Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Alquran Hadits
Dosen Pengampu : Sandi Saparudin, S.Pd.,M.Pd.I
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Swt yang telah mempermudah
dalam pembuatan makalah ini. Shalawat beserta salam kita junjungan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah memberikan kesempatan dan kemampuan sehingga
makalah dapat terselesaikan dengan judul “Proses Turuunya Al-Qur’an” dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ulumul Qur’an.
Makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis membutuhkan saran dan
kritik yang sifatnya membangun guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas
yang lain diwaktu yang akan datang. Makalah ini disusun dengan usaha semaksimal
mungkin. Penulis mengucapkan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini
dan penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan lebih
luas bagi kita semua khususnya pada pelajaran ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Tidaklah tersembunyi bagi siapapun juga bahwa tiap-tiap sesuatu dan ada
kadarnya. Demikianlah sunnatullah didalam alam ini. Sejarah adalah saksi yang benar
menetapkan kebenaran ini. Seseorang ahli sejarah yang hendak menggali sesuatu dari
perkembangan sejarah harus mengetahui sebab-sebab kejadian dan
pendorongpendorongnya, jika dia ingin mengetahui hakikat sejarah itu sebenaranya,
bukan sejarah saja yang memerlukan hal demikian, ilmu-ilmu tabi’at, ilmu-ilmu
kemasyarakatan dan kebudayaan serta kesusastraan juga memerlukan sebab dan
musabab.
Turunnya AlQur’an merupakan suatu kejadian yang sangat mengagetkan
sekaligus menggembirakan hati Rasulullah SAW. Sebagaimana turunnya Surat
Al‘alaq(ayat:1-5), Nabi Muhammad SAW dalam menerimanya sangatlah berat karena
karena diturunkan lewat perantara malaikat jibril sesosok yang membuat Nabi SAW
ketakutan. Saat malaikat jibril menyampaikan wahyu tersebut, Rasullullah juga merasa
keberatan karena tidak bisa melaksakan apa yang diperintah malaikat jibril. Tetapi setelah
berkali-kali malaikat jibril mengulang akhirnya Rasullah SAW dapat menerimanya.
Begitupun saat menerima ayat-ayat yang lain, Rasulullah selalu merasa ketakutan dengan
segala sesuatu yang mengiringi ayat-ayat tersebut.
Begitu sulitnya Rasulullah dalam menerima wahyu membuktikan kalau peristiwa
turunnya Al Qur’an merupakan suatu kejadian yang sangat luar biasa dan juga
merupakan suatu . Dengan turunnya Al Qur’an berarti banyak hal yang perlu dikaji lebih
mendalam lagi, baik dari segi sebab-sebab turunnya atau yang sering disebut Asbabun
Nuzul maupun proses turunnya Al Qur’an itu sendiri.
Dalam Makalah ini pembahasannya hanya terkait tentang proses turunnya Al
Qur’an saja atau yang sering disebut ilmu nuzulul Qur’an.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu yang dimaksud dengan turunya Al Quran ?
2. Bagaimana proses turunnya al-qur’an ?
3. Surat apa yang pertama kali diturunkan ?
1
4. Bagaimana tahap pemeliharaan Al-Qur’an ?
BAB II
PEMBAHASAN
2
3. Al-Qur’an itu permulaan turunnya ialah di malm al qadr, kemudian diturunkan setelah
itu dengan berangsur-angsur dalam berbagai waktu.
Adapula pendapat bahwa Al-Qur”an di turunkan tiga kali dalam tiga tingkat:
1. Di turunkan ke lauhil mahfudz.
2. Di turunkan ke baitul izzah di langit dunia.
3. Di turunkan berangsur-angsur kedunia.
Menurut pendapat ulama jumhur, bahwa ”lafadz Al-Qur’an tertulis di lauhil
mahfudz lalu di pindah dan di turunkan ke bumi”, dengan demikian tidak ada lagi
lafadzlafadz Al-Qur’an. Di lauhil mahfudz. Menurut pendapat Hasby Ash-Shiddiqie yang
di nukil bukan lafazd yang ter ma’tub, hanya di salin lalu di turunkan. Hal ini sama
dengan orang yang nenghapal isi kitab Al-Qur’an, isi kitab tetap berada dalam kitab yang
di salin dalam hapalan pun persis sebagai mana yang tertulis dalam kitab Al-Qur’an itu.
Al-Qur’an diturunkan dalam waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu mulai dari
malam 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi sampai 9 dhulhijjah Haji wada’ tahun
63 dari kelahiran Nabi atau tahun 10 H. Permulaan turunnya Al-Qur’an ketika Nabi
SAW bertahannus (beribadah) di Gua Hira. Pada saat itu turunlah wahyu dengan
perantara Jibril Al-Amin dengan membawa beberapa ayat Al-Qur’an Hakim. Surat yang
pertama kali turun adalah surat Al-Alaq ayat 1-5. Sebelum wahyu diturunkan telah turun
sebagian irhas (tanda dan dalil) sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori
dengan sanad dari Aisyah yang menunjukkan akan datangnya wahyu dan bukti
nubuwwah bagi rasul SAW yang mulia. Diantara tanda-tanda tersebut adalah mimpi yang
benar di kala beliau tidur dan kecintaan beliau untuk menyendiri dan berkhalwat di Gua
Hira untuk beribadah kepada Tuhannya.
Al-Qur’an diturunkan pada bulan ramadhan berdasarkan nash yang jelas yang
terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat 185 :
Artinya : (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang
hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri
tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu,
3
dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah
baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari
yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Proses turunnya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW melalui tiga tahap, yaitu:
1. Al-Qur’an turun secara sekaligus dari Allah ke lauh al-mahfuzh yaitu suatu tempat
yang merupakan catatan tentang segala ketentuan dan kepastian Allah. Proses
pertama ini diisyaratkan dalam Q.S Al-Buruuj : 21-22 ”Bahkan yang didustakan
mereka itu ialah Al- Qur’an yang mulia. Yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh”.
dan Q.S Al-Waqi’ah :77-80 yang artinya : ”Sesungguhnya Al-Quran Ini adalah
bacaan yang sangat mulia, Pada Kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), Tidak
menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan, Diturunkan dari Rabbil
‘alamiin.
2. Al-Qur’an diturunkan dari Lauh Al-Mahfuzh ke Bait Al-Izzah (tempat yang berada di
langit dunia. Diisyaratkan dalam: Q.S Al-Qadar: 1, ”Sesungguhnya kami Telah
menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan”. dan pada QS Ad-
Dhuhan:3, “Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi
dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan”.
3. Al-Qur’an diturunkan dari Bait Al-Izzah ke dalam hati Nabi melalui malaikat Jibril
dengan cara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan. Adakalanya satu ayat, dua
ayat, bahkan kadang-kadang satu surat. Diisyaratkan dalam Surat Ass-Syu’ara’ 193-
195, “Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), Ke dalam hatimu (Muhammad)
agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan,
Dengan bahasa Arab yang jelas”
Ayat-ayat tersebut diturunkan ketika Rasulullah SAW. Berada di gua Hira, yaitu
disebuah gua di Jabal Nur, yang terletak kira-kira 3 mil dari kota Mekah. Terjadi pada
4
malam hari senin, tanggal 17 Ramadhan tahun ke-41 dari usia Rasulullah 13 tahun
sebelum hijriah, bertepatan dengan bulan juli tahun 610 M. malm turunnya Al-Qur’an itu
disebut”lailatul qadr”atau “lailatul mubarakah” yaitu suatu malm kemulian dan
keberkahan hal ini termaktub didalam Al-qur’an sebagai berikut:
5
1. Periode Mekkah
Selama periode Mekkah, pada uumumnya ayat yang diturunkan berisi tentang aqidah
dan tauhid. Pada periode ini terdapat 86 surat yang diturunkan selama 12 tahun lima
bulan. Surat yang diturunkan pada periode Mekkah ini dinamakan surat Makkiyah.
2. Periode madinah
Selama periode Madaniah, surat yang turun pada periode ini terdapat 28 surat dan
umumnya berkaitan dengan Muamalat atau hubungan manusia sebagai makhluk
sosial, syariat yaitu aturan dalam kehidupan Islam dan hukum Islam. Surat yang
diturunkan pada periode ini selama 9 tahun 9 bulan dan dinamakan surat Madaniyah.
D. Pemeliharaan Al-Qur’an
Al-Qur’an sendiri yang menyatakan bahwa keotentikan (orisinalitas) al-Qur’an
dijamin oleh Allah SWT, sesuai dengan firman-Nya QS. al-Hijr ayat 9 :
6
Kekuatan daya daya hafal bangsa Arab (dalam hal ini para sahabat) benarbenar
dimanfaatkan secara optimal oleh Nabi dengan memerintahkan mereka supaya
menghafal setiap kali ayat al-Qur’an di turunkan. Sementara yang pandai menulis,
yang dari waktu ke waktu jumlahnya semakin bertambah banyak, oleh Nabi
diperintahkan mencatat al-Qur’an setiap kali beliau menerima ayat-ayat al-Qur’an.
Mengingat pada zaman itu belum dikenal zaman pembukuan, maka tidaklah
mengherankan jika pencatatan al-Qur’an bukan dilakukan pada kertas-kertas,
melainkan pada benda-benda seperti pelepah kurma, kulit-kulit hewan,
tulangbelulang, bebatuan, dan lain-lain. Namun karena banyaknya jumlah benda yang
ditulisi al-Qur’an, maka banyak tulisan al-Qur’an yang terserak-serak/tidak terkumpul
disatu tempat tertentu.
2. Tahap Penghimpunan di Zaman Khalifah Abu Bakar as-Siddiq
Penghimpunan al-Qur’an kedalam satu mushhaf baru dilakukan di zaman
Khalifah Abu Bakar as-Siddinq (11-13 h/632-634 M), tepatnya setelah terjadinya
peperangan Yamamh (12 H/633 M). Dalam peperangan Yamamah ini, konon terbunuh
70 orang syuhada yang hafal al-Qur’an dengan amat baiknya. Padahal, sebelum
peristiwa yang mengenaskan itu terjadi, telah pula meninggal 70 qurra’ lainnya pada
pepereangan di sekitar Sumur Ma’unah, yang terletak didekat kota Madinah.
Abu Bakar as-Siddiq agar menghimpun al-Qur’an. Pada awalnya Abu Bakar
merasa keberatan mengabulkan usulan Umar, dengan alasan antara lain karena Nabi
tidak pernah melakukan dan memerintah untuk membukukan al-Qur’an, namun atas
desakan kuat Umar Ibn Khathtab maka Abu Bakar pun setelah beberapa kali
melakukan shalat istikharah menerima usulan Umar untuk membukukan al-Qur’an.
Untuk kegiatan yang dimaksud Abu Bakar mengangkat semacam Panitia
Penghimpun al-Qur’an yang terdiri atas 4 orang dengan komposisi kepanitian sebagai
berikut : Zaid Ibn Tsabit sebagai ketua, dan tiga orang lainnya yakni Ustman Ibn
Affan, Ali Ibn Abi Thalib dan Ubay Ibn Ka’ab, masing-masing bertindak sebagai
anggota. Panitia Penghimpun al-Qur’an yang semuanya penghafal dan penulis al-
Qur’an termasyhur itu dapat menyelesaikan tugasnya dalam waktu kurang dari satu
tahun, yakni sesudah peristiwa peperangan Yamamah (12 H/633 M) dan sebelum
wafat Abu Bakar (13 H/634 M) tanpa mengalami hambatan yang berarti.
Himpunan al-Qur’an yang dilakukan Zaid Ibn Sabit kemudian dipegang oleh
Khalifah Abu Bakar hingga akhir khayatnya. Dan ketika kekhalifahan dipegang Umar
7
Ibn Khathtab, himpunan al-Qur’an pun beralih ketangan Umar. Ketika Umar
meninggal, dan kekhalifahan dijabat Utsman Ibn Affan, untuk sementara himpunan
al-Qur’an tersebut dirawat oleh Hafsah binti Umar karena Hafsah seorang Hafizhah
dan dia juga salah seorang istri Nabi disamping sebagai anak seorang khalifah.
3. Tahap Penggandaan di Zaman Khalifah Utsman Ibn Affan
Ketika Utsman mengerahkan bala tentara ke wilayah Syam dan Irak untuk
memerangi penduduk Armenia dan Azarbaijan, tiba-tiba Hudzaifah Ibn al-Yaman
menghadap Khalifah Utsman dengan maksud memberi tahu Khalifah bahwa di
kalangan kaum muslimin di beberapa daerah terdapat perselisihan pendapat mengenai
tilawah (bacaan) al-Qur’an.
Dengan hal itu, maka Hudzaifah mengusulkan kepada Utsman supaya
perselisihan itu segera dipadamkan dengan cara menyalin dan memperbanyak
alQur’an untuk kemudian di kirimkan ke beberapa daerah kekuasan kaum muslimin.
Untuk kepentingan itu Utsman membentuk Panitia Penyalin Mushhaf al-Qur’an yang
diketahui Zaid Ibn Tsabit dengan tiga orang anggotanya masing-masing Abdullah Ibn
Zuber, Sa’id Ibn al-Ash, dan Abd ar-Rahman Ibn al-Harits Ibn Hisyam.
4. Tahap Pencetakan al-Qur’an di Zaman Modern
Pemeliharaan al-Qur’an terus dilakukan dari waktu ke waktu, termasuk ketika
dunia tulis menulis mengalami kemajuan dalam hal percetakan. Akan halnya
bukubuku dan media cetak lainnya, al-Qur’an pun untuk pertama kali dicetak di kota
Hanburg, Jerman pada abad ke 17 M.
Untuk menjaga kemurnian al-Qur’an yang diterbitkan di Indonesia atau pun
yang didatangkan dari luar negeri, Pemerintah Rebublik Indonesia cq. Departemen
Agama telah membentuk suatu panitia yang bertugas untuk memeriksa dan
mentashhif al-Qur’an yang akan dicetak dan diedarkan yang diberi nama “Lajnah
Pentashhif Mushhaf”.
Selain itu Pemerintah RI juga sudah mempunyai al-Qur’an pusaka berukuran 1
x 2 m, yang ditulis dengan tangan oleh penulis-penulis Indonesia sendiri, mulai
tanggal 23 Juni 1948 M/17 Ramadhan 1367 H dan selesai pada tanggal 15 Maret 1960
M/17 Ramadhan 1379 H, yang sekarang disimpan di Masjid Baiturrahim dalam Istana
Negara.
8
D. Turunnya Alquran secara Munjaman ( Berangsur-angsur)
Setelah Alquran diturunkan secara jumlatan, kemudian diturunkan kepada Nabi
Muhammad secara munjaman. Yang menjadi pertanyaan, kenapa Alquran itu diturunkan
oleh Allah secara berangsur-angsur, padahal Allah mampu menurunkannya secara
keseluruhan (kolektif) padaNabi Muhammad? Tentu ada tujuannya dan manfaatnya bagi
manusia
1. Dalil Turunnya Alquran secara Munjaman
a. Alquran itu telah Kami turunkan berangsur-angsur agar kamu membacakannya
perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.
(QS. Al Israa: 106)
Pernyataan yang diungkapkan Allah di atas jugamerupakan pembeda ai\tara
Alquran dengankitab-kitab lainnya, yaituTaurat, Zabur, dan Injil, yang
diturunkanNy a secara jumlatan (sekaligus)..
b. Orang-orang kafir berkata: Kenapa Alquran itu tidak diturunkan secara jumlatan
saja? Begitulah Kami perkuat hatimu dengannya sekelompok demi sekelompok.
(QS.AlFurqan:32)
c. Allah Menurunkan (Alquran) kepada rasul-Nya saw. Sedikit demi sedikit. (HR.
Hakim dan Baihaqi)
Alquran diturunkan pada malam qadar di bul Ramadhan fee langit dunia secara
kolektif, selanju: diturunkan (kepada Nabi Muhammad) secara beran>: angsur.
(HR. Thabrani)
9
kepada Allah untuk menumnkan azab kepada mereka. Apa yang mereka minta itu
dibuktikan oleh Allah, dan Allah menurunkan azab kepada mereka pada waktu itu
juga.
b. Mudah dipahami dan dihafal
Bagi bangsa yang buta huruf sulit dapat menghafal dan mernahami sesuatu
yang harus dipahami atau dihafal. Oleh karena itu, diturunkan Alquran itu secara
berangsur-angsur menjadi mudah dihafal dan dipahami serta diamalkan.
Sesuai dengan lalu lintas peristiwa atau kejadian Alquran diturunkan sesuai
dengan kejadian atau peristiwa-peristiwa yang muncul pada waktu itu, misalnya
peristiwa tayamum sebagai pengganti wudu ketika tidak diperoleh air.
10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur berupa beberapa ayat dari sebuah
surah atau surat yang pendek secara lengkap. Dan penyampaian Al-Qur’an secara
keseluruhan memakan waktu kurang lebih 23 tahun yakni 13 tahun waktu nabi masih
tinggal di mekkah, 10 tahun waktu nabi sesudah dimadinah. Alqur’an mulai diturunkan
kepada nabi Muhammad pada malam Lailatul-Qadar tanggal 17 Ramadhan pada waktu
Nabi telah berusia 41 tahun bertepatan pada tanggal 6 agustus 610 Masehi.
Wahyu yang pertama-tama kali diterima Nabi ialah ayat 1 smpai dengan 5 surat
AlAlaq, pada waktu Nabi sedang berada di gua Hira. Sedang, wahyu terakhir yansg
diterima Nabi adalah surat Al-Maidah ayat 3 pada tanggal 9 Dzul hijjah tahun ke 10
Hijriah atau 7 Maret 632 Masehi. Antara wahyu pertama dan wahyu terakhir diterima
Nabi berselang kurang lebih 23 tahun
11
DAFTAR PUSTAKA
Ahad Syadali,. Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an 1, CV Pustaka setia abadi, Bandung: 1997
Kahar Masyur, Pokok-pokok Ulumul Qur’an,Rineka Cipta, Jakarta: 1992
Ash Shiddieqy, Muhammad Hasbi. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,
2002.
Abu Anwar, Ulumul Qur’an. Amzah. 2017
12