumul Qur'an merupakan suatu ilmu yang mempunyai ruang lingkup
pembahasan yang luas. Ulumul Qur'an meliputi semua ilmu yang ada
kaitanya dengan Al-Qur'an, baik berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu tafsir
maupun ilmu-ilmu bahasa Arab, seperti ilmu balaghah dan ilmu I'rab al-
Qur'an
Rasulullah SAW hingga awal abad ke-2 (2)fase lahirnya cabang-cabang
'ulum al-Qur'an dan kodifikasinya,mulai abad ke-2 hingga abad ke-5 dan
(3)fase kondifikasi 'ulum al-Qur'an sebagai suatu ilmu yang mencakup
berbagai ilmu Al-Qur'an,yaitu sejak abad ke-5 hingga saat ini.

DAFTAR PUSTAKA
Ajahari, Ulumul Qur’an (Ilmu-Ilmu Al-Qur’an), Yogyakarta: Aswaja
Pressindo,
2018.
Al-Attas, Muhammad Nuqaib, Konsep Pendidikan Dalam Islam,
Bandung:
Mizan, 1992.
Al-Ghazali, Menguak Rahasia Qalbu, Penerjemah: Bahrun Abu Bakar,
Bandung:
Nansa Aulia, 2008.
Al-Qhurthubi, Syaikh Imam, Tafsir al-Qurthubi, Penerjemah: Asmuni,
Jakarta:
Pustaka Azzam, 2008.
Anshori, Ulumul Qur’an, Jakarta: Rajawali Press, 2013.
Ar-rifai, Muhammad Nasib, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2,
Jakarta: Gema
Insani, 2012.
Azis , Abdul bin Muhammad As-Salam, Indahnya Islam, Penerjemah:
Ainul
Haris Umar Thayib, Surabaya: La Rabia Bima Amanta, 2006.
Azwar, Saifuddin, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2004.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Lentera
Abadi, 2010.

Anda mungkin juga menyukai