Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEJARAH TURUNNYA AL QURAN DAN


PEMELIHARAANNHYA
Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ulumul Quran

Dosen pengampu: Fatimah Madaniyah, S.Pd.I.M.Pd.I

Kelas A

Disusun oleh: Kelompok 9

Andre Hendriawan (1229240020)

Athif M Azzam (1229240042)

Annisa Ramadhani (1229240031)

Adinda Zahra (1229240007)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta
taufik-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul SEJARAH
TURUNNYA AL-QURAN DAN PEMELIHARAANNYA ini pada tepat waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah ULUMUL QURAN dari pada itu, makalah ini juga bertujuan menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Terimakasih kami ucapkan kepada ibu Fatimah Madaniyyah, S.Pd.I,M.Pd.I. selaku


dosen mata kuliah ulumul qur’an yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan kami semua.

Bandung, 27 September 2022

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .........................................................................................


1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................
1.3 Tujuan ......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Al-Quran ................................................................................


2.2 Hikmah diwahyukannya secara berangsur-angsur ....................................
2.3 Pengumpulan Al-Quran............................................................................
2.4 Rasm Al-Quran ........................................................................................

BAB III PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan ..............................................................................................


3.2 Saran........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sejarah turunnya Al-Quran dan Pemeliharaannya adalah salah satu
pembahasan yang sangat penting untuk dikaji dalam mata kuliah Ulumul Quran.
Qur’an sendiri adalah kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan
kepada Rasulullah melalui malaikat Jibril yang diturunkan secara berangsur-angsur
dan membacanya bernilai ibadah. Maka dari itu sebagai umat islam setidaknya
mengetahui tentang Al-Quran, salah satunya adalah Sejarah turunnya Al-Quran dan
Pemeliharaannya.

Al-Quran semenjak diturunkan kepada Rasulullah SAW, hingga sekarang


masih utuh dan masih terjaga, karena Allah SWT telah menjamin kemurnian dan
kesucian Al-Quran. Dan juga akan selamat dari usaha-usaha pemalsuan, penambahan
atau pengurangan. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Quran;
‫الذ ْك َر ن ََّز ْلنَا نَحْ ن اِنَّا‬
ِ ِ‫لَحٰ ـفِظ ْونَ لَه نَّا َوا‬
"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang
memeliharanya."
(QS. Al-Hijr 15: Ayat 9)1

Dalam pokok bahasan ini akan membahas tentang pengumpulan Al-Quran,


definisi, hikmah diwahyukannyaQur’an secara berangsur-angsur dan rasm Al-Quran.
Pembahasan ini akan menambah wawasan tentang AlQuran begitupun hikmah yang
sangat luar biasa dalam diturunkannya Al-Quran. Dengan demikian akan membuat
kita lebih cinta lagi terhadap Al’Qur’an.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Al-Quran?


2. Apa saja hikmah diwahyukannya Al-Quran secara berangsur-angsur?
3. Bagaimana pengumpulan Al-Quran dari masa ke masa?
4. Bagaimana penjelasan tentang rasm Al-Quran?

1.3 Tujuan

1. Mendefinisikan apa itu Al-Quran.


2. Mengetahui hikmah diwahyukannya Al-Quran secara berangsur-angsur.
3. Menjelaskan pengumpulan Al-Quran.
4. Menjelaskan tentang rasm Al-Quran.

1
Al-Qur'an Indonesia https://quran-id.com

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Al-Quran

Al-quran merupakan kalam Allah yang tiada tandingannya (mu’jizat),


diturunkan kepada nabi muhammad saw. Penutup para nabi dan rosul, dengan
perantara Jibril. dimulai dengan surat al fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas dan
mempelajarinya adalah ibadah. Allah SWT menurunkan al-quran sebagai undang-
undang bagi umat manusia dan petunjuk atas kebenaran rosul, nyatalah bahwa al
quran adalah mu’jizat yang abadi yantg menunjukan semua generasi dan bangsa
sepanjang masa.
Al-Quran merupakan kalam alloh yang diberikan kepada Nabi Muhammad,
yang merupakan satu-satunya firman Alloh (mukjizat) tanpa padanannya, yang
dihubungkan oleh Jibril, dan dimulai dengan Surah al-Fatihah dan diakhiri dengan
Surah An-Nas, Mempelajarinya adalah ibadah. Jelas bahwa Al-Qur'an adalah
mukjizat abadi yang menunjukkan semua generasi dan bangsa sepanjang tahun. Allah
menurunkannya sebagai pedoman bagi manusia dan petunjuk kepada kebenaran
Nabi. 1

2.2 Hikmah diwahyukannya secara berangsur-angsur

Allah SWT secara bertahap menurunkan kitab suci Al-Qur'an kepada


Rasulullah SAW melalui dua periode (Mekah dan Madinah). Dimulai pada malam ke-
17 Ramadhan tahun 41 setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW dan berakhir pada
tanggal 1 Rabi'al-Awwal tahun ke-54 setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW (12
tahun 5 bulan 13 hari), ayat yang diturunkan zaman itu disebut surat Makkiyah (610–
622 M) Ayat-ayat yang diturunkan saat itu berjumlah 4.726 ayat dan 89 surat.
Dimulai pada 1 Rabi'al-Awwal tahun 54 dan berakhir pada tanggal 9
Dzulhijjah tahun 63 yang mungkin bertepatan dengan tahun ke-10 Hijrah (9 tahun 9
bulan 9 hari). Total diturunkannya alquran berlangsung selama 22 tahun, 2 bulan, dan
22 hari. Terdapat 1.510 ayat dan 25 surah yang diturunkan selama periode madinah
ini bersama-sama disebut sebagai ayat madaniyah. 2
Turunnya Al-Quran secara berangsur- angsur itu memuat ibrah yang nyata
serta rahasia yang cukup banyak, diantara hikmah diturunkannya Al-Quran secara
berangsur – angsur sebagai berikut;
1. Untuk menguatkan hati Nabi Muhammad Saw dalam menerima dan
menyampaikan kalam Allah kepada umat manusia.

Nabi Muhammad SAW sering kali harus mengatasi kesulitan dan rintangan
saat melakukan tugasnya. Selain itu, mungkin memberikan penghiburan hatinya
ketika dia menghadapi tantangan, tragedi, atau tentangan dari orang-orang yang tidak

2
Maulana Dwi Kurniasih, Dyah Ayu Lestari, and Ahmad Fauzi, “H1kmah Penurunan Al quranSecara Berangsur,”
Mimbar Agama Budaya 37 (December 30, 2020): 11–20, https://doi.org/10.15408/mimbar.v37i2.18914.

2
percaya. Ketika sesuatu dikatakan untuk "menguatkan hati nabi", itu hanya mengacu
pada pemeliharaan Allah SWT dan penguatan seorang utusan Allah SWT dalam
menghadapi musuh terbesarnya dan penganiayaan terhadap dirinya sendiri dan para
pengikutnya.

Ayat-ayat Al-Quran itu diturunkan kepada rosul saw sebagai pelepas derita
dan membangkitkan ketenangan yang telah dilaluinya dalam melaksanakan dakwah
dimana beliau menghadapinya dengan penuh duka dan nestapa, karena itu ketika
penderitaan dan cobaan yang begitu dahsyat maka turunlah al-quran sebagai
penenang dan sebagai obat peringan beban yang dipikul nabi Muhammad saw.

Ketika penderitaan dan cobaan begitu besar, Al-Qur'an diturunkan sebagai


obat penenang dan sebagai sumber bantuan, obat untuk meringankan beban yang
dipikul oleh Nabi Muhammad SAW. Ayat-ayat Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi
Muhammad sebagai pereda penderitaan dan membangkitkan ketenangan yang telah
ia lalui dalam menjalankan dakwahnya dimana ia menghadapinya dengan suka dan
duka. Sebagai mana Allah berfirman dalam A-Quran;
ّٰۤ
ْ‫ت َولَقَد‬ َ َ‫ع ٰلى ف‬
ْ ‫ص َبر ْوا قَ ْبلِكَ م ِْن رسل ك ِذ َب‬ َ ‫ت م َب ِد َل َو َل ۚ نَصْرنَا ا َ ٰتٮه ْم َحتى ْوذ ْوا َوا كذِب ْوا َما‬
ِ ٰ‫َولَقَدْ ۚ ّللاِ ِل َكلِم‬
َ‫س ِليْنَ ى نَّبَ ِا م ِْن َجا ٓ َءك‬ ْ
َ ‫الم ْر‬
"Dan sesungguhnya rasul-rasul sebelum engkau pun telah didustakan, tetapi
mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap
mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Dan tidak ada yang dapat
mengubah kalimat-kalimat (ketetapan) Allah. Dan sungguh, telah datang kepadamu
sebagian dari berita rasul-rasul itu."(QS. Al-An'am 6: Ayat 34)1

2. Merupakan mukjizat bagi Nabi untuk menjawab dan mematahkan tantangan


orang-orang kafir.
Sering kali mereka (orang kafir) mengajukkan pertanyaan-pertanyaan dengan
maksud melemahkan dan menantang juga menguji kenabiaan Rasulullah. Mereka
pernah menyakan tentang kiamat kapan datangnya. Sebagai mana allah berfirman
dalam surat Ali’Imran ayat: 12
ُ ْ َ ْ َ َ َّ َ َ ‫ُ ْ ِّ َّ ْ َ َ َ ُ ْ َ ُ ْ َ ُ ْ َ َ ُ ْ ََ ُ ْ َ ى‬
‫س ال ِم َهاد‬ ‫قل لل ِذين كفروا ستغلبون وتحشون ِاٰل جهنم ۗ و ِبئ‬
“Katakanlah (Muhammad) kepada orang-orang yang kafir, “Kamu (pasti) akan
dikalahkan dan digiring ke dalam neraka Jahanam. Dan itulah seburuk-buruk tempat
tinggal”
3. Memudahkan Nabi dalam menghafal lafadz Alquran,
mengingat bahwa Al-Qur'an adalah kalam Allah yang sangat padat maknanya
sehingga perlu dihafal dan dipelajari secara khusus. Selain itu, harus dibacakan
kepada orang banyak, dijelaskan, dan diilustrasikan dengan contoh. Jika Al-Qur'an
tiba-tiba diturunkan sekaligus, niscaya Nabi akan terbebani karena harus membaca
dan menafsirkannya.

4. Memudahkan umat pada masa itu dan umat masa sekarang untuk menghafal,
mencatat dan memahami Alquran.

3
Turunya Al-quran secara berangsur memudahkan umat manusia untuk
menghafal dan memahaminya, terutama Nabi sangat takut apabila Alquran tidak
menetap dihatinya. Hal ini berdampak positif bagi umatnya, karena pada masa Nabi
menulis dan membaca sangat langka. Mereka menghandalkan kekuatan akal dalam
menghafal dikarenakan perlengkapan alat tulis tidak mudah didapat pada masa itu.

5. Menjawab problematika masyarakat.


Hal ini menerangkan apa-apa yang di butuhkan masyarakat sesuai dengan
kondisi dan problema yang mereka hadapi. Apabila ada persoalan baru dikalangan
mereka, turunlah ayat yang sesuai dengan persoalan tersebut. Bila terjadi kesalahan
dan penyelewangan di kalangan mereka, maka turunlah al-quran memberi batasan
serta pemberitauan kepada mereka masalah yang harus ditinggalkan dan patut
dikerjakan. Ambilah Sebuah contoh perintah allah kepada nabi Muhammad sawuntuk
melakukan dakwah secara terang terangan yang termuat dalam surat Al-Hijr ayat 94
َْ ْ ‫ض َعن ْال ُم َْشك‬
‫ي‬ ْ ‫َف‬
ْ ‫اص َد ْع ب َما ُت ْؤ َم ُر َو َا ْعر‬
ِِ ِ ِ ِ
“Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik.” 3

6. Mengetahui nasikh dan Mansukh dalam ayat Alquran yang berkaitan dengan
hukum.

Al-Qur'an masih dipelajari oleh para ahli karena merupakan sumber utama
hukum Islam. Al-Qur'an merupakan sumber ilmu sekaligus hokum. Semakin
dipelajari dan diteliti maka semakin dalam maknanya. Kajian Al-Qur'an meliputi
ayat-ayat yang berisi tentang petunjuk dan larangan yang mengandung nasikh dan
mansukh serta ayat-ayat yang mengacu pada hubungan ayat yang satu dengan ayat
yang lain dan tempat turunnya ayat tersebut.

Nasikh Artinya menghilangkan, menghapuskan, membatalkan. Yang berarti


membatalkan atau memindah dari satu wadah ke wadah yang lain. Atau juga
berarti penukilan dan penyalinan, Sebaliknya, mansukh (isim maful) adalah
sesuatu yang diperdebatkan, terjadi, dipindahkan, dipertahankan, dan dibiarkan.

Nasr Hamid Abu Zaid menyatakan bahwa Nasakh secara umum memiliki tiga
tujuan, yaitu: Sebagai upaya memahami hukum dan sebagai langkah menuju
pemberian kemudahan.1

A. Mencoba menafsirkan Hukum.


Setiap ketentuan hukum dalam syariat harus dipahami agar dapat
diberlakukan, dan ini berlaku untuk Alquran dan juga hadis. Paragraf ini
digunakan untuk menyelesaikan dua klaim yang bersaing. Dalam situasi ini,
perlu dilakukan upaya untuk mengumpulkan dua argumen hukum,
menguraikan argumen (taksi), atau memperkuat salah satunya (tarjih). Jika

3
Kurniasih, Lestari, and Fauzi. “H1kmah Penurunan Al quranSecara Berangsur.”

4
penafsiran yang digunakan ternyata tidak sejalan, nasikh mansuk adalah
jawabannya.

B. Untuk memajukan tasryi'


Tujuan dari tahap ini adalah untuk memperkenalkan hukum secara
bertahap kepada orang-orang Arab pada awal Islam sehingga mereka yang
memeluknya dapat secara bertahap mempraktikkan arahannya. Oleh karena
itu, undang-undang tersebut tidak ditentukan secara tiba-tiba (tiba-tiba/frontal),
dan tidak membebani mereka yang mengeluarkan perintah atau larangan untuk
mengikutinya.
C. Sebagai Pemberian Kemudahan
Kemudahan tersebut ditunjukkan dengan terus ditampilkannya teks-teks
yang dimaksudkan maupun teks-teks yang diminta. Ini akan memungkinkan
hukum ayat yang dialokasikan untuk muncul kembali dalam hukum
masyarakat. Ketika mempelajari penempatan teks di antara instruksi kepada
umat Islam untuk bersabar dalam menghadapi tantangan kaum musyrik, para
ulama sampai pada kesadaran ini.
7. Memberikan pengaruh yang besar dalam proses dakwah Islam dan
pembentukan umat.

Ayat yang berkaitan dengan tauhid dan keadilan sosial pertama kali
diturunkan pada zaman Mekah. Hanya selama era Madinah, bagian-bagian tentang
hukum, termasuk hukum keluarga, hukum properti, hukum pidana, dan hukum
pemerintah, diungkapkan. Sesuai dengan keadaan masyarakat pada saat itu, bagian-
bagian hukum secara bertahap terungkap.4

2.3 Pengumpulan Al-Quran

Istilah pengumpulan kadang dimaksud dengan penghafalan dalam hati, dan


kadang pun dimaksud dengan penulisan dan pencatatan dalam bentuk lembaran-
lembaran.
A. Pengumpulan Al Quran dimasa Nabi Rasulullah (610-632)
Terbagi menjadi 2 kategori;
1) Pengumpulan dalam dada adalah penghafalan dan penghayatan/
penghayatan, Al Quran turun kepada Nabi yang tidak bisa membaca
maupun tulis yang disebut denga ummi.Karena itu perhatian Nabi
hanya dituju untuk sekedar menghafal dan menghayatinya, supaya
Nabi dapat menguasai Al Quran sebagaimana Al Quran tersebut
diturunkan.Setelah itu ia membacakannya kepafa orang-orang dengan
begitu terang agar dapat menghafal dan memantapkannya.Adapun ayat
yang menjelaskan tentang Nabi seorang ummi dan diutus Allah di
kalangan orang-orang ummi terdapat pada QS Al Jumuah Ayat 2 yang
artinya:

4
Kurniasih, Lestari, and Fauzi, “H1kmah Penurunan Al quranSecara Berangsur.”

5
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul
diantara mereka yang membacakan ayat-ayat Nya kepada mereka
,mensucikan mereka dengam mengajarkan kepada merka kitab dan
hikmah."

Biasanya orang-orang yang ummi hanya mengandalkan kekuatan


hafalan dan ingatannya,tetapi mereka tidak bisa membaca dan
menulisnya.Memang bangsa Arab pada masa turunnya Al Quran,
mereka dalam budaya arab yang begitu tinggi,ingatan mereka sangat
kuat dan daya fikirnya yang sangat terbuka.Banyak orang arab yang
mengetahui berates-ratus ribu syair dan dapat mengetahui silsilah nasab
keturunannya.mereka dapat mengungkapkannya di luar kepala,dan
mengetahui sejarahnya.
Begitu Al-Quran turun kepada mereka dengan jelas,mereka jelas
terkagum dan akal fikiran mereka tertimpa oleh Al Quran,sehingga
perhatiannya tercurah kepada Al Quran.

Nabi SAW karena keinginannya yang sangat tinggi untuk menguasai


Al Quran,Beliau menghiasi malam dengan membaca ayat-ayat Al
Quran melalui sholat,sebagai pengabdian Beliau serta pendalaman
maknanya sampai kedua telapak kaki Beliau menjadi bengkak karena
lamanya berdiri sebagaimana yang terdapat pada QS Al Muzammil 1-4
yang artinya
“Hai orang yang berselimut (Muhammad),bangunlah (untuk
sembahyang) di malam hari kecuali sedikit daripadanya, yaitu
seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit atau lebih dari
seperdua itu.Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.”

2) Pengumpulan dalam dokumen atau catatan berupa penulisan pada kitab


ataupun pada ukiran.

Keistimewaan yang kedua dari Al Quran adalah pengumpulan dan


penulisannya dalam lembaran.Raasulullah SAW mempunyai beberapa
sekretaris wahyu.Setiap ada ayat Al Quran turun,Beliau
memerintahkannya kepada mereka menulisnya,untuk memperkuat catatan
dan dokumentasi serta kehati-hatian Beliau terhadap kitab Allah,sehingga
penulisan tersebut dapat melahirkan hafalan dan memperkuat ingatan.

Penulis-penulis tersebut adalah sahabat pilihan beliau yang dipercaya


dengan tulisan yang sangat indah agar dapat mengemban tugas yang mulia
ini. Diantaranya ada Zaid Bin Tsabit,Ubay Bin Ka’ab,Muadz Bin
Jabal,Mu’awiyah Bin Abi Sufyan,Khulafaur Rasyidin dan sahabat-sahabat
yang lain.

6
-Cara penulisannya

Adapun cara penulisannya yaitu mereka menulis pada pelepah-


pelepah kurma,kepingin batu,kulit/daun kayu tulang binatang dan
sebagainya.Hal itu karena pabrik/perusahaan krtas di kalangan orang
arab belum ada, yang ada baru di negeri-negeri lain seperti Parsi dan
Romawi tetap masih sangat kurang dan tidak disebarkan.
Langkah-langkah seperti ini tidak akan terjadi pada kitab-kitab samawy lainnya
seperti halnya perhatian terhadap Al-Quran sebagai kitab yang Maha Agung dan
Mu’jizat Nabi Muhammad SAW yang abadi.
B. Pengumpulan Al-Quran pada masa Abu Bakar (632-634)
Setelah Rasulullah SAW wafat, kekuasaan pun dipegang oleh Abu Bakar
Siddiq R.A. Pada masa pemerintahannya ia banyak menghadapi malapetaka,
berbagai kesulitan dan problem yang rumit, diantaranya memerangi orang-
orang yang murtad, memerangi pengikut Musailamah Al-Kadzdzab.

Peperangan Yamamah adalah suatu peperangan yang sangat amat


dahsyat. Banyak kalangan sahabat yang hafal Al-Quran dan ahli bacanya mati
syahid yang jumlahnya lebih dari 70 orang huffazh ternama. Oleh karnanya
kaum muslimin menjadi bingung dan khawatir.Umar sendiri merasa prihatin
lalu beliau menemui Abu Bakar yang sedang dalam keadaan sakit dan
sedih.Umar mengusulkan supaya mengumpulkan Al Quran karena khawatir
lenyap dengan banyaknya huffazh yang gugur, Abu Bakar pertama kali merasa
ragu. Setelah dijelaskan oleh Umar tenatng nilai-nilai positifnya ia menerima
usul Umar tersebut. Setelah itu Abu Bakarpun mengutus Zaid Bin Tsabit dan
mengajukan persoalannya,serta menyuruhnya agar segera menangani dan
mengumpulkannya Al Quran dalam satu mushaf Zaid Bin Tsabit awalnya pun
ragu, tetapi Ia dilapangkan dadanya oleh Allah Swt dan mengerjakannya.

C. Pengumpulan Al-Quran di masa Ustman (644-656)

Latar belakang pengumpulan Al-Quran di masa Ustman r.a adalah


karena beberapa faktor lain. Daerah kekuasaan Ustman telah meluas, orang-
orang islam telah terpencar diberbagai kota dan daerah. Di setiap daerah sudah
populer bacaan sahabat yang mengajar mereka. Penduduk syam membaca Al-
Quran mengikuti bacaan Ubay ibnu Ka’ab, penduduk Kufah mengikuti bacaan
Abu Musa Al-Asy’ari. Diantara mereka terdapat perbedaan tentang bunyi
huruf, dan bentuk bacaan. Dengan adanya masalah ini membawa mereka
kepada pertikaian dan perpecahan sesama muslim.

Diriwayatkan dari Abi Qilabah bahwasanya ia berkata: “pada masa


pemerintahan Ustman pengajar menyampaikan kepada anak didiknya,
pengajar yang lain juga menyampaikan kepada anak didiknya. Dua kelompok
tersebut bertemu dan bacaannya berbeda, akhirnya masalah tersebut sampai
kepada pengajar/guru sehingga satu sama lain saling mengkufurkan”. Berita
tersebut sampai kepada Ustman. Beliau berpidato dan seraya mengatakan:
“kalian yang ada di hadapanku berbeda pendapat, apalagi orang-orang yang
bertempat tinggal jauhdariku pasti lebih-lebih lagi perbedaannya”.

7
Karena latar belakang tersebut Ustman dengan kehebatan pendapatnya
dan kecerdikan pandangannya ia berpendapat untuk melakukan tindakan
prepentip menambal pakaian yang sobek sebelumnya sobeknya meluas dan
mencegah penyakit sebelum sulit mendapat pengobatannya. Ia mengumpulkan
sahabat-sahabat yang terkemuka dan cerdik cendikiawan untuk
bermusyawarah dalam mengatasi masalah ini. Mereka tersebut adalah Zaid
bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said ibnu Al-Ash dan Abdurrahman ibnu
Hisyam. Mereka semua dari suku Quraisy golongan muhajirin kecuali Zaid
ibnu Tsabit, yang mana ia adalah dari kaum Anshor. Pelaksanaan gagasan ini
adalah pada tahun keduapuluh empat hijriah. Ustman mengatakan kepada
mereka: “Bila Anda sekalian ada perselisihan pendapat tentang bacaan maka
tulislah berdasarkan bahasa Quraisy, karena Al-Quran diturunkan dengan
bahasa Quraisy”. Ustman meminta kepada Hafsah binti Umar agar ia bersedia
menyerahkan mushaf yang ada padanya sebagai hasil dari jasa yang telah
dikumpulkan Abu Bakar, untuk ditulis dan diperbanyak. Dan setelah selesai
akan dikembalikan lagi. Hafsah mengizinkannya. Mereka semua sependapat
agar Amirul Mu’minin menyalin dan perbanyak mushaf kemudian
mengirimkannya keseluruh daerah dan kota lalu selanjutnya menginstruksikan
agar orang-orang membakar mushaf yang lainnya sehingga tidak ada lagi jalan
yang membawa kepada pertikaian dan perselisihan dalam hal bacaan Al-
Quran. Bahkan pada saat itu Abd Al-aziz Marwan, gubernur Mesir, setelah
menulis mushaf ia menyuruh beberapa orang untuk memeriksanya seraya
berkata, “barang siapa yang dapat menunjukkan barang suatu kesalahan
dalam salinan ini, maka akan diberikan kepadanya seekor kuda dan tiga
puluh dinar.” Diantara yang memeriksa itu ada yang berhasil menemukan
kesalahan dalam penulisannya ialah seorang qori. 1 Maka dengan tersebarnya
mushaf itu, umat islam pun bersungguh-sungguh untuk menghafalkan Al-
Quran, mentajwidkannya dan menyalinnya.

Terdapat suatu riwayat yang menerangkan bahwa bilangan mushaf


yang diangkat atas ujung lembing dalam peperangan ‘ali dengan Mu’awiyah
ada tiga ratus buah banyaknya. Hal ini menunjukkan bahwa penyalinan
mushaf sangat pesat dilakukan. Maka dengan berangsur-angsur lenyaplah
mushaf yang ditulis para sahabat dan tinggallah dalam pelukan masyarakat
mushaf yang ditulis pada masa kekhalifahan Ustman atas perintahnya, yang
kemudian dinamai dengan mushaf al-imam.5

2.4 Rasm Al-Quran

Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad


saw. Yang tertuang dalam bentuk tulisan berbahasa arab dan terdiri dari huruf huruf
yang menggambarkan bunya bacaan (lafadz). Al-Qur’an ditulis secara hati hati oleh
para pencatat wahyu Nabi agar terpelihara dan jauh dari kemungkinan untuk
dimanipulasi, di tambahkan ataupun dikurangi.
Al-Qur’an ditulis berdasarkan sumber-sumber yang tidak perlu diragukan
kebenarannya (mutawatir). Teks Al-Quran yang ada sekarang benar-benar sesuai

5
TM.Hasbie ash-Shiddiqie, sejarah dan pengantar ilmu Al-Quran /tafsir, Cet. 14, (Jakarta: Bulan Bintang ,
1992), hlm 95-96.

8
dengan apa yang diwahyukan kepada nabi Muhammad saw. Namun,ada sebagian
orang yang menuduh bahwa Al-Qur’an yang ada sekarang ini tidak mencakup seluruh Al-
Qur’an yang asli,ada lima ratus huruf yang telah dihilangkan dalam al-Rasm al-
Utsmani.
1. Pengertian Rasm Al-Qur’an

Rasm berasal dari kata rasama, yarsamu, rasma yang memiliki arti
melukis atau menggambar. Kata Rasm ini juga dapat diartikan sebagai sesuatu
yang resmi atau menurut aturan. Rasm berarti tulisan atau penulisan yang
memiliki metode tertentu. Adapun pengertian Rasm dalam ulumul quran
berarti pola penulisan Al-Qur’an yang digunakan ketika menulis dan
membukukan Al-Qur’an.

2. Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Rasulullah SAW.

Seluruh ayat Al-Qur’an telah ditulis di hadapan Rasulullah SAW.


Sendiri oleh para pencatat wahyu. Ketika ada ayat Al-Qur’an yang turun,
Rasulullah selalu memangil para sahabat, pencantat wahyu, dan
memerintahkan mereka untuk menuliska serta memberikan petunjuk letak
urutan ayat dan tata cara penulisannya. Proses ini selalu beliau lakukan sampai
ayat-ayat Al-Quran seluruh nya tertulis.
Oleh sebab itu,ketika Rasulullah saw. wafat, Al-Qur’an telah tercatat pada
kepingan-kepingan tulang, pelepah kurma, lembaran-lembaran kulit, tulang-
tulang pipih, kayu dan sebagainya, sehingga tak ada satu pun ayat yang
tertinggal. Al-Qur’an yang telah ditulis ini,kemudian disimpah di rumah
Rasulullah saw. dalam keadaan yang masih terpencar pencar, belum terhimpun
dalam satu mushaf buku.

Para pencatat wahyu Nabi, pada saat itu selain menuliskan ayat-ayat
Al-Qur’an yang turun untuk disimpan di rumah Rasulullah saw. juga
menyalinnya untuk disimpan dan menjadi rujukan serta dokumentasi masing
masing. Maka dari itu, Al-Qur’an ini terjamin keaslian dan kemurniannya di
karenakan tulisan ini ada di tangan para penghafal dan tersimpan di rumah
Rasulullah, serta para penghafal selalu mengontrol dan saling mengoreksi
untuk memelihara keaslian Al-Qur’an.

3. Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Abu Bakar ra.

Pada masa Rasulullah saw. masih hidup, Al-Qur’an seluruhnya telah


selesai ditulis. Namun, ayat-ayat dan surat-suratnya masih terpisah-pisah.
Tuntutan untuk mengumpulkan dalam satu mushaf belum mendesak atau
bahkan sama sekali belum terpikirkan. Sebab masih banyak penghafal Al-
Qur’an yang masih hidup pada saat itu.
Peperangan Yamanah, di samping Bi’r Ma’unah,banyak disinggung oleh para
sejarawan sebagai sebab terdorongnya Abu Bakar atas nasehat dari Umar Ibn
al-Khattab untuk mengumpulkan dan menuliskan al-Qur’an dalam satu
mushaf. Karena peperangan itu telah menyebabkan wafatnya tidak kurang dari

9
70 orang para penghafal Al-Qur’an yang menurut Umar akan mengurangi
terjaminnya pemeliharaan Al-Qur’an jika tidak segera dituliskan dalam satu
mushaf.
Zaid Ibn Thabit ialah salah seorang sahabat yang ditunjuk oleh Abu Bakar
untuk menulis dan mengumpulkan Al-Qur’an. Ia mulai menelusuri ayat ayat
yang tercatat pada pelepah kurma, lempengan-lempengan batu, dan dalam
dada para penghafal Al-Qur’an. Meskipun Zaid Ibn Thabit bekerja sendirian
dan banyak kalangan sahabat yang menghafal ayat,namun ia tetap berusaha
bersungguh-sungguh untuk menemukan cacatan yang pernah ditulis di
hadapan Rasulullah saw.. Jadi, Zaid Ibn Thabit sangat berhati-hati dalam
menjalankan tugasnya itu.
Hasil kerja dari Zaid Ibn Thabit ini sangat telitan dan memiliki keakuratan
yang sangat tinggi. Tulisan hasil dokumentasi Zaid Ibn Thabit,yang kemudian
dikenal dengan mushaf itu. Ia adalah tulisan aslinya yang terpercaya dan wajib
berpegang padanya. Mushaf ini kemudian disimpan di tangan Abu Bakar
sampai beliau wafat,kemudian disimpan oleh Ibn al-Khattab yang saat
menjelang wafatnya beliau berwasiat agar sepeninggalannya nanti mushaf itu
diserahkan dan dipelihara oleh hafsah.

4. Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Utsman

Perselisihan umat Islam yang disebabkan karena adanya perbedaan


bacaan Al-Qur’an ditanggapi oleh khalifah Utsman Ibn ‘Affan secara positif.
Dia menyadari perbedaan bacaan itu disebabkan oleh perbedaan bacaan para
guru yang berpangkal pada beberapa alternatif bacaan. Oleh karena itu,
Utsman memerintahkan Zaid Ibn Tsabit al-Anshariy, Abdullah Ibn Zubai,
Sa’id Ibn al-‘Ash dan Abd al-Rahman Ibn Haris untuk menyalin mushaf yang
disimpan oleh Hafsah. Beliau memerintahkan agar mushaf itu disalin dengan
bacaan yang masyhur dan bahasa Quraish. Jadi, pada masa Utsman Al-Qur’an
telah desalin ulang sesuai dengan mushaf Abu Bakar. Perbedaannya, Utsman
telah menciutkan ragam dialeknya menjadi satu dialek saja,yaitu dialek
Quraish.

Hal ini dilakukannya karena beliau berpendapat bahwa


diperbolehkannya ragam dialek dalam membaca Al-Qur’an oleh Rasulullah
saw. pada permulaan islam bertujuan untuk mempermudah mereka yang
mualaf. Hal ini digunakan sebagai strategi dakwah Rasulullah saw. yang tidak
mempersulilt orang, namun pada kenyatannya memang sulit untuk membaca
Al-Qur’an dengan dialek Quraish.
Penulisan dan penyalinan yang dilakukan oleh Zaid Ibn Tsabit dan tiga orang
suku Quraish telah menempuh suatu metode khusus yang disetujui oleh
Utsman Ibn ‘Affan, metode itu dinamai metode penulisan Utsmani atau al-
rasm al-Utsmaniy.

10
5. Al-Rasm al-Uthmani

Rasm Ustmani adalah rasm (bentuk tulisan yang telah diakui dan
diwarisi oleh umat islam sejak masa Uthman. Namun kemudian mereka
berbeda pendapat tentang status hukumnya, yaitu:
1) Rasm Uthmani adalah tauqifi dan umat islam wajib mengikutinya
Mereka berpendapat bahwa rasm Uthmani yang dipakai dalam
penulisan Al-Qur’an itu tauqifi atau ketetapan Nabi. Maka dari itu,
setiap penulis Al-Qur’an wajib memakainya.
2) Rasm Uthmani bukan tauqifi, tetapi wajib untuk diikuti
Banyak dari para ulama berpendapat bahwa rasm Uthmani itu bukan
tauqifi, bukan ketetapan Nabi. Rasm Uthmani itu merupakan suatu cara
penulisan yang disetujui oleh Utsman Ibn ‘Affan dan diterima oleh
umat Islam dengan baik. Karena itulah sudah menjadi keharusan yang
wajib dijadikan pegangan dan tidak boleh dilanggar.
3) Rasm Uthamani bukan tauqifi dan tidak wajib diikuti
Segolongan ulama berpendapat bahwa rasm Utsmani itu hanya sebuah
istilah. Abu Bakar al-Baqilani di dalam bukunya, al-Intisar,
mengatakan: “Taka da yang diwajibkan oleh Allah mengenai penulisan
mushaf. Karena itu para penulis Al-Qur’an tidak diharuskan
menggunakan rasm tertentu…”.

6. Karakteristik Penulisan Mushaf Uthmani

Dalam mushaf Uthmani yang telah ditulis oleh Zaid Ibn Thabit dan
tiga orang sahabatnya mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1) Terdapat pembuangan satu huruf tertentu pada tiap tiap kata yang
memenuhi syarat syarat tertentu
2) Terdapat penambahan satu huruf tertentu pada tiap-tiap kata yang
memenuhi kriteria tertentu.
3) Dalam penulisan huruf hamzah terdapat tata cara tersendiri yang telah
ditetapkan dalam penulisan mushaf Uthmani.
4) Penulisan mushaf Uthmani terdapat ketentuan yang memperkenankan
penggatian satu huruf dengan huruf tertentu.
5) Tata cara yang memperbolehkan kata tertentu disambung dengan kata
yang mengikutinya pada tempat tertentu dan di tempat lainnya dipisahkan
dengan kata yang mengikutinya.
6) Suatu ketentuan yang diberlakukan apabila satu suku kata yang boleh
dibaca dua bacaan, makatulisannya ditetapkan dengan lambing yang
menyatakan satu bacaan saja.

7. Perbaikan Rasm Uthamani

Mushaf Uthmani tidak mempunyai tanda baca karena semata-mata


didasarkan pada waktu pembawaan orang-orang Arab murni, sehingga mereka
tidak memerlukan shakal, titik dan tanda baca lainnya. Pada saat itu, tulisan

11
hanya terdiri atas beberapa simbol dasar, hanya melukiskan struktur konsonan
dari sebuah kata yang sering menimbulkan kekaburan, sebab hanya berbentuk
garis lurus.

Ketika bahasa Arab mulai bersentuhan dengan bahasa nonArab, maka


para penguasa pemerintahan Islam mulai melakukan usaha-usaha yang
membantu cara membaca yang benar. Abu Aswad al-Du’ali (w. 69 H./638 H.)
memberi tanda fathah dengan titik di atas huruf, tanda kasrah dengan titik di
bawah huruf dan ammah dengan tanda titik di samping huruf serta sukun
dengan dua titik. Kemudian terjadi perubahan pada masa al-Khalil. Huruf
Arab yang di kenal sekarang ini, terbentuk atas titik dan garis. Tanda-tanda
dalam bentuk titik ini kemudian disebut dengan a’jam. Penambahan dan
pemakaian a’jam ini dilakukan pada masa pemerintahan Bani Umayyah yang
ke lima, Abd al-Malik Ibn Marwan (66-86 H./685-705 M.) dan pada masa
pemerintahan al-Hajjaj, Gubernur Irak.

Jadi, tampak bahwa perbaikan rasm Uthmani itu terjadi melalui tiga proses,
yaitu:
1) Pemberian shakal yang dilakukan oleh Abu Aswad al-Du’ali atas
perintah ‘Ali Ibn Abi Thalib pada tahun 40-an Hijriah.
2) Pemberian a’jam, titik, yang dilakukan oleh Abd al-Malik Ibn Marwan
dan al-Hajjaj.
3) Perubahan shakal pemberian Abu Aswad al-Du’ali menjadi seperti
sekarang yang dilakukan oleh al-Khalil. 1

12
BAB III

PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan

Al-quran merupakan kalam Allah yang tiada tandingannya (mu’jizat),


diturunkan kepada nabi muhammad saw. Penutup para nabi dan rosul, dengan
perantara Jibril. dimulai dengan surat al fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas dan
mempelajarinya adalah ibadah. Al-Qur’an ditulis berdasarkan sumber-sumber yang
tidak perlu diragukan kebenarannya (mutawatir). Dan Al-Quran diturunkan secara
berangsur-angsur dimana memiliki himahnya tersendiri salah satunya sangat terasa
yaitu, memudahkan umat manusia untuk menghafal dan memahaminya, terutama
Nabi sangat takut apabila Al-quran tidak menetap dihatinya. lalu Istilah pengumpulan
kadang dimaksud dengan penghafalan dalam hati, dan kadang pun dimaksud dengan
penulisan dan pencatatan dalam bentuk lembaran-lembaran. Pembagiannya ada tiga
masa yaitu, pada masa Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar r.a dan pada masa
Ustman. Setiap masanya memiliki caranya tersendiri dalam melakukan pengumpulan
Al-Quran.

Rasm berasal dari kata rasama, yarsamu, rasma yang memiliki arti melukis
atau menggambar. Kata Rasm ini juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang resmi atau
menurut aturan. Rasm berarti tulisan atau penulisan yang memiliki metode tertentu.
Penulisan Al-Quran terbagi menjadi tiga masa yaitu, pada masa rasulullah, Abu Bakar
r.a dan Ustman, Penulisan pada setiap masa juga berbeda dan memiliki karakteristik
yang berbeda pula.

3.2 Saran
Kami sebagai pembuat makalah meminta maafnya atas kekurangan dalam
makalah ini, maka dari itu kami meminta saran dari kalian semua agar makalah ini
bisa menjadi makalah yang lebih bagus lagi, tentu kami juga meminta saran dan
kritiknya dari dosen pengampu ulumul quran.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur'an Indonesia https://quran-id.com


Mohammad Aly Ash Shabuny, Pengantar Study Alqur’an (AT-TIBYAN) (pr alma’arif
penerbit.percentakan offset, n.d.).
Maulana Dwi Kurniasih, Dyah Ayu Lestari, and Ahmad Fauzi, “H1kmah Penurunan Al
quranSecara Berangsur,” Mimbar Agama Budaya 37 (December 30, 2020): 11–20,
https://doi.org/10.15408/mimbar.v37i2.18914.
Kurniasih, Lestari, and Fauzi. “H1kmah Penurunan Al quranSecara Berangsur.”
Ikhsan Intizam, “KONSEP NASIKH DAN MANSUKH DALAM AL-QURAN SEBAGAI
KAIDAH PENETAPAN HUKUM ISLAM” 11 (2020): 22.
Amroeni drajat, M.Ag. ulumul quran pengantar ilmu-ilmu Al-Quran, hlm 40
TM.Hasbie ash-Shiddiqie, sejarah dan pengantar ilmu Al-Quran /tafsir, Cet. 14, (Jakarta:
Bulan Bintang , 1992), hlm 95-96.
Buku Pengantar Kajian Al-Qur’an (Tema Pokok, Sejarah dan Wacana Kajian)

UIN JAKARTA PRESS

14

Anda mungkin juga menyukai