Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

CARA PEWAHYUAN DAN TURUNNYA AL QUR’AN

Dosen Pengampu
Mubasyiroh, M.Pd.I

Kelompok 2

Lailatul Zahroh 200604110016


Ristta Juat Ajeng Artika 200604110029
Lambang Putri Ayu Ariska 200604110033
Anisa Fithria Munfarichah 200604110076

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan baik. Dan tak lupa sholawat serta
salam semoga tetap terlimpahkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, karena beliaulah
suri dan tauladan bagi setiap langkah kita.
Makalah yang disusun ini berhasil menguraikan tentang “Cara Pewahyuan dan Turunnya
Al Qur’an”. Hal ini bertujuan agar kita dapat memahami tentang pentingnya mempelajari
sejarah pewahyuan dan turunya al qur’an. Terselesaikannya makalah ini, tentu berkat bimbingan
dari Ibu Mubasyiroh, M.Pd.I selaku dosen pengampu kami sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Kiranya makalah yang kami susun ini dapat membawa manfaat dan menunjang bagi
proses pembelajaran khususnya pada mata kuliah Studi Al Qur’an dan Hadist ini. Terlepas dari
keyakinan kami akan kesempurnaan makalah ini, kami tetap menanti segala kritik dan saran
yang bersifat membangun dari rekan-rekan dan juga dosen pengampu.

Malang, 21 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... 2


DAFTAR ISI ..................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 5
1.3 Tujuan .................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 6
2.1 Definisi Wahyu...................................................................................... 6
2.2 Terjadinya Wahyu .................................................................................. 8
2.3 Cara Turunnya dan Penyampaian Wahyu.............................................. 9
2.4 Cara Turunya Al Quran Secara Bertahap............................................... 10
2.5 Hikmah dan Fedah Turunnya AL Quran Secara Bertahap..................... 13
BAB III PENUTUP........................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, dan itu
merupakan kitab suci bagi umat Islam. Selain itu Al-Qur’an juga dimaksudkan sebagai petunjuk
seluruh masyarakat dari zaman nabi Muhammad sampai akhir zaman. Kitab ini juga memuat
tema-tema yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, seperti pula hubungan manusia
dengan Tuhan, hubungan antar sesama manusia, dan hubungan manusia dengan lingkungan alam
sekitarnya. Maka dari itu wahyu al-Qur’an selain diturunkan kepada diri nabi Muhammad, beliau
juga wajib untuk menyampaikan kepada umatnya.
Proses turunnya Al-Qur’an juga melalui beberapa tahap atau secara mutawattir, itu terjadi
dalam kurun waktu 23 tahun. Dan dalam kurun waktu tersebut dapat dibagi menjadi dua fase,
yaitu ayat-ayat yang turun di Makkah atau sering disebut Makkiyah dan ayat-ayat yang turun di
Madinah atau sering disebut Madaniyah. Semua ini membuktikan adanya hubungan dialektis
dengan ruang dan waktu ketika ia diturunkan. Dengan demikian studi tentang Al-Qur’an tidak
bisa dilepaskan dari konteks kesejarahannya, yang meliputi nilai-nilai sosial, budaya politik,
ekonomi, dan nilai religius yang hidup pada masa itu.
Sebagai umat Islam, kita harus tahu dan mau mempelajari Al-Qur’an mulai dari sejarah
turunnya Al-Qur’an sampai dengan memahami isi dari kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu wahyu?


2. Bagaimana terjadinya wahyu?
3. Bagaimana cara turunnya dan penyampaian wahyu ?
4. Bagaimana cara turunnya al quran ?
5. Apa hikmah dan faedah dari turunnya al quran?

1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui pengertian wahyu
2 Untuk mengetahui terjadinya wahyu
3 Untuk mengetahui proses turunnya wahyu dan penyampaianya
4 Untuk mengetahui proses turunnya al quran
5 Untuk mengetahui apa saja hikmah dan faedah dari turunnya al quran

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wahyu


Secara bahasa wahyu berasal dari bahasa Arab ( ‫ َو ْح ُي‬44‫ )ال‬yang memiliki arti
memberikan isyarat atau pemberitahuan dengan cepat dan tersembunyi. Dalam syariat
Islam, wahyu adalah kalam atau perkataan dari Allah, yang diturunkan kepada seluruh
makhluk-Nya dengan perantara malaikat ataupun secara langsung. Dalam bahasa
Indonesia, kata wahyu memiliki arti petunjuk dari Allah yang diturunkan hanya kepada
para Nabi dan Rasul melalui mimpi dan sebagainya.1 Menurut Al-Qattan definisi wahyu
secara terminologi yang dinukil dari para ulama adalah firman Allah yang diturunkan
kepada salah seorang Nabi-Nya.2 Sedangkan menurut Muhammad Abduh dalam Risâlah
al-Tauhîd berpendapat bahwa wahyu adalah pengetahuan yang didapatkan oleh seseorang
dalam dirinya sendiri disertai keyakinan bahwa semua itu datang dari Allah SWT, baik
melalui perantara maupun tanpa perantara. Baik menjelma seperti suara yang masuk
dalam telinga ataupun lainnya.

Adapun makna wahyu secara etimologi yang dikorelasikan dengan kata-kata


wahyu dan derivasinya yang termaktub dalam al-Qur’an adalah sebagai berikut.

a) Wahyu bermakna ilham fitri kepada manusia, seperti wahyu Allah kepada ibunya
Nabi Musa. Allah berfirman dalam surat al-Qashash ayat 7:

Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir
terhadapnya, maka jatuhkanlah dia ke sungai Nil. Dan janganlah kamu khawatir

1
KBBI Pusat Bahasa Edisi keempat, Jakarta: PT Gramedia, 2008, hlm. 1553.
2
Manna’ al-Qattan, Mabâhits Fî ‘Ulûm al-Qur’ân, Beirut: Muassasah al-Risalah 2005, hlm. 29.

6
dan janganlah pula bersedih hati, Karena Sesungguhnya Kami akan
mengembalikannya kepadamu, dan men- jadikannya salah seorang dari para
rasul.‛

b) Wahyu bermakna ilham naluri kepada binatang, seperti wahyu Allah kepada
lebah. Allah berfirman dalam surat an-Nahl ayat 67:

Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarangsarang di bukit-bukit, di


pohon-pohon kayu, dan di tempattempat yang dibikin manusia."

c) Isyarat cepat yang didemontrasikan berupa simbol atau lambang, seperti isyarat
yang didemontrasikan oleh Nabi Zakariya dalam al-Qur’an. Allah berfirman
dalam surat Maryam ayat 11:

Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada
mereka; hendaklah kalian bertasbih di waktu pagi dan petang.

d) Wahyu bermakna bisikan setan dan menjadikan perbuatan buruk terasa indah
dalam jiwa manusia. Seperti firman Allah dalam surat al-An’am ayat 112 :

Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan dari
jenis manusia dan jenis jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang
lain perkataanperkataan yang indah-indah untuk menipu manusia. Jikalau

7
Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya. Maka
tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.

e) Wahyu bermakna pesan yang Allah sampaikan kepada malaikat berupa perintah
supaya dikerjakan oleh mereka. Seperti dalam surat al-Anfal ayat 12:

Ingatlah, Ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya


Aku bersama kalian, maka teguhkan pendirian orang-orang yang telah beriman".
Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka
penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka

Jadi, wahyu adalah segala firman Allah yang disampaikan kepada Nabi-Nya baik
melalui perantara maupun tidak. Wahyu yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad
SAW sebagai Nabi terakhir termanifestasikan dalam dua warisan utamanya, yaitu al-
Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW.

2.2 Terjadinya wahyu

Ketika usia Nabi Muhammad SAW mendekati 40 tahun, beliau telah banyak
merenungi keadaan kaumnya dan menyadari banyak keadaan kaumnya tidak sejalan
dengan kebenaran. Kemudian, pada suatu malam nabi bermimpi dimana mimpi itu
seperti benar - benar terjadi. Setelah kejadian itu Beliau pun mulai sering uzlah
(mengasingkan diri) dari kaumnya. Beliau biasa ber-tahannuts di gua Hira yang terletak
di Jabal Nur, dengan membawa bekal air dan roti gandum dan ketika bekal itu habis,
beliau pun pulang kepada Sayyidah Khadijah untuk mengambil bekal fan kemudian
berangkat uzlah kembali. Gua Hira merupakan gua kecil yang berukuran lebar 1,75 hasta
dan panjang 4 hasta dengan ukuran dzira’ hadid (ukuran hasta dari besi). Beliau tinggal di
dalam gua tersebut selama bulan Ramadhan. Beliau menghabiskan waktu untuk

8
beribadah di sana dan banyak merenungi kekuasaan Allah di alam semesta yang begitu
sempurna. Selama perenungan itu juga beliau semakin menyadari keterpurukan kaumnya
yang masih terbelenggu oleh keyakinan syirik. Namun itu beliau belum memiliki jalan
yang terang dan manhaj yang jelas mengenai bagaimana jalan yang harus ditempuh.
Sampai pada suatu waktu, Beliau ketika didatangi Malaikat Jibril. Kemudian berkata "
Bacalah (wahai Muhammad)", nabi menjawab " Aku tidak bisa membaca ", kemudian
nabi didekap oleh malaikat jibril sampai merasa kepayahan. Hal ini berulang sampai tiga
kali, baru yang ke-tiga kali Malaikat Jibril berkata " (‫ )ٱقرأ باسم ربك الذي خلق‬sampai ayat
lima. Kemudian nabi pulang dengan perasaan takut yang teramat sangat dan
menceritakan apa yang telah terjadi pada diri Rosulullah. Ketika ini pula, tanda-tanda
kenabian semakin nampak dan bersinar.

Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri, dalam kitab beliau Rahiqul Makhtum,


menelaah waktu turunnya wahyu pertama ini, dan beliau menyimpulkan bahwa peristiwa
ini terjadi pada hari Senin tanggal 21 Ramadhan di malam hari, bertepatan dengan 10
Agustus 610M. Dan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam saat itu berusia 40 tahun, 6 bulan,
12 hari menurut kalender hijriyah. Atau sekitar 39 tahun, 3 bulan dan 20 hari menurut
kalender masehi.3

2.3. Cara Turunnya dan Penyampaian Wahyu

Allah swt dalam menurunkan wahyu kepada nabi dan rasul-Nya pada hakikatnya
melalui dua cara, yaitu:

A. Melalui Malaikat Jibril


Beberapa cara pernyampaian wahyu melalui malaikat jibril, yaitu:
 Gerincingan lonceng yang sangat keras. Martabat inilah yang paling berat
diterima Nabi.4 Apabila Wahyu yang turun kepada Rasulullah dengan cara
ini, biasanya beliau mengumpulkan segala kekuatan dan kesadarannya
untuk menerima, menghafal dan memahaminya. Terkadang suara itu
seperti kepakan sayap-sayap malaikat, seperti diisyaratkan di dalam hadits,

3
Shafiyurrahman Al mubarakfuri, Rahiqul Makhtum, hal.29
4
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Al-Qur’an Tafsir, hlm 12-13

9
“Apabila Allah menghendaki suatu urusan di langit, maka para malaikat
memukul-mukulkan sayapnya karena tunduk kepada firman-Nya,
bagaikan geemrincingnya mata rantai di atas batu-batu yang licin.” (HR.
Al-Bukhari).5
 Malaikat menjelma kepada Rasul sebagai seorang laki-laki dalam bentuk
manusia. Cara yang demikian itu lebih ringan ketimbang cara pertama tadi
dalam pewahyuan. Dalam hal ini, Rasul berhadapan langsung dengan
malaikat.
 Jibril memperlihatkan dirinya kepada Nabi S.A.W. dalam rupanya yang
asli, yang mempunyai enam ratus sayap.

B. Tidak Melalui Malaikat Jibril


Beberapa cara penyampaian wahyu tanpa perantara malaikat jibril, yaitu:
 Dengan mimpi.
 Dihembuskan ke dalam jiwa Nabi perkataan yang dimaksudkan. Mujahid
dan kebanyakan ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
wahyu dalam Q.S Asy-Syura (42) ayat 51 ialah Tuhan memasukkan
wahyu yang dimaksudkan ke dalam jiwa Nabi.
 Allah berbicara dengan Nabi dari belakang hijab, baik Nabi dalam
keadaan sadar (jaga) seperti di malam Isra’ ataupun dalam tidur, seperti
yang diriwayatkan oelh At-Turmudzy dari Hadits mu’adz.
 Israfil turun membawa beberapa kalimat dari wahyu, sebelum Jibril datang
membawa wahyu Al-Quran.6

2.4. Cara Turunya Al Quran secara bertahap

Al-Qur’an sebagai wahyu Allah Swt. Diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.
dengan perantaraan malaikat Jibril as., sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat as-
Syu’ara ayat 192-195:

195( ‫ين‬ ٍ ‫) بِلِ َس‬194( َ‫ك لِتَ ُكونَ ِمنَ ْال ُم ْن ِذ ِرين‬
ٍ ِ‫ان ع ََربِ ٍّي ُمب‬ َ ِ‫) َعلَى قَ ْلب‬193( ُ‫نزل بِ ِه الرُّ و ُح األ ِمين‬
َ )192( َ‫وَِإنَّهُ لَتَنزي ُل َربِّ ْال َعالَ ِمين‬

5
Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, hlm 38
6
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Op.cit, hlm 14

10
“Dan Al-Quran ini benar-benar ditirunkan oleh Tuhan semesta alam; dia dibawa turun
oleh Al-Ruh Al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah
seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan dengan bahasa Arab yang jelas”.

Ayat di atas mentarakan bahwa al-Qur’an adalah Kalam Allah yang dituangkan
oleh malaikat Jibril as ke dalam hati Rasulullah SAW dengan lafadznya berbahasa Arab.
Maksud turunan disini bukanlah turunnya yang pertama kali ke langit dunia, tetapi yang
dimaksudnya adalah turunnya al-Qur’an itu secara bertahap. Sebagai ungkapan (untuk
arti menurunkan) dalam ayat di atas menggunakan kata “tanzil”. Menurut ahli bahasa
antara kata “tanzil” dengan “inzal” berbeda pengertiannya. Kata “tanzil” berarti turun
secara berangsur-angsur, sedang “inzal” hanya menunjukkan turun atau menurunkan
dalam arti umum. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa penurunan al-Qur’an adalah
secara bertahap dan berangsur-angsur, bukan sekaligus seperti halnya kitab-kitab suci
terdahulu.7
Al-Qur′an diturunkan selama kurun waktu 23 tahun secara bertahap sesuai dengan
peristiwa-peristiwa, kejadian-kejadian, kebutuhan-kebutuhan umat dan respon Allah swt
terhadap kondisi sosial. Lama waktu 23 tahun tersebut dibagi menjadi 13 tahun wahyu
Allah swt turun di Mekkah dan sisanya turun di Madinah.8
Menurut penyelidikan ahli sejarah, turunnya Al-Quran al-Karim secara bertahap
ditandai dengan terjadinya pristiwa yang dialami Nabi SAW. Ketika beliau sedang
bertahannus (beribadah) di Gua Hira’, yaitu sebuah gua di Jabal Nur yang terletak kira-
kira tiga mil dari kota Mekkah. Waktu itu Jibril dating menyekap Nabi ke dadanya lalu
melepaskannya (dan melakukan yang demikian itu berulang tiga kali), sambil
mengatakan Iqra’ (bacalah) pada setiap kalinya, dan Rasul Saw. menjawabnya ma ana bi
qaarii (saya tidak bisa membaca). Pada dekapan yang ketiga kalinya Jibril as.
Membacakan kepada Nabi SAW ayat yang artinya berikut:

“Bacalah dengan nama Tuhan-mu yang telah menciptakan. Ia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah .…! dan Tuhan-mu itulah Maha Pemurah. Yang telah
7
Yasir, Muhammad Yasir,S.Th.I, MA, Ade Jamaruddin, MA. 2016. Studi Al-Qur’an. Riau: Asa Riau(CV. Asa
Riau), hlm 51
8
Cahaya Khaeroni. 2017. SEJARAH AL-QURAN
(Uraian Analitis, Kronologis, dan Naratif tentang Sejarah Kodifikasi Al-Quran). Jurnal HISTORIA, 5(2), hlm 199

11
mengajarkan dengan pena. Ia telah mengajarkan kepada manusia apa-apa yang belum
diketahuinya”.

Peristiwa itu terjadi pada malam hari Senin, tanggal 17 Ramadhan tahun ke-40
dari usia Rasulullah SAW., tiga belas tahun sebelum hijrah, bertepatan dengan bulan juli
tahun 610 M. Dalam catatan sejarah, pristiwa luar biasa itu dijadikan sebagai penetapan
awal turunnya Al-Quran.9

Fase Nuzul al-Qur’an


Para ulama’ mempunyai perbedaan pendapat tentang turunnnya al-Qur’an dari al-lawh
al-mahfuz. Dalam kitab al-Itqan karangan al-Suyuti disebutkan bahwa perbedaan
pendapat tentang turunnya al-Qur’an terbagi dalam tiga. Perbedaan pendapat ulama’ ini
terkait dengan proses pentahapan pewahyuan al-Qur’an yang dibawa oleh Malaikat Jibril
kepada Nabi Muhammad saw.

 Pertama, al-Qur’an diturunkan dari al-lawh al-mahfuz ke sama’ al-dunya pada


lailat al-qadr secara sekaligus. Kemudian dari sama’ al-dunya al-Qur’an
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. secara berangsur-angsur selama masa
kerasulan atau ba‘da al-bi‘that. Pendapat yang berkata demikian berpatokan pada
riwayat yang disampaikan oleh Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa al-Qur’an
diturunkan sekaligus ke sama’ al-dunya pada lailat al-qadr kemudian diturunkan
secara bertahap selama masa kerasulan. Pendapat ini yang paling terkenal valid
dan diterima oleh kebanyakan para ulama’.

 Kedua, al-Qur’an diturunkan ke sama’ al-dunya selama dua puluh atau dua puluh
tiga kali setiap lailat al-qadr. Pada setiap lailat al-qadr itu, Allah swt. menurunkan
al-Qur’an untuk stok selama satu tahun yang diturunkan secara berangsur-angsur.

 Ketiga, al-Qur’an pertama kali diturunkan pada lailat al-qadr, kemudian


diturunkan secara bertahap dalam waktu yang berbeda. Pendapat ini mengatakan
bahwa al-Qur’an tidak melalui transit ke sama’ al-dunya sebagaimana pendapat
9
Yasir, Muhammad Yasir,S.Th.I, MA, Ade Jamaruddin, MA. 2016. Studi Al-Qur’an. Riau: Asa Riau (CV. Asa
Riau), hlm 62

12
pertama dan kedua. Selama masa kerasulan Nabi Muhammad saw. pewahyuan al-
Qur’an tetap diturunkan dari al-lawh al-mahfuz.10

As-Suyuthi mengutip pendapat al-Qurthuby menyebutkan bahwa turunnya al-


Qur’an secara sekaligus adalah dari Lauhul mahfuz ke Baitul ‘Izzah dilangit pertama.
Barangkali hikmah dan rahasia yang terkandung di dalamnya untuk menyatakan
keagungan al-Qur’an dan kebesaran bagi penerimanya, serta memberitahu kepada
penghuni langit bahwa penutup kitab-kitab samawy yang akan diturunkan kepada Rasul
penutup dari umat pilihan telah berada diambang pintu dan akan segera diturunkan
kepadanya.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa sebelum diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw.,al-Qur’an telah tertulis di Lauhul Mahfudz. Kemudian penurunan
selanjutnya, al-Qur’an itu diturunkan secara lengkap ke Baitul‘Izzah di langit pertama,
dan terakhir diturunkan secara terpisah dan berangsur-angsursejalan dengan peristiwa-
peristiwa tertentu. Justru itu, tidaklah tepat bila dikatakan bahwa penurunan al-Qur’an itu
hanya satu malam dan satu bulan, yaitu bulan Ramadhan saja. Akan tetapi Al-Quran
diturunkan secara berangasur-angsur di sepanjan hari dan bulan, bahkan tahun.11

2.5 Hikmah dan Faedah Penurunan Al Quran Secara Bertahap

Kitab suci Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW secara
berangsur-angsur dalam dua periode (Makkah dan Madinah). Periode Makkah (610-
622M) di mulai pada malam 17 Ramadhan tahun 41 dari Milad Nabi sampai dengan 1
Rabi’al-Awwal tahun 54 dari Milad Nabi (12 tahun 5 bulan 13 hari). Ayat-ayat yang
diturunkan oada masa itu kemudian di sebut ayat-ayat Makkiyah yang berjumlah 4.726
ayat dan terdiri atas 89 surat. Sedangkan periode Madinah (622-632 M) dimulai tanggal 1
Rabi’al-Awwal tahun 54 sampai dengan 9 Dzulhijjah tahun 63 dari Milad Nabi atau
bertepatan dengan tahun ke-10 Hijrah (9 tahun 9 bulan 9 hari). Jadi total lama kedua

10
Amir Mahmud. 2016. Fase Turunnya Al-Qur’an dan Urgensitasnya, 01(01), hlm. 03-04
11
Yasir, Muhammad Yasir,S.Th.I, MA, Ade Jamaruddin, MA. 2016. Studi Al-Qur’an. Riau: Asa Riau (CV. Asa
Riau),hlm 56

13
periode tersebut adalah 22 tahun 2 bulan dan 22 hari. Ayat-ayat yang turun dalam periode
ini dinamakan ayat-ayat Madaniyah, meliputi 1.510 ayat dan mencakup 25 surat.

Hikmah turunnya Alquran secara berangsur-angsur merupakan suatu metode yang


berfaedah bagi kita untuk mengaplikasin kedua proses tersebut yang harus dilalui. Sebab
turunnya Alquran secara berangsur dan bersifat alami itu dapat meningkatkan mutu
Pendidikan bagi umat Islam untuk memperbaiki jiwa manusia, meluruskan prilakunya,
membentuk kepribadian dan menyempurnahkan eksistensinya sendiri. Sebagaimana yang
kita ketahui segala sesuatu yang Allah kehendaki itu mengandung hikmah dan memiliki
tujuan. Begitu juga dengan proses turunnya Al-Qur’an secara bertahap. Diantara
hikmah atau tujuannya adalah sebagai berikut:12

 Untuk menguatkan hati Nabi Muhammad Saw dalam menerima dan


menyampaikan kalam Allah kepada umat manusia. Dalam melaksanakan
tugasnya, Rasulullah sering menghadapi hambatan dan tantangan. Di samping itu
dapat juga menghibur hati beliau pada saat menghadapi kesulitan, kesedihan atau
perlawanan dari orang-orang kafir.
 Merupakan mukjizat bagi Nabi untuk menjawab dan mematahkan tantangan
orang-orang kafir. Sering kali mereka (orang kafir) mengajukkan pertanyaan-
pertanyaan dengan maksud melemahkan dan menantang juga menguji kenabiaan
Rasulullah. Mereka pernah menyakan tentang kiamat kapan datangnya.
 Memudahkan Nabi dalam menghafal lafadz Alquran, mengingat Alquran bukan
sya’ir atau prosa tetapi Kalam Allah yang sangat berbobot isi maknanya sehingga
memerlukan hapalan dan kajian secara khusus Dan untuk membacanya kepada
umat serta menjelaskan dan memberikan contoh-contoh pelaksaannya. Jika
Alquran diturunkan sekaligus tentu akan memberatkan Nabi jika harus
membacakan dan menjelaskannya.
 Memudahkan umat pada masa itu untuk menghafal, mencatat dan memahami
Alquran. Turunya Alquran secara berangsur memudahkan Nabi untuk menghafal
dan memahaminya, terutama Nabi sangat takut apabila Alquran tidak menetap di
hatinya. Hal ini berdampak positif bagi umatnya, karena pada masa Nabi menulis

12
Rahmawati, 2013; 19

14
dan membaca sangat langka. Mereka menghandalkan kekuatan akal dalam
menghafal.
 Untuk memberi kesempatan sebaik-baiknya kepada umat Islam untuk
meninggalkan sikap mental atau tradisi-tradisi jahiliyah yang negative secara
berangsurangsur.
 Menjawab problematika masyarakat. Hal ini menerangkan apa-apa yang di
butuhkan masyarakat sesuai dengan kondisi dan problema yang mereka hadapi.
 Mengetahui nasikh dan Mansukh dalam ayat Alquran yang berkaitan dengan
hukum.
 Memberikan pengaruh yang besar dalam proses dakwah Islam dan pembentukan
umat.

Pada periode Mekkah diturunkan lebih dahulu ayat-ayat yang berhubungan


dengan Tauhid dan keadilan social. Barulah pada perioe Madinah di turunkan ayat-ayat
tentang hukum dalam belbagai aspek kehidupan, baik hukum keluarga, harta benda,
pidana dan pemerintahan. Ayat-ayat hukum pun di turunkan secara bertahap sesuai
dengan kondisi masyarakat pada waktu itu.13

Faedah eksternal lainnya adalah untuk mempermudah manghafal bagi para


pengikut Nabi yang Sebagian besar tidak bisa menulis. Gradualisasi turunnya wahyu
memberi gambaran yang sangat penting bahwa tatanan yang hendak dibangun oleh
Alquran bukanlah merupakan paket sekali jadi yang absolut tapa melalui proses
responsive dan terpisah dari perkembangan sosio-politik yang ada. Meskipun Alquran
merupakan sumber hukum, namun dalam kenyataannya Alquran bukanlah sebuah
dokumentasi hukum yang langsung dapat di adopsi. Dalam kajian Nuzul Qur’an sangat
penting untuk membuktikan bahwa Alquran memang benar-benar berasal dari Allah
SWT, bukan karya Nabi Muhammad SAW. Kajian ini merupakan bagian dari bukti
otentisitas dan validitas Alquran. Keyakinan terhadap otentisitas dan validitas Alquran
sangat penting dan urgen bagi seorang Muslim karena menyangkut keimanan kepada
sumber utama ajaran Islam.

13
Supiana & Karman, 2002; 58

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

16
 Dalam syariat Islam, wahyu adalah kalam atau perkataan dari Allah, yang
diturunkan kepada seluruh makhluk-Nya dengan perantara malaikat
ataupun secara langsung.
 Turunnya wahyu pertama terjadi pada hari Senin tanggal 21 Ramadhan di malam
hari, bertepatan dengan 10 Agustus 610M. Dan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam
saat itu berusia 40 tahun, 6 bulan, 12 hari menurut kalender hijriyah. Atau sekitar
39 tahun, 3 bulan dan 20 hari menurut kalender masehi.
 Allah swt dalam menurunkan wahyu kepada nabi dan rasul-Nya pada hakikatnya
melalui dua cara, yaitu melalui Malaikat Jibril dan tidak melalui malaikat Jibril.
Cara pewahyuan al-Quran yang khusus bagi Nabi Muhammad S.A.W. menurut
para ahli (mufassir) adalah terdiri atas atas tujuh cara, yakni dengan mimpi,
dicampakkan ke dalam jiwa Nabi, datang kepada Nabi saw seperti gerincingan
lonceng, Jibril memperlihatkan dirinya kepada Nabi dalam rupa seorang laki-laki
yang sangat elok rupanya, Jibril memperlihatkan dirinya kepada Nabi S.A.W.
dalam rupanya yang asli, yang mempunyai enam ratus sayap, Allah
membicarakan Nabi dari belakang hijab, baik dalam keadaan Nabi S.A.W. sadar
(jaga), sebagaimana yang terjadi pada malam isrā’, ataupun dalam keadaan tidur,
Israfil turun membawa beberapa kalimat dari wahyu, sebelum Jibril datang
membawa wahyu al-Quran.
 Al-Quran diturunkan secara berangasur-angsur di sepanjan hari dan bulan, bahkan
tahun. Sebelum diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.,al-Qur’an telah tertulis
di Lauhul Mahfudz. Kemudian penurunan selanjutnya, al-Qur’an itu diturunkan
secara lengkap ke Baitul‘Izzah di langit pertama, dan terakhir diturunkan secara
terpisah dan berangsur-angsursejalan dengan peristiwa-peristiwa tertentu.
 Hikmah Diturunkannya Alquran Secara Bertahap yaitu: Untuk menguatkan hati
Nabi Muhammad Saw; Supaya mudah dihafal dan dipahami; Supaya orang-orang
mukmin antusias dalam menerima Qur’an dan giat mengamalkannya; Mengiringi
kejadiankejadian di masyarakat dan bertahap dalam menetapkan suatu hukum;
Untuk melemahkan lawan-lawannya (mukjizat; Untuk menantang orang-orang
kafir yang mengingkari Alquran.

17
Faedah dari turunya Alquran secara berangsur diantaranya dapat meningkatkan
mutu Pendidikan bagi umat Islam untuk memperbaiki jiwa manusia, meluruskan
prilakunya, membentuk kepribadian dan menyempurnahkan eksistensinya sendiri.
Faedah eksternal lainnya adalah untuk mempermudah manghafal bagi para
pengikut Nabi yang Sebagian besar tidak bisa menulis

DAFTAR PUSTAKA

Amir Mahmud. 2016. Fase Turunnya Al-Qur’an dan Urgensitasnya, 01(01), 03-04

18
Cahaya Khaeroni. 2017. SEJARAH AL-QURAN (Uraian Analitis, Kronologis, dan
Naratif tentang Sejarah Kodifikasi Al-Quran). Jurnal HISTORIA, 5(2), 199

KBBI Pusat Bahasa Edisi keempat, 2008, Jakarta: PT Gramedia

Mubarakfuri, Shafiyurrahman Al.1976. Ar-Rahiqul Makhtum .Jakarta: Darusssalaam

Qattan, Manna’ Al. 2005. Mabâhits Fî ‘Ulûm al-Qur’ân. Beirut: Muassasah ar-Risalah.

Rahmawati, Mohammad Gufrondan. 2013. Ulumul Qur’an: Praktis dan Mudah,


Yogyakarta: Teras

Supiana & Karman, Ulumul Qur’an.2002. Bandung: Pustaka Hidayah

Syaikh Manna’ Al-Qaththan.2006. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Al-


Kautsar
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy.1998. Sejarah & Pengantar Ilmu Al Qur’an
Tafsir. Jakarta: Erlangga

Yasir, Muhammad Yasir,S.Th.I, MA, Ade Jamaruddin, MA. 2016. Studi Al-Qur’an.
Riau: Asa Riau(CV. Asa Riau)

http://jeulingke-gp.bandaacehkota.go.id/2020/11/11/sejarah-turunnya-wahyu-pertama
kepada-nabi/

19

Anda mungkin juga menyukai