Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEJARAH TURUN DAN PENULISAN AL-QUR’AN

DOSEN PENGAMPU

H. M. Syaikhul Arif, Lc., M.Sy.

OLEH :

ABDUL HAFIZ

23.23.1218

JURUSAN / SEMESTER :

EKONOMI SYARIAH / I D

SEKOLAH TIINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH KUALA TUNGKAL

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Adapun makalah
ini berjudul “ Sejarah turun dan penulisan Al-Qur’an”.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan –


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan
yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang


setimpal pada mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua
bantuan ini sebagai Ibadah, Aamiin Yaa Robbal ’Alamiin.

Kuala Tungkal, September 2023

Abdul Hafiz

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2

A. Pengertian Al-Qur’an....................................................................................2

B. Hikmah Turunya Al-Qur’an secara Berangsur-angsur.................................6

C. Penulisan Al-Qur’an pada Masa Nabi dan Khaulafaurasyidin.....................7

1. Pada Masa Nabi............................................................................................7

2. Pada Masa Khulafaurasyidin........................................................................9

BAB III PENUTUP..............................................................................................13

A. Kesimpulan.................................................................................................13

B. Saran............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak sekali berbagai pendapat mengenai Al-Qur’an baik dari
pengertian, perkembangan, serta penulisan Al-Qur’an. Selain itu juga, masih
banyak seseorang yang mengaku beragama islam dan berpedoman kitab Al-
Qur’an namun belum mengerti dan paham betul mengenai Al-Qur’an. Maka dari
itu beberapa ahli membuat suatu kesepakatan mengenai ilmu yang berkaitan
dengan Al-Qur’an yang dinamakan Ulumul Qur’an.

Dari segi turunnya Al-Qur’an dan penulisan Al-Qur’an terdapat pula


beberapa perbedaan pendapat para ahli. Dari beberapa perbedaan pendapat
tersebut, para ahli kemudian mengkaji lebih mendalam dari segi pengertian Al-
Qur’an, sejarah turunnya Al-Qur’an, penulisan serta rasm Al-Qur’an pada masa
Nabi Muhammad SAW serta Khulafaur Rasyidin dan bagaimana proses
penyempurnaan Al-Qur’an pada masa setelah para Khulafaur Rasyidin telah
wafat.

B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada makalah ini
adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian Al-Qur’an?

2. Bagaimana hikmah Al-Qur’an yang diwahyukan berangsur-


angsur?

3. Bagaimana penulisan Al-Qur’an di masa Nabi dan Khulafaur


Rasyidin?
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Qur’an.
Al-Qur’an menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Dr.
Subhi Al Salih berarti “bacaan”, asal kata qaraa. Qara'a mempunyai arti
mengumpulkan dan menghimpun.1 Allah berfirman :

"Sesungguhnya atas tangguhan kamilah mengumpulkan nya (dalam dadamu) dan


(membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya
maka ikutilah bacaannya." (Q.S. Al-Qiyamah:17-18)

Al-Qur'an dikhususkan sebagai nama bagi kitab yang diturunkan kepada


Muhammad saw. Sehingga Al-Qur'an menjadi nama khas kitab itu, sebagai nama
diri. Dan secara gabungan kata itu dipakai untuk nama Al-Qur'an secara
keseluruhan, begitu juga untuk penamaan ayat ayatnya.

Para ulama menyebutkan pengertian Al-Qur'an yang mendekati maknanya


dan membedakan dari yang lain dengan menyebutkan bahwa: "Qur'an adalah
kalam atau Firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad saw. yang
pembacaannya merupakan suatu ibadah.

"Katakanlah :sekiranya lautan menjadi tinta untuk menuliskan Firman tuhanku,


akan habislah lautan sebelum Firman Tuhanku habis ditulis; sekalipun kami
berikan tambahannya sebanyak itu pula. "(Q.S Al-kahfi:109).

1
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Qur’an. Al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Mahkota,
1989), 13

2
Q.S. Al-A'raf ayat 204

Dan apabila dibacakan qur'an, maka dengarlah dan perhatikanlah dengan


tenang agar kamu mendapat rahmat.

Nama-nama Al-Qur’an :

Qur'an :

Q.S. Al-isra' ayat 9

Sesungguhnya Qur'an ini memberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan
memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal
shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.

Kitab :

Q.S. Al-anbiya’ ayat 10

Sesungguhnya telah Kami turunkan kepadamu al-kitab yang di dalamnya


terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada
memahaminya?

3
Furqan:

Q.S. Al-furqan ayat 1

‫ۙ َتٰب َر َك اَّلِذ ْي َنَّز َل اْلُفْر َقاَن َع ٰل ى َع ْبِدٖه ِلَيُك ْو َن ِلْلٰع َلِم ْيَن َنِذ ْيًرا‬

Mahasuci Allah yang telah menurunkan al-furqan kepada hambanya, agar dia
menjadi pemberi peringatan kepada semesta alam.

Zikir:

Q.S. Al-hijr ayat 9

Sesungguhnya kamilah yang telah menurunkan az-zikr (Qur'an), dan


sesungguhnya kamilah yang benar-benar akan menjaganya.

Tanzil :

Q.S. Asy-syu'ara' ayat 192

Dan sesungguhnya Qur'an ini tanzil (diturunkan) dari tuhan semesta alam.

Qur'an dan al-kitab lebih populer dari nama nama yang lain. Dalam hal ini Dr.
Muhammad Abdullah Daraz berkata: "Ia dinamakan Qur'an karena ia "dibaca "
dengan lisan, dan dinamakan al-kitab karena ia "ditulis" dengan pena. Kedua
nama ini menunjukkan makna yang sesuai dengan kenyataannya."2

2
Manna’ Khalil al-Qattan. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (Surabaya: Litera Antar Nusa, 2014). 18-24

4
Penamaan qur'an dengan kedua nama ini memberikan isyarat bahwa
selayaknya ia dipelihara dalam bentuk hafalan dan tulisan. Apabila diantara salah
satunya ada yang melenceng, maka yang lain akan meluruskannya. Kita tidak
dapat menyadarkan hanya kepada hafalan seorang sebelum hafalannya sesuai
dengan tulisan yang telah disepakati oleh sahabat, yang diwakilkan kepada kita
dari generasi ke generasi menurut keadaan sewaktu dibuatnya pertama kali. Dan
kita pun tidak dapat menyadarkan hanya kepada tulisan penulis sebelum tulisan
itu sesuai dengan hafalan tersebut berdasarkan isnad yang sahih dan mutawatir.

Dengan penjagaan ganda ini yang oleh Allah telah ditanamkan kedalam jiwa
umat Muhammad untuk mengikuti langkah Nabi-Nya, maka Qur'an tetap terjaga
dan terjamin terpeliharanya Qur'an, seperti difirmankan-Nya dalam Surah Al-Hijr
ayat 9.

Dengan demikian Qur'an tidak mengalami penyimpangan, perubahan dan


keputusan sanad seperti pada kitab-kitab terdahulu.

Allah telah melukiskan Qur'an dengan beberapa sifat, di antaranya:

 Nur (cahaya)

 Huda (petunjuk) Syifa(obat), Rahmah(Rahmat) dan Mau'izah(nasihat)

 Mubin (yang menerangkan)

 Mubarak (Yang diberkati)

 Busyara (kabar gembira)

 'Aziz (yang mulia)

 Majid (yang dihormati)

 Basyir (pembawa kabar gembira).

5
B. Hikmah Turunya Al-Qur’an secara Berangsur-angsur.
Q.S. Al-Furqan:32

Berkatalah orang-orang kafir:”Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan


kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu
dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).

Q.S. Al-Isra’:106

Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya
bagian demi bagian.

Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dalam masa 22 tahun, 2


bulan, 22 hari atau 23 tahun, 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah.

Hikmah Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur antara lain;

a. Hikmah pertama: Menguatkan atau meneguhkan hati Rasulullah


saw.

Rasulullah saw. telah menyampaikan dakwahnya kepada manusia,


tetapi ia menghadapi sikap mereka yang membangkang dan watak
yang begitu keras. Ia ditantang oleh orang-orang yang berhati batu,
berperangai kasar dan keras kepala. Mereka senantiasa melemparkan
berbagai macam ancaman dan gangguan kepada Rasul. Padahal
dengan hati tulus ia ingin menyampaikan segala yang baik kepada
mereka, sehingga dalam hal ini Allah mengatakan dalam surah Al
Kahfi ayat 6

6
Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati
setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini
(Al-Quran).

b. Agar lebih mudah dimengerti dan dilaksanakan. Orang akan


enggan melaksanakan suruhan, dan larangan sekiranya suruhan dan
larangan itu diturunkan sekaligus banyak.

c. Turunnya suatu ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi


akan lebih mengesankan dan lebih berpengaruh di hati. Dengan
menyesuaikan kondisi, ayat diturunkan sesuai dengan kondisi yang
terjadi di tempat tersebut yang bisa menjadi pedoman di kemudian
hari.

d. Berinteraksi dengan masyarakatnya agar sesuai dengan


kemaslahatan dan perkembangan masyarakat manusia, Al-Qur’an
turun sesuai kondisi sosial dan kebutuhan masyarakat, sehingga Nabi
SAW dapat menjelaskannya, dan masyarakat mampu memahami, dan
menghayati dengan mengamalkannya3.

C. Penulisan Al-Qur’an pada Masa Nabi dan Khaulafaurasyidin.


1. Pada Masa Nabi.
Pemeliharaan al-Qur’an dengan cara menulis tidak lepas dari sejarah tulis
menulis pada saat itu. Pandangan yang berkembang adalah bahwa bangsa
Arab adalah bangsa yang bodoh/jahiliyah (menutup hati terhadap sesuatu
yang baru) dan mayoritas ummatnya buta aksara. Kondisi masyarakat yang

3
Prof. Dr. Rosihon Anwar,Ulum quran, (Jakarta:Pustaka Setia, 2015), 48-49.

7
demikian itu disebut dalam al-Qur’an sebagai masyarakat yang ummi
sebagaimana terekam dalam surat al-Jumuah:2.

Dia-lah yang mengutus pada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka
dan mengajarkan mereka kitab dan hikmah (as-Sunnah). Dan sesungguhnya
mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

Ke-ummi-an (tidak dapat baca tulis) Rasulullah saw bukan berarti


intelektualnya rendah, karena pada masa Rasulullah saw standar intelektual
seseorang adalah didasarkan pada kemampuan di dalam mengungkap dan
memaparkan ide secara lisan. Dalam hal yang terakhir ini kemampuan
Rasulullah tidak diragukan, beliau adalah orang yang fasih dan baligh dalam
kalamnya. Karena itulah beliau dijuluki oleh masyarakat Arab sebagai
Fatanah (Cerdas).

Pada masa Rasulullah, pemeliharaan al-Qur’an dengan cara menulis


tidak sebanyak dengan yang menghafal dalam hati. Hal itu dikarenakan
masyarakat Arab memiliki daya hafal yang kuat dan hafalan yang kuat
itulah yang dijadikan standar intelektual seseorang.

Pada awalnya, bagian-bagian al-Qur’an yang telah diwahyukan


kepada Nabi Muhammad dipelihara dalam hafalan Nabi dan disampaikan
kepada para sahabat. Selanjutnya para sahabat mengingatnya dalam hati dan
menyampaikan kepada sahabat yang lainnya.

Diantara sahabat yang hafal al-Qur’an ketika Rasulullah saw. Masih


hidup adalah Abdullah bin Mas’ud, Salim bin Ma’qil (budak Abu
Hudhaifah yang telah dimerdekakan), Mu’ad bin Jabal, Ubai bin Ka’ab,
Zayd bin Thabit, Abu Zayd bin Sakan al-Ansari, dan Abu Darda’. Ketujuh

8
sahabat itu telah hafal seluruh isi al-Qur’an di luar kepala dan telah
menunjukkan hafalannya didepan Nabi saw.

Cara kedua dalam upaya pemeliharaan al-Qur’an dimasa Nabi saw


adalah dengan cara penulisan. Pemeliharaan al-Qur’an secara tertulis dapat
diperoleh dari kisah masuk islamnya Umar bin Khattab. Umar masuk islam
pada waktu empat tahun menjelang hijrahnya Nabi saw ke Madinah.

Setelah hijrah ke Madinah, dikabarkan bahwa Nabi saw secara resmi


mempekerjakan sejumlah sekretaris untuk menuliskan wahyu. Diantaranya;
Muawiyah, Ubai bin Ka’ab, Zayd bin Tsabit, Abdullah bin Mas’ud, Abu
Musa al-Ash’ari.

Para penulis wahyu tersebut diperintah oleh Nabi saw untuk menuliskan
setiap wahyu yang diterimanya dan meletakkan urut-urutannya sesuai
dengan petunjuk Nabi saw berdasarkan petunjuk Tuhan melalui Jibril a.s
(tauqifi). Ayat-ayat al-Qur’an itu ditulis di atas berbagai macam benda,
antara lain; lempengan batu, potongan tulang-belulang binatang, kulit
binatang, pelepah kurma dan sebagainya.

Setelah itu tulisan-tulisan tersebut disimpan di dalam rumah Nabi saw


dalam kondisi belum terhimpun dalam suatu mushaf. Disamping itu para
penulis wahyu juga menulis ayat-ayat al-Qur’an untuk pribadi masing-
masing yang dapat menjamin al-Qur’an tetap terpelihara secara lengkap dan
murni, walaupun sarana tulis menulis masih sangat sederhana.4

2. Pada Masa Khulafaurasyidin.


 Abu Bakar Ash Shiddiq.
Setelah Rasulullah SAW wafat, kepemimpinan Islam dipegang oleh
Abu Bakar Ash Shiddiq. Pemerintahan Abu bakar berlangsung
selama 2 tahun (632-634M). Dalam kepemimpinan Abu Bakar
terjadi peristiwa besar yakni kemurtadtan sebagai orang islam dan

4
Tim Reviewer MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Al-Qur’an, (Surabaya:UIN Sunan Ampel
Press, 2014), 37-44.

9
pembangkangan pembayaran zakat. Dalam menghadapi peristiwa
tersebut Abu Bakar mengambil tindakan dalam cara mengirim
pasukan yang dipimpin oleh Khalid bin walid untuk membasmi
orang-orang yang murtad itu, maka terjadilah perang Yamamah pada
12 H. Peperangan tersebut melibatkan sejumlah besar sahabat yang
hafal Al-Qur’an dan dalam peperangan itu 70(tujuh puluh) qari’ dari
para sahabat gugur.

Peristiwa tersebut telah mendorong Umar bin Khatab r.a


mengusulkan kepada khalifah Abu Bakar r.a agar segera
menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an dalam suatu mushaf , Karena
beliau khawatir kehilangan sebagian Al-Qur’an dengan wafatnya
sebagian para penghafalnya. Ide umar itu pada awalnya ditolak oleh
Khalifah Abu Bakar r.a dengan alasan tidak pernah dilakukan oleh
Nabi SAW.(atau biasa di katakan Bid’ah), namun setelah diadakan
diskusi dan pertimbangan-pertimbangan secara seksama , ide
tersebut diterima oleh Khalifah Abu Bakar r.a,setelah itu khalifah
memerintah Zayd bin thabit agar segera mehimpun ayat-ayat Al-
qur’an dalam satu mushaf .dalam menjalankan tugasnya Zayd bib
Thabit berpegang pada dua hal,yaitu:

(a) Ayat-ayat Al Qur’an yang ditulis dihadapan Nabi SAW dan


disimpan dirumah Nabi.

(b) Ayat-ayat yang dihafal oleh para sahabat yang hafal al-
Qur’an.

Mushaf al Qur’an yang di terbitkan oleh Zayd bin Thabit dan tim
yaitu disimpan oleh Abu Bakar r.a.Setelah Abu Bakar r.a wafat ,
mushaf tersebut disimpan oleh ummar bin khatab r.a.. sebelum wafat
ummar berpesan kepada putrinya yang bernama hafsah agar
menyimpan mushaf al-qur’an itu. Amanat tersebut diberikan kepada

10
hafsah dengan pertimbangan bahwa hafsah adalah istri nabi
Muhammad s.a.w yang hafal al-qur’an dan pandai baca tulis.

 Pada Masa Usman Bin Affan.

Pada masa pemerintahan khalifah usman wilayah islam semakin luas


dan para qurra’ pun tersebar diberbagai wilayah para qurra
mengajarkan baca al-qur’an dengan bacaan (qiroah) yang berbeda-
beda sesuai dengan yang mereka terima dari para gurunya. Pada
sewaktu-waktu, dalam perang Armenia dan Azerbaijan dengan
penduduk irak, diantara orang-orang yang menyerbu kedua tempat
itu adalah, hudhayfah bin alyaman. Dalam pertemuan itu mengetahui
adanya perbedaan bacaan al-qur’an sebagaian mereka merasa heran
akan adanya perbedaan bacaan itu, dan sebagian mengklaim bacaan
nya yang paling benar teatapi sebagian lainnya ada yang merasa puas
karena mengetahui bahwa perbedaan-perbedaan itu disandarkan
kepada Rasulullah s.a.w. kondisi seperti itu tidak dapat dibiarkan
karena hal itu akan menimbulkan keraguan bagi generasi yang tidak
bertemu langsung dengan Rasulullah s.a.w.Jjenderal kudhayfah yang
mengetahui hal itu mengajukan usul kepada khalifah Ustman r.a.
agar segera mengusahakan keseragaman bacaan al-qur’an dengan
jalan menyeragamkan penulisan Al qur’an.

Usul Khudayfah tersebut dapat diterima oleh khalifah Usman,


kemudian di bentuklah panitia yang berjumlah 4 orang yaitu; Zayd
bin Thabit, Sa"id bin Ash, Abdullah bin Zubair dan Abd ar-Rahman
bin Harith bin Hisham. Panitia itu diketuai oleh Zayd bin Thabit
dengan tugas menyalin mushaf al-Qur’an yang disimpan Hafsah.
Ketiga orang anggota panitia itu selain Zayd adalah suku Quraish.
Kepada tim itu khalifah Usman berpesan bahwa jika terjadi

11
perselisihan tentang tulisan al Qur’an antara Zayd dengan ketiga
orang Quraish hendaknya ditulis dengan Lughat Quraish karena Al
Qur'an diturunkan dalam lughat mereka. Tim panitia itu membuat
beberapa mushaf. Riwayat tentang jumlah mushaf yang berhasil
diselesaikan oleh tim panitia sangat beragam. Ada yang mengatakan
empat, dengan keterangan bahwa tiga dikirim ke Kufah, Basrah dan
Damaskus, sedang satunya disimpan di Madinah. As-Suyuthi
mengatakan ada lima, yaitu empat kota yang telah disebutkan dan
ditambah kota makkah. Menurut asz-Zarqani sebanyak 6 mushaf,
yakni lima yang telah disebutkan dan tambah mushaf induk/ al-
Imam. Berbeda dengan ketiga pendapat diatas, Abu Hatim as-
Sijistani mengemukakan pendapatnya bahwa mushaf yang berhasil
diselesaikan adalah 7 ekslempar dengan menambah dua kota, yaitu
Yaman dan Bahrain kedalam jajaran lima kota penerima salinan
mushaf.

Setelah penyebaran mushaf Utsman ke berbagai wilayah, maka


khalifah Utsman memerintahkan untuk memusnahkan berbagai
mushaf atau fragmen al Qur’an lainnya. Berdasarkan berbagai
riwayat yang ada, Schwally berpendapat bahwa pemusnahan
terhadap mushaf nin Utsmani dan Fragmen al-Qur'an itu hanya
terbatas pada kota-kota yang telah disebutkan diatas, bahkan terbatas
pada daerah Irak dan Siria. Selain itu pelaksanaan terhadap
pemerintah khalifah yang diamanahkan kepada para penguasa hanya
sebatas pada pemilikan umum, tidak termasuk pemilikan pribadi.

Pemusnahan mushaf dan fragmen Non-Ustmani menurut sebagai


riwayat diatas, dilakukan dengan merobeknya. Namun mayoritas
muslim menginformasikan bahwa pemusnahan dilakukan dengan
cara membakarnya. Dari penjelasan singkat tentang sejarah
pengumpulan al-Qur'an diatas dapat diketahui bahwa ada perbedaan

12
latar belakang pengumpulan al Qur'an pada masa khalifah Abu
Bakar Ash Shiddiq r.a. dengan Ustman bin Affan r. a. Latar
belakang pengumpulan al Qur'an pada masa Abu Bakar Ash Shiddiq
adalah kekhawatiran akan hilangnya al Qur'an dikarenakan
banyaknya para Huffa yang gugur dalam medan peperangan
melawan orang-orang murtad dan orang-orang yang ingkar
membayar zakat, yang biasa dikenal dengan perang Yamamah,

Pengumpulan Al-Qur'an pada masa ini adalah memindahkan Al -


Qur'an dan menuliskannya dari catatan para sahabat di pelepah
kurma, kulit-kulit binatang, dan batu-batuan yang tipis kedalam satu
mushaf dengan tertib ayat yang diajarkan oleh Rasul SAW.

Sedang pengumpulan pada masa khalifah Utsman r. a dilatar


belakangi adanya fenomena perbedaan bacaan al Qur'an yang dapat
mengakibatkan perpecahan umat islam. Kegiatan pengumpulannya
berupa usaha menyalin mushaf Abu Bakar Ash Shiddiq menjadi
beberapa naskah sebagaimana yang telah dijelaskan.

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.
Al-Qur'an dikhususkan sebagai nama bagi kitab yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Sehingga Al-Qur'an menjadi nama khas kitab itu, sebagai
nama diri. Dan secara gabungan kata itu dipakai untuk nama Qur'an secara
keseluruhan, begitu juga untuk penamaan ayat-ayatnya.

Al-Qur’an yang diturunkan secara bertahap oleh Allah kepada Nabi


Muhammad SAW ternyata mempunyai banyak hikmah salah satunya yakni
menguji ketabahan Rasulullah.

Penulisan Al-Qur’an pada masa Rasulullah SAW yakni ditulis di tempat-


tempat yang telah dianggap lazim namun sederhana seperti lempengan batu,

13
potongan tulang-belulang binatang, kulit binatang, pelepah kurma dan sebagainya,
kemudian disimpan di rumah Rasul sendiri agar tetap terjaga keotentikannya.

Pada masa Khulafaur Rasyidin penulisan telah dibukukan dan dirancang


dalam bentuk mushaf khususnya pada masa Abu Bakar dan Umar bin Khattab dan
dilanjutkan pada khalifah Ustman dan Ali hingga penulisan Al-Qur’an menjadi
lebih sempurna dengan tulisan arab yang mempunyai tanda baca seperti yang
telah kita jumpai pada zaman sekarang ini.

B. Saran.
Setelah kita mempelajari Sejarah turun dan Penulisan Al-Qur’an semoga
dapat menambah wawasan dalam ilmu keagamaan, khususnya mengenai Al-
Qur’an. Mohon maaf atas segala kekurangan dalam pembuatan makalah ini, kritik
dan saran sangat dibutuhkan dalam pembuatan makalah selanjutnya agar lebih
baik dan benar.

14
DAFTAR PUSTAKA

AF, Hassanudin. Anatomi Al Qur’an. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1990.

Anwar, Prof.Dr.Rosihon, Ulum Quran. Jakarta:Pustaka Setia, 2015.

Izzan, Ahmad. Ulumul Qur’an. Bandung: Humaniora, 2011.

Mana’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Surabaya: Litera Antar Nusa,
2014

Shihab, M. Quraish. Sejarah dan Ulum Qur’an. Cet.III. Jakarta: Pustaka Firdaus,
2001.

Tim Reviewer MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Al-Qur’an. Surabaya:
UINSA Press, 2014.

Watt, W.Montgomery, Pengantar Qur’an. Jakarta: Rajawali Press, 1991.

Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya.


Surabaya: Mahkota,1989.

15

Anda mungkin juga menyukai