Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ SEJARAH PEWAHYUAN AL-QUR’AN”


MAKALAH INI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH
PENGANTAR STUDI AL-QUR‟AN DAN AL-HADIST

Dosen Pengampu :
M.Indra Saputra, M.Pd.I

Kelompok 3 :

Aprian Saputra 2211010258


Aulia Triandini 2211010263
Evtria Annisa 2211010283

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang Maha pemberi ilmu, sehingga
dengan kekuasasaan serta izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai bahan
informasi yang dapat diimplementasikan.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak M.Indra Saputra, M.Pd.I. selaku
Dosen mata kuliah Pengantar Studi Alqur‟an dan Al-Hadist.

Demikian makalah ini telah kami susun dengan harapan dapat menjadi bahan acuan
dan informasi bagi para pembaca. Apabila ada kekeliruan mohon dimaklumi karena
kemampuan kami yang terbatas. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik
lagi. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung,13 September 2022

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .................................................................................... …ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... …..iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………… .............................................................. …1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... …1

1.3 Tujuan......................................................................................................... …1

1.4 Manfaat....................................................................................................... …1

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nuzulul Al-Qur‟an ................................................................... …2

2.2 Pengertian Wahyu ...................................................................................... …3

2.3 Proses Pewahyuan Al-Qur‟an .................................................................... …4

2.4 Periode Turunnya Al-Qur‟an ..................................................................... …5

2.5 Hikmah Al-Qur‟an yang turun secara bertahap ......................................... …6

2.6 Sejarah Penulisan, Pengumpulan, Dan Pembukuan Al-Qur‟an ................. …6

2.7 Penyempurnaan dan Pemeliharaan Al-Qur‟an ........................................... …9

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................. …11

3.2 Saran ........................................................................................................... …11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-Qur‟an merupakan kitab suci umat Islam yang digunakan sebagai pedoman
ataupun petunjuk yang menuntun para umat Islam ke jalan yang benar dengan
mengikuti perintah dan menjauhi segala larangan Allah yang sudah dijelaskan di
dalam Al-Qur‟an. Seperti yang kita tahu Al-Qur‟an merupakan kumpulan dari wahyu-
wahyu Allah kepada Nabi Muhammad yang disampaikan melalui perantara malaikat
Jibril dengan cara berangsur-angsur.Wahyu merupakan perintah Allah yang
diturunkan kepada Nabi pilihan-Nya. Dan pada makalah ini kami akan membahas
pewahyuan Al-Qur‟an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai Nabi yang
terakhir, wahyu-wahyu tersebut akan digunakan untuk memberi petunjuk dan
pedoman pada umatnya ke jalan yang benar. Dan Al-Qur‟an sendiri merupakan kitab
suci yang keberadaannya sangat diakui dari dulu,sekarang, bahkan sampai nanti akhir
zaman.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk dan proses pewahyuan Al-Qur‟an?
2. Apa yang dimaksud dengan wahyu?
3. Ada berapa periode turunnya Al-Qur‟an?
4. Apa saja hikmah dari pewahyuan Al-Qur‟an?
5. Bagaimana Sejarah penulisan Alquran ?
6. Bagaimana Proses Penghimpunan dan Pembukuan Alquran?
1.3 Tujuan
1. Memahami apa yang dimaksud dengan wahyu.
2. Mengetahui dan memahami bentuk dan proses pewahyuan Al-Qur‟an.
3. Mengetahui periode-periode Al-Qur‟an diturunkan.
4. Memahami apa saja hikmah dari pewahyuan Al-Qur‟an.
1.4 Manfaat
Adapun yang dapat kita peroleh setelah kita mempelajari materi ini adalah kita
dapat mengetahui dan memahami mengenai:
1. Pengertian wahyu.
2. Bentuk dan proses pewahyuan Al-Qur‟an.
3. Mengetahui urutan atau periode turunnya Al-Qur‟an.
4. Hikmah pewahyuan Al-Qur‟an.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Nuzulul Qur’an

Secara etimologis kalimat Nuzulul Qur‟an terdiri dari dua kata yaitu kata Nuzul dan
kata Al-Qur‟an. Berikut adalah penjelasan kata Nuzul:

 Menurut Ibn Faris, kata Nuzul berarti hubuth syay wa wuqu‟uh, yang artinya yaitu
turun dan jatuhnya sesuatu.1
 Menurut al-Raghib al-Isfahaniy, kata Nuzul berarti meluncur dari atas ke bawah.2
 Menurut al-Zarqoni, kata Nuzul berarti perpindahan ssuatu dari atas ke bawah.3
 Menurut Dr. Ahmad al-sayyid al-Kumi dan Dr. Muhammad Ahmad Yusuf al-Qasim
dalam buku yang mereka tulis, Nuzul adalah turun secara berangsur-angsur dan
kadang sekaligus.4
 Menurut shekh Abd al Wahab Abd al-majid Ghazlan di dalam al Bayan fi Mabahith
“ulum al-Qur‟an, bahwa yang dimaksud dengan Nuzul adalah turunnya sesuatu dari
tempat tinggi ke tempat rendah, dan sesuatu itu tidak lain adalah Al-Qur‟an.5
 Shekh Ghazlan berkomentar bahwa karena yang diturunkan itu bukan berbentuk fisik,
maka pegertian Nuzul dapat mengandung pengertian kiasan (majazi). Dan apabila
yang dimaksud adalah lafal Al-Qur‟an, maka Nuzul disini berarti al-isal
(penyampaian) dan al I‟lam (penginformasian).6

Berdasarkan hal ini, maka Nuzul Al-Qur‟an adalah penyampaian atau penetapan atau
turunnya Al-Qur‟an, baik ke lawh mahfuz, ke bayt al-Izzah maupun kepada Rasulullah.

1
Abi al-Hussein Ahmad Ibn Zakariya, Maqoyis al-Lughoh (Bairut: dar al-„Ilm Li al-malayyin) hlm.342
2
UIN Sunan Ampel, studi Al-qur‟an. UIN Sunan Ampel Press, Surabaya. hlm.61
3
Muhammad „Abd al-„Azrqoni, mahahil irfan fi „ulum Al-Qur‟an, jilid 1 hlm.41
4
Ibid., 62
5
Ibid.
6
Ibid.

2
2.2 Pengertian Wahyu

Wahyu merupakan komunikasi pesan Allah kepada para nabi termasuk nabi
Muhammad saw7 yang terkadang berupa perintah atau berupa suatu anjuran untuk
mengikutinya. Dalam arti mematuhi atau mengikuti segala perintahnya dan menjauhi segala
larangan Allah.

 Tujuan Wahyu diturunkan


1. Untuk memberi kabar gembira, (Q.S.yunus:2)

Bahwa kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka: “ Berilah


peringatan kepada manusia dan gambirakan-lah orang-orang beriman bahwa mereka
mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka”.

2. Untuk memberi peringatan (Q.S. Sad:70)

“Tidak diwahyukan kepadaku, melainkan bahwa sesungguhnya aku hanyalah


seorang pember iperingatan yang nyata”

Dan pada (Q.S. al-An‟am:19)

Dan Al-Qur‟an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi


peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur‟an
(kepadanya)

7
Q.S. Yusuf:109, Q.S. An-nahl:43, Q.S. Al-Anbiya‟:7,2

3
2.3 Proses pewahyuan Al-Qur’an

Al-Qur‟an merupakan kumpulan dari wahyu wahyu yang mana wahyutersebut


tidak diturunkan oleh Allah dalam waktu yang sekejap namun wahyu itu diturunkan
secara berangsur angsur sebagai mana yang telah difirmankan oleh Allah pada Q.S al-
Furqan ayat 32

“berkatalah orang –orang yang kafir:” mengapa Al-Qur‟an itu tidak diturunkan
sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami
membacakannya secara tartil.”

Al-Qur‟an diturunkan dalam 3 tahapan yaitu

1. diturunkan di Lawh Mahfuz. Menurut Abbdullah saeed, Pesan itu masih


berada pada tingkat misteri (ghaib) dan metode transmisi tidak begitu
banyak diketahui karena berada di luar pengalaman manusia8
2. dari lawh mahfuz ke Bayt al-Izzah di langit dunia.
suatu hadizt riwayat al-Nasa‟i dari Ibn Abbas menyebutkan bahwasannya
Al-Qur‟an dengan keseluruhan diturunkaan pada malam Lailatul Qadar.
3. Dari Bayt al-Izzah diturunkan langsung pada nabi Muhammad baik
melalui malaikat Jibril, sanubari ataupun dari balik tabir

Abbdullah Saeed menjelaskan bahwasannya jika diambil dari penjelasan yang telah
ada pada proses pewahyuan Al-Qur‟an, makan Abbdullah saeed menyimpulkan.
Ada 3 cara komunikasi Tuhan dengan Nabi Muhammad saw: melalui wahyu, dibalik
Hijab, dan pengiriman utusan untuk menyampaikan pesan Tuhan9

Bentuk Pewahyuan Al-Qur‟an


Tuhan tidak berbicara langsung kepada manusia melainkan dengan menggunakan
3 modus Talkim (cara Allah menyampaikan firman-Nya kepada Rasul-Nya) :

8
Ibid., 90
9
Ibid,. 88

4
1. Wahyu dalam bentuk Ilham atau inspirasi
2. Disampaikan melalui perantara seperti yang dialami Nabi Musa
3. Disampaikan melalui perantara utusan spiritual (JibrilatauRuh al-Qudus)

Dan sesungguhnya Al-Qur‟an ini benar benar diturunkan oleh Tuhan semesta
alam. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril). Kedalam hatimu
(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang
member peringatan. (Q.S. ash-Shu‟ara‟: 192-194)

2.4 Periode Turunnya Al-Qur’an

1. Periode Pertama

Wahyu pertama yang diterima oleh Muhammad saw adalah Q.S. al-„Alaq: 1-5

pada tanggal 8 bulan Rabi‟ul awal10. Wahyu yang kedua (Q.S al-Muddaththir: 1-2),
tugas kerasulan telah dimandatkan kepada mayarakat, ayat ini turun pada malam
Qadar, hari Jum‟at, tanggal 17 Ramadhan11

10
Ibid,. 93

5
2. Periode kedua

Periode ini berlangsung selama 8-9 tahun, di mana pada masa terjadi
perselisihan antara gerakan islamiah dan jahiliah. Pertarungan tersebut terjadi karena
gerakan oposisi terhadap Islam menggunakan segala cara untung menghalangi
kemajuan Islam.

3. Periode ketiga

Periode ini berlangsung selama 10 tahun dimana pada periode ini dakwah
AlQur‟an sangat berdampak besar karena para penganutnya dapat hidup bebas
melaksanakan ajaran agama di yathrib.

2.5 Hikmah Al-Qur’an yang diturunkan secara berangsur-angsur

1. Al-Qur‟an turun berdasarkan kondisi sosial yang terjadi pada masa itu sehingga
lebih kondisional dan nabi ketika Nabi menjelaskannya masyarakat lebih mudah
memahaminya
2. Dengan cara turun yang berangsur-angsur makan Nabi lebihbisa memahami
dengan sempurna atau penghayatan yang lebih pada makna yang ada.
3. Pada saat itu budaya yang memegang tradisi lisan, maka Al-Qur‟an diturunkan
berupa bacan bukan tulisan.

2.6 Sejarah Penulisan, Pengumpulan, Dan Pembukuan Al-Qur’an


Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Periode Nabi Muhammad SAW

Alqur‟an merupakan sumber ajaran islam yang diwahyukan kepada rasulullah secara
mutawatir, disamping rasulullah menghafalkan secara pribadi, Nabi juga memberikan
pengajaran kepada sahabat-sahabatnya untuk dipahami dan dihafalkan, ketika wahyu turun
Rasulullah menyuruh Zaid bin Tsabit untuk menulisnya agar mudah dihafal karena Zaid
merupakan orang yang paling berpotensi dengan penulisan. Pada masa rasulullah untuk
menulis teks al-Qur‟an sangat terbatas sampai-sampai para sahabat menulis Al-Qur‟an di
pelepah-pelepah kurma,lempengan-lempengan batu dan dikeping-keping tulang hewan.
Meskipun al-qur‟an sudah tertuliskan pada masa rasulullah tapi al-qur‟an masih tercecer tidak
terkumpul menjadi satu mushaf.
11
Q.S al-Baqarah:185, Q.S al-Anfal:41

6
Pada saat itu memang sengaja dibentuk dengan hafalan yang tertanam didalam dada
para sahabat serta penulisan teks Al-Qur‟an yang di lakukan oleh para sahabat dan tidak
dibukukan didalam satu mushaf di karenakan rasulullah masih menunggu wahyu yang akan
turun selanjutnya, dan sebagian ayat-ayat Al-Qur‟an ada yang dimansukh oleh ayat yang lain,
jika umpama Al-Qur‟an segera dibukukan pada masa rasulullah, tentunya ada perubahan
ketika ada ayat yang turun lagi atau ada ayat yang dimanskuh oleh ayat yang lain.

Pengumpulan al-qur’an pada masa nabi disini dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu:

a. Pengumpulan Dalam Dada

Alqur‟anul karim turun kepada nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis). Karena itu,
perhatian nabi hanyalah untuk sekedar menghafal dan menghayatinya, agar ia dapat
menguasai alqur‟an persis seebagaimana halnya Al-qur‟an yang di turunkan. Setelah itu, ia
membacakannya kepada umatnya sejelas mungkin agar mereka pun dapat menghafal dan
memantapkannya. Karena hal ini nabi pun di utus Allah di kalangan orang-orang yang ummi
pula. Al-qur‟an sengaja di turunkan kepada nabi saw untuk di hafalakan dan menghayatinya
serta membacakan secara detaill kepada umatnya.

b. Pengumpulan Dalam Dalam Bentuk Tulisan

Keitimewa‟an yang kedua dari alqur‟an karim ialah pengumpulan dan penulisannya
dalam lembaran. Rasulullah saw, mempunyai beberapa orang sekertaris wahyu. Setiap turun
ayat Al-qur‟an, beliau memerintahkan kepada mereka untuk menulisnya sehingga penulisan
tersebut dapat memudahkan penghafalan dan memperkuat daya ingat. Dalam pembukuan ini
Nabi Muhammad SAW memerintahkan supaya berhati-hati dalam penulisan Al-Qur‟an.

Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Abu Bakar

Ketika rasullulah wafat dan kekholifaaan jatuh ketangan Abu Bakar, banyak dari
kalangan orang islam kembali kepada kekhafiran dan kemurtatan, dengan jiwa
kepemimpinannya umar mengirim pasukan untuk memerangi. Tragedi ini dinamakan perang
Yamamah (12 H),yang menewaskan sekitar 70 para Qori‟dan Hufadz. dari sekian banyaknya
para hufadz yang gugur, umar khawatir Al-Qur‟an akan punah dan tidak akan terjaga,

7
kemudian umar menyusulkan kepada Abu Bakar yang saat itu menjadi khalifah untuk
membukukan Al-Qur‟an yang masih berserakan kedalam satu mushaf, pada awalnya Abu
Bakar menolak dikarenakan hal itu tidak dilakukan pada masa rasulullah, dengan penuh
keyakinan dan semangatnya untuk melestarikan Al-Qur‟an umar berkata kepada Abu Bakar “
Demi allah ini adalah baik” dengan terbukanya hati Abu Bakar akhirnya usulan Umar
diterima. Abu Bakar menyerahkan urusan tersebut kepada Zaid Bin Tsabit . Pada awalnya
Zaid bin Tsabit menolaknya dikarenakan pembukuan Al-Qur‟an tidak pernah dilakukan pada
masa rasulullah sebagaimna Abu Bakar menolaknya. Zaid bin Tsabit dengan kecerdasannya
mengumpulkan Al-Qur‟an dengan berpegang teguh terhadap para Hufadz yang masih tersisa
dan tulisan-tulisan yang tadinya ditulis oleh Zaid atas perintah rasullullah. Zaid sangat hati-
hati didalam penulisannya, karena al-Qur‟an merupakan sumber pokok ajaran islam. Yang
kemudian Zaid menyerahkan hasil penyusunannya kepada Abu Bakar, dan beliau
menyimpannya sampai wafat. Yang kemudian dipegang oleh umar Bin Khattab sebagai
gantinya kekhalifaan.

Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Umar Bin Khattab

Pada masa masa Umar Bin Khattab tidak terjadi penyusunan dan permasalahan
apapun tentang Al-Qur‟an karena al-Qur‟an dianggap sudah menjadi kesepakatan dan tidak
ada perselisihan dari kalangan sahabat dan para tabi‟in. dimasa kekhalifaan umar lebih konsen
terhadap perluasan wilayah, sehingga ia wafat. Yang selanjutnya kekhalifaan jatuh ketangan
Ustman bin Affan.

Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Ustsman Bin Affan

Semakin banyaknya negara yang ditaklukkan oleh Umar Bin Khattab, semakin
beraneragamlah pula pemeluk agama islam, disekian banyaknya pemeluk agama islam
mengakibatkan perbedaan tentang Qiro‟ah antara suku yang satu dengan yang lain, masing-
masing suku mengklaim Qiro‟ah dirinyalah yang paling benar. Perbedaan Qiro‟ah tersebut
terjadi disebabkan kelonggaran-kelonggaran yang diberikan Nabi kepada Kabilah-kabilah
Arab dalam membaca Al-Qur‟an menurut dialeknya masing-masing. Hufaidzah bin Yaman
yang pernah ikut perang melawan syam bagian Armenia bersamaan Azabaijan bersama
penduduk Iraq. Telah melihat perbedaan tentang Qiro‟ah tersebut. Setelah pulang dari
peperangan. Hufaidzah menceritakan adanya perbedaan qiro‟ah kepada Ustman Bin Affan,
sekaligus ia mengusulkan untuk segera menindak perbedaan dan membuat kebijakan,
dikhawatirkan akan terjadi perpecahan dikalangan ummat islam tentang kitab suci, seperti

8
perbedaan yang terjadi dikalangan orang yahudi dan Nasrani yang mempermasalahkan
perbedaan antara kitab injil dan taurat. Selanjutnya Ustman Bin Affan membentuk lajnah
(panitia) yang dipimpin oleh Zaid Bin Tsabit dengan anggotanya Abdullah bin Zubair. Said
ibnu Ash dan Abdurahman bin Harits.

Ustman Bin Affan memerintahkan kepada Zaid untuk mengambil Mushaf yang berada
dirumah Hafsah dan menyeragamkan bacaan dengan satu dialek yakni dialek Qurays, mushaf
yang asli dikembalikan lagi ke hafsah. Ustman Bin Affan menyuruh Zaid untuk
memperbanyak mushaf yang diperbaruhi menjadi 6 mushaf, yang lima dikirimkan kewilayah
islam seperti Mekkah, Kuffah, Basrah dan Suria, yang satu tersisa disimpan sendiri oleh
Ustaman dirumahnya. Mushaf ini dinamai Al-Imam yang lebih dikenal mushaf Ustmani,
demikian terbentuknya mushaf ustmani dikarenakan adanya pembaruan mushaf pada masa
ustmani.

sebagaimana firman Allah SWT:

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar


memeliharanya.” [QS. Al-Hijr ayat 9]

2.7 Penyempurnaan Dan Pemeliharaan Al-Qur’an Setelah Masa Khalifah

Tulian yang tertera didalam mushaf Abu Bakar dan Ustsman yang dilakukan oleh
panitia pelaksana penulis tanpa menggunakan tanda baca, baik berupa titik, syakal, harakah,
dan lain-lain, karena memang perkembangan dan situasi saat itu tidak menuntut hal untuk
dilakukan. Dalam kondisi itu, menurut Abu Ahmad Al-Askari, mushaf ustsmani dibaca kaum
muslimin selama kurang lebih 40 tahun, tepatnya sampai pada masa pemerintahan Abdul
Malik bin Marwan dari khalifah Bani Umayah.

Islam terus menerus berkembang, baik wilayah ataupun pemeluknya. Islam tidak hanya
dianut oleh orang arab sehingga benturan kultural antara orang Arab dan non Arab pun tidak
dapat dielakan sejak saat itulah perkembangan yang dirasa menggembirakan juga membawa
kekhawatiran berupa keselamatan kemurnian bahasa Arab. Oleh sebab itu, timbulah usaha-

9
usaha untuk memberi pungtuasi dikalangan para ulama, seorang tabiin, Abu Al-Aswat Al-
Duali mengenalkan tanda titik kedalam naskah al-quran. Tanda bacaan yang diberikan adalah
berupa titik diatas huruf sebagai tanda fathah, titik dibawah huruf sebagai kasrah, titik
disamping huruf sebagai dummah.

Tahap berrikutnya, Yahya bin Yamur dan Nashr bin ashin menyempurnakan pemberian titik
pada semua huruf al-quran yang dianggap penting untuk diberi harakat. Usaha selanjutnya
dilakukan oleh Yamur dan Nashr bin Ashim yaitu mengganti titik diatas huruf diganti ya‟
sebagai kasrah, titik disamping huruf diganti dengan waw kecil sebagai dummah, pemberian
tanda sukun berupa mim kecil diatas huruf tanda tasdid berupa sin kecil diatas huruf, dan
pemberia tanda madd. Pemberian nomor ayat, tanda wakaf, batas pangkal surah dan akhir
surah, penulsan jenis Makiyah dan Madaniah, dan penulisan sejumlah ayat dilakukan oleh
para ulama berikutnya begitu pula pembuatan tanda untuk setiap juz, dll, sehingga jadilah
bentuk mushaf al-quran seperti sekarang.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Cara penyampaian wahyu itu bermacam-macam baik dengan melalui perantara


maikat Jibril atau ataupun dibalik tabir atau juga dalam bentuk inspirasi atau impian
yang benar para nabi. Al-Qur‟an diturunkan dalam 3 fase yaitu diturunkan di lawh
mahfuz secara sekaligus kemudian tahap berikutnya yaitu dari lawh mahfuz ke bayt
al-Izzah di langit dunia sekaligus. kemudian ada satu tahap lagi yaitu dari bayt al-
Izzah kemudian disampaikan oleh mailakat Jibril secara berangsur-angsur kepada nabi
Muhammad saw.

Al-Qur‟an diturunkan secara berangsur-angsur dalam beberapa periode dimana


setiap turunnya wahyu pada Al-Qur‟an biasanya berdasarkan apa yang terjadi pada
masa itu sehingga masyarakat lebih mudah memahami apa yang telah disampaikan.
Selain masyarakat yang lebih memahami juga mengukuhkan hati para nabi yang mana
para nabi lebih bisa menghayati makna dengan maksimal.
periode turunnya Al-Qur‟an mengindikasikan bahwa Al-Qur‟an turun sesuai dengan
kebutuhan masyarakat

3.2 Saran

Tidak ada yang sempurna itulah kata yang patut kami ucapkan sehingga kami
sebagai tim penulis sangat mengharapkan agar para pembaca turut memberi masukan
demi kebaikan makalah ini. Demikian semoga makalah mengenai pewahyuan Al-
Qur‟an ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Hussein,Abi. 2002.Bairut dar-„Ilm Li al-malayyin. Lebanon.

Sal-Isfahaniy, Al-Raghib. 2002. Al-mufrasat fi Alfadz Al-Qur‟an al-karim. Lebanon.

Anwar,rosihan. 2010. Ulum Al-Qur‟an. Bandung :Pustaka setia.

UIN Sunan Ampel. 2017. Studi Al-Qur‟an. Surabaya: UIN SA Press.

Al-Qur‟an Al-Karim dan Terjemahannya :Halim Publishing & Distribusing.

Kitab Ushuulun Fie At-Tafsir edisi Indonesia Belajar Mudah Ilmu Tafsir oleh Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Penerbit Pustaka As-Sunnah, Penerjemah Farid Qurusy

https://almanhaj.or.id/2198-penulisan-al-quran-dan-pengumpulannya.html

12

Anda mungkin juga menyukai