Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TENTANG SEJARAH TURUN DAN PENULISAN AL-QUR’AN

Mata Kuliah : Ulumul Qur’an

Dosen Pengampu : Dr. Untung Sunaryo, M.Pd.,

Disusun Oleh :

1. Rahmat Fajri
2. Suparman
3. Alda Khoirunisa Septiana
4. Ahmar Muhaini
5. Nazar Khoeru Ramadani
6. Ghulami Aziz Saputra
7. Antoni
8. Muhammad Bintang Fajri

Kelompok II

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AN-NUR LAMPUNG

TAHUN AKADEMIK 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat yang
tak terhitung jumlahnya, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak. Solawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada
nabi kita, Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, maupun kita
semua yang mengikuti jejak langkahnya hingga hari kiamat kelak.

Penulis menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh


dari kesempurnaan serta sangat banyak kekurangan-kekurangannya, untuk itu
besar harapan kami agar teman-teman dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun supaya kami dapat menyempurnakan makalah-makalah kami di lain
waktu.

Harapan yang paling besar bagi penulis adalah bahwa makalah yang
berjudul (Sejarah Turun dan Penulisan Al-Quran) ini dapat memberi manfaat,
baik untuk diri pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil
hikmah dari makalah ini, atau sebagai tambahan dalam menambah referensi yang
telah ada.

Lampung Selatan, 3 September 2021

Kelompok II

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................... 1
DAFTAR ISI .................................................................................................. 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan Makalah ....................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Qur’an ............................................................................... 2


B. Hikmah dan Dalil Diturunkannya Al-Qur’an Secara Berangsur-Angsur . 3
C. Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Nabi ..................................................... 6
D. Penulisan dan Pemeliharaan Al-Qur’an Pada Masa Khulafaurrasyidin .. 7
E. Rasm Al-Qur’an ...................................................................................... 12

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan ............................................................................................. 15
2. Kritik dan Saran ....................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Quran merupakan kitab suci umat islam, yang didalamnya terdapat


keseluruhan aturan, norma, nilai, anjuran bahkan larangan yang menjadi pedoman
hidup manusia. Sebelum mengetahui lebih jauh tentang Al-Quran, kita harus
memahami terlebih dahulu sejarah turun dan penulisan Al-Quran, dari zaman
Nabi Muhammad S.A.W sampai dengan masa kita sekarang ini.

Al Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dalam masa 22 tahun 2 bulan


22 hari atau 23 tahun, 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Al-Quran
adalah wahyu yang diturunkan dari langit oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril A.S. Sejarah penurunannya selama 23
tahun secara berangsur-angsur telah memberi kesan yang sangat besar dalam
kehidupan seluruh manusia. Berikut akan dijelaskan sejarah penurunan dan
penulisan Al-Quran dari zaman Nabi S.A.W lalu pada khalifah khulafaurrasyidin.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Dari Nuzul Al-Quran (Turunnya Al-Quran) ?
2. Berapa Macam Tahapan Turunnya Al-Quran ?
3. Bagaimana Hikmah Dan Dalil Diturunkannya Al Qur’an Secara
Berangsur-Angsur ?
4. Kapankah Terjadi Pengumpulan Al Qur’an Dan Penulisan Al Qur’an ?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Agar Kita Mengerti Pengertian Dari Nuzul Al-Quran(Turunnya Al-Quran)
2. Supaya Kita Mengetahui Ada Berapa Macam Tahapan Turunnya Al-
Quran
3. Agar Kita Memahami Apa Saja Hikmah Dan Dalil Diturunkannya Al
Qur’an Secara Berangsur-Angsur
4. Supaya Kita Paham Kapankah Terjadinya Pengumpulan Al Qur’an Dan
Penulisan Al Qur’an

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Quran

Alquran Menurut Bahasa secara bahasa diambil dari kata: ‫ ا‬- ‫ا‬7;< -‫اة‬78 -45‫ا‬78‫و‬
78 yang berarti sesuatu yang dibaca. Arti ini mempunyai makna anjuran kepada
umat Islam untuk membaca Alquran. Alquran juga bentuk mashdar dari ‫اة‬7;>‫ ا‬yang
berarti menghimpun dan mengumpulkan. Dikatakan demikian sebab seolah-olah
Alquran menghimpun beberapa huruf, kata, dan kalimat secara tertib sehingga
tersusun rapi dan benar.1 Oleh karena itu Alquran harus dibaca dengan benar
sesuai sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat hurufnya, juga dipahami, diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan apa yang dialami masyarakat untuk
menghidupkan Alquran baik secara teks, lisan ataupun budaya. Menurut M.
Quraish Shihab, Alquran secara harfiyah berarti bacaan yang sempurna. Ia
merupakan suatu nama pilihan Allah yang tepat, karena tiada suatu bacaanpun
sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat
menandingi Alquran, bacaan sempurna lagi mulia.2 Dan juga Alquran mempunyai
arti menumpulkan dan menghimpun qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan
katakata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapih. Quran
pada mulanya seperti qira’ah, yaitu mashdar dari kata qara’a, qira’atan, qur’anan.3

Allah berfirman :

َ‫ْ ن‬CُEِGIٰ َ> ٗKَ> 4‫ﱠ‬5ِ‫ َوا‬7َ Mْ O‫ ا> ﱢ‬4َP>ْ Q‫َ ﱠ‬5 Rُ ْIَ5 4‫ﱠ‬5ِ‫ا‬

Artinya: “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Qur’an, dan pasti Kami


pula yang memeliharanya.” (Al-Hijr : 9).4

1. Anshori, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), p.17


2. M. Quraish Shihab, Wawasan Al-qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), p.3
3. Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2015),p. 15
4. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT Syaamil Cipta Media),...p. 262

2
B. Hikmah Dan Dalil Diturunkannya Al Qur’an Secara Berangsur-Angsur

Sebagaimana telah dimaklumi bahwa Al-Quran diturunkan kepada


Rasulullah s.a.w selam rentang waku kurang lebih dua puluh tahun, sesuai dengan
kasus dan peristiwa ang mendahuluinya, dan sejalan dengan tuntutan situasi dan
keadaan masyarakat yang menjadi objek turunnya.

Kebanyakan ‘ulama berpendapat bahwa satu-astunya kitab Samawiy yang


diturunkan secara berangsur-angsur hanyalah Al-Quran. Al-qur’an turun secara
berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. 13 tahun di Mekkah menurut
pendapat yang rajih (kuat) dan 10 tahun di Madinah. Sebagai bukti dan dalil
tentang turunnya al-qur’an secara berangsur-angsur dapat diketahui dari firman
Allah surat al-Isra’ ayat 106 :

ً ْ ‫ث و َ ز ْ ٰ ُ َ ْ ِز‬
ٍ ُْ ٰ َ ‫َو ُرْ ٰا ً َ َر ْ ٰ ُ ِ َ ْ َراَهٗ َ َ ا س‬
ِ
Artinya : “Dan al-qur’an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar
kamu membacakan perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya
bagian demi bagian”.(QS. Al-Israa’: 106)

Dan juga firman Allah surat al-Furqan ayat 32 :

َ ‫ ٖ ُ َؤا َد‬0ِ ‫*ت‬


‫ك‬ َ ِ ‫ َد ًة ۛ َ ٰذ‬%ِ ‫ ُ *ز َل َ َ ْ ِ ا ْ ُرْ ٰانُ ُ' ْ َ ً& وا‬+َ ‫ر ُْوا َ ْو‬,َ َ ‫َو َ َل ا ِذ َْن‬
َ 02َ ُ ِ ۛ ‫ك‬
ً ْ ِ ْ‫َو َر ْ ٰ ُ َ ر‬

Artinya : “Berkatalah orang-orang kafir: “mengapa al-qur’an itu tidak


diturunkan kepadanya sekali turun saja ?”, demikian supaya Kami hatimu
dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar)”.(QS. Al-
Furqan: 32)

Kedua ayat diatas menunjukkan suatu bukti bahwa al-qur’an diturunkan


secara beransur-angsur, bagian demi bagian sesuai dengan peristiwa-peristiwa
yang terjadi, tidak sebagaimana halnya kitab-kitab samawi yang lain, seperti
Taurat, Injil dan Zabur yang turunnya sekaligus. Seandainya kitab-kitab tersebut

3
diturunkan secara berangsur-angsur tentulah orang-orang kafir tidak merasa heran
terhadap al-qur’an yang turun secara berangsur-angsur.

Untuk lebih jelasnya dapat dikemukakan beberapa hikmah tentang


diwahyukannya al-qur’an secara berangsur-angsur:

1. Untuk memperteguh dan memperkuat pendirian hati Nabi Muhammad s.a.w


manakala orang-orang musyrik menyakiti beliau.

َ ‫ك َو َ' ۤ َء‬
‫ق‬4 %َ ْ ‫ك ِ<ْ ٰھ ِذ ِه ا‬ ُ 02َ ُ َ ‫ ُِل‬3 4‫ ۤ ِء ا ر‬0َ ْ ۢ َ‫ك ِنْ ا‬
َ ‫ ٖ ُ َؤا َد‬0ِ ‫*ت‬ َ ْ َ َ 4‫َو ُ ًّ ُص‬
‫َو َ ْو ِ َظ ٌ& و ِذ ْ ٰرى ِ ْ ُْؤ ِ ِ َْن‬

Artinya : Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah
kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah
datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-
orang yang beriman. (QS. Huud: 120)

2. Mempermudah penghafalan Al-Quran oleh Nabi s.a.w dan juga para


sahabatnya.

ً ْ ‫ث و َ ز ْ ٰ ُ َ ْ ِز‬
ٍ ُْ ٰ َ ‫َو ُرْ ٰا ً َ َر ْ ٰ ُ ِ َ ْ َراَهٗ َ َ ا س‬
ِ
Artinya : Dan Al Quran itu Telah kami turunkan dengan berangsur-angsur
agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami
menurunkannya bagian demi bagian. (QS. Al-Israa’: 106)

3. Mempermudah umat pada saat itu untuk meninggalkan perbuatan tercela


secara berangsur-angsur, sekaligus mempermudah untuk melaksanakan
ewajiban syara’.

^ِ _َ `َ Rْ a‫ٌ ﱢ‬c ْd‫ ُم ِر‬gَ ‫َ ْز‬g‫بُ َو ْا‬4j َ ْ ‫ َو‬7ُ kِ lْ _َ >‫ َو ْا‬7ُ _ْ mَ >‫ ْا‬4_َ ‫ﱠ‬5ِ‫ا ا‬Cْٓ ُPaَ ‫َ ٰا‬R<ْ Oِ ‫ ا>ﱠ‬4َo<‫ َ ﱡ‬4ٓ<ٰ
َ 5ْ g‫ا‬
َ‫ْ ن‬CُIِsGْ ُ{ qْ rُ ‫ﱠ‬stَ َ> ُ‫ْ ه‬CُvِPwَ ْd4َx Rِ yْٰ lz‫ا> ﱠ‬

4
ُ <َ ‫ َو‬7ِ kِ lْ _َ >‫ َو ْا‬7ِ _ْ mَ >‫ِ} ْا‬x ‫ َء‬4ۤ €
qْ Mُ |‫ ﱠ‬j َ •ْ َv>‫|َا َوةَ َو ْا‬tَ >‫ ْا‬qُ rُ َPlْ َ‚ ƒَ 8ِ ْC‫ اَ ْن <ﱡ‬Rُ yْٰ lz‫ ْ< ُ| ا> ﱠ‬7ُِ < 4_َ ‫ﱠ‬5ِ‫ا‬
َ‫ْ ن‬CُoَwPْ a‫ ﱡ‬qْ ُw5ْ َ‫َ^ْ ا‬oَx ‫ ِة‬Cs‫ ٰﱠ‬j>‫ ا‬Rِ `َ ‫ﷲ َو‬ ٰ
ِ ّ 7ِ Mْ ‫ ِذ‬Rَْ `

Artinya :

90. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,


berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah[434],
adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu
agar kamu mendapat keberuntungan. 91. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud
hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran
(meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat
Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan
itu). (QS. Al-Maidah: 90-91)

4. Mengiringi peristiwa dan kasus yang terjadi, dan sekaligus sebagai koreksi atas
kesalahan yang dilakukan.

‫ ِن َ ْ ُ ْم‬Aْ ُ ‫ َر ُ ُ ْم َ َ ْم‬2ْ َ ‫ ْ ُ ْم‬0َ 'َ ْ َ‫ْن ا ِْذ ا‬


ٍ ۙ َ %ُ ‫ َْر ۙ ٍة و َ ْو َم‬2ِ َ ‫ِ<ْ َ َواطِ َن‬ ّ ٰ ‫ َر ُ ُم‬E
ُD َ َ ‫َ َد‬
‫ ِر ۚ َْن‬0ِ ‫د‬4ْ ‫م َو ْ ُ ْم‬2ُ ‫ت‬ ْ 0َ %ُ ‫ َ َر‬0ِ ُ‫َرْ ض‬+‫َ ْ ُ ُم ْا‬ َ ‫ت‬ ْ َ H َ ‫ ْـًٔ و‬Kَ

Artinya : Sesungguhnya Allah Telah menolong kamu (hai para mukminin) di


medan peperangan yang banyak, dan (Ingatlah) peperangan Hunain, yaitu
diwaktu kamu menjadi congkak Karena banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah
yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang
luas itu Telah terasa sempit olehmu, Kemudian kamu lari kebelakang dengan
bercerai-berai.(QS. At-Taubah: 25)

5. Menolak keraguan yang ditimbulkan oleh orang-orang musyrik

َ َ ‫ْ ُ ْو‬M َ +َ ‫َو‬
َ ٰ Lْ 'ِ +ِ‫ ٍل ا‬2َ َ 0ِ ‫ك‬
‫ِ ْرً ا‬3,ْ َ ‫ َن‬3َ ْ%َ‫ *ق َوا‬%َ ْ 0ِ ‫ك‬

5
Artinya : Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu
yang ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang
paling baik penjelasannya. (QS. Al-Furqaan: 33)

6. Menunjukkan segi-segi I’jaz Al-Quran yang diturunkan dari Dzat Yang maha
bijaksana lagi maha terpuji baik dalam susunan kata-kata dan kalimat maupun
pensyariatannya.

C. Penulisan Al Qur’an Pada Masa Nabi


a. Pengumpulan dalam dada

Secara kodrati, bangsa arab memiliki daya hafal yang kuat. Hal itu
dikarenakan sebagian besar dari mereka buta huruf atau tidak dapat membaca dan
menulis. Sehingga dalam menulis berita, syair, atau silsilah keluarga mereka
hanya menuliskannya dalam hati. Termasuk ketika mereka menerima ayat-ayat al-
Qur’an yang disampaikan oleh Rasulullah SAW.

Dalam kitab shahih Bukhari, dikemukakan bahwa terdapat tujuh Huffaz


melalui tiga riwayat. Mereka adalah Abdullah bin Mas’ud, Salim bin Ma’qal,
Muadz bin Jabal, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu Zaid bin Sakan, dan Abu
Darda.

b. Pengumpulan dalam bentuk tulisan

Rasulullah telah mengangkat para penulis wahyu Qur’an dari para sahabat
pilihan seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Abban bin Sa‘id, Khalid bin Sa‘id,
Khalid bin al-Walid, Mu‘awiyah bin Abu Sufyan, Ubay bin Ka’ab, dan Zaid bin
Tsabit. Selain penulis wahyu, para sahabat yang lainnya pun ikut menulis ayat-
ayat al-Qur’an. Kegiatan ini didasarkan pada sebuah hadits Nabi :

.ُBCُ Dْ َ7Eْ َF َ‫ ٰان‬,ْ ُ./ْ ‫ َ=ى ا‬H


ِ 9‫ َ<;ﱢ‬Iََ ?Jَ ْKLَ ‫ ٰانَ َو‬,ْ ُ./ْ ‫ا‬1‫إِ ﱠ‬4ً67ْ 8
َ 9‫َ ْ@?ُ>ُ ْ=ا َ<;ﱢ‬A 1َ

Artinya :

6
“Janganlah kamu menulis sesuatu yang berasal dariku kecuali al-Qur’an. Barang
siapa telah menulis dariku selain al-Qur’an, hendaklah ia menghapusnya.” (H.R.
Muslim)

Dalam suatu catatan, disebutkan bahwa sejumlah bahan yang digunakan


untuk menyalin wahyu-wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Muhammad,
yaitu :

1. Riqa, atau lembaran lontar (daun yang dikeringkan) atau perkamen (kulit
binatang).
2. Likhaf, atau batu tulis berwarna putih, terbuat dari kepingan batu kapur yang
terbelah secara horizontal lantaran panas.
3. Asib, atau pelapah kurma, terbuat dari bagian ujung dahan pohon kurma yang
tipis.
4. Aktaf, atau tulang belikat, biasanya terbuat dari tulang belikat unta.
5. Aqtab, yaitu papan yang biasa diletakkan diatas punggung unta yang
digunakan untuk menahan barang bawaan.
6. Adim, atau lembaran kulit, terbuat dari kulit binatang asli yang merupakan
bahan utama untuk menulis ketika itu.

Para sahabat menyodorkan al-Qur’an kepada Rasulullah secara hafalan


maupun tulisan. Tetapi tulisan-tulisan yang terkumpul pada jaman nabi tidak
terkumpul dalam satu mushaf, dan yang ada pada seseorang belum tentu dimiliki
yang lainnya.

D. Penulisan dan Pemeliharaan Al Qur’an Pada Masa khulafaurrasyidin


a. Penulisan al Qur’an periode Abu Bakar Ash-Shidiq

Pasca wafatnya Rasulullah SAW, kekhalifahan bangsa Arab beralih


kepada Abu Bakar. Pada masa kekhalifahannya, Abu Bakar dihadapkan oleh
kemurtadan yang terjadi di kalangan bangsa Arab. Abu Bakar pun segera
mengerahkan pasukan untuk menumpas kemurtadan. Perang itupun dikenal
dengan sebutan Perang Yamamah yang terjadi pada tahun 11 H/633 M.

7
Dalam perang tersebut, sekitar 70 orang Huffaz mati Syahid. Umar bin
Khattab merasa khawatir atas peristiwa ini. Maka Umar mengadukan
kekhawatirannya tersebut kepada Abu Bakar.

Diceritakan bahwa Bukhari meriwayatkan di dalam shahihnya dari Zaid


bin Tsabit, ia berkata:

Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman Telah mengabarkan


kepada kami Syu'aib dari Az Zuhri dia berkata; Telah mengabarkan kepadaku
Ibnu As Sabbaq bahwa Zaid bin Tsabit Al Anshari radliallahu 'anhu -salah
seorang penulis wahyu- dia berkata; Abu Bakar As shiddiq datang kepadaku pada
waktu perang Yamamah, ketika itu Umar disampingnya. Abu Bakr berkata
bahwasanya Umar mendatangiku dan mengatakan; "Sesungguhnya perang
Yamamah telah berkecamuk (menimpa) para sahabat, dan aku khawatir akan
menimpa para penghafal Qur'an di negeri-negeri lainnya sehingga banyak yang
gugur dari mereka kecuali engkau memerintahkan pengumpulan
(pendokumentasian) al Qur`an." Abu Bakar berkata kepada Umar; "Bagaimana
aku mengerjakan suatu proyek yang tidak pernah dikerjakan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam?" Umar menjawab; "Demi Allah hal itu adalah
sesuatu yang baik." Ia terus mengulangi hal itu sampai Allah melapangkan
dadaku sebagaimana melapangkan dada Umar dan aku sependapat dengannya.
Zaid berkata; Abu Bakar berkata; -pada waktu itu disampingnya ada Umar
sedang duduk, dan dia tidak berkata apa-apa.- "Sesungguhnya kamu adalah
pemuda yang cerdas, kami tidak meragukanmu, dan kamu juga menulis wahyu
untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, karena itu kumpulkanlah al Qur'an
(dengan seksama)." Zaid berkata; "Demi Allah, seandainya mereka menyuruhku
untuk memindahkan gunung dari gunung-gunung yang ada, maka hal itu tidak
lebih berat bagiku dari pada (pengumpulan atau pendokumentasian al Qur'an).
kenapa kalian mengerjakan sesuatu yang tidak pernah dikerjakan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam?" Abu Bakar menjawab; "Demi Allah hal itu adalah
baik." Aku pun terus mengulanginya, sehingga Allah melapangkan dadaku
sebagaimana melapangkan dada keduanya (Abu Bakar dan Umar). Lalu aku

8
kumpulkan al Qur'an (yang ditulis) pada kulit, pelepah kurma, dan batu putih
lunak, juga dada (hafalan) para sahabat. Hingga aku mendapatkan dua ayat dari
surat Taubah berada pada Khuzaimah yang tidak aku temukan pada sahabat
mana pun. Yaitu ayat: Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari
kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang
terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka
katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-
Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung." (9:
128-129). Dan mushaf yang telah aku kumpulkan itu berada pada Abu Bakr
hingga dia wafat, kemudian berada pada Umar hingga dia wafat, setelah itu
berada pada Hafshah putri Umar. Diriwiyatkan pula oleh 'Utsman bin 'Umar dan
Al Laits dari Yunus dari Ibnu Syihab; Al Laits berkata; Telah menceritakan
kepadaku 'Abdur Rahman bin Khalid dari Ibnu Syihab; dia berkata; ada pada Abu
Huzaimah Al Anshari. Sedang Musa berkata; Dari Ibrahim Telah menceritakan
kepada kami Ibnu Syihab; 'Ada pada Abu Khuzaimah.' Juga diriwayatkan oleh
Ya'qub bin Ibrahim dari Bapaknya. Abu Tsabit berkata; Telah menceritakan
kepada kami Ibrahim dia berkata; 'Ada pada Khuzaimah atau Abu Khuzaimah.

Jati diri Zaid bin Tsabit begitu istimewa sehingga tak heran Abu Bakar dan
Umar diberikan kelapangan dada untuk memberikan tugas tersebut pada Zaid bin
Tsabit, yang mana sebagai pengumpul dan pengawas komisi ini Zaid bin Tsabit
dibantu Umar sebagai sahibul fikrah yakni pembantu khusus. Beberapa
keistimewaan tersebut diantaranya adalah :

1) Berusia muda, saat itu usianya di awal 20-an (secara fisik & psikis kondisi
prima)
2) Akhlak yang tak pernah tercemar, ini terlihat dari pengakuan Abu Bakar yang
mengatakan bahwa, “Kami tidak pernah memiliki prasangka negatif terhadap
anda”.
3) Kedekatannya dengan Rasulullah SAW, karena semasa hidup Nabi, Zaid
tinggal berdekatan dengan beliau.

9
4) Pengalamannya di masa Rasulullah SAW masih hidup sebagai penulis wahyu
dan dalam satu kondisi tertentu pernah Zaid berada di antara beberapa sahabat
yang sempat mendengar bacaan al-Qur’an malaikat jibril bersama Rasulullah
SAW di bulan Ramadhan.
5) Kecerdasan yang dimilikinya menunjukkan bahwa tidak hanya karena
memiliki vitalitas dan energi namun kompetensinya dalam kecerdasan spiritual
dan intelektual

Seperti diceritakan diatas, pengumpulan al-Qur’an dilaksanakan oleh Zaid


atas arahan khalifah. Waktu pengumpulan Zaid terhadap al-Qur’an sendiri sekitar
1 tahun. Hal ini dikarenakan Zaid bin Tsabit melakukannya dengan sangat hati-
hati. Hal yang pertama kali Zaid lakukan adalah mengumumkan bahwa siapa saja
yang memiliki berapapun ayat al-Qur’an, hendaklah diserahkan kepadanya. Ia
tidak akan menerima satu ayat pun melainkan orang tersebut membawa bukti dan
dua orang saksi yang menyatakan bahwa apa yang ia bawa adalah wahyu Qur’ani.
Bukti pertama adalah naskah tertulis. Bukti kedua adalah hafalan, yaitu kesaksian
orang-orang bahwa pembawa al-Qur’an itu telah mendengarnya dari Rasulullah
SAW.

Buah hasil kerja Zaid sangat teliti dan hati-hati sehingga memiliki akurasi
yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan :

1. Menulis hanya ayat al-Qur’an yang telah disepakati mutawatir riwayatnya.


2. Mencakup semua ayat al-Qur’an yang tidak mansukh al-Tilawah.
3. Susunan ayatnya seperti yang dapat kita baca pada ayat-ayat yang tersusun
dalam al-Qur’an sekarang ini.
4. Tulisannya mencakup al-ahruf al-sab’ah sebagaimana al-Qur’an itu
diturunkan.
5. Membuang segala tulisan yang tidak termasuk bagian dari al-Qur’an.

Senada dengan itu, al-Zarqani menyebutkan bahwa ciri-ciri penulisan al-


Qur’an pada masa khalifah Abu Bakar ini adalah :

10
1) Seluruh ayat al-Qur’an dikumpulkan dan ditulis dalam satu mushaf
berdasarkan penelitian yang cermat dan seksama.
2) Tidak termasuk di dalamnya ayat-ayat al-Qur’an yang telah mansukh atau
dinasakh bacaannya.
3) Seluruh ayat al-Qur’an yang ditulis di dalamnya telah diakui
kemutawatirannya.

Setelah semua ayat al-Qur’an terkumpul, kumpulan tersebut disimpan


dalam kotak kulit yang disebut “Rab’ah”. Kemudian kumpulan tersebut
diserahkan kepada Abu Bakar. Setelah beliau wafat, kumpulan atau lembaran-
lembaran tersebut berpidah tangan kepada Umar. Lalu setelah Umar wafat, maka
lembaran-lembaran tersebut disimpan oleh putrinya sekaligus istri Rasulullah
SAW yaitu Hafsah binti Umar.

b. Penulisan al Qur’an Periode Utsman

Penyebaran Islam bertambah luas, dan para Qurra‘ pun tersebar ke seluruh
wilayah hingga ke arah utara Jazirah Arab sampai Azerbaijan dan Armenia. Setiap
wilayah diutuslah seorang Qari. Maka bacaan al-Qur’an yang mereka bawakan
berbeda-beda. Berasal dari suku kabilah dan provinsi yang beragama sejak awal
pasukan tempur memiliki dialek yang berlainan. Nabi Muhammad SAW sendiri
memang telah mengajarkan membaca al-Qur’an berdasarkan dialek mereka
masing-masing lantaran dirasa sulit untuk meninggalkan dialek mereka secara
spontan. Namun kemudian adanya perbedaan dalam penyebutan atau membaca al-
Qur’an yang kemudian menimbulkan kerancuan dan perselisihan dalam
masyarakat.

Ketika itu, orang yang mendengar bacaan al-Qur’an yang berbeda dengan
bacaan yang ia gunakan menyalahkannya. Bahkan mereka saling mengafirkan.
Hal ini membuat Huzaifah bin al-Yaman resah dan mengadukan hal tersebut
kepada Utsman. Menanggapi hal tersebut, Utsman mengirim utusan kepada
Hafsah dan meminjam mushaf Abu Bakar. Kemudian Utsman memanggil Zaid
bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin “As, dan Abdurrahman bin Haris bin

11
Hisyam. Keriga orang terakhir adalah orang Quraisy. Utsman memerintahkan
agar apa yang diperselisihkan Zaid dengan ketiga orang Quraisy itu ditulis dalam
bahasa Quraisy, karena Qur’an turun dalam logat mereka.

Setelah mereka melakukan hal itu, Utsman mengembalikan mushaf


kepada Hafsah. Mereka menyalinnya ke dalam beberapa mushaf baru tersebut dan
memerintahkan agar semua Qur’an/mushaf lainnya dibakar. Mushaf tersebutlah
yang dikenal dengan mushaf Utsmani.

Al-Zarqani sendiri mencatat bahwa ciri-ciri mushaf yang disalin pada


Khalifah Usman adalah sebagai berikut :

1) Ayat-ayat al-Qur’an yang tertulis di dalamnya seluruhnya berdasarkan riwayat


yang mutawwir berasal dari Rasulullah.
2) Tidak terdapat di dalamnya ayat-ayat al-Qur’an yang mansukh atau dinasakh
bacaannya.
3) Susunan menurut urutan wahyu.
4) Tidak terdapat di dalamnya yang tidak tergolong pada al-Qur’an seperti apa
yang ditulis oleh sebagian sahabat dalam mushaf masing-masing sebagai
penjelasan atau keterangan terhadap ayat-ayat tertentu.
5) Mushaf yang ditulis pada masa khalifah usman tersebut mencakup “tujuh
huruf” dimana al-Qur’an diturunkan dengannya.

Mushaf Usmani tidak memakai tanda baca seperti titik dan syakal karena
semata-mata didasarkan pada watak pembawaan orang-orang Arab murni di mana
mereka tidak memerlukan syakal, titik dan tanda baca lainnya seperti yang kita
kenal sekarang ini.

E. Rasm Al Qur’an
Rasm Al-Qur’an atau merupakan ilmu yang mempelajari tentang penulisan
Mushaf Al-Qur’an yang diperagakan dengan metode khusus adapun dalam
penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan. Rasm Al-
Qur’an diketahui juga dengan sebutan Rasm Al-Utsmani, Khalifah Usman bin
Affan memerintahkan untuk membuat sebuah mushaf Al-Imam, dan membakar

12
semua mushaf selain mushaf Al-Imam ini karena pada zaman Usman bin Affan
kekuasaan Islam telah tersebar meliputi daerah-daerah selain Arab yang memiliki
sosio-kultur berlainan. Hal ini menyebabkan percampuran kultur antar daerah.
Sehingga ditakutkan kebudayaan Arab murni termasuk di dalamnya lahjah dan
metode bacaan menjadi rusak atau bahkan hilang tergilas kebudayaan dari daerah
lainnya. Implikasi yang paling ditakutkan merupakan rusaknya kebudayaan oral
Arab akan menyebabkan banyak perbedaan dalam Al-Qur’an.

1. Hukum dan Posisi Rasm Al-Qur’an


Jumhur Ulama berpendapat bahwa pola Rasm Utsmani bersifat dengan
gagasan bhwa para penulis wahyu merupakan sahabat-sahabat yang ditunjuk dan
dipercayai Nabi saw. Pola penulisan tersebut bukan merupakan ijtihad para teman
Nabi, dan para teman tidak mungkin melaksanakan kesepakatan (ijma) dalam hal-
hal yang bertentangan dengan kehendak dan restu Nabi [1] Terdapat sekelompok
ulama berpendapat lain, bahwa pola penulisan di dalam rams Ustmani tidak
bersifat taufiqi, tetapi hanya ijtihad para teman. Tidak pernah ditemukan riyawat
Nabi mengenai kepastian pola penulisan wahyu. Bahkan sebuah riwayat Nabi
mengenai kepastian pola penulisan wahyu. Bahkan sebuah riwayat dikutip oleh
Rajab Farjani : “Sesungguhnya Rasulullah saw, memerintahkan menulis Al-
Qur’an, tetapi tidak memberikan segala sesuatu yang diajarkan teknis
penulisannya, dan tidak pula melarang menulisnya dengan pola-pola tertentu.

2. Kesalahan dalam penulisan


Mengenai mushaf Utsmani, walaupun sejak awal telah diperagakan
evaluasi ulang, ketika diperagakan tauhid al-Mashahif, ternyata tidak luput dari
kesalahan dan inkosistensi. Hal demikian terjadi karena pada masa
diperagakannya tauhid al-Mashahif, kaum muslimin belum begitu mengenal
dengan adun seni khath dan metode penulisan (usluh al-Kitabah). Bahkan mereka
belum mengenal tulisan, kecuali beberapa orang saja. Mempunyainya kesalahan
(lahn) ini, diakui oleh Ustman sendiri. Ibnu Abi Daud meriwayatkan bahwa
setelah mereka menyelesaikan naskh Al-Mahsahif, mereka membawa sebuah
mushaf untuk Utsman, kesudahan ia melihatnya dan mengatakan : “Sungguh

13
kalian telah melaksanakan hal yang adun. Didalamnya aku melihat mempunyai
kesalahan (lahn) yang lanjutnya Utsman mengatakan : “Sekiranya yang
mengimlakan dan Hudzail dan yang menulis dari tsaqif, tentu ini tidak akan
terjadi di atasnya.

Waktu akan diluruskan oleh (kemampuan) bahasa “mereka sepanjang


sejarah tidak diperagakan. Disini terdapat hikmah. Karena bila diperagakan, justru
oleh tangan-tangan berbakat kebatilan yang mengatasnamakan istilah atas
kesalahan, atau menjadi mainan para pengekor hawa nafsu. Oleh karena itu pula,
seperti di atas, Ali bin Abi Thalib A.S mengatakan. “Sejak ini Al-Qur’an tidak
dapat diubah apapun. [2]

1. Muhammad Quraish Shihab dkk. Sejarah dan Ulumul Al-Qur’an, Jakarta : Pustaka Firdaus. 2000, hal 19
2. Subhi ash-Shalih, Mabahits fi’, Ulumul Al-Qur’an (Beirut:Dar al’ Ilmi li al-Malayin, 1977)

14
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Dalam bahasa Arab, kata “nazala” berarti : meluncur dari tempat tinggi ke
tempat yang rendah”. Nuzul, secara etimologi dapat berarti singgah atau tiba
ditempat tertentu. Makna nuzul dalam pengertian yang disebut terakhir ini dalam
kebiasaan orang Arab menurut ‘Abdul ‘Adzim al-Zarqaniy sebagai makna hakiki.

Tahapan turunnya Al-Quran yaitu : Tahap Pertama; Al-Quran diturunkan


oleh Allah ke Lauh Mahfuzh secara sekaligus, dalam arti, bahwa Allah menetpkan
keberadaannya disana, Tahap Kedua, Al-Quran diturunkan dari Lauh Mahfuzh ke
Bait Al-‘Izzah yang berada dilangit dunia, Tahap Ketiga, Al-Quran diturunkan
dari langit dunia dengan perantara Jibril a.s kepada Rasulullah s.a.w untuk
pertama kalinya pada tanggal 17 Ramadhan, dan berlanjut secara berangsur-
angsur selama 23 tahun. Pendapat tersebut dianut oleh Jumhur Ulama.

Hikmah diturunkan Al-Quran secara berangsur-angsur adalah : 1. Untuk


memperteguh dan memperkuat pendirian hati Nabi Muhammad s.a.w manakala
orang-orang musyrik menyakiti beliau, 2. Mempermudah penghafalan Al-Quran
oleh Nabi s.a.w dan juga para sahabatnya, 3. Mempermudah umat pada saat itu
untuk meninggalkan perbuatan tercela secara berangsur-angsur, sekaligus
mempermudah untuk melaksanakan kewajiban syara’, 4. Mengiringi peristiwa
dan kasus yang terjadi, dan sekaligus sebagai koreksi atas kesalahan yang
dilakukan, 5. Menolak keraguan yang ditimbulkan oleh orang-orang musyrik,
6. Menunjukkan segi-segi I’jaz Al-Quran yang diturunkan dari Dzat Yang maha
bijaksana lagi maha terpuji baik dalam susunan kata-kata dan kalimat maupun
pensyariatannya.

2. Kritik dan Saran

Saya selaku penulis merasa bahwa makalah ini masih memiliki sangat
banyak kekurangan, baik dalam segi penulisan maupun dalam segi yang lainnya.

15
Jadi saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-
teman sekalian selaku pembaca. Untuk materi ini, penulis memberi saran agar kita
senantiasa berusaha mendalami tentang sejarah penurunan dan penulisan Al-
Quran yang mulia, , agar kita mengetahui bahwa Al-Quran merupakan mukjizat
Nabi Muhammad S.A.W yang paling besar, dan agar kita menjadi muslim yang
berkualitas, yang berilmu pengetahuan, berakhlak mulia dan selalu dalam
lindungan Allah SWT. Amin…

16
DAFTAR PUSTAKA

Usman. 2009. Ulumul Quran. Yogyakarta : Penerbit TERAS

Anwar, Rosihan. 2001. Ulumul Qur’an. Bandung : Pustaka Setia

Muhammad Amin Suma. 2000. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Jakarta, Pustaka


Firdaus

Abd. Chalik, Drs. H. A. Chaerudji. 2007.“Ulum Al-Qur’an”. Diadit Media.


Jakarta Pusat

Syaikh Manna’ Al-Qaththan. Cetakan ketujuh, Februari 2012. Pengantar Studi

Ilmu Al-Qur’an, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar

http://parawali99.blogspot.co.id/2017/02/makalah-sejarah-turun-dan-penulisan-
al.html

Muhammad Quraish Shihab dkk. Sejarah dan Ulumul Al-Qur’an, Jakarta :


Pustaka Firdaus. 2000, hal 19

Subhi ash-Shalih, Mabahits fi’, Ulumul Al-Qur’an (Beirut:Dar al’ Ilmi li al-
Malayin, 1977)

17

Anda mungkin juga menyukai