Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH AL-QUR’AN, SEJARAH PENGHIMPUN DAN PEMBUKUAN

AL-QUR’AN

Makalah disusun untuk memnuhi tugas pada

Mata kuliah : Studi Qur’an Hadist

Dosen pengampu : Abdullah, M.Ag

Disusun oleh :

Kelompok II

1. Riska rahmawati (2020610103)


2. Fatikhatuddirosatin Nuril Ulya (2020610112)
3. Eni Nur Hamidah (2020610124)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KUDUS
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul (Sejarah Al-qur’an,
sejarah penghimpun dan pembukuan al-qur’an) ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Studi Qur’an Hadist. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak
Abdullah, M.Ag , selaku dosen pengampu  yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari,
makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis, 16 Maret 2021

2
DAFTAR ISI

Cover..........................................................................................................................................1

Kata Pengantar...........................................................................................................................2

Daftar Isi.....................................................................................................................................3

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang...............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................4

Bab II Pembahasan
A. Sejarah Al-Qur’an..........................................................................................................5
B. Sejarah Penghimpunan Al-Qur’an.................................................................................6
C. Proses Pembukuan Al-Qur’an........................................................................................8

Bab III Penutup


A. Kesimpulan...................................................................................................................10

Daftar Pustaka..........................................................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pandangan kaum muslim, al-qur’an merupakan petunjuk manusia (hudallinnas)
yang menempatkan prinsip-prinsip dasar dalam semua masalah kehidupan manusia. Al-
qur’an berfungsi sebagai panduan untuk hidup bagi para penganutnya dan memastikan
kebahagiaan hidup baik di dunia maupun akhirat. Al-qur’an memperkenalkan dirinya dengan
berbagai ciri dan sifat. Salah satu diantaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang
keotentikannya dalam pandangan Muslim dijamin dan selalu dipelihara oleh Allah,
sebagaimana penegasan Allah dalam firman-Nya; Inna nahnu nazzalna aldzikra wa inna
lahu lahfizhun (sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-qur’an dan Kamilah
Pemeliharapemelihara-Nya) (QS Al Hijr: 9).
Mushaf Al-qur’an hingga sekarang ternyata telah melalui perjalanan panjang yang
berliku-liku selama kurun waktu lebih dari 1400 tahun yang silam dan mempunyai latar
belakang sejarah yang panjang. Tidak sedikit orang yang mengkritik Al-qur’an mulai dari isi,
sejarah bahkan ada juga yang mencoba membuat Al-qur’an tandingan, seperti yang pernah
dilakukan oleh Anis Shorros dengan karyanya Al Furqaan al haqq/The true Furqan. (Al
Safee, al mahdee: 1999). Tulisan ini mencoba memberikan over view terhadap sejarah
turunnya Al-qur’an dimulai dari pemaparan mengenai periode pewahyuan Al-qur’an,
kodifikasi Al-qur’an, asbabun nuzul hingga upaya menggali nilai-nilai dalam penurunan Al-
qur’an secara bertahap, dengan harapan dapat menambah wawasan khazanah keilmuan dan
keislaman.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah turunnya al-qur’an?
2. Bagaimana sejarah penghimpun al-qur’an?
3. Bagaimana proses pembukuan al-qur’an?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui sejarah al-qur’an secara sistematis
2. Mengetahui sejarah pemghimpun al-qu’ran
3. Mengetahui proses pembukuan al-qur’an

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Sejarah Al- Qur’an

Allah menurunkan ayat-ayat al-Qur'an kepada Nabi Muhammad tidak turun


sekaligus, melainkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, ataupun
selama 23 tahun, dimana menurut pendapat yang kuat menjelaskan bahwa 13 tahun ketika
berada di Mekkah dan 10 tahun berada di kota Madinah.Dimulai sejak beliau memasuki usia
40 tahun, ini merupakan mu’jizat terbesar yang diberikan Allah kepada seorang hamba yang
memasuki masa tua dan ummiy, untuk menerima risalah bagi umat manusia. Risalah yang
disampaikan dengan perantara Malaikat Jibril dengan Surat pertama yang disebut Surat
al-‘Alaq ayat 1-5, ketika disampaikan ayat pertama dengan lafadz “iqra” yang artinya
bacalah. Penyampaian risalah yang disampaikan secara berulang-ulang yang pada akhirnya
mampu dilakukan Nabi Muhammad. Adapun Nabi dalam menerima wahyu mengalami
bermacam-macam cara dan keadaan diantaranya:
 Malaikat memasukkan wahyu ke dalam hatinya.
 Wahyu datang kepadanya seperti gemerincingnya lonceng. Cara inilah yang dirasa
paling berat oleh Nabi.
 Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi dengan wujud aslinya. Hal ini tersebut
dalam al-Qur’an surat al-Najm ayat 13 dan 14 :
‫َولَقَ ْد َر َءاهُ ن َْزلَةً أُ ْخ َر ٰى‬
Arti:”Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli)
pada waktu yang lain,”
‫ِعن َد ِس ْد َر ِة ْٱل ُمنتَهَ ٰى‬
Arti:” (yaitu) di Sidratil Muntaha”
Surah dan ayat al-Qur’an diturunkan secara bertahap kepada Nabi saw selama dua puluh tiga
tahun masa kenabiannya. Hal ini dijelaskan oleh ayat ayat Al-Quran sendiri. Allah berfirman
ٍ ‫اس ع َٰلى ُم ْك‬
‫ث َّونَ َّز ْل ٰنهُ تَ ْن ِز ْياًل‬ ِ َّ‫َوقُرْ ٰانًا فَ َر ْق ٰنهُ لِتَ ْق َراَ ٗه َعلَى الن‬

”Dan Al-Qur'an (Kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad)


membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara
bertahap”. (QS Al-isra’ : 106)

Para ulama membagi sejarah turunnya Al-qur’an dalam dua periode: (1) Periode sebelum
hijrah (ayat-ayat makkiyyah); dan (2) periode sesudah hijrah (ayat-ayat madaniyyah)

Periode pertama, pada permulaan turunnya wahyu yang pertama (al Alaq 1-5)
Muhammad saw belum diangkat menjadi Rasul, dan hanya berperan sebagai nabi yang tidak
ditugaskan untuk menyampaikan wahyu yang diterimanya. Sampai pada turunnya wahyu
yang kedua barulah Muhammad diperintahkan untuk menyampaikan wahyu yang
diterimanya, dengan adanya firman Allah: “Wahai yang berselimut, bangkit dan berilah

5
peringatan” (QS 74: 1-2). Perioe ini berlangsung sekitar 4-5 tahun dan telah menimbulkan
bermacam-macam reaksi dikalangan masyarakat Arab ketika itu. Reaksireaksi tersebut nyata
dalam tiga hal pokok: Pertama, Segolongan kecil dari mereka menerima dengan baik
ajaranajaran Al-qur’an. Kedua, Sebagian besar dari masyarakat tersebut menolak ajaran Al-
qur’an, karena kebodohan mereka (QS 21:24)

Periode kedua, sejarah turunnya Al-qur’an pada periode kedua terjadi selama 8-9
tahun, pada masa ini terjadi pertikaian dahsyat antara kelompok Islam dan Jahiliah.
Kelompok oposisi terhadap Islam menggunakan segala cara untuk menghalangi kemajuan
dakwah Islam. Silih berganti turun menerangkan kewajibankewajiban prinsipil penganutnya
sesuai dengan kondisi dakwah ketika itu (Q.s. An-Nahl [16]: 125). Sementara di lain pihak,
ayat-ayat kecaman dan ancaman terus mengalir kepada kaum musyrik yang berpaling dari
kebenaran (Q.S 41: 13). Selain itu, turun juga ayat-ayat mengenai keesaan Tuhan dan
kepastian hari kiamat (Q.S. Yasin [36]: 78-82).

B. Sejarah Penghimpunan Al-Qur’an

 Sejarah Penghimpunan Al-Qur’an pada Masa Nabi Muhammad SAW

Rasulullah adalah penghafal Al-Qur’an pertama dan merupakan contoh paling baik
bagi para sahabat dalam menghafalnya sebagai realisasi kecintaan mereka kepada pokok
agama dan sumber hukum. Al-Qur’an diturunkan selama dua puluh tahun lebih. Proses
penurunannya terkadang hanya turun satu ayat dan terkadang turun sampai sepuluh ayat.
Setiap kali sebuah ayat turun, dihafal dalam dada dan ditempatkan dalam hati, sebab bangsa
Arab secara kodrati memang mempunyai daya hafal yang kuat.

Para sahabat berlomba-lomba menghafal ayat-ayat yang diturunkan. Mereka saling


membantu dan berbagi hafalan. Sehingga jumlah mereka yang hafal Al-Qur’an tidak
terhitung jumlahnya. Di antaranya Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, Sa’ad, Ibnu
Mas’ud, Huzaifah, Salim Maula Abi Huzaifah, Abu Hurairah, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Amru
bin Ash, Abdullah bin Amru, Muawiyah, Ibnu Zubair, Abdullah bin Saib, Aisyah, Hafshah,
Ummu Salamah (semuanya dari kaum Muhajirin), Ubay bin Ka’ab, Muadz bin Jabal, Zaid
bin Tsabit, Abu Darda’, Anas bin Malik, Abu Zaid, dan lain-lain dari golongan penghafal.
Banyaknya para sahabat yang hafal Al-Qur’an tidaklah mengherankan karena
pertama, secara tradisi mereka sudah terbiasa dan terlatih menghafal, terutama menghafal
syair-syair dan garis keturunan. Kedua, mereka sangat mencintai Al-Qur’an. Ketiga, fasilitas
tulis-menulis masih sangat terbatas. Media yang dipakai kala itu memang sederhana sekali
bahkan seadanya. Misalnya pelepah kurma, batu tipis, kulit binatang, daun kering, dan
lainnya. Sekali pun ayat-ayat yang turun dituliskan oleh para penulis wahyu, tetapi yang
menjadi acuan utama dalam transfer Al-Qur’an dari Rasul kepada sesama umat Islam
bukanlah tulisan tersebut, melainkan hafalan atau periwayatan secara lisan. Faktor-faktor
yang mendorong penulisan Qur’an pada masa Nabi antara lain:
a. Memperbanyak hafalan, baik Nabi maupun sahabat
b. Mempresentasikan wahyu dengan cara yang paling sempurna, karena mengandalkan
hafalan saja tidak cukup, karena di antara mereka ada yang lupa atau telah
wafat. Sedangkan tulisan akan tetap terpelihara.

6
Sementara itu, penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi tidak terkumpul dalam satu
tempat saja, tetapi terpisah. Hal ini dikarenakan proses turunnya Al-Qur’an saat itu masih
berlangsung, sehingga terdapat kemungkinan ayat yang turun di belakang menghapus redaksi
atau hukum ayat yang turun sebelumnya. karena adanya penertiban ayat-ayat dan surat-surat,
sehingga sistematika penulisan Al-Qur’an tidak disusun menurut kronologi turunnya, tapi
menurut keserasian antara ayat yang satu dengan ayat yang lain. Oleh karena itu terkadang
surat yang turunnya lebih akhir berada di depan dan sebaliknya ayat yang turun awal berada
di belakang.
 Sejarah Penghimpunan Al-Qur’an pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq RA
Penghimpunan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar berawal dari inisiatif Umar bin
Khatthab. Umar khawatir akan banyaknya para penghafal yang gugur dalam beberapa
peristiwa, seperti peristiwa Yamamah dan Sumur Ma’unah. Keadaan tersebut kalau tidak
segera diantisipasi dapat berakibat fatal bagi kelangsungan Islam untuk masa yang akan
datang. Oleh sebab itu, Umar mengusulkan kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan Qur’an
dalam satu mushaf. Semula Abu Bakar keberatan karena dikhawatirkan termasuk perbuatan
bid’ah, sebab Rasul tidak pernah memerintahkan perbuatan tersebut. Tetapi, Umar berhasil
meyakinkan Abu Bakar bahwa perbuatan tersebut hanyalah meneruskan apa yang telah
dirintis oleh Rasul sendiri, karena beliau telah memerintahkan kepada para penulis wahyu
agar menulis semua ayat yang turun.
Abu Bakar menganggap bahwa seseorang yang paling tepat melakukan tugas tersebut
adalah Zaid bin Tsabit, karena Zaid termasuk barisan penghafal Al-Qur’an dan sekaligus
salah seorang penulis wahyu yang ditunjuk oleh Rasul SAW, apalagi dia menyaksikan tahap-
tahap akhir Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. Zaid juga terkenal
cerdas, amanah, dan istiqamah. Umar pun menyetujui keputusan Abu Bakar tersebut.
Seperti halnya Abu Bakar, Zaid pun semula ragu menerima tugas tersebut. Tetapi
setelah diyakinkan oleh Abu Bakar, akhirnya dia bersedia melaksanakannya di bawah
bimbingan Abu Bakar, Umar, dan para sahabat senior lainnya. Dalam melaksanakan
tugasnya, Zaid mengikuti metode yang digariskan oleh Abu Bakar dan Umar, yaitu
mengumpulkan Al-Qur’an dengan hati-hati. Sumber yang digunakan pun tidak cukup hafalan
dan catatan yang dibuat oleh Zaid sendiri, tetapi menggunakan catatan-catatan yang pernah
dibuat pada zaman Rasul dan hafalan para sahabat. Setiap sumber harus dikuatkan oleh dua
orang saksi yang dipercaya. Kemudian tersusunlah sebuah mushaf yang dikumpulkan dengan
tingkat akurasi tinggi dari sumber yang mutawatir dan diterima secara ijma’ oleh umat Islam
saat itu. Ayat-ayat yang sudah dinasakan tidak lagi dituliskan. Ayat-ayat sudah disusun sesuai
dengan urutannya berdasarkan petunjuk Rasulullah SAW, tetapi surat demi surat belum
tersusun sebagaimana mestinya.
 Sejarah Penghimpunan Al-Qur’an pada Masa Utsman bin Affan RA
Penghimpunan Al-Qur’an pada masa Utsman dilatar belakangi oleh meluasnya
perbedaan pendapat di antara kaum Muslim tentang penulisan dan bacaan Al-Qur’an yang
benar, terutama setelah wilayah Khilafah Islamiyah semakin meluas ke bagian utara dan
Afrika Utara. Umat Islam kala itu memiliki perbedaan dialek dalam membaca Al-Qur’an
sesuai dengan asal daerahnya. Misalnya umat Islam di Syam mengikuti bacaan Ubay bin
Ka’ab, di Kufah mengikuti bacaan Abu Musa Al-Asy’ari, dan sebagainya. Kekhawatiran
Utsman dapat terbaca jelas dalam pidatonya waktu itu: “Anda semua yang dekat denganku

7
berbeda pendapat, apalagi orang-orang yang bertempat tinggal jauh dariku, mereka pasti
lebih berbeda lagi”. Hadits riwayat Abu Daud.
Utsman segera berinisiatif untuk membentuk tim penulisan kembali Al-Qur’an ke
dalam beberapa mushaf dengan acuan utama Mushaf Abu Bakar. Tim tersebut terdiri dari
Zaid bin Tsabit sebagai ketua, dengan anggota Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Ash, dan
Abdurrahman bin Harits bin Hisyam. Ketiga anggota berasal dari suku Quraisy, berbeda
dengan Zaid yang berasal dari Madinah. Utsman mengatur komposisi tersebut karena apabila
terjadi perbedaan pendapat dengan Zaid, maka masih ada tiga orang Quraisy yang
memenangkan perbedaan tersebut. Hal ini dilakukan karena Al-Qur’an diturunkan dalam
logat Quraisy.
Jika mushaf yang ditulis pada masa Abu Bakar sudah disusun ayat demi ayat sesuai
dengan urutannya yang tauqifi, tetapi surat demi surat belum disusun  sesuai dengan
urutannya maka tim tersebut menyempurnakan dengan menyusun surat demi surat sesuai
dengan urutannya. Setelah pekerjaan tim selesai, Utsman mengirim mushaf-mushaf tersebut
ke beberapa wilayah untuk dijadikan sebagai standar. Utsman memerintahkan agar semua
mushaf milik pribadi yang berbeda dengan mushaf miliknya harus dibakar, jika gagal dalam
menghapuskan mushaf-mushaf ini maka dapat memicu munculnya perselisihan kembali.

C. Proses Pembukuan Al Qur'an

 Periode Nabi Muhammad SAW


Alqur’an merupakan sumber ajaran islam yang diwahyukan kepada rasulullah secara
mutawatir pada saat terjadi suatu peristiwa, disamping rasulullah menghafalkan secara
pribadi, Nabi juga memberikan pengajaran kepada sahabat-sahabatnya untuk dipahami dan
dihafalkan, ketika wahyu turun Rasulullah menyuruh Zaid bin Tsabit untuk menulisnya agar
mudah dihafal karena Zaid merupakan orang yang paling berpotensi dengan penulisan,
sebagian dari mereka dengan sendirinya menulis teks Al-qur’an untuk di milikinya sendiri
diantara sahabat tadi , para sahabat selalu menyodorkan al-Qur’an kepada Nabi dalam bentuk
hafalan dan tulisan-tulisan. Pada masa rasullah untuk menulis teks al-Qur’an sangat terbatas
sampai-sampai para sahabat menulis Al-Qur’an di pelepah-pelepah kurma,lempengan-
lempengan batu dan dikeping-keping tulang hewan, meskipun al-qur’an sudah tertuliskan
pada masa rasulullah tapi al-qur’an masih berserakan tidak terkumpul menjadi satu mushaf,
Pada saat itu memang sengaja dibentuk dengan hafalan yang tertanam didalam dada para
sahat dan penulisan teks Al-Qur’an yang di lakukan oleh para sahabat. Dan tidak dibukukan
didalam satu mushaf di karenakan rasulullah masih menunggu wahyu yang akan turun
selanjutnya, dan sebagian ayat-ayat Al-Qur’an ada yang dimansukh oleh ayat yang lain, jika
umpama Al-Qur’an segera dibukukan pada masa rasulullah, tentunya ada perubahan ketika
ada ayat yang turun lagi atau ada ayat yang dimanskuh oleh ayat yang lain.
 Periode Abu Bakar r.a
Ketika rasullulah wafat dan kekholifaaan jatuh ketangan Abu Bakar, banyak dari
kalangan orang islam kembali kepada kekhafiran dan kemurtatan, dengan jiwa
kepemimpinannya umar mengirim pasukan untuk memerangi. Tragedi ini dinamakan perang
Yamamah (12 H), yang menewaskan sekitar 70 para Qori’dan Hufadz. dari sekian banyaknya
para hufadz yang gugur, umar khawatir Al-Qur’an akan punah dan tidak akan terjaga,
8
kemudian umar menyusulkan kepada Abu Bakar yang saat itu menjadi khalifah untuk
membukukan Al-Qur’an yang masih berserakan kedalam satu mushaf, pada awalnya Abu
Bakar menolak dikarenakan hal itu tidak dilakukan pada masa rasulullah, dengan penuh
keyakinan dan semangatnya untuk melestarikan Al-Qur’an umar berkata kepada Abu Bakar “
Demi allah ini adalah baik” dengan terbukanya hati Abu Bakar akhirnya usulan Umar
diterima. Abu Bakar menyerahkan urusan tersebut kepada Zaid Bin Tsabit . Pada awalnya
Zaid bin Tsabit menolaknya dikarenakan pembukuan Al-Qur’an tidak pernah dilakukan pada
masa rasulullah sebagaimna Abu Bakar menolaknya. Zaid bin Tsabit dengan kecerdasannya
mengumpulkan Al-Qur’an dengan berpegang teguh terhadap para Hufadz yang masih tersisa
dan tulisan-tulisan yang tadinya ditulis oleh Zaid atas perintah rasullullah. Zaid sangat hati-
hati didalam penulisannya, karena al-Qur’an merupakan sumber pokok ajaran islam. Yang
kemudian Zaid menyerahkan hasil penyusunannya kepada Abu Bakar, dan beliau
menyimpannya sampai wafat. Yang kemudian dipegang oleh umar Bin Khattab sebagai
gantinya kekhalifaan.
 Periode Umar Bin Khattab
Pada masa masa Umar Bin Khattab tidak terjadi penyusunan dan permasalahan
apapun tentang Al-Qur’an karena al-Qur’an dianggap sudah menjadi kesepakatan dan tidak
ada perselisihan dari kalangan sahabat dan para tabi’in. dimasa kekhalifaan umar lebih
konsen terhadap perluasan wilayah, sehingga ia wafat. Yang selanjutnya kekhalifaan jatuh
ketangan Ustman bin Affan.
 Periode Ustman Bin Affan
Semakin banyaknya negara yang ditaklukkan oleh Umar Bin Khattab, semakin
beraneragamlah pula pemeluk agama islam, disekian banyaknya pemeluk agama islam
mengakibatkan perbedaan tentang Qiro’ah antara suku yang satu dengan yang lain, masing-
masing suku mengklaim Qiro’ah dirinyalah yang paling benar. Perbedaan Qiro’ah tersebut
terjadi disebabkan kelonggaran-kelonggaran yang diberikan Nabi kepada Kabilah-kabilah
Arab dalam membaca Al-Qur’an menurut dialeknya masing-masing. Hufaidzah bin Yaman
yang pernah ikut perang melawan syam bagian Armenia bersamaan Azabaijan bersama
penduduk Iraq. Telah melihaT perbedaan tentang Qiro’ah tersebut. Setelah pulang dari
peperangan. Hufaidzah menceritakan adanya perbedaan qiro’ah kepada Ustman Bin Affan,
sekaligus ia mengusulkan untuk segera menindak perbedaan dan membuat kebijakan,
dikhawatirkan akan terjadi perpecahan dikalangan ummat islam tentang kitab suci, seperti
perbedaan yang terjadi dikalangan orang yahudi dan Nasrani yang mempermasalahkan
perbedaan antara kitab injil dan taurat. Selanjutnya Ustman Bin Affan membentuk lajnah
(panitia) yang dipimpin oleh Zaid Bin Harist dengan anggotanya Abdullah bin Zubair. Said
ibnu Ash dan Abdurahman bin Harits.
Ustman Bin Affan memerintahkan kepada Zaid untuk mengambil Mushaf yang
berada dirumah Hafsah dan menyeragamkan bacaan dengan satu dialek yakni dialek Qurays,
mushaf yang asli dikembalikan lagi ke hafsah. Ustman Bin Affan menyuruh Zaid untuk
memperbanyak mushaf yang diperbaruhi menjadi 6 mushaf, yang lima dikirimkan kewilayah
islam seperti Mekkah, Kuffah, Basrah dan Suria, yang satu tersisa disimpan sendiri oleh
Ustaman dirumahnya. Mushaf ini dinamai Al-Imam yang lebih dikenal mushaf Ustmani,
demikian terbentuknya mushaf ustmani dikarenakan adanya pembaruan mushaf pada masa
ustmani.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian sejarah turunnya Al-Qur’an dapat disimpulkan bahwa sejarah turunnya
Al-Qir’an sangatlah disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat saat itu.
Meskipun Al-Qur’an adalah sajian samawi, tetapi Al-Qur’an sangat penting bagi umat
manusia. Sejarah turunnya Al-Qur’an melalui dua periode, pada periode pertama ditandai
dengan turunyya wahyu yang pertama yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5. Sedangkan, pada periode
kedua ditandai dengan adanya pertikaian dahsyat antara kelompok islam dan jahiliyah selama
8-9 tahun.
Dari uraian diatas terkait sejarah penghimpunan Al-Qur’an dapat disimpulkan bahwa
sejarah penghimpunan Al-Qur’an terdiri dari Masa Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar Ash-
Shidiq RA dan Utsman bin Affan RA. Pada masa Nabi Muhammad SAW proses
penurunannya terkadang hanya turun satu ayat dan terkadang turun sampai sepuluh ayat yang
diturunkan selama dua puluh tahun lebih. Pada masa Abu Bakar Ash-Shidiq RA ditandai
dengan berawal dari inisiatif Umar bin Khattab yang khawatir akan banyaknya para
penghafal yang gugur dalam peristiwa yamamah dan sumur ma’unah. Pada masa Utsman bin
Affan RA ditandai dengan dilatar belakangi oleh meluasnya perbedaan pendapat diantara
kaum muslim tentang penulisan dan bacaan Al-Qur’an yang benar.
Dari uraian diatas terkait proses pembukuan Al-Qur,an yaitu melalui 4 proses. Yang
pertama, pada periode nabi Muhammad SAW pada masa rasulullah para sahabat menulisakan
teks Al-Qur’an dengan media yang sangat terbatas dan tidak dibukukan didalam satu mushaf,
karena rasulullah masih menunggu wahyu yang akan turun selanjutnya. Yang kedua, pada
periode Abu Bakar RA karena pada awalnya terjadi perang yamamah sehingga umar
khawatir jika Al-Qur’an akan punah dan tidak terjaga, karena Al-Qur’an merupakan sumber
pokok ajaran islam, sehingga Abu Bakar menyimpannya sampai wafat, dan kemudian
dipegang umar bin Khattab sebagai ganti kekhalifahan. Yang ketiga, pada periode Umar bin
Khattab tidak terjadi penyusunan dan permasalahan apapun tentang Al-Qur’an karena al-
Qur’an dianggap sudah menjadi kesepakatan dan tidak ada perselisihan. Yang keempat, pada
periode Utsaman bin Affan yaitu karena adanya perbedaan Qiro’ah sehingga Ustman Bin
Affan memerintahkan kepada Zaid untuk mengambil Mushaf yang berada dirumah Hafsah
dan menyeragamkan bacaan dengan satu dialek yakni dialek Qurays, mushaf yang asli
dikembalikan lagi ke hafsah.

10
DAFTAR PUSTAKA
https://media.neliti.com/media/publications/178165-ID-sejarah-al-quran-uraian-analitis-
kronolo.pdf
http://etheses.iainkediri.ac.id/319/4/07%20bab%203..pdf
http://lalalala-baymax.blogspot.com/2017/03/penghimpunan-alquran-pada-masa.html?
m=1#:~:text=Kesimpulan-,Penghimpunan%20Al%2DQur'an%20dalam%20sejarahnya
%20berlangsung%20selama%20tiga%20periode,periode%20memiliki%20ciri%2Dciri
%20sendiri
H. Ahmad Syadali, H. Ahmad Rofi’I, 2000. Ulumul Qur’an 1. Bandung. Pustaka Setia.

11

Anda mungkin juga menyukai